Satu adik saya memberikan gambar dan memberikan sebuah buku. Ia menggambar muka ini di atas kertas, saya tersenyum melihatnya, mirip gambarnya dengan alis yang tebal, rambut yang pendek, kacamata, hidung, mulut. Ia orang yang pendiam, jarang berbicara lantang. Namun ia selalu berusaha menemukan hal yang terbaik dalam setiap momentum hidupnya untuk menjadi orang yang lebih baik. Baru senin kemarin diri ini mengumumkan bahwa sudah tidak ada acara perpisahan lagi karena sejujurnya, diri ini sudah tidak sanggup untuk bersedih setiap ada yang keluar dari kantor untuk bersekolah ataupun melanjutkan petualangannya di dunia ini. Bagi saya, semua yang berkerja bersama adalah keluarga saya sendiri, siapapun dia, apapun latar belakangnya.
ia menulis pesan yang membuat diri ini larut dalam kesedihan, membuat diri ini menyadari kembali rantai waktu bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan.
Tetesan air mata mengalir, kesedihan datang tak disangka – sangka, Saya akan kehilangan, kehilangan pribadinya, kehilangan kehadirannya, kehilangan keceriaannya, namun saya yakin awan kebahagiaan akan muncul dimana masa depan yang cerah untuk adik saya ini akan selalu saya doakan, semua akan berjalan lebih baik. Setiap rentang waktu memiliki catatan perjalanannya sendiri. Orang pergi, dan kemudian orang datang, meninggalkan memorinya, catatannya, saat-saatnya sendiri. Tidak banyak orang yang bisa meninggalkan kenangan yang mendalam di perjalanannya namun Adik saya ini sungguh memberikan kenangan yang manis dalam perjalanannya, dan saya benar – benar bersyukur untuk itu, dan semoga kita bisa bertemu lagi, dalam rantai waktu ketika yang ada. Terima kasih Raras.
