Bagi saya, ‘Nous’ merupakan equilibrium kehidupan professional dan pendidikan. Saya menyimpulkan definisi dari kata ini sebagai akal atau pemahaman yang baik. Akal atau pemahan manusia dibagi menjadi empat quadran; empat quadran tersebut adalah Sophia, Episteme, Techne, dan Phronesis. Sophia merupakan esensi diri kita sendiri, sedangkan Episteme, Phronesis, dan Techne merupakan sesuatu yang kita dapatkan atau pelajari dari hidup kita. Sinergi dari keempat quadran adalah pemahaman yang baik, yaitu Nous. Dalam mata kuliah ‘Introduction to Architecture’, Nous dipelajari dalam konteks studi dan professional arsitektur.
Sophia adalah istilah berasal Yunani yang berarti ‘Kebijaksanaan’. Kebijaksanaan ini merupakan pemahaman dan akal diri sendiri. Hal ini mencakup kepercayaan, moral, pandangan pribadi, dan lain lain. Menurut saya, Sophia merupakan dasar pemahaman manusia sedangkan kuadran-kuadran lain merupakan skill atau pengetahuan yang sesuai dengan sophia. Hal ini dikarenakan quadran inilah yang merupakan pemahaman khas yang memang dari diri seseorang. Quadran ini menunjukkan kemauan, kepribadian, perasaan, dan hal-hal lain yang unik untuk setiap orang. Dari quadran inilah seseorang bisa mengetahui tujuan hidup karena tujuan tersebut didasari dengan siapa diri seseorang tersebut.
Contoh Sophia dalam kehidupan sehari-hari adalah passion seseorang. Dalam melakukan apapun, seseorang akan lebih senang jikalau ia menyukai aktivitas yang ia lakukan. Hal ini adalah Sophia karena menunjukkan pribadi seseorang dalam kemauannya. Contoh ini saya rasakan dalam kehidupan perkuliahan saat mengerjakan tugas. Ketika memandang tugas mendesain hanya sebagai sebuah kewajiban yang harus dilakukan sebelum deadline, saya selalu malas dan tidak semangat mengerjakan tugas. Namun, ketika saya melihat arsitek-arsitek yang hebat dan karya-karyanya yang hebat, saya merasa terinspirasi. Dari inspirasi tersebut, tugas bukan sekedar kewajiban kuliah saja tetapi juga menjadi sarana mengalirkan passion dan kemauan saya dalam arsitektur. Dengan ini, saya menjadi lebih semangat dalam melakukan tugas.
Episteme merupakan istilah berasal dari Yunani yang berarti pengetahuan. Episteme adalah pemahaman seseorang yang teoritis seperti pengetahuan teori fisika, fakta-fakta sejarah, dan lain-lain. Episteme merupakan dasar melakukan apapun. Tanpa pengetahuan, maka kita tidak bisa melakukan apapun. Contohnya, seseorang tidak akan bisa menjadi seorang arsitek jikalau ia tidak mengerti teori-teori yang mendasari desain gedung. Quadran ini adalah pemahaman yang diasah melalui pendidikan. Quadran Sophia dan Episteme adalah pemahaman yang berfokus pada diri sendiri. Sophia berfokus pada diri karena merupakan pemahaman dari diri sedangkan episteme berfokus pada diri karena membaikkan pengetahuan sendiri.
Contoh Episteme dalam kehidupan perkuliahan saya adalah mengikuti Pelajaran di kuliah. Dalam Pelajaran-pelajaran tersebut, dosen-dosen memberikan ilmu teoritis saat mengajar. Contoh mata kuliah yang mengasah episteme adalah Architectural History, dimana kita belajar arsitektur setiap era sepanjang Sejarah dunia. Karena belum terasa kegunaannya, saya sering malas belajar untuk mengasah pemahaman episteme yang sangat teoritis. Namun, saya mengerti bahwa pengetahuan tersebut akan dipakai dalam kehidupan saya kedepannya. Jikalau ada pun pengetahuan yang tidak dipakai, tidak ada salahnya untuk mengetahui lebih banyak. Oleh karena itu, saya akan mencoba sekuat mungkin untuk mengasah pemahaman episteme.
