Kategori
blog blog - marriage years - just before and at

Cerita di tahun kelima – Pelajaran terbaik

For last year’s words belong to last year’s language andnd next year’s words await another voice…And to make an end is to make a beginning. TS Eliot

Diri ini akan membagi – bagi cerita ini menjadi beberapa cerita kecil, sebagai refleksi kehidupan yang begitu indah untuk dijalani, dan menyimpan banyak hal untuk dipelajari.

Malam ini …

Malam ini sunyi sepi, waktu tertera pukul 10. 30 malam, baru saat ini aku bisa menarik nafas untuk melegakan diri dari segala macam aktifitas yang ada di kota Jakarta ini, hari ini hari terakhir tanggal 31, bulan Desember, tahun 2011.

kira – kira sudah 3 bulan berlalu sejak diri ini hidup berdua dengan wanitaku. Diri ini tidak sendiri lagi, kami sudah bersama, dari masa penantian yang terasa sungguh lama, beberapa tahun hubungan jarak jauh yang terasa tak menentu dari perjalanan diri kami berdua antara London, Sydney, Seoul, dan Jepang. Di saat itu waktu – waktu seakan – akan bermain dengan ritmenya sendiri, ia berkata ada perjumpaan ada juga perpisahan, penuh dengan masa penantian antara 2 musim dan 4 musim Negara yang berbeda.

Lalu aku teringat beberapa bulan yang lalu mungkin 2 bulan yang lalu, diri kembali ke London hingga perjalanan ke bagian utara scotlandia. Angin yang meniup perlahan – lahan dengan temperatur yang mulai memasuki musim gugur dimana daun – daun sudah berubah menjadi kuning kemerahan. Oleh karena itu mungkin jalanan di kota Durham menjadi begitu Indah dalam horizon kota medieval yang lengkap oleh menara gereja yang juga merupakan salah satu gereja terbesar di Inggris. Diri ini berdua – dua juga berjalan – jalan ke kota York yang sangat memukau dengan peninggalan – peninggalan bersejarahnya, ilmu pengetahuan yang ada di setiap pojok – pojok kota meninggalkan torehannya dengan buku – buku yang menurut penduduk setempat buku biasa. Namun, itu buku – buku langka.

Masa lalu …

Ada kalanya pikiran ini teringat ketika saat kedua bertemu dengan wanita terbaikku, Laurensia, saat itu kita sedang duduk berdua di tepi pantai St. Ives, salah satu pantai terindah di Inggris bagian selatan. Inggris saat itu sedang dalam cuaca terbaiknya, musim panas dimana suhu 20 derajat ada pada rentang waktu 2 bulan dalam satu tahun. Diri ini duduk di atas bebatuan karang bersama wanita terbaikku. Kami bercerita keseharian kami masing – masing, cerita mengenai jaman sekolah dahulu. Jaman SD SMP SMA Ataupun bagaimana hidupnya sehari – hari di klinik. Aku ingin sekali lebih mengenalnya. Kami tertawa dalam canda dan obrolan, aku menengok keatas ada burung – burung pantai mengelilingi kami. Laurensia dan diri ini kemudian mendaki puncak yang tingginya 50 meter, St. Ives memang indah, ia memliki pantai, namun juga bukit yang sangat indah. Di puncak bukit itu ada mercusuar dimana kita bisa melihat ujung terakhir sisi selatan dari pulau Inggris. Namun Waktu berkata lain, ada perjumpaan ada juga perpisahan. Tawa itu disambut oleh airmata tidak lama pada saat perpisahan itu kembali tiba.

Ada kalanya diri ini teringat untuk pertama kalinya menangis untuk sebuah perpisahan. Hati ini menangis ketika ia pergi.

Aku masih ingat perbedaan waktu kami adalah 8 jam, GMT +8 dengan GMT 00. Wanitaku terbangun jam 4 pagi untuk kita bertemu. Jam 4 pagi berarti di London adalah jam 10 malam, berarti kami punya waktu 2 jam sebab wanitaku akan bersiap – siap untuk pergi ke daerah pinggir Bogor karena ia harus menunaikan masa baktinya ke Negara sebagai bagian dari tugas.

