Kategori
blog

Guha, The Heart of The Family

Tahun 2022 adalah waktu berdua – dua, sebuah saat untuk melekatkan diri dengan pasangan sejiwa. Tahun 2023 adalah tahun berkomunitas, tempat merajut impian bersama. Di depan kami terlihat berdua namun di belakang kamj, ada begitu banyak jiwa yang membantu, mendorong, mewujudkan impian untuk saling mensejahterakan.
.
Saya mendoakan kawan-kawan semua diberkati dengan kesehatan, impian, dan kawan seperjalanan yang bisa terus membuat kebahagiaan itu nyata setiap harinya. Terima kasih untuk 2022, selamat datang 2023 membuka keajaiban baru memberikan surga untuk banyak orang.

Tahun ini penuh dengan refleksi kehilangan dan kelahiran kembali. Kami kehilangan akan kematian ayah kami, dan juga rasa bersyukur kami akan orang – orang terdekat yang terus bisa menjaga tali silahturahmi.

.

Kira – kira 3 bulan yang lalu, saya dipanggil oleh ibu saya untuk mengajak bicara Dad (panggilan kami ke ayah). Dad ada di satu pojok meja makan sedang terdiam begitu saya masuk ke pintu ruang keluarga. Dalam hati saya bertanya – tanya apakah beliau sedang ngambek ? Apa karena ia dipaksa makan ? ataukah ada kalimat – kalimat dari sekitarnya yang tidak sengaja muncul menyakiti hatinya ? .

Saya mencoba duduk di sampingnya selama 45 menit untuk mencoba mengajaknya bicara, dan akhirnya beliau berkata,

“Dad mau ke kamar, mau tidur!”

Di satu sisi ruangan saya melihat ibu saya, yang terduduk lemas, karena terkuras energinya untuk mengurus Dad. Ibu saya adalah orang yang sangat aktif, ia adalah ketua RT. Baginya aktifitas itu penting, dan ia sangat cinta pada ayah saya. Saya tahu di dalam hati Mom takut kalau ayah makin kurus, atau jatuh sewaktu berjalan, atau sesimpel ia kuatir begitu dad diam saja tidak mau berinteraksi dengan sekitarnya karena Parkinson. Mom adalah orang yang berjaga – jaga terus, mengantisipasi begitu banyak kemungkinan karena rasa sayangnya untuk Dad.

Dad kemudian berjalan ke kamar, dan saya mengikuti beliau. Ia masih bisa berjalan lancar. Ia kemudian merebahkan diri dan memejamkan mata. Saya duduk di sebelah beliau dan mencoba mengajaknya berbicara, ia seketika membuka mata dan sadar.

Ia tiba – tiba berkata :

“Sorry ya yal(panggilan Dad ke saya) … Daddy, kena penyakit Parkinson, maaf kalau Dad ngga bisa mengatur pikiran Dad sendiri, dan kadang penyakit ini bikin Dad ngga bisa makan, karena ngga bisa nelen.” Ia sambil menangis berbicara seperti itu.

Saya menanggapi :

“Di, ngga apa2, namanya penyakit orang tua, yang sabar ya di, kita temenin Daddy.”

Saya mendengar dari cerita – cerita orang sekitar, banyak orang menjauhi orang – orang tua yang sakit, karena ketakutan orang tersebut sendiri, dan tidak tega melihat penderitaan orang sakit. Tapi saya sangat sayang ke Dad, dan pengalaman melihat orang tua sakit adalah pengalaman pertama saya, kedua orang tua kami (saya dan Laurensia) masih lengkap.

Situasi sudah larut malam, saya mau pamit pulang karena saat itu sudah hampir tengah malam, saya menghampiri Dad.

“Dad, Real mau pulang dulu, besok Real main lagi kesini, saya jemput kita jalan – jalan ke proyek.”

