Kategori
blog inspiring people

Figur ayah itu juga kontradiktif

Apa yang saya syukuri dari perjalanan saya dibimbing ayah adalah bagaimana saya merasa utuh mendapatkan contoh menjadi bapak yang mungkin sungguh sempurna. Ia hadir di masa-masa terbaik saya. Ia juga hadir di masa terkelam saya. Ia hadir justru ketika saya membutuhkan bantuan—dan secara tidak langsung saya terus mencari figur ayah saya di dalam pertemuan saya dengan siapa pun. Ia hadir untuk memberikan harapan bahwa setiap masalah bisa diselesaikan. Dan kamu yang perlu membantu untuk menyelesaikan masalah itu. Janganlah pernah lelah berharap bahwa kamu bisa terus kuat dan menjadi contoh bahwa ini bisa diselesaikan.

Apa yang saya syukuri dari perjalanan saya dibimbing ayah adalah bagaimana saya merasa utuh mendapatkan contoh menjadi bapak yang mungkin sungguh sempurna. Ia hadir di masa-masa terbaik saya. Ia juga hadir di masa terkelam saya. Ia hadir justru ketika saya membutuhkan bantuan—dan secara tidak langsung saya terus mencari figur ayah saya di dalam pertemuan saya dengan siapa pun. Ia hadir untuk memberikan harapan bahwa setiap masalah bisa diselesaikan. Dan kamu yang perlu membantu untuk menyelesaikan masalah itu. Janganlah pernah lelah berharap bahwa kamu bisa terus kuat dan menjadi contoh bahwa ini bisa diselesaikan.

Figur ayah itu juga kontradiktif. Dengan seluruh kekuatan dia juga penuh dengan kelemahan. Tapi saya ingat bahwa di hadapan anaknya ia tidak pernah lemah karena ia tahu dia adalah pribadi yang bisa diharapkan. Tidak pernah ia menunjukkan bahwa ia lemah dan patut untuk dikasihani. Di masa-masa terakhirnya ia justru bilang kepada kami bahwa ia tidak ingin dioperasi. Dia ingin semua berjalan baik. Dia tidak ingin mempersulit hidup kami, meskipun kami bisa setuju atau tidak setuju, tapi ia sudah memiliki pilihannya.

Dari ayah saya belajar untuk selalu berharap, kekuatan harapan utnuk menjadi sosok yang kuat, bersahaja, dan bisa memberikan harapan juga untuk orang lain. Dari beliau saya percaya bahwa hidup terpancar sesuai namanya, yang berarti “bisa”. Ia dengan badannya yang kecil bisa memberikan jumping smash yang tinggi. Ia memberikan lompatan-lompatan termasuk 3 buah nilai seratus di ijazahnya. Ia adalah orang yang jenius, meskipun Bahasanya mendapat nilai 40. Ia memang tidak sempurna tetapi ia justru menghargai ketidaksempurnaan itu dan tertawa-tawa di balik nilainya yang sempurna dan tidak sempurna. Di balik hidupnya tidak ada yang pernah sempurna, tapi justru itu menjadi sempurna karena hidup ini sebenarnya adalah tuntunan.

#RAWinspirasi

Sudah satu tahun ayah saya berpulang. Kepulangannya menyisakan banyak sekali kenangan yang manis. Kadang-kadang saya berpikir bahwa, saya merasa kehilangan. Di balik kesendirian, terkadang saya merasa masih membutuhkan kehadiran seorang Bapak. Itulah arti seorang ayah bagi anaknya. Dia tidak akan pernah hilang karena bagi saya sosok ayah adalah seorang role model.

Di tahun 2010, ayah saya menemani saya rapat di mana-mana dan saya dikenalkan ke teman-temannya yang banyak ahli manajemen konstruksi. Saya diajari oleh teman-temannya yang pada waktu umur 70-an tahun mengenai basis-basis dasar sikap, etika, teknik, dan engineering dalam sebuah proyek di mana service dan ketepatan kualitas itu penting. Saya juga belajar bagaimana proyek itu penuh dengan konsensus yang terbaca dan tidak terbaca. Ayah saya pada waktu itu juga setiap hari menutup pintu kantor. Mengecek, kadang-kadang jam 1, kadang-kadang jam 2, jam 3 pagi. Dan beliau pasti bangun jam 4 atau jam 5 pagi.

Pada saat di studio garasi juga ayah kadang-kadang melihat bagaimana gambar-gambar yang terpampang di dinding-dinding studio garasi. Beliau tidak pernah memuji langsung tetapi ia menitipkan rasa bangganya melalui istri saya. Begitulah ayah, tidak pernah memuji langsung. Ia hanya ingin menjadi tidak sombong. Ia selalu memberikan tantangan, pertanyaan-pertanyaan, supaya saya bisa berkembang lebih baik.

Kemudian ditahun 2015 saya mulai membangun the guild (Yang sekarang menjadi Guha the Guild), karena diminta oleh ayah saya. Sebenarnya saya tidak pernah mau keluar dari rumah itu. Tapi kalau sudah ayah saya meminta, saya punya prinsip bahwa apa kata ayah saya pasti akan saya laksanakan. Mungkin ini karena saya anak ketiga, anak tengah yang sebenarnya sangat mendambakan rasa sayang dari ayah. Anak tengah penuh dengan problematika yang justru menjadi punya potensi apabila ia menyadari bahwa dirinya menjadi jembatan untuk begitu banyak jalinan kasih di antara keluarga.

