Bagi saya arsitektur adalah seni dan ilmu perancangan bangunan yang mencakup segala aspek dari konsep, perencanaan, dan konstruksi. Episteme merujuk pada pengetahun ilmiah dan prinsip-prinsip dasar yang mendasari arsitektur, seperti prinsip-prinsip matematika dan fisika yang digunakan dalam perencanaan struktur bangunan. Techne, di sisi lain, mencakup aspek teknis dalam merancang dan membangun bangunan, yang melibatkan keterampilan dan metode Teknik. Phronesis sendiri adalah pengetahuan praktis dan etis yang dibutuhkan dalam membuat keputusan dalam merancang bangunan. Sophia atau keberanian, muncul dalam estetika dan makna yang mendalam yang dibawa oleh arsitek dalam menciptakan bangunan yang memadukan fungsi, keindahan, dan kualitas sejati. Dengan mengintegrasikan semua empat kuadran pengetahuan ini, arsitek dapat menciptakan bangunan yang bukan hanya berfungsi, tetapi juga mencerminkan kebijaksanaan dan kualitas yang mendalam.
Empat kuadran pengetahuan menurut Aristotle (300 SM) dalam konteks Pendidikan Arsitektur bisa di mulai dari Episteme sendiri memiliki porsi paling besar, karena dalam dunia Pendidikan sendiri kita lebih banyak belajar dengan mendengarkan seorang akademisi. Menurut definisi sendiri Episteme adalah istilah yang digunakan dalam filsafat untuk merujuk pada pengetahuan atau pemahaman. Istllah epistemology, yaitu cabang filsafat yang berkaitan dengan pengethuan berasal dari kata episteme. Dari riset yang saya temukan, Episteme bisa juga diartikan menjadai pengetahuan historis yang berdasarkan kebenaran dan wacana, sehingga mewakili kondisi kemungkinannya dalam kurun waktu tertentu
.
Hampir semua umat manusia ingin memahami dunia tempat mereka tinggal, kerja, atau belajar, dan banyak dari mereka membangun berbagai macam teori untuk membantu mereka memahaminya. Namun, karena banyak aspek di dunia ini yang tidak dapat dijelaskan dengan mudah, kebanyakan orang cenderung menghentikan upaya mereka pada suatu saat dan puas dengan tingkat pemahaman apa pun yang berhasil mereka capai. Hal tersebut yang dapat membedakan seorang filsafat dan orang biasa pada umumnya, seorang filsafat umumnya mereka memiliki insting untuk terus menerus mencari arti hidup dan menggali terus pengetahuan yang mereka miliki dan mereka tak cepat merasa puas dengan hasil keberhasilan pertama. Beberapa orang mungkin mengatakan para filsafat debagai individu yang terobsesi oleh gagasan memahami dunia dalam istilah umum.
Bagi saya dari definisi Episteme ini sendiri kita dapat melaksanakan studi Arsitektur dengan menggunakan prinsip filsafat yaitu, tidak cepat merasa puas dengan pengetahuan yang kita dapati sekarang, lebih dalam menggali pengetahuan pribadi tentang arsitektur adalah kunci dalam kesuksesan studi arsitektur itu sendiri. Dalam perjalanan melakukannya sendiri tidak akan luput dengan kata keraguan yang tentu dapat menimbulkan anomaly-anomali tertentu dalam pengalaman semua orang terhadap dunia. Dua dari anomali-anomali tersebut bisa dijelaskan untuk mengilustrasikan bagaimana seseorang mempertanyakan klaim umum atas pengetahuan tentang dunia.
Phronesis merupakan kecerdasan taktikal dalam bertindak. Phronesis menyiraktan penilaian yang baik dan keunggulan karakter dan kebiasaan, hal ini menjadi menjadi celah yang sulit untuk ditutup dalam ruang belajar. Karena dalam awal pembelajaran arsitektur, para mahasiswa lebih di tuntut bisa mengerjakan contoh gambar yang sudah diberikan, hal itu sendiri dapat menghambat proses membiasakan diri dalam bertindak sebagai desainer. Karena Phronesis berkaitan dengan bagaimana bertindak daam situasi tertentu. Seseorang dapat mempelajari prinsip-prinsip Tindakan, namun menerapkannya di dunia nyata, dalam situasi yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya, memerlukan pengalaman dunia. Misalnya, jika seorang arsitek tahu bahwa ia harus jujur dan transparan mengenai budget, makai ia harus bisa membandingkan budget dan goals kepada seorang client agar menimbulkan rasa percaya dan mengandalkan ke seorang arsitek.
