Nama saya Nofitrian Shelly, biasa dipanggil Shelly. Saya lahir di Tangerang pada tanggal 7 November 2005. Orang tua saya berasal dari Kalimantan. Saya hidup di keluarga yang sederhana tapi bisa dibilang berkecukupan karena bisa memenuhi kebutuhan keluarga kami dan membiayai saya serta kakak-kakak saya yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Saya anak terakhir dari 6 bersaudara. Ayah saya seorang wiraswasta, ia memiliki 3 bengkel knalpot, satu di Kalimantan dan dua di Jakarta. Salah satunya yang di Jakarta di pegang oleh kakak laki-laki saya. Singkatnya kakak laki-laki saya sempat lalai sehingga bengkel yang ia pegang harus di jual. Ibu saya adalah seorang rumah tangga. Ia selalu mendidik dan bertanggung jawab besar dalam mengurus anak-anak di rumah. Di tahun 2019, Ayah saya pensiun karena sudah menginjak umur pensiun. Sehingga, bengkel tersebut kembali dipercayakan kepada kakak laki-laki saya lagi. Berbeda dengan sebelumnya, kakak saya kali ini berhasil, dibantu dengan istrinya yang memberikan usul untuk mempromosikan bengkel saya lewat sosial media.
Saat ini pada tahun 2023, saya menduduki bangku perguruan tinggi Universitas Bina Nusantara jurusan Arsitektur. Sedangkan, kakak-kakak yang lain sudah bekerja. Saya bisa pergi kuliah karena bantuan dari kakak-kakak saya yang membantu saya dengan membiayai pendidikan saya.
Saya merasa bersyukur terlahir di keluarga saya saat ini. Dengan rasa perhatian dan rasa sayang yang diberikan mereka membuat saya menjadi pribadi yang memiliki prinsip bahwa Tuhan dan keluarga adalah hal yang paling utama yang saya butuhkan dalam dunia ini. Ayah saya selalu berkata bahwa apa yang saya lakukan bukan hanya membuat orang lain menilai diri saya sendiri tetapi juga akan menilai keluarga saya.
Maka dari itu saya selalu berusaha agar terus berhasil dalam apa yang saya lakukan. Berkat mereka, saya terus menargetkan diri saya untuk bisa menyalurkan hal-hal positif untuk orang-orang sekitar saya dan kelak bisa membangun keluarga kecil saya sendiri yang nantinya juga diisi oleh rasa syukur, perhatian, dan kasih sayang.
Sedari kecil saya ingin menjadi seorang ibu yang baik. Tujuan hidup saya adalah menjadi seorang ibu yang baik untuk anak saya dan memastikan kelak saya bisa bertanggung jawab penuh atas peran tersebut. Saya ingin menikah dan memiliki keluarga yang utuh dan memiliki beberapa hewan peliharaan. Tidak harus menjadi keluarga kaya, yang penting berkecukupan.
Saya ingin menghabiskan waktu bersama keluarga kecil saya di rumah kami nantinya sembari rutin mengunjungi rumah orang tua saya dan suami saya kelak. Saya ingin menjadi ibu sekaligus istri yang berhasil dalam mendidik anak dan menjadi pendengar yang baik. Tentu saja untuk menjadi seperti itu saya perlu memiliki latar pendidikan yang baik, rasa emosional yang stabil dan mental yang siap. Sering kali saya juga berpikir untuk menjadi seorang arsitek yang memiliki penghasilan dalam nominal besar untuk menggantikan biaya pendidikan kuliah saya tapi hati saya merasa asal saya bisa berguna bagi banyak orang dan berkecukupan saja sudah cukup. Mungkin saya bisa menggantikan biaya pendidikan saya kepada orang tua saya dalam jumlah yang tidak terlalu besar tapi konsisten, tidak harus dalam bentuk uang juga tapi bisa dengan memberikan apa yang mereka inginkan. Saya akan berusaha secara maksimal menjadi yang terbaik.
Secara umum saya selalu ingin menceritakan apa hal buruk yang pernah saya lakukan di masa lalu, bahwa saya bukan orang yang bisa dianggap baik, mungkin self-branding itu baik tapi menurut saya jika sudah sekelas pasangan yang notabenenya salah satu orang terdekat, saya akan selalu menceritakan betapa banyak keburukan yang saya lalukan di masa lalu, saya akan menceritakan secara detail dan menyeluruh karena tidak ingin seorang yang saya sayangi berharap pada diri saya bahwa saya adalah orang yang baik, mungkin sewaktu-waktu saya bisa menyakiti mereka secara sadar maupun tidak sadar.
