Nama saya Vannesa, saya lahir di sukabumi dari keluarga bersuku bugis. Saya kecil tinggal di Palu Bersama kakek dan nenek saya sampai saya berusia 5tahun kembali ke Jakarta. Saya kecil tidak mengenal ayah dan ibu saya sampai di Jakarta pun saya memanggil ayah(tiri) dan ibu saya dengan sebutan om dan tante. Setelah 2 hari beradaptasi lalu saya memanggil orang tua saya dengan sebutan mami dan papi.
Selama saya kecil hingga saya SMP kelas 1 saya selalu menggagap papi adalah ayah kandung saya. Walaupun saya suka bertanya kepada mamah saya ‘kenapa di akte saya nama papi berbeda dengan akte di adek2?’ mama saya selalu menjawab ‘itu dulu nama papi sebelum ganti nama, sekarangpapi udah ganti nama makanya di akte sama di KK beda’ dan setiap kali saya nginep dirumah tante dari keluarga mama saya , saudara–saudara saya bilang kalua papi saya ini bukan ayah kandung tapi tiri. Saya yang masih SD pun tidak peduli dengan omongan saudara–saudara saya karena saya tidak percaya dan mamah saya juga selalu meyakinkan kalua papi itu benar ayah kandung saya.
Hingga akhirnya pada saya kelas 1 SMP , wali kelas saya bertanya lebih dalam tentang keluarga saya kenapa nama ayah saya di KK berbeda dengan adik-adik saya dan saya harus menegaskan dan bertanya kembali kepada mamah saya, setiap hari saya overthinking memikirkan itu, sampai pada akhirnya saya menemukan buku nikah lama mama saya dengan nama kandung ayah saya yang di akte. Saya bertanya kepada mamah saya dengan memberinya bukti, setelah mengetahui bahwa papi adalah ayah tiri saya kecewa dan menangis sejadi-jadinya karena ayah tiri saya begitu baik tidak pernah membeda-bedakan anaknya sampai mami dan papi ceraipun beliau tetap menafkahi saya.
Saat saya kelas 2 SMP papi membawa bayi hasil selingkuhannya ke rumah dengan alibi menemukan anak, mami saya bukan orang bodoh yang gampang ditipu. Namun mami berpura-pura tidak tahu dan merawat anak itu seperti anak sendiri dan sudah sangat sayang. Namun keluarga besar dari mami saya tau gosip itu menyebar dan mami saya disuruh pisah dan mengembalikan anak itu kepada papi saya dan selingkuhannya, disana saya melihat ketulusan dan sayangnya mami kepada anak itu walaupun baru dirawat hanya 3 bulan mami saya menangis saat dikembalikan kepada ibunya.
Setelah itu papi saya tinggal dirumah kakaknya bersama istri baru nya yang jarak dari rumah kami tidak begitu jauh hanya beda rt, kami setiap minggu suka bertemu dengan anaknya papi bersama adik-adik saya , dan suka diajak makan malam bersama dengan om saya. Setelah itu papi saya pindah tidak tinggal Bersama kakaknya dan kami tidak ada komunikasi lagi, tidak lama papi saya kembali lagi dengan berstatus sudah cerai istrinya dan menyewa kos jaraknya dekat juga dengan rumah kami hanya beda rt. Dari situ papi selalu menghabiskan waktu bersama kami setiap malam minggu pun papi selalu ajak kami jalan-jalan ke kemayoran kuliner street food dan sering berenang di apartement pramuka.
Sampai pada akhirnya saya kelas 3 SMP semester 2 papi suka sakit-sakitan kami anak nya yang mengurus papi di kos nya pulang pergi setelah pulang sekolah. Setelah beberapa minggu papi pingsan dibawa kerumah sakit sumber waras di rawat dan dinyatakan mempunyai penyakit kanker paru-paru dan lambung, untuk kedua kalinya saya melihat papi menangis dan memeluk saya di rumah sakit sambil memberi nasehat-nasehat pertanda kalau umurnya sudah tidak panjang lagi. Setelah itu tanggal 30 september 2016 papi dinyatakan meninggal. Kehidupan setelah papi meninggal tidak begitu banyak yang berubah karena sebelumnya 1 tahun kami tidak tinggal seatap dengan papi
Akhirnya saya lulus dan mempunyai pacar yang dulu nya kakak kelas saya di SMP dia masuk ke SMK dengan jurusan Teknik mesin, disaat itu saya bingung harus masuk kemana? Apakah SMA atau SMK 1 sekolah dengan pacar saya saat itu. Akhirnya saya memilih SMK daerah Jakarta Barat atau biasa disebut dengan julukan ‘STM CAMPJAVA’ bareng dengan pacar saya. Namun saya memilih jurusan DPIB (Desain Permodelan dan Informasi Bangunan)
Masa-masa selama SMK saya begitu banyak kesan, saya menemukan sahabat saya dan teman-teman saya, dari sifat pun sangat berbeda jauh dengan SMP dulu yang pertemanan nya menetukan circle, berbeda dengan STM semua mementingkan kesolidaritasan yang sangat tinggi walaupun ada sisi gelapnya yaitu tawuran, tapi kalau dilihat dari sisi positifnya sangat banyak dan sangat sedikit sekali konflik tentang bullying.
Saya dahulu pernah mengikuti semua eskul yang ada di sekolah seperti basket,pramuka,osis,paskibra,band, dan teater, namun yang bertahan lama hanya osis,pramuka, dan paskibra. Saya sempat memgikuti lomba untuk 17 agustus di istana negara namun gagal, alasan saya megikuti banyak ekstrakulikuler karena saya ingin memperbanyak pertemanan dan benar saya dahulu banyak sekali teman dari berbagai jurusan hingga ke Angkatan atas saya banyak kenal dan dekat.
