Kategori
Team - Reflection Letter

Eubisius Vercelli Ocvanto Kuncoro – Universitas Pelita Harapan

Eubisius Vercelli Ocvanto Kuncoro Seorang anak kecil yang terlahir dari Arsitektur Universitas Pelita Harapan 2021 yang suka dipanggil dengan sebutan Ubi. Keinginannya untuk menjadi seorang pemenang Pritzker Prize, sebuah nobel penghargaan dibidang arsitektur atas karyanya terhadap kemanusiaan, bukan untuk pamor penghargaannya melainkan untuk menjadi motivasi membuat karya yang bisa berdampak bagi kemanusiaan dan lingkungan sekitarnya. Ubi terus berkelana untuk mencari tahu kontribusi seperti apa yang bisa dia berikan untuk dunia arsitektur dan perjalanannya terus berlanjut saat Ubi mulai menemukan ketertarikannya terhadap arsitektur tanah. Ketertarikannya tersebut membawa Ubi memulai pembelajarannya lebih lanjut ke Jatiwangi Art Factory 2019, Workshop Dome di Auroville Institute di India 2020 , kerja sosial membangun Museum Wakare sebagai salah satu objek arsitektural di Kawasan Kota Terakota Jatiwangi pada tahun 2020 , membawa topik arsitektur tanah sebagai topik dari tugas akhir dia sebagai mahasiswa arsitektur , serta melakukan riset dan eksplorasi berkelanjutan untuk bisa melakukan perkembangan material tanah di Indonesia maupun dunia.Ketertarikan Ubi terus menerus bertambah seiring berjalannya waktu dengan menemukan Instalasi dan Tarian Seni, Filosofi, Sejarah, dan Arsitektur Hijau. Oleh karena keinginannya yang kuat, saat ini Ubi yang masih merupakan seorang anak kecil didunia arsitektur, memilih untuk belajar bagaimana kehidupan di dunia arsitektur dengan bergabung sebagai anak magang di RAW Architecture yang dimiliki oleh Pak Rich yang merupakan salah satu dari 3 role model Ubi di dunia arsitektur. Ubi berharap dapat melatih kemampuannya sebagai seorang arsitek yang mumpuni dalam segi pemikiran,perasaan, teknikal, sosial, dan ekonomi sehingga di setiap detik ia melangkah ia bisa berdampak bagi sekitarnya.

Testimonial

Jujur ini merupakan salah satu checkpoint atau impian saya saat saya kuliah dan saya merasa terberkati bisa bergabung di keluarga RAW Architecture, meskipun saya cuma sebagai anak magang disini. Disini saya merasa bagaimana kita harus terus mau belajar dan mengembangkan diri untuk jadi pribadi yang lebih baik dan bisa bermanfaat bagi sekitar. Saya melihat, mengamati, dan ikut merasakan bagaimana kehidupan di RAW Architecture terjadi. Meskipun baru satu bulan saya merasakan bersyukur dan bahagia bisa bergabung di keluarga ini.

Surat Motivasi

Yang terhormat dan terkasih, Pak Realrich dan Keluarga RAW Architecture. Saya dan kita sebagai manusia semuanya diciptakan dari nol, sesuatu yang paling dasar. Kita harus belajar, bergerak dan melakukan sesuatu berulang-ulang hingga suatu saat nanti kita ahli dalam hal yang sudah kita pelajari. Dunia arsitektur pun begitu. Kita harus belajar, bergerak, mencobanya berulang-ulang hingga suatu saat kita menjadi ahli. Semua hal harus kita lakukan sedemikian rupa,
belajar, bergerak, dan melakukannya berulang kali dalam suatu aspek yang sedang kita geluti. Tidak ada yang berbeda dari setiap aspek, awal dan akhir tujuannya sama, yaitu untuk menjadi ahli. Tetapi yang berbeda ialah bagian antara awal dan ahli, yaitu proses.

Dan untuk itu perkenalkan, saya Eubisius Vercelli Ocvanto Kuncoro, seorang sarjana lulusan arsitektur Pelita Harapan 2021 yang juga merupakan seorang anak kecil yang baru hanya dibalut dengan kain yang bertuliskan “mahasiswa arsitektur” selama 4 tahun. Seorang anak kecil yang belum sepenuhnya mengetahui dunia arsitektur dan mau terus berproses didalamnya. Seorang anak kecil yang memiliki mimpi dan keinginan besar untuk menjadi pemenang Pritzker Prize, bukan
untuk ketenaran dan penghargaannya tetapi untuk menjadi motivasi untuk terus berkarya dan berdampak bagi manusia disekitarnya.
Sejujurnya pertama kali setelah menerima kabar bahwa diri saya lulus dari Arsitektur UPH, pertanyaan yang terbesit setelahnya adalah “abis ini mau ngapain ya?” tentunya pastinya berbahagia karena lulus, tpi bukan itu. Lebih kepada checkpoint apalagi yang akan saya tuju berikutnya. Akhirnya checkpoint selanjutnya ialah untuk mencari kerja. Diawal menentukan mau kerja dimana saya bingung akan kerja dulu atau magang terlebih dahulu karena saya belum pernah bergabung dalam suatu firma arsitektur. Setelah saya berpikir , berpikir, tertidur, berpikir lagi akhirnya terbesit dalam pikiran saya untuk hal pertama yang saya cari ialah mentor. Sepertinya arketipe yang disampaikan oleh Carl Jung mengenai Wise Old Man, orang tua yang bijaksana dari situ saya melihat bahwa penting bagi saya, seorang anak kecil yang masih mencari kebenaran di dunia arsitektur untuk menemukan seorang “Wise Old Man” bukan untuk menentukan kebenaran saya, tapi untuk membantu saya berkembang dan belajar bertumbuh dalam dunia arsitektur. Oleh karena itu saya melihat sosok Pak Rich.


Kenapa Pak Rich? Alasan paling dasar karena Pak Rich, selaku empunya RAW ini merupakan salah satu dari ketiga role model saya selama saya berkuliah di arsitektur UPH yang saya tahu memiliki firma arsitektur. Beliau mengajarkan saya banyak hal dan salah satunya yang paling saya ingat yaitu bahwa “tidak usah takut untuk jadi diri sendiri karena setiap orang punya metodenya masing-masing”, dan kata-kata beliau tersebut selalu menjadi motivasi saya untuk saya lebih percaya diri dalam mendesain karya-karya saya, Dan setelah saya sedikit melihat tentang firma arsitekturnya yaitu RAW Architecture, saya menyukai projek-projek RAW yang menggunakan material asli pada bangunannya. Bagaimana sebuah bamboo dan material lainnya dicoba untuk diolah/dieksplorasi sesuai dengan keaslian tektonikanya masing-masing. Dimana disini juga berfokus pada ketukangan terhadap material aslinya sehingga bisa lebih menghidupakan lagi sebuah keaslian materialnya dan ekosistem (tukang,arsitek,bangunan, client dan lainnya) di sekitarnya.

Dan akhirnya, itulah alasan saya kenapa saya tertarik untuk menjadi bagian dari keluarga RAW Architecture. Menjadi seorang anak kecil yang mau belajar di sebuah keluarga dan kedepannya akan membawa pemaknaan dari pembelajaran dikeluarga tersebut dan membagikannya kepada orang sekitar sehingga bisa berdampak bagi sekitarnya.

Oleh Realrich Sjarief

Founder of RAW Architecture

Tinggalkan komentar