Di Inggris, tergantung tempat kerja, rata – rata orang akan menghabiskan waktu untuk pergi ke tempat kerja selama 45 menit untuk berdesak – desakan di kereta daerah central London ataupun memilih bus dengan jarak yang lebih jauh. Begitupun diri ini, aku biasa bangun pukul 7, untuk kemudian selama 1 jam pergi ke kantor, 1 jam kubutuhkan untuk perjalanan karena jarak kantor dan rumah yang cukup jauh.

Rutinitas itu ada ketika pada saat diri ini berangkat kerja ia akan pulang kerja, pada saat aku mulai berkerja, itulah saat ia tidur. Pada saat diri ini makan siang, itulah saat ia bangun kembali,

Ada kalanya aku akan memanggil dengan telefon selularku di saat – saat makan siang, memanggil dengan telepon skype, telepon yang dibeli di daerah regent street karena paket nya yang murah, layanan itulah yang paling ekonomis, biaya untuk menelpon ke Jakarta luar biasa mahalnya, dan juga kebalikannya. 10 pound untuk satu kali panggilan selama 30 menit. 10 pound identik dengan 2 kali makan siang pada waktu itu.

Hampir setiap siang diri ini akan tertidur di taman Battersea di terik matahari yang merupakan cuaca yang terbaik di bulan July saat itu dengan mengobrol selama 30 menit setiap harinya di musim panas sesambil menikmati makan siang. Diri ini sangat merindukan suara wanita terbaikku,

“yang kamu sudah makan ?, makan apa ?”

kami akan membicarakan kembali soal keseharian, rutinitas yang menyenangkan sehari – harinya.

Ada kalanya waktu aku pulang ke kantor itulah saatnya wanitaku tidur. aku akan pergi makan malam, atau sekedar memasak untuk teman terbaikku di apartment, Jefferson namanya, masakan kesukaannya adalah sambal goreng hati dengan nasi biryani, selain sayuran dengan cah saus tiram tentunya. Pada waktu Jam 12 malam waktu London, aku menghabiskan beberapa saat untuk berkerja sesaat selama beberapa jam lagi, aku akan tidur jam 3 – 4 pagi seperti biasa. Diri ini biasa tidur cukup malam hanya karena itulah, wanita terbaikku sudah bangun dari tidurnya.

Aku teringat sering kali diri ini berangkat ke kantor dalam kondisi kurang tidur, dan berpacu dengan dateline yang keras. Seringkali juga perbedaan waktu menyebabkan, terbalik – baliknya waktu tidur hanya untuk bertemu sesaat. Hal ini berlanjut terus selama beberapa tahun kita bersama, aku hanya bisa menahan diri untuk tidak bersedih dalam penantian dalam perjumpaan, ketika kita terpisah. Senyum pun ada ketika kita berbicara sehari – hari dalam jarak yang mengukung..

Diri ini mengerti hal ini tidak mudah bagi kami berdua, namun kenangan – demi kenangan itupun terasa begitu indah. Diri ini merasa Satu tahap demi satu tahap sudah berlalu, seperti langkah dalam hidup ini, masa lalu meninggalkan kenangan yang manis dengan suka dan dukanya.

Ketika cincin itu saling dipasangkan dan janji pernikahan selesai diucapkan. Aku melihat wanita yang disampingku, dan aku tersenyum, dan bersyukur untuk kesabaran satu orang Laurensia yang terbaik di dunia, dengan kenangan yang terindah yang pernah diri ini dapatkan.
 

Kehamilan pertama …

Saat – saat yang terbahagia tentunya ketika mengetahui bahwa Laurensia hamil. Puji Tuhan, diri ini melompat kegirangan, diri ini akan menjadi ayah. Waktu seakan – akan terhenti dalam keheningan dan kesukacitaan. Aku sungguh mengucap syukur atas berkat yang diberikan.

Dari dokter, kita mengetahui bahwa usia kandungan laurensia sudah 1 bulan, kemudian 2 bulan, kemudian 3 bulan. Janin tersebut sudah memiliki jantung, tangan, kaki, luar biasa. Aku setiap hari berdoa supaya anak ini akan menjadi anak luar biasa dengan sifat baiknya untuk sesama. Laurensia berkata “yang aku senang seakan – akan ada yang hidup di badanku, meskipun aku pusing dan mual sehari – harinya, namun aku tidak sabar untuk melihat si baby setiap bulannya.” Pada saat itu aku teringat Laurensia muntah hampir setiap harinya, berat badannya pun turun. Wanita yang selalu bersyukur inilah yang aku yakin akan menjadi ibu terbaik bagi bayi ini. Tidak banyak orang seberuntung diri ini untuk memilikinya.

