Pertama-tama nama saya Golfei Huang, saya lahir di Pekanbaru, 02 Juli 2005. Saya merupakan anak pertama atau anak sulung, dan saya itu dua bersaudara dengan perbedaan umur yaitu 3 tahun dengan saudara saya. Saya juga lahir di keluarga yang sangat mencukupi fasilitas yang saya butuhkan, serta harmonis. Ayah saya merupakan seorang wirausaha dalam bidang kayu dan alat berat, dan Ibu saya menjadi sosok Ibu rumah tangga yang sangat hebat, serta membantu Ayah saya dalam mengelola finansial perusahaan Ayah saya. Akibat atau dampak yang saya rasakan menjadi anak sulung mungkin menjadi lebih tahu sedikit tentang apa itu dunia nyata saat memasuki fase perkuliahan, serta mulai memikirkan kenyataan yang akan saya hadapi.
Seringkali saya merasa sedih, khawatir dengan porsi yang berlebihan, ketakutan akan rasa gagal di mata orang, dan takut akan rasa saya tidak mampu melanjutkan perjalan saya, serta takut akan rasa saya tidak bisa membahagiakan dan membuat kedua orang tua saya merasa bangga pada anak nya. Namun dibalik semua rasa kekhawatiran saya yang menurut saya itu berlebihan, saya tidak dapat mengontrol semua rasa kekhawatiran yang saya alami, tapi saya selalu bercerita melalui media telfon kepada ibu saya, dan saya selalu diberi pesan yang sangat membantu saya untuk menenangkan hati saya, serta saya selalu diingatkan untuk selalu berserah kepada Sang Pencipta dan berdoa kepada-Nya agar selalu bisa dan mampu menghadapi rintangan yang ada di depan saya dan dapat mematahkan rintangan tersebut untuk mencapai impian saya. Saya juga selalu di ingatkan oleh kedua orang tua saya untuk fokus kuliah, dan harus bisa memanage waktu sebaik mungkin. Dikarenakan waktu tidak bisa diputar kembali, oleh karena itu kita harus bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Saya juga selalu mendapatkan dukungan yang sangat banyak dari kedua orang tua saya yang pengalaman nya jauh lebih banyak dibandingkan dengan saya, yang dimana ayah saya selalu memberi kata kata motivasi untuk membuat saya semangat dan sadar bahwa kesuksesan itu datang tidak secara gampang, harus kita lewati melalui rintangan-rintangan, cobaan yang selalu menjadi penghadang di kehidupan kita. Di luar dari kata-kata motivasi yang disampaikan oleh kedua orangtua saya, saya seringkali terkadang mengalihkan rasa kekhawatiran saya dengan berolahraga untuk menghilangkan kekhawatiran saya, agar saya tidak terlalu memikirkan rasa kekhawatiran yang mungkin belum tentu terjadi dalam kehidupan saya.
Ada beberapa momen dalam hidup saya yang cukup saya banggakan pada diri sendiri yaitu momen hidup besar dan kecil saya. Momen hidup besar yang terjadi pada hidup saya sejauh ini menurut saya itu, saya dapat lulus dari SMA dengan nilai yang cukup tinggi dan mendapatkan beberapa prestasi di beberapa pelajaran, disaat yang bersamaan saya juga menanggap itu momen besar, dikarenakan saya telah satu langkah lebih dekat dalam tahap pendewasaan diri dan menghadapi realita dunia itu seperti apa kondisinya saat saya mulai masuk ke dunia perkuliahan.
Jika momen kecil mungkin ada beberapa, seperti saya mendapatkan juara saat SD,SMP, hingga SMA. Saya juga sempat mengikuti beberapa perlombaan seperti mengikuti tournament PUBGM, mengikuti kejuaraan basket tingkat provinsi KU-18, serta mengikuti Olimpiade tingkat kabupaten/kota Matematika disaat saya duduk di bangku SMP, dan mengikuti Olimpiade Kimia hingga ke tingkat kota/ kabupaten dan akhirnya saya gugur dan gagal mengikuti di tahap berikutnya yaitu di tahap provinsi.