Di tahun 2016 saya pindah ke the guild bersama istri. Setahun kemudian saya mendapat kabar bahwa ayah saya terkena parkinson. Kadang-kadang pak Misnu bicara soal bagaimana ayah rutinitas studio garasi kami di rumahnya. Rutinitas itu menjadi penting karena ada harapan untuk berdiskusi. Saya yang semakin sibuk kadang-kadang menyempatkan diri untuk bertemu ayah saya tetapi tidak bisa sesering dulu lagi di mana saya setiap siang adalah momen-momen saya bisa makan siang dan ada momen makan pagi juga bersama ayah saya.

Di dalam perjalanannya beliau terus menjadi pribadi yang tangguh, tidak pernah merasa sakit. Begitu beliau sakit, saya menemani beliau sampai saat-saat terakhirnya dan merasa begitu bangga menjadi anaknya di mana ia selalu berpegang teguh pada prinsip bahwa melayani orang lain adalah yang terutama tanpa pernah kehilangan prinsip dasar bahwa melayani itu butuh kemampuan teknis yang baik.

Di saat-saat terakhirnya, ia sendiri berkata pada saya. Kira-kira dua hari sebelum dia meninggal. Pada waktu itu saya sudah mendoakan beliau. Di satu titik saya kira beliau sudah tidur, saya keluar kamar, beliau memanggil.

“Real jangan pulang. Sini, saya pengen peluk kamu.” dan kemudian saya mendekat, saya memeluk dan dia mencium pipi saya.

Dia bilang, “maafkan dad karena dad kadang-kadang tidak bisa berpikir jernih. Penyakit ini membuat saya tidak bisa mengontrol apa yang saya pikirkan. Dad bangga terhadap kamu dan jaga mami.” gitu.

Saya tahu bahwa itulah waktunya sudah dekat. Saya menghitung jumlah kalori makanan, makin lama makin sedikit, dan nafasnya pun makin pendek. Ada kalanya beliau membutuhkan oksigen lebih banyak dan saya menghitung waktu. Saya menghubungi beberapa kawan saya yang dokter dan mereka menitip pesan bahwa perlu untuk bersiap-siap. Di saat yang dua hari lalu itu saya sudah mempersiapkan diri dan saya memeluk beliau erat dan saya berkata, “dad if you think it’s about time, then i think saya siap dan rela.” jadi di situlah saya sudah mempersiapkan diri bahwa the worst thing will come. Kemudian saya mempersiapkan diri… mental, untuk menghadapi keluarga, ibu dan saudara-saudara bahwa setidaknya saya sudah melepaskan diri dari semua ekspektasi dan menerima apa pun yang terjadi di masa depan. Saya percaya bahwa he has done the best for the best and we have.. Kita sudah jadi yang terbaik. Dan saya sudah percaya bahwa ia sudah bersiap untuk berpulang.

Dua hari kemudian beliau berpulang.

Saya belajar dari Pak Wondo dan Pak Ary Murthy di dalam dialognya dengan Laura (Sumarah), bahwa hidup ini adalah tuntunan. Kita sama sekali tidak pernah memprediksi di mana kita lahir, kapan kita lahir. Tetapi beliau berkata bahwa hidup ini tuntutan dan tuntunan itu adalah bagaimana kita bisa semua belajar menjadi seorang pamong. Dari pamong pribadi sampai ke pamong yang lebih besar. Dan saya benar-benar bersyukur bahwa ayah saya memberikan saya sebuah contoh. Ia adalah sebuah pamong hidup yang menerangi kita sekeluarga. Sebuah matahari yang bisa, karena ia memang bertanggung jawab. Dari tanggung jawabnya muncullah reputasi. Dan kami benar-benar beruntung bisa meneruskan reputasi yang dimiliki oleh beliau untuk membawa nama baik keluarga.

Kenangan ini membawa sejuta makna, sejuta persaan, sejuta rasa kehilangan, dan juga rasa kelahiran kembali. Saya cuma sadar bahwa proses di sini yang dalami adalah sebuah proses di mana nanti, suatu saat nanti, adalah saat yang saya rindukan begitu saya bisa bertemu ayah saya kembali.

Saya berpikir hal-hal tersebut menjadi komplit. Melihat sebuah circle yang sangat menerus, dan menurut saya itu kan arsitektur juga seperti itu. Banyak orang yang tidak percaya sama kekuatannya. Tapi saya sendiri tahu bahwa arsitektur itu sedemikian kuat dan representasi hidup ayah saya itu tergambar dalam arsitektur yang saya hidupi dan saya lakoni sehari-hari. Jadi saya adalah wujud saksi hidup wujud kekuatan seorang ayah di dalam daya arsitektural yang maha dahsyat. Jadi terima kasih semesta sudah mempertemukan saya dengan role model saya yang luar biasa.

#RAWinspirasi

Tinggalkan komentar