Kategori
Teaching Tugas 2 - Reflection

Raymond Preston Prayogo – Reflection

Bagi saya menjalani masa Pendidikan atau universitas merupakan waktu dimana seseorang akan menyerap begitu banyak pengetahuan yang belum pernah didapatkan semasa sekolah. sebagai seorang Mahasiswa Arsitektur, saya merasa sangat banyak Pelajaran baru yang didapatkan, namun menurut saya keseimbangan antara teori dan praktek masih jauh dari kata sempurna. Hal ini merujuk dari suatu paham yang bernama Nous. Secara garis besar nous merupakan suatu kemampuan untuk memahami suatu pemikirian abstrak dan tinggi. Menurut saya setelah menjalani masa perkuliahan selama setengah semester ini, Nous membuka pemikiran saya tentang bagaimana kehidupan kampus tidak selalu menjadi sebuah gambaran Ketika nanti saya lulus dari kuliah. Saya mempelajari apabila nous merupakan penggabungan dari 4 konsep kecerdasan, dimana terdiri atas Phronesis, Episteme, Techne, dan Sophia. 

Secara konsep dan pengertian Phronesis adalah pemikiran atau kecerdasan seseorang yang bersifat taktikal. Taktikal yang saya maksudkan adalah tindakan kita dalam melakukan sesuatu. Segala sesuatu tindakan yang akan dilakukan oleh seorang individu memerlukan suatu pemahaman dan pola pikir yang matang itulah yang disebut sebagai taktikal. Dalam kehidupan di pendidikan, Phronesis menurut saya pribadi masih kurang terterapkan dimana pendidikan cenderung hanya mengajarkan suatu teori atau pemahaman tanpa adanya praktik. Berdasarkan materi yang telah saya pelajari dan pahami, phronesis tidak sepenuhnya didukung oleh pendidikan. Bukan berarti Pendidikan menghalangi seseorang memiliki suatu phronesis, melainkan pendidikan tidak cukup memfasilitasi seseorang untuk mengembangkan pemikiran atau pemahaman phronesis agar bisa diterapkan dalam kehidupan. Individu yang memiliki phronesis cenderung akan lebih pandai dalam mengelola situasi atau kondisi dengan cepat dan tidak terlihat sebagai orang yang amatir karena mereka memiliki suatu kebajikan dan kecerdasan. Selain itu bagaimana seseorang bertindak terhadap suatu hal dengan tertata dan tidak berantakan menjadi poin penting dari Phronesis. Dalam Arsitektur, phronesis sangat penting bagi seorang Arsitek karena tanpa phronesis, segala perencanaan yang telah dibuat sedemikian rupa apabila tidak dikelola dengan baik akan sangat mudah untuk menjadi berantakan karena seperti yang sudah saya sampaikan apabila seseorang akan kesulitan apabila tidak dapat mengelola suatu situasi terutama jika situasi darurat yang tidak ada dalam perencanaan.

Kemudian ada episteme, secara garis besar episteme merupakan suatu ilmu pengetahuan yang didapatkan melalui pembelajaran dan episteme ini merupakan bagian dari tahap dimana seseorang mengembangkan pengetahuan diri mereka. Dalam dunia Pendidikan, episteme merupakan subjek yang memiliki porsi paling banyak karena Pendidikan cenderung lebih banyak melakukan pembelajaran dengan cara mendengarkan dan menyerap materi-materi yang disampaikan. Episteme sendiri selain dicapai melalui Pendidikan formal yang tersistematis, juga bisa diraih melalui penelitian dimana seseorang melakukan Analisa data-data. Dari sini bisa disimpulkan apabila episteme adalah suatu kecerdasan yang menjadi dasar untuk membantu ketika nanti seseorang harus melakukan suatu praktik nyata. Kemudian menurut saya hal ini bukan berarti seseorang harus memiliki episteme terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan techne dan phronesis. Melainkan orang bisa memulai dari mana saja karena ketiga kecerdasan ini masih tetap berada di dalam lingkup nous. Sebagai gambaran, orang orang yang langsung melakukan praktik bisa merasakan suasan profesi dibarengi dalam proses tersebut ada pengembangan diri. Begitupun sebaliknya apabila seseorang melakukan pengembangan diri terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan profesi. 

