Nama saya Karina Maharani. Saya dilahirkan di sebuah kota yang dijuluki kota Seribu Sungai pada tanggal 24 Juni 2005. Saya merupakan anak ke-3 dari tiga bersaudara. Saya dibesarkan dengan segala kecukupan dan kasih sayang oleh kedua orang tua saya. Ayah saya yang bernama Achmad Zabir Djaenudin merupakan seorang konsultan swasta yang bergerak pada bidang Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) dan ibu saya yang bernama Esti Kusri Hartijah yang merupakan seorang ibu rumah tangga sekaligus wanita karir yang bekerja pada bidang yang juga berkaitan dengan pekerjaan ayah saya. Walaupun kedua orang tua saya sangat sibuk, saya sangat kagum karena mereka dapat membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga dengan baik, sehingga saya dan kedua saudara saya memiliki cukup kasih sayang dan perhatian sejak kami kecil. Orang tua kami sering mengajak kami untuk pergi berlibur bersama agar kami memiliki momen yang indah dan mengesankan yang akan selalu kami ingat sampai kapanpun. Oleh karena itu, keluarga kami menjadi lebih terbuka terhadap perasaan satu sama lain, sehingga ketika saya sedang menghadapi suatu permasalahan, kami saling membantu dengan memberikan saran dan nasihat agar saya bisa menyelesaikan masalah dengan kepala dingin. Selain itu, ayah dan ibu saya selalu menanamkan sikap sedari kami kecil untuk tidak takut dalam mencoba hal baru dan selalu mendukung satu sama lain. Maka dari itu saya dan kedua saudara saya tidak hanya terpaku dalam mengejar akademik, melainkan hal di luar akademik juga, seperti mengikuti seni tari ataupun seni lukis.
Saya merupakan orang yang sangat suka berteman walaupun saya dulu pernah jadi korban perundungan. Sekarang saya merasa sangat beruntung karena saya memiliki banyak teman yang dapat memberi dampak positif ke saya, sehingga saya tidak hanya mendapatkan keseruan saja dalam berteman tetapi juga mendapatkan banyak pengalaman yang membuat saya lebih berkembang dari sebelumnya. Ketika saya berada di bangku SMA, saya berkesempatan untuk menjadi anggota dan salah satu koordinator dalam bidang Hubungan Masyarakat (HuMas) pada Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Selain itu, saya juga berkesempatan menjadi anggota dalam ekstrakulikuler tari modern dan mengikuti beberapa lomba di kota saya. Saya sangat senang karena dapat berkumpul dengan orang-orang dengan minat dan bakat yang sama dengan saya. Kami sering bercerita dan berbagi kisah dan pengalaman masing-masing sehingga saya merasa sudut pandang saya terhadap dunia dan lingkungan sekitar perlahan-lahan telah berubah.
Lingkungan keluarga dan pertemanan inilah yang membuat saya menyadari bahwa kehidupan ini sangatlah berharga. Saya tidak ingin menyia-nyiakan hidup saya sendiri, karena saya tahu di luar sana masih banyak hal yang dapat saya pelajari. Saya memiliki keinginan kuat untuk menggapai mimpi saya sendiri. Saya telah mengalami bagaimana rasanya bingung dan tidak tahu arah tujuan hidup saya. Namun dengan adanya dukungan dari keluarga dan teman-teman, tentu saya tidak akan berdiam diri saja, saya harus bangkit dan menetapkan hati agar tidak mudah menyerah dan terus berusaha. Orang tua saya merupakan faktor utama yang membuat saya tetap semangat dan kuat untuk menjalani kehidupan. Oleh karena itu, Saya merasa harus bisa memberikan lebih banyak dari apa yang sudah orang tua saya berikan kepada saya selama ini. Saya ingin membuat kedua orang tua saya bangga terhadap apa yang sedang saya lakukan. Maka dari itu, saya akan sangat bersungguh-sungguh dalam menjalani perkuliahan pada jurusan arsitektur yang merupakan pilihan saya sendiri, sehingga saya harus bisa bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pilihan saya.
Saya sendiri memilih jurusan arsitektur bukan tanpa alasan. Sedari kecil, saya sering diajak ayah saya untuk survey ke luar kota untuk proyek yang sedang dikerjakan beliau. Saya mengenal tentang arsitektur dari ayah saya, walaupun ayah saya sendiri bukan merupakan arsitek. Dibandingkan dengan pekerjaan ayah saya yang melakukan perencanaan wilayah dan kota, saya sendiri lebih tyertarik kepada estetika dari bangunan-bangunan. Saya sangat suka memperhatikan berbagai bangunan di sekitar. Tak jarang juga saya bertanya kepada ayah saya tentang bagaimana bangunan tersebut bisa berdiri, bagaimana cara membangunnya, dan lain-lain. Tetapi, ketika saya ingin memilih jurusan, ayah saya memberi pertimbangan kepada saya, dengan tujuan agar saya dapat benar-benar mengetahui apa itu arsitektur sehingga kedepannya saya tidak menyesali pilihan saya. Awalnya saya hanya menganggap arsitektur itu hanyalah tentang keestetikaan bangunan. Namun, ketika saya sudah memasuki dunia perkuliahan, saya menyadari bahwa arsitektur bukanlah hanya sebatas suatu estetika dalam bangunan, tetapi juga bagaimana desain bangunan yang nantinya saya rancang akan memengaruhi kehidupan bermasyarakat. Karena arsitektur sendiri merupakan suatu ruang yang dimana ada kegiatan manusia di dalamnya, maka sebagai perancang juga harus memperhatikan apakah bangunan yang dirancang tersebut akan memberi dampak positif atau negatif bagi masyarakat dan apakah bangunan tersebut dapat memecahkan permasalahan di lingkungan sekitarnya.