Seketika ia bicara

“Kamu jangan pergi, Dad mau peluk kamu”, dan seketika itu air mata saya menetes, dan saya memeluk Dad untuk pertama kalinya sesudah begitu lama. “Real sayang Daddy, yang sabar ya Di.” Dari situ saya sudah berpikir bahwa waktunya sepertinya sudah dekat. Saya mempersiapkan diri untuk menjaga Mom karena energinya pasti akan terkuras, fisik dan mental.

Saya sempat membawa Dad untuk menginap di rumah kami di Guha karena saya melihat Mom sedang capai – capainya, dan saya punya tenaga yang bisa yang membantu beliau sembari dirawat. Anggap saja Mom perlu istirahat sementara. Kemudian setelah beliau tinggal beberapa hari saya baru sadar, bahwa Dad mencari Mom, cinta sejatinya.

Saya sempat membawa Dad untuk menginap di rumah kami di Guha karena saya melihat Mom sedang capai – capainya, dan saya punya tenaga yang bisa yang membantu beliau sembari dirawat. Anggap saja Mom perlu istirahat sementara. Kemudian setelah beliau tinggal beberapa hari saya baru sadar, bahwa Dad mencari Mom, cinta sejatinya. Pertanyaannya sekitar, mana Mom ? Mom jangan cape2 dia banyak yang diurusin. Dari situ juga saya belajar bahwa, di pikiran Dad sebenarnya Mom adalah prioritas untuk dia jaga. Secinta itu Dad sampai Ia yang orang sakit pun menjaga Mom, orang yang sehat. Kemudian kita berbincang – bincang dan saya terkadang menimpali perbincangan dia, meyakinkan dirinya kalau ia bisa dimengerti oleh lawan bicaranya. Beberapa hal yang dibicarakan adalah seputar proyek, klien, kawan – kawan tenisnya, dan menanyakan apa kabar mereka semua.

Pertanyaannya sekitar, mana Mom ? Mom jangan cape2 dia banyak yang diurusin. Dari situ juga saya belajar bahwa, di pikiran Dad sebenarnya Mom adalah prioritas untuk dia jaga. Secinta itu Dad sampai Ia yang orang sakit pun menjaga Mom, orang yang sehat.

Kemudian kita berbincang – bincang dan saya terkadang menimpali perbincangan dia, meyakinkan dirinya kalau ia bisa dimengerti oleh lawan bicaranya. Beberapa hal yang dibicarakan adalah seputar proyek, klien, kawan – kawan tenisnya, dan menanyakan apa kabar mereka semua.

Dulu dari sejak 20 tahun yang lalu, Dad adalah orang yang sungguh setia, ia adalah orang yang setia menelpon kawan – kawannya 1 – 2 jam sebelum acara main tennis dimulai. Ia adalah seorang pencatat. Di Permata Buana ia menghabiskan waktu – waktunya 2 – 3 kali seminggu di lapangan tennis. Beliau menghabiskan waktu 6 tahun di lapangan tenis yang lama di depan komplek sampai pindah ke lapangan baru di komplek baru selama 10 tahun setelahnya. Ia adalah orang yang menjadi bendahara sekaligus pencatat, saya kadang menemani beliau untuk membeli bola tenis untuk kawan – kawannya.

Dulu dari sejak 20 tahun yang lalu, Dad adalah orang yang sungguh setia, ia adalah orang yang setia menelpon kawan – kawannya 1 – 2 jam sebelum acara main tennis dimulai. Ia adalah seorang pencatat. Di Permata Buana ia menghabiskan waktu – waktunya 2 – 3 kali seminggu di lapangan tennis. Beliau menghabiskan waktu 6 tahun di lapangan tenis yang lama di depan komplek sampai pindah ke lapangan baru di komplek baru selama 10 tahun setelahnya. Ia adalah orang yang menjadi bendahara sekaligus pencatat, saya kadang menemani beliau untuk membeli bola tenis untuk kawan – kawannya. Di dalam lingkup batas yang kecil, Dad mengajarkan ke kami semua bahwa hidup yang terbatas ini perlu untuk berkontribusi dan jangan merepotkan orang lain. Ia juga percaya bahwa hidupnya adalah untuk membuka jalan kemungkinan berkembang untuk orang lain, dan juga menjaga teguh nama baik keluarga. Dia menjalani kehidupan yang luar biasa, a great dad, pribadinya adalah pribadi yang sederhana dan teguh akan prinsip – prinsip yang diyakininya.

