Kategori
Project Bioclimatic House

Bioclimatic Home 595 – Coil

Pagi-pagi dirumah mas Hugo dan mbak Lisa, suatu rumah yang saya namakan Rumah Kumparan atau Coil Home. Diawal perbincangan, saya bertemu mas Hugo yang menginginkan rumah yang memiliki cerita. Permintaan seperti itu bukanlah permintaan yang mudah untuk dijalankan dan dimengerti, karena sebuah cerita didalam sebuah rumah adalah cerita tempat dimana keluarga itu akan hidup dan besar bersama. Kemudian pertemuan-pertemuan setelah itu adalah mengenal mbak Lisa, istri dari mas Hugo yang sangat pengertian dan terbuka akan begitu banyak kemungkinan didalam membesarkan anak-anak dan memberikan pengertian kepada mas Hugo.

Rumah ini kemudian terbentuk dengan kombinasi dan keterbukaan seperti bentuk tangan yang sedang memeluk sekitar. Kumparan menurut saya adalah sebuah kediaman yang akan memberikan kesejukan bagi keluarga yang tinggal didalamnya.

Kejujuran itu memberikan kehangatan dan energi. Energi itu akan berkumpul seperti didalam sebuah kumparan atau coil dan bentuk lingkaran yang erat antara satu dengan yang lain. Begitulah hubungan antara sebuah keluarga yang disatukan oleh ruang-ruang keluarga tanpa sekat, yang terhubung antara beberapa ruang untuk beristirahat atau ruang tidur yang dihubungkan didalam sebuah sirkulasi kearah yang vertikal. Dimana ada cahaya masuk dengan konsep Punden Berundak.

Pundak berundak ini menerus dari lantai paling atas berupa skylight sampai ke balkoni dan teras dan kolam renang kemudian sampai ke ramp yang mengelilingi bangunan sebagai pintu utama. Komposisi ini menunjukkan sebuah kesatuan dan pemikiran yang panjang tentang sebuah arsitektur biolimatic yang memberikan kesejukan bagi pengguna, kenyamanan termal, kedekatan personal, dan hopefully sebuah tampak yang menyerupai hutan kota. Ditunggu ya kabar selanjutnya.

Terimakasih tim @realricharchitectureworkshop : Memei, Rico, Putra, Teh Al, dan Pandu yang sudah mengawal project ini. Juga mas Hugo, seluruh tim pembangun Sirin, Warno.

Kategori
Project Bioclimatic House

Bioclimatic Home 594 – Sunyoto

Pak Sunyoto merupakan salah satu teman ayah saya yang sudah lama sekali, saya bermain tennis bersama ayah saya sejak umur 1995. Mulai berhubungan baik dengan pak Sunyoto mulai dari tahun 2005’an, dari zaman beliau baru berkembang sampai sekrang. Jadi rumah itu merupakan gambaran sebuah relasi hubungan antara antara saya, keluarga besar saya, hubungan saya dengan ayah saya, dan hubungan saya dengan pak Sunyoto langsung.

Rumah ini unik karena ada dua lahan kosong, dimana suatu saat nanti pak Sunyoto punya mimpi bahwa akan ada extention to the new landscape. Rumah beliau yang sekarang agak sempit, jadi tidak punya banyak taman. Mimpinya adalah memiliki rumah yang mempunyai banyak tanaman, karena istinya juga suka tanaman.

Ini adalah rumah dimana baliau sudah mapan dan akan menjadi rumah terakhir, dimana beliau tidak akan pindah-pindah rumah lagi. Beliau memiliki tiga anak, rumah ini didesain dengan pertimbangan untuk menyambut anak-anaknya jika pulang dari luar negeri. Jadi setiap kamar beliau minta ada kamar mandi dalamnya. Oleh karena itu ruang bekumpul menjadi penting, karena beliau merupakan keluarga besar yang membutuhkan ruang berkumpul, ada void, ada skylight, ada cahaya. Arah hadap rumah ini menjadi penting, menghadap ke utara dan selatan, membuat balkoni menjadi teduh dan bisa menjadi tempat untuk menanam tanaman.

Rumah ini benar-benar dipakai untuk mewadahi hobi ibu dan bapak, ibu hobinya menanam, bapak hobinya workshop karena bapak orangnya tidak bisa diam, beliau suka nukang dan berkumpul. Jadi rflecting dibawahnya itu untuk workshop dan area tanaman, diatasnya untuk area keluarga, diatasnya lagi untuk children, dan diatasnya lagi untuk gym dan tanaman lagi. Jadi kita melihat intention utamanya rumah ini adalah rumah milik keluarga Sunyoto yang akan mendefine keluarganya dengan keempat hal tadi.

