Halo perkenalkan namaku Muhammad Daniel Ardani yang memiliki banyak nama panggilan dari aku TK hingga kuliah nama panggilan ku berbeda. Daniel, Danil, Dan, Niel, Yel, El, Nayel, mungkin itulah sedikit dari banyaknya nama panggilan ku. Aku lahir di Jakarta, 04 Agustus 2004, aku anak kedua dari tiga bersaudara. Aku dilahirkan oleh seorang Ibu yang sangat baik dan cantik yang bernama Rita Badriyah dan Ayahku -Bambang Joko Mulyono- seorang yang sangat tangguh, cerdas, tanggung jawab, dan sedikit keras kepala. Aku sangat bangga menjadi bagian dari keluarga ini, Ayah ku seorang sarjana teknik komputer dan ketika umur 46 beliau masih sanggup untuk mengambil gelar sarjana hukum.
Kalau bicara soal Ibu dan Ayah engga akan habisnya betapa hebat, kuat, tangguh, cerdas, dalam mengatur keluarga yang merka bangun. Ibu ku dialah perempuan orang yang selalu ikut andil di area rumah, betapa hebatnya ia dapat melakukan banyak aktivitas di dalam rumah. Beliau dapat masak untuk makan malam sekaligus membersihkan area rumah tanpa bantuan orang lain. Rumah dua lantai pun ia tetap dapat bersihkan tanpa rasa lelah, belum dibagian di mana kita sebagai anak terkadang lupa menaruh barang akan tetapi Ibu tahu akan di mana barang yang kita sangka hilang itu. Walaupun pendidikan Ibu hanyalah sampai SLTA tidak dipungkiri akan kecerdasannya ia seorang wirausahawan yang memiliki toko sembako. Ia dapat mengurusi semua dari toko, rumah, anak, dan suami. Betapa hebatnya beliau dalam mengatur waktu, energi, dan usahanya yang tidak ada habisnya untuk terus mengembangkan bisnis nya. Aku sangat kagum dengan kehebatan Ibu ku, semoga kelak nanti aku dapat menjadi pribadi seperti Ibuku. Selain itu Ayahku dia lah yang memiliki pendidikan tertinggi di keluarga saat ini, seorang mahasiswa teknik dan hukum di umur 46 tahun. Aku sangat kagum dengannya walaupun di umur kepala 4 ia tetap ingin memiliki pendidikan yang tinggi. Beliau dapat mengatur waktunya untuk tetap kerja sambil berkuliah tanpa mengenal rasa lelah. Ia seorang kepala bagian di Ancol sekaligus pengacara. Hebat? Iya sangat hebat sekali beliau. Mereka berdua bukan dari keluarga yang terpandang namun sederhana dan berkecukupan. Terlebih Ibuku ia rela tidak mengambil ke jenjang yang lebih tinggi demi adik-adiknya bersekolah. Ia merantau dari Grobogan ke Jakarta untuk membantu kedua orang tuanya membiayai adik-adiknya bersekolah. Ia bercita-cita jika memang bukan ia yang ditakdirkan untuk berpendidikan tinggi maka adiknya lah yang harus berpendidikan tinggi. Dan ya doa itu terwujud 7 orang adiknya dapat menempuh di universitas ternama di Indonesia, bahkan sebagiannya menjadi seorang dokter. Ada yang menjadi manajer utama di Toyota kalau aku tidak salah ingat. Dan adik-adiknya berterima kasih kepada ibuku, karena kalau bukan karena beliau yang tidak egois dan dapat membantu membiayai sekolahnya mereka mungkin tidak menjadi seseorang yang mereka impikan. Ayahku yang berasal dari Bantul yang kemudian merantau ke Jakarta untuk membiayai hidupnya dan keluarga Ayahnya. Kalau bicara tentang orang tua memang tidak ada habisnya dari usahanya untuk tetap menjadi manusia yang berguna untuk keluarga dan masyarakat. Mereka lah yang menjadi panutan dan motivator di hidupku, jika aku sedang malas belajar pasti aku selalu ingat dengan betapa hebatnya perjuangan kedua orang tua ku dulu, betapa susahnya mereka menjalaninya. Balik ke