Di dalam lingkup batas yang kecil, Dad mengajarkan ke kami semua bahwa hidup yang terbatas ini perlu untuk berkontribusi dan jangan merepotkan orang lain. Ia juga percaya bahwa hidupnya adalah untuk membuka jalan kemungkinan berkembang untuk orang lain, dan juga menjaga teguh nama baik keluarga. Dia menjalani kehidupan yang luar biasa, a great dad, pribadinya adalah pribadi yang sederhana dan teguh akan prinsip – prinsip yang diyakininya.

Kira – kira 10 tahun yang lalu, kami mengalami pengalaman kehilangan anak kami, pada waktu itu, saya dan Laurensia tidak bisa berkata – kata apa – apa. Sampai dalam keseharian kami memilih untuk menutup diri dan mencoba datar atau tidak memiliki emosi apa – apa karena kesedihan kami yang begitu dalam. Di balik kesedihan yang muncul begitu berat saat itu, kami bertanya – tanya kenapa, kenapa hal tersebut bisa terjadi ?

Kira – kira 10 tahun yang lalu, kami mengalami pengalaman kehilangan anak kami, pada waktu itu, saya dan Laurensia tidak bisa berkata – kata apa – apa. Sampai dalam keseharian kami memilih untuk menutup diri dan mencoba datar atau tidak memiliki emosi apa – apa karena kesedihan kami yang begitu dalam. Di balik kesedihan yang muncul begitu berat saat itu, kami bertanya – tanya kenapa, kenapa hal tersebut bisa terjadi ?

Dad hanya berpesan supaya kami sabar, dan fokus untuk terus mencoba. Kami mendapatkan jawabannya dengan kelahiran anak kami Miraclerich dan Heavenrich. Bahwa ada pesan dalam kehidupan kami bahwa supaya kami tidak lupa bahwa kami perlu menjaga generasi muda.

Dalam kesehariannya juga Dad adalah pribadi yang luar biasa, ia tidak pernah sama sekali merepotkan, dan punya integritas sangat tinggi. Ia menjauhi konflik dan biasa memendam hal – hal yang menjadi kegusarannya di benaknya saja. Ia juga tidak pernah berteriak sakit, ataupun mengeluh. Bahkan ketika 2 bulan yang lalu ketika tulangnya patah, dan tidak ada yang menyadarinya, dan ia juga tidak mengeluh, sampai 1 bulan kemudian kami mengetahuinya justru dari dokter home care.

Dalam kesehariannya juga Dad adalah pribadi yang luar biasa, ia tidak pernah sama sekali merepotkan, dan punya integritas sangat tinggi. Ia menjauhi konflik dan biasa memendam hal – hal yang menjadi kegusarannya di benaknya saja. Ia juga tidak pernah berteriak sakit, ataupun mengeluh. Bahkan ketika 2 bulan yang lalu ketika tulangnya patah, dan tidak ada yang menyadarinya, dan ia juga tidak mengeluh, sampai 1 bulan kemudian kami mengetahuinya justru dari dokter home care. Kami membawanya ke laboratorium untuk rontgen dan baru saat itu saya mendengar ayah saya menangis, karena kesakitan ketika badannya dibalik – balik untuk memudahkan foto Rontgen. Hari keesokannya Dad dioperasi oleh Dokter William, dokter di Rumah Sakit Puri Indah. Keadaan baik – baik saja setelah itu, dan beliau bisa pulang. Berat badan beliau berangsur – angsur meningkat. Dan saya benar – benar bersyukur melihat senyumnya. Ia masih bisa berdiskusi meski kesulitan berbicara mungkin karena terhalang selang NGT yang dipasang untuk memudahkannya makan. Operasi tulang tersebut adalah salah satu jalan juga untuk memasukkan selang NGT supaya beliau bisa makan, karena parkinson dideritanya membuat otot menelannya bermasalah, jadi beliau sering tersedak dan kesulitan makan. Begitulah yang saya pahami bahwa, penyakit parkinson menyerang sarang yang semakin degeneratif dimana satu saat pikiran tidak bisa berkordinasi lagi dengan gerakan badan.

