Kategori
blog

Aditya Birthday

Pada 9 Desember lalu, kami merayakan ulang tahun @adityakosman. Di tengah dinamika proses bekerja di studio, ada pribadi-pribadi yang kehadirannya memberi kedalaman, bukan hanya pada pekerjaan, tetapi juga pada cara berpikir dan refleksi. Adit adalah salah satu pribadi yang seperti itu.

Sejak awal, Adit dikenal memiliki kecintaan yang besar pada arsitektur. Ketertarikannya merambat pada bacaan tentang tokoh, bangunan, sejarah, dan teori—digali dengan kesabaran dan rasa ingin tahu yang serius. Ia kritis, tidak mudah menerima sesuatu secara mentah-mentah, dan selalu terdorong untuk memahami lebih jauh.

Adit merupakan lulusan California College of the Arts (CCA). Ia pertama kali datang ke studio kami sebagai intern. Selama masa itu, ia mempelajari banyak hal yang beragam: mulai dari konseptual design, design development, project management, hingga penulisan. Kemauan dan keseriusannya membuat proses belajarnya berjalan cepat; ia menyerap, mencatat, dan mengolah setiap pengalaman dengan sungguh-sungguh.

Kini, Adit hadir sebagai rekan yang dapat diandalkan sekaligus teman diskusi yang tajam. Di luar pekerjaan, ia juga pribadi yang menyenangkan untuk diajak berbincang—tentang olahraga, film, dan hal-hal ringan dalam keseharian.

Perayaan ini mungkin sederhana, tetapi rasa syukur kami tidak pernah sederhana. Syukur atas perjalanan seseorang yang terus bertumbuh, menjaga kedalaman berpikirnya, dan menghadirkan energi baik di lingkungan kecil kami. Semoga langkahmu ke depan dipenuhi kebahagiaan, proses-proses baik yang terus bertumbuh, dan segala impianmu dapat tercapai.

Sejak 2010 di Studio Garasi, kami percaya bahwa arsitektur, proses bekerja, dan belajar selalu berangkat dari hal yang paling dasar, yaitu manusia. Merayakan ulang tahun bukan sekadar menandai usia, tetapi kembali ke titik awal—sebuah momen yang pasti dialami setiap orang. Di sanalah kami mengingat bahwa di balik peran dan jabatan, selalu ada manusia yang bertumbuh. Tradisi ini kami jaga sejak masa studio garasi: merayakan satu sama lain, mendengarkan cerita, dan menjaga semangat kebersamaan yang merupakan DNA kami, RAW DOT OMAH.

Selamat Ulang Tahun Adit!

Kategori
blog

Java House

The Java House was finished in 2015. It explores poetic architecture shaped by abstract poetic philosophy, architecture theories, and materialities where space unfolds gradually and privacy is formed through transition rather than enclosures, boundaries remain soft, movement is deliberate, and intimacy is achieved through depth rather than separation. Strategies:

  1. The plan is composed as a series of overlapping planes and courtyards. In the middle of the inside-outside foyer, a tumpang sari skylight, welcoming visitors with the grammatics of the traditional stacks of wood and flat glass before they move deeper into the house.
  2. Walls guide movement, frame views, and create moments of pause, allowing the house to be experienced as a continuous sequence rather than a collection of rooms.
  3. Each bedroom is paired with its own views of the garden, forming a personal environment that remains closely connected to light, air, and nature. The open façade, expressed through a rhythmic arrangement of red brick and timber panels, responds to western heat while supporting north–south cross ventilation. Crafted by local artisans, these materials convey warmth, restraint, and durability. Skylights and clerestory openings bring daylight deep into the interior, casting a soft, even light throughout the house.

As a conclusion, the heart of the house, an open living area extends toward a garden terrace, creating a courtyard-like space for daily activities and family gatherings. The landscape, composed of native planting and a modest lawn, softens the urban context, cools the microclimate, and grounds the house in its natural setting.

Built on a compact site, Java House relies on passive cooling strategies and local materials to maintain comfort and efficiency. Designed to support family life over time, the house allows everyday routines to unfold naturally, balancing privacy, openness, and shared living.

Architecture #Jakarta #FinishProject #JavaHouse

Kategori
blog

Inter Garden Home

Inter Garden Home is organized through a clear sequence from public to private. At the front, a promenade defines the entry experience, creating a gradual transition into a highly private residential environment. This entrance zone is anchored by a central core that accommodates a micro garden, contributing to daylight, ventilation, and spatial orientation from the outset.

The main interior opens into a double-height atrium equipped with a skylight, allowing natural light and airflow to move effectively through the house. This atrium functions as a spatial and environmental connector, supporting cross ventilation and enhancing indoor comfort.

The building form responds directly to climate and site conditions. A slanted façade is introduced as a response to sun angles, providing effective shading, while the overall massing follows the diagonal nature of the site. Spatial zoning is clearly defined: two bedrooms are positioned toward the front, while more private bedrooms are located at the rear, oriented toward the swimming pool to maximize privacy and views.

On the upper level, a badminton court is integrated with a wood-decked garden. Slightly elevated in relation to the surrounding spaces, this area extends the domestic program vertically, combining recreational use with an outdoor garden setting.

Photo by:
1: @aryophramudhito @luil_mn
2, 3: @aryophramudhito
4: @aryophramudhito
@luil_mn

#Architecture #Jakarta #RealrichArchitectureWorkshop #FinishProject #InterGardenHome

Kategori
blog

Farewell Ambre + Noemie

We first crossed paths with @noemieschh
and @amber_gth_ during a presentation by our principal, @rawarchiteture_best, in La Réunion.

What was shared that day was personal. Yet what lingered was the way they listened. Their attentiveness carried a quiet enthusiasm, as if they were recognizing something deeply resonant, something that intersected with their own questions and longings.

That realization became clearer when we saw them in Baduy. They asked many questions about the mystery of sufficiency, about a way of living that does not rush. It felt as though Baduy offered a life they had been imagining: grounded, deliberate, and whole, standing calmly against the constant acceleration of technology.

We sensed the same feeling when they were in Piyandeling.
They smiled. They were present. They were genuinely happy.

Noémie tends to move through rational structures, while Amber navigates the world more empirically, guided by intuition and feeling. Together, they represent a generation in motion, always thinking, sensing, and searching. The time we shared with them was deeply valuable. Their curiosity invited us to look again at Indonesia: at Nusantara, at simplicity, at modesty, at materials and craftsmanship we often take for granted.

They were most alive in the field, observing mock-ups, touching steel and wood shaped by hand, witnessing making as a process rather than merely a result. Through their excitement, we were reminded that what feels ordinary to us still holds care, meaning, and quiet beauty.

They come from far away, separated by thousands of kilometers, between Jakarta and La Réunion, between Indonesia and Africa. Yet we felt close. Connected not by geography, but by an inner energy: a shared spirit that keeps moving, keeps questioning, and keeps seeking.

This is how we will remember Noémie and Ambre, as part of a kinship across the equator, and as fellow travelers in a journey shaped by curiosity, humility, and care.

Kategori
blog

Mendekati akhir tahun 2025 – Our little family, bersama Miracle dan Heaven

Mendekati akhir tahun 2025-Our little family, bersama Miracle dan Heaven, Miracle dan Heaven nata buku, pajangan bersama, latihan komposisi, organisasi, hal – hal sederhana ^^

Kami belajar, begitu berharga waktu, fokus kami ke mereka, apa kebutuhannya, sejauh manakecintaannya, bagaimana keinginannya terbentuk dan itu bukan ke apa kita anggap paling benar sebagai orang tua.

Ini proses melihat, mendengarkan, menyemangati mereka supaya menikmati waktu – waktu mereka yang tidak akan terulang.

Kategori
blog

Farewell Haykal

Beberapa waktu lalu, kami merayakan graduasi salah satu rekan kami, @ha.ykal. Haykal adalah salah satu rekan kami di studio yang punya banyak bacaan yang disukai. Ia adalah alah satu dari sedikit orang yang membawa bacaan ke dalam percakapan sehari-hari. Salah satunya tentang Manfredo Tafuri akan kritik kontekstual yang berlapis, telaah struktural, melihat konteks bukan sebagai latar, melainkan sebagai medan perjuangan; yang dibaca bukan sekadar bentuk, tetapi virtue dan aktornya.

Haykal adalah salah satu anak didik dari UII, yang tumbuh sebagai salah satu mahasiswa terbaik di sana. Dengan bekal referensi yang kuat, kami rasa ia adalah orang yang sangat menjanjikan untuk menjadi salah satu pemikir ulung di arsitektur Indonesia ke depan.

Seorang pemikir memang membutuhkan waktu untuk mencapai kematangannya. Pemikiran itu seperti abstraksi yang dalam, ia tidak instan, tapi mengendap pelan, dalam, dan membutuhkan waktu panjang. Haykal adalah seorang yang punya variasi cara berpikir yang lengkap.

Di studio, kami sangat senang bertemu dengan keberagaman karakter yang ada. Dari seorang pemikir yang punya bacaan yang kuat, Haykal mewarnai praktik yang diskursif, kritis, dan diskusi yang selalu berjalan.

Kini kami melepas perjalanan Haykal di studio kami. Kami mendoakan dengan sungguh-sungguh agar Haykal terus bertumbuh dengan bacaan yang semakin luas, referensi yang tak terbatas, dan langkah yang membawanya ke titik di mana ia bisa merasa utuh dan bahagia dengan jalannya sendiri. Kami sangat bangga, karena orang seperti Haykal sangat langka.

Sampai jumpa lagi ya, doa kami menyertai @ha.ykal

Kategori
blog

Mas Hugo dan Mbak Ayu merayakan kelahiran anak

Salah satu momen terbaik akhir-akhir ini, adalah melihat Mas Hugo dan Mbak Ayu merayakan kelahiran anak perempuan mereka. Di balik rumahnya yang tumbuh, terlihat dari tanamannya yang makin rindang, kebahagiannya juga kami rasakan sekeluarga. Dan ingin rasanya saya mengabadikan ini dalam kenangan kami.

Kategori
blog

RAW DOT OMAH Team

Di RAW DOT OMAH, kami memiliki berbagai divisi, dan komunitas yang saling terangkai. Yang menarik adalah kami tidak melihat arsitektur sebagai semacam kotak kaca, tetapi justru menjalani esensinya, dan kemudian bertumbuh secara perlahan. Sampai akhirnya ada sebuah benih yang berkembang menjadi sebuah pohon: dengan akar-akarnya, dahan-dahannya, ranting-rantingnya, dan begitu banyak organisme di baliknya.

Tim pertama adalah tim strategic. Strategic ini dilematik karena di dalamnya ada proyek, klien, dan begitu banyak critical point yang menanti. Sebuah bangunan tidak dikerjakan oleh satu orang saja; ada banyak orang yang terlibat. Oleh karena itu, kerja tim menjadi hal yang utama dalam menghadapi critical point dan berbagai prioritas yang ada di tim strategic.

Di dalamnya sering kali juga terkait dengan hubungan interpersonal yang ketat. Kemampuan membaca psikologi menjadi salah satu kunci, memiliki empati menjadi kunci berikutnya, hingga sampai pada simpati.

Selain tim strategic, ada tim Sophia, tim Episteme, tim Techne, tim Phronesis, tim Finance, tim Branding, tim Penulisan, tim Analitik, serta laboratorium teknologi yang bekerja pada ranah workshop. Kami mencoba melakukan begitu banyak telaah dan detailing agar di lapangan dapat menghasilkan karya yang optimal.

Antoniades pernah mengatakan bahwa ada 9 channels of creativity: dari buku, mentorship, tempat, referensi, klien, tim, permenungan, refleksi, hingga melihat sesuatu yang baru dari teori, dogma, dan ideologi. Kami menyebutnya sebagai fragments. Fragments ini seperti sebuah kolase yang membentuk keutuhan, terus bergerak itulah mengapa kami menyebutnya sebagai creative fragments.

@melisaakma@almujaddidi@andriiyansyahmrm@joanaagustin@gabymarcelina@putrakhairus@mu.zyd
@muhammadyusrul@joshinoel chairunnisabels
@namanyaemailku@adityakosman@tyoadngrh@rrianditaa@k.ezraa@ridwan.kp@rizkasra@reviynatk@irvitaingrid@auliahnssy@san.lbs@ahcaayran@noviola_esther@carmelinagabriellah Nielson @veeryanaa@zikrirahardian@timothytuahatu@kennpranoto@edhobaronmack@rawarchitecture_best
Photo by @rrianditaa (tim lapangan by @reviynatk)
Video Editor: @jocelynemilia@7withsisca

Kategori
blog

Bertemu dengan Greg dan Mas Gayuh

Orang2 luar biasa mendiskusikan apa ya ? wkwkwk
@gayuhbudi @gregoriusgiovannigerard @hanifahsausann @jocelynemilia sikaaat haha1 hari

Tuhan pertemukan @gregoriusgiovannigerard sama @gayuhbudi dua G, melambangkan venturian Indonesiana haha. Thank u mas gayuh sudah diskusi banyak tadi dari refleksi, ritual, sampai keluatan rombengan. Atas hati, semangat, dan berbagi strateginya terima kasih ya :) see you soon 🔥

Kategori
blog

Book Discussion – Strange Details by Michael Cadwell

Beberapa waktu lalu, studio kami mengadakan sesi diskusi secara internal. Di pertemuan ini, kami membahas buku Strange Details karya Michael Cadwell, tetapi juga mengangkat premis yang selama ini menjadi fondasi cara kami bekerja di studio.

Premis bahwa materiality memegang peran krusial. Sebagai cara untuk membolak-balik metode desain, bukan hanya soal gambar atau ide, tetapi tentang bagaimana gagasan itu diuji di realitas lapangan.

Mulai dari perjalanan Carlo Scarpa dalam renovasi Querini Stampalia di Venice. Tim yang bekerja adalah orang-orang yang sama, dari proyek ke proyek sehingga chemistry pun sudah terbangun, mereka refining berlapis-lapis, sampai terbentuk maturity of work dan maturity of concept.

Lalu ada kisah keluarga Jacobs yang bertemu Frank Lloyd Wright setelah melihat Usonian House dan ingin membangun rumah mereka, bagaimana dalam kasus ini klien menjalin hubungan yang personal namun tetap profesional.

Diskusi berlanjut ke Farnsworth House karya Mies van der Rohe. Cadwell menyoroti bagaimana detail-detail di rumah itu justru menjadi representasi dari ide besar Mies. Namun dekade setelahnya, rumah ini beberapa kali kebanjiran. Cadwell menulis, as far as the architect tries to prioritize the situation, nature will have an ultimate power over architecture—sebuah pengingat tentang ego arsitek dan batas-batas kontrol manusia atas alam.

Terakhir, kami membahas Yale Center, bagaimana cahaya, material, dan bayangan dapat menjadi detail yang menegaskan atmosfer dan pengalaman ruang, sekaligus membawa kita kembali pada gagasan besar bangunan tersebut.

Diskusi berlangsung terbuka, untuk menyelaraskan cara pandang dan mempertajam sensibilitas desain. Bulan-bulan ke depan, kami akan membahas buku lainnya sebagai bagian dari usaha kolektif studio untuk terus belajar seperti sebuah detail yang dibentuk dengan kesabaran.

Content: Strange Details by Michael Cadwell
Videographer: @hanifahsausann
Video Editor: @jocelynemilia@arlynkeizia
Presenter: @rawarchitecture_best
Located at: @realricharchitectureworkshop
Produced by: @guhatheguild
Footage: Trip to Venice “Carlo Scarpa” by Realrich Sjarief
Cover photo by @jonatan_mulia2

Kategori
blog

Old Friend

Seneng bisa ketemu one of our best friend Bambang, Tya and family, ketemu kakak bambang,. Take care ya broo ^^ have fun di Indonesia, ngopi2 ya sometime soon ^^

Kategori
blog

Perkutut Bird Farm

Previously, our studio has been exploring the idea of belonging in architecture, how space can embrace people, support communities, and nurture shared meaning. Today, we had the opportunity to work on a project that brings these values together, through a simple coexistence between communal spaces and perkutut birds dwellings.

The bird pavilion is shaped philosophy of nurturing and care. The perkutut birds, with their distinct voices and behaviors, offer a reflection on human life as Homo Socius, social beings who grow through presence, connection, and shared experience. Rather than standing apart, the architecture is meant to listen, to accommodate, and to grow alongside these relationships.

The project houses a communal lounge and farm supports perkutut competitions and its daily care. Over a hundred bird poles tower across the compound, with the lounge circling them to embrace their singing. This program offers privacy for the community, as living among passion would bear fruit for many. With abundant existing trees, it becomes the most introverted area for this activity.

Supported by abundant existing trees, the space becomes the most inward-looking part of the site, offering privacy and focus for the community that gathers around this shared passion.

Team: @melisaakma @almujaddidi @joanaagustin @andriiyansyahmr @veeryanaa @zikrirahardian @timothytuahatu @edhobaronmack @kennpranoto @joshinoel @ridwan.kp @rizkasra @reviynatk @muhammadyusrul @chairunnisabels @san.lbs @noviola_esther @namanyaemailku @gabymarcelina @tyoadngrh @adityakosman
Principal: @realrichsjarief

Kategori
blog

Sapo House

We are excited to unveil RAW Architecture’s progress for Sapo Home. The images reveal the roof structure, with details carefully developed piece by piece in close collaboration with trusted craftsmen Inspired by the metaphor of a mountain, the roof integrates skylights with colorful glass patterns. The house’s silhouette expresses genuine values through the vernacular construction. The undulating canopy shades the ground floor, constructed through a restrained palette of steel, concrete, and bitumen finishes.

The house accommodates bedrooms, a gym, and a studio for prayer and gathering, forming a deeply personal retreat. “Sapo” in Karo culture, refers to a resting house where farmers could pause, reflect, and look out over their fields. This meaning shapes the vision of the home as a peaceful space for solitary remote work and a sanctuary to grow old in harmony together with nature.

Surrounded by arcades and terraces, the house is sheltered from the hot afternoon and evening sunlight. Preserved trees act as natural sunshades, while lattice elements filter daylight into the interior, creating a calm and inviting atmosphere. Building simulations informed the design, helping to optimize both daylight quality and thermal comfort throughout the house.

Team : @melisaakma@andriiyansyahmr@veeryanaa@zikrirahardian@irvitaingrid@timothytuahatu@joshinoel@chairunnisabels@putrakhairus@san.lbs@tyoadngrh@ridwan.kp Nielson @reviynatk@ahcaayran@rizkasra@rrianditaa@adityakosman
Project Lead : @almujaddidi@mu.zyd@namanyaemailku
Principal : @rawarchitecture_best

📷@luil_mn

Kategori
blog

Tyo Birthday

23 November menjadi salah satu hari yang spesial di studio kami—hari di mana kami merayakan perjalanan salah satu teman yang sudah berjalan cukup panjang bersama studio ini: ia adalah Tyo @tyoadngrh

Dari awal masuk pada Agustus 2021, ketika struktur tim masih belum seperti sekarang, Tyo sudah menunjukkan satu hal yang jarang dimiliki orang: keberanian untuk mencoba. Ia memulai perjalanannya bersama Kak Riyan di divisi Conceptual Design, lalu berpindah dari satu divisi ke divisi lainnya—bukan karena ragu, tapi karena ingin belajar seluas-luasnya.

Februari 2022 ia bergabung di Project Management; di tahun berikutnya, Februari 2023, ia masuk ke Design Development —menghitung RAB, menggambar polyline, hingga menyelesaikan detail sanitary. September 2023 ia bergabung dengan tim Episteme, Tahun 2024 ia sempat part-time dan kemudian masuk ke OMAH Library untuk penulisan dan branding. Sampai akhirnya di 2025, Tyo menjadi bagian dari tim Analytic, Visual, dan Design Communication—tempat ia terus tumbuh hingga hari ini.

Perjalanan yang panjang itu membentuk karakter yang semakin matang: Tyo eksploratif, cepat belajar, dan tidak pernah takut mencoba hal baru. Ia membawa energi ceria, mudah terbuka dengan teman baru, dan selalu peduli pada anak-anak intern—menyambut mereka, mengajarkan hal kecil dengan sabar, membuat mereka merasa aman di lingkungan baru.

Ia mungkin satu-satunya orang yang pernah mencicipi hampir semua divisi, dan justru dari situlah tampak ketekunan dan rasa ingin tahunya. Tyo bergerak dengan ringan, tapi kontribusinya terasa; hadir dengan santai, tapi membawa suasana yang hangat.

Lewat perayaan sederhana ini, kami bersyukur untuk pejalanan Tyo, untuk prosesnya, keberaniannya, dan untuk semua warna yang ia bagikan kepada semua orang yang ada di studio RAW.

Semoga di usia yang baru ini, Tyo semakin mantap melangkah, semakin luas eksplorasinya, dan semakin banyak kebaikan yang menyertai setiap prosesnya.

Happy birthday, Tyo!
Semoga tahun-tahun kedepan membawa cerita-cerita baru yang baik untukmu.

Kategori
blog

Reuni 25 Tahun Sang Timur

25 tahun yang lalu, kami semua lulus,
Dan kali ini kami merayakan reuni 25 tahun silver angkatan 2000 sang timur. Untuk yang datang kami menyambung rasa, kenangan, kehilangan. Campur aduknya dilengkapi dengan mendatangkan guru – guru kami dulu. Bu Meka, Mam Siska, Bu Thres, Bu Kris, Pak Agus, Pak Bagyo, Pak Yanto, Bu Katryn, Pak Heru, Bu Eny. Terima kasih ya kawan – kawan untuk berikan kenangan berkesan di akhir tahun 2025.

Juga panitia yaaa kawan2 semua.
@lanovialanovia @nofu @yesayadanu dkk yaa

Kategori
blog

Balai Kartini

Balai Kartini stands as one of Jakarta’s cultural landmarks, envisioned as a place of togetherness and the spirit of Kartini, symbolizing enlightenment and progress. Inaugurated in 1980 by Ibu Tien Soeharto, Balai Kartini was established under Yayasan Kartika Eka Paksi (TNI AD).

It underwent its first renovation through the initiative of Ibu Nora Tristiana, before the building later closed during COVID. After the pandemic, the renewal started under Ibu Uli Pandjaitan and redesigned by RAW Architecture.

The design explored the use of bioclimatic design, reducing thermal intake by replacing the old façade with fins inspired by Borobudur’s stupa forms. These elements reduce heat on the west side and define three new canopies at the main entrance.

The design consists of a renewed space for gathering and community with a woven tapestry of our archipelago, spreading from east to west with a concept of Adiwastra — from the Sanskrit words “Adi” meaning superb and “Wastra” meaning cloth.

The details captures all layers from mountains, to rivers, trees, boats, and human. The Wastra is transformed into display of weaving, batik, patterns across Indonesia from local masters. The essence reflects to our conversation with Asmoro Damais, a prominent role in UNESCO’s recognition towards batik.

Panels in the lobby, textile chandeliers inspired by Nias, printed fabrics in the corridors, and details referencing cap, stupa, and textured stucco, highlights the poetic expression of Indonesia’s cultural continuity.

Proportions and materials are preserved where possible, while new insertions act as bridges between eras. Natural light filters through the atriums, becoming the new medium of celebration, and gardens reintroduce softness and care.

Balai Kartini continues its founding spirit as more than a building. Through this renewal, the entire team of designers, engineers, and project managers is honored to carry its story forward, reflecting Jakarta’s present and its hope for the future.

Photographs :
1, 2, 6, 8, 16, 20 @aryophramudhito
4, 10, 12, 14, 15, 17 – 19 @luil_mn

@balaikartini.official @realricharchitectureworkshop

Kategori
blog

Zikri Birthday

Di antara dinamika ruang kerja yang terus bergerak, ada pribadi-pribadi yang memberikan pengaruh yang berarti. Mereka hadir, belajar, berproses, dan pada akhirnya meninggalkan jejak baik di lingkungan kecil kami.

20 November menjadi hari yang berarti di studio kami, kami merayakan perjalanan teman kami, Zikri @zikrirahardian yang bertumbuh bersama tim Sophia di studio kami.

Sejak pertama kali bergabung sebagai intern, Zikri menunjukkan karakter yang mudah disukai, ia adalah pribadi yang sopan dan punya kepekaan untuk membantu orang lain bahkan tanpa diminta. Ada ketulusan dalam caranya hadir di tengah tim.

Seiring waktu kami melihat sisi lain dari dirinya. Zikri adalah pribadi yang fleksibel, cepat menyesuaikan diri, dan mampu membaca kebutuhan tim dengan sangat baik. Sikap adaptif itu membuatnya menjadi seseorang yang bisa dipercaya untuk menyelesaikan banyak hal.

Ritme kerjanya cepat ketika standar tugas sudah jelas, dan meski kadang kecepatan itu membuat beberapa detail kecil terlewat, kontribusinya tetap sangat membantu tim di studio. Ia membantu tim bergerak lebih cepat, menjaga ritme kerja dan menguatkan proses kami setiap minggu.

Dalam setiap tantangan project, Zikri menunjukkan sikap yang tenang. Ia sabar, tidak mudah goyah, Tentu saja, tingkahnya yang tidak terduga sering membuat orang-orang di studio tertawa kecil, memberi warna dan energi positif di sela kesibukan kami.

Perayaan kali ini memang sederhana, tetapi rasa syukur kami tidak pernah berhenti. Syukur atas seseorang yang tumbuh sedikit demi sedikit, yang belajar setiap harinya, dan yang memberi dampak baik pada lingkungan kami.

Once again, Happy birthday, Zikri!
Semoga di usia yang ke-26 ini, Zikri semakin matang dalam melangkah, semakin bijak dalam bertindak, dan semakin banyak kebahagiaan yang hadir di hidupnya, dan untuk orang-orang yang ia temui di perjalanan hidupnya.

📸 oleh : @andriiyansyahmr

Kategori
blog

Miracle Birthday

Ini catatan pribadi papa, kalau Miracle besar semoga catatan ini bisa menemani Miracle dalam suka dan duka dan mengerti betapa kamu sungguh unik dan spesial. Miraclerich yang berulang tahun ke 10, dari apa yang papa baca dan pelajari dari banyak buku, jurnal, dan artikel inilah masa krusial untuk fase menata daya logika berpikir.

Menurut papa dan mama, Miracle adalah anak yang kreatif , dan suka bersosialisasi. Dan dari apa yang papa baca dari Ellen Kristi, ia menulis dalam buku “cinta itu berpikir” bahwa kepribadian anak adalah fitur yang membuat seorang manusia menjadi manusia. Menurutnya memandang seorang anak sebagai satu pribadi berarti melihatnya sebagai sesuatu yang tak akan terulang lagi, tidak ada duplikatnya, bukan produk pasaran, ia sangat unik, jenius, dan punya kebaikan spiritual.
.
Di balik kamar yang kecil dengan ranjang tumpuk Miracle tumbuh bersama heaven, ia menemani adiknya setiap hari tidur satu ranjang, juga siang malam kadang bermain sama kakak – kakak desainer di studio, ka mel, ka chai, ka, ataupun ka adit, tio dkk
.
Dengan majunya teknologi, Miracle suka sekali main komputer, papa mama takut sebenarnya bahwa miracle akan terdampak buruk, dimana impuls penyerapan pikiran menjadi dangkal, dan titik fokus menjadi berkurang. Hal ini dijelaskan Kristi pentingnya menyerap “great ideas”dalam buku yang bermutu. Untuk itu, Mama mengusulkan ikut kursus roblock, membangun “tower, castle” sampai Miracle ingin berlatih musik drum, membaca buku.’ semua adalah untuk membantu menikmati ide, mendapatkan titik fokus, dan bahagia dalam alam yang serba cepat dan membutuhkan kolaborasi.

Kali ini Papa Mama kasih satu komputer supaya Miracle bisa berekspresi riset mencari informasi. Dan apa yang papa mama berikan adalah komputer dulu dipakai kakak – kakak desainer, spesifikasinya cukup untuk usia Miracle jd bisa membangun dunia roblocknya.

Papa mama berkeyakinan bahwa anak-anak memiliki waktu, dunia, dan cara melihat teknologi yang melewati generasi orang tuanya, Miracle akan lebih pintar, lebih adaptif dibanding generasi papa mama. Seperti namamu, kami memberikan keyakinan dan kasih. Tuhan sudah punya rencana untukmu, kami berserah seutuhnya.

Kategori
blog

Cerita Arsitektur Modern 2

Terima kasih Pak Budi Sukada @budisukada, telah memberikan salah satu kelas terbaik di OMAH Library @omahlibrary. Beliau mengajarkan pentingnya sejarah dan bagaimana menggunakannya dalam refleksi perancangan yang strukturalis. Ia mengandalkan referensi, dan menggali satu persatu melalui kejadian yang spesifik, aktor yang spesifik, serta tahun yang spesifik.

Ia membahas orang-orang yang berpengaruh menggeser pranata arsitektur saat itu seperti William Morris, Philip Webb, juga Violet-Le-Duc dengan penemuan gramatika, Peter Behrens dengan gagasan gestalt, penggunaan beton, dan bahasa inovasi yang semakin jujur, menekuk tajam, serta sesuai dengan konteks dan problematika yang kritikal. Ia menggarisbawahi Art and Craft Movement yang bergeser peruntukannya dari kelas ekonomi atas ke kelas menengah sehingga mendorong kepraktisan olah material, produksi yang lebih banyak, dan lebih merepresentasikan budaya modern masyarakat. Ini dibahas dalam buku Herman Muthesius, Style-Architecture and Building-Art (1902) yang memperkenalkan semangat masa kini (Zeitgeist). Mesin hanyalah alat yang mempermudah produksi, yang terpenting adalah alam pikiran manusia yang mampu membayangkan bentuk yang dapat dibuat dengan mesin, yaitu Sachform (undercorated parctical form).

Banyak istilah yang muncul di kelas ini membantu menjembatani alam pemikiran dan realitas, menggali apa yang masih di angan-angan menjadi dalam dan bermakna. Pada akhirnya, Pak Budi menggarisbawahi pentingnya kejujuran, kelugasan (Sachlichkeit) dan kepekaan artistik yang murni, yang partikular dan beralasan. Atau keluagasan ini digarisbawahi sebagai gaya bahasa desain.

Terima kasih Pak Budi Sukada akan kelas yang bernas!

Kategori
blog

Jakarta Dini Hari

Sedikit kegelisahan, udara, menjadi mahal. Di balik ruang kota yabg terus ditata ada hal – hal mendasar juga yang perlu terus jadi kesadaran baru yang lebih baik. Sesederhana mengolah sampah semampu kita.

Baru belajar pake capcut ^^ukses jadi arsitek hebat.

Senang juga bisa ketemu Pak Agus, Mas @farid.nazaruddin , dan Pak Pudji, cerita sahabat, perjuangan edukasi. Dan, Saya juga ikut belajar dari presentasi pak Bambang dan pengalamannya di Kampung Kota dari visi sampai mandiri, dinamika perjuangan yang hebat !

Ini semua untuk anak2 UIN. Terus maju ya anak2 UIN, @himahajaraswad terus fokus belajar.

Kategori
blog

Shafira Birthday

Setiap pertemuan selalu memberikan makna berharga bagi kami, teman-teman yang baru kami temui di guha, juga teman-teman yang sudah berjalan bersama kami. Semoga dengan merayakan hari yang membahagiakan ini dapat meneruskan aliran energi baik.

16 November 2025 menjadi salah satu hari yang istimewa, hari ketika kami merayakan perjalanan seorang teman yang tumbuh bersama tim Desain Sophia di Studio RAW Architecture, ia adalah Shafira @veeryanaa

Saat pertama kali bergabung, Shafira mungkin terlihat pendiam di lingkungan baru. Namun seiring berjalannya waktu, di balik ketenangannya, ada karakter yang mandiri dan memiliki resiliensi yang kuat. Ia belajar menghadapi banyak tantangan, dan setiap proses memperlihatkan betapa seriusnya ia ingin bertumbuh.

Setiap proyek yang dijalani Shafira tidak pernah mudah. Ada dinamika, revisi, dan berbagai tuntutan. Namun Shafira selalu kembali dengan konsistensi—menyelesaikan tugas dengan hati-hati, teliti, dan penuh tanggung jawab.

Kritis dan penuh rasa ingin tahu, Shafira menjadi salah satu suara yang kami percaya dalam menghadapi tantangan desain keseharian. Ia membawa perspektif baru, ide-ide segar, dan pendapat jujur yang membuat tim semakin kaya warna. Kehadirannya bukan hanya menambah tangan yang bekerja, tetapi juga menghadirkan keberanian baru dalam melihat masalah dan merumuskan solusi.

Perayaan ulang tahunnya mungkin sederhana, tetapi rasa syukur yang kami rasakan tidak pernah sederhana. Syukur atas perjalanan seseorang yang tumbuh sedikit demi sedikit, yang belajar memahami dirinya sendiri, dan yang membawa pengaruh baik bagi lingkungan kecil kami.

Semoga di usia yang ke-25 ini, Shafira semakin dewasa dalam melihat dunia, semakin bijak dalam melangkah, dan dipenuhi banyak kebahagiaan—untuk dirinya, dan untuk banyak orang yang akan ia temui ke depannya.

Happy birthday, Shafira!
Semoga tahun ini menjadi tahun yang penuh cerita, pertumbuhan, dan kebaikan yang menyertaimu setiap hari.

📸 oleh: @andriiyansyahmr@edhobaronmack

Kategori
blog

Refleksi Minggu Pagi

Silau kena cahaya pagi, releksi sederhana di hari minggu, waktu, rambut memutih, hidup bahagia. have a great weekend ^^

Kategori
blog

RJ Bioclimatic Home

Recently, RAW Architecture has just completed the concept phase of the RJ Bioclimatic Home. Each project feels like planting a new seed, shaped by its own process, people, methods, and context. On this site, the sun angles in diagonally and our design adjusts the massing by 50° to true North, aligning the home to its coolest orientation.

This rotation opens a “borrowed vista” toward the courtyard, connecting spaces such as the sunken living room with circular vistas, the staircase with an integrated bookshelf, a poetic book-nook landing, and a set of sleeping and living spaces layered with compartments. Above, a dual realm of healing, resting, and working brings the family together around a central garden.

Through these diagonal forms, we positioned the massing away from direct sunlight, potentially reducing heat from 32°C to comfort 27°C. This axis provides privacy in the North-South direction while revealing glimpses of life along the East-West. The clarity of massing, envelope, details, and brick materiality reinforces this bioclimatic intent.

Reflecting on this project and our works since 2012, nurtured by readings like Strange Details, Poetics of Architecture, and Material Imagination, we are reminded that poetic space, material play, and climatic sensitivity have always been at the heart of our practice. This scheme, through many iterations, leads us into an “upgraded reality,” a fresh outcome born from deep, persistent reflection.

Team: @melisaakma@almujaddidi@joanaagustin@andriiyansyahmr@joshinoel@putrakhairus@k.ezraa@veeryanaa@zikrirahardian@irvitaingrid@timothytuahatu@edhobaronmack@ridwan.kp@rizkasra@reviynatk@carmelinagabriellah@adityakosman@tyoadngrh

Kategori
blog

Open House: Davio House

Open House Davio bertajuk “Flow -The Creative Fragments” adalah Open House ketiga RAW Architecture setelah Rumah Ngumpar dan Rumah Lumintu di 2025.

Sejak 2011, kami memiliki kegelisahan akan bagaimana kreativitas arsitektur bisa dipahami lebih dalam, dari sudut pandang teknologi, pendekatan personal, juga proses desain. Hal ini terwujud dalam bentuk tulisan, buku, dan sebagian dalam bentuk detail dan karya. Inisiasi ini mulai terjawab satu persatu dalam kesempatan untuk mengadakan “Open House” di rumah karya kami yang dinamakan Davio, dan energi baik ini akan berkumpul menjadi satu pada 29 November 2025.

Pemilik rumah, pak david akan berbagi tentang optimalisasi penggunaan tenaga surya dalam bangunan dan Kak Realrich dan tim gabriela berbagi tentang The Creative Fragments, tentang sebuah ide dasar dan jarak antara gagasan ideal dengan kenyataan yang terjadi dalam alam klien, alam tim, alam biaya, dan alam waktu, dan alasan mengapa perpaduan material begitu banyak hadir.

Proyek ini spesial karena membicarakan soal bagaimana kanopi dapat menghadirkan kenyamanan termal, dan perpaduan materialnya dari bambu, bata, acian ekspos juga menjadi satu manifestasi yang kami percayai hadir dari pancaran proyek-proyek kami sebelumnya.

Open House ini bukan sekadar memamerkan fisik bangunan. Ia menjadi ruang berdiskusi dan berefleksi, juga untuk mendapatkan perspektif desain yang lebih kaya. Di sinilah arsitektur diuji secara nyata, apakah ruang tumbuh dan hidup, sekaligus dievaluasi apakah desain bekerja sebagaimana mestinya.

Rumah ini dirancang untuk menurunkan suhu alami melalui sirkulasi udara dan tata ruang terbuka. Lantai dasar terangkat menciptakan koridor angin dengan ruang komunal diatasnya. Lantai dua dilengkapi balkon sejuk sekaligus ruang berkebun dengan bukaan untuk pohon tumbuh. Sementara atapnya dilengkapi panel surya sebagai sumber energi berkelanjutan.

Pengunjung akan diajak berkeliling serta memahami batas-batas dalam proses perencanaan dan konstruksi. Seluruh rangkaian acara akan didokumentasikan sehingga yang belum berkesempatan hadir tetap dapat menyaksikannya.

Pendaftaran: bit.ly/OpenHouseRAW
(gratis – kuota terbatas)

📷 @luil_mn

Kategori
blog

Sharing di Unpar

Kemarin ke unpar, dan sharing untuk kelas pak Chris, dan tim dosen, ketemu Suwardi, one of our beloved big brother di himpunan ima g, kita sudah lama ngga ketemuan 20 tahun lamanya. Waktu berubah, kenangan masih sama. Sharing kali ini untuk anak2 unpar adalah soal metode desain, mereka ada di tugas akhir sebuah proses penting di akhir perjalanan belajar arsitektur.

Terus maju ya anak2 kampus arsitektur Parahyangan, pray for your progress, teacher chris and friends, and also the teaching. Terima kasih sudah diundang.

Selain itu hidup berjalan seperti biasa. Pagi bertemu satu klien, zoom meeting, workshop di alicante, sampai berkunjung ke ITB, kehangatan kampus tidak berubah, ngobrol2 panjang soal idealisme, teknologi, sampai realita proyek. Dari jaman lab multimedia, arsitektur itb tidak banyak berubah, kuncinya adalah apa yang ada di balik layar, struggle, truth, and willingness to learn. Di balik itu ada banyak cerita di balik layar dan tawa juga tangis, kesedihan, dan ego yang pasang surut di era teknologi yang berubah cepat “survival, adaptif, “^^ Diajakin juga melihat struktur knock down yang dibongkar pasang setahun sekali.

Satu refleksi mungkin ke depannya dengan keterbatasan tempat, ide workshop/botega jadi penting, struktur bongkar pasang, persiapan di tpt berbeda, konstruksi di tempat berbeda jd hal yang berharga.

Banyak hal terjadi dalam beberapa jam di Bandung ^^ kangen terus

@chris_hendrawan@suwarditedja@widiastuti_indah erica yunita firman ❤️ @arsunpar@architecture.itb

Kategori
blog

The Progress of Noah Kindergarten

We are excited to share the progress of Noah Kindergarten. The kindergarten project is located in Cipinang, East Jakarta. The project stands like an ark, welcoming its future students such that of a cave and canyon, enveloping them with the best possible environment. We do things for our children wholeheartedly, creating an ecosystem for them through the beautiful premises in which our architecture touch:

1. Our approach responds thoughtfully to Indonesia’s tropical climate through a series of strategies to achieve a Bioclimatic architecture. Slanted terraces and façades respond to tropical challenges, shading the harsh west sun and cooling corridors between classrooms and the exterior—creating a bioclimatic design that minimizes reliance on air conditioning. The south-facing roof channels indirect light into the auditorium, filling in a calm and even glow.

2. The design evokes a non-judgmental environment defined by soft, flowing curves that merge naturally into the site. Dots become lines, and lines transform into volumes, reflecting a continuous spatial evolution that invites curiosity and exploration.

3. The details of each edge are crafted to ensure durability while expressing the story of Indonesian craftsmanship. Inspired by Wastra, the woven narrative of the archipelago, the design captures a journey from the mountains to the rivers, and to the islands beyond. No corner is the same and each one holds its own story. The beauty presents itself in the details, and should be experienced at the scale of both children and nature, creating a living symbiosis between craft, space, and experience.

RAW and Noah School’s values resides in these subtle and intricate gestures rather than the big grand moves. Through this approach, the project finds its soul, ensuring the best way to do this special project.

Client: @sekolahnoah
Design: RAW Architecture – @realricharchitectureworkshop
Structural Engineer: @vindicontractor
MEP: @narama_mandiri

#realricharchitectureworkshop#RAWarchitecture#kindergarten#kindergartendesign#schooldesign#architecturaldesign

#rawcasestudy31

Kategori
blog

Happy Birthday Chai, Pak E, Nurul, Alya, dan Kamil

Studio kami merayakan hari ulang tahun lima orang spesial. Mereka adalah @chairunnisabels, Pak Effendi, @septia.ti@rrianditaa, dan @ridwan.kp. Dalam ucapan selamat ini, terselip doa untuk mereka semua agar selalu diberi kesuksesan, kesehatan, dan kebahagiaan.

Chai adalah pribadi yang tenang, namun di balik ketenangannya tersimpan semangat belajar dan ketulusan untuk memahami orang lain. Ia punya cara sederhana tapi bermakna dalam membuat orang di sekitarnya merasa nyaman. Dari Chai, kami belajar bahwa kesungguhan tak selalu hadir dalam kata-kata besar, tapi justru dalam tindakan kecil yang dilakukan dengan sepenuh hati.

Pak Effendi, atau akrab disapa Pak E, adalah sosok yang terasa seperti Bapak di dalam tim kami, karena wibawa dan ketulusannya yang alami. Meski begitu, tak ada jarak di antara kami. Kami bisa bercanda dan tertawa bersama tanpa sekat usia, karena beliau selalu hadir dengan hati dan semangat yang hangat.

Nurul dikenal sebagai sosok yang peduli dan rendah hati. Ia selalu menyapa dengan senyum hangat, tak pernah pelit berbagi ilmu, dan selalu siap membantu ketika ada kesulitan. Ia mampu menjadi pemimpin yang memastikan pekerjaan selesai tepat waktu, sekaligus teman yang mau mendengar dan memberi nasihat dengan tulus. Di tengah keseriusan bekerja, terkadang ia pun kerap mencairkan suasana lewat tawa dan cerita lucunya.

