Kategori
blog lecture

Sesi-sesi Berbagi di IAI Jakarta ?

Tanggal 30 September 2023 lalu, saya diundang ke Thamrin 9 oleh IAI Jakarta untuk mengisi penataran “Pengembangan Profesi Arsitek III” bersama pak Suwardana Winata dan pak Moehamad Deni Desvianto.

Untuk saya sesi-sesi berbagi di IAI Jakarta adalah momen untuk melihat secara luas apa yang menjadi kegelisahan saya pribadi dalam berpraktik, saya mencoba merumuskan apa saja sih yang menjadi hambatan. Kendalanya bahwa memang profesi arsitek itu memang masih terlampau dini usianya di Indonesia. Hal ini ditandai dengan pemahaman-pemahaman masyarakat yang belum sempurna, tetapi profesi arsitek itu memang dibutuhkan untuk memberikan kebahagiaan berupa seni didalam bangunan.

Saya ingin membahas sebuah isu prosesi didalam kaitannya dengan management biro, dimana ada cara berfikir yang perlu untuk membuat arsitek itu lebih percaya diri. Dengan mengetahui bahwa memang ada batasan dan takaran perbandingan antara nilai kontrak yang didapat di Indonesia secara prosentasi itu masih sungguh jauh lebih rendah dibanding dengan negara lain. Hal tersebut identik dengan bagaimana arsitek bisa menjadi pimpinan dalam sebuah proyek.

Saya punya hipotesa bahwa kemampuan seorang arsitek untuk memanagement sebuah desain itu menjadi sebuah hal yang sangat krusial. Jadi arsitek tidak hanya berfungsi pasif hanya sebagai desainer saja, tetapi juga bisa berfungsi sebagai leader, project manager, dan sebagai advisor yang bisa membawahi seluruh garis konstruksi yang ada di lapangan.

Dari situ harapannya adalah apresiasi terhadap disiplin arsitektur bisa meningkat karena memang titik-titik dasar permulaan desain adalah ditangan arsitek. Secara etimologi arsitek sudah punya arti bahwa ia adalah sebuah perancang konstelasi bangunan dan isinya. Dilanjutkan dengan beberapa pemahaman bahwa ada beberapa kuadran tentang cara berfikir, disini diperkenalkan Nous didalam arsitektur, ada 4 kuadran yaitu sophia, techne, phronesis, dan episteme yang perlu terus digali oleh seorang arsitek didalam mengelaborasi dirinya dalam management dirinya sendiri dan juga management firma.

Dan dilain pihak diharapkan bahwa pendapatan atau kesejahteraan arsitek bisa meningkat setelah kapasitaspun meningkat, sehingga kepercayaan diripun ikut meingkat. Disitulah baru saya pikir bahwa management biro itu baru bisa berjalan. Dengan memiliki beberapa tujuan termasuk menciptakan situasi yang sehat untuk orang-orang didalamnya dan juga memberikan sebuah lingkungan ataupun tempat tinggal yang menantang sembari meneruskan transfer ilmu antar generasi dan mendapatkan sebuah keuntungan yang fair untuk berbagai macam pihak. Jadi disini kita bicara soal kebijaksanaan soal arsitektur bahwa melakukan menagement itu terkait dengan bagaimana mengatur kondisi kebahagiaan seorang arsitek.

avatar Realrich Sjarief

Oleh Realrich Sjarief

Founder of RAW Architecture

Tinggalkan komentar