Kategori
Project Bioclimatic House

Bioclimatic Home 590 – Tanjung Duren

Proyek ini berbasis pada renovasi rumah 2 lantai. Kebutuhannya adalah 3 buah kamar di lantai atas dan 1 kamar yang merangkap ruang kerja. Sisi barat ditutup oleh teritisan atap yang lebar dan sisi selatan dibuka dengan sisi sependek mungkin sebagai peneduh dari ruang keluarga di lantai dasar.

Balok dan kolom struktur dipertahankan dengan perbaikan atap dan pemanfaatan ruang miring yang terbentuk oleh atap. Setiap ruangan mendapatkan cahaya langsung termasuk toilet dan kamar tidur. Bahasa bentuk yang digunakan adalah bentuk lengkung hasil dari eksplorasi pengalaman ruang terhadap ruang – ruang kecil dan terbatas.

Kategori
Project Bioclimatic House

Bioclimatic Home 584 – Condet

Rumah ini ada di daerah Condet yang hijau dengan selokan dan dinding pagar yang membatasi di sisi depan. Untuk masuk ke rumah   terdapat jembatan yang melintasi selokan besar selebar 1.5 m.

Orientasi bangunan menghadap utara selatan untuk mereduksi panas matahari dan didesain untuk memudahkan sirkulasi udara silang dengan bukaan jendela dan pintu. Lorong udara vertikal diletakkan di daerah kamar tidur, tangga  dan ruang serba guna yang diperhitungkan dengan kompromi terhadap ketebalan massa bangunan.Ruang – ruang servis dan Kamar mandi didesain dengan bukaan yang langsung terhubung dengan sisi luar bangunan.

Rumah ini didesain dengan orientasi ke taman melihat ke daerah kolam renang di belakang dimana ada pembagian akses privasi sehingga dinding bata yang disusun – susun didesain untuk membagi sisi dalam dan luar.

Sisi depan tampak bangunan didesain dengan menggunakan bata yang diekspose dengan lubang – lubang untuk  menangkal cahaya matahari sekaligus memberikan provasi, dan sisi belakang didesain dengan suasanya yang transaparan, yang pintunya didesain dengan fleksibel sehinga setiap hari penghuni merasa terhubung dengan pepohonan, tanah, dan air di  luar bangunan.

Kategori
Project Bioclimatic House

Bioclimatic Home 577- Banjar

Rumah ini sangat simpel, seperti melayang. Programing rumah ini memiliki 3 bethroom dengan luas bangunan yang cukup kecil karena budget yang terbatas. Semua ruang-ruang dirumah ini menghadap ke open space dan memiliki anatomi koridoor panjang dengan massa yang panjang dan melayang. Rumah hasil dari mimicking Rumah Betang, rumah khas Kalimantan.

Rumah ini memiliki master badroom yang besar dan integrated dengan ruang anak. Sirkulasi spacenya sangat kecil, tatapi yang berada di living room dan menghadap ketaman lebih besar. Spacenya integrated, sehingga ketika masuk ke pintu masuk, tidak dapat melihat living room secara langsung. Perlu memutar terlebih dahulu dulu, baru masuk. Hal ini untuk membagi privasi ruang. Terdapat foyer terlebih dahulu yang menghadap keluar, baru kedalam. Ini adalah sebuah teknik yang intimate prominent.

Saya bermimpi bahwa di Indonesia itu like prominary the architectural itu tidak bisa terlalu besar. Menurut saya karena space kita terbatas maka intimate prominat prominent itu menjadi penting didalam trapikal climate yang agak adem. Jadi ruang-ruang kecil yang intimate itu menjadi identitas arsitektur di Indonesia.

Kategori
Project Bioclimatic House

Bioclimatic Home 574 – Sutera

Rumah ini merupakan renovation project yang ada di lahan yang sudah ada stuktur eksisting. 100% Struktur dipertahankan, renovasi ini hanya perlu diganti atap dan ditambah sedikit. Rumah ini mimiking rumah bu Winny di Pantai Indah Kapuk.

Ekspresinya rumahnya tropis, untuk kanopi yang teduh. Didepannya untuk mobil, dan mobil difokuskan untuk diluar. Jadi begitu masuk seakan-akan ada semacam intimate prominat lagi, sebelum masuk ada kisi-kisi kayu.

Rumah ini ditambahkan fasad untuk mereduksi biaya sebesar mungkin dan resources sebesar mungkin dengan kombinasi relayouting ruang. Membuat ruang menjadi tanpa barrier atau dinding.

Kategori
Project Bioclimatic House

Bioclimatic Home 563 – Morahai

Rumah ini memiliki dua sisi, ia privat juga ada sisi publik. Sisi kamar tidur berisi permainan bentuk lengkung-lengkung yang menerus seperti terasering. Massa bangunannya seakan-akan diangkat untuk mengakomodasi daerah komunal-perpustakaan-dan daerah tempat tinggal. Ada tangga disisi ujungnya yang dikelilingi oleh bukaan kotak-kotak. Kebetulan suami dari sahabat saya, suka berkomunitas. Rumah ini adalah cerminan dua sisi komunitas dan keluarga yang saling bertolak belakang. Explorasi kombinasi bentuk lengkungan dan kotak pada bentuk dan fasad bangunan didesain untuk memberikan aliran udara yang sehat dan menghadirkan cahaya udara alami kedalam ruang.