Diri ini berpikir Ayah dengan segala usahanya menempa dirinya sebagai tulang punggung keluarga, namun lebih luar biasa para Ibu dengan segala suka dan dukanya menempa dirinya dengan kasih yang luar biasa melalui proses kehamilan dan kelahiran.

Rutinitas

Ada kalanya aku bangun jam 6 – 7 pagi setiap harinya, untuk makan pagi bersama, mulai berkerja untuk mempersiapkan pekerjaan bagi staff kantor yang datang biasa sedikit siang. Kami akan makan siang setiap harinya, untuk kemudian terkadang aku menghabiskan waktu satu hari di kampus untuk sekedar bertemu dengan mahasiswa, untuk tutor singkat ataupun untuk memberikan kuliah, atau asistensi di studio arsitektur. Malam – malam kira – kira pukul 7 aku akan selesai dengan rutinitas pekerjaan ataupun rutinitas mengajar, dimana terkadang diri ini harus berkerja ekstra sampai tengah malam. Terkadang seperti saat – saat dahulu diri ini harus menahan kantuk untuk berkerja sampai jam 3 – 4 pagi atau tidak tidur sama sekali.

Secara rutin aku akan makan malam bersama setelah laurensia pulang dari klinik. Terkadang aku hanya tinggal di rumah bersama laurensia di hari sabtu dan minggu untuk menikmati kebersamaan di sekitar rumah.

Atau terkadang waktu yang tidak banyak dan kita juga pergi ke tempat yang itu – itu lagi, kegiatan yang sama lagi. Namun semua rutinitas yang terjadi begitu indah, sekali dijalani, ingin diulangi, terus menerus. Hidup ini terasa sangat menyenangkan.

Kantor terbaik di dunia …

Kira – kira setahun yang lalu di bulan November, firma DOT Workshop dibentuk. Suatu waktu diri ini ingat dalam perjalanan pulang dari Foster and Partners, bersama teman terbaikku, Albert namanya, kita bersenda gurau mengenai nama satu studio arsitek, studio arsitek yang baru, nama DOT Workshop pun muncul. Diri ini sendiri juga seringkali tidak menyangka firma arsitek ini bisa bertahan dan sedikit menorehkan prestasi sampai sekarang.

Seperti biasa kantor adalah satu tempat untuk berkerja, adakalanya ia dipisahkan dari kehidupan pribadi orang – perorangannya. Ada kalanya juga ia menjadi ajang pertarungan, kompetisi, pertaruhan karir, tempat eksistensi diri. Diri ini selalu merasakan dimana lingkungan kerja seperti ini, sejauh diri ini melangkah dalam perjalanan dari Singapore, London, Sydney, Jepang, Korea, ataupun di tanah air. Rata – rata diri ini berkerja 12 jam di kantor, ataupun kadang- kadang 16 jam di masa – masa dahulu. Dari kondisi yang ada, mimpi pun mulai ada untuk membuat kantor terbaik di dunia.

Apalah artinya sebuah nama, DOT hanya sebuah titik. Ada kalanya diri ini berkaca kebelakang. Bagaimana kita merintis firma ini dengan orang – orang terbaik. Mulai dari hanya 2 orang, kemudian berkembang menjadi 3 orang, kemudian tengah tahun kita sudah memiliki 6 orang, dan sekarang ada 12 orang di Firma DOT Workshop, seluruhnya orang – orang terbaik dan paling kreatif dengan passion yang sangat luar biasa. Tidak banyak firma yang memiliki keberuntungan dengan adanya orang – orang ini di dalamnya, yang saya tahu Foster and Partners salah satunya, oleh karena itu ia bisa berkembang menjadi 1500 orang dengan tidak mengorbankan ide – ide yang brilian.

Adakalanya diri ini tertawa – tawa dengan segala ide – ide yang kreatif di DOT, saat – saat di kantor menjadi salah satu saat yang terbaik dalam rutinitas yang ada. Di dalam satu tahun terakhir ini, DOT sudah mengerjakan hampir 80 pekerjaan, memenangkan 6 penghargaan desain, berkerja sama dengan developer – developer di Indonesia, mengerjakan beberapa project di Mexico. Kantor berkembang pesat dari 2 menjadi 12 orang. Kantor yang tadinya hanya berupa tempat kosong, menjadi tempat yang diri ini sendiri cintai dengan passion yang ada di dalamnya.

