Kategori
Teaching Tugas 2 - Reflection

Angelie Jasmine – Reflection

Bagi saya, selama kurang lebih 3 bulan masa perkuliahan berlangsung, Introduction to Architecture adalah salah satu kelas yang mengajarkan saya tentang makna memilih karir sebagai arsitektur yang lebih luas dan dalam. Mata kuliah Introduction to Architecture telah memberikan saya tempat dan kesempatan, untuk bisa memahami dan mengaplikasikan cara berpikir dan bertindak sebagai mahasiswa, maupun sebagai arsitek di masa depan. Saya belajar banyak, tidak hanya melalui teori, diagram, maupun pandangan arsitek dan peneliti luar, tetapi juga melalui tugas-tugas yang dipercayakan kepada saya, seperti tugas mewawancarai salah satu arsitek wanita di Indonesia. Tugas ini membawa saya kepada pemahaman Teori “5 Virtues of Thoughts” dari buku “Nichomachean Ethic Book IV by Aristotle”, yang sangat luas dan variatif dalam kehidupan seorang arsitek.

BINUS University menjadi tempat dimana saya bertumbuh dan mengembangkan diri saya. Hal ini dikenal sebagai “Nous”. Universitas adalah wadah bagi saya dalam membangun kapasitas dalam pandangan dan cara berpikir, kapabilitas, kebijakan intelektual, bahkan juga etika. Bagi saya, universitas tidak hanya menyajikan ilmu pengetahuan di kelas, tetapi juga kesempatan bagi diri saya untuk keluar dari zona nyaman saya dan mencoba hal-hal baru. 

Saya mengenal banyak rekan-rekan mahasiswa dari berbagai jurusan, asal, dan latar belakang. Dengan sifat introvert yang saya miliki, saya harus bisa memberikan effort yang lebih dalam berkomunikasi dengan mereka, dan memberikan impresi yang baik kepada mereka. Hal ini terjadi karena rasa keingintahuan saya untuk mengenal mereka lebih jauh dan dalam lagi. Melalui hal ini saya dapat mengenal cara pandang mereka terhadap suatu hal, cara mereka menghadapi sebuah situasi, dan kapabilitas mereka dalam berpikir mengenai suatu masalah. Bagi saya, hal ini penting bagi seorang arsitek untuk mengobservasi klien mereka agar dapaat memenuhi dan mewujudkan kebutuhan klien mereka. 

Peran Nous itu sendiri, menurut pandangan saya, bukan hanya menjadi tempat, tetapi juga pengetahuan dan cara berpikir kita yang awal, atau biasa dikenal dengan “original mind”. Hal ini menjadi peran yang penting, karena menjadi tahap awal dalam pola pikir dasar seseorang secara rasional dan masih berasal dari ingatan memori asalnya. Dalam tahap awal ini, seseorang bisa mendapatkan kesadaran diri dalam mengukur kelebihan dan kekurangan, demi menembus batas diri kita di masa lalu. Berada di tempat yang baru, bersama orang-orang yang baru, menjadikan memulai komunikasi dan membangun relasi adalah hal yang sangat penting bagi diri saya. Begitu juga dalam arsitektur, seorang arsitek diwajibkan untuk memiliki skill komunikasi yang baik, baik dalam design, literasi, maupun dalam berbicara dengan orang baru, terutama klien, dan juga di depan umum. 

Nous dapat dipahami sebagai mandala, tolak ukur awal seseorang dalam mendalami sebuah profesi. Lingkungan dunia profesi, universitas, yang seseorang pilih dapat sangat mempengaruhi masa depan seseorang, baik dari segi gaya hidup sosial, ekonomi, maupun budaya. Oleh karena itu, titik mulai setiap orang dalam sebuah perjalanan karir itu berbeda-beda. Setiap orang datang dari latar belakang yang berbeda-beda yang membuat mereka menjadi diri mereka yang sekarang. 

Universitas sebagai wadahnya, tentu menyajikan ilmu pengetahuan bagi mahasiswanya. Dalam quadran Episteme, ilmu pengetahuan memiliki porsi yang paling besar yang seorang mahasiswa dapatkan. Hal ini dikarenakan, dunia pendidikan yang menerapkan sistem belajar dengan mendengarkan dan membaca yang lebih dominan. Akan tetapi, menurut saya, hal ini adalah sama pentingnya dengan praktikum, karena disinilah saya bisa mempelajari konsep-konsep dasar dan latar belakang sebuah praktek. Dalam kesempatan ini pun, mahasiswa dapat saling bertukar pikiran dan mendiskusikan pandangan mereka mengenai suatu masalah arsitektur. Bagi saya, ilmu pengetahuan yang berdasarkan atas pedoman arsitek, merupakan panduan utama bagi seorang mahasiswa dalam mengenal sebuah bidang. Hal ini dilakukan untuk menyatukan pemahaman setiap orang mengenai sebuah teori. Oleh karena itu, ilmu arsitek sangatlah luas. 

