Saya Sakinah dari jurusan arsitektur mahasiswa universitas bina Nusantara, arsitektur merupakan jurusan yang saya minati sejak dahulu. Saat masih smp arsitektur sudah menarik perhatian saya, saya seringkali mengulik tentang apa itu arsitektur dan bagaimana para mahasiswa tersebut belajar arsitektur. Saat memasuki sma saya sudah menentukan untuk memasuki kelas ipa dengan tujuan untuk kuliah nanti agar saya bisa mengambil jurusan arsitektur. Tak hanya sebatas itu saya pun giat belajar terutama dipelajaran fisika dan matematika dan mencoba untuk mendapatkan nilai terbaik dari kedua Pelajaran tersebut. Saat sma saya pun mengulik Kembali dengan jurusan jurusan yang ada namun hati saya tetap memilih arsitektur dan menurut saya jurusan satu satunya yang paling cocok untuk saya yaitu arsitektur. Selama proses bertahun tahun alhamdulillah saya bisa dapat hasil yang memuaskan tapi nihil saat saya masuk jurusan arsitektur di bina Nusantara ternyata tidak ada mata kuliah berhitung. Saya belum tau seberapa saya mencintai arsitektur tetapi saya harap diri saya bisa enjoy selama perkuliahan sampai wisuda dengan adanya tugas tugas berat atau hal unexpected lainnya yang tidak pernah saya duga dan menikmati setiap proses yang saya lakukan.
Mengenai biografi saya, saya adalah anak pertama di keluarga. saya mempunyai 2 adik Perempuan tetapi ayah dan ibu saya adalah anak terakhir dari keluarga masing masing. Sejak dahulu keluarga saya tinggal bareng dengan keluarga ayah saya. Dari anak pertama sampai anak terakhir mereka hidup bareng di suatu rumah. Mungkin jika saya mengatakan rumah tidak begitu tepat tapi seperti suatu wilayah yang terdiri dari beberapa bangunan relative kecil dan bangunan itu adalah kamar masing masing keluarga. Dari dahulu ibu dan bapak saya sibuk kerja sampai pulang larut malam. Saya diurus dengan mba saya dan saya sering main dengan kaka kaka saudara saya. Saya mempunyai 4 kaka saudara yang lebih tua dan di rumah itu ada supir yang bekerja merupakan teman dekat keluarga saya mempunyai 2 anak perempuan yang lebih tua. Dan sejak itu saya sering main Bersama mereka, hari hari saya dipenuhi Bersama mereka. sebagai orang yang lebih tua, mereka sangat perhatian ke saya sampai saya anggap mereka itu kaka saya sendiri. Pengalaman itu kurang lebih berakhir saat saya akelas 6 sd. Banyak kejadian untuk berpisah seperti kaka saudara saya itu campuran bule dan mereka pergi ke luar negri untuk melanjutkan studi mereka.
Singkat cerita ayah dan ibu saya bercerai saat saya kelas 4 sd. Ayah saya menikah lagi dan ibu pun begitu. Saya mempunyai 1 adik yang bedanya cuman 2 tahun bahkan seperti teman seumuran. Saat 2017 ibu saya mempunyai anak lagi dan dari situlah saya baru merasakan role sebagai “kakak” sangat aneh sih menurut saya karena dari dulu juga saya tidak pernah mengurus yang lebih muda juga dari saudara ibu saya itu semua kakak kakak yang lebih tua, saya sering menginap bareng sama seperti pengalaman Bersama kaka saudara dari keluarga ayah saya. Ibu dan bapak tiri saya juga sangat sibuk sehingga saya dan adek saya sering jagain adek bayi sepulang sekolah. Itulah pengalaman saya sebagai kakak walaupun saya orang tertua di keluarga saya. Interesting things teman sekolah saya tidak pernah mengira saya sebagai anak pertama mereka selalu menduga saya adalah anak Tunggal atau anak terakhir.