Bagi saya techne merupakan bagian yang paling fundamental bagi semua individu karena techne mencakup semua dasar yang kemudian melalui techne seseorang akan mengimplementasikan epitesme mereka dan dalam prosesnya phronesis akan bekerja. Secara garis besar, techne merupakan bagian dari profesi dimana maksud saya adalah techne cenderung akan lebih banyak terlihat Ketika nanti seseorang sudah memulai dunia karir mereka masing-masing. Techne sebagai penyeimbang atau pelengkap dari kekurangan phronesis. Apabila dilihat dari sisi Pendidikan suatu phronesis membutuhkan yang namanya techne agar memudahkan masing-masing individu untuk memahami phronesis mereka saat melalukan techne. Techne sebagai contoh dapat dilihat dengan adanya suatu praktik, praktik yang saya maksud adalah studio desain di Arsitektur. Konteks dari techne adalah bagaimana seorang individu dapat mengembangkan softskill dan hardskill masing-masing dari mereka disertai keterampilan dalam 

praktiknya. Dalam penerapannya di Arsitektur, seorang arsitek harus memiliki tujuan dalam perancangan yang kemudian semua dilaksanakan dengan mengandalkan pengetahuan teknis mau itu secara softskill ataupun hardskill yang kemudian diimplementasikan melalui kemampuan teknis yang presisi. Apabila seseorang sudah bisa menggapai techne mereka, bisa disepakati bahwa individu tersebut merupakan orang yang sudah hampir lengkap karena techne adalah puncak dari pengetahuan atau tahap akhir dari pengetahuan yang sudah dipelajari dan dimiliki pada masa-masa Pendidikan. Akan sangat mudah bagi seseorang untuk mengembangkan techne mereka semenjak masih berada di bangku Pendidikan namun agar semua itu bisa terwujud diperlukan yang namanya pengaplikasian nyata yang dapat mendorong seseorang untuk mengembangkan techne mereka masing-masing.

Setelah ketiga kecerdasan tersebut yang cenderung lebih mengarah kepada profesi dan pengembangan diri dari segi pengetahuan, Sophia lebih mengarah kepada sifat individu dan bagaimana seseorang dapat tetap mendorong diri mereka untuk selalu berkembang secara personal dan tidak tercampurkan dengan profesi. Lalu kemudian secara konsep Sophia adalah penggabungan dari prinsip dasar dan pengetahuan yang mengikuti dari prinsip dasar tersebut. Yang saya pahami dari Sophia adalah bagaimana kita sebagai seorang yang dapat memaknai hidup, eksistensi dari hidup, bagaimana kita bisa menikmati juga mencintai suatu karya, dan menekankan kepercayaan tentang makna dari hidup itu sendiri. Sophia sendiri merupakan keyakinan yang akan mendorong seseorang untuk lebih memahami diri mereka sendiri atau bahkan sisi lain dari diri mereka, oleh sebab itu Sophia cenderung menekankan hal-hal yang bersifat pribadi atau personal. Seseorang yang memiliki Sophia cenderung akan memahami diri mereka dan bisa menjadikan mereka sebagai seorang yang lebih yakin akan diri sendiri dan menikmati hidup mereka. Kecintaan dalam berkarya menjadi motivasi yang membuat mereka lebih berani untuk mengekspresikan apa yang mereka rasakan dan inginkan dalam kehidupan. 

Dalam Arsitektur Sophia menjadi bagian fundamental bagi kehidupan personal seorang arsitek dimana mencintai karya dan proses sudah pasti menjadi hal yang wajib agar mereka bisa lebih piawai dan berani untuk mengungkapkan perasaan mereka melalui karya. Selain itu seorang yang memiliki Sophia akan lebih mudah melakukan penerapan dari kecerdasan episteme, phronesis, dan techne karena seperti yang sudah saya sebutkan tadi kalau mereka menikmati dan mencintai apa yang mereka lakukan. 

Berdasarkan dari penjabaran pemahaman saya terkait keempat kecerdasan ini dapat dilihat apabila semua kecerdasan tersebut bisa didapatkan namun tidak bisa secara langsung karena kecerdasan tersebut hanya bisa didapatkan pada tahap-tahap tertentu. Pada masa kuliah episteme dan sophia merupakan kecerdasan yang bisa diraih saat masa kuliah dan masih bisa dikembangkan lagi kedepannya. Sedangkan techne dan phronesis cenderung didapatkan pada saat bekerja. Namun ini Kembali lagi pada masing-masing individu karena setiap individu pasti memiliki prinsip berbeda yang nantinya mempengaruhi di tahap mana mereka dapat memiliki keempat kecerdasan tersebut. 