Istri dari klien kami adalah sahabat lama saya dari SD. Dulu Saya bertemu dia lagi kira-kira 12 tahun yang lalu dan baru 3 tahun yang lalu bertemu kembali dan menjadi klien kami. Kali ini Pekerjaan kayu-kayu, kisi-kisi depan dan kayu ulin yang sudah terpasang.

Layouting didalam rumah rumah ini menyediakan dua jenis zona privasi, publik dan privat karena klien kami menginginkan setiap kerabat yang berkunjung bisa merasa seperti rumah mereka sendiri.

Kategori
Project Bioclimatic House

Bioclimatic Home 530 – Pelangi

Rumah ini merupakan proyek renovasi bangunan di atas lahan 8 x 20 yang mempertahankan sebagian dinding dan pondasi eksisting. Renovasi didesain memiliki bentuk unik sesuai kebutuhan (2 kamar anak, 1 kamar utama, ruang keluarga dengan sarana pendukung). Klien kami adalah pasangan yang sederhana, mendambakan rumah yang memiliki estetika yang baik sekaligus tidak mahal.

Saya mengenal salah satu dari mereka dari sejak kecil, kami bertetangga dan sering berpapasan. Justru kemudian pasangannya secara kebetulan mengetahui referensi dari klien kami. Mereka adalah pasangan yang rasional, empatik sekaligus senang dengan seni. Mereka bisa membuka dirinya, sehingga proses desain bisa berjalan lebih lentur dan eksploratif.

Strategi arsitektur dimulai dengan membuka pandangan ke arah belakang dengan memanfaatkan struktur yang digunakan untuk menopang struktur baru. Penambahan lantai menumpu diatas pondasi telapak sesuai dengan perhitungan beban dan kondisi tanah eksisting sekaligus dibuka untuk mendapatkan ruang yang fleksibel.

Celah Antar kiri kanan dan cerobong cahaya berfungsi untuk memasukkan udara segar sekaligus cahaya. Meskipun rumah terdiri dari 2 lantai dan berbatasan dengan dinding tetangga samping tidak menjadi penghalang agar rumah mendapat pencahayaan dan sirkulasi udara yang baik. Tampak depan yang memiliki bagian balkon kantilever dan rongga ruang di samping kanan kiri sehingga menampilkan kesan ringan dan ramping. Kantilever berfungsi sebagai naungan pintu masuk yang ada di bawahnya. Rongga ruang samping ini juga berguna agar semua area mendapat cahaya dan sirkulasi udara yang baik. Pintu masuk didesain dengan bentuk bulat sehingga menampilkan kesan artistik di dalam komposisi arsitektur yang optimal.

Kategori
Project Bioclimatic House

Bioclimatic Home 525 – Tabung

One of the RAW Architecture #RAW99%finished. It’s a 3-story house with a compact, technological design with solar panel integration and a north-south opening.

The layout is separated by 3 simple grids. The shape is like a tube with a bridge in the middle – the result of efforts to incorporate air and light into the bedroom and living room.

Kategori
Project Bioclimatic House

Bioclimatic Home 516 – Botanical House

Kali ini saya berbagi tentang desain dari project yang sedang kami kerjakan di pinggiran jakarta, lokasinya di hook, program ruang dari rumah ini adalah rumah 3 kamar 2 kamar diletakkan di lantai 1 dan kamar master diletakkan di lantai teratas. 

.

Konsepnya adalah arsitektur yang bioklimatik yaitu  membuat rumah yang fungsional,  tropis, memiliki teknologi pengairan juga dan memiliki desain micro climate yang baik. Menariknya ada 3 pohon besar bertajuk 8 meter yang ada di perimeter lahan. Jadi sebenernya desain mencoba untuk bagaimana memberikan bingkai untuk rumah, sekaligus memberikan ruang terbuka yang mendapatkan bayang – bayang dari pepohonan. Rumahnya ada di hook, kiri – kanan potensial untuk memberikan pengalaman inside juga outside.

.

Setelah dikutik – kutik ternyata ruang di bawah bisa dibuat ruangan yang blong dengan beberapa kolom di perimeter. Daerah atas melengkung menyesuaikan bentuk profil lahan dan lantai atas memberikan kanopi untuk daerah bawahnya. Rumah ini menghadap utara dan timur, jadi solusi menggunakan kanopi dan kaca terbuka akan sangat tepat. Menurut saya ruangan yang tidak terlalu tipis dan tidak terlalu tebal itu penting supaya bisa fleksibel apabila ada lebih banyak orang datang dan ngumpul – ngumpul.

.

