Kehidupan sebagai mahasiswa terlebih sebagai mahasiswa baru tidaklah mudah, karena ibarat transisi dari kehidupan masa remaja ke dewasa. Mulai dari pola pikir, gaya hidup, dan cara belajar mengajar semuanya berbeda pada saat SMA, maka dari itu, dibutuhkan niat dan tekat yang kuat untuk menjalani hidup sebagai mahasiswa.
Nama saya Safana Najla Aziza, biasa dipanggil Safana, saya lahir di Depok, 21 April 2005, saat ini saya berumur 18 tahun. Saya tumbuh dan dibesarkan di keluarga yang lengkap dan kebutuhan selalu tercukupi.
Keluarga saya cukup harmonis walaupun sering banyak kendala dan masalah didalamnya, tetapi menurut saya hal ini adalah wajar bahkan mutlak terjadi di suatu keluarga. Ayah saya adalah lulusan S3 jurusan ilmu komunikasi, ayah saya baru saja menyelesaikan studinya agustus tahun ini, beliau seorang pensiunan direktur dari BUMN (Telkom), tetapi sekaligus menjadi co founder dan komisaris dari perusahaan BUMS miliknya (Cakra, security). Ibu saya lulusan S1 akutansi, dan beliau adalah seorang ibu rumah tangga dan penyewa kontrakan. Saya anak ke-3 dari 3 bersaudara, saya mempunyai 2 kakak laki laki yang saat ini masih berkuliah, kakak saya yang pertama berkuliah di Pariwisata Sahid University, dan sekarang sudah semester 5, kakak saya yg ke-2 berkuliah di Binus University jurusan Information System, ia baru menginjak di semester 3. GAP year antar saya dan kakak-kakak saya hanya 2 tahun, jadi masih dibilang cukup muda dan sering bertengkar kecil. Saya sebagai anak bungsu dan anak perempuan satu-satunya cukup merasa sedikit pressure karena biasanya anak bungsu menjadi harapan terakhir bagi orang tuanya. Sebenarnya orang tua saya tidak memaksa atau meminta saya untuk menjadi orang tertentu, tetapi saya tau bahwa mereka menaruh harapan yang besar kepada saya. Tetapi Hal ini tidak membuat saya merasa selalu dibawah tekanan, justru menjadikan semangat saya untuk menggapai cita cita saya, karena salah satu tujuan hidup saya adalah bisa membanggakan kedua orang tua saya dan mengangkat derajat mereka setinggi mungkin, tidak hanya di dunia ini, tetapi hingga kehidupan setelah meninggal. Saya juga ingin bisa bermanfaat bagi orang lain, membantu satu sama lain, karena bagi saya untuk apa hidup di dunia ini kalau tidak bermanfaat bagi orang lain.
Dari Taman Kanak-kanak(TK) hingga saat ini saya kuliah, saya selalu berada di sekolah swasta, jadi saya tidak pernah merasakan berada di sekolah negri, tetapi hal ini tidak membuat saya minder atau merasa berbeda dari teman-teman saya, justru saya sangat amat bersyukur karena sekolah swasta biasanya selalu terstruktur dan tertata dari segala aspek.
Kehidupan pendidikan saya dimulai dari Taman Kanak-kanak(TK) saya bersekolah di TKIT Al-Huda Depok. Saya termasuk murid yang berprestasi dan sering juara dikelas, aktif dan sangat cheerful person. Saya juga sering mengikuti lomba-lomba mulai dari mewarnai, menggambar dll. Walaupun sering kali tidak menang, tetapi saya sangat enjoy bertemu dengan teman-teman yang banyak dari berbagai daerah dengan kreativitasannya masing-masing.
Kemudian lulus dari Taman Kanak-kanak(TK) saya lanjut ke Sekolah Dasar(SD) di SDIT Raflesia, masa-masa ini adalah masa yang selalu saya kenang. karena banyak hal yang terjadi dan yang saya lakukan saat saya berada di Sekolah Dasar ini, mulai dari mencari jati diri, menentukan passion yang ingin dikembangkan untuk kedepannya, dll. Saat saya kelas 1 sampai kelas 3, saya selalu menjadi juara kelas, tidak pernah ranking diatas 3, saya termasuk siswa yg aktif dan berprestasi, kemudian saat lanjut kenaikan kelas 4 sampai kelas 6, ranking saya mulai menurun, tetapi bakat saya tetap berkembang dan masih terus memenangkan lomba, tetapi lomba yang saya ikuti non-akademik, karena orang tua saya mengikutkan saya di berbagai ekstrakulikuler, mulai dari music, masak, gambar, berenang, dan masih banyak lainnya. Saya merasa beruntung bisa hidup berkecukupan dari kecil hingga saat kini dan mendapatkan semua privilege itu, karena tak banyak anak yang seberuntung saya dan bisa mengikuti berbagai kegiatan untuk menemukan jati dirinya. Tentunya hal ini sangat membantu saya untuk menentukan passion saya dari kecil. Dari segala kegiatan yang saya lakukan, saya menemukan ketertarikan berlebih pada art, dimana yang membuat saya fokus untuk belajar lebih mendalam seputarnya. Dari saat saya sekolah dasar bahkan sampai sekarang, saya juga suka mengamati sebuah objek, salah satunya adalah bangunan-bangunan yang unik dan bertingkat tinggi, membuat saya jadi bertanya mengapa suatu bangunan bisa berdiri, bagaimana cara mendesign, siapa yang membuatnya dll. Tak hanya itu, dari dulu saya suka membuat suatu kerajinan tangan, entah membuat sebuah maket atau kerajinan tangan lainnya. Ini menjadi suatu dorongan bagi saya untuk mecari apakah minat yang cocok kedepannya pada diri saya.
