My opportunity to visit China came from an invitation by a friend, Poh Kulthida, who recommended my name to Professor Yehao to speak at the 2024 Architectural Culture Symposium: Oriental Architectural Identity in the Context of Globalization (文化互鉴: 全球化语境下的东方建筑文化认同), initiated by Tsinghua University and Inner Mongolia University of Architecture in Hohhot. The event featured Cheng Taining, an almost 90-year-old figure, a venerable legend in Chinese architecture since the 1950s. He has witnessed China’s transformations through various challenging eras, to the point where the country could rise and enter a phase of independence with its cultural explosion. He reflected that personal discourse is important and cultural confidence can be built by integrating that culture into everyday life. I took some of his words for reflection.
In my opinion, there are three types of contemporary architecture that I observed during my travels in China, based on their design approaches. The first type includes works with a strong narrative that unites the metaphors of mountains and water, heaven and earth. On earth lies history. In heaven, there is an image of prosperity and shared happiness, a dignity worth striving for. Such works represent a subtle narrative, like the kung fu stories of the Bamboo Curtain country, from nothingness to existence and reality. This is the work of architect Cheng Taining, starting from philosophy and belief.
The second type includes works that weave historical roots with integration studies by university academics. They research Chinese culture by delving into archaeological data, building performance, and tectonic functions, along with the relevance of their use according to their respective timelines within the constraints of speed and cost. Remarkably, they also actualize this data in designing and weaving their design stories. This can be seen in the works of Zhang Pengju, SUP Atelier, Song Yehao, Sun Jingfen, Li Xiaodong, and others. Astonishingly, with their expertise, Zhang Pengju and his team managed to create a museum in Hohhot that integrates the city park and our conference venue within a 90-day design and construction period.
The third type includes works that weave various local stories in a literal way that can be directly enjoyed. The stories are simple and capable of captivating the public through symbols, from small to large scales. This third type is universal enough to shake the world of stars. From local, it goes global. Whoever the actor, they coexist in their own way. The works of colleagues from Foster, Nouvel, Chipperfield, Heatherwick, and Perkins&Will fall into this category.
Meanwhile, my presentation started from small, simple, and underdog practices by exploring issues around us, such as waste, climate, plants, and the need for places for people to rest and work. There are so many tasks to be done, including the reconstruction of archives, history, vernacularity, and Eastern philosophy that needs to be adapted. Many interpretations emerge from what my team has created, which cannot be separated from the interpretations of @arlynkeizia and her team at @omahlibrary, regarding the story of a practitioner seen through the image of a clown tirelessly performing on stage behind long hours of practice.
I felt a sense of friendship from all of us present at this symposium, standing together and discussing architecture that is deeply embedded in the hearts of each of us. Some of the projects mentioned at this event depict problem-solving in very everyday contexts.
The photo above was taken by Professor Duan Jianqiang. He described the figure of a father as a reflection of all of us who are struggling. A father always entrusts the message to take care of the mother. Architecture is the mother, whom we all take care of together. I write this reflection with the hope that whenever I look at this page, I will become happier and make many people happier with their own architecture. On this trip, I felt happy and enlightened with the wealth of knowledge gained. Thank you Poh Kulthida, Yehao, Hoàng Thúc Hào, Duan Jianqiang, Zhang Pengju, Chomchon Fusinpaiboon, Dai Chun, Fan Lu, and all of the distinguished professors, all the best.
#rawinspirasi #rawrefleksi #hohhot #innermongolia #china
…
Kesempatan saya bertandang ke Cina datang dari ajakan seorang kawan, Poh Kulthida, yang merekomendasikan nama saya ke Profesor Yehao untuk ikut berbicara dalam acara 2024 Architectural Culture Symposium: Oriental Architectural Identity in the Context of Globalization (文化互鉴: 全球化语境下的东方建筑文化认同) yang diinisiasi oleh Tsinghua University dan Inner Mongolia University of Architecture di HohHot. Acara tersebut diisi oleh Cheng Taining, seorang figur yang sudah berusia hampir 90 tahun, seseorang yang dituakan, legenda arsitektur Cina sejak 1950-an. Ia adalah saksi perubahan Cina dalam berbagai era sulit, hingga negara tersebut mampu merangkak naik dan menjalani fase kemandirian dengan ledakan budayanya. Ia berefleksi bahwa diskursus personal menjadi penting dan kepercayaan diri budaya dapat dibangun justru dengan merangkai budaya tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Saya mengambil beberapa kalimatnya untuk menjadi refleksi.