Rumah ini pas untuk keluarga kecil dengan mimpi yang menantinya. Kebetulan mereka senang dengan rumah ini dan semoga cepat dibangun ya.

Kategori
blog lecture

Architecture Story: How The Journey Started (Tracing the Dots)

Sabtu, 27 Mei 2023 kemarin saya diundang di acara webinar archistory yang diadakan oleh himpunan mahasiswa Teknik Arsitektur Universitas Negeri Semarang. Tema dari webinar ini adalah “Architecture Story: How The Journey Started”.

Saya merefleksikan tema tersebut kebeberapa tahun yang lalu saat saya mengenal arsitektur di bangku kuliah, pengalaman kerja, merintis biro arsitektur hingga sekarang. Kami menambahkan judul dari webinar tersebut dengan “Tracing the dots”

Penggabungan konektivitas perjalanan-perjalanan berarsitektur yang saya mulai dari hal-hal sederhana yang dipupuk sejak dibangku kuliah, dari kehidupan akademik hingga berorganisasi. Masa dimana saya selalu menjadi orang yang terakhir. Terakhir merapikan kursi-kursi setelah acara, terakhir mematikan lampu dikantor dsb. Secara tidak langsung hal-hal tersebut membentuk karakter kerja sampai tuntas dan belajar mengakhiri apa sudah dimulai. Di dunia arsitektur ternyata hal tersebut sangat berguna, karena proses pengerjaan sebuah proyek arsitektur merupakan perjalanan panjang yang membutuhkan konsistensi yang tinggi hingga sebuah arsitektur terbangun, membentuk karakter konsisten hingga akhir.

Senjatanya adalah 3 hal, yang pertama adalah pengetahuan, yang kedua menemukan mentor, seperti Norman Foster selama 2 tahun, Mas Emil 1 tahun di Urbane, seperti juga mas Dani satu tahun di DP Architect, semua mentor saya sampai sekarang saya punya mentor-mentor sampai pada akhirnya kita punya role model, yang ketiga bangga dengan diri sendiri.

Kita akan dipertemukan dengan orang-orang yang setipe dengan kita, menurut adik-adik yang bertanya pada saat pemaparan materi kuliah, mereka mengaggap saya sosok seorang arsitek yang mempunyai idealisme, sehingga dia bertanya “Bagaimana menyikapi ketika idelisme kita bertentangan dengan dosen?”, jawaban saya sederhana, bahwa kita tidak bisa lepas dari ekosistem pendidikan kita, dimana kita masih terperangkat dengan cara mendidik yang sistemnya top down. Itu memeng sudah diteliti juga bahwa negara-negara seperti kita yang masih berkembang ini sangat butuh ekosistem untuk kita mendengarkan anak-anak muda, juga menvalidasi siapa mereka. Tetapi dari sistem pengajaran juga mereka takut bahwa anak-anak akan berhasil atau tidak, karena waktunya benar-benar mepet. Kita itu sama-sama terjepit, seakan-akan sudah harus berproduksi, padahal masih butuh waktu untuk didengarkan.

Semakin cepatnya informasi, maka tekanan itu juga semakin besar. Kamu seakan-akan tidak didengarkan padahal yang terjadi adalah informasi begitu banyak. Padahal zaman dulu kita susah mencari informasi. Sekarang infoemasi dimana-mana. Kalau dulu anak-anak harus haus akan ilmu, karena kalau tidak mencari informasi, dia tidak akan mendapat apa-apa. Kalau sekarang tidak bergerakpun bisa mendapatkan banyak hal. Tapi banyak hal itu anatar jelek atau bagus tidak tau, Jadi menurut saya menjadi penting untuk memposisikan cara berfikirnya. Menurut saya, saya bisa advice. Cara berfikir dan filosofi itu menjadi penting ditahap-tahap awal mempelajari arsitektur.

Filososfi dimulai dari memvalidasi diapa aku, jadi punya background cerita dulu seperti keluarga, dsb. supaya kamu bisa dihargai orang, karena itu sebuah hal yang sangat baik. Caranya bisa lepas dari itu adalah dengan menfalidasi diri sendiri dulu, meskipun mungkin tidak ada dosen ataupun orang yang memvalidasi, kamu harus survive. Jadi reposisinya harus dirubah dulu bahwa dosen itu jangan dianggap sebagai client. Kita tidak bisa tau pengalaman dosen kita, oleh karena maka yang tepat adalah bukan masalah client atau tidak, tetapi proses bagaimana kita menggerakkan bukan cuma clientnya, tapi tentang bagaimana kamu suka dan cinta pada arsitektur. Jadi menurut saya dosen jangan dianggap sebagai client, tapi dianggap sebagai mentor. Nah dari situ kamu akan suka, pada akhirnya idealismenya dimana sih? “Kamu tau apa yang kamu suka dan kamu cintai, jadi kamu bekerja secara otomatis, bekerja tanpa disuruh – dengan begitu soul terbentuk”.