Kalau secara signifikan saya rasa saya akan selalu menceritakan tentang sahabat saya, masa pertemanan sewaktu dulu ketika saya dalam titik puncak keakraban dengan orang-orang yang saya anggap sahabat, saya akan menceritakan ketika saya bisa menghabiskan waktu pagi ke siang untuk bersekolah dan sore ke pagi untuk bermain bersama teman. Ya, betul, sore ke pagi. Saya selalu menghabiskan waktu tersebut untuk bercakap lewat grup chat, keluar, bermain bersama sahabat- sahabat saya pada masa itu, bahkan tidak jarang saya melakukan panggilan vidio bersama mereka sampai pagi, terkadang kami juga bisa tertidur dengan sendirinya. Saya menghabiskan waktu tidur saya di sekolah dan sepulang sekolah. Mungkin itu adalah masa jam tidur saya yang paling berantakan selama setahun, tapi saya menikmatinya.
Saya memiliki beberapa momen kecil dan besar yang sangat melekat pada diri saya. Momen kecil yang melekat pada diri saya adalah ketika saya bermain bersama anak anjing di sebuah pantai di Kalimantan karena itu adalah pertama kali saya bermain langsung dengan hewan di suatu area yang sangat luas dan bebas, usia saya saat itu masih sekitar 4 tahun. Awalnya saya merasa senang karena bermain kejar-kejaran bersama anjing tersebut tetapi tidak lama dia menjilat telinga saya, saya mulai takut, ternyata saya diberitahu bahwa itu adalah cara anjing bermain dan menyayangi. Saya pikir saya hanya menikmati momen bermain bersama anjing, ternyata saya juga menikmati perasaan yang diberikan oleh suasana pantai yang sangat sepi pada momen itu.
Sedangkan momen besar yang melekat pada diri saya adalah ketika hari ulang tahun saya selalu dirayakan, padahal saya selalu berpikir bahwa hari ulang tahun sama saja seperti hari biasa, tidak ada yg istimewa. Walaupun, tahun demi tahun sosok yang merayakan tidak selalu sama tetapi saya menikmati setiap orang baru yang hadir dalam setiap tahun dalam hidup saya dan membuat saya berpikir bahwa ulang tahun saya menjadi penting bagi mereka yang merayakan saya.
Saya tidak mudah menganggap seseorang sebagai teman tapi saya merasa banyak orang yang saya temui selalu bisa membuat saya merasa menjadi seseorang yang mereka anggap teman dan membuat saya merasa bahwa pertemanan tidak harus selalu sesuai dengan apa yang saya idealkan.
Saya juga memiliki hal buruk dalam hidup saya. Saya takut pada ular. Mungkin ini bukanlah kesedihan seperti yang orang-orang pikirkan tapi menurut saya ini adalah trauma dalam hidup saya. Awalnya saya tidak takut dengan ular bahkan saya berani berfoto dengannya tetapi saat saya masih di taman kanak-kanak saya pernah pergi ke ragunan. Saat itu ada satu tempat pameran ular di suatu ruangan yang berbentuk kotak. Saya pergi ke ruangan itu sendiri tanpa orang tua, orang tua saya menunggu di luar ruangan.
Awalnya saya melihat ular-ular yang kecil dan masih merasa biasa saja, sampai saya melihat setiap kanan kiri saya penuh dengan ular, orang-orang yang memegang ular, box yang penuh dengan ular. Saya tidak tau mengapa tapi perasaan gelisah mulai muncul saat melihat betapa banyak kerumunan ular di dalam ruangan tersebut. Sampai akhirnya saya lari dengan gemetar dan tepat didepan saya, saya melihat sebuah ular yang sangat besar berwarna hitam, ular tersebut sedang melingkar dan rasanya saya sangat amat merinding hebat. Saya tidak tau kenapa rasa takut tersebut muncul secara tiba-tiba. Akhirnya saya menangis. Orang tua dari pun muncul dari luar ruangan mendengar tangisan saya.