Menurut saya, ada 3 tipe arsitektur kontemporer yang hadir di sekitar perjalanan saya di Cina, berdasarkan observasi pendekatan desainnya. Tipe pertama adalah karya yang memiliki cerita kuat dalam menyatukan metafora gunung dan air, surga dan bumi. Di bumi ada sejarah. Di surga ada citra kemakmuran dan kebahagiaan bersama, sebuah harga diri yang patut untuk diperjuangkan. Karya-karya yang demikian merepresentasikan halusnya narasi, seperti pada cerita kungfu negeri tirai bambu, dari tiada menjadi ada dan nyata. Itulah karya arsitek Cheng Taining, karya yang dimulai dari filosofi dan keyakinan.
Tipe kedua adalah karya yang merajut akar sejarah dengan telaah integrasi dari para akademisi di universitas. Mereka meriset budaya Cina dengan menggali data arkeologi, performa bangunan, dan fungsi tektonika beserta relevansi penggunaannya sesuai kronologi waktunya masing-masing dalam kecepatan dan keterbatasan biaya. Dahsyatnya, mereka juga mengaktualisasikan data-data tersebut dalam merancang dan merajut cerita desainnya. Hal tersebut dapat terlihat pada karya-karya Zhang Pengju, SUP Atelier, Song Yehao, Sun Jingfen, Li Xiaodong, dan kawan-kawan. Dahsyatnya lagi, dengan kepiawaiannya, Zhang Pengju dan tim bisa membuat museum di HohHot yang mengintegrasikan taman kota dan tempat konferensi kami dalam durasi desain dan konstruksi 90 hari.
Tipe ketiga adalah karya yang merangkai berbagai cerita lokal melalui cara literal yang dapat dinikmati langsung. Ceritanya sederhana dan mampu memukau publik dalam simbol dengan skala kecil sampai besar. Tipe ketiga ini adalah tipe yang universal untuk dapat mengguncangkan dunia bintang-bintang. Ibaratnya, dari lokal ia mengglobal. Siapaun aktornya, ia koeksis dengan caranya sendiri. Karya rekan-rekan dari Foster, Nouvel, Chipperfield, Heatherwick, dan Perkins&Will termasuk pada tipe ini.
Sementara itu, presentasi saya dimulai dari praktik yang kecil, sederhana, dan underdog dengan menggali isu-isu di sekitar, seperti sampah, iklim, tanaman, serta kebutuhan tempat untuk orang beristirahat dan bekerja. Ada begitu banyak PR yang perlu dikerjakan, termasuk rekonstruksi arsip, sejarah, vernakularitas, dan filosofi timur yang perlu diadaptasi. Banyak interpretasi muncul atas apa yang dibuat oleh tim saya, yang tidak lepas dari penafsiran @arlynkeizia dan timnya di @omahlibrary , mengenai cerita praktisi yang dilihat dalam gambaran seorang badut yang sibut beratraksi di atas panggung tanpa kenal lelah di balik jam latihan yang panjang.
Saya merasakan rasa persahabatan dari kami semua yang hadir di simposium ini, saling berdiri membicarakan arsitektur yang hadir begitu dalam di hati setiap dari kami. Beberapa proyek yang dibahas dalam acara ini menggambarkan penyelesaian masalah dengan kasus yang sangat sehari-hari.
Foto di atas diambil oleh Profesor Duan Jianqiang. Beliau menggambarkan sosok seorang ayah sebagai cerminan atas diri kita semua yang sedang berjuang. Ayah selalu menitipkan pesan untuk menjaga ibu. Arsitektur adalah ibu, yang kita semua jaga bersama-sama. Saya menulis refleksi ini dengan harapan bahwa setiap kali saya melihat halaman ini, saya akan bisa menjadi lebih bahagia dan membuat banyak orang lebih bahagia dengan arsitekturnya masing-masing. Di perjalanan kali ini, saya merasa senang dan tercerahkan dengan banyaknya ilmu yang didapat. Terima kasih Poh Kulthida, Yehao, Hoàng Thúc Hào, Duan Jianqiang, Zhang Pengju, Chomchon Fusinpaiboon, Dai Chun, Fan Lu, and all of the distinguished professors, all the best.
#rawinspirasi #rawrefleksi #hohhot #innermongolia #china








