Kategori
Teaching Tugas 2 - Reflection

Saint Noah – Reflection

Bagi saya mata kuliah introduction to architecture merupakan mata kuliah dimana kita bisa keluar dari zona nyaman kita sebagai seorang mahasiswa yang setiap hari nya mengkonsumsi materi yang hanya diberikan oleh binus, tidak hanya mendapatkan ilmu saja dari materi ajaran tetapi saya juga mendapatkan ilmu baru yang bisa saya terapkan dalam kehidupan saya, dimana saya bisa belajar menjadi pribadi yang lebih berani dan memiliki kemauan lebih untuk berkembang, di mata kuliah ini saya senang bertemu dengan Pak Realrich Sjarief yang di setiap pertemuan nya ada hal yang dapat saya pelajari dari beliau. Salah satu bahan ajaran yang diajarkan adalah Nous yang merupakan suatu pengetahuan yang baru dalam hidup saya, dan ini merupakan suatu pengalaman yang menarik bagi saya dimana saya mendapatkan ilmu baru dan tentunya berguna bagi saya.

Saya akan memulai dari pengertian Nous itu sendiri, dalam filsafat Yunani kuno, “nous” memiliki arti akal budi atau pikiran yang bijak, yang sering dianggap sebagai kemampuan intelektual yang tinggi atau kebijaksanaan spiritual. Dalam konteks ini, “nous” tidak hanya merujuk pada suatu kelompok orang, tetapi lebih kepada tingkat pemikiran atau kebijaksanaan tertentu. Nous atau konsep kebajikan ini menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari kita, khususnya dalam bidang pendidikan dan arsitektur. Nous dibagi menjadi 4 kuadran besar yaitu Sophia, Episteme, Techne, dan Phronesis. Setiap kuadran memiliki arti penting nya sendiri. Keempat kuadran ini juga yang dapat membantu saya dalam menyikapi dan menjalani kehidupan mahasiswa saya di jurusan arsitektur ini. Apabila kita dapat menguasai keempat kuadran ini maka kehidupan yang kita jalani dapat kita maknai dengan baik.

Untuk kuadran pertama yaitu adalah sophia yang memiliki arti tentang sebuah pemahaman mendalam tentang pertanyaan – pertanyaan besar dalam kehidupan, dan makna dari kehidupan itu sendiri. Dalam dunia pendidikan merupakan ranah yang lebih personal yang membentuk keberanian & kecintaan dalam berkarya, dalam arti luas nya kita memiliki rasa cinta dan bangga dalam melakukan suatu hal atau menjalani kegiatan sehari – hari kita entah itu di dalam pekerjaan yang menghasilkan karya maupun pendidikan kita. Sophia juga memiliki arti believe atau kepercayaan juga keberanian, pencarian juga pemahaman mendalam dalam mendalami makna sebuah kehidupan, kebijaksanaan spiritual, dan pemahaman mendalam tentang realitas atau keberadaan kita di dunia ini. Dalam arti pendidikan sophia memiliki arti kebijaksanaan atau pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan. Ini mencakup lebih dari sekadar informasi atau fakta-fakta; “sophia” mencakup tingkat kebijaksanaan dan pemahaman yang lebih luas, seringkali berhubungan dengan pemikiran kritis, refleksi, dan pemahaman inklusif terhadap dunia. Sophia menjadi dasar bagi kita dalam mencari seorang role model dalam hidup, terkhususnya untuk saya sebagai mahasiswa semester 1 jurusan arsitektur yang seharusnya memiliki sophia dalam kehidupan perkuliahan saya, karena dengan sophia saya dapat memaknai dan mencintai apa yang saya lakukan dan akan menghasilkan karya yang terlahir dari rasa cinta saya terhadap dunia arsitektur.