Selain Episteme, universitas pun menyajikan Techne. Quadran tersebut diambil dari ilmu pengetahuan yang diperoleh dari kelas yang menerapkan cara belajar praktik, seperti simulasi studio dan kuliah praktik dan profesi yang sifatnya opsional. Memilih arsitektur tentu merupakan langkah yang besar bagi saya. Dibalik latar belakang saya, keinginan saya untuk membangun sebuah bangunan utuh, dengan kesenian yang tinggi, dan dapat berguna bagi banyak orang, adalah cita-cita utama saya. Keinginan menjadi arsitek artinya saya memiliki komitmen yang besar untuk tidak berhenti sampai Sarjana 1 (S1) saja. Dalam perkuliahan S1, saya hanya akan mendapatkan pendidikan yang disimulasikan kedalam studio desain, dan hal itu tidak menjadikan saya seorang arsitek. Oleh karena itu, saya harus melanjutkan dan memperkuat ilmu pengetahuan saya dengan kuliah praktik dan profesi. Tetapi perjalanan menjadi seorang arsitek adalah proses dan usaha yang panjang, sehingga dimulai dengan masa perkuliahan dengan simulasi studio adalah permulaan yang baik. Hal ini adalah untuk merangsang pengetahuan, keterampilan, dan motivasi menjadi arsitek. 

Lebih daripada itu, melalui simulasi praktik dan studio ini mahasiswa dapat mengasah skills mereka dalam membayangkan dan menggambarkan sebuah desain dalam bentuk maket, maupun gambar sketsa. Mereka dilatih untuk mengasah keterampilan dalam common senses dan logically thinking mereka dalam menentukan fungsi, bentuk, ukuran, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, mahasiswa pun mempelajari menggunakan aplikasi-aplikasi untuk mendesain 2D, 3D, hingga rendering. Dalam kelas studio ini, mahasiswa tidak hanya diajarkan mengenai teori, tetapi juga mengasah soft dan hard skills mereka. Mereka dituntut untuk dapat membagi waktu dan mengumpulkan tugas-tugas dan ujian mereka dengan baik, teliti, dan tepat waktu. Seorang arsitek pun tidak akan bekerja sendiri di masa depan. Mereka akan bekerja sama dengan pekerja teknik yang lain juga, seperti teknik sipil, mekanikal, elektrikal, dll. Sehingga, dari masa perkuliahan ini mahasiswa diajak untuk bisa berdisksi dan bekerja sama, agar ilmu pengetahuan seorang arsitek bisa mengikuti ilmu pengetahuan dari berbagai bidang tersebut. 

Setelah menjalankan Quadran Techne, adapula Quadran Phronesis yang harus dijalani oleh mahasiswa arstiketur. Adapun Quadran Phronesis ini merupakan taktikal seseorang dalam bertindak di sebuah bidang pekerjaan. Di dunia arsitektur, hal ini tidak bersifat wajib bagi mereka yang tidak ingin melanjutkan karir nya dalam merancang dan memiliki legalitas untuk membangun bangungan. Bagi saya, memiliki sertifikat legalitas sebagai arsitek merupakan sebuah kunci pencapaian yang utama saya memilih arsitektur dari awal perkuliahan, dan dengan itu saya dapat benar-benar mengaplikasikan talent, skills, dan effort saya ke dalam dunia yang nyata. Hal ini pun dapat menghasilkan hasil yang bervariatif, dikarenakan sistem setiap universitas berbeda-beda. Akan tetapi, ketersediaan ruang untuk melatih kemampuan dan pengetahuan taktikal dalam masa perkuliahan sangat sedikit. 

Walaupun begitu, bagi saya, kuliah praktik dan profesi adalah penting untuk dijalankan. Nilainya bukan karena untuk bisa membangun, tetapi untuk menyatakan keinginan dan keselamatan manusia maupun lingkungan atas bangunan yang terbangun di masa depan. Menurut saya, hal ini adalah sesuatu yang harus dipertanggung jawabkan seorang arsitek ketika berbicara mengenai “sustainable world”. Tidak hanya keindahan bangunan, tetapi juga kontribusinya kepada orang dan alam sekitar. Saya percaya, menjadi arsitek bukanlah hal yang mudah. Menjadi arsitek bukan hanya menggambar, tetapi arsitek memegang kunci dari keindahan, kedalaman makna, kemajuan dan perkembangan dunia di masa depan. Dari kuliah praktik dan profesi inilah kita akan memahami secara nyata, usaha, waktu, dan tenaga dalam menjalankan suatu proyek kecil maupun besar. 