Saya kadang bertanya, “Dad, kenapa ngga ngomong kalau sakit ? ” Ia hanya diam. Dad seperti dad yang dulu, ia hanya tidak mau memberatkan kami semua di sekitarnya.

Kami membawanya ke laboratorium untuk rontgen dan baru saat itu saya mendengar ayah saya menangis, karena kesakitan ketika badannya dibalik – balik untuk memudahkan foto Rontgen. Hari keesokannya Dad dioperasi oleh Dokter William, dokter di Rumah Sakit Puri Indah. Keadaan baik – baik saja setelah itu, dan beliau bisa pulang. Berat badan beliau berangsur – angsur meningkat. Dan saya benar – benar bersyukur melihat senyumnya. Ia masih bisa berdiskusi meski kesulitan berbicara mungkin karena terhalang selang NGT yang dipasang untuk memudahkannya makan. Operasi tulang tersebut adalah salah satu jalan juga untuk memasukkan selang NGT supaya beliau bisa makan, karena parkinson dideritanya membuat otot menelannya bermasalah, jadi beliau sering tersedak dan kesulitan makan. Begitulah yang saya pahami bahwa, penyakit parkinson menyerang sarang yang semakin degeneratif dimana satu saat pikiran tidak bisa berkordinasi lagi dengan gerakan badan.

Satu waktu saya sedang dalam perjalanan rapat, jam 17.35 ada telp masuk dari kakak ipar saya. Kalau ada sampai telp masuk ke saya biasanya adalah masalah serius soal Dad.

“Real, Daddy sesek.”

Saya kemudian membatalkan rapat pada hari itu dan langsung bergegas ke rumah Dad. Saya melihat Dad meringkuk dan kesulitan bernafas. Kemudian saya menghubungi Nurul (anak pak Misnu, perawat). “Nurul tolong ke tempat Opa (Dad) , Opa sesek, tolong cek kita bisa ada stok oksigen.” Saya pun menghubungi Laurensia. “Dith(nama belakang Laurensia), Dad sesek, ke sini buat rembuk kita perlu antisipasi.”

Dari diskusi dengan seluruh keluarga, kakak, adik, kami menanyakan ke Mom yang sudah pasrah dengan keadaan Dad. Laurensia waktu itu menelpon Dokter Home Care, yang merupakan teman satu SMA kami, dokter Anton. Ia datang membawa alat penyedot lendir, dan menambah oksigen, supaya Dad tidak sesak.

Anton : “Dith, Yal (nama panggilan kami berdua), baiknya dibawa ke rumah sakit, karena peralatan lebih lengkap, dan pasti beliau lebih ngga sakit dan lebih tenteram.”

kami memutuskan malam itu juga dimasukkan ke Rumah Sakit, karena saturasi oksigen menurun sampai ke 70. Di UGD, kami mengatur skedul jaga, dan saya mendapatkan tugas pagi – pagi supaya bisa bertemu dokter dan mengantisipasi apa saja yang perlu dilakukan.

