Kategori
blog blog - Starting Journey

Ciptakan Perubahan Dalam Hidup Sesama, one writing from Glenn Van Ekeren

Tidak Berbuat apapun bagi sesama berarti tidak berbuat apapun bagi diri sendiri. Kita harus dengan sengaja bersikap ramah dan murah hati kecuali bila kita ingin menyia – nyiakan bagian terbaik dari keberadaan kita. Hati yang direlakan berkarya akan mendapatkan kepenuhan dalam kebahagiaan. Inilah rahasia dari kehidupan di bawah permukaan Kita berbuat yang terbaik bagi diri sendiri dengan berbuat sesuatu bagi orang lain. Horace Mann

Pada suatu masa, Tanah persia pernah diperintah oleh seorang syeh bijaksana dan sangat dicintai rakyatnya. Syeh ini peduli sekali kepada rakyatnya dan keinginannya hanya berbuat yang terbaik bagi mereka. Rakyat Persia tahu bahwa syeh mereka mau menangani masalah – masalah mereka secara pribadi dan memahami pengaruh keputusan – keputusannya bagi hidup mereka. Secara berkala ia menyamar dan berkeliling ke jalan – jalan, mencoba menyaksikan hidup melalui cara pandang mereka.

Pada suatu hari ia menyamar sebagai seorang penduduk desa yang miskin lalu pergi ke tempat pemandian umum. Di sana banyak orang yang sedang menikmati saat – saat santai sambil bersosialisasi. Air di pemandian itu dihangatkan dengan api dari sebuah tungku di gudang bawah tanah, dan di situ ada seorang laki – laki yang bertanggung jawab mengusahakan agar tingkat kehangatan air di pemandian tetap nyaman. Syeh sengaja pergi ke ruang bawah tanah untuk menjenguk lelaki yang tanpa kenal lelah menunggui api.

Kedua orang itu makan bersama dan syeh berhasil menjalin persahabatan dengan lelaki yang kesepian itu. Hampir setiap hari sampai berminggu – minggu, penguasa negeri tersebut berkunjung ke tempat kerja sang penunggu api. Dalam waktu singkat orang asing itu menjadi terbiasa dengan sang tamu karena seringnya ia datang ke situ. Belum pernah ada orang lain yang menunjukkan perhatian atau kepedulian semacam itu kepadanya.

Pada suatu hari sang syeh menyingkapkan jati – dirinya yang sebenarnya . Ini sebuah langkah yang berisiko, sebab ia takut orang tadi akan meminta hadiah atau pemberian istimewa darinya. Namun diluar dugaan, teman baru sanga pemimpin itu hanya memandang ke dalam matanya sambil berkata, “Yang Mulia bersedia meninggalkan kenyamanan istana dan kemuliaan yang mulia untuk duduk menemani saya di ruangan gelap yang seperti penjara bawah tanah ini. Yang Mulia bersedia makan makanan saya yang tidak lezat dan dengan tulus menunjukkan kepedulian atas hidup yang saya jalani. Kepada orang lain Yang Mulia mungkin telah menganugerahkan uang atau barang berharga, tetapi kepada saya Yang Mulia telah memberikan yang terbaik, Yang Mulia telah memberikan diri Yang Mulia sendiri.

Selama ribuan tahun, orang telah mencoba menggali apa saja yang mendasari hubungan antar manusia. Dengan semua falsafah , teori, dan spekulasi itu, hanya satu prinsip yang tampaknya tampil  paling menonjol. Prinsip itu bukan barang baru sama sekali. Sesungguhnyalah, prinsip itu hampir sama tuanya dengan sejarah sendiri. Prinsip itu telah diajarkan di Persia lebih dari tiga ribu tahun yang lalu oleh para pendeta Zoroaster kepada para pemuja api yang percaya kepada mereka. Konfusius menekankan prinsip ini di Cina dua puluh empat abad yang lampau. Di lembah Han hidup para pengikut Taoisme. Pemimpin mereka, Lao – Tzu mengajarkan prinsip yang sama dengan sungguh – sungguh. Lima ratus tahun sebelum Masehi, Buddha mengajarkannya kepada murid – muridnya di tepi sungai suci Gangga, Naskah – naskah Hinduisme mengangkat prinsip yang sama lebih dari seribu lima ratus tahun sebelum masehi. Sembilan belas abad yang alalu, Yesus mengajarkan prinsip yang juga sama kepada murid – murid dan pengikutnya. Ia meringkasnya dalam satu ungkapan:”Perbuatlah kepada orang lain apapun yang engkau ingin orang lain perbuat kepadamu.”

Sikap tidak mementingkan diri sendiri yang memungkinkan kita memberikan diri kepada orang lain barangkali tidak akan menjadi pelajaran yang diutamakan dalam pendidikan di sekolah – sekolah masa kini. Kendatipun kita hidup dari apa yang kita dapatkan, ganjaran yang sejati kita peroleh dari apa yang kita berikan. Anda tidak akan menikmati hari – hari yang memuaskan, bahkan meskipun Anda mungkin tergolong sukses menurut tolak ukur yang berlaku di masyarakaat, kecuali bila Anda telah berbuat sesuatu bagi seseorang yang tidak akan pernah mampu membalas perbuatan baik Anda.

Ditengah hiruk pikuk kegiatan dalam dunia yang sangat kompetitif ini, luangkan waktu dalam beberapa hari mendatang untu merenungkan pemikiran Harold Kushner : ” Tujuan hidup ini bukan untuk menang. Kita hidup agar berkembang dan saling berbagi. Anda akan mendapatkan kepuasan lebih banyak dari kebahagiaan yang Anda datangkan ke dalam hidup orang lain daripada yang akan Anda dapatkan ketika Anda mengungguli dan mengalahkan mereka.

Saya berpikir bahwa tulisan dari Glenn ini akan mewarnai kehidupan kita untuk saling berbagi dan menghargai sesama, sama seperti diri ini yang masih jauh dari sempurna untuk menjalai kehidupan yang menciptakan perubahan dalam hidup sesama.

“Jika Anda ingin orang lain menghormati Anda, Anda harus menunjukkan hormat Anda kepada mereka… Setiap orang ingin merasakan bahwa ia diperhitungkan, bahwa ia penting bagi orang lain. Pada umumnya, orang akan memberikan kasih sayang mereka, rasa hormat mereka dan perhatian mereka kepada orang yang memenuhi kebutuhan tersebut dalam dirinya.

Kepedulian kepada orang lain umumnya mencerminkan kepercayaan kepada diri sendiri dan kepercayaan kepada orang lain” Ari Kiev

Ketika menengok ke masa silam, Anda akan menemukan bahwa saat – saat ketika Anda merasakan hidup dalam kepenuhan adalah saat – saat ketika Anda telah berbuat sesuatu dalam semangat kasih. Henry Drummond.

Selamat menikmati hari Minggu terbaik dalam hidup anda, God Bless You All.

Oleh Realrich Sjarief

Founder of RAW Architecture

Tinggalkan komentar