Kategori
blog

Selamat Ulang Tahun Laurensia

.
“Kado terbaikku tahun ini adalah melihat Miracle pulih dari sakitnya”
.
Sudah hampir satu minggu ini Miracle sakit, dan kami beberapa kali ke dokter. Setiap hari juga, Laurensia berdoa supaya ia cepat sembuh, pusing setiap saat membuat kami was-was satu minggu ini. Beberapa hari terakhir ini Miracle sudah mulai pulih dan aktif kembali.
.
Umur kali ini adalah umur dimana kami belajar melewati krisis kami untuk lebih setia pada niat-niat baik ke orang lain, ke anak-anak. Dari Laurensia, saya belajar bahwa mana yang diniatkan akan terjadi, baik menjadi baik. Desain rumah kami, kehidupan studio tidak lepas dari peran dirinya. Ia sendiri yang meminta supaya tempat kerja dan tempat tinggal menyatu dan tidak berjauhan. Ia mengerti saya yang selalu tidak pernah lepas dari pekerjaan.
.
Kalau ada satu hal yang saya perjuangkan adalah membuat Laurensia bahagia, dan terus hadir di tengah-tengah kami. Melihat Laurensia dan harapannya, ia adalah orang yang sederhana, keluarganya adalah surganya, saya dan anak-anak sangat beruntung bisa mendapatkan kasih sayang dari dirinya. Setiap hari ia menyiapkan kebutuhan kami, setiap saat juga ia selalu hadir untuk kami semua.
.
Memang benar surga dan keajaiban hidup ada di telapak kaki Ibu dengan kesederhanaannya dan kesehariannya. Kami bersyukur bisa merasakannya. Happy birthday Laurensia, you are the best mom, wife, and dentist. Love u so much to the moon.

Kategori
Project Bioclimatic House

Bioclimatic Home 486 – Walet Indah

Renovasi rumah Ini 100% menggunakan struktur lama, project ini baik untuk menjadi referensi dalam peningkatan kualitas hidup. Kita tambahkan ekstention canopy to provide the bio climatic. Ruang-ruang dibuang sekatnya untuk relayout. Memperbaiki kebocoran, membuat fasade menjadi lebih terang.

Intimate, spacenya seperti void yang di keep, lantai 2 nya dibuat blong untuk ruang anak-anak bisa berkumpul bersama. Kedua kamarnya dibuat functional untuk anak-anak. Sebelumnya kamarnya gelap-gelap dan kecil-kecil, kemudian di extend ke arah jemuran belakang jadi di equepat dibelakang. Diatas menjadi 2 kamar besar.

Dibawahnya di blong-blongin supaya ketika pintu dibuka ada sebuah lorong yang beputar, jadi ruangannya terasa lega. Dikiri bawah ada seperti ruangan bathroom yang bisa dipakai untuk kerja. Jadi bedroom nyambung sama lauge, nyambung sama tempat kerja bu Winny yang akuntan. Jadi client beliau didepan, begitu masuk didepan itu ada laugenya, jadi bisa memutar sekaligus bisa diakses dari service.

Diatasnya juga sama, begitu di blong-blong, jemurannya ditaro dibagian belakang, di equepat ruangannya tengahnya yang tadinya gelap, dibuka menjadi skylight untuk ruang jemuran.

Kategori
Project Bioclimatic House

Bioclimatic Home 474 – Kemang Compound

Kategori
Projects Collective Cave

Collective Cave 408 – School of Alfa Omega

Alpha Omega school is an educational building with the spirit of locality. Located on Tangerang city, it sat on 11700 sqm area with the prior condition of the swamp and paddy field. The design responded to this unstable soil condition by raising structure to 2.1 m high above the ground. The site itself was chosen as part of the design scheme, —corresponding to its natural surroundings, in order to give children a sense of closeness to nature, thus invoking outdoor-learning experience.
(The building integrates 4 modular buildings, with an efficient access point in one central courtyard, due to limitation of local land zoning of what can be built and what can not be built.)

The solution to answer the brief of the project is to create an optimum collaboration, or bridge relationship in the economic and creative process of construction in two important levels of masonry steel and bamboo construction which can enrich the economic impact of the surrounding.
Steel structure, not only for its ability to hold structural load effectively but is also chosen for its construction speed and vigorous durability. The whole building based on this framework, from foundation to roof component. Steel in its variation from thickness to treatments, opening chances in versatile details of the design. While bamboo, on the other hand, is a flexible matter that requires little maintenance in long-range which always available in that area. This availability also related to brick and concretes in that area. The structure is combined with bamboo for the roof to create a parabolic shape which enhances the character of Nipah which can be tilted or bent while keeping the cost constraint on budget. The brick is stacked in solid void pattern to allow cross air circulation in the facade. Meanwhile the polished bare concrete is used as floor finishes as its durability for a daily school activity.

