Kategori
blog blog-formative years

Satu Jentikkan Jari

01 June 2008 – London “di pagi yang sepi, ditemani secangkir teh manis hangat”

Aku akan mulai banyak menggunakan kata – kata aku, karena mungkin egoisitas diriku mulai timbul. Dimana keinginan untuk tidak menggunakan kata subjek pada tulisan – tulisan yang sebelumnya sama sekali tidak mempertanggungjawabkan apa yang kutulis. Itulah hal yang akan kusampaikan pada beberapa kalimat kedepan. Aku dan aku dan aku mulai menemukan diriku kembali setelah 3 tahun ini.. Penggunaan kata aku ini berasal dari keberanian untuk bisa mempertanggungjawabkan apa yang kita bicarakan maupun apa yang kita pikirkan dengan hati yang jujur. Baru kali ini, seakan – akan pikiran ini tidak pernah berhenti berputar. Mencari ide – ide baru. Aku serasa lepas dan bebas. Pada akhirnya aku akan belajar untuk menemukan jejak langkahku sendiri. Dimulai dari hari ini. satu orang akan berkata “kamu itu mirip dengan seseorang” namun aku juga tidak ambil peduli. Karena aku bukan orang lain, dan aku akan menggunakan aku untuk mendobrak batas – batas yang ada.

Satu tahun berada di Kota London ini. Seakan berlalu begitu saja, dengan sebegitu banyak pengalaman yang didapat. Waktu seakan – akan pergi hanya dengan satu jentikan jari. Yang tertinggal hanyalah beberapa bekas kenangan saja. Sudah saatnya aku berangkat mencari sesuatuyang baru lagi untuk dipelajari. Satu tahun di tahun 2005 di Bandung. Satu tahun di tahun 2006 di Singapore dan satu tahun di tahun 2007 di London. Satu tahun terakhir ini, Aku melihat banyak hal yang baru. Orang – orang dengan berbagai macam karakter. mataku seperti terbuka untuk melihat lebih dalam, mendengar lebih seksama, menebak melalui tingkah laku.. Ketika sebuah pelajaran itu juga berisi berbagai sifat dan perangai orang yang di dalamnya, Satu dan dua hal itu mengajarkan banyak hal untuk bisa mengerti sifat – sifat orang lain. Yang menarik dari pengalaman satu tahun ini, Begitu banyak harapan dan pemikiran yang disampaikan dari banyak orang.

Ada yang skeptis namun ada juga yang menyegarkan.

Ada juga yang memakai topeng dibalik topeng.

Memang dunia ini seperti sebuah panggung

dengan sebegitu banyaknya topeng.

Pada saat ini lah aku akan bercerita mengenai kehidupan sehari – hariku. Bukan sisi yang lain, namun hanya sisi yang biasa. Ada kalanya aku menghabiskan malam minggu hanya dengan dentingan piano dengan permainan yang biasa – biasa saja, dan nyanyian yang sungguh terdengar indah dari teman terbaikku ya dengan mereka aku biasa menghabiskan waktu hanya untuk melantur.

Ada kalanya kadang2 aku pergi ke taman –taman yang sungguh menarik disini, ada sungai, ada hamparan rumput yang begitu luas, ada gundukkan rumput yang memang sudah seperti itu adanya, ada pohon ratusan tahun umurnya, semua dibiarkan tumbuh dengan tertata.Ada juga kadang – kadang bagaimana kekonservatifan yang ditata seakan – akan berintegrasi dengan pepohonan dan taman – taman yang ada. Tidak ada filosofi yang jelas yang mendasarinya, hanya saja itu serasa tumbuh dengan semangat konservasi terhadap alam.. Sungguh berbeda dengan ironi babakan siliwangi di bandung, ya itu masih diperdebatkan memang… Hal ini membuat sedikit banyak sadar, bahwa negeriku sungguh tidak tertata. Setiap hari aku akan bangun tepat pada jam 7 pagi, pada saat jam 7 pagi, pada setiap hariku, ada panggilan dari Indonesia, aku tidak akan mengangkatnya karena itulah panggilan bangun pagiku.. ada juga terkadang perbincangan tengah malam Hari.Kadang kala aku tertidur di depan komputerku, hanya karena email yang kutulis setiap harinya….atau beberapa email yang hanya kubiarkan di inbox tidak terbalas karena waktu memang sungguh mengukung. Hari minggu kuhabiskan dengan bermain piano membantu untuk perayaan ibadah. Kehidupan yang sederhana. Namun apabila ada tiga aspek yang terpenting dalam arsitektur, ada jalan2, ada pemikiran dan ada karir / pekerjaan. Pemikiran ada di urutan teratas, kemudian jalan – jalan ada ditengah dan kemudian barulah karir / pekerjaan ada di bagian terakhir. Pengalaman itu ada bukan hanya dalam satu garis CAD drawing. Namun ada pada saat kamu berjalan – jalan. Ketika kamu berempati terhadap lingkungan sekitar. Membuka mata lebih jelas dan mendengar lebih seksama