Menurut Ellett,2012. Dalam praktis social diartikan bahwa jika seseorang mampu bertindak dengan cara yang paling rasional, maka tindakan itu yang akan mereka lakukan. Hal itu juga dapat di aplikasikan saat seorang arsitek diberikan kebebasan oleh client untuk mendesain suatu bangunan dengan harapan tetap memberikan pilihan desain yang tetap realistis dan tidak sepenuhnya hanya memikirkan Impian pribadi. Phronesis juga berkaitan dengan inovasi, inovasi yang dapat menyeimbangkan desain teori dan metode realistis. Dimana kedua hal tersebut jika digabung dengan seimbang dapat menghasilkan sebuah pemikiran atau desain yang sempurna.
Techne disimulasikan kedalam studio deain, atau bisa disebut pengetahuan praktik. Jika Phronesis dikenal dengan Tindakan, maka techne dikenal dengan ciptaan, menurut Aristotle sendiri, techne berada di bawah phronesis. Karena walau menciptakan itu suatu hal yang lebih terasa membanggakan, tetapi dalam dunia arsitektur, mengambil Tindakan dam pemikiran rasional itu lebih dibutuhkan. Walau menurut banyak orang praktik bekerja seperti magang itu masih terhitung opsional, tetapi menurut saya dalam berpraktik pada dunia nyata lah yang dapat benar benar mengajarkan seorang arsitek dalam menjalani trial and error mereka dalam mendesain. Dari wawancara saya kepada arsitek pun mereka banyak menyimpulkan bahwa masa masa internship itu masa yang paling membuat mereka seutuhnya mengerti esensi terbesar dalam menjalana studi arsitektur.
Techne bagi saya sebagai mahasiswa arsitektur mencakup berbagai aspek, seperti kemampuan dalam mmebuat gambar teknik, pemahaman prinsip-prinsip structural dalam banguna, mengelola proyek kontruksi, dan berkolaborasi dengan berbagai pihak terkait dalam industry konstruksi. Hal ini juga melibatkan pemahaman umum tentang kode bangunan, peraturan, dan standar keselamatan bangunan yang sudah diterapkan oleh pemerintah. Karena techne dapat diasosiasikan dengan ciptaan, maka dalam arsitektur, techne merupakan pondasi yang diperlukan untuk mengubah ide-ide desain menjadi realita fisik yang berfungsi. Ini melibatkan penerapan keterampilan teknis seorang arsitek yang juga berdampingan dengan tingkat phronesis yaitu bertindak dalam mengatasi tntangan teknis yang mungkin munculselama proses mendesian, konstruksi, sehingga dapat menghasilkan sebuah bangunan yang efisien, aman, dan sesuai dengan standar yang berlaku.
Sophia merupakan ranah yang lebih personal yang membentuk keberanian dan kecintaan dalam berkarya. Sophia sendiri adaah salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia yang disebutnya sebagai “eudaimonia,” yang dapat diterjemahkan sebagai “kebahagiaan yang sejati” atau “kehidupan yang baik.” Aristotle sendiri percaya bahwa mencapai eudaimonia adalah tujuan utama dalam hidup, dan kebijaksanaan adalah salah satu unsur utama yang membantu manusia mencapai Sophia. Bagi saya sendiri mencapai kuadran Sophia pada bidang arsitektur adalah saat dimana seorang individu mulai mencakupkan kesehariannya dengan konteks arsitektur. Dimana rasa penasaran atau rasa ingin mengkritik sebuah bangunan menjadi hal yang menarik bagi orang itu. Sophia bisa juga di pandang sebagai stages of acceptance, dimana hal tersebut sangat krusial bukan hanya dalam dunia arsitektur, bahkan dalam filsafat kehidupan itu sendiri.