Another target of the project is to create a collaborative bonding within people and its buildings. Initiating a healthy social cycle with local involvement has proven to unlocked the collective creative process of the construction. This achieved by hiring diverse local craftsmen, rather than employing prime developers. This project completed by local stone masonry, to steel welder from the Salembaran area, and bamboo craftsmen from the Sumedang area. Each has its originality, without losing its ubiquitous understanding of school design.

The local craftsmanship is the answer of 3 problem, which is: 1. Optimum resource, 2. Time constraint, 3. Manpower. The material resources can be found within 5 km from the site to accelerate development while reducing the carbon footprint at the same time.

In 4 months range, the craftsman is categorized into two types:

(1) Light structure, which is concentrated on the roof. Constructed by a triangular light steel frame per 600 mm, man-powered by 40 Sumedang craftsman. Its low-cost material had reduced 30 % initial budget, using bamboo and Nipah entirely.


(2) The heavy structure is built for modular classrooms by Salembaran craftsman constructing masonry and steel framework. By the first 2 months, light structure craftsmen had constructed dock, followed by roof and ceiling details. In followed 4 months they joined in heavy structure part. The school is built in 4 months’ time.

The school designed as a passive cooling building, which relied heavily on natural cross air ventilation in its construction. The open-high ceiling designed as an airing pathway, followed by porous solid-void brick on each side of the classroom’s wall. This way, interior airflow is circulated optimally without the necessity to use the air conditioner. For heat problem, the structure on top of the corridor is cantilevered by 2000 mm to create natural sunshade while providing protection from heavy rainfall. Nipah’s roof, brick’s solid void facade, bamboo’s ceiling, and concrete’s floor finishes provide low thermal conductivity materials that allow the building to cool down in an average whole year, interior temperature to 27-celsius degree. it the opening in the building designed for 100 percent daylight until afternoon, and 100 percent LED in the night time.

Kategori
Project Bioclimatic House

Bioclimatic Home 407 – Grogol

Kategori
Project Bioclimatic House

Bioclimatic Home 405 – Boutique Lebak Bulus

Kategori
Projects Collective Cave

Collective Cave 204 – Piyandeling Artisan Residence and Workshop

Piyandeling is a new project consisting of The Residence and Artisan Workshop The concept is elaborated from the previously Realrich Architecture Workshop (well known by RAW Architecture)’s “Guha” project. Piyandeling is located in a tranquil area of Mekarwangi Village, North Bandung.

The Residence consists of a three-storey house with a grid 3.0 x 3.0 m for 1 family consists of 2 kid bedrooms, 1 master bedroom, and shared bathrooms. The building envelope is openable which is constructed with recycled 300 x 600 mm plastic panels to cover and protect the inner bamboo structure. The plastic panel is recycled from 99 percent Sumarah Pavilion, that is why the residence is named Sumarah.

The envelope forms an 800 mm service corridor with double cross air ventilation and double wall insulations to the core living space of the building. This forms an adaptation of traditional and more industrial approaches mixing traditional joineries and glued joinery of bamboo. The technique is elaborated from Guha Bambu and Alfa Omega Project. which allows the experimentation of 3 storey of the bamboo structure by the diagonal bamboo structure of the floor plate construction.

Construction of Piyandeling is designed as an exercise using 3 types of main material such as recycled plastic, a local type of sympodial bamboo, and local stone for the foundation. The composition started as an exploration on how bamboo craftsmanship integrated with modular rectangular space to create such integrated craft carving bamboo composition from the ceiling, floor, column, door handle, lock, and finishing details handcrafted in site creating art and craft composition in the whole integrated space.

The Artisan workshop which is named Kujang is a two-storey floating structure for an open-air hall for meetings and gatherings connecting with organic farms. It is constructed from the 4 – 5 m grids of bamboo structure and covered with Nipah leaf combined with a waterproofing membrane for the roof. Forming the Julang Ngapak as a traditional West Java vernacular building, the playful balustrade of bent bamboo is played as a more elaborated hyperboloid form, it is stronger, and more flexible and creates a silhouette of the natural movement of birds or movement of Kujang which is a traditional weapon in Sunda Tradition.

The other building (named saderhana) is basically a simple 1 storey of two buildings on the perimeter as dentist space, and design studio, and the underground space. The 1 storey building was constructed with stone as a platform and bamboo as a roof providing a “Talahap” / overlapping curve traditional bamboo construction covered with layers of waterproofing membrane and Nipah. The underground studio is constructed with bamboo skeletal and concrete which forms a retention wall and carved bamboo shape formworks. The idea is creating finishes that are raw, basic, humble, and honest in the expression and forming such economic sensitivity.

Piyandeling is an example of bricolage architecture. It is an understanding that to design and build something out of the land, the project needs to find the roots of Local Genius by understanding the adaptation of local craftsmanship and local material available on specific sites.