Pagi satu hari setelahnya saya bergegas untuk menemui Dokter Margareta, dan membicarakan kemungkinan apa yang bisa dilakukan. dari diagnosa beliau Dad mengalami sesak nafas karena pita suaranya tertutup karena gerak saraf untuk menggerakkan pita suara tersebut terhambat oleh Parkinson. Sekaligus ada penumpukan lendir di tenggorokan. Beliau berbicara mengenai satu – satunya kemungkinan adalah Trakeostoma, melubangi membuka jalan udara dari leher. Trakeostoma ini, sangat dihindari oleh ibu saya, yang tidak menginginkan adanya penderitaan dari Dad. Dan kami anak – anaknya menghormati keputusan ibu.

Pagi satu hari setelahnya saya bergegas untuk menemui Dokter Margareta, dan membicarakan kemungkinan apa yang bisa dilakukan. dari diagnosa beliau Dad mengalami sesak nafas karena pita suaranya tertutup karena gerak saraf untuk menggerakkan pita suara tersebut terhambat oleh Parkinson. Sekaligus ada penumpukan lendir di tenggorokan. Beliau berbicara mengenai satu – satunya kemungkinan adalah Trakeostoma, melubangi membuka jalan udara dari leher. Trakeostoma ini, sangat dihindari oleh ibu saya, yang tidak menginginkan adanya penderitaan dari Dad. Dan kami anak – anaknya menghormati keputusan ibu.

Sekaligus Ia pun mengecek kembali beberapa saat setelahnya ternyata ada pnemonia besar di paru – paru. Dan juga memberikan antibiotik. Dari tenggorokan bermasalah dan dari paru – paru pun bermasalah.

Dokter Margareta berkata, “Sepertinya dengan keputusan yang diambil, kita tidak bisa melakukan apa – apa. Dan kita persiapkan supaya beliau dimonitor terus memasuki fase DNR (A do-not-resuscitate order, or

(Note : DNR order, is a medical order written by a doctor. It instructs health care providers not to do cardiopulmonary resuscitation (CPR) if a patient’s breathing stops or if the patient’s heart stops beating.)

Pada saat itu, air mata saya tidak terbendung lagi, dan saya menangis di pojok ruangan. Dan seketika itulah, saya bersiap – siap untuk menjaga Mom dan menyampaikan kabar ini, bahwa kita semua bersiap – siap.

Kemudian saya mencoba berpikir taktis, strategis, mencoba bersiap – siap tanpa perasaan apapun supaya kesehatan orang. – orang yang menjaga Dad bisa stabil di dalam memasuki fase yang genting.

Saya menulis di Wa keluarga seperti ini.

Kesepakatan jaga daddy 

Kriteria : 1.realrich (aku prefer di pagi karena bisa cek dokter bareng yudith) dan winson baiknya di pagi atau malam alasan ketemu dokter atau buat nganter mami pulang (koko win/saw2 noni perlu banyak ngobrol sama mami ) dan mami ngga boleh tidur di rumah sakit karena dia udah tua dan berumur. Tekanan mentalnya berat kalau liat daddy. 2.richman prefer siang sambil bisa kerja remote di studio 3.winson bisa malam tp menurutku ngga boleh jaga malam 4.realrich sama mondrich kadang2 ada rapat di siang 

Skema 1 (mondrich off) 07.00 – 12:00 (4-5) realrich 12:00 – 17:00  (4-5) richman 17:00 – 22:00  (4-5) winson. Skema 2 (realrich off) 07.00 – 12:00 (4-5) winson 12:00 – 17:00  (4-5) richman 17:00 – 22:00  (4-5) mondrich. Skema 3 (richman off) 07.00 – 12:00 (4-5) realrich 12:00 – 17:00  (4-5) mondrich 17:00 – 22:00  (4-5) winson. Skema 4 (winson off) 07.00 – 12:00 (4-5) realrich 12:00 – 17:00  (4-5) richman 17:00 – 22:00  (4-5) mondrich

Suster khusnul jam 07.00-19:00 Perawat Rivaldo jam 19:00 – 07.00. Perawat datang dalam kondisi sudah makan. Semua kebutuhan vitamin dsb bisa kordinasinsama realrich atau yudith buat perawat. Mom akan drop makan siang untuk suster. 