Adapun cerita yang ingin selalu saya sampaikan kepada teman baru maupun teman lama saya itu mungkin tentang pengalaman saya. Seperti waktu disaat zaman COVID-19, disaat saya masih berusia 15 tahun yang duduk di bangku SMA kelas 1, saya masih tergila-gila dengan game hingga saya lupa dengan waktu saya sendiri, namun disaat itu juga saya ada di pro team sebuah game yaitu PUBGM, dan menjadikan hobby main game saya sebagai penghasilan kecil kecilan saya. Hingga pada saat itu saya berfikir, apa saya menjadi seorang proplayer di game PUBGM saja ya? Namun hal tersebut seiring berjalan nya waktu saya menyadari bahwa, hal tersebut tidak bisa saya jadikan sebagai acuan untuk sukses dalam karir entertainment yang saya jalani, dikarenakan teknologi terus berkembang pemikiran manusia juga otomatis lebih berkembang. Maka dari itu game tersebut bisa saja menjadi ketinggalan zaman atau outdated dan semua orang menjadi kurang tertarik atau peminat game tersebut akan berkurang, maka dari itu hal tersebut saya pikirkan tidak bisa menjadi acuan atau batu loncatan untuk menjadi orang yang sukses di bidang entertainment, dan harus mencari jalan yang lebih pasti untuk menjadi orang yang sukses di masa depan.
Selain saya sangat menyukai estetika bangunan, saya juga sangat menikmati mendengarkan musik di sebuah aplikasi yang bernama Spotify, saya sering mendengarkan lebih dari satu genre lagu, yang di antaranya ada pop, rock, jazz, k-pop, dan masih banyak lagi yang masuk ke dalam list favorit genre lagu saya. Namun dari sekian banyak genre lagu ada beberapa lagu yang saya sukai diantaranya lagu yang diterbitkan oleh Coldplay berjudul “Viva la Vida” yang memiliki makna kejatuhan masa kesuksesan seseorang yang dimana saat itu dia sangat sukses namun seiring berjalannya waktu semua orang satu persatu mulai berpaling dari dirinya, dan akhirnya dia pun mengalami masa kejatuhan dari kesuksesan dia.
Tapi ada satu lagu dari sekian banyak lagu yang menurut saya memiliki makna yang sangat dalam dan berarti bagi saya, dan saya sangat menyukai lagu tersebut, yaitu lagu yang di terbitkan oleh Imagine Dragons berjudul “Whatever it takes”. Lagu yang satu ini memiliki makna bahwa, sebanyak apapun rintangan yang ada di depan kita dan sesusah apapun rintangan tersebut, kita pasti bisa menghadapi nya dan mematahkan rantai-rantai permasalahan yang menghambat kita untuk mencapai tujuan yang kita inginkan.
Jika ditanya apa yang menjadi tujuan hidup kamu untuk diri sendiri dan orang lain?
Menurut saya, tujuan hidup saya untuk diri saya sendiri itu, mungkin punya uang agar bisa membiayai keluarga tanpa memikirkan nominal tersebut dapat berkurang secara drastis, serta bisa membahagiakan diri sendiri dengan mencapai peak point of my satisfaction dalam melakukan sebuah hal. Jika tujuan hidup saya untuk orang lain mungkin lebih ke arah legacy, atau sebuah hal yang dapat saya tinggalkan di dunia ini yang dapat di nikmati atau dipakai oleh semua orang termasuk keluarga, teman atau kerabat maupun masyarakat sekitar.