Kategori
Project Bioclimatic House

Bioclimatic Home 156 – Guha The Guild

Guha is an combination of new and renovation project based on previously “The Guild” located in Taman Villa Meruya. The Project consist of Omah Library, Dental Clinic, residence and Realrich Sjarief’s studio named Guha Bambu, The studio is Realrich Architecture Workshop (well known by name of RAW Architecture).

The renovation section is consisted on adding sequence for adding elaborated programs for Omah Library such as more storage for book shelves, bookstore and gallery. The circulation is designed to separate the public and private which is solved by separating the access at the entrance.

The new project, named Guha Bambu is at the east side. This building stands in the lot of 7.5 x 26 m size consisted new 3 storey Bamboo structure, 2 storey of basement. The technique to build the structure is elaborated from experimental school of alfa omega project. The technique separates the steel plane truss structure as a roof and bamboo structure to hold the 3 floor plate under steel structure roof.

Construction of Guha is elaborated into 9 materials to sum up craftsmanship experimentation in Realrich Architecture Workshop such as : steel, wood, glass, metal, gypsum, bamboo, plastic, stone and concrete. The layout is flexible, and open while some of the rooms is opened by minimum 2 doors allowing the further scenario while the program can be changed. The idea is basically addressing the tropical climate to open north south and close the facade at west side.

The Facade is basically basic material, concrete, vertical louver by steel and bamboo. The program it self challenge the typical housing in Indonesia to be mixed with more micro business programs such as education, even coffee shop in the future by maintaining privacy and opening itself to the public. The construction is done by generations of craftsmen from west java which integrate some of traditional fish mouth joint in bamboo constructions and more modern construction method such as steel and construction.

Kategori
Projects Collective Cave

Collective Cave 113 – Rivoli Hotel

Rajutan Rivoli is a Hotel located in crowded area next to Kramat Raya street, east Jakarta, with street’s length of 50 m. It standing on a 1500 sqm land in hook position, with only 16 m width facing south and 97 m length facing west. Within early construction phase, this area had already have existing main stake columns on one floor high construction. The plan was business hotel that yet to be discussed in detail about its program.

The Hotel were designed to inject new design by splitting building masses from north-south side. The splitting achieved by few lightwell corridor, placed in linear manner that allows light to penetrates from transparent roof to first floor. Each lightwell designed in 1.0 m x 4.5 m size, installed on the highest point of the building’s 4th floor, creating a luminous bridge before entering rooms in west side.

West and east side designed to be more introvert. This achieved by a plane that weaved from imaginary line of view, resulted in forming a rationalized balcony with 2.5 m concrete cantilever width and 6.0 m diagonally. This cantilever functioned as room’s eaves that give shade on west side from 3.00 PM at noon until night.

This concrete cantilever also illuminating vista and landscape of south area, which is Kramat Raya street to Tugu Tani street and capital city’s landmark Monas. This cantilever projection also forming a passive design inside planned interior of the hotel.

This hotel designed with module of 21 sqm per room. Each divided by bathroom as 20% and 2 bedroom as 80%. The design totalled of 109 rooms on 4-7-4 m grid section long and 7.7 m width, with briefing area placed on the 1st floor of the building.

Basement area designed to receive natural light and air by cross ventilation system. Hotel corridor also designed to gain same effect from north and south area. Material design were chosen with easy maintenance and accessibility towards minimal cost due to financial situation that available within construction period. This followed by time-challenge on 15 months period, that the architect’s solution is to design building’s structure with prefabrication floor plate technology, to accelerate construction time.

Kategori
Projects Collective Cave

Collective Cave 100 – Taman Mini Bird Park

Kategori
Projects Collective Cave

Collective Cave 64 – Lippo F&B Center

Kategori
Projects Collective Cave

Collective Cave 35 – Cibubur Mall

Cibubur Mall Extension and Hotel Development
Features : 2 levels of integrated pedestrian walk and Hotel development consists of 120 luxury rooms with double loaded corridor which offers architecturally balanced between open air pedestrian walk and undulating surface of facade.
Conceptual design of RAW (Former DOT) In collaboration with Andy Prasetyo Architect
Status : Built
Appointment: 2011
Construction Start: 2012
Completion: 2012