Setelah melalui masa Sekolah Dasar(SD) saya melanjutkan Sekolah Menengah Pertama(SMP) di MTS Internasional Tecthno Natura, sesuai namanya, ‘techno’ yaitu sekolah yang didasari oleh technologi, kemudian ‘natura’ sekolah ini berbasis alam yang terbuka. Masa-masa Sekolah Menengah Pertama(SMP) saya cukup membuat saya kaget akan segala hal, karena mulai dari cara belajar mengajar dan suana belajar yang berbanding tebalik dengan saat saya berada di Sekolah Dasar(SD). Semua yang dilakukan berbasis dengan technologi, saya kelas 1 SMP saya sudah belajar membuat PPT, persentasi, buat makalah, belajar coding, membuat robot, dan masih banyak hal lainnya. Tentunya hal ini sangat membantu diri saya dikemudian hari, karena ibarat saya sudah mencuri start sejak awal, tetapi perubahan yang signifikan ini membuat saya kaget, walaupun pada akhirnya saya terbiasa dan bisa mengikuti semua kegiatan saat berada di Sekolah Menengah Pertama(SMP) ini. Sekolah saya sangat berbeda dengan sekolah pada umumnya, satu angkatan hanya berisikan 24 orang, dan pelajaran umum yang biasanya ada pada Sekolah Menengah Pertama(SMP) banyak yang ditiadakan, tentu hal ini membuat saya bahagia dari sebelumnya, karena melihat dari kemampuan saya dibidang akademik yang kurang.
Saat pergantian sekolah menengah pertama(SMP) ke sekolah menengah akhir(SMA), saya pergi traveling ke Turki, disana saya menemui banyak mahasiswa/i yang sedang part time job, saya dan ayah saya juga menanyakan beberapa hal seputar Turki hingga perkuliahan disana. Setelah mendengar seluruh ceritanya, saya menjadi terinspirasi untuk melanjutkan perguruan tinggi saya di Turki. Sejak saat itu saya selalu melakukan research tentang perkuliahan disana, kehidupannya, jurusannya, cara masuknya dll. Tak hanya mencari informasi mengenai negaranya saja, saya juga sekalis mencari tahu seputar jurusan arsitektur, karena dari awal ketertarikan dalam diri saya untuk berkecimpung di jurusan arsitektur sangat tinggi.
Dilanjut dengan Sekolah Menengah Atas(SMA) di SMAIT Nurul Fikri. Perubahan drastis secara signifikan terjadi, karena yang awalnya saya di Sekolah Menengah Pertama(SMP) yang selalu menggunakan teknologi seperti laptop dll, sekarang saya harus belajar seluruh mata pelajaran yang ada, tentu hal ini membuat saya sangat tertekan dan shock yang sangat mendalam, karena saya harus mengejar semua materi yang sedikit tertinggal pada saat saya Sekolah Menengah Pertama(SMP). Saya orangnya cukup membutuhkan waktu untuk beradaptasi, jadi untuk mengejar materi yang tertinggal, saya belajar kurang lebih satu tahunan. Masa-masa ini merupakan salah satu masa tersulit juga dalam hidup saya, di satu sisi saya mengejar materi yang tertinggal, sisi lain saya juga memikirkan rencana saya untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Tetapi ada hal yang membuat saya senang juga, seperti yang saya bilang sebelumnya, penggunaan teknologi saya sedikit lebih canggih dibanding teman teman saya, dikarenakan saat Sekolah Menengah Pertama(SMP) saya sudah mengulik banyak informasi dan pengetahuan seputar penggunaaan laptop, PPT dan lain sebagainya. Masa-masa ini merupakan masa terberat saya karena pada masa ini, saya sudah mulai berfikir kritis tentang studi berkelanjutan saya nantinya. Saya berpegang teguh untuk melanjutkan perguruan tinggi saya di negara Turki. Berbagai hal saya lakukan, mulai dari mendaftarkan ke beasiswa yang ada disana, melakukan pencarian agensi untuk membantu saya melanjutkan perkuliahan saya di Turki. Tapi sayangnya perjuangan saya harus terputus saat saya berada di kelas 3 SMA, saat saat terakhir kelulusan, saya menemukan banyak sisi yang tidak baik jiga saya melanjutkan studi saya di Turki, dengan segala pertimbangan, akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan perkuliahan saya di Indonesia.
Saat ini saya melanjutkan pendidikan Perguruan Tinggi saya di Binus University jurusan Arsitektur. Kalau di scale, saya sudah 100% mencintai arsitektur, karena saya selalu menanamkan pada diri saya. Jika sudah membuat suatu keputusan, maka lakukanlah semaksimal mungkin sejak awal membuat keputusan tersebut. Belajar tanggung jawab sama pilihan yang diputuskan oleh diri sendiri dan harus cinta dengan hal tersebut, mau suka ataupun duka harus tetap dijalani.