Setiap manusia pasti memiliki hal hal yang ditakuti dikarenakan sebuah kejadian yang tidak bisa mereka lupakan dan selalu menjadi bekas di pikiran mereka. Trauma itu merupakan hal yang cukup menggangu pribadi setiap orang dikarenakan trauma setiap orang berbeda-beda, tergantung dari apa yang di alami oleh mereka. Jika ditanya apakah saya pernah mengalami trauma? Mungkin trauma tidak pernah, namun suatu saat bisa jadi akan muncul trauma dalam hidup saya, namun saya hanya bisa berharap bahwa hari itu tidak akan pernah datang ke hidup saya.
Banyak yang bertanya kepada orang lain di sekitar saya, maupun orang yang langsung bertanya kepada saya namun jawaban setiap orang pastinya berbeda. Jika ditanya kenapa saya memilih kuliah jurusan arsitektur, dikarenakan menurut saya, saya itu hidup hanya sekali di dunia ini, jadi dalam pikiran saya, saya harus bisa meninggalkan sebuah hal atau sering disebut juga “legacy”. Serta saya juga suka dalam melihat sebuah bangunan yang estetik secara bentuk, bermanfaat secara fungsi.
Adapun hal hal yang bisa membuat kita mencintai melakukan sebuah hal misal berolahraga, bermain game dan masih banyak lagi, adapun hal yang menjadi pertanyaan orang yaitu “Sejauh apa sih kamu mencintai arsitektur?”, “Apa sih hal yang membuat kamu cinta dengan arsitektur?”. Jika saya ditanya terkait hal tersebut, jujur saya cukup menyukai mungkin belum bisa dikategorikan dalam hal mencintai, karena saya kurang tahu gimana cara saya mendeskripsikan kecintaan saya terhadap suatu hal, namun ada satu hal yang bisa sampaikan mungkin ini merupakan sebuah hal yang bisa di kategorikan cinta terhadap arsitektur.
Di saat saya masih kecil, saya menyukai aktivitas menggambar, dan seiring waktu berjalan kesukaan saya terhadap hal menggambar pun berkurang dikarenakan saya sibuk bermain game saat saya masih duduk di bangku SD, SMP hingga SMA. Namun saat SMA, walaupun saya aktif dalam bermain game, saya sering menonton wilayah wilayah dengan bangunan yang estetik, dan saya cukup senang melihat hal tersebut. Saat sudah lulus dari SMA, saya akhirnya melakukan trip dengan teman saya ke kota Bandung dan keliling kota Jakarta. Saya sangat sering memotret bangunan bangunan menurut saya estetik yang ada di Bandung maupun Jakarta, dan semakin lama saya semakin suka terhadap hal yang mencolok di sebuah bangunan. Seiring berjalan nya waktu saat saya masuk perkuliahan, saya ada tugas menggambar namun pada awalnya sebelum masuk perkuliahan di saat SMA kelas 3, saya mulai sering menggambar lagi, dan hasil gambaran saya bisa dibilang biasa saja, pada saat test menggambar untuk masuk Binus University juga saya menggambar. Setiap kali saya menggambar dan saat saya suda selesai saya selalu merasa puas senang terhadap hal yang saya gambarkan di atas kertas, seperti kepuasan saya terpenuhi karena usaha yang saya keluarkan selama berjam-jam dan akhirnya selesai, saya bisa merasakan “wah ini hasil karya saya, akhirnya terbayarkan saya bisa melihat karya saya sendiri”.
Kesimpulannya saya merupakan orang yang overthinker dan dibalik semua pemikiran yang berlebihan dan rasa kekhawatiran saya yang berlebihan, saya selalu mendapatkan dukungan penuh dari kedua orang tua saya, dan saya menyukai arsitektur yang dimana arsitektur itu bukan sekedar bangunan, namun bangunan dan lingkungan sekitarnya, yang dimana bagus secara bentuk ( estetika ), fungsi dari bangunan tersebut, serta dampak positif atau negatif terhadap lingkungan yang ada di sekitar bangunan tersebut.
Mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan seputar penglaman pribadi saya. Sekian, terima kasih.