Hubungan saya dengan pacar saya itu hanya motivasi supaya punya semangat belajar dan semua guru pun tau kami berpacaran namun ke hal yang positif, saya memperbanyak eskul dan pacar saya saat itu selalu lembur sekolah untuk memperdalam ilmu dengan kaka kelas dan guru-guru jurusannya.
Di sekolah juga saya mengikuti LSP dan sertifikasi lainnya dan semua itu sangat berkesan bagi saya yang paling saya ingat saat sertfikasi di citeurep kami untuk pertama kalinya menginap di sebuah mess milik PUPR dan sekolah kami angkatan pertama yang mengikuti sertfikasi disana disana kami memiliki banyak momen bersama teman-teman selama 3hari 2 malam.
Dan saya juga mengikuti PKL dan untuk pertama kalinya kelompok saya PKL di KJSKB martin lay dan rekan , biasanya sekolah kami PKL di proyek2 bangunan. Namun kelompok saya untuk pertama kalinya PKL dengan pekerjaan pengukuran tanah kerumah-rumah warga dan membuat sertifikat rumah gratis program pemerintah
Lalu setelah itu tidak lama saya sudah mau lulus dan mau ujian namun tiba-tiba covid melanda di tahun 2020, akhirnya kami tidak mengikuti ujian nasional namun hanya ujian sekolah saja. Dan lulus mencari kerja pun susah, saat itu pacar saya sudah medapatkan kerja sebelum covid. Kami terpisah oleh lockdown dan disaat itu hubungan kami renggang dan putus tidak lama saya mendapatkan pacar sekaligus sekarang menjadi suami saya.
Suami saat ini dulunya kakak kelas saya dengan jurusan yang sama beda 1 tingkatan aja, dulunya angkatan beliau nama jurusannya TGB (Teknik Gambar Bangunan) sebelum 1tahun akhirnya di ubah menjadi DPIB. Kami berkenalan melalui teman kami yang menjodohkan, awalnya suami saya yang dekat dengan teman saya namun teman saya tidak menyukai nya dan mengenalkan kepada saya.
Dan suami saya juga sudah bekerja sebagai drafter sampingan dan sales wifi yang menjadi pekerjaan utama disaat covid banyak sekali orang memasang wifi dan penghasilannya pun lebih dari cukup mencapai 2 digit dan suami saya sudah mempunya tabungan untuk kami menikah.
6 bulan berlalu saya nganggur akhirnya saya mendapatkan pekerjaan sebagai admin di online shop daerah muara karang, banyak pait asam manis yang saya lalui selama bekerja termaksud dalam hal asmara saya dengan suami yang lebih berdinamika.
Akhirnya saya menikah pada 12 februari 2022 saya tetap bekerja dan pada bulan juli 2022 suami saya bekerja di perusahaan PT Ultima asia network dibidang periklanan dan suami saya bekerja dibagian creative menggambar produk atau booth untuk event dengan menggunakan software
Lalu pada bulan agustus saya hamil anak pertama dan bulan September saya resign dan bekerja di PT Pison berkat abadi di bidang menjual property bahan bangunan saya bertahan hanya 2bulan karena saya mabok hamil dan tidak kuat.
Lalu saya memutuskan untuk kehamilan pertama saya tinggal bersama orangtua sampai saya lahiran dan saya tidak bekerja. Anak saya lahir di tanggal 3 mei 2023 dengan cara melahirkan normal namun di vaccum dengan berat 3,6kg dan Panjang dan Panjang 51cm berjenis kelamin perempuan, banyak momen dimana anak saya harus di perina selama 11 hari dan saya mengalami babyblues bulan, namun saya mempunya mertua dan suami yang sangat sayang terhadap saya sehingga babybluesnya tidak berkelanjutan
Lalu mama saya menyarankan saya untuk kuliah demi masa depan saya dan anak saya, dan mama saya menyarankan saya untuk kuliah di BINUS University dan mengambil jurusan arsitektur karena sebelumnya saya ber sekolah di smk dengan jurusan design, mama saya ingin saya lanjut kuliah dan biaya ditanggung oleh mama saya
Saya di suruh fokus untuk sekolah dan anak saya dicarikan orang untuk menjaga nya , dan alhamdulillahnya anak saya di jaga dengan saudara dari suami saya sendiri dekat dengan rumah saya dan suami juga
Mama saya juga ingin saya sukses menjadi konsultan dan beliau juga ingin menantunya atau suami saya segera menyusul saya dengan kuliah arsitektur juga jika ada rezeki lebih, perjalanan hidup saya masih paanjang saya sangat bersyukur mempunyai kesempatan untuk kuliah di BINUS University dan mempunyai teman-teman yang sangat suportif
Saya dan saya juga sangat senang lingkungan di perkuliahan dengan vibes yang positif, walaupun saya gap years 3 tahun tidak membuat saya minder atau malas mencari ilmu.
Walaupun teman-teman smk saya yang kuliah sudah mau skripsi dan saya hanya seorang maba, itu malah menjadi pemanfaatan saya untuk belajar kepada teman saya yang sudah berkuliah lebih dahulu dan teman saya yang sudah bekerja lama dengan kontraktor
Ada kalanya saya merasa bangga jika ilmu saya yang ada di smk saya bagikan kepada teman teman kuliah saya walaupun tidak banyak setidaknya sedikit ilmu itu bermanfaat. Saya akan terus berjuang dan bersungguh-sungguh dalam kuliah agar ilmu yang saya dapatkan dapat bermanfaat bagi saya dan orang lain.
Sekian dan terimakasih
Mahasiswa