Melihat kebelakang diri ini serasa –tidak percaya dengan segala yang ada, Diri ini hanya bisa mengucap syukur atas segala yang ada, dengan penuh kerendahan hati diri ini mengucapkan terima kasih atas segala perjuangan DOT atas kecintaannya akan profesi yang diri ini juga cintai.

Resolusi Tahun Baru … hidup ini hidup biasa

Untuk menutup cerita di tahun kelima, diri ini akan membagi pengalaman yang tidak terduga, dengan pelajaran terbaik yang justru datang dari seorang supir taxi.

Supir taxi ini mengantarkan Laurensia dan diri ini dengan biaya hanya 50 pound dari kota London ke Stansted yang berjarak 1.5 jam – 2 jam perjalanan. Biasanya, taxi akan mencharge 80 pound. Namun hari itu terasa berbeda. Kami berbicara mengobrol panjang lebar, ia bercerita dirinya yang asal Saudi Arabia, ia adalah seorang muslim. Ia berkata,

Realrich, sekarang banyak orang membunuh orang lain mengatas namakan agama, namun mereka hanya lapar, Agama pun menjadi pelarian. Oleh karena itu setiap kali kami bisa makan sesuatu, kami akan berkata alhamdulilah, mengucap syukur, bersyukurlah karena pada hari ini kamu masih bisa makan.
Dan jangan lupa, berikan sedikit hakmu untuk orang miskin, bagi kamu mungkin itu tidak berarti namun bagi mereka itu akan sangat berarti. Ada dalam perjalanan hidupmu dimana semua menjadi sangat tidak pasti dan timbul keragu – raguan seperti yang dialami oleh banyak orang. Pada saat itu tiba, berderma lah, dan berdoalah, maka jalan akan ditunjukkan kepadamu. Dan itu akan membuka matamu, dan engkau akan menjadi cahaya bagi orang lain.
 
Dan untuk kekasihmu, jagalah ia, di masa – masa pertama, kalian akan saling menyesuaikan diri, yang terpenting adalah istrimu, [pada saat itu Laurensia tertidur disampingku], apapun yang diperbuat orang lain, apapun keragu – raguan yang muncul dalam hidup, jagalah istrimu, karena hidupmu akan terberkati dan hadiah yang terindah dari Tuhan yakni anak – anak akan tiba pada saatnya dimana kebahagiaan tidak bisa terukur dari uang semata.

Aku seakan – akan bermain – main dengan resiko dalam pikiran dan perbuatan, karir dan pekerjaan, masa lalu – masa depan, puisi masa lalu, dan tantangan masa depan. Pelajaran terbaik seakan – akan muncul begitu saja, tanpa terduga. Ku yakin Tuhan mengirimkan orang – orang terbaiknya untuk saling bertemu.

Diri ini seakan – akan bernostalgia dengan romansa, romansa yang menggebu – gebu di dalam hatiku, romansa dalam keseharian, romansa dalam tutur kata, sikap, dan perbuatan. Aku belajar untuk mencintai seumur hidupku, demi Laurensia. Wanita terbaikku. Aku belajar menghargai waktu, belajar menghargai kebersamaan.

Puji Syukur kuhaturkan akan tahun yang luar biasa dengan berkat yang berlimpah, hadiah natal yang sangat indah, kebersamaan dengan laurensia dan calon bayi merupakan berkat yang tidak ternilai,

Di akhir perbincangan kami, dia pun berkata,

“hey Realrich, do you know that good people meet good people, so don’t worry about life. Just do your best.”

pada waktu itu Aku pun tersenyum, dan bersyukur, saat itu Laurensia pun bangun, dan

aku menatapnya dan jatuh cinta lagi untuk kesekian kalinya.

Kategori
blog blog - marriage years - just before and at

It’s Pre-Wedding Day Today !

Our marriage is the marriage between families, so we leave the preparation to our parents. They like to be responsible for the trial, such as food tasting, choosing the place for receptions what Laurensia and I focused on things that were close to us. Laurensia searched the bridal house that she liked, and she chose the one which is a simple and professional designer. It does not need to be a famous bridal house.

