My travels to various places in China have sparked many questions. What happened after 2008, and how did it unfold? Leading up to the 2008 Olympics, China significantly opened up to works by foreign architects. Even now, the colorful advancements in architecture paint the ongoing dialogue between the two.
Wei Jie was someone who sat in front of me, a fellow group member in Group 5, back in 2005 when we worked together in Norman Foster’s studio. Now, he is part of the partnership group in Shanghai led by Emily, who also serves on the Design Board at Foster + Partners. Truly familiar faces. That day, I also met Xiao Xue, a good friend and fellow group member when we worked on a project in Abu Dhabi. There are so many dreams for a better life. From Indonesia-London-Shanghai, we are connected. Wei Jie and Xiao Xue are now married and they are striving together. This reminds me of a saying, “The most important thing is not the journey or the destination, but who you travel with.”
Although my journey and theirs are filled with pressures, local and external traditions continue to relate powerfully over time. In the end, our faces and theirs never become unfamiliar, even as our hair turns white and we look forward to meeting again. As the children grow up, our architecture will also mature. Architecture will become more mature with the resonance between global and local, or between business interests and missions. Each choice comes with its own consequences. Interestingly, architectural stories remain exciting to discuss, each with its own extremes.
Everything has its own story, from the 1001 trees that received complaints from neighbours for looking like a graveyard, to the 1001 jars that became a world-class marketing tool, to the curves of Galaxy Soho and the paradox of a simple noodle shop as a tenant. There is also the Natural History Museum for children, with many animal replicas to accelerate learning, giving colour to the current virtual and instant world, and the Long Museum West Bund with its simple axis, foyer, and courtyard where books and exhibition spaces are located, adorned with soft light filtering through fins on stone materials made to resemble lanterns. This museum reflects the Zen power that came to China from America before the architect, Liu Yi-chun of Atelier Deshaus, learned from Greece and Japan.
Be it Nouvel, Heatherwick, Hadid, Chipperfield, or Perkins&Will, they all possess the storytelling power and maintain arguments as a result of economic influences, the rise and fall of the property industry, commerce, pandemics, and simple politics—a simple human intent to survive within their ecosystem.
…
Perjalanan saya ke banyak tempat di Cina mewarnai banyak pertanyaan. Bagaimana dan apa yang terjadi setelah 2008? Menjelang Olimpiade 2008, Cina banyak membuka diri terhadap karya yang dikerjakan oleh arsitek asing. Sampai sekarang, warna-warni kemajuan arsitektural mewarnai dialog yang terjadi antara keduanya. Wei Jie adalah seseorang yang duduk di depan saya, rekan satu grup saya di grup 5, pada tahun 2005 ketika kami bekerja bersama di studio milik Norman Foster. Sekarang, ia merupakan bagian dari grup partnership di Shanghai yang dipimpin oleh Emily yang sekaligus merupakan Design Board di Foster + Partners. Sungguh wajah-wajah yang familiar. Hari itu, saya juga bertemu dengan Xiao Xue, kawan baik yang juga merupakan rekan satu grup kami ketika mengerjakan proyek di Abu Dhabi. Banyak sekali mimpi untuk kehidupan yang lebih baik. Dari Indonesia-London-Shanghai, kami terhubung. Wei Jie dan Xiao Xue sendiri adalah pasangan suami-istri yang sedang berjuang. Saya menjadi teringat sebuah pepatah, “Yang terpenting bukanlah perjalanan atau tujuan yang tercapai, tetapi dengan siapa kamu menjalaninya.”
.
Meskipun perjalanan kami dan mereka dilingkupi oleh tekanan, tradisi lokal dan luar terus berelasi dengan dahsyat dalam ikatan waktu. Pada akhirnya, wajah-wajah kami dan mereka tidak pernah menjadi asing meskipun sudah berambut putih dan menantikan saat bertemu kembali. Anak-anak mulai bertumbuh besar, arsitektur kita semua juga akan semakin matang. Arsitektur akan semakin matang dengan resonansi antara global dan lokal, ataupun antara kepentingan bisnis dan misi. Semuanya merupakan pilihan yang memiliki konsekuensinya sendiri-sendiri. Lucunya, cerita arsitektur tetap selalu asyik diperbincangkan dengan ekstrimnya masing-masing.
.
Semua punya ceritanya sendiri, dari 1001 pohon yang mendapatkan komplain dari tetangga karena mirip kuburan, 1001 toples yang menjadi bahan pemasaran kelas dunia, hingga lengkungan Galaxy Soho dan paradoks warung mi sederhana sebagai tenant. Ada juga Natural History Museum untuk anak dengan begitu banyaknya replika binatang untuk mempercepat proses belajar yang mewarnai dunia maya dan instan, serta Long Museum West Bund dengan aksis yang sederhana, foyer, dan courtyard tempat buku-buku dan ruang pamer berada, dihiasi cahaya lembut yang masuk melalui sirip-sirip pada material batu yang dibuat seperti lampion. Museum ini menjadi cerminan dari kekuatan zen yang datang ke Cina dari Amerika sebelum sang arsitek belajar dari Yunani dan Jepang.
.
Baik Nouvel, Heatherwick, Hadid, Chipperfield, maupun Perkins&Will, semuanya memilliki kekuatan bercerita dan mempertahankan argumen, sebagai hasil dari pengaruh ekonomi, maju-mundurnya industri properti, komersial, pandemi, dan politik yang sederhana, sebuah maksud sederhana manusia dalam ekosistemnya untuk bertahan hidup.