Sophia menjadi hal mendasar dalam menjalani suatu hal. Dengan rasa cinta dan pemaknaan mendalam dapat menghasilkan karya yang memiliki jiwa tersendiri. Pemaknaan sophia dalam pencarian role model dapat dimanifestasi dalam proses pencarian karena adanya “sophia” menjadikan kita memiliki pemahaman yang mendalam tentang kehidupan, nilai-nilai moral, dan bagaimana menjalani hidup dengan bijaksana. Pemilihan role model dapat dipandu oleh dorongan untuk mengembangkan diri, mengejar kebijaksanaan, dan mencari arahan dari seseorang yang telah menunjukkan tingkat pemahaman yang tinggi dalam aspek-aspek tertentu. Pencarian role model dengan “sophia” juga dapat mencerminkan keinginan untuk memahami dan menerapkan nilai-nilai kebijaksanaan dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana diinspirasi oleh contoh yang diwakili oleh role model tersebut. 

Seorang role model pasti juga memiliki “sophia” dalam hidupnya dengan adanya sophia atau kecintaan dan keberanian dalam karyanyalah yang membuat dirinya bisa menjadi seorang yang dapat bermanfaat dan menginspirasi banyak orang. Pada intinya “sophia” memiliki peran penting dalam mengawali dunia perkuliahan saya. Saya harus mencintai, mendalami, memahami, dan mempercayai apa yang saya lakukan dan saya jalani. Dengan ada nya rasa cinta terhadap apa yang saya lakukan akan membuat masa dunia perkuliahan saya dapat saya jalani dengan rasa suka dan menghasilkan karya yang terbaik selama masa perkuliahan ini.

Kuadran ketiga merupakan “episteme” yang merupakan sebuah tahap ataupun sebuah fase dimana kita memperoleh pengetahuan dari hasil penelitian kita, melalui studi yang sistematis, metode – metode ilmiah, dan juga menganalisis data. Episteme pada intinya adalah memiliki pengetahuan – pengetahuan dalam dunia perkuliahan dalam proses nya yang dilakukan dengan cara penelitian dan pengamatan. Episteme atau ilmu pengetahuan memiliki porsi paling besar dalam dunia pendidikan, karena didunia pendidikan kita lebih banyak belajar dengan mendengarkan, ilmu yang kita dapat dari penjelasan – penjelasan yang diberikan oleh dosen dapat membantu kita dalam memperoleh informasi atau data yang valid, atau dalam arti lain terverifikasi dari seorang ahli atau dosen yang mengerti dalam bidang atau hal yang kita pelajari, contohnya adalah saya yang dalam satu minggu terdapat 5 hari dimana saya harus pergi kuliah untuk mendengarkan para pengajar memaparkan materi dan sebagai seorang mahasiswa yang baik tentu saja saya harus mendengarkan dan menyerap ilmu yang diberikan oleh dosen pengajar.

Dalam konteks pendidikan perkuliahan sebagai seorang mahasiswa arsitektur, “episteme” dapat diartikan sebagai pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip dasar arsitektur, teori-teori terkait, dan pendekatan yang diterapkan dalam perancangan dan konstruksi. Saya sebagai mahasiswa arsitektur belajar untuk memahami konsep-konsep teoritis, sejarah, dan prinsip-prinsip yang mendasari praktek arsitektur. Ketika saya sebagai mahasiswa arsitektur belajar “episteme” dalam perkuliahan, saya dapat mengembangkan landasan pengetahuan yang kokoh untuk memahami sejarah arsitektur, teori desain, dan inovasi dalam bidang arsitektur. Dengan memiliki pemahaman “episteme” ini, saya dapat mengembangkan kemampuan untuk merumuskan dan memahami ide-ide arsitektural secara lebih mendalam. Penting juga bagi saya untuk memahami bahwa “episteme” dalam konteks arsitektur tidak hanya berfokus pada teori semata, tetapi juga melibatkan pemahaman tentang bagaimana teori tersebut dapat diterapkan dalam praktik perancangan dan konstruksi bangunan “techne”. Sehingga, “episteme” memainkan peran penting dalam membentuk landasan intelektual dan pemahaman yang lebih luas bagi saya mahasiswa arsitektur dalam perjalanan akademis dan profesional saya kedepannya nanti.