diriku, aku adalah orang introvert (INFJ) yang sangat suka menyendiri jika bateri sosial ku habis, paling sering jika di rumah aku di kamar untuk membaca sambil mendengarkan musik, bermain game, menyanyi, menari, atau menggambar. Aku ketika TK bersekolah di Al-Ikhlas, di sana lah aku mulai belajar membaca, menghitung, dan memiliki sahabat yang hingga saat ini masih saling bertukar kabar. Beranjak ke SD aku bersekolah di SDN 03 Tegal Alur bersama kedua sahabat ku, di sana aku mulai mengetahui bahwa ternyata ini yang namanya hidup, dan di mulai di mana aku sering menjuarai kelas bahkan sampai guru-guru mengakui bahwa aku laki-laki terpintar satu angkatan. Sampailah di mana ketika Ujian Nasional aku mendapatkan nilai yang besar jika aku tidak salah aku mendapatkan nilai 28 koma sekian yang mengantarkan aku ke SMP Negeri 45 Jakarta smp terbaik di Jakarta Barat. Di sanalah masa di mana nilai ku menurun, tapi tidak sampai situ saja aku tetap berusaha dengan belajar. Dan di sana di mana mulai mengikuti ekstrakurikuler, aku mengikuti paskibra masa itu. Di mana aku dan teman ku sering mengikuti lomba dan memenangi lomba tersebut. Bahkan kami tiga tahun berturut-turut menjadi perwakilan paskibra untuk Jakarta Barat bersaing dengan wilayah Jakarta yang lain. SMA aku bersekolah di SMA Negeri 95 Jakarta dan menjadi ketua kelas, ketua paduan suara, dan humas karya ilmiah remaja. Di sana aku belajar pengembangan soft skill dan hari skill terlebih dalam ekstrakurikuler karya ilmiah remaja. Aku mengikuti lomba membuat penelitian tentang “Pengganti daging sapi dengan daging jangkrik dengan membandingkan protein untuk tubuh” dan “Penggunaan kulit kentang untuk dijadikan sebuah kertas” memang belum takdirnya untuk menjuarai kompetisi tersebut dan aku hanya sampai babak seleksi saja. Aku berharap dapat menjadi seperti kedua orang tua ku yang dapat diandalkan orang lain dan menjadi manusia yang bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga, sahabat, dan orang lain.
Banyak sekali momen yang saya ingat baik besar maupun kecil. Terlebih momen bersama orang yang saya sayang seperti kedua orang tua saya, abang, adik, sahabat, bahkan momen yang terjadi karena diri saya sendiri. Contoh momen besar ketika aku bersama keluarga ku pergi ke suatu tempat di mana kita bisa saling tertawa, bahagia, makan bersama, bahkan sampai bisa saling menceritakan hari-hari kita sebelumnya. Tidak hanya itu ketika aku, abangku, dan adikku mendapatkan sebuah pencapaian seperti menjuarai kelas, memenangkan perlombaan, atau kita tidak menjadi juara kelas dan tidak memenangkan sebuah perlombaan, mereka -kedua orang tuaku- akan mengapresiasi momen-momen itu. Selain itu kami ketika berulang tahun pasti merayakannya dengan cara bersedekah ke tetangga dengan mengadakan syukuran seperti memberikan makanan. Contoh momen kecil ketika aku dapat membantu orang lain baik akademik seperti membantu teman yang tidak mengerti maupun non akademik seperti membantu orang lain dengan bersedekah dalam bentuk uang atau barang-barang yang dapat dipakai, bahkan dalam bentuk makanan.
Ketika aku berhasil mendapatkan apa yang aku inginkan seperti menjuarai kelas, memenangi sebuah perlombaan, bahkan ketika aku mendapatkan sebuah tiket konser. Tidak hanya itu, aku dan sahabatku suka bertukar cerita tentang bagaimana dengan hari ini?, apakah hari ini memiliki kesulitan dalam memahami mata kuliah?.
