Kategori
blog

Dari tidak bisa menjadi bisa, dari bisa menjadi biasa

.
Suatu saat kami mendapatkan tumpukan kayu tidak dipakai dengan kualitas bagus, sedangkan tempat di sudut benteng pun terbatas, mau ditaro dimana lagi. Setelah itu kami mendesain sebuah struktur mirip perahu pinisi yang ditambatkan di kedua ujung tumpuan yang ringan. Bentuknya menyerupai jembatan yang menghubungkan kanopi dengan berat yang ringan. Yang dulu tidak bisa diinjak menjadi bisa diinjak, menuju kotak yang digantung oleh plat yang menggantung. strukturnya menggunakan elemen-elemen yang kecil-kecil, ringan-ringan seperti sarang burung.

Waktu dibuat desainnya, tidak ada yang berani membangun. Tetapi justru tukang-tukang yang tidak berpengalaman dalam membangun konstruksi kayu dan tidak punya pikiran apapapun yang sung-sungguh bekerja dan bisa mengkonstruksinya dengan alat-alat yang sederhana dan mengandalkan benang sebagai as. Setiap pagi saya berjumpa mereka, berdialog, berdiskusi, dan bereksperimen didalam struktur sosial ketukangan. Mereka adalah tukang-tukang yang kelas tiga. Kelas satu adalah para mandor, kelas dua adalah para tukang pengrajin. Kawan-kawan kami ini mungkin tidak memiliki pengalaman yang banyak, namun memiliki daya juang dan kreativitas yang tinggi dan juga mau untuk terus belajar.

Sama seperti di dalam praktik arsitektur, hal ini terjadi. Bagaimana anak-anak di studio berkembang, dan terus meningkatkan diri, dari penggambaran, pengetahuan bahan, dan integrasi multi disiplin. Dulu kita kalau foto satu studio tidak muat, berkerumun dibawah, namun sekarang sudah bisa masuk semua. Disana Kami belajar bahwa kebudayaan dan masa depan adalah bagaimana menjembatani dan fokus ke keseharian di dalam berpraktik dan mampu membuat ketakutan dan nilai di dalam diri seseorang menjadi sumber untuk jiwa bertumbuh dan beregenerasi. Dari hal-hal kecil sehari-hari, kami belajar untuk terus fokus, berhati-hati, dan belajar.
.
Ditunggu ya cerita-cerita lebih lanjut lg dari studio kami, di studio kami sibuk menangani proyek yang intensif mulai dari pengecekan desain, merumuskan konsep, berdiskusi antar disiplin dan owner, juga menggali lagi, apa ada lagi yang bisa dieksplorasi. Salaam reflektif !

Oleh Realrich Sjarief

Founder of RAW Architecture

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s