Arsitektur dan karir. Karir itu ada di dalam hidup tapi Hidup itu tidak ada di dalam karir dalam artian langsung. Karir itu satu dari beberapa aspek dalam hidup. Karir itu penting karena itu berkaitan dengan bagaimana kita bertindak terhadap sekitar kita. Karir tidak akan memahat karakter kita begitu dalam. Karir itu hanya hitungan jam dan hasil. Seperti seorang arsitek yang bekerja dengan diagram dan bangunan. Apapun hasil nya, karir hanyalah seperti itu, ada dalam hitungan jam dan hasil. Perdebatan akan berlangsung sangat sengit apabila kita berbicara mengenai karir, karena sedikit banyak itu akan menyerempet aspek terpenting kita, yaitu harga diri. Ya itu bagaimana kita dilihat oleh orang lain. Bagaimana tingkatan kita dimata orang lain. Bahkan hati pun tidak akan berbicara kalau idealisme pemikiran kita tercoreng begitu saja. aku secara aku ngga pernah berharap untuk bisa ada di tempat ini, aku disini bukan karena aku. Tapi karena orang – orang yang ngedukung, kita ada di jalinan rantai yang saling dukung mendukung. Semua tergantung pikiranmu sendiri. Semua tergantung apa maumu. Apabila kamu menginginkan sesuatu, dapatkanlah, persiapkanlah.Segala yang kita dapat bukan hanya satu jentikkan jari.

Tapi kehilangan akan semua usaha kita bisa dalam satu jentikkan jari.. semua yang kita raih sekarang, bisa aja hilang. Kalo itu hilang. Aku ngga akan pernah ngerasa hilang…

Banyak arsitek yang terdikte oleh karir mereka. Mereka tenggelam dalam kesendiriannya dalam ide – ide yang akan merubah dunia. Semua itu butuh pengorbanan antara idealisme arsitek dan dorongan kapitalis. Sungguh miris, arsitek yang pendeta dalam perubahan perkotaan yang lebih baik, harus tunduk dalam kungkungan waktu dan idealisme yang akan merusak hidupnya. Kita ada di era yang semakin cepat dan teknologi yang semakin handal. Arsitektur itu pada akhirnya boleh saja dihayati seperti keyakinan yang teguh. Namun pada akhirnya, hidupmu bukan sebatas bentuk yang elegan dan gestalt bentuk. Yang aku rasain, disini hambatan begitu besar, mungkin ngga semudah yang dikira. Seringkali harus tunduk dalam stigma – stigma kebaratan dan rasialisme di kantor. Kata buktikan kembali muncul bahwa kita harus bisa. Banyak orang dan aku sendiri memang belum sampai ke tahap itu. Namun pada saat itu aku akan punya wanitaku untuk hanya ada. Arsitek itu seharusnya orang yang paling bahagia dalam hidupnya. Dia harus punya respek terhadap orang – orang sekitar. Dan orang yang akan berkompromi dengan sekitar. Karena dia akan merubah segala sesuatu yang ngga baik dalam tatanan perkotaan dan mempunyai visi untuk bisa mengubah tatanan. Arsitek seharusnya bukan orang autis. Ia harus sensitif terhadap orang lain. Itu dulu yang terutama. Bukan aku, tapi kita dalam hanya satu jentikkan jari. Hanya satu.

Meninggalkan Kota ini akan terasa berat, dimana semua seakan – akan sebegitu baiknya dan amannya. Kubisa mendapatkan apa yang ku mau disini. Kata “kebanggaan yang melekat” serasa seperti topeng yang menipu, seperti pisau yang memiliki dua sisi. Meninggalkan semuanya untuk mengambil keputusan yang tentu saja tidak biasa sungguh sulit. Ada kalanya kita seperti ada di satu pengadilan dalam masyarakat. Dimana kamu dinilai dari keputusan yang kamu ambil. Namun pada akhirnya aku kembali sadar, bahwa kita tidak hidup dari aku itu sendiri. Kamu hidup untuk orang – orang yang terpenting dalam hidupmu. Aku tidak pernah ambil peduli terhadap pandangan umum, jadilah terang asal itu wajar kemudian tertawakan dirimu dalam masa depan. Itu satu hal yang sungguh baik untuk dijalani.

Ada kalanya mendengar pemblokiran site oleh pemerintah karena satu buah video. Sebuah cara yang sangat tidakmasuk diakal. Terkadang kita berpikir kerdil. Membuat solusi yang konyol dengan isu yang lebih besar tidak terselesaikan. Informasi itu ada dimana –mana sementara ini, kita hanya bisa jujur menghadapi informasi… tidak ada yang bisa kita lakukan untuk mencegah pemblokiran informasi. Cepat atau lambat itu akan sia – sia . Semua ini membuatkita hanya bisa menghela nafas..Ada kalanya ku mendapat email mengenai peristiwa 23 mei yang sungguh mungkin untuk terulang. Sungguh pedih rasanya ketika mendengar kembali peristiwa itu. Ketika bencana – bencana kembali berulang dan mengakibatkan banyak korban jiwa.Ada saja orang – orang yang berbicara dan bertindak demi perutnya sendiri. Sungguh miris bagaimana seringkali kita dipermainkan oleh system yang kita buat sendiri. Manusia membuatnya dan manusia jugalah yang mempermainkannya. Mari kita tunggu akan jadi apa segala kondisi dalam tahun – tahun ke depan.

Aku berdoa semoga bulan – bulan ke depan akan semakin menarik dijalani dan dipahami.

Dan cerita kemarin sudah usai dan cerita esok akan kembali dimulai mengenai apa yang terjadi… nanti.

 

Oleh Realrich Sjarief

Founder of RAW Architecture

Tinggalkan komentar