Kategori
blog blog - marriage years blog - marriage years - Family

2014 – Systemic Lupus Erythematosus

Baku, Azarbaijan. City of Winds. “The wind represent the force of change, the matter of change is nothing compare to the matter of love”

Laurensia mengatakan bahwa kami sedang mendapatkan anugerah yang terindah dari Tuhan. Saya berpikir bagaimana bisa ia bisa sedemikian sabarnya menghadapi apa yang sudah terjadi. Laurensia, satu orang yang merupakan anugrah yang terbaik yang diri ini temui, dari titik pertemuan kembali dirinya sejak diri ini ada di London sampai sekarang ini.

Kami sudah beberapa kali mengalami kesedihan, janin tidak berkembang selama waktu yang singkat ataupun yang paling lama hamil selama 7 bulan di masa kehamilan pertama. Kehamilan kedua dan ketiga, juga tidak memiliki waktu yang lama, dimana kami harus menerima kenyataan, janin tidak berkembang. Kami bertanya – tanya dan ke beberapa dokter kandungan, dan beberapa dokter ahli penyakit dalam yang semuanya memiliki niat yang baik untuk membantu.

Ada yang mempermasalahkan toxoplasma yang masih positif IGMnya, meskipun sedikit. Sampai tes terhadap aviditas terhadap toxoplasma dilakukan, karena nilainya yang tinggi, diketahui bahwa infeksi ini sudah berjalan lama dan dokter tidak mempermasalahkan ini, dengan memberikan obat Pyrimethamine ataupun spiramycin sebelum kehamilan, ataupun dimasa kehamilan yang terus mengkonsumsi spiramycin selama beberapa saat untuk kemudian memiliki masa rehat tidak meminum obat untuk kemudian meneruskannya semasa kehamilan. Ataupun kami juga melakukan tes DNA yang dilakukan, berkali – kali tes darah untuk melihat apakah permasalahannya ada di toxo plasma, hanya untuk mengetahui dari ilmu pengetahuan, apa yang bisa dilakukan untuk menghindari kejadian yang berulang. Tepatnya sekitar setengah tahun yang lalu, Dokter Raditya menyarankan kami untuk ke dokter spesialis darah, Dr. Djumhana di rumah sakit Pelni.

Dokter melakukan serangkaian tes darah, ana profile, dan beberapa parameter yang cukup rumit yang sulit untuk dimengerti. Ternyata diketahui adanya auto imune, hal yang jarang sekali dimiliki oleh orang kebanyakan. kelainan itu adalah SLE [Systemic Lupus Erythematosus],dimana tubuh menganggap organ, sistem saraf sebagai ancaman sehinga menyebabkan peradangan. SLE tidak bisa diprediksi kapan akan menyerang tubuh dimana penderitanya adalah sebagian besar wanita berusia 15 sampai 35 tahun. Kami tidak pernah bermimpi untuk mendapatkan cobaan seperti ini. Untungnya ia, sangat sabar dan bisa menerima keadaan ini. Kemudian, ia mencoba untuk mencoba pengobatan dari dokter seperti Lameson yang diminum 3 kali satu hari untuk menurunkan kekentalan darah. Didiagnosa bahwa kekentalan darah yang menyebabkan calon bayi kami tidak berkembang.

Dalam penantian hari – hari panjang, mengenai datangnya si kecil dan penantian kondisi kesehatan yang membaik, kebahagiaan itu muncul satu persatu, dari hal – hal yang sederhana. Sesampai buah pikiran kami bercita – cita ingin memiliki anak sebanyak – banyaknya, orang tua sebanyak – banyaknya pula dalam rentang hidup yang tidak lama. Sebuah dedikasi untuk orang lain. Dari situlah diri ini merasakan kekuatan yang tidak terlihat, sebuah perasaan kasih sayang, bahwa memang dedikasi yang ada di dalam kehidupan kami adalah untuk melayani orang lain, menyebarkan kasih sayang.

Dan dengan cerita ini, semoga SLE yang ada di pribadi setiap – setiap orang bisa cepat untuk disadari dan kemudian diberikan cara untuk menanggulanginya. Kondisi Laurensia sudah jauh membaik, dan indikasi kekentalan darah semakin stabil. Mungkin sudah saatnya kita berharap kembali mengenai kehadiran si kecil. Apapun yang terjadi, satu wanita, yang terbaik dan tetap terbaik.

Apabila Laurensia menganggap Lupus ini adalah anugerah yang terbaik yang didapat dalam hidup ini, maka saya sampai kapanpun, menganggap Laurensia adalah anugerah yang terbaik yang pernah didapat dalam hidup ini. Dalam perjalanan diri ini ke Baku Azarbaijan, diri ini baru mengetahui bahwa Laurensia tidak bisa tidur dengan tenang selama diri ini 5 hari di luar negeri. Dalam hati, diri ini merasa sedih karena berangkat meninggalkan dirinya, namun dalam hati pula, diri ini merasakan kebahagiaan untuk bisa dicintai dan mencintai sepenuh hati dalam saat pulang nanti. Bahwa tidak banyak lelaki bisa dirindukan seperti itu, dan bagaimana diri ini juga amat merindukannya.

Diri ini pun menarik nafas saat satu teman mengingatkan harus kembali melakukan pekerjaan di negeri angin ini, dan mungkin ini semua punya satu maksud yang masih saja belum bisa diri ini mengerti, apa ujungnya, apa tujuannya, dan mengapa ini semua bisa terjadi.

Puji Tuhan, terima kasih atas seluruh rahmatmu untuk wanita terbaikku, berilah ia kebahagiaan sesungguhnya, diri ini hanya bisa berharap.

My lovely wife :)

Oleh Realrich Sjarief

Founder of RAW Architecture

One reply on “2014 – Systemic Lupus Erythematosus”

Tinggalkan komentar