Kalau bicara mengenai lagu, sangat sulit bagiku untuk menentukan lagu favorit aku. Akan tetapi ada satu lagu dari Taylor Swift berjudul “Mirrorball” dalam album Folklore.
Menjadi manusia yang bermanfaat untuk diriku, bahagia dalam menjalani kejamnya dunia, dan memiliki harta yang berlimpah. Sulit bagiku untuk memahami makna tujuan hidup untuk diri sendiri, karena diriku masih mencari tujuan hidup ku yang sebenarnya untuk diriku. Semoga di masa kuliah ini lah aku akan menemukan tujuan hidupku untuk diriku sendiri.
Keluarga -terlebih orang tua- menjadi prioritas utama saya dalam menjalani kehidupan ini, karena mereka lah tujuan hidup saya. Saya ingin menjadi orang yang bermanfaat untuk mereka, menjadi anak yang berbakti, dapat diandalkan, dan ketika mereka tua lah saya yang akan merawat mereka sebagaimana mereka merawatku ketika kecil. Bukan hanya keluarga, sahabat dan orang lain juga menjadi tujuan hidup ku, karena aku sangat senang ketika membantu orang lain dengan hasil uang yang aku miliki dari hasil menabung. Karena orang tua ku selalu mengajarkan untuk tetap berbuat baik kepada sesama manusia, sebisa mungkin setiap hari dapat membantu orang lain dalam bentuk apapun yang berguna untuk mereka.
Aku memiliki trauma akan kedalaman air, suatu ketika waktu kecil aku pernah berenang dan ternyata sangat dalam kaki ku tidak dapat mengenai lantai. Dan di situlah aku tenggelam dan hampir hilang nyawa, abangku lah yang menolongku ketika aku tenggelam, mungkin jika abang ku tidak menotis jika aku hilang dari pandangannya aku sudah hilang nyawa. Aku juga memiliki kesedihan yang sangat amat sedih dalam hidupku, ketika aku ingin menjadi seorang dokter akan tetapi ayahku melarangnya, lalu aku bertanya mengapa tidak boleh akan tetapi ayahku hingga saat ini tidak memberi tahunya. Marah, kesal, dengan ayah itu hal wajar bukan? karena cita-cita ku untuk menjadi seorang dokter di tidak perbolehkan begitu saja. Akan tetapi aku percaya bahwa pilihan ayahku tidak akan salah untuk diriku ke depannya. Memang akulah yang harus sabar dan mencari tahu mengapa ayahku melarang diriku untuk menjadi seorang dokter.
Sebuah paksaan dari ayahku, ayahku ingin sekali aku memilin jurusan arsitektur tidak mengerti aku mengapa beliau sangat ingin. Pertama kali dalam hidupku waktu pemilihan jurusan aku dan ayahku saling berdebat dan bahkan perang dingin akan jurusan ini. Aku yang sangat suka rumpun kesehatan namun ayahku suka rumpun teknik apa mungkin karena itu beliau tidak mengizinkannya?. Pada hari itu di mana aku tetap memilih jurusan kedokteran dan pilihan kedua arsitektur. Aku dinyatakan lolos di jurusan kedokteran Undip namun ayahku tetap menginginkan aku di jurusan arsitektur ini. Ya mau bagaimana lagi lebih baik aku mengikuti perkataan orang tua aku dari pada ke depannya tidak mendapatkan restu dan akan menjadi masalah. Dan aku bersyukur ayah tetap memilih jurusan yang berkaitan dengan rumpun IPA. Semoga ke depannya aku dapat mengetahui mengapa ayah ku tidak memperbolehkan kuliah di rumpun kesehatan dan memilih di jurusan arsitektur ini.
Sejauh ini kalau di rate mungkin 8,5/10 karena kebetulan aku memiliki basic gambar yang terbilang cukup baik. Walaupun sedikit terpaksa, semoga dengan orang tua ku memilihkan ku jurusan arsitektur dapat membuat wawasan yang luas akan dunia ini.