Kategori
blog

Ade Tinamei: Tribute for Ardi (dibuat sang Anak, dibaca sang Ibu, dipersembahkan bagi sang Bapak)

“The wisest mind has something yet to learn ” – George Santanaya, Spanish Poet, born in Madrid 1883-1952

Hari ini 11 Desember 2009, saya terharu sekali dengan tulisan Ade Tinamei, saya memanggilnya mbak ade. Dia menceritakan kisah dari seorang anak untuk bapaknya, sebuah cerita yang personal dan sangat sederhana, namun sungguh melandasi apa yang saya anggap sangat penting untuk menjalani hidup setelah perjalanan dari beberapa negara di dunia. Perjalanan demi ilmu untuk selalu belajar seumur hidup.

Tribute for Ardi (dibuat sang Anak, dibaca sang Ibu, dipersembahkan bagi sang Bapak)
 Today at 4:06am [11 Desember 2009 -ed]

Selamat malam.Sebelumnya terima kasih karena saya diminta dan diberi kesempatan mengisi sambutan dengan topik “Tribute untuk Pak Ardi”. Saya lebih suka menyampaikan pembukaan ini dengan bahasa cerita. Bukan bahasa pidato.Karena saya lebih sering melihat bapak bercerita, ketimbang berpidato atau menggurui dalam kuliah-kuliahnya.

Pertama, bagi saya Pak Ardi adalah pribadi yang kaya dan paradoks.Kaya, karena hingga kini kita tidak akan henti dapat menemukan hal-hal baru dari kehidupan Bapak. Tidak pernah habis.Paradoks, karena kita selalu dapat melihat dua sisi kehidupan Bapak. Bahkan saya yakin pada acara ini, saya mengajak untuk menemukan kekayaan baru dan berbagai paradoks dari diri Bapak.

Ke-2, bagi saya Pak Ardi adalah pribadi yang cuek.Cuek pada penampilan dirinya sendiri, sisiran rambutnya, dan bajunya. Tapi Bapak tidak pernah cuek pada kemajuan pendidikan. Untuk kemajuan arsitektur UGM. Untuk kemajuan Kota Yogya yang bahkan bukan kota kelahirannya atau kota tempat ia dibesarkan.

Ke-3, Pak Ardi adalah pribadi yang sederhana.Sederhana pada pemikirannya atau pembawaannya.Tapi tidaklah sederhana untuk perjuangannya.Tidak sederhana atas keyakinannya.Keyakinan bahwa pada umumnya semua orang dilahirkan adalah orang baik.
Bapak yakin pada dasarnya semua orang selalu beritikad untuk menjadi lebih baik. Bapak sangat yakin itu.

Ke-4, Pak Ardi adalah pribadi yang easy-going. Tidak ribet dalam menilai sesuatu dan membawa diri dalam komunitas baru.
Pandai berkawan.Tapi Bapak tidak selalu easy-going dalam menilai kepandaian murid-muridnya.Bapak selalu ngotot memperjuangkan apa yang benar, dan apa yang baik.Ngotot memperjuangkan generasi muda untuk berkarya.Yang menurut Bapak baik bukan bagi diri Bapak, melainkan untuk kepentingan murid tersebut atau komunitas secara luas.

Ke-5, Pak Ardi adalah pribadi yang romantis.Romantis pada keluarganya, tanamannya, dan rumahnya.Tapi Bapak memilih pragmatis apa adanya pada hal-hal lain.Pragmatis pada kompromi keadaan yang tengah terjadi.Ketimbang meromantiskan masa lalu dan tradisi, terkadang Bapak memilih untuk merasionalisasikannya pada setting masa kini. Mendengar berbagai pihak. Merangkul berbagai keluh kesah. Dan hidup berkompromi dari hasil keputusan bersama.

Ke-6. Tapi memang Pak Ardi pribadi yang pelupa.Pelupa pada tanggal-tanggal penting, pelupa letak dompet dan kacamatanya, bahkan terkadang pelupa menjemput saya yang telah menunggu lama di bioskop di masa muda kami dulu. Tapi satu hal yang saya tahu, Bapak tidak pernah lupa akan kodrat dirinya. Sebagai pengajar, sebagai arsitek, sebagai anggota masyarakat dusunnya. Juga sebagai pribadi manusia khalifah di dunia. Pribadi yang dianugerahkan amanah ILMU untuk memajukan individu-individu lain. Menyiarkannya dalam pengajaran yang terkadang terlupakan jadwalnya. Hanya lupa jadwal, bukan melupakan niatnya.

Maka di kesempatan sekarang ini, ijinkan saya menyampaikan salah satu pesan Bapak.

Bahwa hidup harus dimaknai.
Yang digali tanpa henti
Oleh ketekunan kita.
Dan kesabaran kita.


Bahwa hidup harus diwarnai.
Yang dicoreti dari berbagai pengalaman yang dijalani.
Oleh semangat kita.
Dan antusiasme kita.

Bahwa hidup haruslah belajar.
Yang ditimba dari apapun di penggal kehidupan kita.
Tak hanya di ruang kelas.
Tapi juga yang terhampar di sekitar kita.

Karena bagi Bapak, hidup adalah pencarian karunia Tuhan terbesar, yaitu ILMU.

Semoga kita bisa selalu menggali ILMU di dunia selama hayat dikandung badan.
Seperti Pak Ardi Pardiman.
Amin.

(disampaikan pada acara Pembukaan IAI Yogya)
Ade Tinamei, Executive Director & Senior Urban Designer at Center for Urban Design Studies (PSUD) and Part-Time Lecturer at  ITB.

Oleh Realrich Sjarief

Founder of RAW Architecture

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s