Kami di OMAH Library berterima kasih sekali atas terselenggaranya rangkaian acara 99% Abstraksi ini yang terwujud berkat kolaborasi bersama @iai_architect, @iai_diy @iaijabar @iaijakarta @iaibanten, @sappk.itb, dan @yayasanekoagusprawoto (YEAP), serta digelar di tiga kota, Bandung, Yogyakarta, dan Jakarta sebagai ruang berbagi gagasan, ingatan, dan refleksi atas pemikiran Eko Prawoto. Terima kasih juga untuk Mas @gayuhbudi yang sudah membantu merangkai acara menghubungkan platform IAI dari 4 daerah yang berbeda.
Di Bandung, acara dibuka oleh Mas @adriantosantoso dari IAI Jabar dan diskusinya dihadiri oleh Bu @widiastuti_indah, Pak @purwono_eko_, Mas @iniyusing, dan Pak @yuswadisaliya. Di Yogyakarta, acara dipandu oleh Mas @erlangga76, kemudian sesi dimulai dengan Pak @lihatlah berbagi kisah keseharian Pak Eko dan Pak @reviantosantosa mengaitkan pemikiran tersebut dengan John Habraken di Belanda, yang wafat pada tahun yang sama dengan Pak Eko Prawoto.
Di Jakarta, acara dibuka melalui sambutan video dari Bu @rinawati11060 kemudian dilanjutkan oleh Mas @teguh_gigo selaku Ketua IAI Jakarta, yang melihat praktik Pak Eko sebagai tawaran cara berpraktik yang berbeda dari arsitektur perkotaan. Melalui audio dan video yang dikirimkan, ada Pak Abidin Kusno, Pak @oenggun_sketches, Pak @mohammadwidyarta, Mas @anashiday, Mas @eka_swadiansa, Mas @jo_adiyanto, Mas @mamostudio. Diskusi juga dilanjutkan oleh Pak @budi.pradono_real, kemudian diskusi antara Pak @tjahjonogunawan dan Pak @budisukada juga memperkaya pembacaan dengan lebih kritis, dan diakhiri dengan pembacaan dari Mas @madcahyo. Pak Ryadi yang join secara daring menutup dengan apresiasi atas apa yang dikerjakan di OMAH, serta melihat bahwa Pak Eko adalah sosok yang peka dan sensitif.
Di tiga kota, pemikiran Eko Prawoto dibaca ulang, tidak untuk dibakukan, melainkan untuk terus dipertanyakan dan diteruskan. Yang tersisa bukan sekadar rangkuman karya, tetapi jejak sikap: keberpihakan pada manusia, kepekaan pada konteks, dan kesetiaan pada proses. Harapannya, semangat Pak Eko Prawoto bisa terus hidup dalam cara kita belajar, bersikap, dan mempraktikkan arsitektur dengan rendah hati dan manusiawi.