Sophia dalam arsitektur juga melibatkan kemampuan untuk mengenali dan menghargai sejarah arsitektur, budaya, dan konteks local, serta untuk menggabungkan elemen-elemen ini dengan visi kreatif yang unik. Arsitek yang mencaai tingkat Sophia dalam karyanya mungkin dapat menciptakan bangunan yang tidak hanya memenuhi fungsi praktisnya, tetapi juga memberikan pengalaman emosional, menginspirasi, dan mencerminkan nilai-nilai yang lebih dalam. Selain itu, Sophia dalam arsitektur juga dalam meranah pada kemampuan untuk mempertimbangkan dampak lingkungan dan keberlanjutan dalam perancangan bangunan. Ini mencakup pemahaman detail tentang cara menggunakan material dan sumber daya secara bijak, serta bagaimana menciptakan bangunan yang ramah lingkungan.
Ke empat pengetahuan tersebut membentuk sebuah Nous, kapasitas untuk membangun wawasan, kecerdasan, Tindakan, dan kemampuan memperoleh kebijaksanaan secara intelektual. Nous sendiri adalah konsep dari filosofi klasik tentang pikiran manusia yang penting untuk menegaskan apa yang benar. Bukan hanya benar, tetapi juga harus mementing pilihan rasional. Empat kuadran kecerdasan Aristotle bukannya satu satunya kuadran yang dapat dijadikan pedoman bagi seorang arsitek. Ada juga diagram profesi yang mencakup:
A. Desainer
B. Developer
C. Kontraktor
D. Akademisi
Jika dibuat dalam diagram arah mata angin, north diartikan sebagai capitalism, west di asosiasikan dengan power, east sebagai tradisi, dan south sebagai socialism. Dari ke empat profesi tersebut, semua mencakupi bagiannya dalam kuadran dengan rata. Seperti akademisi sendiri dapat di kelompokkan ke dalam bidang tradisi dan sosia, karena melanjutkan Pendidikan turun temurun sudah menjadi tradisi yang tak akan bisa dihilangkan samapi kapanpun, itulah yang membuat manusia bisa berkembang hingga sekarang. Dalam hal social dapat diartikan bahwa seorang akademisi lebih mementingkan ranah socialism dibandingkan capitalism, bisa dilihat dari jumlah pemasukan dari profesi lain bahwa akademisi cenderung mendapatkan pemasukkan yang lebih kecil dibandingkan praktisi seperti desainer, developer, dan kontraktor. Tetapi bukan uanglah yang jadi hal pendorong inti bagi seorang akademisi, tradisi dan nilai social lah yang mendorong mereka untuk menjalani profesi tersebut.
Untuk desainer dan kontraktor akan selalu kerja berdampingan karena keduanya membutuhkan satu sama lain untuk menyelesaikan sebuah project. Profesi ini cenderung di anggap sebagai seorang risk taker, karena profesi tersebut sangat sering mendapat klien dengan budget yang ternyata tidak memadai dari goas sebuah project. Maka bisa disimpulkan bahwa profesi ini sangat kuat di bidang power dan juga capitalism, karena dengan capitalism tinggi lah yang dapat menggerakkan usaha seorang dengan dua profesi ini. Bahkan hingga membuat orang orang sungkan untuk hire seorang arsitek atau kontraktor yang memang bersertifikat untuk mengerjakan proyek mereka karena mereka tak melihat hasil yang worth it dari jumlah uang yang akan mereka keluarkan untuk semua hal kecil saat berhubungan dengan kontraktor atau arsitek. Seorang Arsitek dan kontraktor penting untuk memiliki pride karena dengan pride itu yang memasuki mereka dalam kuadran pwer yang dapat membut mereka bertindak dengan tegas dalam menyelesaikan masalah dalam proyek. Untuk developer sendiri menurut saya terasa penuh di titik capitalism, karena pekerjaan mereka sendiri adalah sebagai instansi yang menyediakan dan membuat lahan atau tempat tinggal dengan jumlah proyek yang besar sesuai dengan permintaan pasar. Mereka cenderung tidak memikirkan keinginan klien secara individu, melainkan hanya memenuhi syarat kebutuhan khalayak umum. Banyak kita temukan kompleks perumahan dengan desain rumah yang sama membentang jauh mereka bangun dan pasarkan untuk di kontrakan, dan biasanya tidak diperbolehkan untuk di perjual belikan guna untuk memastikan pemasukkan dari kompleks tersebut terus berjalan seiring waktu berjalan. Maka dari contoh seperti itulah mengapa developer adaah profesi yang berperan paling tinggi dalam capitalism.