Alya adalah sosok yang kami kenal mahir dalam bermain piano dan fotografi. Ia juga adalah seorang yang penuh fokus dan ketelitian. Di saat yang lain beristirahat, ia masih setia merevisi gambar, mengulik lighting foto, atau sekedar membaca hal random tentang jamur kesukaannya. Di balik kesibukannya, Alya punya sisi lembut yang menenangkan. Kadang ruangan bambu berubah jadi mini konser karena permainan pianonya, kadang jadi tempat ngobrol seru soal musik orkestra, dan berbagai kisah unik lainnya yang hadir bersama dirinya.

Terakhir, ada Kamil, rekan kerja, teman, sekaligus chef andalan yang tak pernah gagal bikin suasana ramai di kantor. Namun di balik itu semua, ia adalah sosok yang hangat, kreatif, dan penuh inisiatif.

Sekali lagi, selamat ulang tahun, Chai, Pak E, Nurul, Alya, dan Kamil!💛

Kategori
blog

Noah Children Development Center

RAW Architecture unveiled NCDC Project (Noah Children Development Center) which host the children development clinic, a place together with @sekolahnoah where children is nurtured and the child’s authentic language emerges through exploration and expression. The NCDC provides proper structure for young learners during their critical developmental years.

The design features an inviting open space with neutral tones and textures as a blank canvas, creating a safe, comfortable environment for children’s imagination. The architecture prioritizes child ergonomics with low sightlines, soft curves, and intuitive layouts that encourage free movement without being overwhelmed.

The center ensures thermal comfort through thoughtful design suited to the local climate, using strategies of shade and stack ventilation to create pleasant microclimates. Drawing from nature, the NCDC uses metaphors of flowers and trees, symbolizing growth and stability. Like seeds in fertile soil, early education plants knowledge that grows into fruits of culture, while trees offer great shade and rooted support.

Key spaces at the NCDC spark discovery. The importance of expressiveness is highlighted through spaces like theaters that guide the child’s development. Flexible therapy spaces as classrooms encourages collaborative learning. These methods are how the NCDC weaves a big, warm web of support for the child, supporting authentic language of the children.

@sekolahnoah@realricharchitectureworkshop

#realricharchitectureworkshop#RAWarchitecture#kids#parenting#earlyeducation#childcare#childcenter#developmentcenter#childdevelopment

#RAWCaseStudy77

Kategori
blog

Cangkrukan Malang

Ini anak2 UIN Malang dan peserta seminar, mereka anak2 yang terus mau belajar dengan serius dan hebat, terlihat dari energi, persiapan, pertanyaan, dan diskusi di acara @cangkrukan.mlg ,
.
Presentasi arsitektur kali ini saya cerita tentang kota, arsitektur, apa yang ideal dari keduanya dan merangkai mimpi yang ada dari kepercayaan klien, proyek, dari prototipe yang ideal. Ada 4 hal penting jadi refleksi problem praktik di studio kami, 1. Perjuangan menggali esensi dari dalam 2. Kota kita bermasalah, polusi bumi, air, udara 3. Arsitektur itu kolaborasi 4. Keseimbangan teknologi lokal yang terjangkau
.
Cerita yang diberikan adalah negosiasi antara hal nyata dari para guru, soal sikap dan inovasi,brikolase romo Mangun, toleransi Pak Eko Prawoto, Konstelasi Yogyakarta dan tensi kapital dan polusi kota sampai pengembangan ilmu konsep arsitektur yang diturunkan terus menerus prototipe konsep desain “generic city”, neighbourhood unit, pedestrian pocket, Evolusi Metode, realitas praktik yang menantang, ketukangan studio, sampai ke pentingnya literasi, buku, perpustakaan, dan sekolah.
.
berharap semua yang direnungkan dan dibagikan di sesi kali ini bisa dijadikan bahan diskusi, refleksi, dan turut mendoakan adik2 yang masih muda ini terus fokus, belajar, dan sukses jadi arsitek hebat.

Senang juga bisa ketemu Pak Agus, Mas @farid.nazaruddin , dan Pak Pudji, cerita sahabat, perjuangan edukasi. Dan, Saya juga ikut belajar dari presentasi pak Bambang dan pengalamannya di Kampung Kota dari visi sampai mandiri, dinamika perjuangan yang hebat !

Ini semua untuk anak2 UIN. Terus maju ya anak2 UIN, @himahajaraswad terus fokus belajar.

Kategori
blog

Kenn Birthday

Tanggal 18 Oktober lalu, menjadi momen kecil yang berarti di studio kami. Di tengah ritme kerja yang padat, kami berhenti sejenak untuk merayakan perjalanan seorang teman yang tumbuh bersama kami. Ia adalah @kennpranoto, anggota tim desain Sophia di Studio RAW.

Setiap perjalanan selalu menyimpan cerita tentang bagaimana manusia tumbuh. Setiap harinya, kami bisa melihat setiap gestur kecil, bagaimana Kenn mendengar, serta kesungguhannya mengerjakan hal-hal detail, yang lahir dari hati yang ingin belajar dan memberi.

Ia tumbuh bersama waktu, tantangan, harapan, dan juga bersama teman-teman yang percaya padanya. Kehadirannya di tim Sophia bukan hanya menambah satu tangan yang membantu, tetapi juga menghadirkan kesejukan bagi seluruh tim.

Perayaannya sederhana, diiringi tawa, lilin, dan kue kecil di tengah sore yang hangat. Tapi di balik kesederhanaan itu ada rasa syukur yang besar atas perjalanan manusia yang saling belajar, saling bertumbuh, dan saling menjaga.

Kami berdoa agar setiap langkah Kenn selalu dipenuhi kegigihan untuk terus belajar, kebijaksanaan untuk memahami, dan ketulusan untuk memberi. Semoga di setiap tahun yang datang, Tuhan selalu menjagamu dalam terang yang lembut, dalam hati yang jujur, dan dalam kasih yang tak terhingga.

Selamat ulang tahun ke-22, Kenn.
Semoga tahun ini dan seterusnya menjadi tahun yang luar biasa!

Kategori
blog

Amphiteater for the Children Library

RAW Architecture’s design for the amphitheater for the children library is ready for use, the kids can play here ❤️. a result of the craftsmanship of carpenters and welders using a shell structure made of stiffening rods, spanning 8 meters with seating as beams.
.
In this case, inexpensive and simple wood can serve as a filler for the railing structure, mutually reinforcing each other. Steel acts as the primary structure, while wood serves as the secondary structure supporting the steel to maintain structural stability. It not only supports gravitational loads but also lateral loads, such as those on staircase supports, which can sometimes be supported very thinly.
.
In detail, RAW designed the steel, which serves as the primary element, to have the same thickness as the wood, at 10 cm. Steel measuring 5×10 cm meets wood of the same size, supported by wood measuring 5×7 cm as a tertiary element.
.
This combination can mutually support each other as long as the wood is bonded at intervals of approximately 35–40 cm. In this project, we used leftover scaffolding materials arranged in such a way and will later be complemented with glass covering material. This composition forms an interlocking pattern, ultimately creating wastra/patterns resulting from its functional elements.
.
Detail by #realricharchitectureworkshop
@dot_workshop

Kategori
blog

Privilage

Privilege itu dianterin pagi2 sama istri dan anak2 ke bandara, weekend trip ^^ buat acara Cangkrukan Malang ^^ can’t wait for tommorow home coming.❤️
.
Pagi ini bangun, kordinasi kerjaan, anak2 tim beres, klien beres, kerjaan ga pernah beres2 , terus harus kordinasi dan ingetin, senengnya akan ketemu temen2 baru, kawan lama, menerus jadi ide baru ^^ Hal ini dibahas oleh Jim Collings dan Jerry I. poras, di buku Built to Last mengenai perusahaan Boeing, Johnson & Johnson, Motorola, Disney, Walmart, Sony. Ada perusahaan yang bisa merubah keadaan, menjadi inovator, merubah paradigma dan menjadi yang terdepan karena proses kreatif yang fokus ke inti jiwa manusia, perusahaan, komunitas yang progresif.

Inti dari temuan Collins adalah bahwa perusahaan-perusahaan ini berhasil karena mereka memiliki proses membangun perusahaan itu sendiri sebagai produk utama, didukung oleh visi ideologi inti yang kuat (core ideology) dan budaya yang intensif (cult-like culture), sambil terus mendorong kemajuan dan perubahan dalam tim. Proses leadership menjadi penting di balik semua itu, kepemimpinan substansial, menyelesaikan masalah dengan membangun sistem dengan kritis, perlahan – lahan namun drastis.

terus semangat semua happy weekend ya.

Kategori
blog lecture

Cangkrukan “Design to Regeneration: Reviving Nature, Inspiring Change”

Studio RAW Architecture berkesempatan untuk berbagi dalam acara Cangkrukan di Malang pada tanggal 25 Oktober 2025, Bersama dengan Ir. Bambang Irianto, dengan tema: “Design to Regeneration: Reviving Nature, Inspiring Change”

Tema ini mengajak kita untuk kembali meninjau bagaimana arsitektur menjadi bagian dari proses regenerasi, bukan hanya melalui bentuk, tetapi juga melalui cara berpikir, materialitas, dan hubungan kita dengan alam.

Perubahan selalu terkait erat dengan waktu dan sumber daya, dua hal yang begitu spesifik dalam konteks Indonesia. Reviving nature bukan hanya mengagumi alam sebagai inspirasi, tapi menjadikannya sebagai tujuan dari proses perancangan itu sendiri.

Prinsipal RAW, kak Realrich melihat komparasi kritis dengan merujuk pada pemikiran banyak praktisi. Seperti, kita belajar tentang bagaimana urban forestry dan natural riparian bisa menjadi cara untuk menyatukan bangunan dan lanskap secara alami, bagaimana pendekatan ini tidak hanya memengaruhi praktik di Sri Lanka, tapi juga menyebar hingga ke Bali, Singapura, dan Malaysia. Dari Pak Eko Prawoto, kita diajak untuk membaca tapak secara lebih peka—melihat konteks dan menghubungkannya dengan ide-ide seperti milik Doxiadis – Pikionis tentang sistem angular dan wide angle, sebagaimana kuil-kuil Yunani yang mengarahkan pandangannya ke titik-titik tertentu untuk menciptakan harmoni ruang dan lansekap.

Di Indonesia, Romo Mangunwijaya mengingatkan bahwa praktik arsitektur adalah juga soal ketukangan. Ada kesadaran bahwa berpikir kritis adalah bagian penting dari proses menciptakan sesuatu yang tidak hanya indah, tapi juga relevan, kontekstual, dan bertanggung jawab.

Dari warisan pemikiran itu, kami merenungkan kembali praktik studio kecil kami di Jakarta, Bandung, Tangerang, dan berbagai kota lainnya, bahwa setiap proyek bukan hanya tentang menyelesaikan ruang, tapi juga menciptakan pengalaman yang bermakna bagi semua. Dan dari situ, kita terus belajar mencari komposisi yang selaras agar alam, manusia, dan budaya bisa hidup berdampingan.

Kami mengajak teman-teman di Malang untuk bergabung bersama dalam acara Cangkrukan, dan daftarkan diri melalui tautan atau QR code yang tertera pada poster.

Kategori
blog

RAW Analytical Framework – Details, Thermal, Wind Pressure

In RAW Architecture, we produce 3 main analytical framework, such as responses towards attentions to Details (Tectonics), Thermal conditions, and Wind Pressure. It is a lesson learnt that we implement in all of our projects.

In context of this case study, Jakarta exemplifies the challenges such as :

1. Details of Critical resources, our design depart from the fact that our context, Indonesia, is a postcolonial country, and we recognize its lack of resources. To focus on craftsmanship is a way to design in creative way with critical thinking senses. RAW’s core value has been shaped by the intangible knowledge of the craftsmen, artist, and design and we prioritize craftsmanship process over expensive materials. This approach coins to Pluralism architecture that involves diversity in construction, using whatever in our excess to create buildings that are inclusive and connected to their context, combining high-tech systems with low-tech basics.

2. To achieve thermal and wind pressure comfort in Jakarta, a hot-humid tropical climate (23–33°C, 70–85% humidity, 0.2–0.8 m/s winds), the work of RAW embraces the needs and constraints of our context. We are aware of keeping the indoor temperature towards 27°C, and relative humidity must be kept at 30-60% to avoid dryness and dampness, is essential in maintaining maximum comfort through strategies that allows for microclimate to exist. The architecture must employ passive strategies such as stack and cross ventilation to carry steady cooling inside the building. To add to our efforts, we work with active strategies such as fans to help regulate fresh air. Our analytic team approach designs through the studies of comfort. The team uses modelling and simulation to review design from the lenses of data, to model these strategies more accurately to test its impact to our designs.

Credits to RAW Analytic team:
Principal : @rawarchitecture_best
Analytic Team : @adityakosman@tyoadngrh@rrianditaa
Team : @ha.ykal@noviola_esther@carmelinagabriellah@farrashsal
Other Lead : @melisaakma @almujaddidi @andriiyansyahmr @joanaagustin @gabymarcelina @putrakhairus @mu.zyd @muhammadyusrul @joshinoel @chairunnisabels @namanyaemailku

Kategori
blog

Reflections from Kolkata.

A few months back, during an invitation to Kolkata, my flight was delayed for 14 hours — and quite unexpectedly, I met Pavel ( @pavelpedia ) along with his family (@mukherjee_smriti) + team Sayan (@shadow_paint_).

After RAW Architecture’s lecture on design perspectives in Kolkata, India, we continued the conversation at the terminal through a podcast session. Pavel has a fascinating way of building inspiration behind his films — using podcasts as a kind of backbone, a space to think aloud and weave ideas.

This post is my small gesture of appreciation for their effort to document a way of sharing struggles, processes, and inspirations — many of which I only discovered during that conversation. We talked about so many things: how to appreciate architecture, the sense of wonder and struggle within it, the tension between global inspiration and local action — and how critical thinking can lead us back to architecture rooted in culture and nature.

Our conversation flowed through the Mahabharata, the Seven Wonders, education, libraries, hermitage, postcolonial conditions, and even children’s education. It all ended on a reflective note — about the meaning of life, the joy of meeting new people, and how every encounter brings new energy.

Pavel is an Indian film director and screenwriter who primarily works in Bengali-language films. He made his debut with Babar Naam Gandhiji, followed by many others.

Thank you, my friend — and to the team and all the beautiful people behind it. You can listen to our podcast through the QR code below. Have fun, and enjoy the conversation.

Note: I still owe a reflection on the trip to the Santiniketan constellation, Bidyut Roy and Lipi Biwas’s home and works — brought to us by Swagata Mam, Lakshmi, Priyak and Riya. Thank you.


(Ep. 40), we cross oceans and cultures – from India to Indonesia –
Host: Pavel
Producer: Jaspreet Kaur & Pavel
Cinematography: Sayan Bose
Assistant DOP: Ayush Gupta
Research & Creative Head: Smriti Mukherjee
Edit: Pallab Bose
Team: Arko Kiran Guha, Sumit Chowdhury & Priyanka Bhattacharya

Kategori
blog

Reflection

Mendapatkan testimonial seperti ini memberikan keteduhan, angin sejuk dalam keseharian kami, tidak diduga tidak disangka ada yang mengapresiasi ruang kecil di boboto, ia hadir dengan semangat kesederhanaan, setiap ruang dan tumpukan bata, adalah keringat dari pengrajin dan jejak baik orang lain. Semoga keteduhan yang diberikan perpustakaan ini memberikan ketenangan batin untuk orang lain tuk kembali menjalani hari demi hari ke depan.

Kategori
blog

Happy Birthday Billy

Happy birthday Billy, all the best for the future, Billy is eldest son of om Frans Wirawan. Billy dan Om Frans berdua banyak kesamaan, dari cara mengamati persoalan, menilai, dan membuat rencana – rencana. Ia memiliki kelebihan dalam interpretasi seni dan melihat komposisi, proyek dari sudut pandang proses. Billy juga finy, dan Ita kerap berkolaborasi dengan saya dan tim, ia membuat setiap pertemuan adalah saat menggali ide – ide dan realitas baru. Ia suka fotografi, juga design thinking, reading, and look at artistic space, material, and its constelation.

Ia bisa sangat menghargai ide, dan juga memiliki toleransi akan realitas yang ada. Racikannya membuat proyek – proyek yang unik, otentik dengan dasar akar yang kuat. Akar ini berbasis pada fungsi, sudut pandang, dan niat untuk bereksplorasi. Ada cerminan apresiasi tersendiri untuk tim, untuk orang sekitar sembari terus personal.

Melihat proses cara pandang, melihat bisnis, lingkaran keluarga dan bagaimana memandang kehidupan, dengan wonderball, saya melihat gerakannya, cara pikir, dan sikap sebagai satu legacy dengan inisial W yang sama, Wirawan fam, keluarga Wirawan. Dari rumah kotak bermaterial kayu, saya mengenal Billy, tante Giok, om Frans, Finy, Ita dan lingkaran2 keluarga besarnya. Architecture is struggle process, a way of life, show humanityband progress in every aspect.

Bil, if you father still here, he will be super proud of you Bil. He is smiling in heaven now, Thumbs up, we miss him so much day by day. Have fun today greeting for you and big fam ^^

Photos :
1. Meet up
2,3,4 With Billy in Wonderball
5. Photograph of wood box house : @ericdinardi@bacteria.archphotography

Kategori
blog

Wonderball Padel Court

Raw Architecture introduce our collaboration on @wonderballpadel project that consist of two padel courts, plus an F&B experience with artistic architecture experience. The project comes with a hypothesis, of how to combine the programs within the not so big lot, while integrating it with a sustainable design strategy.

  1. Positioned along the east-west axis, the courts are integrated within the landscape + facade design that acts as a climate filter. They are enveloped by a thoughtfully composed skin of curved shape brick,plastic, perforated metal panels, and Sukabumi stone, which allow airflow, add texture, and enhance tactile quality.
  2. The design creates a comfortable playing environment, supported by active 4 cooling fan to get cross active air circulation and air stack effect
  3. A transition from the entrance into the court is made through a non-obstructive, glass and curved canopy, creating a subtle boundary that invites spectators, players, and passersby. Inside, a small gallery space offers a curated retail and lobby with the skylights above, while a concealed back-of-house service at the front efficiently supports the F&B.

Client : @wonderballpadel
Architects: @realricharchitectureworkshop
Structure Consultant: @vindicontractor
General Contractor: @vindicontractor

Client Team :
@globewanderer.billy @finywrwn @fwirawanthe3rd @haryosuryoputro @audreyjk
RAW + DOT Team :
Principal: @rawarchitecture_best
Conceptual: @andriiyansyahmr @veeryanaa @timothytuahatu
Detailing: @melisaakma @chairunnisabels @tyoadngrh @san.lbs @namanyaemailk @noviola_esther
Design Supervision: @melisaakma @almujaddidi @putrakhairus @san.lbs @namanyaemailk
Team: @joanaagustin @joshinoel @rizkasra @zikrirahardian @ahcaayran @irvitaingrid @adityakosman @tyoadngrh @rrianditaa

Kategori
blog

Ditemenin Istri dan 2 Anak Malaikat ke Kuburan Karya Aldo Rossi

Miracle dan Heaven dengan dunianya, kita harus banyak belajar dari mereka dan keluguannya, kreatif, bahagia, dengan bahasanya sendiri.

Kategori
blog

Refleksi dari Pak Johan Silas – Harapan Untuk Terus Bergerak

Melihat akhir-akhir ini… Dinamika politik, energi batin yang Banyak membuat hati kecil orang – orang kecewa…

Suara Tuhan yang Maha Kuasa memberikan jalan ini semoga bisa terus membuat ketenangan batin bangsa, dan sekitar…

Indonesia negara besar, plural dan sangat indah… Tuhan berkati kita semua. Sehingga semesta bisa terus membolehkan… Kita semua untuk terus Tumbuh dan belajar…

Ketika melihat guru kami, salah satu pengajar terbaik arsitektur di Indonesia , pak Johan Silas dengan semangatnya dan mengajak untuk terus membongkar stagnasi dengan melihat isu kota, permukiman, kampung, proses membangun bersama. Umur 89, kuat mengakar, dedikasi ke pendidikan, pemerintah kota, arsitektur, dan kedisiplinan-titik fokus. dan selalu berdiskusi dengan mas Mohammad Cahyo Novianto, membuat saya selalu tersenyum, bahagia, dan kembali melihat selalu ada harapan, dan mari terus bergerak. @madcahyo

Kategori
blog

Topi dari Ama Tersayang

Topi dari ama tersayang ^^, kemarin saya terapi ke rumah ibu kami, ia memberikan topi ini, topinya yang dipakai untuk menangkal silaunya matahari, dan dipakai oleh anak – anak dengan ekspresinya sendiri. “Yang udah liat foto anak – anak ? “ laurensia fotoin ini, kadang saya miss dari momen-momen lucu mereka. Dan tiap liat foto anak – anak, saya selalu bisa senyum. Hari ini ke Pontianak, acara sharing ketemu kawan – kawan lama, urun rembug sama mas Cahyo dan Yoris, dan kawan – kawan profesi, akademia, dan anak – anak muda luar biasa. See soon @laurensiayudith besok, miss you already ^^

Kategori
blog

Equator Architecture Forum – IAI Kalimantan Barat

Antara bisnis dan proses mengayomi, keduanya menjadi bahan yang membuat saya merasa perlu untuk lebih hati-hati. Hubungan antara studio dengan keluarga, antara luar dan dalam perlu dijaga keseimbangan di banyak hal. Jujur saya mengalami kesulitan, dan semua pasti pernah berada di masa “ke engah-engahan” untuk menyeimbangkan banyak sekali ekspektasi. Dalam tawa lepas, dan air mata lelah. Sungguh rasa lelah yang luar biasa, tetapi tanpa lelah rasanya tidak ada juga puas. Keduanya resiprokal, dan keduanya menjadi kenangan yang sama-sama penting.

“What you see is on the branches, but the treasure is actually on the roots!” Itu kalimat @madcahyo, to the so many unseen things, banyak hati yang ber-resonansi antar satu sama lain. Setiap bertemu seperti banyak energi yang terjalin membentuk persaudaraan baru, walaupun terbatas oleh waktu, tetapi rasa ingin bertemu masih terus mengiringi. Dalam waktu Tuhan punya kuasa, dalam keinginan manusia kita sama-sama berusaha.

Sempet bertemu Yoris di Pontianak, anak muda pengawal budaya Dayak yang mencintai dan menyalurkan banyak energi kebaikan dari dayak, memberikan repetisi, tumbuh untuk membuka jalan arsitektur yang mencerahkan. Ia ikut mereferensikan kakak-kakaknya seperti @rasa.architektura dan @fas_architects 

Akhirnya juga bisa ketemu Mas @rickyarchitectandpartners. Ia banyak menceritakan tentang kesadaran budaya, dari menggali titik personal. Seperti bagaimana pembuktian yang datang setelah kesadaran terbentuk, seperti “Di Pedalaman Borneo: Perjalanan dari Pontianak ke Samarinda 1894” karya Anton W. Nieuwenhuis mengenai dinamika budaya Dayak, mulai dari arti menghormati leluhur, dan kekayaan kenangan yang berpusat dari tradisi air, kesabaran, memahami maksud-makna alam saujana, sampai kembali ke rahim ibu, penerimaan pelukan dan pengakuan budaya dalam ketetapan hati untuk being proud and taking care!

juga ketemu banyak saudara-saudara yang buat kangen seperti bli @gmahaputra, mas @reviantosantosa, dan teman-teman lainnya. Perjalanan kali ini membuka gerbang kesadaran baru! Thank you untuk @iai.kalbar dan acara Equator Architecture Forum. Thank you Almighty!

Kategori
blog

Workshop Denah: Meracik 5 Resep Denah

OMAH Library dengan bangga mempersembahkan buku baru lagi setelah Buku Pak Yuswadi Saliya, dan Pak Eko Prawoto, yaitu Buku “Workshop Denah”, buku bilingual yang dirancang sebagai dasar pengajaran membuat denah arsitektur yang baik. buku ini hadir menjawab kegagapan desain yang kerap dialami mahasiswa dan fresh graduate—yang sering berdampak pada inefisiensi hingga bongkar-pasang perencanaan.

Buku ini terdiri dari 5 Resep Denah, mulai dari Meracik Denah, Pragma, Referensi, Iterasi hingga meracik Epilogmu sendiri.

Pada bagian Resep Denah 1: Meracik Denah, membahas pentingnya denah sebagai jantung desain, dengan segala mimpi, semangat, sekaligus keterbatasan yang dimiliki. Lalu bertemu dengan mimpi klien dan arsitek yang harus bernegosiasi dengan realita biaya, mutu, waktu. Kemudian, melalui pembahasan lapisan-lapisan denah, seperti ergonomi tubuh, konstruksi ruang, hingga struktur anatomi desain.

Pada bagian Resep Denah 2: Meracik Pragma, membahas bagaimana setiap proyek membawa “resep pribadi” masing-masing. Bab ini juga mengelompokkan proyek ke dalam 3 karakter: Intrikasi, Terbatas, dan Fleksibel. Selanjutnya pada

Pada bagian Resep Denah 3: Meracik Refrensi buku ini mengajak teman-teman untuk melakukan beberapa rangkaian latihan dari Refrensi mulai dari Intrikasi, Terbatas, dan Fleksibel. Di sinilah teori dan ide-ide diuji melalui diskusi.

Pada bagian Resep Denah 4: Meracik Iterasi akan membahas bagaimana proses latihan tersebut melalui hipotesis sampai premis. Dan pada bagian terakhir Resep Denah 5: Meracik Epilog untuk kemampuan berefleksi dari proses latihan denah ini

Buku ini dirancang untuk disebarkan dengan harga Rp93.000,- sebagai ganti biaya produksi, Jika teman-teman tertarik namun mengalami kesulitan dalam berdonasi, silakan hubungi kami dan kirimkan motivation letter berisi alasan kenapa kamu ingin membaca buku ini. Kuota terbatas, namun semangat belajar tak boleh dibatasi. Ada bonus 1 buku berbeda untuk 3 pembeli pertama. Jika berminat bisa pesaan di bit.ly/OrderOMAH

#GuhaTheGuild #OMAH #Perpustakaan #Tangerang #Jakarta

Kategori
blog

Anniversary ke-14

Hari ini adalah hari anniversary kami ke 14, kami menikah tanggal 23 september 2011. Foto ini diambil 11 tahun yang lalu, di Venice setahun kemudian Miraclerich lahir setelah itu. Dan pada waktu 2020 Heavenrich lahir. Kedua malaikat yang mewarnai hari – hari kami, perjuangan kami, juga kenangannya di sekitar kami, sekitar keluarga besar, studio, klien, tukang, sampai orang – orang sekitar dan orang baru.

Semoga gerak tindakan saya, kami dimaafkan kalau ada yang masih belum pantas, belum sempurna. Ada satu refleksi yang saya dapatkan dari kakak saya, bu Yo, soal keluarga soal pekerjaan, “Berproses terus ke inti baik secara teknis, filosofis & spiritual saling berkelindan… Yg penting (dalam proses) sabar, pelan2 & pastikan kalau relasi keluarga inti aman & saling melengkapi… tantangan lebih berat, tp mudah2an kita dianugerahi media pemulihan selalu.”

Kalimat terakhir merepresentasikan kesulitan yang kita hadapi, dan proses pemulihan diri. Proses pemulihan diri kami sebagai orang tua salah satunya ketika melihat hubungan anak – anak malaikat kecil dengan komunikasi ajaibnya, tulusnya, tidak terduganya celetukan, reaksi, kenangan2 yang sungguh pemberian Tuhan.

Kategori
blog

Cersaie – Erwin & Vania

New bro and sis, brilliant thinkers, take care  @erwin_regina  @anantavania ❤️ TTYL soon !!!

Mas Erwin yang praktiknya di Bandung, punya banyak pengalaman dengan brand global, dengan suka dukanya, dan Ananta yang mencerminkan arsitek desainer di generasinya, muda, sosial, membawa keinginan untuk memperbaiki lingkungan dan sekitar dengan progresif. Dari keduanya saya belajar banyak, juga dari saat2 bersama2, diskusi, berbagi kenangan, banyak mendengarkan. Satu kata untuk proses arsitektur yang tidak mudah , “Struggle” diri sendirinya ke lingkungannya untuk terus melayani dengan terus belajar.

Kategori
blog

Great People, Circle

Great people, circle. Di satu hari Jumat, 191025, Ngumpul – ngumpul sharing dengan lingkungan doa bersama. Akhirnya bisa kenal dengan beberapa orang di komplek, Jakarta – Tangerang, dua kota yang sibuk dan padat. Hal-hal seperti ini, sangat kami syukuri bisa berkumpul, saling mendoakan dalam kasih.

Kategori
blog

Kawan di Masa Sepi – Rei

Rei mungkin ngga inget dulu dia yang bawain compact disc album Wicked dari Inggris, hanya gara – gara saya lupa, cd yang ada ketinggalan pas pindahan. Kadang dia datang di London, sampai menemani dulu ngobrol, di taman sambil saya skypean long distance sama Yudith dulu belum jadi istri.

Ia jadi kawan saat sepi banget di Inggris, dingin, kerjanya cuma kerja – kerja – kerja. Dari pagi ke pagi, black cab to black cab karena lembur di kantor. Dan akhirnya bisa ketemu lagi sama Rei !!! precious mentor, brother, guide, dan teman baik banget. Lingkaran yang selalu pas ketemu bisa membuat awet muda, dengan kenangan yang positif dari Singapore, London, sampai ketemu di Bali yang ternyata nyambung sama one great architect di Indonesia – Budi Lim. Rei, I just wanna really appreciate, and keep the moment as one of butterfly collection ! Thank you

Cara Rei care, tidak terlihat tapi nyata terasa, ketulusan dan intensi akan terlihat, dan membekas, kapan kita makan lagi ya di Four Season ha ha. Ngga kerasa akhirnya sudah 12 tahun lebih dari 2012 an ngga ketemuan, big thank you again yaa rei!!! Hugs from us again and again. ^^

Foto saya sekeluarga diambil oleh @reintamin

Kategori
blog

OMAH Library featured on 150 Libraries You Need to Visit Before You Die

We are honored that OMAH Library has been featured in the book 150 Libraries You Need to Visit Before You Die by Léa Teuscher, published by Lannoo, a renowned Belgian publisher known for its celebrated “150” series.

It all began when we were contacted by Léa Teuscher, a London-based writer researching the world’s most fascinating libraries. We are truly humbled that OMAH Library was selected to be part of this thoughtfully curated global list.

To be recognized among the 150 most inspiring libraries worldwide is not just an appreciation for us, it’s also a moment of reflection on the role of libraries as spaces of knowledge, culture, and community.

Thank you to Léa Teuscher and Lannoo Publishing for seeing value in our library.

OMAH Library Photo by @kiearch 

#omahlibrary #guhatheguild #perpustakaan #tangerang #jakarta #150libraries #lannoopublisher

Kategori
blog

Great Circle

Sudah 25 tahun kami semua lulus, dari tahun 2000 di arsitektur ITB, dari lucu/culun/kelakuan mirip taman kanak – kanak. Memang aneh, lucu, sekaligus mencoba terus lugu. Dari situ persahabatan diuji, dalam suka, dalam duka, dalam drama, dalam kejujuran. Itulah makna reuni, ketika kenangan berjumpa dengan kenyataan – kenyataan yang baru. Kadang perasaan bergejolak, ketakutan dan kebahagiaan dan juga kesedihan dalam menghadapi realitas. Sebuah perasaan sureal yang nyata-“sunyata”.

Persahabatan adalah imajinasi menuju kenyataan, dari tidak kenal menjadi kenal, dari tidak peduli menjadi peduli. Kali ini dalam reunian, empati seperti ini yang berusaha dihadapi, seluruh bungkus ditinggalkan dan kita semua menghadapi diri kita kenangan kita yang lampau salam bentuk yang sekarang. Uban, otot, tulang yang menua – 25 tahun dari tahun 2000 ketika kami semua bersama. Dari satu angkatan, satu himpunan (IMA G), satu kekerabatan, ada yang sama unit budaya, olahraga, sampai sekarang beda jurusan, sama jurusan, seperti rujak dan gado-gado, kebhinekaan yang menyatu.

Dalam gelak tawa pasta (pasukan dangdut angkatan), tangis dan air mata perjuangan Ar2k, jujur dan apa adanya menjadi mahal, kembali ke masa muda menjadi mimpi, dibalik seluruh waktu yang tidak berulang. Setidaknya kami bisa selamat, survive, tertawa, tersenyum, dan saling mendoakan, (juga pertemuan singkat dengan anak2 KMK- ada yang sudah jadi pastur di Lembang). Sebelumnya satu hari ketemu Wira, anak2 IMA G vino dkk dan mantan dan still dosen kami pak Agus.

Kawan – kawan ar 2k, adik2 IMA G, rekan2 semua jaga diri ya, saling mendoakan, dan sampai ketemu lagi. Mohon maaf telat reportasenya. ^^ thank rekan panitia yang sudah capek banget siapin acara – acara juga adik – adik angkatan yang mau berkeringat untuk kami. Tuhan yang mahakuasa memberkati dan

melindungi. @rasyarie @tisamedinna @gumzkiew @rinita.e @leiakila @amandasiradj @psabd dkk yaa sluru ar 2k yang cakep2  @ar00.barokah  @tahapparuhbaya

Kategori
blog

Kelas Arsitektur 01 – Arsitektur Berkelanjutan di Tengah Sejuta Keinginan Masyarakat

Hi Restless Spirit, rekaman video kelas kuliah pertama kami Kelas Arsitektur 01 – Arsitektur Berkelanjutan di Tengah Sejuta Keinginan Manusia, sudah bisa teman-teman akses melalui website OMAH Library dan Youtube Realrich + Guha : RAWDOTOMAH

Kelas ini berbagi tentang kenapa arsitektur berkelanjutan jadi penting, bagaimana membawakan tema ini dalam desain, diturunkan dalam 7 tahapan global dalam arsitektur berkelanjutan (Site dan Klien, Massa, Kulit Bangunan, Denah, MEP, Efisiensi Energi dan Air, Material), ditambah 2 tahap lokal yang terinspirasi dari vernakularitas di Indonesia, (solidaritas + pluralitas desain).

Kuliah menggunakan beberapa studi kasus beberapa arsitek yang menginspirasi studio kami seperti pada karya Foster + Partners dengan Gherkin St. Mary Axe – Masschuchets Institute of Technology, Gehry Partners LLC dengan IAC Building, ataupun belajar dari desain-desain shopping mall (big box desain) sampai rumah tinggal di Indonesia. Selain itu, juga belajar dari Eropa Utara bagaimana Sigurd Lewerentz dengan desain St. Peter’s Church di Klippan, yang menggunakan material bata tidak terpotong dengan pendekatan massa sederhana. Termasuk juga beberapa contoh karya di Indonesia seperti karya provokatif YB Mangunwijaya hingga Eko Prawoto dengan Wisma Kuwera dan Rumah Kedondong yang menunjukkan pengolahan material dengan budaya solidaritas ketukangan di Indonesia.

Teman-teman bisa menyampaikan kesan pesan kelas ini, di link berikut bit.ly/TestimoniOMAH

Untuk menonton dapat melalui link: https://youtu.be/wlyQw0N3u_g

Materi: Realrich Sjarief + RAW DOT OMAH
Moderator: Jocelyn Emilia
Persiapan acara: OMAH Library
Video Editing: Jocelyn Emilia dan Fransisca Matanari

Case Study:

The Sainsbury Centre for Visual Arts by Norman Foster and Wendy Cheesman
St. Mary Axe by Foster + Partners
IAC Building by Gehry + Partners
St. Mary Axe by Foster + Partners
Hongkong and Shanghai Bank Headquarters by Foster + Partners
3Beirut, Lebanon by Foster + Partners
Commerzbank Headaquarters by Foster + Partners
St Mark’s Church by Sigurd Lewerentz
Church of Saint Peter, Klippan
Wisma Kuwera by Y.B. Mangunwijaya
Rumah Kedondong by Eko Prawoto

Video:

St Mark’s Church
Footage: Realrich Sjarief
Video Editor: Jocelyn Emilia
Music: “Grateful” from Levi Gunardi’s Inside Out(2018)

Church of Saint Peter, Klippan
Footage: Realrich Sjarief
Video Editor: Jocelyn Emilia
Music: “Grateful” from Levi Gunardi’s Inside Out(2018)

Wisma Kuwera
Footage: OMAH Library Team
Video Editor: Lu’luil Ma’nun
Music: Natasya Grisella Plays Levi GUnardi’s Loneliness

Rumah Kedondong
Footage: OMAH Library Team
Video Editor: Lu’luil Ma’nun
Music: Happy Birthday by Levi Gunardi
Produksi: @omahlibrary

kelasomah #omahlibrary #rumaharsitekturindonesia

Kategori
blog

Cersaie – Bologna

Our studio Realrich Architecture Workshop felt grateful to be present by @cersaie 2025, as part of the Indonesian delegation in the historic city of Bologna, Italy. Being invited here is not just about representation, but also about carrying stories, experiences, and hopes from where we come from and cherish Italian ceramic as part of global genius creative.

Cersaie itself is an international exhibition that runs from 22 to 26 September 2025, gathering people and companies from around the world. It is a meeting ground where ideas, materials, and innovations in architecture and design are shared—creating space to listen, to learn, and to be inspired by what others are exploring.

For us, this moment is meaningful because it reminds us of the importance of exchange, to rethink how architecture can respond to challenges with solutions that are sustainable, thoughtful, and grounded in material performance. More than just showcasing, it is about being part of a larger conversation on how to build with care—for people and for the environment.

Photograph:
1 by @_yophrm
2-7 event documentation by @rawarchitecture_best
8-10 Cersaie 2025 Booklet

cersaie2025 #realricharchitectureworkshop #realrichsjarief

Kategori
blog

Farewell Karisya, Syahid

Beberapa waktu lalu kami baru saja melepas adik-adik kami yang telah menyelesaikan masa magangnya di studio kami. Kedua adik kami ini memiliki satu kesamaan, yaitu sama-sama seorang pengamat. Kemampuan ini membuat mereka menjadi orang yang tidak hanya kritis dan berwawasan luas, tetapi juga peduli terhadap sekitarnya.

@__skyraia yang diberkati dengan pribadi yang supel, tidak sungkan menyapa dan berbagi cerita dengan teman-teman lainnya sembari mengamati dinamika studio, hingga @syahidalshadiq yang memiliki semangat tinggi dalam berarsitektur, memperhatikan detail-detail dan secara kritis belajar dan seringkali bertanya.

Terima kasih Karisya dan Syahid sudah menjadi warna baru di studio kami. Harapan kami kalian bisa memancarkan warna kalian lebih luas lagi. Semoga sukses selalu dan apa yang sudah dipelajari bersama bisa terus berguna untuk perjalanan kalian ke depannya. Semangat kalian akan selalu ada di tengah-tengah kami.

📸 & 🎥 oleh:

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10: @tyoadngrh

8: @rrianditaa

9: @chairunnisabels

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Aji

Officer

Kategori
blog

Event Session: Design Perspective – Kolkata Edition

Antara bisnis dan proses mengayomi, keduanya menjadi bahan yang membuat saya merasa perlu untuk lebih hati-hati. Hubungan antara studio dengan keluarga, antara luar dan dalam perlu dijaga keseimbangan di banyak hal. Jujur saya mengalami kesulitan, dan semua pasti pernah berada di masa “ke engah-engahan” untuk menyeimbangkan banyak sekali ekspektasi. Dalam tawa lepas, dan air mata lelah. Sungguh rasa lelah yang luar biasa, tetapi tanpa lelah rasanya tidak ada juga puas. Keduanya resiprokal, dan keduanya menjadi kenangan yang sama-sama penting.

“What you see is on the branches, but the treasure is actually on the roots!” Itu kalimat @madcahyo, to the so many unseen things, banyak hati yang ber-resonansi antar satu sama lain. Setiap bertemu seperti banyak energi yang terjalin membentuk persaudaraan baru, walaupun terbatas oleh waktu, tetapi rasa ingin bertemu masih terus mengiringi. Dalam waktu Tuhan punya kuasa, dalam keinginan manusia kita sama-sama berusaha.

Sempet bertemu Yoris di Pontianak, anak muda pengawal budaya Dayak yang mencintai dan menyalurkan banyak energi kebaikan dari dayak, memberikan repetisi, tumbuh untuk membuka jalan arsitektur yang mencerahkan. Ia ikut mereferensikan kakak-kakaknya seperti @rasa.architektura dan @fas_architects

Akhirnya juga bisa ketemu Mas @rickyarchitectandpartners. Ia banyak menceritakan tentang kesadaran budaya, dari menggali titik personal. Seperti bagaimana pembuktian yang datang setelah kesadaran terbentuk, seperti “Di Pedalaman Borneo: Perjalanan dari Pontianak ke Samarinda 1894” karya Anton W. Nieuwenhuis mengenai dinamika budaya Dayak, mulai dari arti menghormati leluhur, dan kekayaan kenangan yang berpusat dari tradisi air, kesabaran, memahami maksud-makna alam saujana, sampai kembali ke rahim ibu, penerimaan pelukan dan pengakuan budaya dalam ketetapan hati untuk being proud and taking care!

juga ketemu banyak saudara-saudara yang buat kangen seperti bli @gmahaputra, mas @reviantosantosa, dan teman-teman lainnya. Perjalanan kali ini membuka gerbang kesadaran baru! Thank you untuk @iai.kalbar dan acara Equator Architecture Forum. Thank you Almighty!

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Muhammad Zyadi

Intermediate Associate Designer

Affiliation Universitas Sriwijaya

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Alifia Farras Hanifah Salsabila

Associate Researcher, Curator, and Writer

Affiliation Universitas Aisyiyah Yogyakarta

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Gabriela Marcelina

Senior Associate Designer

Affiliation Universitas Kristen Petra

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Kenn Farrel Pranoto

Associate Designer

Affiliation Calvin Institute of Technology

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Edho Baron Mack

Associate Designer

Affiliation Universitas Pelita Harapan

Kategori
blog

Arch Daily – KAMPOONG GUHA

Our work, Kampoong Guha is featured in @archdaily curated by @miwanegoro. We are honoured to be featured in Archdaily. It’s a huge effort by all of our the team involved over these continuous years, refining the craft through numerous iterations and hard work by everybody.

Kampoong Guha is a mixed-use project that brings together @omahlibrary, architectural studio @realricharchitectureworkshop, home education classrooms @rumaharsitekturindonesia, co-living spaces @dot_workshop, and a residence @guhatheguild, blending formal and informal neighborhoods in Meruya, Tangerang. Designed as an adaptive, evolving structure, the project seamlessly merges traditional and industrial materials with passive cooling, ensuring indoor temperatures remain below 30°C inspired by Kampoong. Over 200 doors, stacked combinations of hybrid materials, and layered gardens create a flexible spatial experience serving both as a learning hub and a prototype for compact tropical living. Together they form a way towards bioclimatic architecture in Jakarta.