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

62. Alang-alang Red Marun Ekor Kuda

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

61. Alang-alang Green Ekor Kuda

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

60. Palem Bintang

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

59. …

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

58. Episia Mutiara

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

57. …

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

56. …

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

55. Keladi Army

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

54. Bunga Sepatu Varigata

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

53. Dracena Song of India

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

52. …

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

51. Dracena Florida

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

50. …

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

49. Aglonema Sparkle

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

48. …

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

47. Aglonema Blanceng Green

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

46. …

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

45. Keladi Hanster

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

44. …

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

43. Beauty Star

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

42. Keladi Tengkorak silver

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

41. Keladi Amazon

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

40. Philodendron Gloriosum

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

38. …

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

39. Haliconia Varigata

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

37. Paperomia Rain Drop

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

36. Peperomia Black Plant Radiator

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

35. Keladi Mutiara

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

34. Paperomia Watermelon

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

33. …

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

32. Alocasia

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

31. …

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

30. Keladi Katak

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

28. Calathea Alberti

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

27. Sirih Gading Varigata Keong

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

26. Heliconia Varigata

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

29. Singonium Albo

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

25. Calathea Dark Srart

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

24. Calathea PrinstipMaranta Prinstip

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

23. …

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

22. …

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

21. …

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

20. …

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

19. …

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

18. …

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

17. …

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

16. …

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

15. …

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

14. Sutera Mumbai

Kategori
Temporary - Understanding Plantation

13. Silver Dust

Kategori
Understanding Plantation

12. Sabrina Silver

Kategori
Understanding Plantation

11. Patah Tulang

Kategori
Understanding Plantation

10. Pakis Varigata

Kategori
Understanding Plantation

09. Melati Belanda

Kategori
Understanding Plantation

08. Lyli Merah

Kategori
Understanding Plantation

07. Lidah Buaya

Kategori
Understanding Plantation

06. Keladi

Kategori
Understanding Plantation

05. Euphorbia

Kategori
Understanding Plantation

04. Cemara Perak

Kategori
Understanding Plantation

03. Buntut Bajing (Asparagus densiflorus)

Tanaman ini merupakan satu marga dengan sayuran asparagus. Berasal dari daerah savana di Afrika bagian timur mulai dari Ethiopia sampai Afrika Selatan dan Amerika Selatan. Biasanya ditanam di dalam pot secara berkelompok.

Kelebihan:

  • Merupakan tanaman yang mudah tumbuh

Kekurangan:

  • Jika kelebihan air, akar tanaman mudah membusuk

Cara merawat:

Media tanam:

  • Tanaman ini diperbanyak dengan cara memisahkan tanaman dewasa pada rumpun yang sudah terlalu penuh
  • Dapat diberikan sedikit kabut dengan semprotan air ringan apabila udara di sekitarnya panas

Pencahayaan:

  • Dapat beradaptasi dengan baik pada tempat yang terkena sinar matahari atau yang sedikit ternaungi (Hindari dari cahaya matahari langsung)

Suhu:

  • Suhu yang sedikit hangat sangat cocok baginya dan pada malam hari, sebaiknya berada pada suhu minimum 200C

Kelembaban:

  • Cek kelembaban tanah setiap hari, kalau kering maka harus disiram dan jangan sampai air menggenang karena bisa membuat tanaman membusuk

Pupuk:

  • Dipupuk setiap 3 minggu 1x

Pemangkasan:

  • Setiap bulan perlu di pangkas agar lebih subur
Kategori
Understanding Plantation

02. Banana

Kategori
Understanding Plantation

01. Air Mata Janda (Callisia repens)

Callisia repens merupakan tanaman sukalen merambat rendah. Berasal dari Kuba, Afika Selatan, dan Tiongkok. Tamanam ini bagian dari famili Commelinaceae dan genus Callisia

Kelebihan:

Tidak terlalu pilih-pilih tentang tanah tempat menanamnya

Kekurangan:

  • Rentan terhadap masalah overwatering (terlalu banyak air) dan underwatering (terlalu sedikit air)
  • Underwatering menyebabkan dedaunan bagian dalam sukulen luruh – Pertumbuhannya sangat lambat

Cara merawat tanaman:

Media tanam:

  • Menyukai tanah yang drainasenya baik
  • Tambahkan perlit (kaca vulkanis) / lumut gambut kedalam campuran tanah (media tanam) dengan perbandingan 50:50 untuk meningkatkan drainase dan kesuburan
  • Siram hanya ketika bagian atas kering – Siram tanah secara menyeluruh dan biarkan 1 inci bagian atas tanah mengering sebelum disiram kembali
  • Jika tanah bagian tepi menyusut dan mamadat, maka ambil jeda yang cukup lama untuk menyiramnya kembali – Gunakan pot yang agak besar

Pencahayaan:

  • Menyukai tempat terang tapi jauh dari sinar matahari langsung
  • Letakkan sejauh 1,8 meter dari jendela yang mendapatkan cahaya terang sepanjang hari
  • Maret-oktober biarkan menerima cahaya lebih banyak

Suhu:

  • Menyukai lingkungan yang sangat dingin
  • Pertahankan suhu antara 15-30 derajat celcius

Kelembaban:

  • Kelembaban 40-50 persen.03

Pupuk:

  • Pertama kali beli tidak perlu diberi pupuk, setelah 1 tahun baru bisa diberi sedikit pupuk setiap sebulan 1 x dengan pupuk organik

Pemangkasan:

  • Sesekali pangkas ujungnya secara tartur dan rapi
Kategori
Projects Collective Cave

Collective Cave 13 – Tunas Muda Kindergarten