Hal-hal itu semua adalah penting adanya, dan semuanya dimulai dari diri kita sendiri. Quadran Sophia adalah korelasi keutamaan intelektual seseorang secara kebijakan teoritis dengan pengetahuan atas kebenaran tertentu yang dirinya miliki. Oleh karena itu, saya mengartikannya dengan perasaan yang ada didalam diri seseorang, yang berasal dari pemahamannya mengenai suatu hal dan keyakinannya terhadarap dirinya, sehingga menciptakan pribadi yang berani dan mencintai karya, bidang atau kegiatan yang dirinya usahakan. Sophia merupakan awal dari keyakinan diri seseorang untuk berani memulai sebuah karya. Dari pengertian ini, saya dapat mengerti bahwa hasil dari quadran ini sifatnya dapat bervariasi, karena setiap orang memiliki latar belakang mereka masing-masing, dimana hal yang telah mengubah cara berpikir mereka berbeda-beda. 

Dari Quadran Sophia, saya mengetahui bahwa ada faktor yang menyebabkan seseorang dapat berani dan mengambil keputusan. Faktor tersebut adalah berupa tekanan dan kegagalan. Sebuah hal yang sangat umum, karena dalam setiap proses perjalanan hidup, kedua hal itu adalah sesusatu yang membuat kita belajar dan bangun. Ditahap itulah seseorang dapat menjadi berani dan mencintai sebuah proses, bukan hanya sebuah usaha lagi. Seiring berjalannya waktu, seseorang memiliki goal, memberikan effort, mendapatkan feedback, dan tetap fokus dalam prosesnya. Akan tetapi, hal tersebut tidak akan bisa berjalan dengan lancar jika kita tidak menyeimbangkan waktu kita untuk beristirahat dan bersenang-senang sejenak. Dengan demikian, seseorang dapat fokus dalam mengembangkan skills mereka dan bekerja mencapai goals mereka. Dengan melakukan talent dan skill secara bersamaan, ditambah dengan effort, seseorang dapat mencapai achievement. 

Melalui pertemuan saya dengan Ibu Mei Mumpuni, saya belajar mengenai banyak hal. Mendapatkan kesempatan untuk bertemu salah satu arsitek wanita di Indonesia adalah kesempatan yang sangat besar bagi saya, untuk mengetahui pengalamannya bergerak dalam bidang arsitektur. Salah satu quadran yang Ibu Mei ajarkan adalah Quadran Sophia. Dalam perjalanan Ibu Mei sebagai arsitek, beliau mengatakan bahwa beliau tidak memiliki support system. Beliau bermodalkan pengetahuannya, kemampuannya dalam menggambar, dan keyakinan dan keberaniannya sendiri untuk mengambil langkah tersebut. Beliau pun mengatakan bahwa jika passion atau keinginan kita sudah benar dan kita menikmati melakukakannya pasti bisa dijalankan dengan baik, tanpa stress. Hal ini pula yang menyakinkan saya dalam memilih arsitek.

Dalam perbincangan kami, Ibu Mei pun bercerita tentang bagaimana pada masa beliau kuliah, beliau tidak turut aktif dalam kegiatan himpunan. Tetapi beliau juga mengatakan bahwa tidak ada salahnya mengikuti kegiatan himpunan, semuanya tergantung dengan diri kira masing-masing. Jika kita membutuhkan himpunan sebagai jembatan kita untuk menjalin relasi dan melatih kemampuan komunikasi kita, hal itu adalah sangat penting. Tetapi bagi Ibu Mei, ia sanggup untuk berkomunikasi dengan baik tanpa harus berkecimbung dalam kegiatan berorganisasi. Keyakinan Ibu Mei dalam hal ini sangat membuat saya tertarik untuk mengenal lebih dalam. Sampai pada saat ini, Ibu Mei aktif ikut serta dalam sayembara, dan darisitulah beliau dikenal banyak orang dan memiliki relasi. Hal ini adalah bentuk keberanian Ibu Mei yang sangat menginspirasi bagi saya. 

Selain itu, Ibu Mei juga mengatakan bahwa kita tidak boleh hanya membaca buku, tetapi kita juga perlu langsung mengujungi tempat-tempat dengan bangunan-bangunan arsitektur yang menginspirasi. Hal ini dapat berada dalam Quadran Episteme, dimana kita mempelajari ilmu pengetahuan arsitektur, tetapi dalam hal ini secara langsung. Dalam mandala perjalanan atau Nous pun kita dapat mengerti bahwa dengan mengeksplor bangunan-bangunan arsitektur yang memiliki arti yang dalam, sejarah yang menarik, dan seni arsitektur yang luar biasa, kita dapat merasakan secara langsung kekayaan dalam bangunan tersebut. Begitu luas dan beragam ilmu arsitektur yang harus dipelajari dan dikembangkan.

avatar Realrich Sjarief

Oleh Realrich Sjarief

Founder of RAW Architecture

Tinggalkan komentar