To reduce temperature, we tested various passive strategies by using shading, cross ventilation, and air-stacking effects, all integrated into a cohesive system that blends built form with greenery. To create bioclimatic architecture involves deep collaboration and ongoing testing post-construction. But each challenge helps us reflect and grow better for the next journey.

Please see the article here:
https://www.archdaily.com/1033888/kampoong-guha-realrich-architecture-workshop

Photograph by:
1, 4: @luil_mn
2, 3: @kiearch
6, 9: @aryophramudhito

Credit:
Architect: Realrich Architecture Workshop | @realricharchitectureworkshop
Lead Architects: Realrich Sjarief
Analytic Team: @adityakosman, @rrianditaa, @tyoadngrh
Management Construction: @DOT Workshop
Design Team: Aep Saepuloh, Eddy Bachtiar, Amud
General Contractor: Singgih Suryanto
ISupervisor in Charge: Sudjatmiko, Singgih Suryanto
Construction Manager: Eddy Bachtiar
Structure Engineer: Edy Sinergi
Mechanical & Electrical Contractor: Bambang Priyono, Andi, Karim, Hamim
Master Carpenter: Syarifuddin Pudin

Kategori
Press

Everywhere & Nowhere: The Aesthetics of Growing Pains

Amanda Karina Dwipayana
Soft cover | Monochrome | English | 14,8cm × 21cm |
47 halaman | Release Date: (coming soon)
ISBN: dalam proses pengajuan ISBN

Synopsis

Imagine the anatomy of early-adulthood dissected through ink—and now you have it. A diary-ish. The mise-en-scene of this manuscript dissects the silent voices of, Thank You’s, I Love You’s, I Miss You’s, I’m Sorry’s– orchestrated by the questionings of being and becoming. And they are YOURS too. Find yourselves mapped along the pages and in 3, 2, 1….exhale.

Pre-Order Price: Rp 75.000,-

ORDER THIS BOOK

Kategori
Press

BUGARU | Bukan Garis Lurus

Renhata Katili
Soft cover | Monochrome | Bahasa Indonesia | 14,8cm × 21cm |
218 halaman | Release Date: (coming soon)
ISBN: dalam proses pengajuan ISBN

Synopsis

Hidup jarang berjalan lurus. Begitu juga kisah Armand P., seorang arsitek yang menempuh jalan berliku-liku: mulai dari salah jurusan di Bandung, pindah ke Arsitektur, menyimpan rasa pada sahabatnya Bunga, hingga melewati masa Reformasi 1998 yang ikut membentuk jalan hidupnya. Perjalanannya berlanjut ke Munich dan Stuttgart, tempat ia belajar arsitektur tropis sambil beradaptasi di negeri asing. Kembalinya ke Indonesia, ia menghadapi krisis ekonomi, bekerja serabutan, lalu perlahan menemukan kembali jati dirinya lewat media sosial dan karya yang membuatnya terkenal. 

Namun di balik sorot kamera dan keberhasilan, Armand masih menyimpan ruang kosong—kenangan cinta yang tak pernah terucap, serta pertanyaan tentang arti keluarga, pilihan, dan waktu yang terus berjalan. 

Bugaru bercerita tentang cinta, persahabatan, mimpi, dan perjuangan. Sebuah potret generasi 90-an yang berjuang melewati krisis, lalu belajar menerima bahwa hidup tak selalu lurus, tapi justru menarik karena liku-likunya.

Pre-Order Price: Rp 150.000,-

ORDER THIS BOOK

Kategori
blog

F arewell Gabby, Adli, Riki, Luna, Mai, Tristan

Akhir bulan Agustus lalu menjadi akhir perjalanan belajar adik-adik kami berikut ini di program magang studio kami. Ada @carmelinagabriellah, @lunaakirn, @olgamaisha, dan @gervahoy dari Institut Teknologi Bandung, @adli.shiedieq dari Institut Teknologi Sumatera, dan @rikiriynto_ dari Universitas Pembangunan Jaya. Menariknya, setiap adik-adik kami ini memiliki dan memancarkan energinya masing-masing selama berada di studio.

Gabby dengan kemampuan berpikir kritis dan tulus dalam membagikan pengetahuannya ke teman magang yang lain, Luna yang cair dan mampu mengikuti perkembangan pembelajaran, Mai yang menjadi virus kebahagiaan dan penuh kasih, Tristan yang cepat belajar dan tanggap dalam menyelesaikan pekerjaan, Adli yang mau terus belajar dan konsisten dengan yang dilakukan, hingga Riki dengan kemauan yang kuat dan rendah hati.

Terima kasih Gabby, Luna, Mai, Tristan, Adli, dan Riki atas energi yang sudah kalian bagikan ke antara kami di studio. Kami berharap kalian bisa memancarkan diri kalian ini ke orang lain lebih luas lagi. Semoga sukses selalu di perkuliahan dan apa yang sudah dipelajari di studio bisa terus berguna untuk perjalanan kalian ke depannya. Semangat kalian akan selalu ada di tengah-tengah kami.

📸 & 🎥 oleh:
1, 2, 3, 4, 5: @tyoadngrh
6: @carmelinagabriellah
7: @rikiriynto_
8: @reviynatk
9: @dimasdwiicahyo @rikiriynto_
10: @chairunnisabels @reviynatk @muhammadyusrul
11: @lunaakirn
12: @olgamaisha

Kategori
blog

Farewell Rama, Davina, Caca, Adri, dan Anevay

Beberapa waktu lalu, kami kembali melepas teman-teman magang yang sudah menyelesaikan masa belajarnya di studio. Meski masa belajar mereka di studio yang singkat, adik-adik kami ini juga memiliki semangat yang tak kalah besarnya dengan adik-adik di periode sebelumnya. Kami bisa merasakan kesungguhan dan kontribusi penuh yang mereka pancarkan ke tim kami di studio.

Setiap adik-adik kami kali ini memiliki keunikan dan energi mereka masing-masing. Dari Universitas Sriwijaya, ada @rmdprtm_43 yang memiliki kemauan belajar yang tinggi, @davinashaff yang memiliki rasa keingintahuan yang besar, dan @al.khns yang detail dan teliti dalam melakukan pekerjaannya. Kemudian ada juga @jaladr dari Universitas Langlangbuana yang sangat kritis dan memiliki kemampuan beradaptasi yang baik. Hingga @_yavena dari University of Sydney dengan perspektif yang memberikan warna baru di studio kami.

Terima kasih Rama, Davina, Caca, Adri, dan Anevay karena sudah menjadi angin segar di dalam tim kami di studio. Kami menantikan pertemuan kembali dengan pribadi kalian yang lebih bersinar, sukses selalu dengan perkuliahan, dan semoga apa yang sudah dipelajari di studio bisa terus berguna untuk perjalanan kalian ke depannya. Energi kalian akan selalu membekas di tengah-tengah kami.

Terima kasih Rama, Davina, Caca, Adri, dan Anevay yang sudah menjadi angin segar di tengah tim kami di studio.
Meski kehadiran kalian terbilang singkat, semangat yang kalian bawa, baik dari cara belajar, bekerja, hingga energi positif yang ditularkan setiap harinya, benar-benar memberi warna baru bagi kami. Semoga apa yang kalian pelajari di studio bisa terus berguna, dan tumbuh bersama langkah kalian ke depan. Sukses selalu dengan perkuliahannya, dan sampai bertemu lagi dengan versi diri kalian yang makin bersinar ✨

📸 & 🎥 oleh:
1, 2, 3, 7: @tyoadngrh
6: @jaladr
8: @davinashaff

Kategori
blog

Wonderball Padel

default

We’re excited to unveil RAW Architecture’s progress for wonderfull new creative @wonderballpadel It consists of high quality two Padel courts with optimal design experience, warm, & natural. The design is with Bio climatic method, curvy aesthetic, and also cost effective with light weight structure combining steel, local stone, bricks, glassbox in one composition to address problems in rain fall angle, sun thermal angle, and cost wise constructed in very short period 4 months time.

“Padel as a sport has been evolving less than a year becoming culture, and the challenge here is accomodating fast-cost effective structure briefed by clients and integrate it with design strategy in terms of accomodating user optimal experience, play of material, cost effective structure, cool space, and integrated program with f+b, retail in efficient space planning.”- Realrich Sjarief, Principal RAW Architecture

📷@luil_mn

#realricharchitectureworkshop #wonderballpadel #padelsocial #indonesia #jakarta #rawarchitecture #sport #architecture #RAWCaseStudy47

Kategori
blog

Referred to as Craftsmen”s

Referred to as craftsmen’s housing or architecture of the poor, these spaces are constructed on extremely modest budgets sometimes as low as IDR 1 million per square meter yet they are tactically intelligent, materially efficient, and socially responsive. The same spirit lives on in Indonesia’s vernacular heritage: from the elevated rumah panggung of Sumatra to the modular Joglo of Central Java, each exemplifies how to build wisely with limited means, responding to local conditions while subtly resisting centralized systems of exclusion.

In RAW’s design, Boboto project, this spirit is embraced through the use of available, repurposed materials and vernacular construction logic. Materials such as Jambi wood, plywood, scrap timber, and glue-laminated timber (Glulam) were all sourced and processed on-site, making the entire construction process both cost-efficient and environmentally responsible.

“What is being built here has long existed in villages, it’s a simple solution that is easy to implement.”
-Aep Syapuloh, Craftsmen @DOTWorkshop

📷 @luilmn @realricharchitectureworkshop
#realricharchitectureworkshop #architecture #libraryjakarta #architecture #craftmanship #vernacular

archdaily #dezeen #omahlibrary #guhaboboto #jakarta #indonesia

Kategori
blog

Farewell Yoshinta, Zakka & Haidar

Beberapa waktu lalu, kami kembali melepas adik-adik yang magang di studio kami. Mereka adalah @yoshintaas_, @zakkazx, dan @haidartmm, tiga nama yang hadir dari tiga kampus berbeda, tapi memberi satu semangat yang sama: ketulusan untuk belajar dan keberanian untuk tumbuh.

Yoshinta, dari UPN “Veteran” Jawa Timur, datang dengan ketenangannya. Awalnya ia tampak malu-malu, namun perlahan keberaniannya muncul, menjadi pribadi yang penuh inisiatif. Ia adalah pribadi menunjukkan konsistensi dalam bekerja, rapi dalam detail, dan tangguh dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, shingga menjadikannya sosok yang sangat bisa diandalkan oleh kakak-kakak di studio.

Sementara itu, Zakka dan Haidar datang dari kota yang sama, Semarang. Zakka dari Universitas Negeri Semarang dan Haidar berasal dari UIN Walisongo Semarang. Keduanya memiliki kehangatan dan sikap kerendahan hati yang serupa, dan tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk melebur bersama teman-teman di studio. Selama masa magang di Guha the Guild, mereka menunjukkan semangat yang kuat dan selalu sigap dalam membantu tim. Mereka juga adalah 2 orang yang paling banyak menyelami semua bagian tim dari konstelasi kami di RAW, DOT, OMAH.

Terima kasih Yoshinta, Zakka, dan Haidar untuk warna baru, semangat, dan energi positif yang sudah kalian bawa ke tengah-tengah kami. Kami menantikan pertemuan kembali dengan pribadi kalian yang lebih bersinar. Sukses selalu dan semoga proses di studio menjadi bekal yang bermanfaat dalam langkah kalian berikutnya, baik di kampus maupun di kehidupan.

Sampai bertemu lagi!

📸 & 🎥 oleh:
1, 3, 4: @andriiyansyahmr
2, 6, 7, 8: @tyoadngrh
9, 10: @reviynatk

guhatheguild #farewell #studioculture #internshiprawdotomah #internship

Kategori
blog

Farewell Meizzhan

Ini adik saya namanya Meizhan, dan beberapa bulan, minggu, dan hari-hari terakhir adalah hari yang spesial dan bagaimana saya harus berterima kasih atas seluruh semangatnya di studio. Ia adalah salah satu mahasiswa terbaik UII, yang diperkenalkan oleh kakak saya, salah satu pengajar arsitektur terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini @reviantosantosa. Keduanya orang terbaik dalam generasi yang berbeda

Dan, Tuhan punya rencana yang indah dengan pembelajarannya untuk Meizhan, sesuatu yang dinantikannya sejak lama, belajar di Italia. Kondisi Italia, 75 tahun mirip dengan Indonesia memiliki amalgamasi yang plural sebelum dibekukan oleh jaman. Negeri itu juga negeri para pemikir yang begitu menginspirasi kami, dari Carlo Scarpa, Aldo Rossi, Renzo Piano, sampai Manfredo Tafuri, dan begitu banyak ahli yang mengajak berpikir melalui lapisan-lapisan sejarah, relik, kritik dan teori yang substantif. Itulah energi para pemikir yang datang dan pergi, seiring dengan pertemuan begitu pula munculnya perpisahan, matahari yang terbit akan menyongsong senjanya, dan akan terbitnya matahari-matahari baru.
.
Saya masih ingat bagaimana Meizzhan adalah sosok selfless, dalam setiap tugas kecil, ia selesaikan dengan membaca konteks, dan perlahan-lahan memikul tanggung jawab lebih luas dengan pesat, adaptif, dan presisi dalam strateginya. Sampai saatnya ia menjadi salah satu leader di studio yang memposisikan anggota tim di atas kepentingan dirinya. Dia meninggalkan sikap underdog, merunduk untuk menerobos batas. Batasan itu ditembus karena hati kecil perantau dari Lombok ini memiliki jiwa pemberani yang haus tantangan, dengan ketahanan dan konsentrasi yang tinggi.
.
Dia jadi penyeimbang sempurna untuk kawan-kawannya kadang menjadi api dan air yang saling melengkapi. Diskusi kami punya dinamika yang membuat diskusi desain menjadi warna warni dalam waktu-waktu panjang.
.
Bahkan di saat-saat terakhirnya masih memikirkan orang lain, mengurus ini-itu seperti bukan hari terakhir. Mungkin semua akan setuju, seolah dia akan selalu ada di sini, sibuk kerja sampai detik terakhir. Meizzhan, membawa energi yang terhubung, membentuk lingkaran baru dalam perjalanan hidupnya.
.
Tuhan mohon bukakan jalan adik kami ini, karuniakan ia dengan semangat, guru baru, kawan baru yang membuat dirinya menembus batas lagi. Dari kami semua di studio, Meizzhan, terima kasih atas segala semangat, tawa, dan penembusan batas dirimu sendiri yang tak ternilai. Slide 1 diambil dengan baju tidur, khas kami di studio, slide 2 diambil bersama kompatriot jendral Riyan, slide 3 diambil dengan tim sophia, dari tim lama juga ada tim baru ada Shafira, Inggrid, Timothy, Edo, Ken, dan slide 4 diambil beserta keluarga besar studio.
.
Kami percaya Tuhan punya rencana besar untukmu, Meizhan untuk semua yang kau sayangi, kau jaga, kau lindungi. Kami mendoakan langkahmu selalu diberkati, masa depanmu berbuah manis, dan setiap usahamu menari dalam lindungan tangan Tuhan yang Maha Kuasa.

Kategori
blog

Sapo House

Sapo named by the client, is a tranquil, multifunctional sanctuary that celebrates personal retreat while honoring the Batak Karo vernacular village, Siwaluh Jabu. In Karo culture of Sumatra, “Sapo” is a rest house where farmers reflect while overlooking their fields.

The house reflects the client’s vision of a peaceful space for solitary remote work and a sanctuary for growing old in harmony with nature. Inspired by the metaphor of a mountain, the house’s silhouette recalls the Siwaluh Jabu form. Its undulating canopy shades the ground floor while echoing Karo’s natural landscape. Built with steel, concrete, and bitumen finishes, the structure ensures durability and efficient construction. The low-rise, dual-angled pyramid roof adds to its sculptural identity.

Surrounded by terraces that harness afternoon and evening sunlight. Preserved trees act as natural sunshades, while latticework filters light into the interior, creating a calm, inviting atmosphere. Building simulations helped optimize daylight and thermal comfort.

Inside, the house includes a living room, bedroom, gym, workspace, and gardens. At the center is an open atrium, lit by patterned skylights. A stained-glass crown on the roof continues the organic language, flowing into the canopy and wings.

Ceiling patterns inspired by traditional Indonesian textiles bring cultural richness and transform the central area into a temple-like retreat for contemplation and rest.

Client | Collaborator: @adir.ginting
Architects: @realricharchitectureworkshop
Structure Consultant: @vindicontractor
MEP Consultant: @dot_workshop
Project Management: @dot_workshop
General Contractor: Azwar-Marno

RAW + DOT Team
Principal: @rawarchitecture_best
Concept: @andriiyansyahmr@meizzh_@melisaakma
Detailing: @joshinoel@chairunnisabels@san.lbs
Design Supervision: @almujaddidi@mu.zyd@namanyaemailku
Team: @putrakhairus@veeryanaa@zikrirahardian@irvitaingrid@timothytuahatu@tyoadngrh@ridwan.kp Nielson Huang @reviynatk@ahcaayran@rizkasra@rrianditaa@adityakosman

#RealrichArchitectureWorkshop#RAWarchitecture#SapoBioclimaticHouse#SustainableArchitecture#TropicalDesign#IndonesianArchitecture#BioclimaticDesign

Kategori
blog

Summary Open House Ngumpar + Invitation Open House Lumintu

Terima kasih kepada Mas Hugo yang sudah memberikan kesempatan untuk belajar bersama dan teman-teman yang kemarin telah ikut Open House rumah Ngumpar, 12 Jul 2025. Kami bersyukur acara kemarin berjalan dengan baik.

Dikelas tersebut kami berdiskusi bagaimana bioclimatic design terimplementasikan dari proyek pertama hingga ke rumah Ngumpar. Pemanfaatan natural climate di landscape, yang secara aktif kembangkan. Ada juga banyak bentuk-bentuk yang perlu konsistensi, dan menjadikan budaya ketukangan hal yang bisa dibanggakan.

Tanggal 2 Agustus 2025 mendatang, kami mengundang kembali para restless spirit untuk mengikuti Open House, rumah Lumintu. Ini menjadi series kedua Open House kami di 2025.

Rumah ini memiliki microclimate yang berbeda dengan Ngumpar, microclimatenya disusun dari lattice curve yang dibangun oleh tukang di lapangan. Bagaimana lattice membantu mengkondisikan iklim dan tanah gersang untuk menanam pohon. Kombinasi bentuk lengkung, kompresi, tension, denah, ceiling pendek-tinggi, sandwich antara program dengan banyak teknik yang dilibatkan dalam merumuskan desain. Ada juga skylight, acian lengkung, tangga melayang plat dan beton, kombinasi besi yang menyerupai beton, kayu, dan batu bata.

Bagi kami Open House seperti pintu yang dibuka. Dengan kriteria rumah yang selesai dalam 1-2 tahun, hal tersebut tidak lah mudah. Kami sangat berterima kasih kepada klien-klien kami yang telah membuka diri dan rumahnya untuk dikunjungi dan belajar. Di situlah makna Open House bagi kami ajang solidaritas, toleransi, dan belajar bersama, bertemu kolega yang saling mencintai arsitektur.

Bagi teman-teman yang mau ikut Open House ini bisa isi form berikut yah bit.ly/OpenHouseRAW , acara tidak berbayar dan kuota terbatas

informasi lebih lanjut: +62 815-1797-0213 (Wa Chat)
Tempatnya terbatas, ditunggu kedatangannya.

Kategori
blog

Open House: Lumintu

Sejak 2011, kami selalu memiliki kegelisahan akan bagaimana arsitektur bisa dipahami bukan hanya dari “kotak kaca”. Kadang – kadang hal ini terwujud dalam bentuk tulisan, buku, dan sebagian dalam bentuk detail dan karya. Salah satunya terjawab dalam kesempatan untuk mengadakan “Open House” di salah satu rumah karya kami yang dinamakan Rumah Ngumpar yang berarti energi, intensi, makna yang berkumpul pada nanti tanggal 12 Juli 2025.

Open House bukan sekadar tempat memamerkan wujud fisik tetapi acara ini ditujukan sebagai media berdiskusi, berefleksi, melihat bagaimana penghuni mendiami rumah dan mendapatkan perspektif desain yang lebih kaya.

Di sinilah arsitektur diuji secara nyata, apakah ruang itu tumbuh, hidup, dan sekaligus malah evaluasi apakah desain tersebut berfungsi sebagaimana mestinya?

Open House menjadi momen untuk memahami proses perancangan yang sudah berlangsung secara berkelanjutan, sistematis, dan juga tidak berkesudahan, karena sisi manusia yang terus mencari kesempurnaan.

Proses desain Rumah Ngumpar sendiri dimulai dari lebih darj memahami cerita dan mimpi klien, tempat untuk istirahat dengan berkumpul, sehingga ruang-ruang fleksibel namun terarah menjadi penting, dimana ada kedekatan tapi berjarak. Proses desain pun dimulai dengan pertimbangan bukaan terhadap sisi yang terdingin, orientasi bangunan, pemanfaatan lahan, pola ruang, biaya, hingga kebutuhan operasional jangka panjang, merancang sirkulasi dan fungsi ruang secara efisien, inilah pendekatan arsitektur bioklimatik untuk memastikan kenyamanan termal dan efisiensi energi secara alami.

Hal ini akan kami bagikan dalam acara “Open House” bertajuk “Di antara Batas dan Performa”. Nanti, pengunjung akan kami ajak untuk berkeliling, merasakan ruang, material, dan konsep penghawaan alami juga termasuk batas – batas yang hadir.

Seluruh rangkaian acara akan kami dokumentasikan dalam bentuk video, sehingga yang belum berkesempatan hadir tetap dapat menyaksikannya.

Untuk mendaftar bisa klik bit.ly/OpenHouseRAW (gratis – kuota terbatas)
Informasi lebih lanjut: +62 815-1797-0213 (WA Chat)

Kategori
blog

Manusia Punya Waktu – Gani Wijoyo

.
Manusia punya waktu, yang Kuasa menentukan seberapa jauh kita mempunyai waktu. Hari ini saya mendapatkan berita dari Pak Budi Sumaatmadja, @anggara.architeam Architect. Bahwa Gani Wijoyo sudah berpulang, saya sedih sekali, mengetahui bahwa ia masih muda, brilian, dan sangat berbakat di arsitektur. Saya mengenal Gani pada saat ia masih bekerja di DP Architect, tahun 2006-2007, ia ada di tim Mr. T sedangkan saya ada di tim Mr. Wu, ia satu tim dengan Pebiloka dan Rizky, ketiganya adalah kartu as Mr. T dalam menggolkan proyek konseptual, pengolahan desain, massa, denah, 3 dimensi, sampai skala berhektar – hektar bisa dikerjakan dengan komprehensif. Mereka adalah tim yang solid, dan siap menempuh waktu – waktu panjang pagi menuju pagi dalam proses perancangan sampai posisinya sebagai Associate Director di DP Architect.

Bulan Juni saya berkomunukasi dengan Gani, terkait mengundangnya sebagai salah satu pemateri di Omah Library, pribadinya yang peduli dengan timnya, peduli dengan proyek, juga mau tahu tentang kesulitan orang lain menjadikan ia pribadi yang langka di tengah maraton proyek. Saya bertemu dia sebanyak 2 kali setelah ia memutuskan untuk ke Indonesia, menjadi design director dari Anggara menemani Pak Budi. Sayang sekali kami belum sempat mendokumentasikan kiprah dari pribadi yang rendah hati dan sangat berbakat ini.

Kali ini saya ingin mengenang dan membagikan semangatnya, keunikannya dan berbagi disini, seorang sahabat yang dirindukan. Selamat jalan ya bro, selalu keinget dimana saya belajar tentang budaya korporasi yang sehat yang diperjuangkan dirimu, juga seluruh batas dan dilemanya yang seharusnya kita bisa bagikan pengalamanmu di Omah.

Tuhan yang Maha Kuasa, lindungi keluarga yang ditinggalkan, dan selalu berkati seluruh amal yang sudah diberikan Gani juga seluruh warisan ilmu, dan pengalaman yang sudah dibagikan. Selamat jalan bro, see you again when I see you.

Kategori
blog

Wonderball Padel Court

Wonderball project consist of two padel courts, plus an F&B experience with artistic architecture experience. The project comes with a hypothesis, of how to combine the programs within the small size lot 46m x 17.65m, while integrating it with a sustainable design strategy.

Positioned along the east-west axis, the courts are integrated within the landscape design that acts as a climate filter. They are enveloped by a thoughtfully composed skin of brick,perforated metal panels, and Sukabumi stone, which together allow airflow, add texture, and enhance tactile quality. This design creates a comfortable playing environment, supported by four active cooling fans.

A transition from the entrance into the court is made through a non-obstructive, glass and curved canopy, creating a subtle boundary that invites spectators, players, and passersby alike. Inside, a small gallery space offers a curated retail and lobby with the skylights above, while a concealed back-of-house service at the front efficiently supports the F&B.

The flexible seating arrangement is designed around the main community table. Implemented in collaboration with Mejorset, a renowned Spanish padel brand, this project brings internationally standardized sport facility into the local context. At the back, visitors are pampered with amenities including a shower room, locker area, and makeup room, crafted using local Sukabumi stone and translucent glass blocks. The programs are based on the client’s research on the one of the most promising business opportunities at the end of 2024. It is a way to connect sports with lifestyle and business circle, defining a new kind of social gathering.

#realricharchitectureworkshop #RAWarchitecture #RAWCaseStudy47

Kategori
blog

Open House: Ngumpar House

Sejak 2011, kami selalu memiliki kegelisahan akan bagaimana arsitektur bisa dipahami bukan hanya dari “kotak kaca”. Kadang – kadang hal ini terwujud dalam bentuk tulisan, buku, dan sebagian dalam bentuk detail dan karya. Salah satunya terjawab dalam kesempatan untuk mengadakan “Open House” di salah satu rumah karya kami yang dinamakan Rumah Ngumpar yang berarti energi, intensi, makna yang berkumpul pada nanti tanggal 12 Juli 2025.

Open House bukan sekadar tempat memamerkan wujud fisik tetapi acara ini ditujukan sebagai media berdiskusi, berefleksi, melihat bagaimana penghuni mendiami rumah dan mendapatkan perspektif desain yang lebih kaya.

Di sinilah arsitektur diuji secara nyata, apakah ruang itu tumbuh, hidup, dan sekaligus malah evaluasi apakah desain tersebut berfungsi sebagaimana mestinya?

Open House menjadi momen untuk memahami proses perancangan yang sudah berlangsung secara berkelanjutan, sistematis, dan juga tidak berkesudahan, karena sisi manusia yang terus mencari kesempurnaan.

Proses desain Rumah Ngumpar sendiri dimulai dari lebih darj memahami cerita dan mimpi klien, tempat untuk istirahat dengan berkumpul, sehingga ruang-ruang fleksibel namun terarah menjadi penting, dimana ada kedekatan tapi berjarak. Proses desain pun dimulai dengan pertimbangan bukaan terhadap sisi yang terdingin, orientasi bangunan, pemanfaatan lahan, pola ruang, biaya, hingga kebutuhan operasional jangka panjang, merancang sirkulasi dan fungsi ruang secara efisien, inilah pendekatan arsitektur bioklimatik untuk memastikan kenyamanan termal dan efisiensi energi secara alami.

Hal ini akan kami bagikan dalam acara “Open House” bertajuk “Di antara Batas dan Performa”. Nanti, pengunjung akan kami ajak untuk berkeliling, merasakan ruang, material, dan konsep penghawaan alami juga termasuk batas – batas yang hadir.

Seluruh rangkaian acara akan kami dokumentasikan dalam bentuk video, sehingga yang belum berkesempatan hadir tetap dapat menyaksikannya.

Untuk mendaftar bisa klik bit.ly/OpenHouseRAW (gratis – kuota terbatas)
Informasi lebih lanjut: +62 815-1797-0213 (WA Chat)

Kategori
blog

Farewell Uung

Uung @yunitauung kami memanggilnya, adalah kesayangan kami semua. Hari ini adalah hari spesial, dan bagaimana saya berterima kasih atas seluruh semangatnya di studio. Ia salah satu mahasiswa terbaik Binus, dan ia belajar di studio dengan pesat. Tidak banyak yang bisa memposisikan diri dengan baik, menjadi jembatan yang baik antara tim studio, engineering, juga klien.

Manusia punya rencana, Tuhan tentukan, dirinya yang memiliki kapabilitas yang komplit, memiliki tugas lain, tugas yang lebih penting dari arsitektur bangunan. Saya percaya dalam waktu ke depan Tuhan punya rencanaNya, yang besar untuk dirinya, untuk semua yang disayangnya. Setiap gelak tawa adalah derai air mata begitu menghitung hari bahwa momen yang sudah terjadi tidak akan terulang lagi.

Saya masih ingat saat – saat di rapat pertama, Uung masuk dengan ceria, bisa menyelesaikan tugas – tugas kecil yang berujung kadang mewakili saya ke rapat – rapat. Saya merasa banyak sekali terbantu dan mengucapkan terima kasih banyak untuk kontribusi di RAW DOT Omah,

Dibalik itu ada juga perpisahan dari @yoshintaas_ yang sudah menimba ilmu selama magang, beserta one of lead best @putrakhairus + @k.ezraa juga ada anggota baru salah dua mahasiswa terbaik dari Perancis, La Reunion, Gonthier dan Noemie, selamat datang dunia, menjemput waktu datang dan pergi, energi terhubung membentuk lingkaran yang baru dalam syukur saat ini. Slide 1 dan 2 di atas diambil oleh one of the best sister, leader di RAW, @melisaakma ,

Kami semua di studio RAW, DOT Omah mendoakan mereka.Tuhan yang Maha Kuasa, berkati mereka, juga seluruh tim yang ada dalam lindungan kami, keluarga yang mereka kasihi, dan masa depan yang mereka rangkul, seluruh daya upaya, tidak sia – sia dan akan berbuah manis dalam tangan yang menari dan berdoa.

Photo by @melisaakma dan @andriiyansyahmr

Kategori
blog

Wedding – Timbul & Celin

.
Ini saat yang paling mengharukan dan menyentuh hati begitu melihat @timbulsimanjorang dan @celindvk , mendapatkan berkat dari pendeta, memohon restu orang tua, disaksikan saudara, sahabat. Dua insan dari salah satu pasangan arsitek terbaik jebolan RAW.

Di dalam kehidupan ada fase yang berbeda – beda yang ada di kita semua, dari anak – anak melihat dunia, berkembang dengan kemandirian sampai mencari belahan jiwanya. Dan, pernikahan adalah soal janji bersama, syahadat sehidup semati bersama – sama, menjalin ikatan batin yang menyatu. Dua insan menjadi satu merajut mimpi untuk menjadi bahagia. Untuk orang tua, melepas buah hati menjadi hal yang tidak mudah. Dalam tangis, dan kebahagiaan ada kehidupan disitu. Disini kita belajar arti penyatuan, arti cinta yang tulus, saling merendahkan hati untuk pasangan.

Acara dihias cantik oleh @gabymarcelina dan @angelkusumaa , bersahaja, bersatu padu, dengan warna – warni yang simpel, detail-detail daun, bunga, menyatu menjadi komposisi seni, mereka bertiga bersama joce lekat satu sama lain, dulu selalu bersama-sama.

Tuhan yang Maha Kuasa mohon berkati kedua insan ini, juga keluarga mereka, saudara, sahabat, hal – hal yang akan beririsan di masa lalu, masa depan dalam kasih tak berkesudahan. Tidak ada yang kebetulan dalam rencananya yang indah, semua baik.

Kami semua kakak – kakak, saudara – saudara di RAW, DOT, OMAH mengucapkan bahagia, langgeng, dikaruniai banyak berkat untuk kehidupan yang terberkati dalam salah hari terindah dalam kehidupan dan pelukan yang erat. Apa yang dipersatukan oleh Allah tidak akan diceraikan okeh manusia.

Kategori
blog

Bertemu Eka Swadiansa

.
Tidak terduga dan tidak direncanakan bisa bertemu dengan sahabat @eka_swadiansa , membicarkaan kehidupan, aktivitas sehari – hari, keluarga, juga teman – teman, saudara – saudara yang kami rindukan. Dunia terasa lambat di tempat, waktu yang spesial. Begitupun cerita di baliknya, visi, misi, perjuangan, kesulitan, kebahagiaan, dalam air mata dan tawa. Banyak rencana terkait irisan “passion” kami di arsitektur, telaah satu dengan yang lain elemen emosi, pengalaman yang berlipat -lipat saling kait mengait.

Perasaan ini seperti menemukan saudara dengan semangat persaudaraan, dalam arsitektur. hal ini sulit, langka, namun berharga.
Pada umumnya arsitektur dibingkai dalam estetika tren, apa yang populer. Namun dibalik itu ada semangat persaudaraan yang saling mengingatkan dan reflektif.

Seperti hari ini segala sesuatu pertemuan memang sudah rencanaNya. Setiap titik temu adalah doa untuk titik temu selanjutnya, selamat jalan kembali ! Selamat hari minggu ! Foto terakhir adalah kami berdua di rumah Gayungsari, rumah dari keluarga Pak Ardi Pardiman. Rumahnya beratap
miring, yang diteruskan dan dilubangi untuk lubang cahaya, di dalamnya ada teras-teras 3 tumpuk dari kayu dan beton. Sebuah cerita amalgamasi banyak hal. Tq mas Lendra, mba @adetinamei , bu Santi dan seluruh keluarga, kami bisa mampir kesini.

Kategori
blog

Farewell Unggul & Akmal

Hari ini hari yang penting ^^ With 2 of the best intern in RAW, you will be missed. Dari bulan Januari dan Februari tidak terasa ya, kita akan kangen sama @unggul_prasetyoo dari UNNES
@akmalaminullah_ dari UNS.

Waktu berlalu, ombak datang silih berganti, mereka harapan arsitektur kita ke depan :), apapun yang sudah diajarkan di studio semoga berguna, dikembangkan lebih baik lagi supaya bisa jadi versi terbaik diri masing – masing yang lebih baik lagi. Setiap saat bertemu tidak ada yang hanya kebetulan, semua yang terjadi pertemuan adalah rencana masterplanNya, mempertemukan mereka dengan kami semua adalah sebuah berkat tidak ternilai. Hai penjaga waktu jagalah anak – anak muda terbaik kami ini, berkatilah mereka dengan kebahagiaan, progress, pembelajaran, kerendahan hatian, dan masa depan yang cemerlang. See you soon dengan kami semua yaa.

Kami semua, kakak2 di RAW DOT OMAH bangga kepadamu, semangatt terus belajar dan menembus batas ya.

Kategori
blog

Selamat Ulang Tahun – Yuswadi Saliya

.
Selamat Ulang Tahun pak Yuswadi Saliya. Beliau adalah seorang legenda arsitektur Indonesia. Kalau mau melihat isi pemikiran, dan hati seseorang, lihatlah ruang kerjanya, penuh dengan buku yang sedemikian banyaknya.

Sikapnya yang mau mendengarkan menjadi satu hal yang jadi inspirasi, mengambil sudut pandang yang didengarkan untuk diolah dalam diskusi – diskusi lanjutan. Nigel Cross Designerly Ways of Knowing menjadi satu tolak ukur dan penjelasannya menginspirasi untuk memberikan dimensi bahwa desain itu sistemik, ada klien, ada fungsi juga estetika, ia holistik, dan banyak pembelajaran waktu membuat pilihan. Sehingga prosesnya adalah reflektif dimana tidak ada yang absolut, semua tergantung konteks dan pilihan – pilihan yang punya konsekuensi.

Buku Perjalanan Malam Hari menjadi satu buku yang memperlihatkan kelenturan beliau dalam berpikir, merenung, mengenai perjuangan dalam praktik, dan berpikir. Satu saat di Selasar Sunaryo, setelah pameran Indonesialand, ia menjelaskan tentang pentingnya 3 pisau bedah untuk mengupas sudut pandang dengan kritis, ia menjelaskan apa itu epistemologi (pengetahuan formal), ontologi (rentang runut waktu), dan axiologi (posisi moral dan etis) dalam waktu yang pendek, memperjelas bagaimana memulai membicarakan isu dengan komprehensif. 3 sisi itu yang menjadi pintu masuk di Omah Library dalam membicarakan isu – isu terkait praktik dan design.

Yang tidak terlupakan, Endurancenya yang tinggi dalam mengupas permasalahan, dan berdiskusi, hal itu muncul dalam diskusi – diskusi panjang Hermit of Architecture pada saat pandemi, dimana diskusi bisa berlangsung sampai menjelang subuh dari pukul 19:00. Beliau adalah kesayangan banyak orang, begitupun dengan kami di omah library, kami selalu menantikan kedatangan beliau di setiap sesi, dan kami berharap Omah selalu menjadi rumah beliau yang nyaman.

Pak kami kangen juga kalimat khas beliau”samberlag (SAMpai BERjumpa LAGi),Pekik Jangkrik!!! YeWeTea” ha ha ha, Selamat ulang tahun Sir ! Arsitektur Indonesia patut bangga memiliki seorang Yuswadi Saliya.

Photo diambil oleh @permanasatriaa ❤️ “inget ga sat?”

Kategori
blog

Catatan Penyemangat Pribadi – Nando Yudhi

.
Baru cek hp subuh-subuh, saya dapat pesan seperti ini “Selamat Malam Ko Rich, Saya Nando Yudhi murid dari kelas space workshop, setelah 11 tahun berlalu saya bisa merasakan sekolah dan kuliah sekaligus 😁

Mungkin ada kata2 saya yang belum di sampaikan, karena canggung bisa jadi 😁

Terima kasih untuk 3minggu terakhir ini dan masih ongoing mempelajari arsitektur melalui ig dan sekarang melalui buku dari ko Rich & team, saya sebelum nya awam sekali dengan arsitektur, hanya melihat bagus atau tidak nya sebuah tempat.

Saya datang dari masa depan Ko Rich, Saya tidak melanjutkan kuliah karena pemikiran lingkungan yang salah.ketika saya menemukan passion yang saya sukai yaitu arsitek, it’s to late for me. Kalau waktu bisa di ulang,tahun 2014 ketika saya tamat sekolah, dan mengambil jurusan arsitektur, (saya ada lihat omah dibangun di 2016) mungkin takdir hidup saya bisa berubah 😁

Seperti buku thinking fast & slow karya daniel kahneman system 1 system 2,yang saya bicarakan mungkin lebih ke system 1

System 2,ilmu yang saya dapat bisa saya implementasi kan dalam kehidupan sehari-hari

Saya bisa lihat Bapak Rich dapat memberikan impact luar biasa untuk Indonesia, diskusi2 seperti ini yang di butuhkan masyarakat kita pak, untuk menaikan taraf pola pikir, saya termasuk privilage bisa melihat dan mendengar langsung.

Ketika Ko Rich mencantum kan nomor whatsapp ini,dan bilang bisa tanya atau bantu,(kalau bertanya itu pasti ko 😁),kalau permintaan cuma 1

Saya hanya punya permintaan 1 saja ko Rich, kalau generasi penerus saya misalkan tertarik dengan arsitektur, mohon di bantu dan di bimbing 😁,jangan sampai menyesal seperti saya 🙏”

Kalimat seperti ini membuat lebih punya harapan, semangat, terima kasih ya Nando, terharu membacanya berulang – ulang untuk saya yang bukan siapa- siapa, seluruh pengetahuan ini kami bisa dapatkan dari guru- guru, mentor – mentor kehidupan yang begitu banyak membantu studio RAW dan Omah. Saya doakan dirimu selalu dalam saat teduh, semoga ucapanmu menerus menjadi berkat untuk yang lain. Gbu to u and all.

Ps: saya posting ini dengan seijin Nando sebagai catatan penyemangat pribadi.

Kategori
Arsitek dan Arsitektur dalam Ruang dan Waktu? blog tulisan-wacana

Eko Prawoto dan Desa, Metode Arsitektur Masa Depan untuk Indonesia

(English translation is available below)

Sepuluh tahun terakhir sebelum wafat, arsitek Eko Prawoto memutuskan untuk menepi ke desa. Keseharian kota yang tak pernah luput dari pembangunan dan lahan subur proyek arsitektur itu ia tinggalkan. Beliau membangun rumah baru di desa, menciptakan “proyeknya sendiri” bersama tukang-tukang yang tidak selalu ada karena disambi bertani. Kami keheranan, kok beliau mau ya ngurusin sesuatu yang tidak jelas kapan mulai dan selesainya? Saat OMAH Library berkunjung ke sana di 2023, akhirnya kami mulai paham. Di sana ada spirit yang dipancarkan, yang semangatnya menggema dengan lantang di tengah perjalanan yang sunyi, yang keras memantik di antara ruang-ruang yang terjalin lembut.

Eko Prawoto, Realrich Sjarief, dan tim OMAH Library.
Sumber: OMAH Library

Sebuah tulisan oleh Realrich Sjarief dan Hanifah Sausan

Sebelum pindah ke desa, sejak 1988 Eko Prawoto dan keluarganya tinggal di rumah rancangannya sendiri di Bener, pinggiran Kota Yogyakarta. Rumah itu perlahan berkembang dan sebagian menjadi studio yang ia namai Eko Prawoto Architecture Workshop.

Dari sana lahir karya-karya seperti Cemeti Art House (1998), Viavia Café Prawirotaman (2004), Padusan Sendang Sono (2013), Rekonstruksi Desa Ngibikan (2006), Rumah Butet Kertaradjasa (2002), dan banyak rumah seniman lainnya, serta rumah murah untuk berbagai kalangan. Di sini pula beliau mulai mendapat tawaran untuk mendesain instalasi dan perlahan meniti jalan sebagai seniman internasional.

Sejak awal, pendekatan kontekstual, organik, dan humanistik sudah mewarnai karya-karyanya baik sebagai arsitek, maupun sebagai seniman. Hanya saja, pendekatan itu menjadi semakin kuat ketika berhadapan dengan kondisi di desa yang memiliki keterbatasan akses material dan tukang-tukang terampil. Namun, di situlah Eko Prawoto meyakini adanya kecerdasan dan kreativitas tinggi untuk menciptakan sesuatu yang sederhana sebagai wujud dari sikap kematangan serta keutuhan dan harmoni dengan alam.

Kepindahannya ke Kulon Progo dipengaruhi berbagai faktor. Daerah Bener yang dahulu dikelilingi sawah-sawah dan sudah menjadi rumahnya selama 3 dekade, perlahan berubah menjadi kawasan pemukiman yang cukup padat. Namun, ia masih bertahan karena masih harus mengajar di UKDW—posisi yang sudah ia tekuni sejak 1985. Rencananya, Pak Eko ingin menjalani kehidupan yang lebih lambat setelah pensiun. Terlebih, sebagai pengajar beliau merasakan bagaimana pendidikan arsitektur saat ini cenderung berfokus pada pendekatan urban, industrial, dan kapitalistik.