Setelah memahami pengertian dari komponen-komponen dari nous. Bagi saya ada beberapa pengaruh yang bisa saya rasakan setelah memahami dan mencoba untuk membangun pola pikir nous tersebut dalam kehidupan perkuliahan saya. Namun untuk hasil secara garis besar masih belum begitu signifikan karena saya pribadi belum banyak menerapkan prinsip-prinsip yang terdapat pada nous. 

Yang pertama Shopia, dibandingkan dengan tiga prinsip atau kecerdasan sebelumnya menurut saya pribadi Sophia cukup memberikan pengaruh kepada kehidupan kampus saya. Setelah memahami apa itu shopia saya mencoba untuk menerapkannya dengan cara mencoba mencintai setiap proses pembelajaran saya, proses mengerjakan tugas-tugas studio dan beberapa hal-hal lainnya yang berkaitan dengan perkuliahan. Sophia mengajarkan saya untuk selalu mencoba untuk menghargai apapun yang sudah saya buat dan menghargai setiap proses yang sudah saya buat untuk menghasilkan suatu karya. Walaupun saya belum menghasilkan karya namun saat ini saya berada dalam tahap untuk menghasilkan suatu karya. Setelah mencoba untuk menghargai proses tersebut dan tujuan karya tersebut saya menjadi lebih terbuka dengan saran-saran yang ada dan lebih berani untuk memperlihatkan proses karya saya. Karena saya tahu karya saya nantinya akan bisa dilihat dan dinikmati oleh orang lain sehingga karya tersebut tidak hanya berasal dari pemikiran pribadi saya, melainkan berdasarkan pemikiran pribadi yang digabungkan dengan saran dan masukan orang lain yang kemudian saya kembangkan lagi agar bisa mendapatkan suatu tujuan karya yang ingin saya capai. Proses ini memang cukup sulit namun dengan adanya shopia, saya belajar untuk mengharga setiap proses tersebut.

Lalu yang kedua adalah episteme, episteme yang merupakan bagian penting menjadi salah satu selain shopia yang menurut saya cukup mempengaruhi pola pikir dan kehidupan saya di perkuliahan. Cara episteme bekerja dalam kehidupan kuliah saya adalah mendorong saya untuk memaksimalkan penyerapan materi maupun teori yang bisa saya dapatkan karena episteme mengajarkan saya untuk memahami konsep-konsep Teknik yang belum pernah saya dapatkan. Selain itu episteme juga mendorong saya untuk mencoba memahami apabila suatu arsitektur itu selalu memiliki konteks dan Sejarah dan itu perlu suatu Analisa dimana Analisa ini merupakan suatu proses untuk mencapai suatu kecerdassan episteme.

Kemudian yang terakhir Phronesis, phronesis memiliki porsi paling sedikit dibanding ketiga kecerdasan sebelumnya. Dimana cara phronesis berkerja dalam kehidupan kuliah saya adalah sebagai motivator untuk mencoba menjadi seorang yang lebih pandai dan tenang dalam menghadapi suatu situasi yang bersifat mendadak ataupun tidak ada dalam perencanaan saya. Sejauh ini saya belum banyak mengalami hal tersebut akan tetapi ada satu waktu saat studio perancangan dimana saya diharuskan menjelaskan proses dari pengerjaan saya. Bagi saya pribadi ini bukan masalah besar hanya saja bagaimana cara saya menjelaskannya menjadi suatu barrier buat saya sendiri. sehingga semenjak saat itu saya mencoba untuk menerapkan phronesis untuk membantu saya agar lebih matang Ketika nantinya diletakkan pada situasi yang serupa lagi

kemudian untuk techne sendiri saya belum merasa adanya perubahan yang saya alami karena saya masih bergumul dengan kedua kecerdasan yang menjadi dasar hubungan techne. Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnnya apabila techne merupakan bagian akhir atau suatu kesimpulan dari phronesis dan episteme. 

Akhir kata menurut saya Nous merupakan suatu konsep pemikiran yang sangat dibutuhkan oleh seorang arsitek yang sudah harus dibangun semenjak perkuliahan. Seperti apa yang dikatakan bapak Archica Danisworo kepada saya apabila masa mahasiswa adalah masa dimana saya harus banyak melakukan explore bagian ini sangat relevan dengan episteme yang mendorong seseorang untuk mendalami semua ilmu yang bisa didapatkan. Dan yang terpenting Ketika lulus nanti besar kemungkinan sulit untuk membangun atau menanamkan Nous pada seorang individu. 

avatar Realrich Sjarief

Oleh Realrich Sjarief

Founder of RAW Architecture

Tinggalkan komentar