Nama saya Adelia Fransisca Wulansari, saya biasa dipanggil Adel dengan teman-teman saya, saya lahir di Bogor, Jawa Barat pada hari sabtu pagi pada tanggal 20 Agustus 2005. Saya anak dan cucu perempuan pertama yang terlahir di keluarga saya, saya dilahirkan dari keluarga yang sederhana dan berkecukupan, dulunya ayah saya berprofesi sebagai seorang pekerja swasta biasa dan ibu saya berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Saya memiliki satu adik perempuan yang berbeda 2 tahun dari saya, bisa dibilang hubungan saya dengan adik saya lumayan dekat, karena kami saling bertukar cerita, selalu bercanda dan tertawa bersama. Saya mempunyai hobi mendengarkan lagu, menonton film atau series yang memiliki genre komedi, romance, sampai action, salah satu contohnya K-Drama dan K-POP, bermain badminton, berenang, traveling dan kuliner di tempat yang saya kunjungi. Dulu ketika saya kecil tinggal di Bogor bersama keluarga saya namun saya lebih sering tinggal bersama nenek dan kakek saya dikampung dibanding dengan orang tua saya. Pada kelas 4 SD saya harus pindah keluar kota dikarenakan ayah saya bekerja di sana, lebih tepatnya saya pindah di Kota Manado, Sulawesi Utara. Pada saat itu ayah saya baru saja di rekrut oleh salah satu bank daerah disana yang mengharuskan kami pindah kesana. Saya, adik saya serta orang tua saya merantau disana, layaknya orang biasa, kami melakukan aktivitas seperti biasa. Namun saat saya naik kelas saya meminta untuk pindah lagi ke daerah asal saya yaitu di Bogor karena pada saat itu saya merasa belum nyaman dengan lingkungannya, dan kedua orang tua saya pun menyetujui hal itu. Lalu, saya dan adik saya kembali ke kota asal saya yaitu di Bogor, pada saat itu saya tinggal bersama nenek, kakek, om dan tante saya. Pada saat kelas 5 dan 6 SD saya sangat aktif mengikuti kegiatan dan mengikuti beberapa organisasi, jadi saya memiliki banyak teman dari berbagai macam suku, ras, dan agama. Pada saat lulus SD saya dan adik saya kembali meninggalkan Kota Asal saya, saya memilih untuk pindah dan tinggal bersama ayah dan ibu saya. Jadi, pada saat SMP sampai lulus SMA saya tinggal bersama kedua orang tua saya serta adik saya. Saya bersekolah di salah satu SMP favorite di daerah saya yaitu di SMP NEGERI 1 MANADO dan melanjutkan kejenjang selanjutnya di salah satu SMA favorite juga di Manado yaitu di SMA NEGERI 9 BINSUS MANADO, saya dinyatakan lulus dengan nilai yang lumayan baik. Saya termasuk didaftar siswa berprestasi (SNBP) kemarin tetapi belum rezeki, saya belum berkesempatan untuk lolos seleksi SNBP, jadi saya juga mendaftarkan diri untuk mengikuti UTBK, namun sama hal nya saya belum berkesempatan juga untuk lolos pada ujian UTBK kemarin.
Sekarang ayah saya adalah salah satu orang penting yang berada dikantornya, beliau selalu mengajarkan kepada saya bahwa tidak ada usaha yang mengkhianati hasil. Akibat yang saya rasakan dalam hidup saya adalah, saya merasa menjadi lebih mengargai waktu, uang, dan juga orang tua saya tentu nya.
Sebagai anak sulung perempuan, saya mempunyai tanggung jawab yang sangat besar, saya harus memberikan contoh yang baik untuk adik saya. Jika saya salah saya banyak memberi tahu adik saya untuk tidak mengulang apa yang pernah saya lakukan, saya serta adik saya sering sharing cerita yang kita alami setiap harinya, mungkin dulu kami sering bercerita secara langsung, namun sekarang kami lebih sering berkomunikasi lewat telephone dan via chat bahkan sekarang sudah jarang karena masing-masing dari kami sudah memiliki kesibukannya sendiri-sendiri, namun sebisa mungkin kami saling memberi kabar setiap harinya disaat waktu senggang.
Pada saat berada di kelas 12 saya bingung menentukan pilihan saya, pada saat saya tidak tau minat dan bakat saya dimana. Pada saat menuju kenjenjang perkuliahan, saya mencoba tes kebeberapa universitas favorite dan ternama, namun sayangnya belum rezeki, pada saat itu saya hanya fokus mengejar PTN, terlebih PTN favorite saya, jadi saya sama sekali tidak pernah kepikiran untuk masuk dan mencoba ke universitas swasta. Pada saat saya di tolak beberapa PTN saya sangat stress dan hopeless, namun ada beberapa teman dan keluarga saya yang menyarankan untuk mencoba beberapa PTS dam mencoba menjelaskan bahwa tidak semua PTS itu buruk, jadi saya mencoba beberapa PTS, PTS yang saya coba yaitu UNTAR, UNPAR, serta BINUS. Saya lolos tes diketiga PTS yang saya daftarkan, lalu saya memberi tahu kabar tersebut kepada keluarga serta beberapa teman baik saya, dan saya mendapatkan respon yang sangat baik dari mereka semua.
Saya memilih BINUS karena saya pernah mendengar bahwa salah satu universitas swasta terbaik di indonesia adalah BINUS, saat mendengar itu saya sangat tertarik untuk masuk di situ, dan sedikit mencari tahu tentang BINUS, lalu saya langsung mengikuti tes untuk masuk ke BINUS.
Saya bersyukur tumbuh dan hidup di keluarga yang supportive, saya serta keluarga saya saling mendukung satu sama yang lain, saya senang memiliki keluarga yang harmonis, lingkungan hidup saya bisa dibilang positif.