“Sekarang semua kurikulum itu karakternya hanya berfokus pada urban, industri, dan kapital. Mungkin cocok buat kota, tapi perlu diingat bahwa ada desa, ada pulau-pulau kecil, yang mungkin tidak cocok dengan pendekatan yang diajarkan,” ujar Pak Eko waktu kami mengunjungi beliau di rumah desanya—barangkali lebih seperti self-reminder daripada kritik untuk publik.

Rumah Bener akhirnya hanya ditinggali sampai tahun 2014. Kantor biro arsitekturnya masih terpusat di sana, dan beliau masih terus mengajar di UKDW. Namun, di tahun itu Pak Eko dan istrinya Bu Rina memantapkan hati, pindah menjadi warga Desa Kedondong di Kulon Progo. Sejak itu, ia memposisikan untuk hadir dan hidup di desa, mengamati cara hidup masyarakatnya dengan alam.

Diskusi OMAH Library bersama Eko Prawoto di Rumah Kedondong. Sumber: OMAH Library

“Memang proses belajar lagi,” begitu katanya. Ibarat beliau sedang mengambil disertasi S3 tentang “bahasa arsitektur yang lebih gayut di desa”. Dari situ kita bisa melihat karyanya yang semakin seimbang dan semakin mendengarkan, seperti yang nampak di kediamannya, Rumah Kedondong (yang ditempati hingga beliau jatuh sakit dan wafat pada September 2023), dan Balé Klegung (2021), warung makan tak jauh dari sana yang dikelola pribadi.

Kedua tempat ini nampak dieksekusi dengan metode desain yang sama. Secara spasial, Rumah Kedondong dan Bale Klegung memang punya karakter yang mirip: luasnya masing-masing ± 2.000 m2 dan sama-sama berlokasi di lereng tepi sungai dengan banyak pohon eksisting. Kondisi spasial yang spesifik ini direspons dengan cara berpikir vernakular, mengambil mindset masyarakat desa yang lebih mengikuti bentuk alam. Metodenya sangat kontekstual, salah satunya dengan sebisa mungkin tidak memotong pohon dan tidak mengubah kontur.

Sebagai konsekuensinya, massa bangunannya tersebar dan naik turun mengikuti kesediaan lahan. Seperti di rumah pertamanya di Bener, dan karya-karyanya yang lain, adanya pohon yang mencuat di tengah bangunan menjadi hal yang biasa. “Rumah ini muncul belakangan, sementara pohon ini sudah ada duluan. Pohonnya yang harus dimenangkan, kemudian bermain di antara ruang yang ada.”

Pekarangan Rumah Kedondong. Sumber: OMAH Library

Desainnya pun seringkali tampak tidak terencana. Program ruangnya berkembang secara organik mengikuti pertumbuhan kebutuhan, dari hunian, tempat pertemuan untuk menyambut tamu, musyawarah, atau perkuliahan, hingga guest house dan museum. Hampir seluruhnya diwadahi struktur kayu bekas dari berbagai daerah, seperti rumah Jawa Timuran dan lumbung dari Bawean yang dikumpulkan secara bertahap. Material bekas, material baru, dan apa pun yang tersedia dipadukan dan digunakan secara maksimal.

Sekilas, alam seperti menjadi elemen yang tertinggi dalam karya-karya Pak Eko. Namun, beliau justru menempatkan alam di posisi kedua dalam refleksinya selama hidup di desa. Yang pertama justru nilai kebersamaan sebagai bagian dari budaya agraris. “Institusi sosial, relasi sosial sangat penting di desa untuk membedakan dengan kota.”

Di desa, warga biasa membiarkan tetangganya untuk keluar masuk halaman rumah. Pekarangan tidak hanya bukan lagi ruang personal, tetapi juga ruang publik tempat warga bisa numpang lewat dan memotong akses. “(Bagi orang desa) Rumah itu adalah halaman, relasi menjadi penting,” tutur Pak Eko. Pagar di desa pun menjadi batas yang lentur, tidak pernah benar-benar tertutup. Pak Eko juga pernah menyampaikan bahwa gerbang rumahnya tidak pernah dikunci. Di kemudian hari beliau justru membuka akses baru, sebuah jembatan yang menghubungkan halaman Rumah Kedondong dengan rumah tetangga di seberangnya. Saat kami berkunjung ke sana pun, kami mendapati tetangga Pak Eko menggunakan jembatan tersebut, masuk ke halaman Rumah Kedondong, bertegur sapa sejenak, lalu melanjutkan perjalanan ke destinasinya yang entah di mana. Toleransi masyarakat desa ini barangkali sudah menjadi hal biasa di sana, tetapi sangat jarang ditemukan di masyarakat urban.

Hubungan antar-manusia menjadi elemen yang penting, tak hanya dalam praktik arsitekturnya di desa, tetapi konsisten dalam proyek-proyek Pak Eko yang lain. Beliau menjalin hubungan erat dengan semua yang terlibat dan seringkali memposisikan diri sebagai jembatan, fasilitator, pendamping. Pak Eko berkali-kali menyampaikan, kepada klien ia bertindak layaknya bidan yang membantu “persalinan”. Bangunan yang dihasilkan ibarat jabang bayi yang jelas bukan anak Pak Eko, melainkan orang tuanya sendiri alias si klien atau user yang akan menggunakan dan merawatnya selama puluhan tahun. Oleh karenanya, Pak Eko berusaha tidak memaksakan egonya sebagai arsitek. Pada proyek rumah tinggal, apalagi milik seniman yang egonya besar misalnya, Pak Eko mempersilakan klien untuk menentukan bagaimana rumah itu akan diisi, sementara beliau hanya membantu mengarahkan supaya keinginan klien terfasilitasi dengan baik sesuai sumber daya yang ada. Cara beliau memposisikan diri memberi ruang untuk relasi-relasi kolaboratif yang menantang batas-batas formal arsitek.

Di Rumah Kedondong, Pak Eko memang punya kekuasaan lebih sebagai pemilik dan pengguna, tetapi lagi-lagi ego itu ia simpan untuk memberi ruang pada tukang-tukang di desa. “Tukang-tukang di desa sebenarnya adalah petani yang di waktu luangnya menjadi tukang. Jadi, kemampuannya terbatas dan peralatannya juga seadanya,”—selain juga kesediaan waktu mereka yang sempit. Karakter tukang-tukang inilah yang kemudian banyak menentukan rupa arsitekturnya.

Pagar depan Rumah Kedondong. Sumber: OMAH Library

“Kita tidak punya resources yang banyak, jadi kalau bisa tidak usah terlalu mengolah. Jangan memotong dan menghasilkan material sisa, jadi semua habis dipakai. Makanya saya senang keramik pecah itu karena tidak ada sisa, habis.” Yang muncul kemudian adalah arsitektur yang frugal (murah dan sederhana) dan primal (awal, mentah, dasar) yang jujur. Berawal dari relasi sosial dengan tukang desa, Pak Eko diantarkan kembali pada karakter otentik desa yang lebih membumi, yang secara naluriah mengalah pada bentuk alam.

Bukan berarti arsitekturnya menjadi tidak inovatif, justru sikap mengalah ini memunculkan kreatifitas baru. Misalnya, sebuah unit kamar keluarga di Rumah Kedondong dengan struktur beton yang kolom-kolomnya terpisah perbedaan kontur. Untuk menghindari cut-and-fill berlebih, akhirnya dibuat model panggung dengan kolom-kolom yang diberi perkuatan catenary arch agar dimensinya tetap tipis. Penyelesaian desain ini mungkin biasa untuk Pak Eko, tetapi baru untuk para tukang. Karena itu, beliau tidak memaksakan hasilnya harus rapi, “(Yang penting) secara struktur benar.” Lagipula, keteraturan alam juga tidaklah seragam. “Semua punya peran, punya fungsi. Kita tidak bisa menemukan dua helai daun yang sama dalam satu pohon. Jadi berbeda. Tidak usah berarsitektur dengan ngotot, gitu.”

Mempekerjakan tukang-tukang setempat merupakan strategi yang Pak Eko pelajari dari sosok gurunya, Romo Mangun. Kegiatan membangun tidak hanya dilihat sebagai cara memenuhi kebutuhan programatik, tetapi menjadi kesempatan untuk mendukung ekonomi lokal. “Dengan membuat detail-detail itu bukan pertimbangan estetika, tapi sebenarnya untuk menyerap lebih lama, agar tukangnya bekerja lebih lama di tempat itu, sehingga dia tetap punya pekerjaan.”

Pada Rekonstruksi Desa Ngibikan pasca-gempa di Yogyakarta tahun 2006, Pak Eko bergerak erat dengan komunitas lokal. Awal keterlibatan beliau di Ngibikan adalah karena Pak Maryono, warga desa tersebut yang sudah lama bekerja bersama Pak Eko sebagai tukang. Rumah Pak Maryono masih berdiri, tetapi rumah lain banyak yang rubuh karena penambahan konstruksi modern pada struktur asli limasan tanpa perkuatan yang layak. Warga kemudian mengungsi di tenda-tenda plastik yang didirikan di persawahan. Prihatin dengan kondisi ini, Pak Eko dan Pak Maryono dengan bantuan dana dari Kompas mencoba membangun ulang desa.

Kerusakan di Ngibikan pasca-gempa Yogyakarta 2006. Sumber: https://the.akdn/en/how-we-work/our-agencies/aga-khan-trust-culture/akaa/ngibikan-village-reconstruction

Ada banyak aspek yang coba direspons dalam kasus ini: kebutuhan mendesak terhadap tempat tinggal layak, karakter masyarakat dan budaya setempat yang harus dijaga, juga keterbatasan sumber daya material dan tukang berpengalaman. Desain yang kemudian muncul adalah rangka limasan yang dimodifikasi menggunakan kayu kelapa dari sekitar desa dengan umpak beton dan sambungan mur-baut. Tiga modul utama dibangun pada masa rekonstruksi dan bisa diduplikasi sesuai kebutuhan pengguna di masa mendatang. Tembok bata yang disusun ulang dari reruntuhan gempa berdiri setinggi ± 1 meter, disambung tembok papan gipsum yang ringan dan mudah dipotong. Prosedur konstruksinya mudah diikuti bahkan oleh warga biasa tanpa pengalaman bertukang sebelumnya, tetapi secara struktur lebih efektif menahan gempa dibanding struktur yang ada sebelumnya.

Dalam waktu 4 bulan saja, 55 rumah di RT 5 Ngibikan berhasil berdiri dan siap menyambut bulan Ramadhan. Ketika dikunjungi empat tahun kemudian untuk penilaian Aga Khan Award, desa ini terlihat seperti tidak pernah terguncang gempa sebelumnya. Suasananya hidup dengan rumah-rumah berkerangka serupa tetapi dengan pengembangan masing-masing yang penuh karakter—cukup kontras apabila dibandingkan dengan beberapa desa yang direkonstruksi dengan sistem top-down yang berjarak dengan keseharian warganya. Karena peristiwa itu, tumbuh pula tukang-tukang generasi baru dari desa ini. Lewat kolaborasi, arsitektur yang lahir dari tangan Eko Prawoto tidak hanya berfungsi secara fisik, tetapi juga merawat hubungan manusia dengan alam dan budaya.

Kisah Pak Eko dan Pak Maryono mengingatkan kami pada Le Corbusier dan muridnya, José Oubrerie pada pembangunan Gereja Saint-Pierre di Firminy. Oubrerie membutuhkan Corbusier untuk bisa menurunkan bentuk yang baku dari sketsa menjadi bangunan beton yang kokoh yang menjadi bangunan publik. Pak Maryono dalam studi kasus Ngibikan seperti menjadi Oubrerie, tukang yang menjadi murid Pak Eko. Beliau turut menurunkan gagasan limasan ke dalam teknis pengerjaan yang efisien, membagi warga yang juga merupakan pengguna dalam kelompok-kelompok kerja sesuai tahapan bangun: pondasi, rangka, pemasangan—dan mengajari mereka semua hingga bisa membangun sendiri. Di sini batas-batas arsitek menjadi lentur. Arsitek, tukang, dan klien menjadi satu demi ilmu arsitektur—sesuatu yang Pak Eko harap bisa lebih di akomodasi dalam pendidikan arsitektur di kampus.

Pendekatan Eko Prawoto untuk Ngibikan dan juga proyek-proyeknya lain tidak hanya mengingatkan pada pemberdayaan lokalitas khas Romo Mangun, tetapi juga kurikulum Berlage Institute yang menjadi tempatnya mengambil studi S2 pada 1993. Kontras dengan Amsterdam School yang ekspresif dan arsitektur yang ornamental, Berlage Institute menerapkan pendekatan yang lebih kritis, kolaboratif, dan eksperimental. Penekanannya ada pada relasi konteks lokal dan global, serta keterlibatan realitas praktis yang sarat konteks sosial, budaya, dan ekonomi. Seperti Bauhaus di Jerman, atau AA School di London, dan berbagai institusi lain di dunia.

Ada aspek efisiensi dari modular rangka yang bisa diproduksi dengan mudah dalam jumlah besar sesuai kapasitas sumber daya alam dan manusianya sehingga semakin banyak rumah bisa dibangun dengan lebih cepat. Dalam pemilihan rangka limasan, kayu kelapa, dan penentuan program dapur di luar rumah, ada kepekaan pada budaya setempat—validasi terhadap identitas masyarakat yang menjadi pijakan untuk bangkit kembali.

Dalam hal relasi lokal dan global, kita perlu mengingat bahwa arsitektur merupakan sebuah investasi yang mahal, tetapi dibutuhkan oleh seluruh kalangan, tanpa terkecuali. Ketika pendidikan dan industri punya tendensi untuk menggunakan dan mengembangkan material hi-tech yang mahal, Pak Eko pun berkali-kali bertanya, “Posisi arsitek ada di mana?”

Pertanyaan itu beliau jawab secara literal dengan pindah ke Kulon Progo. Kekecewaan dan kemarahannya terhadap pendidikan dan industri arsitektur seakan ia olah kembali dalam kesederhanaan dan ketenangan desa—yang menurut kami adalah upayanya mendesain sebuah shift of paradigm, yang akan banyak merubah arsitektur Indonesia, dari kota menuju desa, melalui arsitektur frugal yang menyentuh hati.

Perbincangan di Limasan Depan. Sumber: OMAH Library

Di sisi lain, pertanyaan itu secara tersirat mengingatkan bahwa arsitek perlu bisa melayani berbagai kalangan, sehingga ia juga perlu menguasai berbagai teknik, tidak hanya teknik-teknik modern, tetapi juga teknik-teknik sederhana untuk kalangan yang mungkin hanya butuh pernaungan.

Roxana Waterson dalam buku The Living House mengamati bagaimana peradaban di Asia-Tenggara dimulai dengan shelter-shelter sederhana, dari ranting, daun, dan kulit pohon. Di buku ini Roxana mengemukakan teori Gaudenz Domenig tentang alternatif proses evolusi teepee structure (yang terdiri dari bilah-bilah kayu yang disusun radial, mengerucut ke atas membentuk tenda) yang primitif, menjadi struktur vernakular berupa kolom-kolom tegak yang menopang atap lebar. Di Jawa, pengembangan ini muncul salah satunya dalam bentuk limasan. Mitu M. Prie melalui pengamatan sejarah dan arkeologi, mendapati bahwa bentuk limasan menjadi struktur yang paling sederhana dan banyak diduplikasi. Ia adalah versi vernakular dari kebutuhan primitif terhadap naungan.

Entah beliau sadari atau tidak, limasan menjadi model struktur yang seringkali Pak Eko adaptasi dalam karya-karyanya—baik dalam wujud aslinya seperti di Rumah Bener dan Rumah Kedondong, maupun dalam bentuk modifikasi seperti di Ngibikan. Terbukti, struktur ini memang mudah dipahami dan dibangun oleh tukang-tukang. Di bawah naungan struktur yang sederhana ini, program ruang yang lebih rinci kemudian dikembangkan.

Limasan Depan. Sumber: OMAH Library

Saat kami datang ke rumahnya di Kulonprogo, massa-massa limasan dan struktur lainnya yang bertebaran di halaman membuat kami ingin menangkap visualnya menggunakan drone. Namun, ketika dicoba, kami merasa gagal karena massa-massanya malah hampir tidak terlihat sama sekali, hampir seluruhnya tertutup rimbunan pohon.

Foto drone Rumah Kedondong. Sumber: OMAH Library

Memang, nampaknya kami ini datang masih dengan mindset kota. Belakangan, kami baru menyadari bahwa justru rimbunan pohon itulah wujud sesungguhnya dari arsitektur Eko Prawoto. Nampaknya beliau bersungguh-sungguh ketika berbicara bahwa bagi orang desa rumah adalah halaman. Rumah Kedondong bukan sekadar massa dan program ruangnya yang tersebar, melainkan juga halamannya itu sendiri yang membentuk sirkulasi, menjadi penjalin relasi dengan komunitas desa, dan juga menjadi ruang hidup itu sendiri bagi Pak Eko untuk mengamati semesta. Dan ketika halaman pun menjadi rumah, maka pohon-pohon pun menjulang layaknya kolom-kolom, dan rimbunan daun pun menjadi atap yang menaungi. Siapa sangka, konsep shelter atau pernaungan di Rumah Kedondong dikembalikan pada bentuk alaminya, bahkan sebelum peradaban primitif dimulai. Kembali ke fitrahnya.

Selain relasi sosial, hubungan manusia dengan alam turut menjadi refleksi utama Pak Eko. Bersama beliau, konsep genius loci tak lagi sebatas teori pendekatan desain, tetapi seperti kembali lagi pada makna aslinya, “jiwa dari sebuah tempat”. Ia mencoba berdialog dengan alam seperti berdialog dengan manusia, yang kadang perlu beberapa kali bertemu dalam setting yang berbeda baru bisa akrab dan kenal. “Kalau datang, sebaiknya jangan sekali. Tapi pagi kayak apa, siang kayak apa, lalu malam seperti apa. Lalu pas matahari terbit dari sini, itu kok bagus banget. Berarti visual koridor ke arah ini penting,” tuturnya dalam seri kelas Contextual Method (OMAH Library, 2021).

Dinding taman yang menghindari pepohonan, diterangi cahaya sore hari dari barat. Sumber: OMAH Library

Di Rumah Kedondong, proses berkenalan itu terjadi dalam ritual keseharian yang sederhana, seperti ketika Pak Eko menyapu halaman. Di situ ia memperhatikan detail-detail baru yang sebelumnya luput: dari titik pancaran matahari, detail daun yang menginspirasi, sampai keseimbangan ekologi. Semua makhluk hidup coba beliau rangkul, meski saat itu ia berpotensi merusak.

“Kadang-kadang kita merasa kita memiliki banyak hal, tapi sebetulnya makhluk lain itu juga berhak … Saya mikir, ketika tidak ada ulat lagi, kita jangan mengharapkan akan melihat kupu-kupu. Jadi kadang-kadang ya sudahlah dibiarkan.” Ia memahami alam yang bergulir dinamis, keindahan dan keburukannya yang relatif, sehingga mengalahnya Eko Prawoto adalah untuk menang demi kebaikan yang lebih luas.

Teras rumah dengan berbagai tanaman hias yang dirawat Bu Rina. Sumber: OMAH Library

Dalam sebuah presentasi IPLBI di Yogyakarta tahun 2024 lalu, untuk pertama kalinya kami menampilkan video yang diambil dari kunjungan kami ke Rumah Kedondong dalam iringan lagu Happy Birthday oleh Levi Gunardi. Lagu tersebut merupakan persembahan Levi untuk gurunya, Iravati Mursit. Video dan potongan kenangan yang diceritakan kembali dalam presentasi itu pun juga menjadi persembahan kami untuk Pak Eko Prawoto, atas rasa syukur bisa bertemu beliau sebagai murid.

Mengutip Pak Galih Pangarsa, salah seorang sahabat Pak Eko, ketika membicarakan arsitektur Eko Prawoto, kita menjadi tersadar bahwa “yang lebih penting bukanlah debat aspek keruangan ‘lokal-global’, bukan pula aspek temporal ‘tradisional-modern’, tetapi bagaimana menjadikan arsitektur sebagai wujud upaya bersama untuk keluar dari jebakan pengkerdilan dan penghancuran benih-sifat kemanusiaan.”

Di 2025 ini, 2 tahun sudah berlalu sejak Pak Eko wafat, tetapi keberadaan beliau masih kami rasakan dan kami rindukan. Beliau adalah seorang Kesatria, seorang agent of change yang berjuang dengan pergerakan di desa, yang mengetuk tak hanya raga dan pikiran, tetapi juga hati orang-orang yang bersinggungan dengannya. Dari sosok Pak Eko kami belajar untuk tenang dalam kemarahan dan berefleksi dari kekecewaan. Kata-kata beliau selalu bisa “membersihkan” hati dan membuat kami merasa seperti dilahirkan kembali. Menjadi manusia sejati. Dan hari ini pesan itu kami sampaikan lagi.

Happy birthday, Sir.

Siluet Eko Prawoto. Sumber: OMAH Library

English translation

Eko Prawoto and the Village, Future Architectural Methods for Indonesia

The last ten years before he died, architect Eko Prawoto decided to move to the village. He left the daily life of the city that was never free from development and the fertile land of architectural projects. He built a new house in the village, creating “his own project” with craftsmen who were not always there because they were farming. We were surprised, why did he want to take care of something that was unclear when it would start and finish? When OMAH Library visited there in 2023, we finally began to understand. There was a spirit that was radiated there, whose enthusiasm echoed loudly in the midst of a silent journey, which loudly sparked between the softly woven spaces.

An essay by Realrich Sjarief and Hanifah Sausan

Before moving to the village, since 1988 Eko Prawoto and his family lived in a house he designed himself in Bener, on the outskirts of Yogyakarta City. The house slowly developed and part of it became a studio that he named Eko Prawoto Architecture Workshop.

From there were born works such as Cemeti Art House (1998), Viavia Café Prawirotaman (2004), Padusan Sendang Sono (2013), Rekonstruksi Desa Ngibikan (2006), Rumah Butet Kertaradjasa (2002), and many other artist houses, as well as affordable houses for various groups. Here he also began to receive offers to design installations and slowly made his way as an international artist.

Since the beginning, a contextual, organic, and humanistic approach has colored his works both as an architect and as an artist. However, this approach became stronger when faced with conditions in the village that had limited access to materials and skilled craftsmen. However, that was where Eko Prawoto believed in the existence of high intelligence and creativity to create something simple as a manifestation of maturity and integrity and harmony with nature.

His move to Kulon Progo was influenced by various factors. The Bener area, which was previously surrounded by rice fields and had been his home for 3 decades, slowly changed into a fairly dense residential area. However, he still persisted because he still had to teach at UKDW—a position he had held since 1985. Pak Eko planned to live a slower life after retiring. Moreover, as a teacher, he felt how current architectural education tends to focus on urban, industrial, and capitalist approaches.

“Now all the curriculums are only focused on urban, industrial, and capital. It might be suitable for the city, but remember that there are villages, there are small islands, which might not be suitable for the approach taught,” said Pak Eko when we visited him at his village house—perhaps more like a self-reminder than a criticism for the public.

Rumah Bener was finally only occupied until 2014. His architectural bureau office is still centered there, and he continues to teach at UKDW. However, in that year Pak Eko and his wife Bu Rina made up their minds, moving to become residents of Kedondong Village in Kulon Progo. Since then, he has positioned himself to be present and live in the village, observing the way the people live with nature.

“It’s indeed a learning process again,” he said. It’s as if he is taking a doctoral dissertation on “architectural language that is more connected to the village”. From there we can see his work that is increasingly balanced and increasingly listening, as seen in his residence, Rumah Kedondong (which he occupied until he fell ill and died in September 2023), and Bale Klegung (2021), a food stall not far from there that is privately managed.

Both of these places appear to be executed with the same design method. Spatially, Rumah Kedondong and Bale Klegung do have similar characters: each has an area of ​​± 2,000 m2 and is both located on a riverbank slope with many existing trees. This specific spatial condition is responded to with a vernacular way of thinking, adopting the mindset of village communities that follow natural forms more. The method is very contextual, one of which is by not cutting trees as much as possible and not changing the contour.

As a consequence, the mass of the building is spread out and rises and falls following the availability of land. As in his first house in Bener, and his other works, the presence of a tree sticking out in the middle of the building is commonplace. “This house appeared later, while this tree was already there first. The tree had to be won, then played between the existing spaces.”

The designs often seem unplanned. The spatial program develops organically following the growth of needs, from residences, meeting places to welcome guests, discussions, or lectures, to guest houses and museums. Almost all of them are accommodated by used wooden structures from various regions, such as East Javanese houses and barns from Bawean that were collected gradually. Used materials, new materials, and whatever is available are combined and used to the maximum.

At first glance, nature seems to be the highest element in Pak Eko’s works. However, he actually places nature in second place in his reflections during his life in the village. The first is the value of togetherness as part of an agrarian culture. “Social institutions, social relations are very important in the village to differentiate it from the city.”

In the village, residents usually allow their neighbors to enter and exit their yards. The yard is no longer just a personal space, but also a public space where residents can pass through and cut off access. “(For villagers) The house is the yard, relations become important,” said Pak Eko. The fence in the village also becomes a flexible boundary, never completely closed. Pak Eko also once said that the gate to his house was never locked. Later, he actually opened a new access, a bridge that connects the yard of Rumah Kedondong with the neighbor’s house across from it. When we visited there, we found Pak Eko’s neighbor using the bridge, entering the yard of Rumah Kedondong, greeting for a moment, then continuing the journey to his destination who knows where. The tolerance of the village community may have become commonplace there, but it is very rare to find in urban communities.

Human relations are an important element, not only in his architectural practice in the village, but also consistent in Pak Eko’s other projects. He establishes close relationships with all those involved and often positions himself as a bridge, facilitator, and companion. Pak Eko has repeatedly said that to clients he acts like a midwife who helps with “delivery”. The resulting building is like a baby that is clearly not Pak Eko’s child, but rather his own parents, namely the client or user who will use and care for it for decades. Therefore, Pak Eko tries not to impose his ego as an architect. In residential projects, especially those owned by artists with big egos, for example, Pak Eko allows the client to determine how the house will be filled, while he only helps direct so that the client’s wishes are well facilitated according to the available resources. The way he positions himself provides space for collaborative relationships that challenge the formal boundaries of architects.

In Rumah Kedondong, Mr. Eko does have more power as the owner and user, but again he keeps that ego to himself to give space to the craftsmen in the village. “The craftsmen in the village are actually farmers who work as craftsmen in their spare time. So, their abilities are limited and their equipment is also simple,”—in addition to their limited availability of time. The character of these craftsmen is what then largely determines the appearance of the architecture.

“We don’t have many resources, so if possible, don’t process too much. Don’t cut and produce leftover material, so everything is used up. That’s why I like broken ceramics because there’s no leftover, it’s all used up.” What then emerges is an honest frugal (cheap and simple) and primal (initial, raw, basic) architecture. Starting from social relations with the village craftsmen, Mr. Eko is brought back to the authentic character of the village that is more down to earth, which instinctively gives in to the form of nature.

This does not mean that his architecture is not innovative, in fact, this attitude of giving in gives rise to new creativity. For example, a family room unit in Rumah Kedondong with a concrete structure whose columns are separated by different contours. To avoid excessive cut-and-fill, a stage model was finally made with columns reinforced with catenary arches so that the dimensions remain thin. This design solution may be common for Mr. Eko, but new for the craftsmen. Therefore, he did not force the results to be neat, “(The important thing is) that it is structurally correct.” Moreover, the order of nature is also not uniform. “Everything has a role, has a function. We cannot find two identical leaves on one tree. So it’s different. Don’t be too stubborn in your architecture, like that.”

Employing local craftsmen is a strategy that Mr. Eko learned from his teacher, Romo Mangun. Building activities are not only seen as a way to meet programmatic needs, but also as an opportunity to support the local economy. “By making those details, it is not an aesthetic consideration, but actually to absorb it longer, so that the craftsmen work longer in that place, so that they still have jobs.”

In the post-earthquake reconstruction of Ngibikan Village in Yogyakarta in 2006, Mr. Eko worked closely with the local community. His initial involvement in Ngibikan was because of Mr. Maryono, a villager who had long worked with Mr. Eko as a carpenter. Mr. Maryono’s house was still standing, but many other houses had collapsed due to the addition of modern construction to the original limasan structure without proper reinforcement. The residents then took refuge in plastic tents set up in the rice fields. Concerned about this condition, Mr. Eko and Mr. Maryono, with financial assistance from Kompas, tried to rebuild the village.

There were many aspects that were attempted to be responded to in this case: the urgent need for decent housing, the character of the local community and culture that must be maintained, as well as the limited material resources and experienced carpenters. The design that then emerged was a modified limasan frame using coconut wood from around the village with concrete bases and nut-bolt connections. Three main modules were built during the reconstruction and can be duplicated according to the needs of future users. The brick walls reassembled from the earthquake debris stand ± 1 meter high, connected by light and easy-to-cut gypsum board walls. The construction procedure is easy to follow even for ordinary people with no previous carpentry experience, but structurally it is more effective in withstanding earthquakes than the previous structure.

In just 4 months, 55 houses in RT 5 Ngibikan were successfully built and ready to welcome the month of Ramadan. When visited four years later for the Aga Khan Award assessment, the village looked as if it had never been shaken by an earthquake before. The atmosphere is alive with similar framed houses but with their own development full of character—quite a contrast when compared to several villages that were reconstructed with a top-down system that is distant from the daily lives of its residents. Because of this event, a new generation of carpenters also grew from this village. Through collaboration, the architecture born from the hands of Eko Prawoto not only functions physically, but also maintains the relationship between humans and nature and culture.

The story of Mr. Eko and Mr. Maryono reminds us of Le Corbusier and his student, José Oubrerie in the construction of the Saint-Pierre Church in Firminy. Oubrerie needed Corbusier to be able to reduce the standard form from sketch to solid concrete building that became a public building. Pak Maryono in the Ngibikan case study is like Oubrerie, a craftsman who became Pak Eko’s student. He also reduced the idea of ​​limasan into efficient work techniques, dividing residents who were also users into work groups according to the construction stages: foundation, frame, installation—and taught them all until they could build it themselves. Here the boundaries of the architect become flexible. Architect, craftsman, and client become one for the sake of architectural knowledge—something Pak Eko hopes can be more accommodated in architectural education on campus.

Eko Prawoto’s approach to Ngibikan and his other projects is not only reminiscent of Romo Mangun’s typical local empowerment, but also the curriculum of the Berlage Institute where he took his Master’s studies in 1993. In contrast to the Amsterdam School’s expressive and ornamental architecture, the Berlage Institute applies a more critical, collaborative, and experimental approach. The emphasis is on the relationship between local and global contexts, as well as the involvement of practical realities that are full of social, cultural, and economic contexts. Like Bauhaus in Germany, or AA School in London, and various other institutions in the world.

There is an efficiency aspect of modular frames that can be easily produced in large quantities according to the capacity of natural and human resources so that more houses can be built more quickly. In the selection of the limasan frame, coconut wood, and the determination of the kitchen program outside the house, there is sensitivity to local culture—validation of the community’s identity that is the basis for rising again.

In terms of local and global relations, we need to remember that architecture is an expensive investment, but it is needed by all groups, without exception. When education and industry tend to use and develop expensive hi-tech materials, Mr. Eko has asked many times, “Where is the position of the architect?”

He answered that question literally by moving to Kulon Progo. His disappointment and anger towards education and the architecture industry seemed to be reprocessed in the simplicity and tranquility of the village—which we think is his attempt to design a paradigm shift, which will greatly change Indonesian architecture, from the city to the village, through heart-touching frugal architecture.

On the other hand, the question implicitly reminds us that architects need to be able to serve various groups, so they also need to master various techniques, not only modern techniques, but also simple techniques for groups who may only need shelter.

Roxana Waterson in the book The Living House observes how civilization in Southeast Asia began with simple shelters, made of twigs, leaves, and tree bark. In this book, Roxana presents Gaudenz Domenig’s theory about the alternative process of evolution of the primitive teepee structure (which consists of wooden slats arranged radially, tapering upwards to form a tent), into a vernacular structure in the form of upright columns supporting a wide roof. In Java, this development appears, among others, in the form of a limasan. Mitu M. Prie, through historical and archaeological observations, found that the limasan form is the simplest and most widely duplicated structure. It is a vernacular version of the primitive need for shelter.

Whether he realized it or not, the limasan became a structural model that Pak Eko often adapted in his works—both in its original form such as in Rumah Bener and Rumah Kedondong, and in a modified form such as in Ngibikan. Evidently, this structure is indeed easy to understand and build by craftsmen. Under the auspices of this simple structure, a more detailed spatial program was then developed.

When we came to his house in Kulonprogo, the masses of the limasan and other structures scattered in the yard made us want to capture the visuals using a drone. However, when we tried, we felt like we failed because the masses were almost invisible at all, almost entirely covered by the thick trees.

Indeed, it seems that we came with a city mindset. Later, we realized that the thick trees were the true form of Eko Prawoto’s architecture. It seems that he was serious when he said that for village people, a house is a yard. Rumah Kedondong is not just a mass and its spread out spatial program, but also its yard itself that forms circulation, becomes a weaver of relations with the village community, and also becomes a living space for Mr. Eko to observe the universe. And when the yard becomes a house, the trees tower like columns, and the thick leaves become a roof that shelters. Who would have thought, the concept of shelter or shelter in Rumah Kedondong is returned to its natural form, even before primitive civilization began. Back to its nature.

In addition to social relations, the relationship between humans and nature also becomes Mr. Eko’s main reflection. With him, the concept of genius loci is no longer limited to a design approach theory, but rather returns to its original meaning, “the soul of a place”. He tries to have a dialogue with nature like a dialogue with humans, who sometimes need to meet several times in different settings to be able to be familiar and know each other. “If you come, it’s better not to come once. But what’s it like in the morning, what’s it like in the afternoon, and what’s it like at night. Then when the sun rises from here, it’s really beautiful. That means the visual of the corridor in this direction is important,” he said in the Contextual Method class series (OMAH Library, 2021).

At Rumah Kedondong, the process of getting to know each other occurs in simple daily rituals, such as when Mr. Eko sweeps the yard. There he notices new details that were previously missed: from the point of sunlight, the inspiring details of the leaves, to the ecological balance. He tries to embrace all living things, even though at that time he has the potential to cause damage.

“Sometimes we feel like we have a lot of things, but actually other creatures also have the right … I think, when there are no more caterpillars, we shouldn’t expect to see butterflies. So sometimes, just let it be.” He understands the dynamic rolling nature, its relative beauty and ugliness, so that Eko Prawoto’s defeat is to win for the greater good.

In an IPLBI presentation in Yogyakarta in 2024, for the first time we showed a video taken from our visit to Rumah Kedondong accompanied by the song Happy Birthday by Levi Gunardi. The song is Levi’s dedication to his teacher, Iravati Mursit. The video and snippets of memories retold in the presentation are also our offerings to Mr. Eko Prawoto, as a form of gratitude for being able to meet him as a student.

Quoting Mr. Galih Pangarsa, one of Mr. Eko’s friends, when discussing Eko Prawoto’s architecture, we realize that “what is more important is not the debate on the spatial aspects of ‘local-global’, nor the temporal aspects of ‘traditional-modern’, but how to make architecture a form of joint effort to escape the trap of dwarfing and destroying the seeds of humanity.”

In 2025, 2 years have passed since Mr. Eko passed away, but we still feel and miss his presence. He was a Knight, an agent of change who fought with movements in the village, who touched not only the body and mind, but also the hearts of those who came into contact with him. From Mr. Eko we learned to be calm in anger and reflect on disappointment. His words could always “cleanse” our hearts and make us feel like we were reborn. To become true human beings. And today we deliver that message again.

Happy birthday, Sir.

Kategori
blog

Lumintu front door menuju pintu bulat

Di RAW Architecture, proses desain selalu dimulai dari sketsa tangan. Bukan hanya tentang menggambar bentuk, tetapi sejak awal sketsa menjadi ruang dialog tentang program ruang, fungsi, sirkulasi, hingga susunan massa bangunannya. Sketsa menjadi alat eksplorasi yang cair yang membuka banyak kemungkinan, dari bentuk-bentuk yang abstrak hingga komposisi ruang yang lapang, bagaimana ruang-ruangnya dirancang blong, dengan jarak antar kolom yang renggang untuk menciptakan fleksibilitas dan rasa lega di dalam rumah.

Ada satu cerita yang kami ingat yaitu ketika klien memutuskan untuk memindahkan pintu utama ke sisi bangunan, agar bisa sesuai dengan fengshui. Setelah dihitung ternyata angin dari barat laut bisa masuk lebih optimal. Hal-hal seperti ini muncul dari percakapan yang santai, tapi memberi dampak besar dalam membentuk ruang masuk yang lebih sejuk.

Foto – foto ini memperlihatkan area penerima di Rumah Lumintu yang dinaungi oleh kanopi dan membentuk bayangan lembut bagi area tanaman di bawahnya. Keteduhan ini adalah hasil dari strategi bioklimatik yang dirancang secara cermat untuk menjawab tantangan panasnya tapak yang menghadap barat.

Design: RAW Architecture – @realricharchitectureworkshop
Structural Engineer: PT. Cipta Sukses
Photography: @kiearch
Design process video by @realricharchitectureworkshop team

#lumintuhouse #tropicalarchitecture #realricharchitectureworkshop #jakartaarchitecture #arsitekturindonesia #microclimate #sustainablehome #architecturestory #rumahindonesia #moderntropical #bioclimaticarchitecture

Kategori
blog

Magical People : Greg, Eric with Jemai

Magical people in @omahlibrary Greg, Erica with Jemai akhirnya ketemu lagi yaaa, best companion, librarian, father, and warm little fam :) filing day with warm hugs ❤️❤️❤️

Photo by @hanifahsausann tq ya ufi

Kategori
blog

Guha Boboto

Located in West Jakarta, Guha Boboto is a residential renovation project that turns a 1990s workshop made of simple plywood structures into a hybrid space integrating a family home, boarding house, food stall, and a public library. Set within a dense neighborhood, with a site of 26 x 14 m, the design posed two critical questions: Can a renovated house blend family, work, and community using recycled materials? And how can a bioclimatic design adapt to Jakarta’s climate with simplicity?

Our strategy was a “Vernacular Hybrid” approach, blending recycled materials with local craftsmanship. We reimagined the 1990s plywood structure, transforming it with glulam and lightweight steel to create a resilient, affordable framework. We use materials such as traditional wood joineries, plywood, and bricks. The interventions are designed and composed in such ways to preserve the old structure. This project highlights the spirit of locality, affordability, and sustainability.

The facade mixes repurposed plywood and steel slats, opens north-south for airflow, shading the west for thermal comfort. Craftsmen crafted plywood from 1997 into intricate wall and ceiling patterns, adding warmth. A central hallway, linking the family home, boarding house, and OMAH Library, acts as a courtyard like space, buzzing with community life. The library, a bookstore and activity hub, joins family-run stalls from the 1990s, supporting local micro-businesses. The landscape, with small garden patches shaded by the structure, weaves into the kampoong fabric.

The innovation lies in craft and sustainability. Repurposed bricks and plywood form intricate patterns, reducing heat while guarding privacy, also extending the lives of the waste materials, turning them into valuables by the touch of local craftsmen. It is a living experiment of how homes in urban Jakarta can be adaptable and generous, proving that less can be more.

Design: RAW Architecture – @realricharchitectureworkshop

Photography:
1-3, 6-10 by @aryophramudhito
3-4 by @luil_mn

#realricharchitectureworkshop #RAWarchitecture #adaptivereuse #recycledmaterial #mixedusearchitecture #circulardesign #architecturaldesign

RAWCaseStudy09

Kategori
blog

Belajar dan Berdiskusi dari pak Budi Sukanda


Kami belajar banyak dan berdiskusi cerita arsitektur Indonesia dari pak Budi Sukada di hari minggu dari sejarah, teori, sampai kritik dan dinamikanya. “Very blessed day today” bisa bertemu seperti ini di hari minggu.

Diskusi sampai tentang pak Ardi Pardiman, relasi dengan pak Gunawan Tjahjono, penerbitan Djambatan dimana mbak Lit istri pak Budi sempat kerja disitu yang dimiliki oleh Mustafa Pamuntjak . Sungguh ditunggu kehadiran pak Budi di diskursus banyak tempat tentang arsitektur Indonesia. Indonesia memiliki banyak role model hebat untuk jadi sumber pelajaran juga tempat berdiskusi dengan puluhan tahun pengalaman.

Seorang maestro tidak untuk dipuja puji saja, namun untuk sebagai kawan berdiskusi, menguji seberapa kuat pemikiran kita, seberapa rendah hati kita untuk terus belajar, seberapa lentur ego kita, dan seberapa jauh kita mau berempati dengan apa yang namanya waktu, pengalaman, jam terbang, dan arti senyuman yang merangkul.

Kategori
blog

Meja belajarnya Heaven Rich

Di meja belajarnya, Heavenrich dengan cermat mengatur mainan-mainannya, menciptakan dunia kecil yang rapi. Kadang, ia kesulitan fokus atau mengatur barang, seperti lazimnya anak seusianya, namun setiap langkah kecilnya adalah progress. Bersama Laurensia, saya belajar untuk menjadi pembimbing yang sabar, mengingatkan diri bahwa anak-anak bukan miniatur orang dewasa. Tugas orang tua bukan menuntut, melainkan menunjukkan jalan.

Di usia 3 hingga 7 tahun, anak – anak sedang menjelajahi wilayahnya, belajar mengenal batas dan mempraktikkan kemandirian. Kami mengajarinya cara mengatur, mulai dari mainan hingga waktu, dengan penuh kasih. Setiap kali ia berhasil, kami mengabadikan momen itu dalam foto, menunjukkan betapa gagahnya ia. Pujian sederhana ini membangun harga dirinya, membuat matanya berbinar. Progresnya, meski kecil, terasa besar di hati kami.

Membimbing Heavenrich, dan belajar darinya adalah bagian dari tugas pembimbingan, juga pembelajaran, sebuah perjalanan untuk menumbuhkan kepekaan dan keberanian dalam dirinya. Sebagai orang tua, kami belajar rendah hati, menyadari bahwa setiap anak punya tempo sendiri untuk berkembang.

Saya merefleksikan arsitektur berpusat dari keluarga, dan dari situlah kasih muncul, itulah arsitektur.

Kategori
blog

Sawo Morahai

Nestled within the dense complex of South Jakarta, The Sawo Morahai House is a home designed with the intention to engage and contribute meaningfully to its surroundings.