Mari kita beralih untuk membahas kuadran Nous yang ketiga yaitu “techne”, penting untuk dipahami bahwa rasa cinta atau “sophia” dan pengetahuan yang didapat dari proses studi dan penelitian “episteme”  juga harus direalisasikan dalam bentuk tindakan. Dapat dipahami bahwa “techne” dalam konteks pendidikan mungkin merujuk pada keterampilan atau keahlian praktis yang diperoleh melalui pembelajaran langsung, seperti dalam studio desain atau kuliah praktik yang kita lakukan sebagai seorang mahasiswa, terkhususnya saya yang merupakan mahasiswa jurusan arsitektur, penerapan “techne” dilakukan dalam kegiatan kelas studio. Techne disimulasi kedalam studio desain, yang diperkuat dengan kuliah praktik dan profesi. Walaupun “techne” atau pembelajaran ini terhitung optional, dalam kata lain kebijakan atau gaya pembelajaran setiap universitas bisa berbeda – beda. Beruntung nya saya memilih Binus sebagai universitas yang saya percaya untuk mendidik saya dan mengarahkan saya untuk menjadi mahasiswa arsitektur yang tidak hanya bisa dalam hal teori arsitektur tapi juga bisa merealisasikan nya dalam berbagai teknik dan penerapan proses penciptaan sebuah proyek arsitektur. Dalam konteks ini yang saya maksud adalah adanya kelas Architectural Design, dan juga Building Technology yang dimana kelas pada kedua mata kuliah ini dilaksanakan dalam kelas studio, sehingga saya bisa merasakan langsung tahapan – tahapan seorang arsitek dalam menciptakan karya. 

Dimulai dari hal kecil seperti menggambar, dan juga mendesain. Techne merupakan hal penting dalam dunia perkuliahan karena dengan adanya techne kita dapat terjun dan merasakan langsung bagaimana rasanya menjalani sebuah profesi dan juga kita bisa melihat para ahli dalam menjalani profesinya.

Kuadran terakhir dan menjadi kuadran yang paling kompleks dalam memaknai Nous dalam kehidupan dunia perkuliahan sebagai mahasiswa arsitektur adalah “phronesis” merupakan sikap taktikal yang diterapkan dalam setiap tindakan. Phronesis juga memiliki arti dalam dunia pendidikan perkuliahan dimana kita sebagai mahasiswa harus memiliki jiwa kepemimpinan, memahami dinamika tim, dan sigap dalam mengambil keputusan. Juga memiliki keterampilan mengambil keputusan etis dalam keadaan yang kompleks. Namun di dunia pendidikan perkuliahan saya ini yang didominasi oleh gaya belajar mendengarkan, ruang untuk melatih kecerdasan taktikal sangat sedikit. Hal ini menimbulkan gap atau celah yang terbentuk antara pelajaran di universitas & dunia praktik secara langsung.

Menurut saya mata kuliah “Introduction to Architecture” bukan hanya sekedar penyampaian materi kuliah biasa tapi sebaliknya, itu adalah pengalaman yang mendalam dan banyak hal baru bagi saya. Dalam ruang lingkup perkuliahan ini, dimana saya sebagai mahasiswa merasa mampu melebihi batas kenyamanan saya dan memperoleh pengetahuan yang dapat diaplikasikan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari saya. Saya didorong untuk terus maju dan tidak takut terhadap tantangan yang selalu datang dan berlalu, terutama pada saat melakukan tugas mewawancarai arsitek profesional yaitu Bapak  Ir. H. Achmad Noerzaman, MM. IAI yang merupakan praktisi arsitektur professional di Indonesia yang sudah mendapatkan banyak penghargaan. Tugas ini menjadi hal baru dan tantangan sendiri bagi saya yang tidak pernah melakukan wawancara terhadap orang luar yang belum saya kenal. Tentu saja hal ini merupakan hal positif bagi saya yang menjadi tombak pendorong bagi saya untuk terus maju dan berani menghadapi realita dunia. Salah satu inti materi dari pengajaran mata kuliah ini terletak pada konsep “Nous,” yang mencakup empat elemen penting yaitu Sophia, Episteme, Techne, dan Phronesis. Keseluruhan konsep ini membimbing saya sebagai mahasiswa dalam menyikapi tantangan kehidupan perkuliahan dan membantu saya mengembangkan potensi diri saya