Saat sekolah saya banyak mengalami kejadian hal yang saya tidak senangi bahkan sampai merubah personality saya sampai sekarang. Dahulu saya adalah orang yang sangat pendiam, gaenakan dan ovt terus. Saya saat smp tidak mempunyai banyak teman bahkan saya saat ngumpul dengan circle saya, saya hanya bisa mendengarkan dan tidak berbicara bahkan jika saya mengatakan sesuatu itu cuman sepatah satu dua kata. Disaat kelas 9 saya banyak merubah personality saya dari lingkungan sekolah yang lumayan toxic hingga circle saya. Saya cuman berpikir waktu itu saya sudah muak dengan keadaan sehingga saya mulai tidak peduli dengan keadaan, bisa megatakan “tidak” ke orang lain dan focus ke tujuan hidup saya. Singkat cerita saat sma saya mulai dekat dengan circle smp Saya. Saya mulai banyak bicara, ngejokes dan tertawa. Saat itu saya sering discord bareng, mabar, ketemuan dll. Namun saat saya kelas 12 saya mengalami hal yang tidak saya senangi itu merupakan sakit hati terbesar saya dalam hidup saya, sekarang pun kalau diingat masih ada rasa gimana gitu. Sebut saja a saat kelas 12 dia pindah ke LN dan saat dia ingin balik ke Indonesia beberapa orang dalam circle saya ketemuan tanpa sepengetahuan saya. Tidak usah saya jabarin saya sangat tidak suka menceritakan hal ini, intinya saya bertengkar karena beberapa orang tidak mengajak saya ketemuan dan ada beberapa orang juga yang tidak ikut. However pas saya debat sama mereka they said “gue kalo mau ketemuan sama orang ya suka suka gue lah mau ngajak siapa” yes they are very toxic and playing victims so much. I couldn’t agree anymore with their stupid argument. They never felt they are doing something wrong. The point is saya ga suka kenapa mereka ga ngajak circlenya ketemuan diem diem senggaknya kalo ketemuan izin dlu atau apa, itu pemikiran saya sejak kejadian itu. Saya sekarang udah ga peduli sih mereka mau ngapain.
After that saya nangis 2 hari I cant stop thinking why they are like that, that is rude things to say. we know each others for almost 5 years. Saya sakit hati sih dan saya nangis di bk 1 harian dan ada 1 tmn saya di dalem circle yg sampe skrg saya hargai, sebut aja b dia memihak saya karena menurut si b argument mereka bodoh aja. She is a highly logical person walaupun bergitu dia ngambil jalan Tengah agar hubungannya baik dengan 2 pihak. Dia cerita ke saya kalau dia setuju dari perspektif dia mengenai argument saya tentang mereka. I am grateful to have a friends like her i hope she know how thankful I am to her even if I don’t say straight forwardly. Selama kelas 12 dia memang teman deket saya dan teman sebangku saat saya cut off dari circle saya dia kemana mana selalu nemani saya setiap waktu ada dan tidak membuat saya feel lonely dan itu merupakan salah satu sakit hati terbesar saya.
Back then when I was in highschool I never thought that I have “that kind of friends” karena dari dulu saya kebanyakan menyindiri dan saya punya mindset saya tidak akan menemukan teman yang cocok but world proves me I am wrong. Saat klas 12 saya mempunyai circle yang hebat mereka anak anak ambis dan ranking sebagaimanapun saya. Circle saya ber 6 cewe semua ranking 10 besar. Banyak hal yang dilalui seperti ngambis bareng, belajar bareng kalau ada yang kesusahan bantuin Bersama, share pengalaman pengalaman dari sebatas circle yang ambis mereka pun jadi sahabat saya. I cant describe how I feel but they are my eternal. Saya sangat senang mempunyai positive friends dan sejalan dengan saya itu merupakan salah satu kenangan yang Bahagia di hidup saya dan saya sangat bersyukur mempunyai teman seperti mereka.
A moment that I can’t forget and is something new. I even thought I had no interest. In fact, I don’t understand why I find the other gender so attractive. I’m not even close to that individual, but for some reason I like him. I’m not sure what caused it. I was definitely in denial for the first three months about like that person, I just couldn’t understand how I could. despite the fact that is normal to other people? I recognized that I enjoyed it when I reached the fourth month. There are numerous things I take into consideration, but since I am a reasonable being, I believe that feelings comes first. Feelings can be superior to logic, but logic cannot be superior to feelings. What is an illustration? No matter how much you try to deny it, falling in love is an emotion that can’t be rejected out of hand. you have to accept reality nonetheless. However, I can see why I like him because he is not that kind of person. he is a calm, intelligent guy and really respects women. He never talks about dishonorable things, he is always careful with the words he says, Even if his face is a little cruel and unapproachable, if you talk to him, simply relax, it’s not as terrible as you think. As time goes by I observe about his interests and I just say we have the same interests if, I have one wish.. maybe we can talk about our interests unfortunately my personality which is similar to him separates that. I’m not close to a guy, doesn’t talk much and he’s just as indifferent. The point is, you have to be invited to chat first, especially with someone from the opposite gender, then you can start a topic. This incident was a new moment for me, I could feel things that I had never felt if I explained that the race was really strange.
Terakhir untuk tujuan, saya punya tujuan tentu saja untuk menjadi arsitek dan saat orang lain melihat bangunan yang saya liat saya ingin dengar orang tersebut bilang “ini siapa arsiteknya” mungkin saya tidak punya tujuan yang bener bener besar dan strict. Dalam waktu singkat ini tujuan saya cuman menjalani hidup dan menikmati prosesnya. Saya sebagai arsitek di masa depan tentu akan mewujudkan keinginan klien saya, membangun boundaries, dan ingin terlibat dalam proyek kecil maupun besar.