Located at the corner of a children’s playground (RPTRA) in the middle of a bustling neighbourhood, the area are alive with activities throughout the day. This vibrant context became an opportunity for the client to reflect on design that represent both of them, a design with strong identity links to his Maluku heritage, and her dedication to community service.

The home regularly welcomes many visitors, where it translates to a social area around the corner. Here, daily newspapers are made available in order to invite neighbours to gather and read. This creates an informal communal space, making the house a hub for social activities to take place.

The ground floor become a dynamic social core. An open garage accommodates up to four cars and doubles as a flexible multi-use area, seamlessly connected to the adjacent RPTRA. Two bedrooms and a workspace on the ground floor cater to daily needs, while a generous social space ties the home to its communal context.

The second floor houses a library and two guest bedrooms, with a central office space serves as the heart of the home. The third floor forms the private family zone, with a main bedroom and two children’s rooms. Above, a rooftop garden crowns the design, featuring a ping pong area, pantry, and seating zone—inviting retreat for relaxation and play.

The house explores combination of curves and rectangular shapes in its form and facade to facilitate healthy airflow and natural light into the interior spaces. The facade expresses Maluku’s heritage, with exposed wooden elements mimicking boat masts and totems through uses of natural ulin wood for a raw, organic texture, and gray toned finishes to compliment it.

Design: RAW Architecture – @realricharchitetcureworkshop
Photography by:
Slide 1-2 @aryophramudhito @luil_mn
Slide 3, 5, 7 @aryophramudhito
Slide 4, 6, 8-10 @ernesttheofilus

#realricharchitectureworkshop #RAWarchitecture #architecturaldesign #architecture #homedesign

RAWCaseStudy40

comment:

As to respond to its climatic context, the design prioritizes methods to achieve thermal comfort of 28°C by strategically placing trees and plants to create a natural cooling effect. A lush garden fronts the house to block excess sunlight, while still offering views of the children’s playground. A rooftop garden serves as insulation for the rooms beneath it. Respecting its surroundings, the house maintains open southern and northern boundaries to prevent overshadowing neighbouring properties, ensuring light and air to circulate freely.

The name Morahai carries multiple meanings: a beautiful house, the beauty of family, and the beautiful notion of how opportunities can rise a meaningful live for the client. Morahai reflects a belief that every home should be rooted to its residents, nurtures them, and bring positive impact to its surrounding community.

Kategori
blog

Part 3 Lumintu

Part 3 – Lumintu

Foto oleh @kiearch ini menceritakan bagaimana keteduhan, material ringan, dan ritme garis dari elemen kanopi yang naik turun membentuk komposisi indah sekaligus berfungsi secara termal. Fasad Rumah Lumintu dirancang seperti cabang-cabang pohon yang membentuk kanopi berkelanjutan, menciptakan naungan yang melindungi ruang di bawahnya. Tak hanya sebagai peneduh dari terik matahari Jakarta, kanopi ini juga memberi rasa tenang, seperti duduk di bawah rindangnya pohon.

Proyek ini menantang karena tapaknya menghadap barat. Oleh karena itu, pendekatan arsitektur bioklimatik menjadi landasan utama perancangannya. Mulai dari pemilihan material yang tepat, penempatan ventilasi silang, penerapan stacking effect, hingga kanopi sepanjang 6–8 meter, semua dirancang untuk menciptakan buffer alami terhadap panas sekaligus menghadirkan kenyamanan sejuk bagi ruang di dalamnya.

Dari Rumah Lumintu, kami belajar bahwa arsitektur tropis bukan hanya soal estetika, tapi soal kenyamanan yang dirancang dengan kepekaan. Menghilangkan panas bukan berarti ruang menjadi kosong, melainkan menghadirkan kesejukan nyata melalui bukaan dan ventilasi silang. Angin pun dimanfaatkan untuk mengurangi kelembapan, membuat ruang terasa sejuk dan nyaman. Rumah Lumintu lahir dari proses performatif yang menyesuaikan kebutuhan iklim, fungsi, dan gaya hidup klien. Inilah filosofi “Lumintu”, berkelanjutan, alami, dan tumbuh bersama waktu.

Design: RAW Architecture – @realricharchitectureworkshop
Structural Engineer: PT. Cipta Sukses
Photography: @kiearch
Design process video by @realricharchitectureworkshop team

#lumintuhouse #tropicalarchitecture #realricharchitectureworkshop #jakartaarchitecture #arsitekturindonesia #microclimate #sustainablehome #architecturestory #rumahindonesia #moderntropical #bioclimaticarchitecture

Kategori
blog

The School of Alfa Omega”s Workshop Building

The School of Alfa Omega’s workshop building, as the second phase of the school’s development, is an attempted response to support educational needs in collaborative environment, uniting architectural design and alternative educational initiative to promote an open, creativity-driven pedagogy. From a holistic perspective, traces of rigid educational culture are still common and are the byproduct of varying elements from the post-colonial situation, often reflected in students through lack of participation, favoritism, and the suppression of creativity and critical thinking. These issues, rooted in a post-colonial legacy, inspire to rethink a new spatial and better pedagogical approach.

The new building serves as a multifunctional space, primarily for student workshop activities as part of the school’s initiative in direct collaborative education. Its star-shaped form reflects a break from rigid planning, emphasizing openness and connectivity, with a central atrium maximizing interaction. Six inward-facing rooms complete the program, all linked to the central atrium as the pivotal space and each used for different types of student workshop that includes timber, bamboo, metal, plastic, and clay workshops. The design is then guided by four main principles: connectivity, responsiveness to tropical climate, bamboo tectonics and sustainability, and adaptable function.

Client: @alfaomegaindonesia
Design: RAW Architecture – @realricharchitectureworkshop
Structure Engineer: Singgih Suryanto, Amud, and team
Photography by:
1-9 @bacteria.archphotography
10 @indonesiacreativemedia

#realricharchitectureworkshop #RAWarchitecture #architecture #design #architecturaldesign #architecturedetails
#bamboo #naturalbuilding #alfaomegaschool #school #bamboobuilding #tangerang #tropicaldesign #schooldesign

RAWCaseStudy01

To reinforce the school’s vision of closeness to nature and local wisdom, bamboo was again chosen as the primary material. The structure was developed through collaboration between designers, craftsmen, and school staff, showcasing craftsmanship and experimentation. Elevated above the ground to respond towards the existing flood threat, the slanted roof responds to climate needs, with flooring made from bamboo and concrete layers. The walls combine traditional “gedhek” weaving and polycarbonate for ventilation and daylight, while the wind tunnel created from raised central roof enhances cross-ventilation.

The Workshop supports the holistic spirit to embody an alternative educational model: one that resists inherited rigidity and encourages independent, critical, and imaginative thinking through space that is close to nature and locality.

Kategori
blog

Domba : Lembang melahirkan 2 domba lagi

.

Lembang melahirkan 2 domba lagi, total sudah 11 sekarang , yeaaaaay, welcome new fam ^^ piyandeling

Kategori
blog

Domba : Tahura Melahirkan

.

Domba kami si Tahura, sudah melahirkan anaknya 2 jantan baru saja lahir lagi, dapet kiriman pak saniin , kelahiran selalu jadi sesuatu yang ditunggu – tunggu. Dari 3 ekor dengan Tahura,Dago, Bandung, akhirnya beranak dengan nama si kembar satu, si kembar dua, dan si tunggal. Yang dua ini baru dinamain Maribaya dan Mekarwangi. Sekarang udah 9 ekor.

Domba – domba ini lucu – lucu, sekaligus bisa jadi koperasi bersama, saham saya 20 persen sisanya buat pak Saniin, mang Dede, mang Rojak, mang Uyu. ^^

Kategori
blog

Part 2 Lumintu

Part 2 Lumintu

Foto ini menunjukkan material lengkung dari besi membungkus struktur beton dua lantai, foto lain menunjukan bagaimana taman di bawahnya di teduhi oleh kanopi sehingga lebih teduh. Bangunan ini mengalami beberapa pergantian tampak, karena klien yang memberikan tantangan detail dan mau memberikan toleransi waktu untuk proyek.

Klien kami memiliki bisnis peralatan bangunan industri. Ia menginginkan rumah yang juga berfungsi sebagai tempat peristirahatan dan tempat berkumpul bersama keluarga. Saya menampilkan juga video yang dibuat tim kami, jocelyn dan tim untuk menjelaskan proses desain secara singkat. Kuesioner selalu menjadi titik awal proses desain, bukan hanya formalitas, tetapi landasan untuk memahami siapa klien kami, apa yang mereka butuhkan, dan yang lebih penting, bagaimana mereka hidup dan dicatat.

Semoga rumah ini dapat tumbuh bersama mereka lintas generasi. Terhubung dengan klien juga berarti menghormati tradisi budaya, seperti mempertimbangkan feng shui untuk memastikan desain selaras dengan nilai-nilai yang sangat berarti bagi mereka seperti pintu di ujung sudut, memutar menikmati taman sebelum memasuki rumah.

Ia menghabiskan banyak waktu di lapangan lebih dari arsitek namun tetap menghargai proses desain. Penghargaan sederhana ini adalah proses kreatifitas yang sehat, inklusif. Banyak orang, banyak perputaran ide, kepercayaan yang total, proses desain yang analitis terhadap biaya, waktu, dan mutu yang terkontrol.

Foto ini diambil oleh @kiearch menunjukkan Fotonya memiliki komposisi bagus, memang fotografer ini punya mata yang tidak biasa, berseni, dan mampu memicu sudut – sudut yang khas kuat. Untuk arsitektur yang dibangun lama, fotografer mengabadikan memori yang berkesan untuk kami, tim studio, juga klien.

Design : RAW Architecture – @realricharchitectureworkshop
Structure Engineer: PT. Cipta Sukses
Photography by @kiearch
Design process video by @realricharchitectureworkshop team

architecture #lumintuhouse #realricharchitectureworkshop #indonesianarchitecture #architecturedetails #jakarta #tropicaldesign #homedesign #architecturaldesign #sustainablearchitecture #moderntropical #architecturalinspiration

Kategori
blog

Heaven Perform jadi Billy Goat

.

Ganteng dan lucuuuu hihi
Hari ini Heaven perform jadi Billy the Goat ^^

“Great of All Time” hihi

Kategori
blog

EduAll

EduAll is a learning and study center located in West Jakarta, nestled within a dense urban complex. The spatial constraints of the site called for a departure from conventional school design. In response, the project explores key questions: How can an informal school be effectively realized within a modest space? And to what extent can spatial potential be maximized despite physical limitations?

The design addresses these questions by reimagining the constrained urban site—defined by fixed columns and low ceilings—as a dynamic, playful, and therapeutic alternative to rigid, traditional schools.

At ground level, a “playground of possibilities” welcomes students with soft, curved forms and vibrant colors inspired by treetops to spark exploration and imagination. A vista from the entrance frames a broadcast space, rooting learning in communication and interaction.

Across four levels, the design uses thoughtful zoning to overcome spatial limitations. The ground floor combines functional spaces—admissions and lobby—with a creative hub. The first floor houses a science zone, integrating structure with experimentation. The second floor features a maker space to encourage hands-on innovation. At the top, the third floor offers an open-plan exhibition and art area to promote flexibility and expression.

Each level balances “viewing” and “being seen” through a combination of open and enclosed geometries. Materials evolve from simple whites and transparent glass on the lower floors to bold, colorful finishes above—serving as a visual and spatial stimulus that encourages students’ creative exploration.

EduAll offers an example on how an informal school can thrive within a modest setting. The space now serves to nurture the student in their creative endeavors, challenging traditional norms for a more dynamic and exploratory approach to learning.

Client: @eduall.junior
Design: RAW Architecture – @realricharchitectureworkshop
Contractor: @alpha.creative_id, @veliomobili
Photography by: @aryophramudito

#realricharchitectureworkshop #RAWarchitecture #informalschool #creativelearning #kindergartendesign #schooldesign #architecturaldesign

RAWCaseStudy27

Kategori
blog

Liburan bersama Keluarga di TMII

.

Hari ini di Taman Mini Indonesia Indah lagi,
Betapa anak – anak suka banget kesini, sekarang TMII semakin bagus dan rapih, semoga semakin banyak tempat seperti ini dan bisa biaya juga semakin murah, :) Tuhan sungguh baik.

Kategori
blog

Noah Kindergarten

Noah Kindergarten is a new kindergarten project located in Cipinang, East Jakarta. It is built in a hot and humid area, within a rather enclosed space. Therefore, the design considers the following questions: How can a kindergarten host an inclusive space while responding to its tropical context? What are the barriers, and how can a simple, groundbreaking sequence overcome them?

The design responds by prioritizing the child’s journey—how they enter, feel, and explore—within a safe, creative, and climate-responsive space.

From the lobby, an open expanse flows seamlessly to a playground, connecting every level with accessible, open areas. The ground floor offers a unified, safe space; the first floor links to an open swimming pool and landscape; the second floor ties together a library, terraces, and an open auditorium; and the rooftop blends sports with a garden of endemic plants.

Corridors, open to natural air, are crafted from a child’s perspective portraying explorative portals into varied “worlds”, all while ensuring disability access and intuitive navigation. Addressing spatial barriers, the classrooms adopt a simple, double-loaded corridor layout to maximize efficiency, while the building is lifted above ground as a safety measure against flooding in the area, and to house utilities and parking below.

Slanted terraces and façades respond to tropical challenges, shading the harsh west sun and cooling corridors between classrooms and the exterior—creating a bioclimatic design that minimizes reliance on air conditioning. The south-facing roof channels indirect light into the auditorium, enhancing comfort.

The building is now well on its way. The kindergarten aims to bring reassurance and security for its children, combining spaces of learning with a close connection to nature. Noah Kindergarten hopes to shape an open-minded education for the future.

Client: @sekolahnoah
Design: RAW Architecture – @realricharchitectureworkshop
Structural Engineer: @vindicontractor
MEP: @narama_mandiri

#realricharchitectureworkshop #RAWarchitecture #kindergarten #kindergartendesign #schooldesign #architecturaldesign

RAWCaseStudy31

Kategori
blog

Selamat Ulang Tahun Laurensia

.
Happy birthday ka @laurensiayudith dr kami di studio RAW DOT OMAH ^^ terus bercahaya dan sabar dengan kami – kami semua. Terima kasih untuk bro and sis yang sudah menyiapkan kue dan waktunya untuk ka yudith.

Kategori
blog

Selamat Ulang Tahun Laurensia

.
Selamat ulang tahun istri tersayang, Dokter gigi terbaik di dunia @laurensiayudith, sungguh tidak ternilai gimana kita bisa dapat ibu yang jadi pusat keluarga kami. Semoga Tuhan memberkati dirimu dengan kasih berlimpah, kesehatan, kebahagiaan, dan kenangan yang manis. Ia adalah permata Keluarga kami, ibu dari anak – anak yang lucu – lucu,mohon doanya ya untuk istri saya yang sangat sabar dan baik ini, mengurus begitu banyak hal sehari – harinya, memastikan semua baik2 saja di rumah, studio, dan sekitarnya. Ia hadir di tengah – tengah arsitektur, figur yang jarang dibicarakan namun perannya sentral dalam desain RAW.

Kali ini sempat menulis refleksi di bandara. Banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini, begitu cepat, banyak yang mengagetkan seperti hari ini kena delay sampai ber jam- jam ke kolkata.

Memang hidup tidak bisa diprediksi, dalam Hal – hal yang mengagetkan ada saja hal positif yang menanti, membuat harus sabar di hari – hari ini, di luar rencana, dan tidak ada yang kebetulan. Tuhan memberkati dirimu dengan seluruh kuasa baik yang terjadi dalam hidupmu. Saya hanya bisa mengucap terima kasih dan rasa syukur untuk karuniaNya mendapatkanmu 🙏🏻

Album foto kenang2an
Slide 1 : foto hari ini ^^
Slide 2 : nunggu delay, dapet bantal dr sq buat nunggu 14 jam ^^

Kategori
blog

Delhi Airport

A Family Room at Gate 56

At Gate 56 of Delhi Airport, I sat waiting, initially weary from a 14-hour flight delay that felt like a test of endurance. Yet, in His mysterious way, God turned bitterness into sweetness. There, I met Jason Thankachan, a warm, smiling coder who shuttles between India and Indonesia, living in Bekasi. Simple and courteous, he sparked our connection with a question: “Do you like video games?”

I chuckled, memories flooding back. “I used to play Dota and Mobile Legends,” I said. Jason eagerly shared updates on characters I still recalled—Skeleton King, Berserker—reviving nights at ITB’s multimedia lab, where I installed Dota, learning software by day and battling in tournaments by night. Then, he showed me a tiny emulator packed with hundreds of games, affordable yet brilliant. I pictured my sons, Miracle and Heaven, delighting in it, their eyes bright with joy.

Sayan Bose, a DOP (Director of Photography), joined us, intrigued. “What’s that?” he asked, eyeing Jason’s emulator. From casual gaming talk, we dove into Kolkata’s culinary treasures: sweet desserts, potatoes, biryani. The three of us laughed freely, as I tweaked slides for my RAW Architecture presentation at FOAID later that day. The air felt light, like a family reunion unfolding unexpectedly.

Then came Pavel, a humble film director with a curious spirit, asking where Jason got the emulator and its price, peppering us with questions about Indonesia. I later learned via Google that he’d produced films like Kolkata Chalantika, Asur, and Rosogolla. Our chat shifted to life’s deeper currents—children, education, growth. Pavel shared that his wife, Smriti, whose name means “memory,” is a teacher. Her work shaping young minds resonated with me, reminding me of my own efforts to nurture through architecture and community. We spoke of Smriti’s dedication, how she crafts lessons with care fostering curiosity and kindness in her students, a quiet yet profound act of building the future…(continue in comment)
.
@hiitsme_pavel @mukherjee_smriti @shadow_paint_

Kategori
blog

School Of Alfa Omega

School of Alfa Omega explores how an educational building can fully embody the spirit of locality and craftsmanship through its design approach. With a budget, time, and contextual constraint, it challenges the mutual teamwork of varying parties and local craftsmen on how to create a vernacular-inspired school typology on the chosen site that is a part of the design decision, and will become the main strategy to achieve the operational and aesthetical goal by itself.

The site chosen is an unstable, swampy ground in Tangerang. The project faced challenges of limited time and budget, all while committing to a collaborative process with local craftsmen. By combining steel with lightweight bamboo, the design balances efficient construction, completed within just four months, with an emphasis on local building techniques. To address the unstable site conditions and reduce its carbon footprint, the structure was first elevated 2.1 meters above ground and built.

To ensure that the spirit of craftsmanship is holistic, materials used are sourced from the surrounding area, contributing to efficient logistics and reducing the carbon footprint of the construction. Alongside that, a collaborative bond between various craftsmen is established, including local stone masons, steel welders from the Salembaran area, and bamboo craftsmen from the Sumedang area. With each bringing their own originality, the bond accelerates the construction process without losing its ubiquitous understanding of school typology.

The building is composed of four modular masses, utilizing a blend of brick and lightweight materials to form a flexible yet grounded composition. Its parabolic, curve-shaped roof, that draws inspiration from the characteristic form of nipah, was designed to align with tight budget constraints without sacrificing architectural identity. Stacked brickwork in a solid-void pattern facilitates natural cross-ventilation, eliminating the need for air conditioning, while 100% daylight is being used in the morning and afternoon time. Polished bare concrete flooring finish is used to ensure long-term durability in the high-traffic learning environment.

At its core, the project reflects the relationship between materiality and craftsmanship, where the spirit of collaboration becomes fundamental both for the construction and shown by the soul of the building. It stands as an attempt on how a learning space can be both modest and meaningful, rooted in local wisdom and vernacularity while responding to the particular site and climate.

#realricharchitectureworkshop #RAWarchitecture

Client: PKBM Alfa Omega
Architect: RAW Architecture – Realrich Architecture Workshop
Structure Engineer: John Djuhaedi and Associates
Photography by @bacteria.archphotography

Kategori
blog

Part 1 Lumintu

Part 1 Lumintu

Foto ini diambil @aryophramudhito , ia mulai dari memahami objek, ruang, dari bawah, prosesnya saya lihat sendiri ia berjuang untuk mendapatkan satu sudut yang tidak mudah.

Di slide seterusnya dijelaskan proses desain, yang tidak mudah, bagaimana memahami site, suhu yang panas, juga karakter klien yang baru kenal, memerlukan waktu untuk memahami problem lingkungan, juga klien yang akan di olah lebih lanjut. K‪lien kami mendamba sebuah rumah yang tropis dan fungsional. Mereka adalah keluarga yang sibuk sehari – hari bekerja di pabrik, dan ingin di rumah memiliki nuansa yang reflektif, seperti ada di oase di tengah kepadatan Jakarta.

Sedangkan di tahun 2017, kami baru mengerjakan proyek alfa omega, selesai dengan proyek Dancer House, dan beberapa proyek lain yang konsepnya relatif sederhana. Beton digunakan karena strukturnya efisien dan bisa diterima oleh klien. Penggunaan materialnya juga tidak neko – neko sederhana dan ditujukan supaya lebih ekonomis, ketukangan lokal diutamakan. Jadi uang, resources bisa digunakan untuk hal – hal yang lain. Rumah tinggal pribadi memiliki ciri khas akan keputusan yang berpusat dari relasi klien dan arsitek.

kelenturan dari ketukangan bambu yang menjaga kestabilan, cara berpikir tersebut lah yang kami dapat di 2017. Cara berpikir kelokala yang semakin lama semakin dalam, bagaimana setiap sudut dan detail material perlu dilakukan secara lokal. Penggunaan besi kecil menjaga kestabilan, microclimate dengan cantilever yang panjang, massa yang ringan dengan Harga yang ekonomis. Selain itu ekspreksi naik turun dari bentuk kanopi merupakan hasil dari parameter agar tidak menutupi pandangan dari dalam keluar ruangan, dengan tetap menjaga kestabilan dan estetika.

Filosofi di RAW selalu adalah bagaimana membuat bangunan dengan variasi yang kreatif, dan memiliki konsep dan detail yang kritis. Dari perumusan konsep sampai material, seluruhnya didiskusikan, dan postingan ini bercerita tahap awal sekali, dimana pemahaman tentang lingkungan berupa, level tanah, bentuk tanah, drainase, dan kondisi tapak kiri kanan jadi hal yang spesifik.

Photography by @aryophramudhito
Design by @realricharchitectureworkshop

Kategori
research

Arsitek dan Arsitektur dalam Ruang dan Waktu?

Tulisan-tulisan berikut disusun berdasarkan riset mendalam dengan keyakinan bahwa di balik karya arsitektur terdapat proses kreativitas yang panjang, melampaui umur arsitektur itu sendiri. Energi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya terus bergerak, melebihi kapasitas personal sang arsitek. Apa saja kebaikan dari nilai-nilai ini?

Hipotesis pertama menyatakan bahwa arsitek sebenarnya berada di tengah-tengah berbagai aktor yang menentukan lingkungan, dan daya kritisnya menjadi kunci untuk melihat potensi dalam keterbatasan Biaya, Mutu, dan Waktu. Hipotesis kedua adalah bagaimana kekayaan budaya, sejarah, teori, dan kritik di dalam lingkungan, termasuk konteks ekonomi dan geo-politik dari suatu tempat yang saling berkelindan pada setiap titik penting waktu, menghasilkan metode desain yang komprehensif.

Penelusuran yang berjalan juga dimaknai dari sudut pandang kemanusiaan, berkaitan dengan psikologi, pengembangan diri untuk menghadapi tantangan dunia, dan perjalanan menemukan tujuan hidup. Karenanya, refleksi tentang sikap, kultur, dan cara bekerja, serta kerangka berpikir yang dijalani sehari-hari di studio juga menjadi sorotan dalam tulisan-tulisan ini.

Dengan ini, harapannya pembahasan arsitektur tidak hanya dibahas dari sisi kreativitas atau ranah personal arsiteknya saja. Namun, juga mengeksplirasi manusia sebagai makhluk sosial, dengan energi yang bertaut-tautan dan disusun secara elaboratif. Proses penulisannya pun dijalin dari kolaborasi banyak orang dan banyaknya perspektif, sehingga menghasilkan narasi yang menunjukkan transformasi cara berpikir. Semoga ini bisa menjadi tulisan sastra yang panjang, sebuah epos cinta untuk arsitektur.

Eko Prawoto dan Desa, Metode Arsitektur Masa Depan untuk Indonesia

(English translation is available below) Sepuluh tahun terakhir sebelum wafat, arsitek Eko Prawoto memutuskan untuk menepi ke desa. Keseharian kota yang tak pernah luput dari pembangunan dan lahan subur proyek arsitektur itu ia tinggalkan. Beliau membangun rumah baru di desa, menciptakan “proyeknya sendiri” bersama tukang-tukang yang tidak selalu ada karena disambi bertani. Kami keheranan, kok…

Romo Mangun, Jejak-Jejak Arsitektur yang Memanusiakan

(English translation is available below) Selama proses penulisan artikel ini, seorang desainer di studio kami bertanya, “Kenapa sih Kak Rich menulis tentang Romo Mangun? Kenapa kami yang muda ini perlu untuk mengenal beliau?”  Well, mempelajari sosok Romo Mangun bukanlah sekadar tanggung jawab sejarah. Dalam refleksi praktik penulis di Jakarta, di tengah hingar-bingarnya arsitektur yang provokatif…

Sikap Tangguh, Fleksibel, dan Efisien dalam Dunia Arsitektur Menuju 2030

Sikap Tangguh, Fleksibel, dan Efisien dalam dunia arsitektur menuju 2030. Arsitektur dipahami sebagai profesi yang sedemikian tertutup, bebas nilai, padahal desain bisa jadi sangat efisien, strategis dan kolaboratif. Sebagai refleksi terhadap beberapa kejadian di sekitar studio kami, dimana banyak kesalahpahaman terjadi karena ketidaktahuan. Tulisan oleh Realrich Sjarief dan Arlyn Keizia. Mulai dari klien, kontraktor, vendor,…

Carl Jung, Bollingen Tower, dan Refleksi Studio Kami

Bentuk massa yang organik, bertumpuk – tumpuk, dan bertahap – tahap dibangun, membuat kami mencari konsepsi Jung dalam membangun kediamannya, dibahas oleh Newport, bahwa inilah mesin eudomonia, sebuah konsep yang dibahas oleh David Dewane, bahwa ada kombinasi program, untuk bagaimana berinteraksi secara sosial sembari tempat melakukan refleksi mendalam, yang disebut Newport, Deep Work. Tulisan ini…

Work Hard, Work Smart, Work Heart

Refleksi singkat soal membangun sikap pantang menyerah dalam studio arsitektur. Tulisan oleh Realrich Sjarief dan Arlyn Keizia. Sudah hal yang biasa jika perbincangan tentang kerja di studio arsitektur sering dikaitkan dengan kultur kerja hingga larut malam. Kultur ini juga tercermin dalam karakter Moko di film 1 Kakak 7 Ponakan, dimana apa yang dialami oleh Moko…

Hemingway, Apurva and Metode Iceberg

Kemampuan literasi (membaca, menulis, dan berpikir kritis) sastra di dalam arsitektur seringkali dihubungkan dengan kemampuan mengatasi tantangan hidup. Mulai dari memahami situasi dalam pemecahan masalah, menganalisis kegagalan, hingga bangkit dari kegagalan tersebut. sebuah tulisan dari Realrich Sjarief + Jocelyn Emilia. Ernest Hemingway menulis “Kehidupan menghancurkan kita semua, tetapi beberapa di antara kita menjadi lebih kuat…

Mengejar Ekor Waktu, Proses De-Tailing

Tulisan kali ini adalah tentang bagaimana seorang arsitek bisa melihat metode melalui tahapan waktu dan observasi di lapangan secara menerus. Dalam refleksi singkat kami, seringkali saat menjalani proyek arsitektur, studio kami melakukan proses detailing yang membuat arsitektur bicara dengan skala yang kecil. Proses detailing ini memakan waktu yang tidak sebentar, dan merupakan cerminan jam terbang…

Jam Terbang Arsitek dalam Ekosistem yang Terbatas

Melihat arsitek-arsitek dengan jam terbang tinggi, kita bisa belajar sebenarnya hal-hal yang substansial justru ada di luar studio sang arsitek atau metode desainnya. Hal yang substansial tersebut terkait klien, komunikasi, dan bagaimana memposisikan diri. Refleksi ini membuahkan tulisan-tulisan, termasuk tulisan ini yang ditulis oleh kami, Realrich Sjarief + Hanifah Sausan. Dengan bingkai praktik Frank Gehry,…

Membangun Diskusi yang Substansial

Akhir-akhir ini, studio kami fokus pada hal-hal yang substansial dan penting. Hal ini bermula dari pengalaman menghadapi kritik, sanggahan, atau ajakan untuk berdiskusi dalam presentasi atau workshop yang kadang membuat kita merasa tidak percaya diri. Tidak jarang juga kata-kata yang dilontarkan mencerminkan frustrasi, kekesalan, dan keterbatasan dari pembicara, yang bisa menyebabkan perdebatan menjadi berputar-putar dan…

Overbudget, Kritis, dan Tumbuh

Ini adalah cerita soal satu dari 3 strategi desain yang mempertanyakan fenomena over-budget, Kritis, dan tumbuh dari diskusi sekitar kami, yang dikembangkan di Guha oleh Realrich Sjarief + Hanifah Sausan Refleksi singkat dari beberapa cerita di sekitar kami: sebuah karya arsitektur milik kawan kami yang bisa sampai over-budget berkali-kali lipat misalnya, merupakan hal yang jadi…

“Brothering” Geoffrey and Bevis Bawa, Perjalanan Dukung Mendukung dalam Bersaudara.

Di dalam praktek arsitektur, bagaimana memperlakukan klien dengan baik menentukan masa depan praktek arsitektur arsitek. Perlakuan seperti saudara, memperjuangkan klien seperti saudara, adalah komitmen yang membuat seseorang sukses. Berbahagialah apabila memiliki saudara / kawan yang selalu mendukung sepenuh hati, untuk meletakkan kepercayaannya ke tangan kita. Brothering, hal yang jarang dibahas di dalam literatur arsitektur, justru…

Kategori
blog lecture

Craftsmanship Grammar: Bringing Craftsmanship Roots to Life

Craftsmanship Grammar: Bringing Craftsmanship Roots to Life

We will share a lecture at Yonsei University, diving into the evolution of RAW Architecture’s design at Yonsei University, one of the oldest, prestigious architecture universities in Korea. Building on our Underdog Philosophy lecture, which tackled Indonesia’s challenges like unaffordable housing and cultural gaps while celebrating its tropical resilience and craftsmanship, we’ll explore how our underdog spirit has grown into a revolution of craft.

Where: Room A563, Yonsei University, Seoul
When: Thursday, May 1, 2025, 6:00 p.m.

Our Principal, Realrich Sjarief will share about the concept of Grammar is about seeing design as a whole—from the tiniest details to the big picture, micro to macro, and back again. Our principal, Realrich Sjarief, will share three key perspectives: Methodology Grammar: How we research and lay a strong design foundation. Tectonic Grammar: The language of buildings, where structure and form vibe together. Craftsmanship Grammar: The final touch, where skilled hands turn details into living projects.

From raw concrete to bamboo, bricks, and woven steel, we use low-cost materials with a high-quality process, like CRISPR in genetic design: precise, natural, and transformative, without forcing the material’s essence. Our focus is detail-oriented, moving from small-scale to large, creating solutions for communities in Jakarta’s urban hustle, Yogyakarta’s cultural core, vernacular regions, and the visionary Nusantara. The presentation will share community house, library building, and private residence to dream a model of public project later on. These collaboration linked RAW with its community, clients, and engineering from low to high technology.

Yonsei University, a centre of Korean architecture blending tradition and innovation, is the perfect place to explore how craftsmanship and philosophy shape design’s future. Join us to see how we turn craft into reality! Yonsei is one of the three most prestigious universities in the country, part of a group referred to as SKY universities.

Photograph by:
1: @bacteria.archphotography
2: @mariowibowo_
3: @bacteria.archphotography@yophrm_ @luil_mn
4: @yophrm_ @luil_mn
5: @bacteria.archphotography, @luil_mn
6: @yophrm_
7, 10 (diagram) : @rrianditaa @adityakosman @tyoadngrh
8: @kiearch
9, 11: @yophrm_

Kategori
lecture

Di Language + Form

Di Language + Form , seminar, kami berbagi tentang bagaimana pandangan personal mengenai kondisi praktik, juga refleksi bagaimana kami tumbuh di Indonesia, dan bahwa Indonesia kaya akan diversitas dan ada berbagai banyak lapisan, budaya lain yang mengisi dalam batas. Dan di dalam itu ada studio kami yang terus belajar, perjalanannya tidak mudah, penuh kerja keras. Termasuk pembicaraan tentang kehidupan praktik, klien, tukang, pengajaran, tulisan, dan banyak refleksi bersama termasuk kebersamaan dengan para guru sebelumnya yang ditemukan di banyak tempat.

Kami berbagi tentang Baduy, dan sedikit pengetahuan perjalanan kemarin bersama mas Cahyo, dan rekan2 kemarin ke Baduy, para guru luar biasa dari Yogyakarta, sampai indahnya Jakarta, Nusantara. Hal ini juga banyak diwarnai refleksi beberapa karya RAW.

Hari ini saya belajar tentang kondisi arsitektur di Korea, banyak cerita, dan bagaimana kita bisa belajar tentang tradisi, teknologi, dan ruang yang menjadi kesatuan yang membutuhkan cara berpikir yang baru. Thank Park-a round architect dan seluruhChanghyun Parkdatang, teman lama, teman baru, saya merasa tercerahkan. Maju terus kawan

Kategori
blog

Petualangan ke Baduy

Perjalanan yang tidak terlupakan, diajak
mas Cahyo Novianto, bareng Fitri, Hanifah, dan
rombongan anak-anak Universitas Mercu Buana kami
memulai petualangan ke Baduy, Desa Kanekes, Lebak,
Banten. Beliau punya visi bagaimana arsitektur bisa
dilihat dari sudut pandang yang lebih holistik,
substansial akan tradisi dan modernitas. Disitulah ada
krisis -krisis, komunal juga personal

Kami datang untuk belajar dari masyarakat adat
sekaligus mendukung survei ekspedisi tim Mercu
Buana. Perjalanan yang jauh terasa ringan berkat
pemandu kami yang penuh semangat. la berjalan tanpa
henti, kang Sarpin dan kang Cahyo membuat kami ikut
melaju hingga waktu tempuh terpangkas setengah.

Di Baduy, kami disambut hamparan hutan, aliran Sungai
Cisimeut, dan kampung-kampung sederhana yang kaya
makna. Mas Cahyo, yang sangat memahami budaya
Baduy, menjadi pencerah. la menjelaskan bagaimana
masyarakat Baduy menjalani kehidupan sehari-hari
dengan kearifan lokal: hidup selaras dengan alam, tanpa
teknologi modern (terutama di Baduy Dalam), dan
mengandalkan pertanian organik serta sumber daya
hutan.

Salah satu pelajaran menarik adalah tentang leuit,
lumbung padi tradisional. Mas Cahyo menunjukkan
perbedaan leuit lenggang dan leuit kampung. Leuit
lenggang, khas Baduy Dalam, adalah lumbung
panggung tinggi dengan tiang panjang, dilengkapi kayu
bundar (gelebek) anti-tikus dan batu rata (tatapak)
anti-rayap. Leuit ini sakral, menyimpan padi hingga 100
tahun sebagai simbol ketahanan pangan dan
penghormatan pada Dewi Sri. Sebaliknya, leuit
kampung (atau leuit gugudangan/handap) di Baduy
_uar lebih rendah, dengan tiang pendek atau hampir
menyentuh tanah. Meski fungsinya sama, leuit kampung
lebih sederhana

Kami juga melewati Jembatan gajeboh, struktur
menakjubkan di atas Sungai Cisimeut yang
menghubungkan kampung Batara (Baduy Luar) dengan
ladang dan desa lain. Terbuat dari akar pohon karet dan
bambu, jembatan ini terbentuk alami selama puluhan
tahun.

Kategori
blog lecture

Roots and Reach of RAW Architecture: The Philosophy of Underdog Studio

Realrich Sjarief will present the lecture theme “Roots and Reach of RAW Architecture: The Philosophy of Underdog Studio”

Venue: 2F, OneOOne Architects (115-9, Daeshin-dong, Seodaemun-gu)
Hosted by: Director Park Chang-hyun (A-round Architects), Director Park Sun-young (O-scape Architekten)
Time: Wednesday, April 23, 2025, 7:00 p.m. – 9:00 p.m.
Hosted by: Director Park Chang-hyun (A-round Architects), Director Park Sun-young (O-scape Architekten)

Here is the synopsis of the presentation :

Indonesia, a vast archipelago brimming with cultural diversity, faces critical challenges: unaffordable housing, a culture of status quo, and gaps in literacy and critical thinking. Yet, its tropical climate, abundant materials, skilled craftsmanship, and rich historical inspirations offer immense potential.

Realrich, principal of RAW Architecture, will deliver a lecture in Korea exploring the philosophy of the “underdog studio” through the lens of Roots and Reach. Roots embody a radical, fundamental philosophy of survival—grounded in the resilience and essentials of human existence across Jakarta’s urban density, Yogyakarta’s cultural heart, Indonesia’s vernacular areas, and the envisioned Nusantara. Reach envisions independence and liberation through cooperation, inspired by Indonesia’s declaration of freedom, aspiring toward transformative futures in these diverse contexts.

This discourse examines the limit of architecture—the boundaries of space, form, and order—where constraints of site, culture, and resources shape innovative solutions. Using Jakarta, Yogyakarta, vernacular areas, and Nusantara as case studies, the lecture navigates disparities between urban and rural, center and periphery, and the tension between modernity and vernacularity. It will also reflect on Nusantara as an architectural concept of a postcolonial move, redefining identity and progress within the limits of spatial and formal order.

At its core, RAW Architecture’s ecosystem is driven by design by research, responding dynamically to data, climate, economic constraints, management, community needs, symbolic meaning, and visionary aspirations. As architects, academics, and lifelong learners, we anchor ourselves in roots to address challenges in Jakarta, Yogyakarta, vernacular areas, and Nusantara, reaching beyond the limits of architecture to create imaginative, inclusive solutions that empower the underserved.

언형세미나(Language + Form) No.20

인도네시아 건축가 RAW Architecture의 Realrich Sjarief를 초청하여 25년 4월 23일(수) 19시~21시에 동남아시가 건축가 시리즈 중 두번째 시간을 갖습니다

.
언형세미나#20 참가신청은 4월 16일(수) 오전10시부터 언형세미나 인스타그램 프로필의 링크를 통해 신청 가능합니다.
환불 및 양도는 불가한 점 양해 부탁드립니다.

프로필링크에서 리얼리치 아키텍처 워크샵의 작업과, 박창현 소장과의 인터뷰를 보실 수 있습니다.

일전에 공지한대로 이번 강연은 언형 세미나의 다수 참석한분들부터 먼저 연락을 드려 자리를 채우고 나머지 잔여석에 대해 신청자를 받을 예정입니다. 참고 부탁드립니다. ;)

주 제 : Roots and Reach of RAW Architecture : The Philosophy of Underdog Studio
일 시 : 25년 4월 23일(수) 19시~21시
강연자 : Realrich Sjarief, RAW Architecture, Indonesia
장 소 : 원오원 아키텍츠 2층 (서대문구 대신동 115-9)
주 최 : 박창현소장(에이라운드 건축), 박선영소장(오-스케이프 아키텍튼)

  • 건축가 소개:
    인도네시아의 대표적인 건축가 Realrich Sjarief는 RAW Architecture의 대표로, 전통과 현대적 접근 방식을 융합하는 디자인을 추구합니다. 그는 지속 가능한 건축과 장인 정신을 강조하며, The Guild 및 Omah Library와 같은 공간을 통해 건축 교육과 실무를 연결하는 실험적인 작업을 진행하고 있습니다.

언형세미나 #20 RAW Architecture 장소변경안내드립니다.

장 소 : 에이라운드건축 1F (마포구 망원동 472-19), 주차불가

3년전 동남아시아 5개국 13명의 건축가들과 서면 인터뷰를 했었다. 많은 리서치를 통해 선별된 건축가들과의 대화는 서로가 서로에 대해 너무 모르고 무관심 했구나를 인지하게된 계기가 되었다.
각국의 건축가들은 자신만의 언어로 지역에 대한 괸심을 어떻게 건축의 결과물에 녹였는지를 보다보니 각 역사적 지역적 특성이 잘 읽혔다.
우리는 우리의 위치와 방향을 알려면 더 다양한 문화를 베이스로한 건축을 둘러보아야한다.
지난달 말레이시아의 케빈의 강의도 너무 좋았지만 인터뷰 한 건축가들중 가장 젊고 지역의 고유문화에 대한 애정과 관심을 건축화하는데 많은 이야기를 나눴던 리얼리치의 다음주 강의가 기대된다.

한국에서 언제 인도네시아 건축가의 작업 이야기를 직접 듣고 이야기 나눌수 있겠는가?

아직 자리가 많이 남았으니 많은 관심 부탁드립니다.

프로필 링크에서 신청하세요~

Kategori
blog

Refleksi Tentang Roda Kehidupan

Refleksi tentang roda kehidupan: seperti kusen yang berputar, kita berubah, bertumbuh, atau tetap teguh. Kita semua punya teman seperti

Rio kawan dari Bali yang baru berkunjung, yang dengan gaya anehnya memeluk kolom, pohon, dan manusia, mampu mengeluarkan potensi terpendam saya. Bersamanya, saya belajar bahwa kehidupan penuh goresan—trauma, kebaikan, atau kejadian tak terduga—bisa mengubah kita 180 derajat atau justru menguatkan akar niat baik kita.

Hari ini, kutipan dari @sekolahjiwa mengingatkan saya akan lingkaran negativitas yang pernah saya pelajari dari Buku The Laws of the Spirit World:

“Kita tidak perlu selalu setuju dengan apa yang dikatakan orang lain. Seringkali apa yang disampaikan dapat menghasut dan memancing emosi kita. Jadilah lebih bijak dalam memilih pertemanan. Selalu pilih kesendirian daripada berada di lingkaran sosial yang menjatuhkan atau merugikan orang lain. Ingatlah bahwa kita hanya bertanggung jawab terhadap karma kita sendiri.”

Kita semua bisa memilih teman yang mengangkat jiwa, seperti Rio, dan menjauh dari energi negatif yang menjebak.”

keluarga, lingkaran yang positif mengajarkan saya untuk tetap berpijak pada kebaikan, seperti roda yang terus berputar menuju harapan. Di arsitektur, merancang ruang adalah untuk menyatukan, bukan memisahkan, terinspirasi oleh niat tulus untuk kebersamaan.