Kondisi off: 1.Koko winson / richman perlu cek toko ke luar jakarta, 2.Sakit dari salah satu, 3. Ada urgent di studio Realrich / Mondrich4. Rotasi skedul. Rotasi tetap kecuali ada item 1-3 kita backup lagi. Sabtu : Mondrich off Minggu : Winson off Senin : Realrich off Selasa : Richman Off Rabu : mondrich off Kamis : winson off Jumat : richman off. Note : Realrich bisa gantian sama Laurensia (Yudith) jd sementara gini dulu jd ada waktu istirahat.

Saya menganggap kordinasi seperti ini seperti menyusun program ruang di dalam arsitektur. ada SOP, protokol yang dilakukan dengan evaluasi terus menerus.

Fase – fase menjaga Dad ini berjalan intensif, saya belajar untuk fokus sisi keluarga besar, Mom, kakak2, dan adik saya, bahwa mereka perlu ditemani, dijaga. Di tahap ini saya merasa bahwa saya juga sudah tidak enak makan, seperti makan udara saja cukup. Waktu tidur, dan waktu bertemu Laurensia yang sejenak menjadi saat istirahat cuma 3 – 4 jam sebelum masuk ke rotasi skedul untuk menjaga Dad.

Sampai satu hari di hari minggu, Mom berjaga – jaga, ia kerap kali menangis. Ia bilang Dad mau pulang,

“apa kita ajak pulang saja ya.”

Saya meyakinkan rumahnya Dad disini bersama keluarganya di rumah atau di rumah sakit, kalau di rumah sakit akan lebih baik. Beliau lebih tenteram. Saya mengerti bahwa Mom sangat sedih waktu itu. Saya mengajak Mom dan Laurensia untuk berdoa. Kemudian kakak ipar pun datang, dan kami melakukan doa Rosario.

Setelah doa rosario selesai. Laurensia berbisik,

“Yang, itu tadi ada kelupaan doa koronkanya, aku mau doa dulu ya.” Kemudian setelah doa itu selesai, kami berdiri. Dan saya menelpon seluruh saudara, karena Dad sudah seperti tidak sadar. Setelah saudara berkumpul,

Kakinya dingin, nafasnya pun melambat. Dad pun pergi meninggalkan kami.

Satu demi satu tangisan pun muncul, dan tidak disadari air mata saya deras menetes, dan mengingat 3 bulan yang lalu, kehangatan yang muncul, pelukan, momen, kenangan membasahi dengan air mata.

Hati kami remuk diitinggal beliau, dengan menyadari bahwa kenangan yang terbentuk seakan – akan pecah.

Kita semua yang ditinggalkan adalah pribadi yang rapuh karena proses kehilangan seseorang yang kita cintai. Dari situlah ucapan bela sungkawa, bunga – bunga, dan tegur sapa menjadi sebuah proses indah yang menyatukan kami kembali dalam satu keluarga yang utuh untuk saling menjaga.

Di dalam perjalanan kita semua, setiap keluarga memiliki keindahan prosesnya masing – masing, dan kami hanya bisa berterima kasih dengan membalas doa yang sudah disampaikan melalui doa dan harapan sentuhan kehangatan untuk menemani perjalanan kita semua di dalam waktu terbatas. Sebuah proses yang indah sekaligus memanusiakan, dari debu kembali ke debu menuju Bapa di Surga.

.