She picked her gown and asked me about her opinion. She liked the simple one, and it was a perfect fit for her. I spent days accompanying her to see her wearing the wedding gown. She settled the dress, booked the receptions, and set the holy matrimony with priests. Now, we need to take the pre-wedding days to document memories.

We took a picture on our pre-wedding day in place of our daily activities, her dental clinic, the garage office, and the street, including empty land near my parent’s house. Our preparation was straightforward and modest. I love the moment that captured our life because it shows the real us in daily routines.

Architect in Dentist Clinic 01

Dental Clinic

In her parent’s house, there is a small clinic. The common practice in Indonesia is the clinic is inside the dentist’s house. It’s private practice. Laurensia inherited her skills from her parents. Her father and mother are a dentist. They worked for the government until they were retired. Before I went back to London, she would check my teeth and prepared a medicine for anticipating when something went wrong in my health. She cared about the people around her, and she put extra miles into expecting things that could go wrong.

Architect in Dentist Clinic 02

Leave it to her

After I went back to Jakarta, I visited and drove her home after she closed her clinic. We would have a simple dinner, discussing works, friends, and new people we encountered that day. Each of the days brings details that we try to respond to with positivity.

Architect in Dentist Clinic 03

My lovely dentist

This is the picture that I like most taken by Javier and Kian. I dream about my everyday life, daily routines with my dentist. As long as my dentist is happy, I am so glad. We cherished this moment. She did make-up in this shoot, wore a dentist’s uniform, and a simple dress. I wore the yellow sweater that I used to wear in London. It’s our everyday life. When the dentist is happy, then I am glad.

In front of White House.

Usual day at our parent house

After that, we took the picture at my parent’s house. My parent’s house was unique because it has a combination of a traditional and contemporary home. The roof is a combination of the Joglo roof and gable roof.

The gate was white and had a particular entry on one side. Its architecture is open, warm, and ordinary, which makes Us like to picture ourselves here. Laurensia is going to move into my parent’s house because of the culture of the family. She is a dentist, will be a housewife, care for her family, and be the best mother in the world. Heaven is on every mother’s feet, so my mother will teach Laurensia how to help manage the family and our life.

In the middle of us, there is a dog named Maru or Happy. Laurensia’s dog accompanies her all of the time, greeting her in the morning, befriend her sleeping or eating. When there is Laurensia, there is Maru in her house. Maru is a toy puddle. In total, there are 4 puddles inside Laurensia’s home. In my home, there was a golden retriever. I had a Pomeranian dog before. From Maru, we can learn how to give genuine love without expecting anything in return.

In front of her, there is The hedgehog in picture, Syahrini lived in my architect studio. The cage was put at the corner, I would open the door, and the hedgehog will crawl out the cell at the knight time. It is a nocturnal animal. In the morning time, it would climb the cage and enter it from the top. We breed the hedgehog with a white one. And a few months later, Syahrini was pregnant and delivered an albino hedgehog baby named snowy.

We live by animals around us, from the fishes, dogs, rabbits, hedgehogs, turtles, tortoises, chickens. The animals become our daily friends and become sweet memories.

Summer Everyday
2011

Relaxing

2011

Mrs. and Mr. Smile
2011

Laughing Hammock
2011

Enjoying Time
2011

Architecture World

The Garage Office

The architect’s studio is inside my parent’s garage. It has a unique door. This door consists of traditional Chinese shophouse joineries. I used inspiration from my grandfather’s shophouse in Lampung, Teluk Betung. We can open it, panel by panel. I peek from inside, and it has symbolical, triangle, circle, and combinations of rectangles forming T. The handle is white, and its symbol is created letter D O T. Every line starts from the dot and ends by the dot. It has the black circle from using traditional hinges like in the vernacular house. Its hinge used to be in a primitive cage which is functional and straightforward joineries. The garage is small, only 3 m x 10 m. It has black tiles, a gypsum ceiling, white-washed walls.

I repositioned the layout, doing experimentation, adding new kinds of stuff every week. In this small space, there are limitations. We changed The floor material from simple black 300 x 300 tiles, lighter paint on the ceramic, carpet, and later wood. I changed it layer by layer in consideration if we moved out, the condition could be back to normal. At this moment, I feel that limitation without losing ground. I love that, and we cherish that condition. Laurensia waited for me outside in this picture. When you open the door, it still resembles the circle. The circle means a family.