Juragan @sanjayario dan @martinalvinsec yang mendapatkan keabsurdan, mendapatkan yang dicari – cari. Thank you untuk foto saya dan kambing Bantul dan Bogor haha

Selamat Jumat Agung untuk teman-teman yang merayakan. Mari kita pilih karma positif dan ciptakan dunia yang rahayu bersama! #RAWArchitecture #Kebaikan #RodaKehidupan

Kategori
blog tulisan-wacana

Kehilangan Cheri dan Kelahiran Miraclerich

Saya dan istri saya kehilangan Chéri, putri kami, yang meninggal pada tahun 2011 disusul dengan keguguran berulang kali setiap tahunnya. Meskipun bukan saya yang mengandung, saya merasakan proses kehamilan istri saya dengan penuh cinta dan harapan, sehingga kehilangan itu terasa begitu menyakitkan bagi kami berdua. Kita semua yang pernah merasakan harapan akan kehadiran seorang anak, lalu kehilangannya, tahu bahwa duka itu nyata. Membaca The Laws of the Spirit World memberi saya cara baru untuk memahami kehilangan Chéri, seolah-olah jiwanya tetap terhubung dengan kami dari dunia roh. Saya juga ingin berbagi bagaimana praktik spiritual kami setelah kepergian Chéri membawa kami pada keajaiban kelahiran putra kami, Miraclerich, yang menjadi sinar harapan dalam hidup kami.

Melihat Laurensia, Miracle, dan Heaven menonton film ini, membuat saya terharu. Terima kasih untuk adanya film ini mengobati banyak rasa kehilangan. Juga ke Bu Yolanda yang sudah mengajak diskusi, juga Tuhan yang memberikan banyak kebetulan yang terlalu baik untuk kehidupan kami.

Chéri di Dunia Roh

Saya sering memikirkan apa yang terjadi pada jiwa Chéri setelah meninggal sebelum lahir. Karena Chéri belum sempat hidup di Bumi ini, buku ini tidak secara langsung menjelaskan keadaannya, tetapi saya merasa jiwanya tetap ada di dunia roh, mungkin dalam keadaan penuh kasih, seperti di alam yang tinggi seperti alam 5 atau lebih, di mana hanya ada kedamaian. Kita semua ingin percaya bahwa jiwa-jiwa yang kita cintai, meskipun hanya sebentar bersama kita, tetap dekat dengan kita. Saya suka membayangkan Chéri mengawasi saya dan istri saya, mungkin mengirimkan perasaan damai di saat-saat tertentu, seperti yang diuraikan dalam buku bahwa jiwa-jiwa baik bisa memengaruhi keluarga mereka.

Saya juga belajar bahwa duka kami atas kehilangan Chéri adalah bagian dari perjalanan spiritual kami. Kita semua menghadapi ujian yang mengguncang hati, dan buku ini mengajarkan bahwa penderitaan ini bisa memperkuat jiwa jika kita memilih untuk tetap beriman. Saya percaya Chéri memilih kami sebagai orang tuanya, meski hanya untuk waktu singkat dalam kandungan, mungkin untuk mengajarkan kami tentang cinta yang mendalam atau ketabahan. Ikatan dengan anak yang belum lahir merupakan cinta itu nyata, dan saya merasa Chéri tetap hidup dalam hati kami, membimbing kami dengan caranya sendiri.

Praktik Spiritual Kami dan Keajaiban Miraclerich

Setelah kehilangan Chéri, saya dan istri saya mencari cara untuk menyembuhkan luka hati kami melalui praktik spiritual. Kita semua mungkin punya cara sendiri untuk menghadapi duka—bagi kami, mungkin itu berdoa bersama, merenungkan makna hidup, atau melakukan kebaikan untuk orang lain sebagai penghormatan untuk Chéri. Saya merasa praktik ini menyelaraskan kami dengan “Jalan Baik Ilahi” yang diajarkan dalam buku. Saya berusaha mendukung istri saya dan hidup dengan kejujuran serta kasih sayang, karena kita semua ingin menabur karma positif yang bisa membawa berkat.

Saya percaya praktik spiritual kami membantu kami tetap berharap, meskipun duka kehilangan Chéri terasa begitu berat. Kita semua tahu bahwa keputusasaan bisa menarik kita ke bawah, tetapi buku ini mengingatkan saya bahwa cinta dan iman mengangkat jiwa kita. Saya merasa ketekunan kami dalam berdoa dan mencari kedamaian—dan mungkin juga doa-doa kami untuk Chéri—membawa kami pada kelahiran Miraclerich, yang saya anggap sebagai keajaiban sejati. Nama “Miraclerich” mencerminkan betapa ia memperkaya hidup kami dengan sukacita baru. Kita semua bisa melihat kelahiran seorang anak sebagai tanda kasih Tuhan, dan saya suka membayangkan bahwa Chéri, dari dunia roh, mungkin turut membantu mengirim Miraclerich kepada kami.

Refleksi Pribadi

Saya merasa perjalanan kami dari kehilangan Chéri hingga menyambut Miraclerich mencerminkan pesan buku ini: bahwa dari duka yang paling dalam, kita semua bisa menemukan cahaya jika tetap setia pada kebaikan. Meskipun Chéri tidak sempat lahir, ikatan saya dan istri saya dengannya selama kehamilan begitu nyata, dan praktik spiritual kami adalah cara kami menghormati keberadaannya. Miraclerich, dengan kehadirannya yang penuh sukacita, mengingatkan kita semua bahwa cinta tidak pernah hilang, bahkan setelah kehilangan.

Saya ingin terus menjalani hidup dengan rendah hati dan kasih sayang, seperti yang diajarkan buku The Laws of the Spirit World, percaya bahwa jiwa Chéri dan Miraclerich adalah bagian dari rencana Tuhan untuk kami. Kita semua bisa melakukan sesuatu untuk tetap terhubung dengan yang telah pergi—saya mungkin akan berbagi cerita tentang Chéri dengan istri saya, atau kami bisa melakukan perbuatan baik atas nama Chéri dan Miraclerich. Saya juga ingin tetap membuka hati untuk tanda-tanda kecil dari Chéri, seperti perasaan damai yang tiba-tiba, dan bersyukur setiap hari atas keajaiban Miraclerich.

Kategori
blog

Closest Support System

This is my closest support system ^^ , my best wife and two bosses. Thank you God for allowing me spending time with them, the biggest priority of life.

Pekerjaan kadang – kadang membutuhkan waktu yang panjang dalam desain sampai keterbangunan, terlibat dalam tim juga hal – hal yang personal. Dalam waktu itu saya banyak berhutang waktu pada keluarga kecil yang selalu mendoakan langkah – langkah.

Semoga apa yang Tuhan bisa berikan baik, kepada mereka, yang sedang bertumbuh menjadi pribadi yang bisa memiliki hati yang baik ke orang lain.

Kategori
blog

Yogaatrian Bioclimatic Home

Bagi kami, arsitektur tidak pernah terlepas dari memori klien dan pengalaman arsitek dalam setiap langkah merangkai satu proyek dan lainnya. Ada ikatan emosional yang terbentuk dan proyek rumah tinggal selalu memiliki tempat tersendiri di hati studio kami, sebagai tipologi yang paling kuat dalam menggambarkan ikatan-ikatan yang terjadi secara personal. Keseimbangan di dalam proses berarsitektur menjadi penting. Di samping proyek institusi yang bersifat publik, kisah proyek rumah tinggal menjadi sarana kami berterima kasih kepada orang-orang baik yang pernah bekerja sama secara personal.

Brief dari klien kami, Yoga dan Atrina menarik karena justru mengutamakan adanya ruang besar untuk berkumpul dengan kapasitas 50-100 orang. Sang klien merupakan keluarga kecil, tetapi di belakangnya ada banyak sekali keluarga.

Inilah gambaran budaya Indonesia, keluarga-keluarga inti yang berkaitan darah bergabung membentuk keluarga besar. Lapisannya bukan lagi 2-3 generasi, tetapi berlapis-lapis generasi dengan percabangan-percabangannya. Desain spesifik yang tergambar pada lekak lekuknya pun tercipta untuk memenuhi kebutuhan tersebut menciptakan lengkung. Kamar tidur yang lebih privat diletakkan dibelakang, menyisakan area komunal yang jauh lebih besar dan ditonjolkan dengan dibuat transparan.

Klien kami di proyek ini adalah orang yang sangat terbuka, mudah diajak berdiskusi, dan sangat apresiatif. Sikap tersebut membuat kami bisa akomodatif sekaligus eksperimentatif dalam menghasilkan bentuk yang eksploratif. Hal ini terlihat dengan sebuah kantilever yang melengkung sebagai pemenuhan kebutuhan klien untuk tempat berkumpul. Kantilever tersebut dibuat dengan struktur menyerupai jembatan dan bebannya ditransfer melalui struktur kolom yang tidak menerus. Semakin akomodatif, dan toleratif, arsitekturpun menjadi semakin mengalir.

Design by #realricharchitectureworkshop
Thank you, clients (Yoga, Atrina), and the team work current : gaby, Putra, Audy, Nielsen, mey2, timbul, yusrul, kamil, zyadi, haykal, andriyan, melisa, meizhan, revi, alia, zikri and many other people involved. Architecture is a long process and collaborative effort.

Kategori
blog

Lumintu House featured in Periódico REFORMA- Mexico City

Thank you, Tania Romero and Periódico REFORMA- Mexico City, for this opportunity to reflect.

This project extends our hypotheses on designing tropical, open, craft houses. The aim is to create a eudaimonic space—a balanced environment for work, play, living, and rest. Our methods explore further, delving into the handmade artistry of tectonics over seven years with love and care.

Lumintu grounded in its place yet open to new paths. Its bamboo-inspired steel facade allows light to filter in softly, creating a sense of calm. The courtyard, adorned with native plants, offers a tranquil spot to pause. The sloped landscape follows the earth’s natural flow, inviting simple moments of rest. This underdog journey continues to teach us.

#rawarchitecture#lumintuhouse#periódicoreforma#rootsandreach#underdogstudio#simpledesign#indonesianarchitecture#realricharchitectureworkshop

Kategori
blog

Selamat hari raya Idul Fitri 1446 H

RAW Architecture dan OMAH library mengucapkan Selamat hari raya Idul Fitri 1446 H. Semoga momen lebaran ini membawa berkah, kedamaian, dan kebahagiaan, serta menjadi waktu yang indah bersama keluarga dan orang-orang terkasih. Permohonan maaf tulus dari hati, kami haturkan menyambut hari yang suci ini.

Setiap harinya, kita semua terus berusaha menembus batas—mendorong kreativitas dan inovasi untuk memberikan yang terbaik bagi banyak orang di sekitar kita semua. Kami berefleksi bahwa lebaran ini adalah waktu untuk terus berbagi dengan ikhlas, mengalir menjadi rahmat yang senantiasa hadir di tengah-tengah kami.

Dalam perjalanan ini, kami juga menyadari pentingnya waktu untuk menyegarkan diri di relung – relung hati rekan – rekan sekalian. Momen lebaran ini menjadi waktu bagi kami untuk rehat sejenak, merayakan kebersamaan, dan menikmati waktu dengan hati yang tenang dan penuh syukur untuk kita semua. Semoga kedamaian dan kebahagiaan di hari yang indah ini menginspirasi kita untuk melangkah lebih jauh dengan semangat baru.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H, mohon maaf lahir dan batin dari kami untuk rekan – rekan tercinta.

Kategori
blog

Bertemu Rezki

Saya selalu percaya anak – anak muda seperti Rezki akan mencapai puncak yang luar biasa karena rasa ingin tahunya tentang arsitektur sangat dalam, memicu pertanyaan yang menantang cara kita melihat dunia. Meskipun masih muda, mereka memiliki jiwa yang cenderung “tua” mereka suka membaca, mendiskusikan ide, dan mendesain. Perjalanan mendaki puncak dengan cara ini tidaklah mudah, kadang – kadang kehabisan oksigen, membutuhkan teknik mendaki dan berhitung dengan kritis, sebuah teknik yang dipaparkan Kevin Low, sebagai Alpine Climber.

Bakat dapat memicu inovasi, tetapi usaha dan keterampilan, yang diasah setiap hari melalui pemecahan masalah, yang benar-benar membentuk progress. Saya percaya literasi, dunia buku, dan sastra adalah yang membuka kreativitas tanpa batas. Terlibat dengan buku dan pikiran yang cemerlang mendorong pertumbuhan—dan bersikap hangat secara sosial menyatukan semuanya. Perpaduan itu membuat mereka menjadi orang yang rendah hati dan bijaksana. Mereka baru memulai, dan kita semua terus mendoakan yang terbaik !

Semoga yang muda – muda jalannya dipermudah, kemampuannnya terus meningkat dengan latihan yang intensif, konsisten, dan terus fokus – rendah hati mendapatkan role model – role model yang baru. Untuk refleksi saya pribadi ini, adalah sebuah kondisi yang tidak mudah dengan begitu banyaknya informasi yang berserakan, tinggal bagaimana pikiran kita sendiri yang bisa mengorganisasi jadi bisa mendapatkan keteraturan yang baru.

Kategori
blog

Shortlisted in Monsoon Architecture Award 2025 for Guha the Guild

We are also deeply honored to the IIA Cochin Center, that our project, Guha the Guild, has been shortlisted in the Public Space category for this award. The event will take place from March 28 to March 29, 2025, in Kochi, India. The IIA Cochin Center @iiacochincentre has been organizing the Monsoon Architecture Award @maf_iiacochin annually. This award is a celebration of architectural diversity, featuring several categories that highlight exceptional works from different regions. These include the Single Family Residential, Public Space, and Institution/Workplace/Commercial categories. We’re truly excited to see the incredible projects that have been shortlisted in each category. A heartfelt congratulations to all the talented architects and their remarkable work!

Our project, Guha the Guild, represents a space that celebrates the simple, everyday work done by countless individuals in Indonesia, including our own studio. It is a product of collaboration with craftsmen, designers, and many other individuals, reflecting the diverse realities of daily life. Through these elements, a common thread emerges: a shared connection to the tropics, a celebration of diversity, and a deep respect for one another. There is no pretense in the words and actions that bind this project together, all carried out in the spirit of continuous learning.

In our studio, we use combination of hybrid materials, such as steel and wood, and light steel meeting brick—simple and inexpensive material, yet still utilizing a concrete structure that holds everything in place. Steel serves as the primary structural element, while wood acts as the secondary structure, supporting the steel to ensure the overall stability. This is an architecture that we believe complements the rigidity, and achieved through a composition we call “bricolage.”

We are incredibly grateful and excited for the opportunity to share Guha the Guild with a wider audience. We look forward to the upcoming event in Kochi, where we can connect and celebrate the incredible work being done across the industry. Thank you once again to the IIA Cochin Center and everyone involved for this incredible opportunity.


In the Single Family Residential category, the shortlisted projects are TH House by ODDO Architects @oddoarchitects from Vietnam; Parikrama House by Spasm Design @spasmdesignarchitects from Mumbai; Modular Bahia by UNA barbara e valentim @unabv_ from Brazil; KAVIDHAN – Where Poetry of Life Breathes by Studio Black @studioblack_architects from Maharashtra; “House of Silence” by DPA Studio @damithpremathilakearchitects from Sri Lanka; Outhouse at Perambra by CCC @cochincreativecollective from Kochi; and Sarvasva by Spasm Design @spasmdesignarchitects from Mumbai.

In the Public Space category, the shortlisted projects are The Park by MIA Design Studio @miadesignstudio from Vietnam; IF.BE by Malik Architecture @malik_architecture from Mumbai; Nepean Greens by Compartment S4 @compartment_s4 from Ahmedabad; Rasulbagh Children’s Park by Shatotto @rafiq_azam.shatotto from Dhaka; and Guha the Guild by RAW Architecture @realricharchitectureworkshop from Indonesia.

In the Institution/Workplace/Commercial category, the shortlisted projects include The Rupgao Project by ASP from Dhaka; United-in-Diversity Campus by Willis Kusuma Architects @williskusumaarchitects from Indonesia; As Safar Mosque, Banjaratma Rest Area by D-Associates @yolodi.maria.architects from Indonesia; Labuan Bajo by Mamo Studio @amostudio from Indonesia; and the Terra Cotta Workshop by Tropical Space @tropical_space_architecture from Vietnam.

Kategori
blog

Bandung – Grace Rose Farm

Selalu ingat pengajaran ayah kami untuk menjaga keluarga, ia mengingatkan terus prioritas pertama dalam keseharian dimulai dari hal yang sederhana. Terima kasih bu @akunnya_yolanda untuk terus mengingatkan bahwa justru dukungan dari keluarga yang paling berdampak dalam keseharian.

Menjelang Lebaran, kita bersiap – siap bermaaf – maafan, juga saling mendoakan. Semoga kawan – kawan semua bisa bahagia, sehat selalu, dan penuh rejeki. Kami doakan.

Di Bandung, @gracerosefarm_grf

Kategori
blog

Cerita dari Tanaman dan Arsitektur yang Sederhana

Foto ini diambil oleh @luil_mn yang menunjukkan di studio kami dimana kami banyak berkembang untuk memberikan cerita di ruang-ruang dalam dan luar yang dibentuk menggunakan bahan-bahan yang sederhana. Lulu banyak belajar mengambil cerita melalui foto dimana misal material-materialnya terdiri dari hasil daur ulang barang-barang yang tidak terpakai, seperti pada mosaic lantai-lantai keramik. Di gambar yang lain juga menunjukkan tanaman yang tumbuh juga memperlihatkan bagaimana metode tumbuh perlahan-lahan diresapi. Begitu pun teknik desainnya yang dikembangkan satu persatu dari detail-detail yang mudah dikerjakan.

Di dalam foto – foto ini terlihat bagaimana pohon, tanaman memberikan dampak pada pencahayaan, dan insulasi yang baik dengan volume pohon yang tumbuh besar. Disinipun kami berusaha mempraktikkan arsitektur bioklimatik, dengan mereduksi teknologi, mengefisienkan penggunaan ac, mereduksi kelembapan, menaikkan pergerakan udara dingin, dan mempercepat keluarnya udara panas. Ini dilakukan dengan mempraktikkan 7 lingkaran metode keberlanjutan, mulai dari data lingkungan, orientasi bangunan, selubung bangunan, layout ruang yang fleksibel dengan bentang pendek, sampai penggunaan material digabungkan dengan efisiensi energi dan air. Tumbuh perlahan-lahan juga tampak dari bagaimana kami belajar berbagai varietas tanaman, dari tanaman udara, tanaman anggrek, tanaman semak, sampai tanaman produktif. Terima kasih atas foto-fotonya lulu.

Architecture by @realricharchitectureworkshop
Photograph by @luil_mn

Kategori
Arsitek dan Arsitektur dalam Ruang dan Waktu? blog tulisan-wacana

Sikap Tangguh, Fleksibel, dan Efisien dalam Dunia Arsitektur Menuju 2030

Sikap Tangguh, Fleksibel, dan Efisien dalam dunia arsitektur menuju 2030. Arsitektur dipahami sebagai profesi yang sedemikian tertutup, bebas nilai, padahal desain bisa jadi sangat efisien, strategis dan kolaboratif. Sebagai refleksi terhadap beberapa kejadian di sekitar studio kami, dimana banyak kesalahpahaman terjadi karena ketidaktahuan. Tulisan oleh Realrich Sjarief dan Arlyn Keizia. Mulai dari klien, kontraktor, vendor, hingga tukang, dan juga tidak lepas dari pengaruh berbagai faktor eksternal yang dapat memengaruhi kinerja efektif dan keunggulan hasil akhir proyek. Sederhananya dalam praktik arsitektur harus memenuhi tiga aspek utama optimalisasi: biaya, mutu, dan waktu. Namun, batasan-batasan tersebut sering kali terpengaruh oleh kondisi psikologis.

Di berbagai belahan dunia, kita dapat melihat bagaimana pergolakan ekonomi memengaruhi arah dan bentuk arsitektur. Pergolakan ini bisa muncul dalam berbagai bentuk—mulai dari momentum politik, peristiwa global tertentu, hingga gelombang perubahan yang dipicu oleh krisis ekonomi global.

Salah satu contoh studi kasus yang berulang adalah dampak dari penyelenggaraan Olimpiade. Ambil contoh Olimpiade 2008 di Beijing, yang bertepatan dengan krisis finansial global. Kompleksnya kordinasi dan perencanaan program yang minim setelah olimpiade menyebabkan bengkaknya biaya pembangunan karena simbol yang dipaksakan dan banyak fasilitas menjadi kosong.

Pasca-Olimpiade, China menyadari perlunya pendekatan baru dalam arsitektur dan pembangunan. Negara ini mulai berfokus pada investasi dalam arsitektur lokal dan memperkenalkan desain lokal yang lebih efektif dan fleksibel.

Sebaliknya, Olimpiade 2012 di London, meskipun masih terpengaruh oleh efek krisis finansial 2008, menunjukkan bagaimana perencanaan yang matang dapat mengubah tantangan menjadi peluang. Dengan mempertimbangkan sisi penataan kota, organisasi land use yang sebelumnya kawasan industri yang tidak optimal menjadi pusat ekonomi, kultural, sosial sekaligus memperbaiki lingkungan dan kapasitas infrastruktur. Pemerintah merencanakan penggunaan kembali fasilitas pasca-acara, London berhasil meningkatkan ekonomi kawasan sekitarnya.

Pergolakan ekonomi global juga mempengaruhi berbagai gerakan arsitektur yang muncul sebagai respons terhadap tantangan sosial dan ekonomi. Setelah Great Depression pada 1930-an, misalnya, arsitektur mulai beralih menjadi lebih fungsional dan mengurangi penggunaan ornamen yang berlebihan. Kehancuran yang terjadi setelah Perang Dunia II pada periode 1950 hingga 1970-an juga mendorong munculnya desain arsitektur yang lebih sederhana, cepat dibangun, dan ekonomis, guna memenuhi kebutuhan mendesak.

Contoh lain dari pengaruh pergolakan ekonomi terhadap arsitektur adalah munculnya gerakan Vkhutemas setelah Revolusi Bolshevik 1917. Pemerintah Soviet yang baru dibentuk ingin membangun negara yang lebih efisien melalui arsitektur yang mendukung industrialisasi dan efisiensi biaya. Gerakan ini berfokus pada penggunaan teknik dan material baru, serta desain yang mendukung kepentingan kolektif.

Selain itu, Walter Gropius dengan gerakan Bauhaus, yang dipengaruhi oleh Perang Dunia I dan Depresi Ekonomi 1929, menghasilkan desain yang fungsional dan terjangkau, yang dapat diproduksi secara massal. Begitu juga dengan Le Corbusier, yang pada masa tersebut merancang Villa Savoye, mengusung konsep desain yang efisien dan terjangkau. Sementara itu, Carlo Scarpa, yang bekerja dalam periode ketidakstabilan politik di era Mussolini, mengembangkan beberapa proyek yang dikerjakan secara bertahap, sesuai dengan kondisi ekonomi dan politik saat itu.

Fransworth house, resor rendering. Source: Strange Details, Michael Cadwell
Querini Stampalia Foundation, garden datum line. Source: Strange Details, Michael Cadwell

Selalu ada momentum untuk seorang arsitek bekerja dengan pasang dan surut ekonomi di berbagai macam tempat dunia, namun yang terpenting adalah untuk terus belajar dan mempersiapkan diri. Penting bagi kita untuk mempersiapkan diri menghadapi masa depan yang penuh dengan ketidakpastian, terutama dalam dunia arsitektur yang terus berkembang.

Sebagaimana yang tercantum dalam laporan World Economic Forum tentang Future of Jobs 2025, beberapa keterampilan yang akan sangat diperlukan oleh arsitek di masa depan adalah kemampuan berpikir analitis, ketangguhan mental, keluwesan, dan kemampuan beradaptasi dengan cepat. Keterampilan ini akan semakin penting menjelang 2030, dan bagi negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, keberagaman budaya dan tantangan sosial-ekonomi akan menciptakan banyak peluang untuk melatih fleksibilitas, ketahanan, dan kemampuan beradaptasi.

Skill Evolution by region in 2025-2030. Source: World Economic Forum Future of Jobs Report 2025
Core Skills in 2025. Source: World Economic Forum Future of Jobs Report 2025
Core Skills in 2030. Source: World Economic Forum Future of Jobs Report 2025

Arsitek perlu untuk mampu beradaptasi dengan perubahan yang cepat, menghadapi tantangan global dan berperan aktif dalam kepentingan ekosistem bersama. Keberagaman dan dinamika dalam proses ber-arsitektur menjadikan pemahaman dan penyadaran terhadap konteks lingkungan sekitar penting.

Belakangan ini tren #kaburajadulu menjadi salah satu topik yang sering diperbincangkan di kalangan masyarakat Indonesia, terutama di kalangan anak muda. Istilah ini menggambarkan bentuk kekecewaan terhadap ekosistem yang ada dan merasa bahwa ekosistem di luar sana lebih baik.

Tekanan dan dinamika dalam ekosistem arsitektur memang perlu dikritisi, tetapi juga dijalani. Pergeseran tempat kerja, perbedaan prinsip, dan ketegangan intelektual adalah bagian dari proses pembentukan seorang arsitek. Banyak tokoh besar dalam sejarah arsitektur mengalami fase ini, bahkan dengan mentor atau role model mereka sendiri.

Misalnya, Frank Lloyd Wright awalnya bekerja dengan Louis Sullivan, yang ia anggap sebagai mentor dan panutan. Namun, karena perbedaan pendapat—terutama setelah Wright diam-diam mengambil proyek-proyek sampingan—ia akhirnya memutuskan untuk keluar. Meskipun begitu, keduanya tetap saling menghormati. Wright selalu mengakui peran besar Sullivan dalam membentuk pemikirannya, sementara Sullivan, meskipun pernah kecewa, tetap mengakui bakat luar biasa Wright.

Frank Lloyd Wright interview where he talks about Louis Sullivan, 1958. Source: NBC Chicago

Lalu ada Frank Gehry, yang di awal kariernya bekerja di firma Victor Gruen, seorang arsitek terkenal yang dikenal sebagai “bapak mal modern.” Namun, Gehry akhirnya memilih keluar karena merasa tidak cocok dengan pendekatan desain arsitektur komersial Gruen. Ironisnya, ketika Gehry kemudian menjadi arsitek avant-garde dengan pendekatan dekonstruktifnya yang radikal, banyak yang bertanya-tanya apa yang Gruen pikirkan tentang muridnya yang dulu.

Robert Venturi dan Louis Kahn. Kahn, dengan pendekatan puristiknya yang mengedepankan bentuk kotak dan geometris, memberikan pengaruh besar bagi Venturi. Namun, alih-alih mengikuti jejak Kahn secara langsung, Venturi malah mematahkan prinsip tersebut dengan menggali bentuk-bentuk yang tidak geometris, yang penuh dengan kompleksitas dan kontradiksi. Perbedaan ini menciptakan sebuah ruang bagi Venturi untuk mengembangkan desainnya sendiri yang lebih ekspresif, meskipun ada konsep unity yang tetap diwariskan oleh Kahn. Venturi menurunkan kembali pemahaman dari Kahn, namun dalam bentuk yang lebih terbuka dan tidak terikat pada keharusan geometris yang kaku.

Robert Venturi (center) at a panel discussion on architecture and the future of Chestnut Hill with Romaldo Giurgola (second from left) and Louis Kahn (second from right). Source: https://www.chestnuthilllocal.com/

Unifikasi yang terjadi dalam dinamika hubungan beberapa arsitek besar ini justru memperlihatkan bagaimana proses pemberian tongkat estafet tidak hanya memperkaya pemahaman desain mereka, tetapi juga melahirkan warna-warni baru dalam dunia arsitektur. Meskipun terlihat seperti berlawanan, perbedaan mereka justru memperkaya satu sama lain.

Dari berbagai kisah ini, bisa dilihat bahwa tekanan dan perbedaan bukan hanya sesuatu yang menghambat, tetapi justru bisa menjadi pemicu bagi seorang arsitek untuk menemukan jalannya sendiri. Bahkan, terkadang perbedaan tersebut menjadi anekdot menarik dalam sejarah arsitektur—seperti bagaimana mentor dan murid yang pernah bersitegang tetap saling mengakui kontribusi satu sama lain, atau bagaimana seorang arsitek besar dulunya hanyalah anak magang yang mungkin sering diminta membuat gambar kerja saja oleh atasannya.

Fokus utamanya adalah pelatihan untuk lebih tangguh, luwes, dan adaptif dimana pun dengan siapa pun. Oleh karena itu Memperkuat pondasi keterampilan sebagai individu yang kerja cerdas dan bermanfaat sangat penting. Ini bukan tentang tempat atau posisi, tetapi bagaimana kita terus berlatih setiap saat, mempersiapkan diri untuk menyambut peluang yang akan datang.

Untuk arsitek ia berlatih dengan melayani klien, melihat dinamika pengalaman dan kasus studi sebagai referensi. Ia masuk ke kemampuan untuk mendengarkan, komunikasi, dan bagaimana kemampuan psikologis menjadi penting.

Tekanan yang muncul menggambarkan proses latihan yang dilakukan dengan penuh kesadaran, seperti yang dijelaskan oleh Ericcson dalam konsep deliberate practice, membantu seseorang mengatasi keterbatasan sambil menetapkan tujuan yang jelas dan menerima umpan balik dengan cepat.Hal ini dapat membawa kedalam kondisi flow, Mihály Csíkszentmihályi, di mana seseorang menikmati proses yang mereka jalani. P kuadrant antara passion (gairah) dan purpose (tujuan) agar dapat efektif tetapi juga menyenangkan.

Dinamika yang begitu panjang, dari pengetahuan dasar yang luas sampai ke pemahaman kerja yang setia akan tujuan dan menikmati proses akan menjadi dasar-dasar yang menjanjikan untuk jati diri arsitek-arsitek Indonesia di masa depan.

Kategori
blog

Michele Lim + Restless Solidarity

Not many friends can be so close that they feel like family. However, one time, Michele Lim came unexpectedly from Singapore to our library. She is the head of @madschooledusg, her passion is in the world of education. Michele focuses on helping young people find their life purpose and equipping them with strategies to face problems, life crises in design, marketing, and advertising.

Coincidentally, Her visions overlap. She believe that every child has the potential for goodness that we must continue to fight for. This reminds us of the concept of mechanical solidarity from Émile Durkheim, where individuals in a society can be connected through the same values, traits, and experiences, almost like family, even though they come from different places and cultures.

The discussions with Michele flowed so naturally, and meeting her was a memorable moment, unforgettable, and we will always remember. Thank you @madmichellelim and also for yessica for coming to our place

Kategori
Arsitek dan Arsitektur dalam Ruang dan Waktu? blog tulisan-wacana

Carl Jung, Bollingen Tower, dan Refleksi Studio Kami

Bentuk massa yang organik, bertumpuk – tumpuk, dan bertahap – tahap dibangun, membuat kami mencari konsepsi Jung dalam membangun kediamannya, dibahas oleh Newport, bahwa inilah mesin eudomonia, sebuah konsep yang dibahas oleh David Dewane, bahwa ada kombinasi program, untuk bagaimana berinteraksi secara sosial sembari tempat melakukan refleksi mendalam, yang disebut Newport, Deep Work.

Tulisan ini adalah sebuah refleksi studio kami dari cerita filsuf Carl Jung yang ditulis oleh Cal Newport dalam buku Deep Work. Cal Newport menulis tentang bagaimana Carl Jung seorang psikiater dan psikoanalis asal Swiss, yang dikenal luas sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam perkembangan psikologi modern, membangun tempat menyepi di Bollingen Tower. Tulisan oleh Realrich Sjarief dan Jocelyn Emilia

Dalam Buku Deep Work yang dituliskan oleh Cal Newport, kami menemukan bahwa ternyata dari sekian banyak hal yang kita kerjakan, 80%-nya adalah shallow work dan hanya 20% yang berupa deep work. Seringkali dibutuhkan kondisi khusus untuk melakukan deep work ini agar bisa sepenuhnya fokus. Guha menjadi merupakan tempat kami bekerja, bereksperimen, sekaligus berkontemplasi. Refleksi terhadap Guha dibantu dengan refleksi terhadap Bollingen Tower yang dibangun oleh ahli psikologi Carl Jung.

Di sela-sela perenungannya, pada tahun 1923, Carl Jung mencari tempat dimana ia bisa membangun rumah tower. Tower yang terletak di tepi Danau Zurich ini bukan dibangunnya untuk menjadi tempat untuk berlibur, tetapi tower ini berfungsi sebagai tempat peristirahatan spiritual dan pertapaan baginya, tempat menyendiri di mana ia dapat menarik diri dari urusan duniawi dan mengabdikan dirinya untuk pekerjaan, sembari memulihkan dan refleksi diri selepas kehilangan ibunya beberapa bulan sebelumnya.

Seiring berjalannya waktu, tower itu tumbuh menjadi bangunan bertingkat dengan beberapa massa tambahan, yang masing-masing memiliki makna simbolis yang terkait dengan tahap kehidupan tertentu. Tower bundar di tengah melambangkan perapian “maternal keibuan” yang baginya menggambarkan dunia alam bawah sadar yang mendalam. Sedangkan bangunan tambahan di atasnya menjadi tempat perpustakaan dan ruang belajar Jung.

Di masa berikutnya, ia juga mulai tertarik dengan ajaran-ajaran spiritual dan filosofis dari India, yang menghasilkan penambahan area baru dalam towernya seperti apa yang diperlajarinya dalam rumah-rumah di India, yang memiliki area kecil mungkin hanya di sudut ruangan sebagai tempat beristirahat.

Penambahan baru ini menjadi tempat dirinya mengasingkan diri, benar-benar sendirian bahkan ia selalu membawa kuncinya dan tidak ada yang boleh masuk ke dalamnya tanpa seizinnya. Proses penambahan tower ini terus berlanjut bahkan hingga tahapan kelima. Bagi Carl Jung, membangun dan menghuni tower ini adalah cara untuk mewujudkan proses individuasinya, bagaimana dirinya mencoba mengintegrasikan berbagai bagian jiwa dan pemikirannya yang berbeda-beda.

Jung pumping water at Bollingen ca. 1960. Library of Congress

Kebiasaan kerja yang dilakukan Jung di tower ini kami sebut sebagai kerja fokus sepenuh hati, kerja “mumpuni” dimana ia fokus, meski tidak ada listrik, lampu dari minyak dan perapian. Ia ingin mencari kesunyian di tower tersebut.

Melarikan diri untuk mengasah dirinya, bukan melarikan diri dari kehidupan profesionalnya, Ia menjadi bebas gangguan hingga mendorong kemampuan kogniftifnya sampai batas, upaya ini menciptakan nilai baru, dan sulit ditiru karena melibatkan kondisi yang sangat spesifik.

Carl Jung tinggal di Bollingen hanya beberapa bulan dalam setahun. Selebihnya ia tinggal di Zurich untuk mengajar dan menerima pasien. Setelah membangun Bollingen Tower dan hidup bolak balik dari Zurich, sampai akhir hayat Carl Jung menelurkan 10 buku yang berkontribusi pada kemajuan bidang psikoanalisis.

Dari cerita ini, kita belajar bahwa dari perdebatannya dengan Sigmund Freud, kita tidak perlu takut tidak sependapat, tetapi perbedaan tersebut membawanya sampai dalam potensi terbaik dirinya. Cerita-cerita seperti yang dialami Carl Jung juga sering muncul dalam kehidupan arsitek, seperti Tadao Ando yang walau terus bekerja dalam fokus dan disiplin intens, ia tetap membutuhkan waktu untuk refleksi pribadi dan menyegarkan dirinya kembali.

Tadao Ando yang senang menghabiskan waktu di alam, menemukan kedamaian dan inspirasi dalam suasana yang tenang. Saat-saat perenungan dan refleksi ini merupakan bagian penting dari filosofi desainnya, dan memungkinkannya dirinya untuk terhubung secara mendalam dengan lingkungan sekitarnya dan esensi dari material yang digunakannya.

Karya-karyanya seperti Church of the Light, Kuil Rokko, juga The Water Temple adalah hasil karya dari proses refleksinya, di mana ia banyak merenungkan esensi ruang, cahaya, dan pengalaman manusia. Introspeksi mendalamnya dalam perenungannya tercermin juga dalam karya arsitektur yang mempengaruhi orang yang berkunjung ke dalamnya untuk berhenti sejenak, merenung, dan terhubung dengan lingkungan sekitarnya.

Kami percaya bahwa alam psikologi itu penting untuk arsitektur. Dan dari penelusuran kami hal ini bisa terjadi karena ada dialektika ilmu dari apa yang dituliskan Carl Jung dalam Buku Memories, Dreams, Reflections. Carl Jung juga belajar di bawah bimbingan Sigmund Freud, yang saat itu menjadi pionir dalam psikologi psikoanalitik.

Meskipun begitu, pemikirannya seringkali berseberangan dengan mentornya, Sigmund Freud. Konflik yang terus berlanjut akhirnya membuat Jung dan Freud berpisah pada tahun 1913, dan pada masa-masa inilah, Jung mengalami perenungan pribadi, yang kemudian menghasilkan karya-karya yang menjadi titik balik dalam hidupnya.

Dalam Buku “The Freud/Jung Letters: The Correspondence between Sigmund Freud and C. G. Jung” yang berisikan surat-surat Carl Jung dan Sigmund Freud, dituliskan bahwa pertemuan pertama kali mereka terjadi di rumah Sigmund Freud di Wina pada bulan Maret 1907. Setelah pertemuan itu, Jung dan Freud terus saling berkomunikasi, bahkan Freud dengan berani menyampaikan bahwa ia merasa Jung adalah pewarisnya, dan menganggap Jung sebagai anaknya.

Layaknya ayah dan anak, hubungan mereka juga seringkali diselingi dengan banyak perdebatan, hampir tidak ada masa di mana mereka terus akur, selalu ada perbedaan pendapat di antara mereka. Salah satu puncaknya adalah di tahun 1912, ketika Jung merilis buku “Psychology of the Unconscious”, di mana ia dengan berani menggaris bawahi perbedaan teori yang dimilikinya dengan Freud.

Freud percaya bahwa “the unconscious mind” adalah episentrum dari pikiran kita yang tertekan, ingatan traumatis, juga berkaitan dengan hasrat seksual. Ia menyatakan bahwa pikiran manusia berpusat pada tiga struktur – id, ego, dan super ego.

Id membentuk dorongan bawah sadar kita, dan tidak terikat oleh moralitas tetapi hanya berusaha untuk memuaskan kesenangan. Ego adalah persepsi, ingatan, dan pikiran sadar kita yang memungkinkan kita untuk menghadapi kenyataan secara efektif, dan superego mencoba memediasi dorongan id melalui perilaku yang dapat diterima secara sosial.

Sedangkan Carl Jung percaya bahwa jiwa manusia terbagi menjadi tiga bagian. Dalam pandangan Jung, alam bawah sadar dibagi menjadi ego, alam bawah sadar personal (personal unconscious), dan alam bawah sadar kolektif (collective unconscious).

Bagi Carl Jung, ego sebenarnya adalah “the conscious mind”, alam bawah sadar personal mencakup ingatan (baik yang diingat maupun yang ditekan) dan alam bawah sadar kolektif menampung pengalaman atau pengetahuan yang kita miliki sejak lahir (misalnya, cinta pada pandangan pertama)

Setelah perpisahan yang terjadi dengan Freud, Jung juga sempat mengalami krisis personal juga dalam ranah profesional. Ia sempat mempertanyakan keyakinannya sendiri dan merasa terasing dari rekan-rekannya. Namun, masa-masa ini membawanya ke eksplorasi diri yang intens yang nantinya akan memiliki pengaruh besar pada karyanya di masa mendatang.

Salah satu karya terbaik yang dihasilkan Jung adalah “Psychological Types” yang diterbitkannya di tahun 1921, di mana ia memperkenalkan teori baru tentang tipe psikologis, dan di buku ini juga ia mulai mendalami ide awal pemikirannya tentang archetypes.

Dalam buku ini, ia menuliskan bahwa setiap orang memiliki orientasi psikologis yang berbeda berdasarkan pada dua sikap utama: introvert dan ekstrovert. Ia juga mengkategorikan empat fungsi psikologis utama: thinking, feeling, sensation, and intuition. Kategori ini juga yang nantinya membentuk dasar dari tipe kepribadian modern seperti yang kita sering kenal sekarang dengan sebutan MBTI (Myers-Briggs Type Indicator).

Jika Carl Jung memiliki Bollingen Tower, dan Tadao Ando banyak melakukan perenungan diri sebelum masuk mendesain kaya-karyanya, Bagi kami Guha adalah tower dan tempat kami berkontemplasi. Guha dibangun menggunakan bahan-bahan yang sederhana, juga dari hasil daur ulang barang-barang yang tidak terpakai, seperti pada mosaic lantai-lantai keramiknya.

Tanaman yang tumbuh juga muncul memperlihatkan metode yang diresapi dari tanaman yang tumbuh perlahan – lahan, begitupun teknik desainnya yang dikembangkan satu persatu dari detail-detail yang mudah dikerjakan.

Di dalam foto – foto ini terlihat bagaimana pohon, tanaman memberikan dampak pada pencahayaan, dan insulasi yang baik dengan volume pohon yang tumbuh besar. Disinipun kami berusaha mempraktikkan arsitektur bioklimatik, dengan mereduksi teknologi, mengefisienkan penggunaan ac, mereduksi kelembapan, menaikkan pergerakan udara dingin, dan mempercepat keluarnya udara panas.

Ini dilakukan dengan mempraktikkan 7 lingkaran metode keberlanjutan, mulai dari data lingkungan, orientasi bangunan, selubung bangunan, layout ruang yang fleksibel dengan bentang pendek, sampai penggunaan material digabungkan dengan efisiensi energi dan air. Tumbuh perlahan-lahan juga tampak dari bagaimana kami belajar berbagai varietas tanaman, dari tanaman udara, tanaman anggrek, tanaman semak, sampai tanaman produktif.

Climate Guha Photo by Lu’luil Ma’nun
Climate Guha Photo by Lu’luil Ma’nun

Bollingen terbukti mampu memberikan dimensi kerja dengan dalam, ia berteori dan berjibaku dalam praktikalitasnya, menelurkan buah karya di dalam kesendirian. Begitupun kita semua yang memiliki Bollingen Tower masing-masing, bekerja dalam sekat – sekat kesendirian, bekerja fokus, sungguh – sungguh sembari tetap mengerjakan pekerjaan yang memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Kategori
blog

Guha The Guild

Part 6 @guhatheguild

Foto ini diambil oleh @luil_mn yang menunjukkan di studio kami dimana kami banyak berkembang untuk memberikan cerita di ruang-ruang dalam dan luar yang dibentuk menggunakan bahan-bahan yang sederhana. Lulu banyak belajar mengambil cerita melalui foto dimana mksal material-materialnya terdiri dari hasil daur ulang barang-barang yang tidak terpakai, seperti pada mosaic lantai-lantai keramik. Di gambar yang lain juga menunjukkan tanaman yang tumbuh juga memperlihatkan bagaimana metode tumbuh perlahan-lahan diresapi. Begitu pun teknik desainnya yang dikembangkan satu persatu dari detail-detail yang mudah dikerjakan.