Beberapa minggu kemudian, saya menelpon Roby salah satu komposer dari Yogya. “Rob ini ada 8 pergantian di dalam lagu yang kamu buat.” pada saat itu kami sedang membuat video dokumenter tentang RAW Architecture Studio Garasi. saya berkata. “4 bagian tentang Daughter, 4 bagian tentang Dad, sebuah proses kehidupan. Kelahiran, dewasa, menua, dan kehilangan, dan lahir kembali, sebuah Supernova yang diberikan mereka berdua, ledakan kasih yang tidak terhingga batasnya.

Renjana artinya di antara rindu dan cinta kasih, dari ayah untuk ayah. Sisi diri ini yang kehilangan Cheri dan ayah saya, menarik saya di antara dua dunia, dua generasi yang berbeda. Saya teringat akan figur Basudewa, ayah dari Kresna yang dikenal sebagai penjaga nilai – nilai kebaikan. Pesan ayah akan bagaimana menjaga tali silahturahmi antara yang muda dan tua akan saya teruskan di antara dua dunia, dua generasi. Air mata saya menetes ketika mengingat Dad dan Cheri.

I miss them all so much. Mereka hadir di sekitar kami, menemani jalan kami, di studio, di rumah, di perjalanan. Kehadiran mereka menjaga langkah – langkah kami untuk membantu sesama dan menciptakan surga bagi orang lain. Studio kami juga terus berkembang, masih kecil seperti sebelumnya, penuh dengan kawan – kawan yang terus berprogress bersama. Ayah saya adalah mentor abadi yang terus membimbing, ajarannya terus melekat sampai sekarang. Ajaran terutama beliau, adalah belajar dari orang yang lebih berpengalaman sembari membagikan pengalaman ke yang lebih muda sepenuh hati, sepenuh jiwa.


.
Barusan hari ini di akhir tahun 31 Desember 2022, saya berkesempatan bertemu kawan, mentor, sekaligus tempat berkaca-Pak Tan Tjiang Ay dan Pak Yuswadi Saliya. Dari om Tan saya belajar keseharian berpraktik yang realistis, optimal, dan detail. Dari Pak Yus kami belajar memahami perspektif yang lebih dalam dari permukaan. 

Tahun 2022 adalah waktu berdua – dua, sebuah saat untuk melekatkan diri dengan pasangan sejiwa. Tahun 2023 adalah tahun berkomunitas, tempat merajut impian bersama. Di depan kami terlihat berdua namun di belakang kamj, ada begitu banyak jiwa yang membantu, mendorong, mewujudkan impian untuk saling mensejahterakan.
.
Saya mendoakan kawan-kawan semua diberkati dengan kesehatan, impian, dan kawan seperjalanan yang bisa terus membuat kebahagiaan itu nyata setiap harinya. Terima kasih untuk 2022, selamat datang 2023 membuka keajaiban baru memberikan surga untuk banyak orang.

Selamat datang 2023, mari melangkah.

Guha, The Heart of The Family

Judul Lagu : Guha, The Heart of The Family, Karya : Roby Framelens

Chapter 1 : Our Daughter

Jantung hati kunantikan

Sewaktuku berdoa

Buah hati kurindukan

Sewaktuku berdoa

Satu doa kudengar detak itu degup nelangsa ku bahagia ku,

ketika kurasa tendangan kecilnya

menyentuh raga ku terharu

Satu saat kudengar detak itu degup nelangsa kubahagiaku,

ketika kurasa tendangan kecilnya

menyentuh sukma ku terharu

Reff :

Nak anakku berkembang dalam doa

Nak anakku berkembang dalam doa

ku anakku ku berkembang dalam asa

ku anakku ku berkembang jiwamu

Chapter 2 : Our Father

Prelude :

Dalam surga, ada bapa, ada pesan, ada doa, dalam surga ada tawa ada pesan ada doa.

Sakitmu kurasakan

dalam langkahku langkahmu, menjalani ragamu dan aku ku dirimu, bertemu surgamu surgaku.

Oleh Realrich Sjarief

Founder of RAW Architecture

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s