Sophia, sebagai kebijaksanaan mendalam, memberikan fondasi yang kuat dalam mencari role model dan menumbuhkan cinta terhadap arsitektur. Dalam konteks pendidikan, Sophia tidak hanya tentang pengetahuan dan informasi, tetapi juga mengenai pemahaman mendalam terkait pertanyaan besar dalam kehidupan dan makna yang dapat diambil dalam kegiatan perkuliahan. Saya belajar untuk membentuk keberanian dan kecintaan dalam berkarya, membawa rasa bangga dan cinta terhadap kegiatan sehari-hari saya sebagai mahasiswa jurusan arsitektur. Pemahaman Sophia juga mencakup kepercayaan, keberanian, serta pencarian dan pemahaman mendalam tentang kehidupan dan kebijaksanaan spiritual.

Selanjutnya, Episteme, sebagai ilmu pengetahuan, menduduki peran berkelanjutan dalam pendidikan perkuliahan. Ini membentuk landasan pengetahuan yang kokoh bagi saya mahasiswa arsitektur, memperkenalkan kepada prinsip-prinsip dasar arsitektur, teori-teori terkait, dan pendekatan dalam perancangan dan konstruksi. Dalam prosesnya, saya mengembangkan pemahaman mendalam tentang konsep-konsep teoritis, sejarah, dan prinsip-prinsip yang mendasari praktek arsitektur. Episteme tidak hanya mengejar informasi, tetapi juga mendorong saya sebagai mahasiswa untuk mengembangkan pemikiran kritis, refleksi, dan pemahaman inklusif terhadap dunia.

Techne, sebagai keterampilan praktis, diwujudkan dalam studio desain dan kuliah praktik. Sebagai mahasiswa arsitektur kita tidak hanya dituntut untuk mendengarkan saja, tetapi mereka juga terlibat secara langsung dalam simulasi proses kreatif dan praktik profesional. Penerapan Techne terlihat dalam kelas Architectural Design dan Building Technology, di mana saya merasakan secara langsung tahapan-tahapan seorang arsitek, mulai dari menggambar hingga merancang. Saya bangga memilih Binus sebagai universitas yang menaungi saya sebagai mahasiswa arsitektur, karena gaya pembelajaran dan kebijakan universitas mendukung mahasiswa arsitektur untuk tidak hanya menguasai teori arsitektur, tetapi juga merasakan pengalaman nyata dalam proses penciptaan proyek arsitektur.

Namun, dalam dinamika pendidikan perkuliahan yang didominasi oleh gaya belajar mendengarkan, menghadirkan tantangan bagi saya untuk mengaplikasikan Phronesis, atau kebijaksanaan praktis dalam pengambilan keputusan. Saya harus menerapkan dan membiasakan jiwa kepemimpinan, pemahaman dinamika tim, dan keterampilan mengambil keputusan etis dalam keadaan kompleks. Meskipun pengalaman ini tidak sejalan sepenuhnya dalam gaya belajar yang saya jalani sehari-hari, tetapi saya tetap saja harus memiliki keinginan lebih untuk berkembang agar dapat memiliki sense bertindak secara taktikal dalam pengambilan keputusan.

Secara keseluruhan, “Nous” yang diajarkan mata kuliah Introduction to Architecture ini memberikan landasan pengetahuan beragam bagi saya sebagai mahasiswa arsitektur. Saya diajak untuk meresapi kebijaksanaan dalam semua aspek kehidupan perkuliahan, dari pemahaman mendalam hingga penerapan keterampilan praktis. Pengalaman ini mempersiapkan saya untuk menghadapi dunia arsitektur dengan pemahaman yang mendalam, keterampilan praktis yang kuat, dan kemampuan untuk mengambil keputusan taktikal.

avatar Realrich Sjarief

Oleh Realrich Sjarief

Founder of RAW Architecture

Tinggalkan komentar