Di dalam foto – foto ini terlihat bagaimana pohon, tanaman memberikan dampak pada pencahayaan, dan insulasi yang baik dengan volume pohon yang tumbuh besar. Disinipun kami berusaha mempraktikkan arsitektur bioklimatik, dengan mereduksi teknologi, mengefisienkan penggunaan ac, mereduksi kelembapan, menaikkan pergerakan udara dingin, dan mempercepat keluarnya udara panas. Ini dilakukan dengan mempraktikkan 7 lingkaran metode keberlanjutan, mulai dari data lingkungan, orientasi bangunan, selubung bangunan, layout ruang yang fleksibel dengan bentang pendek, sampai penggunaan material digabungkan dengan efisiensi energi dan air. Tumbuh perlahan-lahan juga tampak dari bagaimana kami belajar berbagai varietas tanaman, dari tanaman udara, tanaman anggrek, tanaman semak, sampai tanaman produktif. Terima kasih atas foto-fotonya lulu.

Architecture by @realricharchitectureworkshop
Photograph by @luil_mn

Kategori
blog

Kunjungan Prof Sabrizaa Rashid dan Mas Cahyo

Bulan lalu, kami kehadiran Prof. @sabrizaa bersama istri dan juga kedua anaknya. Ia berkenalan dengan kami melalui mas @madcahyo, seorang sahabat, mentor, dan advisor bagi kami.

Prof @sabrizaa merupakan seorang pengajar di Universiti Teknologi MARA (UiTM) Shah Alam @uitm.official dan juga pendiri dari Lembaga penelitian KUTAI yang mengkhususkan riset tentang arsitektur Melayu.

Sepanjang diskusi, ia banyak bercerita tentang alasannya memilih untuk menjadi pengajar arsitektur di Malaysia. Ia menyampaikan bahwa mengajar merupakan panggilan hatinya sejak dahulu.

Dalam sela-sela diskusi, ia juga menyampaikan bahwa ia sungguh senang bisa mengunjungi kami di Jakarta. Baginya, ruang yang kami sediakan di Guha adalah sebuah premis yang memuat berbagai macam hal. Ruang konsultansi, penyelidikan, pusat penulisan dan buku, juga menjadi ruang bertemunya para arsitek, akademisi, hingga pegiat seni. Ia juga mendoakan kami agar terus sukses dan selalu menjadi tempat diskusi yang menghasilkan buah-buah yang baik.

Terima kasih banyak, Prof. @sabrizaa, sudah memyempatkan waktu berkunjung dan berbagi cerita bersama kami. Kami doakan semua yang terbaik, juga kesuksesan menyertai perjalanan Prof. @sabrizaa.

Kategori
Arsitek dan Arsitektur dalam Ruang dan Waktu? blog tulisan-wacana

Work Hard, Work Smart, Work Heart

Refleksi singkat soal membangun sikap pantang menyerah dalam studio arsitektur. Tulisan oleh Realrich Sjarief dan Arlyn Keizia.

Sudah hal yang biasa jika perbincangan tentang kerja di studio arsitektur sering dikaitkan dengan kultur kerja hingga larut malam. Kultur ini juga tercermin dalam karakter Moko di film 1 Kakak 7 Ponakan, dimana apa yang dialami oleh Moko sebagai lulusan baru arsitektur merupakan sebuah realita. Jangankan kehidupan di dunia luar, pengorbanan waktu dan tenaga yang tidak manusiawi seakan menjadi jalan satu-satunya menuju kesuksesan di dunia arsitektur. Dengan segala keterbatasan yang dialami, kerja keras tradisional di studio arsitektur perlu direkonstruksi dan diubah menjadi kerja yang lebih cermat, demi menciptakan ekosistem yang lebih baik.

Kami juga mereview ulang sistem kerja studio dan membatasi maksimal di jam 20.00. Hal ini pada akhirnya memberikan semangat untuk lebih efisien akan waktu, datang lebih pagi, dan proaktif menjaga waktu masing-masing juga menjaga kepentingan bersama.

Dalam buku Great at work tulisan Morgen T. Hansen kami belajar 3 cara kerja yang berbeda, kerja dengan keras dan membabi buta (work hard), kerja dengan cermat (work smart) dan satu lagi yaitu kerja dengan hati (work heart). Tulisan ini akan membahas bagaimana kerja menggunakan hati (work heart)

John Pencavel dalam penelitiannya menemukan bahwa performa seseorang justru akan meningkat jika jam kerja dibatasi antara 50-60 jam per minggu. Selepas angka tersebut, kinerja malah menurun, di mana kurva produktivitas mulai menjadi datar. Hal ini menunjukkan kunci produktivitas bukanlah menghabiskan waktu berjam-jam, melainkan bagaimana mengelola waktu yang terbatas untuk menyelesaikan pekerjaan secara efisien. Keterjebakan dalam menjadikan lamanya waktu sebagai alat ukur produktivitas merupakan metode kerja keras

Diagram Performa Jus yang Berkurang Saat Diperas Setiap Jamnya. Source: Morten T. Hansen pada buku Great at Work, hasil sintesa penelitian John Pencavel “The Productivity of Working Hours”

Morten T. Hansen menyatakan bahwa rahasia kerja memakai hati dalam meraih performa terhebat terbagi menjadi tiga bagian. Yang pertama perlu lihai dengan pekerjaan sendiri, perlu untuk mengerjakan lebih sedikit lalu terobsesi dengan pekerjaan tersebut sampai ke titik detailing, mendesain ulang pekerjaan agar lebih efektif lagi, melakukan perulangan agar terbiasa, dan menentukan P kuadrant antara passion (gairah) dan purpose (tujuan) dalam sebuah perkerjaan agar efektif dan menyenangkan. Kedua, lihai bekerja dengan orang lain dengan selalu memberi kredit dan kontribusi tim hingga menjadi para pemenang yang hebat, dapat bekerja dengan orang yang berselisih dan bersatu, dan mengurangi dosa-dosa atas nama kolaborasi serta lebih efektif dalam berdiskusi. Yang terakhir adalah bagaimana lihai menjalani pekerjaan sampai kehidupan sehari-hari, dengan membangun profil diri yang baik.

Morten T. Hansen pun mengemukakan konsep “kerjakan lebih sedikit, terobsesilah, dan berperformasilah.” Ia menyebut bagian ini “Lihai dengan pekerjaan sendiri”

Salah satu contoh nyata adalah Frank Lloyd Wright, yang mampu mendesain proyek dengan cermat dalam waktu singkat. Namun, hasil tersebut bukanlah tanpa proses panjang. Proyek-proyeknya tercipta melalui latihan berkelanjutan dan adanya tujuan serta gairah dalam pekerjaan. Wright sendiri menghabiskan bertahun-tahun untuk mencapai tingkat keterampilan dan efisiensi dalam desain yang ia hasilkan.rampilan dan efisiensi dalam desain yang ia hasilkan.

Frank Lloyd Wright (seated) and his student around him. Source: franklloydwright.org

Dengan desain yang eksploratif, Rem Koolhaas mengandalkan pendekatan yang terstruktur dan analitis, pemanfaatan teknologi, bentuk yang fleksibel dan modular, serta tujuan yang jelas sebagai amunisi dalam menghadapi proyek-proyeknya dengan cepat. Berbeda dengan Gaudí atau Zumthor yang cenderung terlalu terobsesi dengan pekerjaan mereka, yang membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai akhirnya gambar kerja keluar. Namun perlu diketahui bukan proses mereka yang lama, tetapi pendalaman dan kecerdasan yang mereka curahkan terhadap suatu konsep iterasi yang mereka percayai yang membuat karya mereka, menjadi magnum opus.

CCTV Headquarter programmatic diagram, Rem Koolhas, OMA. Source: Archdaily, OMA
Detail of the roof in the central nave of la Sagrada Familia. Source: SBA73 via Wikimedia Commons under CC BY-SA 2.0

Strategi yang keliru adalah bekerja dengan menghabiskan banyak tenaga dan waktu dengan tanpa kecerdasan. Padahal menyusun daftar prioritas baru hanya merupakan separuh dari suatu persamaan yang utuh. Prinsipnya adalah penyadaran bahwa dalam bekerja, kita harus mencurahkan segalanya untuk fokus dengan konsentrasi penuh pada apa yang telah dipilih berdasarkan prioritas, agar hasilnya semakin baik.

Proses untuk menyeleksi apa pun yang masuk atau diterima sangatlah penting. Oleh karena itu, mendokumentasikan, membagi, dan menjaga jam kerja dengan menggunakan timesheet menjadi prioritas, itu lah work smart.

Namun, bukan hanya pengaturan jam kerja yang perlu diperhatikan, komunikasi yang baik untuk mendelegasikan tugas juga menjadi tantangan tersendiri. Seorang pemimpin tim harus memastikan bahwa setiap anggota tim memahami tujuan dan mengutamakan kepentingan bersama, sehingga proses delegasi dapat berjalan efektif. Hal ini disebut Morgen T. Hansen sebagai bagian lihai bekerja dengan orang lain.

Covey’s Maturity Continuum. Source: https://aaronicabcole.com/7-habits-of-highly-effective-people-habits-1-2/

Stephen R. Covey dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People juga menekankan pentingnya proaktif, menetapkan prioritas, dan memiliki tujuan yang jelas untuk mencapai efisiensi.

Dalam bekerja dengan orang lain, sikap profesional dan kemampuan untuk bekerja dengan siapa saja, bahkan dengan mereka yang mungkin dianggap sebagai musuh, sangat diperlukan. Mengurangi ego, menghindari konflik yang mengatasnamakan kolaborasi, serta fokus pada produktivitas dan efektivitas adalah langkah-langkah penting dalam mencapai hasil yang maksimal.

Menurut Morten T. Hansen, tujuan pekerjaan haruslah sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang. Meskipun seseorang tahu apa tujuannya, terkadang ia tidak merasa bergairah atau tidak merasa sesuai dengan apa yang diinginkan. Ia menyebut bagian yang sehari-hari itu “Lihai bekerja dengan orang lain”

Praktik Kunci yang Memengaruhi Keseimbangan Keja-Kehidupan. Source: Morten T. Hansen, Great at Work

Hansen mengidentifikasi empat sumber gairah kerja yang penting, yaitu intrinsik, kreatif, perkembangan, dan sosial. Menurutnya, gairah ini tidak hanya mendukung keberhasilan dalam pekerjaan, tetapi juga membantu menciptakan kehidupan yang lebih bermakna dan citra yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Pada akhirnya, transparansi informasi, pengetahuan, dan kesadaran untuk memahami psikologi serta posisi tim, vendor, dan klien menjadi hal yang krusial. Mengurangi ego, lebih banyak mendengarkan dengan empati, dan melayani dengan sepenuh hati adalah langkah-langkah yang dapat memperkuat hubungan kerja. Dengan pendekatan ini, arsitektur bukan hanya sekadar pekerjaan, melainkan juga jalan hidup yang dapat memenuhi isi hati. Dari sini work heart baru dimulai.

Bagi mahasiswa arsitektur, bergabung dalam kegiatan kemahasiswaan sangatlah penting. Ini merupakan kesempatan untuk mulai melatih diri dalam bekerja tanpa pamrih dan melayani tanpa mengharapkan imbalan. Pekerjaan di bidang arsitektur memang erat kaitannya dengan semangat bekerja tanpa pamrih, yaitu memenuhi kebutuhan klien tanpa menuntut bayaran langsung. Dari sikap tersebut, kepercayaan dan hubungan jangka panjang akan terjalin, dan pada akhirnya, hasil kerja tersebut akan dihargai dengan pantas.

DOT Workshop, RAW Architecture, and OMAH Library Team 2024. Soruce: RAW Architecture
Kategori
Arsitek dan Arsitektur dalam Ruang dan Waktu? blog tulisan-wacana

Hemingway, Apurva and Metode Iceberg

Kemampuan literasi (membaca, menulis, dan berpikir kritis) sastra di dalam arsitektur seringkali dihubungkan dengan kemampuan mengatasi tantangan hidup. Mulai dari memahami situasi dalam pemecahan masalah, menganalisis kegagalan, hingga bangkit dari kegagalan tersebut. sebuah tulisan dari Realrich Sjarief + Jocelyn Emilia.

Ernest Hemingway menulis “Kehidupan menghancurkan kita semua, tetapi beberapa di antara kita menjadi lebih kuat di tempat-tempat yang hancur.” Realitas kehidupan nyatanya memang penuh dengan cobaan dan penderitaan. Tidak ada seorang pun yang luput dari luka dan kegagalan, tetapi yang membedakan adalah bagaimana respon dari orang tersebut.

Hemingway sendiri juga mengelaborasi metode Iceberg. Seperti namanya, metode Iceberg adalah analogi gunung es yang hanya menunjukkan sebagian kecil dari dirinya ke permukaannya. Bagaimana hanya sebagian kecil informasi yang ditampilkan secara eksplisit, sementara sebagian besar makna atau konteks dibiarkan tersirat untuk disimpulkan. Teknik ini membuat tulisannya menjadi lebih efektif dalam penyampaian, namun juga interpretatif. Tulisannya tidak literal, namun sarat akan puisi.

Iceberg. Source: https://www.50odd.co.uk/icebergs/

Sebagai gambaran contoh tulisan dengan metode Iceberg, “Menara kaca itu berdiri tegak, memantulkan langit biru. Di dalamnya, orang-orang bergerak seperti bayangan, sibuk dengan rutinitas mereka. Dari kejauhan, bangunan itu tampak seperti monolit yang tak tergoyahkan, tetapi jika diamati lebih dekat, retakan-retakan halus terlihat di permukaannya.”

Sedangkan tulisan ini tidak memakai metode Iceberg yang teknis, yang saya sering sebut sebagai tulisan mati rasa, “Menara kaca ini dirancang oleh arsitek terkenal, John Smith, dan selesai dibangun pada tahun 2010. Bangunan ini memiliki 50 lantai, dengan total tinggi 200 meter. Fasadnya terbuat dari kaca tempered yang tahan terhadap cuaca ekstrem. Di dalamnya, terdapat kantor-kantor perusahaan multinasional, restoran, dan pusat kebugaran. Bangunan ini telah memenangkan beberapa penghargaan desain arsitektur.”

Pada contoh tulisan dengan metode Iceberg, deskripsi bangunan sangat sederhana—hanya menyebutkan bentuk, material, dan kesan visualnya. Namun, ada petunjuk tersirat tentang kehidupan di dalamnya, kontras antara kekuatan luar dan kerapuhan dalam, serta mungkin simbolisme tentang ketidaksempurnaan yang tersembunyi. Pembaca diajak untuk mengisi kekosongan makna tersebut dengan interpretasinya sendiri.

Keterampilan Hemingway diasah melalui kombinasi pengalaman praktis, belajar mandiri, dan pengaruh ketika menjadi pengemudi ambulans selama Perang Dunia I (1918) saat ia baru berusia 18 tahun. Pengalamannya menjadi supir ambulans memberinya banyak pelajaran tentang penderitaan, keberanian, dan kekejaman perang. Pengalaman traumatis ini membuka mata Hemingway terhadap sisi gelap kemanusiaan, namun juga mengajarkan tentang ketahanan, keberanian, dan kehormatan.

Hemingway in WWI Red Cross ambulance in Italy, 1918. Source: https://redcrosschat.org/2015/10/09/archives-hemingway-red-cross-italy/wwi-ambulance-in-italy/

Setelah perang, ia bergabung dengan komunitas sastra di Paris pada 1920-an. Di sinilah Hemingway menempa dan mengasah gaya penulisannya yang khas, yang juga dipengaruhi oleh panduan gaya surat kabar The Kansas City Star, yang menekankan kalimat pendek, bahasa Inggris yang kuat, dan menghindari kata-kata yang tidak perlu, prinsip-prinsip ini yang membentuk gaya minimalisnya di kemudian hari. “Pelatihan” sejati Hemingway datang dari membaca dengan rakus dan pengalaman hidupnya.

Hemingway at Shakespeare and Company in the 1920s (Paris). Source: Alamy

Seperti logam yang ditempa api, manusia yang menghadapi kesulitan dengan keberanian dan ketahanan akan menjadi lebih kuat di titik-titik di mana mereka pernah jatuh. Kita bisa belajar dari Hemingway, di dalam alam kehancuran, ada peluang untuk tumbuh, belajar, dan menjadi pribadi yang lebih tangguh. Kuncinya adalah bagaimana kita memilih untuk menghadapi kehidupan-apakah kita akan menyerah, atau menjadikan luka sebagai kekuatan baru untuk melangkah maju.

Novel The Old Man and the Sea karya Hemingway juga digunakan untuk mengajarkan keterampilan membaca, analisis teks, dan penulisan kepada muridnya. Dengan mengangkat tema-tema universal yang tidak intimidatif seperti keberanian, cinta, dan perjuangan, novel ini menarik banyak minat publik. Gaya penulisannya yang cenderung santai menjadikan kisahnya dekat dengan pembaca, dan perlahan meningkatkan kemampuan literasi publik.

Novel The Old Man and The Sea (original cover)

Teman baik kami Apurva Bose, ia adalah seorang jurnalis arsitektur, kurator, editor, dan pengajar di India. Dalam bukunya Architectural Voices of India (2017), ia mewawancarai total 19 orang, dan ia menggali data, fakta, serta realitas dengan sangat baik. Begitu juga dengan karya editorialnya dalam Writing and Literature untuk Architecture Asia. ia menyajikan kumpulan tulisan dari 5 narasumber yang berasal dari latar belakang berbeda-beda di arsitektur.

19 architects in the Architecture Voices of India. Source: https://www.apurvabose.com/book/

Apurva begitu giat mengkampanyekan pentingnya penulisan arsitektur di India. Bahkan setelah tulisannya selesai, ia terus menjaga komunikasi dengan narasumber dan melatih anak-anak muda supaya bisa menulis. Melalui Apurva, sastra dalam arsitektur menjadi lebih inklusif, sehingga lebih banyak orang membaca dan menghargai karya tulis, hingga karyanya diterjemahkan di berbagai bahasa di seluruh dunia.

Bagaimana sastra arsitektur bukan hanya tentang mendeskripsikan bangunan atau ruang berdasarkan fakta yang ada. Arsitektur juga merupakan sebuah ruang untuk mengeksplorasi makna-makna yang lebih dalam yang terkandung dalam praktik, sejarah, dan konteks sosial budaya. Kami belajar banyak dari langkah hidup dan tulisannya.

Salah satu narasumber dari Writing and Literature untuk Architecture Asia, Sumita Singha, turut mengangkat masalah bias dalam penerimaan arsitektur India oleh dunia Barat— bagaimana selama ini narasi yang disampaikan kepada dunia tidak tertangkap dengan baik sehingga seharusnya narasi penulisan bisa mengangkat inti yang lebih substansial.

Narasumber lainnya, Chatterjee, juga membicarakan bagaimana pentingnya sastra dalam kurikulum pendidikan arsitektur untuk menggali makna membentuk ruang, bangunan, dan bahkan cara kita mendesain. Penulisan bukan hanya sebuah refleksi pasif dari arsitektur, tetapi sebuah kekuatan aktif yang membentuk budaya, sosial, dan intelektual kita.

Dalam pengertian ini, arsitektur juga bisa dilihat dari metode Iceberg tadi, di mana banyak elemen penting seperti nilai-nilai budaya, filosofi desain, dan konteks sosial tersembunyi di bawah permukaan bangunan itu sendiri. Dengan penulisan yang tepat, kita dapat lebih mudah memahami makna-makna tersebut dan memberi interpretasi lebih dalam tentang apa yang membentuk arsitektur kita. Hal tersebut memperkaya, memperbanyak variasi dan mempertajam kemampuan berpikir kritis dengan kreatif.

Kategori
Arsitek dan Arsitektur dalam Ruang dan Waktu? blog tulisan-wacana

Mengejar Ekor Waktu, Proses De-Tailing

Tulisan kali ini adalah tentang bagaimana seorang arsitek bisa melihat metode melalui tahapan waktu dan observasi di lapangan secara menerus. Dalam refleksi singkat kami, seringkali saat menjalani proyek arsitektur, studio kami melakukan proses detailing yang membuat arsitektur bicara dengan skala yang kecil. Proses detailing ini memakan waktu yang tidak sebentar, dan merupakan cerminan jam terbang yang panjang sekaligus proses transformasi diri. Apalagi jika proyek dikerjakan dalam waktu tidak sebentar karena biaya hanya bisa dikucurkan secara bertahap.

Kami ingat ada Carlo Scarpa dari Venesia yang senantiasa menampilkan elemen-elemen arsitektur yang puitis, artistik, dan memukau.

Carlo Scarpa at Casa Businaro (Monselice), courtesy Archivio Pietropoli

Tulisan oleh Realrich Sjarief dan Hanifah Sausan

Sepanjang karirnya, Scarpa banyak mengerjakan proyek renovasi. Sentuhannya memberikan kehidupan baru yang begitu signifikan pada bangunan lama. Detail-detailnya demikian artikulatif dengan teknik repetisi. Orang yang melihatnya jadi auto bertanya: “Bagaimana ini bisa terbangun? Pasti butuh waktu yang lama.”

Rekam jejak Scarpa menunjukkan dua kecenderungan. Mayoritas proyeknya, terutama di rentang 1930-1960an justru dikerjakan dalam waktu relatif normal, rentang 1-5 tahun. Namun, karya-karya representatifnya yang dikerjakan di 2 dekade terakhir hidupnya memang punya timeline yang cukup ekstensif. Renovasi Castelvecchio Museum memakan waktu 14 tahun. Sementara, Brion Tomb yang menjadi karya terakhirnya sebelum wafat, selesai dalam waktu 10 tahun.

Kalau kita bicara proyek dengan skala sebesar Guggenheim Museum Bilbao karya Frank Gehry yang kita bahas terakhir kali, mungkin waktu sepanjang itu terdengar biasa saja (Gehry bahkan bisa menyelesaikan proyek seluas 24.000 m2 ini dalam 6 tahun saja). Namun, dalam konteks Scarpa, kita bicara proyek dengan luasan antara 2.000-7.000 m2 saja. Ini semakin menimbulkan pertanyaan: “Bagaimana proyek-proyek tersebut dikerjakan begitu lama, ketika umumnya arsitek selalu kejar-kejaran dengan waktu?”

Pada dasarnya, sebelum benar-benar sampai di titik “selesai”, arsitek tidak pernah benar-benar menggenggam kontrol terhadap durasi pengerjaan proyek. Sekuat apa pun kontrol internal dilakukan, akan selalu ada hal tak terduga dari luar yang membuat pengerjaannya molor. Namun, bagaimana dengan Scarpa sendiri?

Arsitek kelahiran 1906 ini punya metode desain yang tidak hanya terpusat di gambar-gambar kerja, tetapi juga observasi dan pengambilan keputusan di lapangan bersama tukang dan seniman yang menjadi kolaboratornya. Proses perancangannya tidak linier, tetapi terjadi bolak-balik, menghasilkan berlapis-lapis gambar revisi yang menunjukkan upaya bertahap Scarpa untuk memahami apa yang diinginkan desain dan konteks yang mengelilinginya. Scarpa pernah bilang ia harus “melihat” supaya bisa paham, yang artinya proses konstruksi menjadi dialog antara konsep dan realita, bukan semata perlombaan menuju deadline.

Di Querini Stampalia Foundation misalnya, bangunan dari tahun 1869 ini memerlukan renovasi karena lantai dasarnya sering kebanjiran air kanal Venesia. Alih-alih memikirkan bagaimana menghalau air masuk, dalam renovasi di tahun 1961-1963 Scarpa membuat semacam catwalk yang memisahkan entrance dengan aula yang membuatnya seakan seperti dermaga ketika air sedang naik.

Scarpa juga membuat sistem kanal mengikuti dinding-dinding bangunan yang memungkinkan air surut dengan sendirinya. Untuk mencapai ini Scarpa harus mengamati langsung bagaimana air bergerak dan bereksperimen dengan desain kanal untuk mendapatkan leveling air yang tepat. Dan ini membutuhkan waktu serta dedikasi.

Aspek sejarah menambah tantangan proyek-proyek Scarpa yang banyak berupa renovasi bangunan historis. Castelvecchio Museum misalnya (1956–1975), bangunan aslinya sudah berdiri sejak abad ke-14. Direncanakan untuk pameran karya seni dari era medieval, renaisans, dan modern, museum ini membutuhkan sentuhan baru yang sekaligus mampu menghighlight sisi historisnya.

Selain melakukan rekonstruksi pada bagian museum yang terdampak PD-II, Scarpa juga mendesain jalur, tangga, dan jembatan yang menghubungkan berbagai massa di dalamnya. Ia membutuhkan waktu bahkan untuk “sekadar” menemukan perpaduan komposisi beton dan batu medieval yang cocok, atau menentukan peletakan patung-patung koleksi yang pas.

Sensitifitas Scarpa dalam meramu komposisinya banyak dipengaruhi oleh kecintaannya pada sastra dan prosa. Ia melihat desainnya dalam bahasa yang puitis. Bagi Scarpa, setiap elemen seakan bisa berbicara, dan ia mencoba mendengarkan apa yang masing-masing mereka inginkan.

Cara pandang ini mempengaruhi gaya komunikasi Scarpa dengan para tukang dan kolaboratornya. Ia seringkali mendeskripsikan desain atau material dengan ekspresi yang penuh kiasan. Misalnya, ketika menjelaskan tekstur beton untuk tangga baru di Castelvecchio Museum, ia menyebutnya “the breath of stone” atau “a memory caught in the grain”. Tukangnya pun keheranan dan nyeletuk, “Ini orang mau nyetak beton atau nulis puisi, sih?”

Castelvecchio Museum, concrete details

Gemas karena idenya tak kunjung tersampaikan, Scarpa pun mengambil sekop dan mencoba membuat adonan betonnya sendiri. Namun, tampaknya ia memang ditakdirkan menjadi konduktor sahaja, adonan buatannya menggumpal dan proporsinya aneh. Tukangnya pun nyengir, “Cukup, Maestro. Anda gambar, kami yang bangun—kasih tahu feelnya seperti apa, jangan cara nyampurnya.” Giliran Scarpa yang nyengir karena si tukang akhirnya mengerti.

Ada kalanya tukang-tukang Scarpa ikut bermain-main dengan ekspresi puitisnya. Saat menjelaskan sebuah sambungan di proyek Brion Tomb, Scarpa menyebutnya “jabat tangan dari dua material.” Lalu tukang kayunya membalas, “Semoga mereka tidak bertengkar terlalu keras saat hujan,” yang kemudian sukses menjadi bahan candaan di proyek.

Brion Tomb, metal details

Pembawaan Scarpa yang ringan dan humoris seperti menjadi penyeimbang terhadap ekspresinya yang imajinatif, dan barangkali menjadi oase tersendiri di tengah pergolakan yang terjadi sepanjang 1960-1970-an di Italia.

Saat baru memulai karir sebagai desainer di era 1930-an, Scarpa meniti langkah-langkah kecil di tengah rezim fasisme Mussolini. Karirnya baru naik setelah rezim berganti dan PD-II usai. Pemerintah Italia saat itu punya semangat untuk menebus ketertinggalan budaya yang terjadi 2 dekade sebelumnya. Dukungan pemerintah dan kemajuan ekonomi di masa itu nampaknya menjelaskan kelancaran proyek-proyek Scarpa yang didominasi renovasi museum/galeri, setidaknya hingga awal 1960-an.

Sayangnya, kemajuan ekonomi Italia ternyata menyebabkan kecemburuan di beberapa kalangan. Di politik, kubu kanan dan kiri juga saling berebut kekuasaan. Teror dan kekerasan terjadi di mana-mana sehingga menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dan sosial. Arsitektur pun tidak menjadi perhatian utama saat itu. Ini menjelaskan tersendatnya proyek Castelvecchio Museum dan juga Brion Tomb (1968-1978) yang menjadi magnum opus Scarpa.

Italian strike demonstration, 60s/70s

Proyek pemakaman untuk keluarga Brion ini terletak di pedesaan Altivole, tidak jauh dari Asolo, kota kecil tempat Scarpa menepi setelah menjalani drama gugatan praktik tanpa lisensi di Venesia. Brion Tomb menjadi kesempatan langka bagi Scarpa yang terbiasa dengan proyek renovasi untuk mendesain segalanya from scratch.

Di tempat terpencil ini, jauh dari pusat pergolakan, Scarpa bersama tukang dan seniman kolaboratornya “diam-diam” mencurahkan tenaga dan pengalaman puluhan tahun untuk mengkonstruksi ruang yang begitu puitis dalam percakapan bahasa beton, marmer, logam, dan kaca yang bercerita tentang kematian sekaligus selebrasi kehidupan.

Meski terkendala situasi sosio-ekonomi-politik yang tidak stabil, Keluarga Brion tetap percaya dengan pengalaman dan visi artistik Scarpa sehingga tetap mendampingi hingga akhir. Brion Tomb dinyatakan selesai di 1978, sekitar 10 tahun sejak pertama kali dirancang. Tak berselang lama, Scarpa meninggal dunia saat berkunjung ke Jepang. Jasadnya ikut dimakamkan di Brion Tomb bersama istrinya Nini Lazzari, di bawah batu nisan yang dirancang oleh putranya juga menjadi desainer, Tobia Scarpa.

Dinamika perancangan Scarpa menunjukkan banyaknya faktor yang mempengaruhi durasi pengerjaan sebuah proyek. Visi arsitek semata belum tentu cukup untuk mengawal pembangunan hingga akhir, perlu dukungan ekosistem yang disambut dengan komitmen untuk memberikan yang terbaik. Saat ekosistem sedang tidak berpihak, barangkali rekam jejak dan kesungguhan yang telah dipupuk selama ini akan mebuahkan kepercayaan pada klien, yang akan setia menemani dalam perjalanan yang panjang.

Adakah perjalanan proyek yang lebih lama lagi? Tentu. Megastruktur dari masa lalu seperti Piramida Mesir, Borobudur, Tembok Besar Tiongkok telah menorehkan sejarah yang lebih panjang lagi. Namun, di era ini kita punya keistimewaan menjadi saksi pembangunan karya arsitektur Sagrada Familia rancangan Antoni Gaudi yang setidaknya sudah berjalan selama 144 tahun dan masih terus dibangun. Bagaimana dinamikanya? Mungkin bisa jadi bahasan di lain waktu~

Kategori
Arsitek dan Arsitektur dalam Ruang dan Waktu? blog tulisan-wacana

Jam Terbang Arsitek dalam Ekosistem yang Terbatas

Melihat arsitek-arsitek dengan jam terbang tinggi, kita bisa belajar sebenarnya hal-hal yang substansial justru ada di luar studio sang arsitek atau metode desainnya. Hal yang substansial tersebut terkait klien, komunikasi, dan bagaimana memposisikan diri.

Refleksi ini membuahkan tulisan-tulisan, termasuk tulisan ini yang ditulis oleh kami, Realrich Sjarief + Hanifah Sausan. Dengan bingkai praktik Frank Gehry, Alvaro Siza, dan Enric Miralles, juga melihat perjuangan panjang studio kami melalui refleksi strategi-strategi mereka yang membuat kami belajar kembali.

Seperti Frank Gehry dengan metodenya, ia bisa menjanjikan kepastian biaya, mutu, dan waktu. Dengan senjata CATIAnya, kita bisa melihat bagaimana leway jam terbang mereka yang berdekade-dekade, mereka memposisikan diri agar bisa dipercaya dengan metode desain, bentuk, dan teknik eksekusi yang pembiayaannya ketat. Begitu pun Alvaro Siza yang melakukan kontrol desain yang ketat, meskipun apa dikata klien dan dinamika politik proyek publik yang berkata berbeda. Juga Enric Miralles dan Benedetta Tagliabue yang perlu menelan pil pahit meledaknya biaya di luar kendali untuk mempertahankan bentuk, tetapi di saat yang bersamaan menemukan hasil yang berbeda di proyek pasar Santa Catarina. Metode satu seakan-akan tidak kompatibel dengan metode yang lain.

Selihai-lihainya kapabilitas seorang arsitek, ada begitu banyak kondisi yang tidak bisa dikontrol yang membuat arsitek menjadi jembatan komunikasi, persetujuan antar-kepentingan, menanggung resiko beban biaya, mutu, dan waktu dengan kuasa yang terbatas. Seorang mediator.

Frank Gehry. Source: AFP/Getty Images

Di tahun 1991, Frank Gehry mendapat komisi untuk dua proyek penting, Guggenheim Museum Bilbao dan Walt Disney Concert Hall. Namun, keduanya punya nasib pembangunan yang berbeda.

WALT DISNEY CONCERT HALL: FRANK GEHRY’S ORIGINAL SKETCH. Source: Google Arts & Culture

Di proyek Walt Disney Concert Hall, peran Gehry terhenti di fase perancangan. Para eksekutif skeptis dengan bagaimana Gehry dianggap tidak mampu sehingga desainnya dilempar ke arsitek lain untuk dieksekusi. Namun, ternyata mereka malah kebingungan bagaimana membangun desain Gehry yang melengkung-lengkung, sehingga proyek itu terhambat hampir 10 tahun.

Initial sketch of Guggenheim Museum Bilbao

Sementara, di Bilbao, sejak awal Gehry mendapat kepercayaan untuk merealisasikan desainnya. Gehry bereksperimen dengan berbagai software permodelan, salah satunya CATIA yang biasa digunakan untuk permodelan pesawat terbang.

Full 3d model of Gehry’s project using CATIA (Shelden, 2002)

Software CATIA memungkinkan Gehry dan timnya menggambarkan berbagai lekukan massa yang dinamis, sekaligus menunjukkan bagaimana desain bisa dibangun hingga sedetail gaya tekanan yang diterima tiap material sesuai sifat dan spesifikasinya. Dengan ini kalkulasi anggaran terdesain lebih akurat.

Ia butuh 2 tahun hingga mencapai titik optimal sebelum masuk ke fase konstruksi di 1993 dengan waktu 4 tahun dan biaya sesuai anggaran. Museum resmi dibuka pada 1997 dan sukses.

Guggenheim Museum Bilbao

Keberhasilan museum di Bilbao menumbuhkan kepercayaan pada stakeholder Walt Disney Concert Hall untuk “mengembalikan” proyek ini pada Gehry di tahun 1999. Dengan metode permodelan yang sama, concert hall ini berhasil dibangun sesuai perkiraan waktu serta biaya. Ketika resmi dibuka tahun 2003, proyek ini mengenalkan Gehry sebagai arsitek dengan bentuk unik, tepat waktu, tepat biaya.

Walt Disney Concert Hall

Sementara itu seorang Alvaro Siza, pada 1973 ditunjuk pemerintah Protugal untuk merancang perumahan rakyat Bouça bagi masyarakat ekonomi rendah yang mendiami kawasan kumuh nan padat di Kota Porto.

Alvaro Siza

Dalam proses perancangan, Siza banyak berkomunikasi dengan calon penghuni untuk memastikan kebutuhan mereka terpenuhi dengan baik, sekaligus untuk menghindari biaya renovasi di masa depan akibat penghuni tidak puas dengan desain yang ada.

Standar material yang baik pun tetap dijaga dengan pasangan batu bata lokal yang tahan cuaca dan api karena dinilai lebih murah dan lebih mudah dibangun ketimbang beton.

Meski lahannya terbatas, Siza ingin menghadirkan rumah yang cukup lapang, sehingga ia menumpuk dua rumah bertingkat menjadi struktur 4 lantai. Dengan ini ia bisa menambah luasan per unit tanpa mengurangi jumlah rumah yang dibangun dengan manusiawi.

Bouça Housing Complex, plan.
Bouça Housing Complex, section.
Bouça Housing Complex, First Phase.

Siza berhasil menyelesaikan tahap pertama sebanyak 58 unit dari total 131 unit yang direncanakan. Namun, pembangunan tahap kedua dihentikan oleh klien karena dinamika politik di Portugal.

Bouça Housing Complex, Final Phase.

Baru 30 tahun kemudian, pemerintah Portugal berinisasi untuk menyelesaikan perumahan Bouça. Alvaro Siza diundang kembali menyelesaikan tantangan masa kini dengan efisiensi energi. Pada 2006, akhirnya kita bisa melihat perumahan ini selesai dibangun dalam rentang waktu lebih dari 3 dekade.

Enric Miralles dan Benedetta Tagliabue (EMBT). Photographer: © Yoshio Futagawa

Yang ketiga adalah arsitek Spanyol, Enric Miralles dan Benedetta Tagliabue (EMBT) yang menghadapi dua realitas berbeda di tahun 1997-2005. Mereka sukses menjaga anggaran di Pasar Santa Caterina, tetapi di saat yang sama mengalami dilema karena pembengkakan dana di proyek Gedung Parlemen Scotlandia.

The Old Santa Caterina Market.

Di Pasar Santa Caterina, EMBT melakukan renovasi terhadap bangunan pasar yang sudah berdiri sejak 1840-an. Seperti Siza, mereka berdialog dengan para pedagang dan pengguna untuk memastikan desain yang baru bisa membentuk harmoni dengan bangunan lama dan mendukung kegiatan yang selama ini sudah berjalan di sana, sembari menjaga anggaran tetap ideal.

The New Santa Caterina Market.
Santa Caterina Market, interior.

Desain akhirnya memanfaatkan kembali fasad asli pasar, ditambah struktur atap parabolis yang ditopang kolom beton dan baja serta rangka kayu. Kenaikan atap yang signifikan memungkinkan cahaya alami masuk yang menghemat energi dengan 325 ribu tegel keramik lokal berwarna-warni. Renovasi dilakukan secara cerdas dalam pentahapan sepanjang 2001-2004. Pada 2005, pasar ini akhirnya bisa selesai dan sukses.

Berikut adalah video kunjungan kami ke sana yang diedit oleh Lu’luil Ma’nun: klik di sini. https://youtu.be/Jw6893ZyBM4

Scottish Parliament Building.
Scottish Parliament Building, interior.

Sedangkan, situasi yang kontras terjadi di Gedung Parlemen Scotlandia yang dirancang dan dibangun di masa yang sama. Dana membengkak 10 kali lipat karena visi yang terlalu ambisius untuk menunjukkan identitas dan karakter alam Skotlandia pada desainnya. Sementara, hal ini tidak dibarengi komunikasi efektif dengan klien.

Ketiga contoh dinamika ini menggambarkan bagaimana perencanaan yang matang dan komunikasi yang efektif menjadi kunci optimalisasi BMW: biaya, mutu, dan waktu dari sebuah proyek. Akan tetapi, arsitek perlu selalu terbuka dengan berbagai kemungkinan, juga perlu menyadari keterbatasan kondisi sekitarnya: sejauh mana seorang arsitek bisa mengontrol, atau kapan saatnya memposisikan diri dengan komunikasi yang sehat. Dinamika waktu membuat sang arsitek perlu sabar, rendah hati, dan terus bisa berkarya, meski proyeknya tidak berjalan mulus, ataupun berhenti.

Siapa tahu beberapa dekade kemudian, nasib berkata berbeda. Persis seperti kata pak Yuswadi Saliya, arsitek ada di gerbong belakang.

Kategori
blog

Lumintu House featured in ArchDaily

Our work, Lumintu House, is featured in Archdaily. It’s huge effort by clients and the team involved in these continous years, refining the crafts, tons of itterations, hard work by everybody.

This project has a unique way to test methods to reduce the temperature by shading and air ventilation with modification to cool fresh air. Our design team also carries out the thermal simulation effort by providing a responsive form, increasing wind speed, and reducing temperature. The fins outside are extended as a 3.5 m canopy on the ground floor, providing a shaded space similar to sitting under a tree. This design also protects the surrounding plants from excessive sunlight and forms a soft, seamless transition. In the middle of the house, we design active fan and wind tunnel to lower humidity provide air stacking effect inside the house. Lumintu House also has a rooftop garden to add insulation and provide biodiversity on site.

To create a bioclimatic architecture is not easy, involving the team, acceptance from the client, and testing again in post-construction by our team, so we can reflect on being better for the next journey.

Thank you, @archdaily and @miwanegoro as the ArchDaily curator. We are honoured to be featured in archdaily.

Further Credit:
Architect: Realrich Architecture Workshop | @realricharchitectureworkshop
Lead Architects: Realrich Sjarief
Structure Engineer: PT. Cipta Sukses
Management Construction: DOT Workshop
Design and Project Team: Realrich Sjarief, Alim Hanafi, Joana Agustin
Support team: Rico Yohanes, Aqidon Noor Khafid, Sharfina Nur Dini, Sofiana Estiningtya, Pandu Nazarussadi
Prefinishing design team: Erick, Septrio Effendi, Miftahuddin Nur Hidayat, Kanigara Ubazti Putra, Fadiah Nurannisa, Tirta Budiman, Larasati Ramadhina
Interior Design: Realrich Architecture Workshop
Landscape Design: Realrich Architecture Workshop
Analytic Team: Alya Hasna Rizky Riandita, Aditya Kosman
Photographer: @kiearch, @aryophramudhito, @luil_mn
Videographer: @kiearch

#Lumintu #ArchDaily #realrichsjarief #realricharchitectureworkshop #arsitekturindonesia #house #residential

Kategori
Arsitek dan Arsitektur dalam Ruang dan Waktu? blog tulisan-wacana

Membangun Diskusi yang Substansial

Akhir-akhir ini, studio kami fokus pada hal-hal yang substansial dan penting. Hal ini bermula dari pengalaman menghadapi kritik, sanggahan, atau ajakan untuk berdiskusi dalam presentasi atau workshop yang kadang membuat kita merasa tidak percaya diri. Tidak jarang juga kata-kata yang dilontarkan mencerminkan frustrasi, kekesalan, dan keterbatasan dari pembicara, yang bisa menyebabkan perdebatan menjadi berputar-putar dan kehilangan substansi. Vibrasinya pun membuat orang lain ikut merasa kesal, frustasi, dan bingung.

Menurut Mark Twain, kata-kata yang bertujuan membuat orang lain merasa tidak berdaya justru akan membuat orang yang melawannya terlihat bodoh. Persepsi memang bervariasi, dan selama tidak melanggar norma dasar, tidak ada yang salah. Namun, inilah yang sering memicu kesalahpahaman dan konflik yang tidak disengaja.