Sejak saat itu, rasanya saya seperti bertemu dengan raja ular dan saya sangat membenci ular. Saya bahkan tidak berani melihat foto ular atau memakan daging ular yang memang sudah digoreng dan mati. Tidak jarang tiba-tiba ada vidio ular yang muncul di halaman beranda sosial media saya dan saya langsung melempar hp saya karena rasanya sangat menjijikan melihat ular bahkan terkadang saya bisa menangis melihatnya. Saya takut orang-orang menjadikan ini sebagai kelemahan saya. Saya juga memiliki hal yang saya suka, hal yang saya sukai adalah ketika melihat pemandangan dan bangunan-bangunan yang nyaman. Saya suka melihat gambar-gambar arsitektur, menurut saya ini adalah hal yang menenangkan. Saya suka ketika saya mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Saya menikmati hal tersebut. Tugas ini dapat membuat saya bisa terfokus pada satu hal dan waktu yang saya habiskan sendiri hanya dengan diri saya. Berbeda dengan kebanyakan orang yang suka dengan desain megah atau semacamnya, saya lebih suka melihat desain arsitek yang minimalis karena menurut saya desain minimalis tampak lebih nyaman dan tenang untuk dilihat.
Ketika saya mengerjakan tugas saya senang memutar lagu Adele – Love in the Dark, dari pandangan saya lagu ini menceritakan tentang seorang wanita yang mencintai seorang pria tapi merasa dirinya tidak pantas untuk didekati atau dicintai karena pria ini adalah seseorang yang dia anggap sempurna dan memberikan segala hal yang wanita tidak bisa hidup tanpanya, akhirnya wanita ini memilih untuk berpisah karena merasa dirinya tidak bisa memberikan timbal balik terhadap pasangannya dan memberi tau bahwa dirinya memang tidak sebaik yang pria ini pikirkan. Dengan nada lagu yang diberikan membuat lagi ini easy listening untuk saya dan nyaman untuk di dengar.
Awalnya saya sangat bimbang dalam memilih jurusan karena saya merasa saya tidak memiliki bakat apa-apa, saya bisa dibilang baik dalam bidang akademis tapi saya tidak tertarik masuk ke dalam jurusan yang penuh dengan hitungan. Sampai akhirnya saya bertemu dengan kakak gereja saya dan istrinya yang sama-sama desain interior. Saya mulai mencari tahu apa itu desain interior dan saya mulai tertarik dengan hal tersebut.
Memang sebelumnya halaman pencarian dalam Instagram saya penuh dengan desain-desain rumah tapi saya tidak pernah terpikir untuk masuk jurusan tersebut karena saya pikir menentukan jurusan adalah dari bakat. Lalu, saya berkata pada kakak saya bahwa saya ingin mengambil jurusan interior design. Kakak saya mengusulkan ambil arsitektur saja. Akhirnya saya mencari tentang jurusan Arsitektur dan ternyata saya tertarik juga karena arsitektur juga masih dalam lingkup yang sama dengan desain interior dan lebih luas.
Awalnya saya takut, karena saya pikir Arsitek jarang dihargai jasanya oleh masyarakat Indonesia, saya takut prospek kerjanya tidak menjanjikan. Tetapi, banyak sekali orang-orang yang mendukung saya mengambil keputusan tersebut karena satu dan banyak hal lainnya. Saya kembali terpikir bahwa hanya jurusan inilah yang ingin saya ambil, saya tidak tertarik dengan jurusan lainnya. Saya melihat di artikel ternyata arsitek juga bisa membantu membuat lingkungan menjadi lebih baik dengan membuat bangunan yang ramah lingkungan. Saya juga mengambil tes minat bakat, Arsitektur dan Desain Interior muncul paling atas pada hasil test tersebut. Akhirnya, saya dengan mantap mengambil jurusan Arsitektur.
Saya ingin memiliki suatu pekerjaan yang berguna bagi orang lain. Saya ingin menjadi seorang arsitek yang selalu memikirkan ulang apakah yang saya hasilkan berdampak baik bagi orang lain maupun lingkungan, saya ingin memiliki suatu karya yang dapat memiliki dampak baik bagi sekeliling saya baik secara besar maupun kecil. Melalui karya saya nantinya saya ingin membantu setiap orang- orang yang membutuhkan, saya ingin melahirkan banyak lapangan pekerjaan bagi orang lain. Saya ingin menciptakan rumah yang ramah lingkungan dan memperbanyak hal tersebut. Singkatnya, tujuan utama saya adalah menjadi arsitek yang menjadi teman bagi setiap klien saya sehingga saya dapat memahami dan memberikan secara maksimal apa yang mereka butuhkan.