Saya lagi sering mendengarkan beberapa lagu taylor swift, bruno mars dan K-POP. Dan saya suka mendengarkan beberapa podcast sebagai hiburan.
Kesedihan yang paling dalam pada hidup saya adalah pada saat COVID-19. Pada saat maraknya COVID-19, ayah serta ibu saya terpapar virus COVID-19 dan harus dilarikan ke rumah sakit setelah seminggu karantina dirumah, karena pada saat itu kondisi kedua semakin hari semakin menurun. Ibu saya dirawat selama seminggu lamanya, sedangkan ayah saya masuk ruangan ICU dan dirawat lebih lama dibandingkan dengan ibu saya, ayah saya harus masuk ke ruang ICU dikarenakan adanya penangannya yang sedikit serius oleh dokter. Pada saat itu saya hanya bisa berkomunikasi dengan orang tua saya via video call saja, saya hanya bisa melihat mereka begitu tegar melewati itu semua, pada hari ketiga mereka dirawat saya sudah bisa melihat senyum yang mengembang diwajah kedua orang tua saya, namun setelah beberapa hari kondisi ayah saya semakin memburuk jadi harus ditangani intensive oleh dokter, beliau menempati ruangan ICU kurang lebih selama 4-5 hari lamanya. Saya tidak bisa berkomunikasi sama sekali dengan ayah saya, saya hanya bisa membantu mereka lewat doa yang saya kirimkan setiap hari, saya semakin takut dengan kondisi kedua orang tua saya dikarena setiap hari adanya berita yang membahas tentang kematian beberapa orang yang terpapar COVID-19, saya takut dengan itu semua, namun keluarga saya berusaha menenangkan saya agar saya tidak perlu berpikiran tentang hal yang tidak-tidak. Singkat cerita ibu saya dinyatakan sudah negative COVID-19 dan diperbolehkan kembali kerumah, saya senang dengan adanya pemberitahuan itu, sesampainya ibu saya dirumah saya menanyakan selama beliau disana beliau melakukan apa saja, lalu beliau bercerita tentang yang beliau lakukan selama dirumah sakit, saat mendengarkan cerita beliau tanpa saya sadar saya menangis, saya sedih serta senang karna beliau sudah bisa bertahan dengan kuat pada saat itu, namun saya sedih karena saya masih belum mendapatkan kabar tentang ayah saya. Setelah beberapa hari akhirnya saya mendapatkan kabar gembira bahwa ayah saya sudah keluar dari ruangan ICU, dengan arti lain kondisi ayah saya semakin membaik dari sebelumnya, saya sangat senang mendengar hal itu, saya semakin yakin bahwa ayah saya bisa kembali bersama kami kembali. Singkat cerita, setelah melewati beberapa hari ayah saya telah dinyatakan negative COVID-19 dan diperbolehkan kembali kerumah dan kumpul kembali bersama kami.
Saya memiliki tujuan hidup yaitu membahagiakan kedua orang tua saya, keluarga saya serta diri saya sendiri, saya ingin bisa menjadi apa yang saya serta keluarga saya harapkan kepada saya, saya ingin membuat mereka bangga dengan apa yang saya capai, saya sangat yakin bahwa tidak ada usaha yang mengkhianati hasil, saya selalu berikhtiar, saya selalu meminta doa restu kepada orang tua serta keluarga saya, besar harapan saya agar untuk menjadi orang yang sukses dan berguna bagi sekitar saya.
Jika nanti saya menjadi apa yang saya impikan dan saya idam-idamkan, saya harus tetap rendah hati kepada seluruh orang tanpa memandang bulu, saya ingin membantu semua orang dengan tulus dan ikhlas dengan apa yang saya miliki dan apa yang saya bisa.
Sejak beberapa tahun terakhir saya merasa lebih tertarik ketika saya berada atau melihat gedung-gedung dan bangunan-bangunan, saya berpikir “kok bisa ya mereka mendesign seperti itu?” “mereka kepikiran apa ya sampe bisa jadi begitu?”, banyak pertanyaan di kepala saya yang membuat saya menjadi penasaran dengan dunia arsitektur. Saya sangat tertarik dengan bangunan-bangunan yang bersejarah dan memiliki sejarah itu sendiri salah satu contohnya yaitu candi-candi yang ada di Indonesia.
Waktu itu saya sempat ragu untuk memilih jurusan arsitektur karena dengan adanya beberapa teman-teman saya yang mengatakan “emang kalo udah lulus nanti jadi apa?”, “yakin minat dan bakat lo disitu?”, pertanyaan demi pertanyaan membuat saya goyah dan mencari “sebenarnya setelah mengambil jurusan yang saya pilih nanti, saya bisa jadi apa?” . Namun setelah memahami saya ketertarikan lebih condong kemana, saya lebih memilih untuk masuk jurusan arsitektur ini karena waktu itu saya melihat sekilas diberita bahwa pak Ridwan Kamil yang mendesign salah satu masjid yaitu “Masjid Al Jabbar” dan saya merasa kagum dengan itu, dan semenjak saat itu saya merasa lebih tertarik pada bangunan-bangunan.
Untuk saat ini saya cukup mencintai bidang ini karena dikeluarga saya belum pernah ada yang mengambil atau berkecimpung di bidang arsitektur ini, jadi besar harapan saya untuk menjadi yang pertama yang berkecimpung di keluarga saya.
Saya sangat berharap apa yang saya tulis sekarang bisa menjadi bisa menjadi pelajaran untuk saya untuk nanti kedepannya, dan jikalau harapan saya menjadi nyata saya akan bangga dengan perjalanan dan proses demi proses yang sudah saya lewati sampe detik ini.