Phronesis merupakan pemahaman secara praktek. Quadran ini adalah kebalikan dari Episteme yang bersifat teoritis. Berdasarkan definisi, Phronesis hanya bisa diasah ketika benar-benar melakukan praktek seperti saat bekerja atau magang. Phroneses mencakup skill-skill praktek seperti time management, politik kantor, dan lain-lain. Contoh pemahaman Phroneses dalam kehidupan seorang Arsitek adalah memiliki kesimbangan antara pengetahuannya dan keinginan klien (contoh: selera konsultan Arsitek dan klien beda, maka harus dicari keseimbangan yang baik agar tercapai gedung yang terbaik).
Karena belum pernah praktek, saya belum memilki pemahaman phronesis yang baik. Namun, saya mendapatkan contoh-contoh phronesis ketika melakukan interview dengan Ibu Doti Windajani. Ia menjelaskan bahwa salah satu skill yang diperlukan dalam pekerjaan apapun adalah managemen yang baik. Seseorang harus bisa me-manage apa yang harus dilakukannya dan kapan melakukannya agar semua yang perlu dilakukan terlaksana. Ibu Doti menjelaskan bahwa seseharinya sibuk dengan melakukan tugasnya sebagai Principal Architect dari PT Quadratura Indonesia dan sebagai Ketua dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI). Jikalau ia tidak menggunakan setiap waktunya dengan baik setiap hari, maka ia tidak akan bisa melakukan semua tugasnya. Sekarang saya belum bisa benar-benar mengasah phronesis yang spesifik terhadap arsitek karena belum menjadi arsitek, namun saya bisa mengasah phronesis dalam aspek lain. Ibu Doti juga menjelaskan bahwa networking adalah skill yang penting dalam praktek karena hal tersebut membuka jalur-jalur professional. Oleh karena itu, saya bisa mengasah phronesis dengan berteman dengan baik. Dalam kuliah, saya juga bisa melakukan phronesis dengan mengikuti organisasi-organasasi kemahasiswaan karena hal tersebut mengasah skill seperti teamwork, managemen antara kuliah dan organisasi, dan lain-lain
Dalam praktek, diperlukan Phronesis dan Episteme. Namun, ketika memasuki praktek, seseorang akan kewalahan di awal jikalau tidak memilki esensi Phronesis sama sekali. Namun, Phronesis tidak bisa diasah jikalau belum memasuki praktek. Hal tersebut menunjukkan sebuah celah diantara pendidikan dan praktek. Oleh karena itu, adanya pemahan Techne. Techne merupakan pendidikan, namun bukan pendidikan yang sangat teoritis, melainkan pendidikan yang mensimulasikan praktek. Quadran ini memilki esensi dari Phronesis dan Episteme. Phronesis dan Techne adalah pemahaman yang fokus terhadap professionalism karena melatih pemahan seseorang secara praktek.
Contoh quadran Techne dalam kehidupan kuliah saya adalah saat di studio. Saat di studio, saya tidak hanya mendengarkan teori-teori yang dijelaskan dosen. Namun, saya mensimulasikan menjadi arsitek dengan menggunakan teori-teori yang dipelajari untuk mendesain. Dengan hal tersebut, saya melatih teori dan melatih praktek dengan mendesain. Hal ini adalah pengasahan pemahaman Techne dimana teori digunakan dalam simulasi praktek. Berbeda dengan Episteme, saya lebih semangat di studio karena kegunaannya lebih terasa dibandingkan dengan teori.
Untuk memiliki Nous, keempat kuadran harus diasah dengan baik dan bersinergi dengan baik. Jikalau quadran tidak seimbang, maka seseorang tidak memiliki pemahaman yang baik. Contohnya, jikalau seseorang mengasah Sophia namun tidak memiliki quadran lain, ia akan mengetahui apa yang ia mau tetapi tidak bisa melakukan hal tersebut. Kebalikkannya, jikalau seseorang memiliki pengetahuan dan skill praktek namun yang ia lakukan tidak sesuai dengan passionnya, maka orang tersebut menjadi seperti robot yang hidupnya hanya melakukan tugas dan tidak ada kepribadian. Dengan demikian, Nous adalah sesuatu yang sangat penting untuk dimiliki.