Outside the office, there was a red table tennis table. The line was white. I drew the outline of the cities in the acrylic panel as a net. In the background, there are sketches, panels, pinup board, materials. I realized it is the culture of the architect’s studio. We put Syahrini The Hedgehog cage at the corner of the studio.

Laurensia and Me | Time at the Studio

Time at the Studio

I spent much time in the studio. The studio’s background was showing the activity. The studio space can be my desk, meeting room, presentation room, exhibition room, library, or even room for chill out. It has profound memories. I would spend more than 12 hours here. Sometimes Laurensia just came to bring food, and we talked in the studio. She was around me, I felt happy.

WHAT’S YOUR FAVOURITE INSPIRATIONS ?

Architecture Life

MUCH TIME IN STUDIO

I spent much time in the studio. The studio’s background was showing the activity. The studio space can be my desk, meeting room, presentation room, exhibition room, library, or even room for chill out. It has profound memories. I would spend more than 12 hours here. Sometimes Laurensia just came to bring food, and we talked in the studio. She was around me, I felt happy. We took the pictures in our architecture studio, showing time-lapse that doing architecture is a marathon, and she is waiting for all of the time with patience and love.

I love to read and write. Under the book, you can see many small pictures of my assistants in the studio. I framed them and put them inside the studio. I love them and would like to see them growing. On the left, you can visit our fishes, Ariel and Luna. The room has a unique window seat, I put carpet so people can sleep, step on it, and it evolved to be a small working space with corridors behind. The room is small but lovely. I love the intimate corners. I collected architecture books because I believe much wisdom that I can get from distance learning. We would relax in the studio, chatting, discussing, and talk about our activity. She reminded me every day, made me remember that I have to go out and see another thing other than in-studio that architecture is so beautiful outside. Many inspirations are waiting to be seen.

We changed clothes into formal ones and took a picture. This moment of making me grounded is what made us laughed that time is limited. We wore white, and Laurensia’s dress was beautiful. It’s simple, neat, elegant, and casual. She has a beautiful tiara.

She has prepared a balloon from the local seller in front of our high school. Javier and Kian said, “let’s go out!”

Time is limited. She is the one that made me down to earth…

Outside Dentist and Architect’s Studio

Outside World with Colourful Balloon

After that, we spent the evening playing with balloons and folded bicycle from my mother. Javier and Kian, the photographer, took pictures of us. We picked the corner that is quite far and tranquil, so the neighbors looked at us and stared at us wh we weird looking. “This couple taking pre weed on the street.” It’s uncommon, and that’s what I like about it. My mother is the leader of the district. She is swamped helping people daily. She had a meeting with another leader to discuss flood, landscape, neighborhood farm, maintaining security. She has an inclusive attitude with other people, and you can see the street is clean and well organized because she kept it as her own garden. It’s the background of our pictures.

The setting was beside a small river in our neighborhood. The picture idea was about us catching dreams and giving harmony. In this picture, Laurensia pulled me to the ground, and We drove the bike together, only both of us. We learn cycling by learning to do it repeatedly, then we can do it and never forget it. It’s quite the same in doing relationships. We keep improving, to be better couple day by day.

Now it’s our world. We took several pictures, Javier and Kian did some Magic, capturing expression, and the result was priceless. I remember when I did sky diving in London. I need to prove that I am able to walk outside my comfort zone, but at this time, I do it together with Laurensia.

Now it’s our world. I remember when I went sky diving in London. We took several pictures, Javier and Kian did some Magic, capturing expression, and the result was priceless. I need to prove that I can walk outside my comfort zone, but at this time, I do it together with Laurensia.

At the end of our work time, we talked at the dining table, discussing several matters such as friends, works, and things that we like to explore and travel. We had the idea to set the picnic at the treetop in front of the studio. It was a lovely and timeless moment. We have beautiful pictures; what made it enjoyable was the moment captured in our parents, including her very close dog. One is a heartwarming experience. We want to experience it repeatedly, and it feels like I know her from the past life. I love her.

propose
2011

Sweet Surprises

2011

propose
2011

Light in Darkeness
2011

Thank you God | Thank you Laurensia