Halo, nama saya Janely, Asal kota Medan. Terlahir di keluarga yang lumayan sejahtera. Dengan ayah sebagai pekerja swasta dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Mempunyai mimpi untuk mempensiunkan kedua orang tua. Saya merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara. Dan sekarang saya sedang berkuliah di Bina Nusantara Jurusan Arsitektur.
Mengapa saya memilih jurusan Arsitektur? Saya tertarik dengan pemandangan alan dan bangunan-bangunan. Rasanya keren jika dapat membangun bangunan-bangunan yang terbenam bersama dengan alam. Selain indah untuk dipandang dan nyaman untuk ditempati, ini sekaligus dapat mengurangi polusi dan menekan pemanasan global yang kini masih menjadi permasalahan di seluruh dunia.
Lagu? Saya menyenangi banyak lagu. Mulai dari lagu yang sedih, santai, bahagia hingga lagu DJ. Salah satunya? Silver city oleh Space X, lagu ini merupakan lagu yang menggunakan bahasa mandarin.
Oh ya, Saya merupakan seseorang yang senang berinteraksi dengan orang lain. Namun saya sendiri bukanlah seorang ekstrovert. Saya senang mempunyai banyak kenalan. Kata dosen punya banyak relasi itu penting. Ya memang benar sih, cuman saya tidak hanya berpikir demikian. Menurutku memiliki banyak kenalan dapat membuat seseorang merasa nyaman berada di lingkungan tersebut.
Oh, ingin mendengar cerita saya? Saya kurang ingat cerita yang bahagia. Oleh karena itu tidak ada yang bisa saya ceritakan. Cerita kelam? Nahh, saya sudah melewati dan melupakannya. Saya juga tidak ingin merasakannya lagi.
Hmmm, jadi bagaimana saya menyelesaikan esai 1500 ini ya ? Baik baik, saya punya sebuah cerita.
Selama masa SMA, SMA 1 dan SMA 2, itu dilaksanakan secara online. Karena pandemi covid-19. Dan SMA 3-nya barulah dilaksanakan secara offline. Saya punya seorang teman, kami duduk sebangku. Awalnya kami tidaklah mirip, hanya saja kami berdua senang menggambar. Awalnya kami akrab. Tapi lama-kelamaan saya merasa ingin menjauh.
Kenapa? Pada awal semester saya bertanya kepadanya, “Apakah kamu sudah memilih jurusan untuk kuliah nanti?” “Belum, kayaknya aku bakal milih jurusan hukum”, balasnya.Lalu saya menceritakan tentang keinginan, hobi dan mimpi saya. Setelah itu, beberapa bulan kemudian, saya bertanya kembali. Namun kini jawabannya berbeda, “Jurusan Araitektur”, ujarnya. Saya kesal mendengarnya. Biasanya orang bakal senang jika memiliki teman dengan keinginan jurusan yang sama, Namun tidak demikian saya kepada dia.
Saya punya alasan. Mungkin ini terdengar salah. Tapi semua yang dapat saya lakukan, dia dapat melakukannya lebih baik dari saya. Saya merasa semua bakat yang saya miliki, dimiliki olehnya. Dalam segi menggambar, dia selalu menggambar lebih baik dari saya dan selalu mendapatkan pujian. Dalam segi belajar. jika berbicara dengannya, seakan-akan dia selalu bermain game sama dengan saya. Ketika ujian sudah dekat, Saya belajar dari pagi hingga malam, saya terkadang menanyakan kepadanya tentang progress belajarnya, dia selalu mengatakan “Aku belum sentuh” atau “pasrahkan!”. Tapi apakah kamu tau? Nilainya sangat bagus diatasku. Lalu dalam segi pertemanan, banyak yang mengajaknya berbicara tetapi tidak diriku.
Oleh karenanya, saya mulai merasa kecil dan tidak percaya diri. Hingga ke titik saya merasa lebih baik saya tidak ada disini. Toh semua hal yang bisa saya lakukan bisa dilakukannya. Dia juga lebih disukai orang-orang. Tidak ada gunanya aku berada disini. Sehingga saya mulai menentang beberapa hal yang dia utarakan. Saya tau itu salah.
Hingga suatu saat kami bertengkar, dan saya memanfaatkan ini untuk menjauhinya. “Aku yang salah”, “Aku tidak akan menggangumu lagi”, itulah yang saya ucapkan padanya. Saya berpikir lebih baik dia tidak berteman lagi dengan orang jahat seperti saya. Dia adalah orang yang baik, lebih baik menjauhi orang jahat.
Setelah itu dia beberapa kali mengajak bicara, selalu saya balas dengan “Kamu tidak ada salah, Tidak perlu meminta maaf”. Dan itu kebenarannya. Saya juga berhenti mengajaknya berbicara lagi. Ketika lulus SMA, Saya memblokir seluruh sosmed yang sering dia gunakan untuk mengkontak saya. “Carilah teman yang lebih baik”.
Saya tidak tau cerita ini terdengar seperti apa di telinga orang, yang saya tahu pasti akulah yang salah, “Kenapa membanding-bandingkan diriku dengan orang lain?”. Can’t help it, she was sitting right besides me. I saw everything, i heard everything. Dan menurut saya, yang telah saya lakukan itu sudah benar, baik bagi diriku maupun dirinya.
Apakah cerita ini sudah cukup panjang? Hahahaha. Sekian dari saya, terima kasih.