Twain juga memperingatkan bahwa perbedaan pola berpikir yang ekstrem dapat memicu kekesalan, membuat diskusi menjadi terlalu personal, dan bahkan menumbuhkan dendam pada pihak yang kalah. Kutipan ini juga jadi sindiran bahwa orang yang tidak bijak sering kali berusaha memenangkan perdebatan bukan dengan logika atau fakta, tetapi dengan permainan kata-kata yang membuat lawan bicaranya terprovokasi.

Perbedaan pola berdebat dan berpikir ini sering kali menyebabkan kesalahpahaman yang mencerminkan ketidakselesaian pribadi antara pihak-pihak yang terlibat. Di sinilah gagasan substansial menjadi sangat penting: apa tujuan diskusi, apa solusi yang ditawarkan, dan variasi penyelesaian masalah yang ada? Jon Lang dalam bukunya Creating Architectural Theory membahas hal ini, serta apakah semua pihak dapat memahami pesan yang disampaikan dengan tepat. Semua itu harus disampaikan dengan mempertimbangkan batasan biaya, mutu, dan waktu yang dapat diterima bersama.

Ketika seseorang yang tenang, rasional, dan tidak emosional berhadapan dengan pihak yang emosional, maka ekosistem diskusi bisa menjadi tidak produktif. Oleh karena itu, dibutuhkan pemahaman psikologi yang baik untuk membentuk diskusi yang sehat. Lang menyebutkan bahwa gagasan yang substansial adalah kunci untuk menghasilkan kualitas diskusi, sementara label dan status justru menjadi hambatan. Proses awal yang penting adalah memiliki pemimpin diskusi yang berkualitas—seseorang yang rendah hati, fokus pada tujuan bersama, dan mampu menanggalkan status atau label yang dimilikinya. Konsep ini juga dibahas oleh Robin Sharma dalam bukunya Leadership with No Title, yang menggambarkan pemimpin yang bijaksana, tegas, dan fleksibel dalam satu karakter yang sama.

Jika proses diskusi dua arah tidak terjadi, cara terbaik untuk menghadapi kekesalan atau kebodohan yang disebut Twain bukan dengan berdebat, tetapi dengan menjaga kebahagiaan diri sendiri. Tentunya, hal ini membutuhkan akal sehat, kasih sayang, dan sikap berpikiran positif.

Jika segala upaya telah dilakukan tetapi hasilnya masih belum optimal, tetaplah positif dan terus melangkah dengan bahagia. Jangan diam, ucapkan, “Maaf, saya tidak sempurna, mohon dimaafkan, terima kasih atas waktunya,” dan katakan dengan tegas, “I love you.” Mungkin Anda belum mengenal pemimpin diskusi yang tepat.

Untuk menjadi hebat, memilih tempat yang tepat untuk fokus, termasuk mendekatkan diri dengan pemimpin yang berkualitas, sangatlah penting. Di sinilah presentasi menjadi sarana untuk menyajikan mutu, membangun diskusi dua arah yang saling memperkaya, demi menciptakan proses desain yang sehat di dalam studio.

Kategori
Arsitek dan Arsitektur dalam Ruang dan Waktu? blog tulisan-wacana

Overbudget, Kritis, dan Tumbuh

Ini adalah cerita soal satu dari 3 strategi desain yang mempertanyakan fenomena over-budget, Kritis, dan tumbuh dari diskusi sekitar kami, yang dikembangkan di Guha oleh Realrich Sjarief + Hanifah Sausan

Refleksi singkat dari beberapa cerita di sekitar kami: sebuah karya arsitektur milik kawan kami yang bisa sampai over-budget berkali-kali lipat misalnya, merupakan hal yang jadi catatan. Mungkin saja ada hal yang berubah karena program misal belum sempurna, belum dipikirkan matang, atau ada deviasi karena kurangnya ahli dalam eksekusi. Atau bisa saja itu merupakan strategi dari seorang arsitek untuk mempengaruhi klien, mendapatkan persetujuan.

Cerita terkenal tentang desain Fallingwater oleh Frank Lloyd Wright mengisahkan bagaimana ide proyek tersebut “mengalir begitu saja dari Wright” dalam ledakan inspirasi selama tiga jam. Dan memang ada benarnya.

Pada pagi hari tanggal 22 September 1935, Wright menerima panggilan telepon mendadak dari E.J. Kaufmann yang mengatakan bahwa ia akan tiba di Taliesin dalam beberapa jam dan ingin melihat perkembangan desain yang telah dibuat Wright.

“Wright berkata, ‘Tentu, kita akan bertemu nanti,’ padahal sebenarnya ia belum memiliki desain sama sekali,” kata Catherine Zipf, seorang penulis yang fokus pada karya-karya Wright. “Jadi Wright duduk bersama para murid di Taliesin dan mulai menggambar.”

Meskipun Wright memang membuat sketsa awal Fallingwater dalam tiga jam tersebut, ide-ide arsitektur radikal di baliknya sebenarnya telah berkembang dalam pikirannya selama berbulan-bulan.

Faktanya, menurut Zipf, Wright telah bereksperimen dengan prinsip-prinsip rekayasa di balik Fallingwater selama beberapa dekade. Beton, konstruksi kantilever, integrasi air yang mengalir, bahkan membangun di atas lokasi alami—semua konsep tersebut telah ia eksplorasi sejak tahun 1920-an, dan kini semuanya menyatu dalam sebuah proyek ambisius.

Ketika E.J. tiba di Taliesin, Wright menunjukkan sketsa yang baru saja dibuat lengkap dengan nama, “Fallingwater.”

E.J. berkata kepada Wright, “Saya kira Anda akan meletakkan rumah di dekat air terjun, bukan di atasnya.” Dan Wright menjawab, “E.J., saya ingin Anda hidup bersama air terjun, bukan hanya melihatnya, tetapi agar ia menjadi bagian integral dari hidup Anda.”

Fallingwater pun kini dianggap sebagai mahakarya arsitektur modern dan karya terbesar Frank Lloyd Wright. Namun, egonya yang besar dan sering kali mengabaikan saran dari para insinyur menyebabkan beberapa kompromi pada stabilitas struktural, yang akhirnya menjadi masalah serius di kemudian hari.

Struktur kantilevernya yang ikonik itu bermasalah. Balok beton utamanya mulai melengkung tak lama setelah selesai dibangun karena Wright mengabaikan rekomendasi dari para insinyur untuk memperkuat struktur dengan baja yang cukup. Akhirnya pada tahun 2000-an, bangunan ini memerlukan perbaikan besar untuk mencegah kegagalan struktural total, yang menghabiskan biaya jutaan dolar. Perawatan rutinnya juga memakan biaya yang tidak sedikit.

Selain itu, karena rumah dibangun di atas air terjun, tingkat kelembapan di dalam rumah sangat tinggi, menyebabkan masalah seperti jamur dan kerusakan material interior. Sekaligus Suara air terjun yang konstan bisa sangat bising, mengganggu kenyamanan penghuni.

Meskipun visualnya mengesankan, beberapa ruang di dalam rumah tergolong sempit, dengan langit-langit rendah yang bisa membuat beberapa orang merasa klaustrofobik. Beberapa ruangan memiliki pencahayaan alami yang terbatas karena desain overhang (atap yang menjorok keluar) yang ekstrem.

Meskipun ada berbagai kritik tersebut, Fallingwater tetap menjadi ikon desain arsitektur organik dan sering dipuji karena keberaniannya dalam mengintegrasikan alam dengan ruang hidup.

Dari sini kita bisa kembali belajar bahwa di balik bentuk yang mencengangkan, ego seorang arsitek seharusnya menjadi jembatannya untuk mempermudah kehidupan banyak orang. Dari kegagalan struktur, kelembapan, dan sulitnya akses, refleksi menjadi satu poin strategis yang penting dalam arsitektur. Selain pendekatan pertama di atas, ada dua strategi lain nanti kita bahas dalam utas selanjutnya.

Ada strategi lain juga yang erat berkaitan dengan resource, biaya, metode konstruksi, dan desain itu sendiri, sehingga luas bangunan menjadi efisien. Ini teknik yang digunakan Frank Gehry dalam Bilbao Museum, dan Alvaro Siza, Eduardo Souto de Moura dalam beberapa desainnya sehingga melahirkan arsitektur yang serba putih. Resources yang minimal dikerjakan dalam sekali jalan.

Pendekatan yang ketiga bisa dilihat dari arsitektur yang tumbuh dan dikerjakan dalam waktu tidak sebentar. Detail yang diulang dan dielaborasi dengan tangan-tangan terampil. Kadang-kadang tidak semua resource dimiliki di awal perencanaan. Di sinilah desainer Carlo Scarpa dengan Castelvecchio ataupun Gaudi dengan Sagrada Familia jadi satu contoh bagaimana seseorang yang bisa mendorong dengan segenap asa dan keringatnya. Budget itu tumbuh, desain itu tumbuh.

Peran arsitek dalam berkomunikasi jadi penting untuk menjembatani ekspektasi dan juga bersikap proaktif dalam memecahkan masalah. Setiap titik membutuhkan komunikasi yang matang, di situlah sikap diri untuk tidak hanya ahli, tapi memiliki tujuan yang fokus pada klien dan masalah proyek yang banyak sekali. Namun, bukan hanya komunikasi yang menjanjikan, tetapi juga ujian untuk terus fokus dan konsisten menjadi proaktif, menghindar dari menjadi arogan, dan mendefinisikan kesederhanaan dari rendah diri menjadi rendah hati. Ini 3 titik yang tidak perlu dipilih karena bisa saja ada arsitek yang menjalaninya sekaligus, meskipun bisa batuk-batuk karena namanya integrasi tidak akan mudah.

Kategori
Arsitek dan Arsitektur dalam Ruang dan Waktu? blog tulisan-wacana

“Brothering” Geoffrey and Bevis Bawa, Perjalanan Dukung Mendukung dalam Bersaudara.

Di dalam praktek arsitektur, bagaimana memperlakukan klien dengan baik menentukan masa depan praktek arsitektur arsitek. Perlakuan seperti saudara, memperjuangkan klien seperti saudara, adalah komitmen yang membuat seseorang sukses. Berbahagialah apabila memiliki saudara / kawan yang selalu mendukung sepenuh hati, untuk meletakkan kepercayaannya ke tangan kita.

Brothering, hal yang jarang dibahas di dalam literatur arsitektur, justru dibahas di buku Robson tentang relasi Bawa brothers, sang adik Geoffrey dan sang kakak Bevis. Bevis menulis surat untuk kawan – kawannya, supaya menjaga adiknya yang baru pulang. selama puluhan tahun ia tidak menghabiskan waktu dengan adiknya, lalu Geoffrey harus pulang karena kesulitan ekonomi. Dan Bevis menunjukkan bisnis taman/ladang karet, sebagai kesehariannya.

Geoffrey melihat desain The Brief, kediaman Bevis, dan ia terinspirasi untuk tinggal di Sri Lanka dan belajar untuk membuat salah satu master piece desain Geoffrey di Lunagangga. Robin Maugham berceloteh “Brief is a Paradise: it is Shangri-la, a glimpse of Nirvana- call it what you will after you have been to see it. ” Saya berpikir bagaimana seseorang menulis sebuah tempat yang penuh aura misterius seperti itu, sampai – sampai kita yang membaca buku itu begitu ingin melihatnya.

Untungnya Robson dan Dominic menulis buku tentang mereka, dibalik lansekap Bawa ada hubungan yang lekat antara keduanya. Bukunya berjudul Bawa The Sri lanka Garden. Bevis kehilangan ayahnya di 1922, Bevis tinggi-besar, berbeda dengan Geoffrey yang lebih kurus dan rupawan, mereka berbeda umur 10 tahun. Geoffrey lebih banyak menghabiskan waktu di Eropa, berbeda dengan Bevis yang dalam satu saat terkena TBC yang membuat ia diminta berkeliling Cina, Jepang, Singapore, Hongkong.

Dalam pembicaraan dengan Channa Daswatte, ia berkata “I remember going to China. I remember vaguely, walking through dusty chinese squares, yellow walls, big doors. I don’t think at the time that one assessed these as such… but it all gave me feeling of pelasure, because one enjoyed the whole journey. I remember the Summer Palace and that great marble boat, pretending to be afloat… and lots of long corridors, galleries fo red laquer.”

Ini yang saya percaya, perjalanan ke timur, sangat penting untuk melihat bagaimana lansekap / arsitektur di cina dan banyak tempat di asia memiliki relasi dengan sejarah, materialitas, bentuk yang menurun kesejarahan yang kental masih turun dengan vista, simbol dengan skala besar dan kecil, semua ada di dalam satu area. Sebuah hal yang menjadi filosofi, yaitu “Embracing Things” dari situlah rasa, kesederhanaan yang elegan itu muncul dalam representasi kecantikan yang apa adanya.

Di balik debu, ada sejarah, ada pengaturan, ada desain, dan ada sebuah visi tentang kesederhanaan.Sedangkan Geoffrey menghabiskan waktu di eropa, setelah ia menyelesaikan studi hukumnya, ia pindah ke London dan tinggal bersama lingkaran dekatnya, Guy Strutt, yang adalah anak dari Lord Rayleigh yang memiliki banyak koneksi orang – orang kerajaan, dan properti seperti taman dan kastil.

Satu saat ia diajak oleh seorang arsitek untuk melihat karya arsitektur dari Andrea Palladio, dan taman Lombardy, dan Veneto. Perjalanan itu tidak terlupakan dan menjadi benih cintanya akan arsitektur Italia. Sebuah perjalanan ke barat di masa mudanya. Dua definisi barat dan timur ini sifatnya personal dan adalah sebuah perziarahan batin antara 4 kutub, kekuatan, kapital dan tradisi juga kerakyatan yang saling mengikat.

Bisnis Bevis di penjualan kayu karet tidak menguntungkan, kayu karet diproduksi dengan harga 9 cents – dan ia menjualnya sebesar 6 cents. Bevis bercerita ” I told my mother that if we cut down 200 trees we would lose less. Her mathematical capability was as shocking as my own and she said You seem to have a point there, but le’ts not go into it to deeply. Howver I agree that a view from you house is absolutely essential.”

Bertha menyetujui dan melihat bahwa bisnis yang lain harus dibuat, dan view rumah mereka begitu indah dengan lansekap yang besar. Lalu Ia melanjutkan bisnis dengan membuat peternakan, dan ayam, dan nursery tanaman, yang dijual ke kelas menengah di colombo. Ketika Geoffrey pulang dari Eropa itulah yang dilihatnya, yaitu Taman bernama The Brief.

Di Tahun 1950, bisnis peternakan mengalami kegagalan tapi bisnis nursery tanaman sukses, dan taman tersebut dikenal luas. dan banyak orang datang untuk melihat dan membeli , Bevis didapuk menjadi desainer taman yang terkenal, dan bersama kawannya ia memulai bisnis desain lansekap. menariknya justru Bevis tidak pernah diundang untuk mendesainkan taman untuk saudaranya, bahkan ada catatan oleh Robson bahwa Geoffrey menginstruksikan kliennya untuk tidak menyewa Bevis.

Lalu di tahun – tahun berikutnya Begitu banyak orang – orang berbakat datang, artis – artis Sri lanka, seperti artis batik : Ena de Silva, Desainer Barbara Sansoni, Artis, Laki senanayake, penari Chitrasena dan Vajra. Bevis adalah pusat dari lingkaran itu, dan Brief adalah tempat bertemu mereka. dalam akhir hidupnya ia mewariskan rumah dan tanah 7 acre ke kawan baiknya Dooland, dan membagi 22 acre tanah ke 5 orang pembantu terdekatnya.

Bevis belajar dari sekitarnya, hal ini menunjukkan bahwa seseorang desain belajar dari figur sekitar mereka, mereka mendengarkan cerita, dan mendapatkan banyak rencana dari sekitarnya. Dengan kerendahan hati, di sekitarnya terciptalah hub, pusat – pusat perlintasan informasi, energi, dan jiwa yang sampai sekarang bisa kita semua nikmati dalam turunan gaya arsitektur “Bali Style”.

Bevis memiliki empati yang besar dan baru kali ini saya melihatnya melalui jejak – jejaknya yang dikumpulkan oleh Robson dan Dominic. Sampai seseorang tuan tanah di bali, Waworuntu dan mendesain tanjung sari, satu butik hotel pertama di dunia, dimana kawan donald yang pernah ke brief menginspirasi mereka untuk membuat desain.

Robson menulis “The hotel incroporated many features inspired by friend’s experiments with Bevis at Brief-friezes of decorated terracotta tiles, paving slabs decorated with the imprints of leaves, open – air bathrooms. …. it was key.. of what came to be known as “Bali Style”, later in 1973, friend invited Geoffrey Bawa to Bali and commissioned him to design an estate of fifteen exclusive villas at Batu Jimbar.

Batu Jimbar adalah salah satu awal dari desain modern yang terintegrasi dengan elemen budaya yang menjadi cikal bakal bagaimana arsitektur bali bisa dipandang di dunia dengah desain hotel yang eksotik. Dari sebuah ziarah, diskusi, bisnis Bevis-Bertha- sampai ke Geoffrey, turunan itu kompleks namun mudah dipahami sebagai aksi cinta Bevis pada sekitarnya.

Termasuk cintanya pada sang adik. Ia menulis. “I have started my memoris and I have to bring my brother in to them at some stage… Though Geoffrey and I are dearly fond of each other we are strangers and … to avoid upsetting each other, … communicate through third parties… I remember seeing a book in which Geoffrey was described as one of the best architects in the world. Let me know all such detail but Don’t tell Geoffrey about my request. He knows, I don’t know how, that I am writing my life story. In writing about him I intend to leave out all his weaknesses, only telling about his extraordinary charisma, which enables him to get all he wants and desires.”

Sang kakak dengan segala otoritasnya sebagai kakak, di sini memberikan toleransinya, solidaritasnya yang bisa terjadi karena posisinya yang lebih tua. Tetapi untuk mengakui bahwa sang adik memiliki kredibilitas untuk dijaga, adalah aksi cinta. Dimana sekali saudara tetaplah saudara, dukung mendukung itu biasa, namun begitu abstraksinya adalah cinta yang sepenuh hati, dalam umur yang makin menua, segala kebaikan itu membuahkan kemumpunian, sebuah master piece, Magnum Opus yang bisa dilihat sampai sekarang, energi inspirasinya menyebar dimana – mana dalam karya, pemikiran, dan abstraksi yang jujur dan mendalam. Itulah magisnya arsitektur dengan hubungan personal, benci dan cinta menjadi sebuah perjuangan bersama.

Kategori
blog

Integrasi Tanaman, Jembatan Kayu, Kolam, dan Aktivitas di dalamnya

Foto ini menunjukkan transformasi ruang yang berisi integrasi tanaman, jembatan, kolam, dan aktivitas orang-orang yang kadang-kadang makan bersama di tengah courtyard, ruang tengah kami. Jembatan di sini juga adalah sebuah transformasi dari susunan kayu-kayu yang dirangkai seperti perahu dan ditambatkan di dinding, dilengkapi dengan kombinasi tanaman-tanaman di sekitarnya. Di bagian ini, fasad bangunan yang menghadap ke selatan adalah fasad yang terdingin, tempat kami mendapatkan suhu dengan temperatur paling rendah, sebelum masuk ke ruangan-ruangan di alamnya. Courtyard ini juga dikelilingi oleh tiga pohon besar yang memang sudah ada sejak dahulu.

Di courtyard ini juga terdapat pecahan-pecahan batu yang yang tadinya tidak terpakai namun dirangkai satu persatu menjadi mozaik, serta tempat duduk-duduk untuk bersosialisasi. Sisi sebaliknya adalah sisi bangunan yang menghadap ke barat, di mana terdapat banyak kanopi yang dikelilingi tanaman, tangga yang juga berfungsi sebagai kanopi, dan beberapa komposisi yang menyatukan berat dan ringan. Keseluruhan komposisi membentuk bayangan supaya suhu bisa turun dan kelembapan bisa turun dengan penghawaan yang baik.

Improvisasi dan eksperimen dilakukan dalam ruangan ini ditujukan menggali kesiapan dalam berkarya, ada persiapan yang selalu diperhatikan untuk proyek ke depannya.

Architecture by @realricharchitectureworkshop
Photography and Videography by @kiearch

Kategori
blog

Ruang yang Terus Tumbuh

Foto kali ini bercerita tentang ruang di antara bagian yang kami sebut OMAH kaca dan ruang material. Ruangannya terdiri dari toilet yang dahulu dipakai oleh tukang-tukang, dan hingga saat ini tidak pernah dibongkar, tetapi terus-menerus diperbaiki. Tukang-tukang yang mengerjakan area ini juga terbagi menjadi tiga bagian: tukang yang menggali dan membuat toilet, tukang yang mengerjakan bambu, dan tukang yang mengerjakan bagian kaca.

Akses masuk yang lebih privat ke ruangan perpustakaan terbuat dari material kaca. Area ini sendiri diselimuti oleh tanaman di dinding-dindingnya untuk memberikan insulasi termal. Hal ini juga perlu dikombinasikan dengan kipas angin, sehingga kami menempatkan beberapa kipas angin untuk menjaga kelembaban tetap rendah. Area ini juga merupakan tempat di mana kastil bambu mulai dibangun, sehingga bangunan bambu ini selesai dengan dibangun dari atas ke bawah. Jadi area lantai kaca hingga ke bawah adalah sebagai hasil dari menggali sampai ke tanah keras dan batas air tanah.

Bagian ini juga sebenarnya adalah sebuah riset tentang bagaimana mengembangkan ruangan tanpa AC, namun tetap bisa menyentuh suhu yang nyaman. Karena tidak ada cahaya matahari di dalam ruangan, lantai kaca dipilih karena sifat dan mutunya yang stabil dan kekuatannya yang bisa menopang orang-orang yang beraktivitas di atasnya. Menuju ke lantai di bawahnya, lantai perforated dirancang untuk memungkinkan sirkulasi udara alami yang bisa melingkupi tiga lantai sekaligus. Di sini juga terdapat banyak testimonial yang tertulis di dinding. Ruangan ini menjadi sumber harapan bagi kami, ketika kami membutuhkan semangat, kami datang ke sini untuk melihat berbagai rangkaian kata-kata testimoni tersebut.

Arsitektur kami refleksikan sebagai begitu banyak harapan yang menjadi kata-kata. Inilah permulaan dari budaya tulisan ini, karena keinginan untuk mengapresiasi, di sini justru testimonial menjadi jalan bagi kami untuk tumbuh, membuka diri, berkontribusi, dan melangkah lagi.

“energy flows where attention goes”

Architecture | @realricharchitectureworkshop
Photography and Videography by @kiearch

Kategori
blog

Suwon Convention Center – Korea

We are deeply honored and grateful to have been selected as one of the “100 Architects of the Year” for 2024 by the Korean Institute of Architects (KIA). We are thankful to have had the opportunity to be part of the international invitational exhibition at the Suwon Convention Center in Korea, alongside 109 talented architects and 83 teams.

We extend our heartfelt thanks to Han Young Keun, the President of KIA, and Regina Gonthier, the President of the International Union of Architects (UIA), for their support and belief in our work.

We are truly humbled to have been part of the exhibition alongside so many talented architects from around the world. The incredible work on display was truly inspiring, and we are amazed by the creativity and innovation that continues to shape the field of architecture. This recognition is not just ours but a reflection of the collaboration and dedication of all those who contribute to the field of Indonesian architecture.

Our Guha the Guild project that featured in the exhibition reflect our ongoing commitment to creating bioclimatic architecture. A core principle of our work is to create comfortable, energy-efficient spaces by optimizing natural ventilation, allowing cool breezes to naturally regulate and lower the indoor temperatures. This approach not only minimizes energy consumption but also creates healthier and more sustainable environments that prioritize the natural rhythms of the climate.

As we look ahead, we are filled with hope for the future of architecture and the continued opportunities to learn, grow, and contribute to creating meaningful spaces for all.

Architectural photography by @aryophramudhito @luil_mn
Product photography by @luil_mn

Kategori
blog

Tempat Kami Berbagi Dialog, Musik, dan Kenangan

Foto ini menunjukkan ruang foyer yang adalah hasil dari banyak pertimbangan. Pertimbangan akan ruang yang tidak terlalu besar dengan lebar 2.5 meter, namun bisa memancing dialog. Ruangan ini seperti lorong yang bisa dipakai sebagai tempat duduk. Jika melihat ke atas, terdapat skylight seperti tumpang sari yang berundak-undak, juga skylight dengan bentuk lebih sederhana. Di bawah skylight sederhana itu, terdapat ruangan dengan perforated metal yang digunakan sebagai gudang yang terorganisir. Angin dan cahaya bisa masuk melalui perforated metal, dan juga bisa diinjak sebagai lantai.

Di ruangan ini, saya juga bertemu dengan banyak musisi yang datang secara tak terduga dan memainkan lagu di atas tuts piano. Piano di sini adalah angan-angan dari dulu, karena seringkali saya berkeliling ke toko-toko musik hanya untuk menjajal piano atau ikut kebaktian di gereja untuk bisa mendapatkan kesempatan bermain piano. Piano dan musik adalah sarana terapi, begitu juga dengan ruangan ini, yang dilengkapi dengan kucing hoki sebagai simbol pengharapan akan ekonomi yang baik serta pentingnya manusia untuk hidup sederhana dan berkontribusi dengan dirinya yang kecil di antara dunia yang terus menekan.

Ruangan yang tadinya adalah sebuah koridor, berubah menjadi atrium dan berkembang menjadi ruang penuh kenangan bagi kami, dan ini dihasilkan dari banyak hal-hal kecil. Kemudian memasuki ruangan yang kami sebut sebagai toko buku, terdapat buku-buku yang ditulis oleh begitu banyak kontributor, penulis, pengajar, dan praktisi. Terlihat pula plat beton tipis yang dirangkai dan dibuat oleh Pak Edi, seorang mandor dan supervisor lapangan yang merancang sendiri besinya, Ide kami adalah menggunakan meja sebagai balok dan menggantung besi dengan menempel di ujung kolom.

Keseluruhan komposisi itu dibingkai oleh jendela bulat sebagai vista ke arah kolam renang selebar 1,5 meter.
Hal-hal ini memberikan bahasa yang tumbuh, perlahan – lahan tetapi pasti.

“all power comes from within.”

Architecture | @realricharchitectureworkshop
Photography + Video by @kiearch

Kategori
blog

Farewell Intern Gustav

Di tanggal 31 Januari 2025 kemarin kami juga melepas adik kami, Gustaviano, yang sudah bersama kami selama satu tahun dari Universitas Bina Nusantara. Selama setahun ia sudah belajar dari berbagai divisi yang ada di guha. Ia berproses dan berkembang, menyentuh hati kami dengan kegigihan dan tekatnya. Dalam setiap pertemuan, kita pasti menjumpai perpisahan, dan kini masa internshipnya sudah selesai. Sampai jumpa di waktu terbaik ya, pribadi yang tangguh dan tulus, kami mendoakan masa depan terbaik yang gemilang @gustavianovict

Terima kasih untuk seluruh semangat dan energi positif yang sudah dibawakan ke kami. Kami mendoakan yang terbaik untuk selalu sukses dimanapun berada, melanjutkan perkuliahan kembali dengan lancar. Harapannya semua yang sudah di pelajari di studio bisa bermanfaat untuk ke depannya.

Photo and Video by
1: @luil_mn
2: @almujaddidi
3, 4, 5: @jocelynemilia
6: @tyoadngrh
7: @rrianditaa
8: @gustavianovict

Kategori
blog

Farewell Intern (Julia, Maria, Radita, Nabila, Carina)

Kemarin, 31 Januari 2025, kami melepas 5 adik-adik internship kami, yang datang dari berbagai universitas di Indonesia. Mereka berproses dan menyentuh hati kami, dan kini, mereka sudah menyelesaikan masa internshipnya. Dalam setiap pertemuan, kita pasti akan menjumpai perpisahan menyentuh. Sampai jumpa dalam bentuk terbaik ya, pribadi yang tangguh, cerah, tulus sudah selayaknya memiliki akan masa depan yang gemilang, @juliaptrip dari Desain Interior @gunadarma.info@maria.tsaa dari @architecturebinus, dan @raditaaaulia@belleisnotyellow, dan @carina.h_ dari Arsitektur @univ.brawijaya. Doa kami untuk kesuksesan kalian.

Terima kasih untuk warna baru, semangat, dan energi positif yang sudah kalian bawa ke tengah – tengah kamj. Kami selalu berharap kalian, adik-adik kami bisa sukses di manapun kalian berada, melanjutkan perkuliahan kembali dengan lancar, dan harapannya apa yang sudah dipelajari di studio bisa berguna buat kalian ke depannya. Kalian akan selalu hadir di tengah – tengah kami.

Photo and Video by
1: @luil_mn
2, 3, 7: @tyoadngrh
4, 5, 6: @jocelynemilia
8 : @rawarchitecture_best
9: @rrianditaa
10: @rizkasra@carina.h_

Kategori
blog

Happy Chinese New Year!

Di balik usia kami yang tidak muda lagi, dan anak – anak, ponakan yang semakin ganteng dan cantik kami berkumpul satu kali satu tahun baru Cina. Sebuah tradisi ngumpul, makan, cerita yang saling menyemangati di keluarga kami. Banyak hal yang terjadi dalam satu tahun ini, pekerjaan, pelajaran, kenangan hubungan yang baik dengan orang lain dimulai dari hubungan baik dengan keluarga.

Kali ini kami berkumpul untuk mendoakan satu sama lain panjang umur, banyak rejeki, dan diberikan kesehatan tubuh yang bahagia. Hal ini jg menjadi doa yang tulus untuk sekitar.

Setiap tahun ama, engkong, emak mempersiapkan makanan, minuman, dan tempat untuk berkumpul. Hal – hal sederhana seperti waktu, kenangan kembali diulang – ulang. Dad pasti senang lihat anaknya berkumpul bersama juga dengan cucu, besan, dan keluarga besarnya. Terlebih lagi ini shio dad tahun ini shio ular. Jadi di sekitar kami yang baik terjadilah, dengan ketekunan, kepandaian, dan kerendahan hati yang diajarkan selalu oleh dad kami. Keturunan yang baik, perilaku yang baik, menjaga nama baik keluarga, itulah yang selalu dijunjung dad dengan rasa hormat terhadap orang lain.

Happy Chinese New Year teman – teman dan sahabat ! Semoga rejeki teman – teman, sahabat berlimpah juga karunia kesehatan dan peruntungan yang baik. Sukses selalu kami doakan.

Photography @luil_mn

Kategori
blog

Farewell Intern Faisol

Hari-hari di studio kami dipenuhi dengan orang-orang yang tulus belajar arsitektur dan memiliki kecintaan mendalam terhadap arsitektur. Di Guha, ditempat yang terlihat sunyi ini, pikiran kami selalu riuh dipenuhi dengan beragam aktivitas yang saling terhubung dimana pun kami berada, termasuk untuk Bang Faisol dari @arsitektur.ums yang menghabiskan hari terakhirnya kemarin bersama kami. Selamat menempuh dunia kampus kembali setelah belajar di Guha ya @fslyzd_. Kami doakan dirimu bisa tetap menjadi dirimu yang terbaik ❤️

Kategori
Team - Officer Team - Tier 4

Saeful

Officer

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Devy Annisa

Associate Administration and Finance

Affiliation Universitas Budi Luhur

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Timothy Michael Tuahatu

Associate Designer

Affiliation Universitas Katolik Parahyangan

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Irvita Ingrid Larasati Rezky

Associate Designer

Affiliation Bina Nusantara University

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Bambang Priyono

Senior Technical Designer

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

M. Ikhsan Maulana Lubis

Associate Designer

Affiliation Universitas Diponegoro

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Noviola Esther

Associate Designer

Affiliation Bina Nusantara University

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Aulia Henessy

Associate Designer

Affiliation Universitas Diponegoro

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Rizka Ramadhani

Associate Designer

Affiliation Universitas Diponegoro

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Az Zahrawaani Al Aryan

Associate Designer

Affiliation Universitas Indonesia

Kategori
motivation Letter Team - Tier 4 Uncategorized

Wiranata Rachmadi Danu Syah Putra

Associate Researcher, Librarian, and Writer

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Aditya Kosman

Associate Designer

Affiliation California College of the Art

Kategori
Team - Designer Team - Tier 4

Yunita Nurul Hasanah

Associate Designer

Affiliation Bina Nusantara University

Kategori
Team - Officer Team - Tier 4

Rivan

Officer

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Shafira Satya Nurshanti

Associate Designer

Affiliation Universitas Islam Indonesia

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Kevin Ezra Theodorus

Associate Designer

Affiliation Universitas Diponegoro

Kategori
blog

Rumah Vermont

This house is located on a plot measuring approximately 25 x 12 meters, and situated in Tangerang that still shaded with a microclimate that remains favorable, with daytime temperatures reaching around 29-30°C. The primary goal of this house design is to reduce the temperature by up to 3 degrees.

From the front view, the house features curves made of bamboo and brick, with railings that curve upwards, forming a consistent architectural language that unifies the entire structure.

The ground floor is appears to be elevated, allowing air to flow through creating a wind corridor that extends from the front of the house through to the backyard garden. This layout integrates the service and utility areas while enhancing the circulation of fresh air throughout the home.

The first floor consists of a communal space with a bedroom overlooking the swimming pool. This room is open and unpartitioned, separated only by dynamically shaped brick arches, which provide privacy for the residents on the first floor and create shading in the living room.

On the second floor, there is a balcony with overlapping elements that create a cooling light effect below. This balcony also offers space for the homeowners who enjoy gardening, allowing them to place plants on top. On the concrete slab of the second floor, openings have been created to allow a tree to grow. By bringing natural elements closer to the home, this provides positive psychological effects, like a “hugging tree,” fostering a harmonious relationship between the inhabitants and nature.

The top floor is equipped with photovoltaic solar panels, providing the home with a sustainable energy source and supporting the home’s overall environmental performance.

The performance language is a key aspect of our research in implementing bioclimatic architecture. It demonstrates that creating thermal comfort and functionality can be achieved through thoughtful and good design.

design by #realricharchitectureworkshop

Kategori
blog

Rimbunnya Pepohonan dan Arsitektur yang tumbuh

Di foto – foto ini, @kiearch mendokumentasikan sebuah momen yang merefleksikan banyak hal. Mulai dari rimbunnya pepohonan dan arsitekturnya yang tumbuh, juga udaranya yang semakin lama terasa semakin sejuk.

Di foto dan video tersebut, kami menjelaskan ruang luar – dalam yang terbuka, yang didesain supaya angin bertiup. Di dalam tanah ini, terdapat resapan yang besar untuk mencegah air tidak tergenang. Prinsip-prinsip dasar seperti ini tidak akan pernah bisa terkomunikasikan dengan baik tanpa jasa fotografer yang sangat baik. Itulah yang kami apresiasi dari karya fotografi ini.

Sebagai refleksi singkat, rahasia dari komposisi arsitektur dan tanaman adalah dari ayah dan ibu kami. Ayah insinyur teknik sipil, dan percaya kekuatan dasar, dan fungsional dari bangunan. Ibu hobi menanam tanaman, jadi setiap kali kami menanam tanaman, kami ingat betapa ibu sangat hobi menanam pot demi pot yang menjadikan rumahnya sangat hijau. Ia mengajarkan untuk memiliki tangan rajin yang membolehkan banyak tanaman itu tumbuh, dapat dilihat setiap hari, dirawat setiap hari, dan nantinya performanya pun berkembang. Lalu arsitektur bisa muncul belakangan untuk menopang tanaman-tanaman ini.

Buku tentang Geoffrey Bawa yang berjudul “Bawa: the Sri Lanka Gardens” menjelaskan bagaimana Bevis dan Geoffrey memulai karir sebagai tukang taman, dan mereka juga seringkali berdialog dengan ibunya. Profesi arsitek kadang sesederhana itu, mulai dari hal seperti tanaman-tanaman ini yang bisa dinikmati oleh banyak orang. Hari ini tanggal 13 Januari adalah hari ulang tahun almarhum ayah kami, ia berpesan, “jagalah ibu”. Kami di keluarga merefleksikan, awal tahun baru 2025 ini membawa banyak harapan dan mimpi baru. Mari kita memulainya dengan menjaga keluarga kita masing-masing, terutama orang tua, pasangan, dan juga anak-anak kita.

Architecture | @realricharchitectureworkshop
Photograph + Video by @kiearch

Kategori
blog

Guha dan Refleksi Arsitektur Bioklimatik

Berbicara tentang bioclimatic architecture adalah berbicara tentang refleksi mendalam akan arsitektur yang dapat terus berinovasi dengan “less-using resources”, merespons iklim, dan merangkul budaya dari manusia yang menciptakan serta menghidupi ruang tersebut.

Seperti bangunan Guha yang kami rancang, simbol dari arsitektur bioclimatic adalah pertumbuhan. Guha yang tampak awal kering berubah menjadi hijau dipenuhi tanaman. Struktur rangka bidang-bidang yang saling menyambung membentuk komposisi utuh yang tumbuh secara organik. Arsitektur yang jauh dari kata selesai.

Pendekatan ini tujuan utamanya adalah untuk menurunkan suhu secara maksimal dan mendinginkan ruang dengan memanfaatkan elemen alam, sekaligus terus membuka diri terhadap fungsi-fungsi yang memberi efek terapi dalam desain. Ruang yang dihasilkan terasa hangat dan memeluk, seperti rumah lama yang membawa kita pada kenangan masa lalu. Namun, dalam kehangatan itu hadir semangat kebaruan, sebuah harmoni antara nostalgia dan masa depan.

Suatu hari, kami melihat anak-anak berlari riang di perpustakaan anak. Suara tawa mereka, permainan yang spontan, dan keakraban di antara teman-teman kecil itu membawa kami pada masa ketika kami bermain bebas di ruang-ruang seperti ini. Itu adalah momen sederhana, namun mengingatkan bahwa arsitektur memiliki peran besar yang tidak hanya menampung aktivitas, tetapi juga menciptakan ruang yang hidup, ruang yang menyatu dengan alam, budaya, dan memori.

Foto-foto ini diambil oleh Kie @kiearch, seorang fotografer yang sering disebut sama anak-anak studio, dan kami melihat kesabarannya dalam mengambil foto satu persatu. Ia menanyakan “apa konsepnya, mana lagi yang mau di ambil?” dan banyak pertanyaan lainnya. Dari hasil karyanya kami belajar tentang berkreasi melalui mendengarkan. Dan akhirnya muncullah karya fotografi yang menggambarkan dinamika Guha.

Architecture | @realricharchitectureworkshop
Photography by @kiearch

Kategori
blog

IAI Jakarta – Pengembangan Keprofesian Arsitek 3

We are deeply grateful to IAI Jakarta for offering us the opportunity to participate in the valuable professional development program on Thursday, 9 January 2025, alongside respected architects such as @cosmasgozaliofficial and @tatengkd, who continue to inspire us with their expertise and vision.

We would also like to extend our heartfelt thanks to @farrizky for moderating the session, fostering meaningful discussions, and making this experience even more enriching. Being part of a community so dedicated to excellence and growth in the field of architecture is truly an honor.

Kategori
blog

ACICIS – Sustainability Design: Products, Branding, and Space

Our heartfelt thanks goes to ACICIS for inviting Ar. Realrich Sjarief as a speaker in the discussion “Sustainability Design: Products, Branding, and Space” held at Atma Jaya University on Tuesday, January 14th, 2025. It was a great moment to engage with international students on how sustainability intersects with branding, products, and spatial design, and how we can continue to push boundaries in our practices.

Ar. Realrich Sjarief discussed about how Indonesia has so much inspiration to offer the world, with different places having their own unique characteristics. From architecture that responds to its environment to branding strategies that emphasize local values, everything demonstrates that sustainability is an approach that can be applied across various disciplines.

In this session, he also discussed the importance of communication skills, how sustainable ideas can be translated into impactful design, products, and branding. Interestingly, the students was not only from the field of architecture but also from various other disciplines, so we try to tell them that sustainability is a cross-disciplinary issue that requires collaboration. Through our project at Guha the Guild, we explored how a space can grow sustainably, not only in terms of materials but also by fostering engagement with craftsmen and achieving bioclimatic architecture through various experimentation and design analytics in the process.

Ar. Realrich Sjarief also spoke about a figure he greatly admires, Pak Eko Prawoto, who has taught many valuable lessons through the strong spirit of the village, how we need to learn from him about the power of humility and the deep meaning of life found in simplicity. The new Indonesian architecture should emerge from local wisdom and a sensitivity to nature.

During this experience, we had the opportunity to meet one of our interns, @itsgaric. It was a great moment for us to connect and get to know each other before he begins his learning journey at our office. We’re excited for what’s to come and hope to collaborate more with ACICIS @acicis.studyabroad in the future!

Kategori
blog

Road to ARCH:ID

Ar. Realrich Sjarief was invited to the Road to ARCH:ID event on January 18th, 2025, at Wisma TOTO, Jakarta. We want to express our sincere gratitude to the organizing team of the Road to ARCH:ID 2025 Talk Series for bringing together such a diverse and inspiring group of architects. We were honored to share the stage with fellow architects @yanuarpf and @adi1710, whose contributions added immense value to the discussion also special thanks to the moderator @imeldaevasari for facilitating such an engaging and insightful conversation.

During the event, Ar. Realrich Sjarief discussed the concept of performative archipelago, a theme that resonates deeply with architecture firm’s approach in Indonesia; began by exploring the fundamentals of architectural education in Indonesia, dividing it into two main pillars: studio and theoretical classes. Before entering the university level, he highlighted the importance of early education, focusing on character development, psychology, and skill alongside scientific reasoning. The stages of cognitive development in education begin at age 2, where attachment is key, to age 2-7, when symbolic thinking emerges, followed by logical reasoning between 7-11, and scientific reasoning after age 11.

This scientific reasoning plays a significant role in shaping how we approach architecture and also how our firm is built on a scientific foundation, transitioning from an intuitive-based approach to one grounded in evidence and data. Looking to the future, we emphasized the importance of adaptability and resilience, aligning with economic trends and findings from the World Economic Forum. We also highlighted the need to nurture and build specific skills to address the industry’s evolving demands. Those skills are psychological skills, strategic skills, abstraction skills, integrative skills, practical skills, analytical skills, narrative skills, and branding skills.

Road to ARCH:ID is a platform to encourage meaningful conversations and exchange valuable insights within the architectural community. We hope the upcoming ARCH:ID 2025 @arch.id.indonesia will continue to contribute to architecture development and shape the future.

Kategori
blog

PIK House

This PIK house is located on a compact plot of land in a residential area in Tangerang. This plot of land is facing southeast with measuring 10 x 20 meters. From the front, its exterior of this house is a combination of natural forms featuring wooden frames with flowing grass-like shapes arranged as if spreading from one side to the other.

The wavy frame in facade can be manually opened and closed using a simple hinge system that crafted by local craftsmen. Combination of brick and wood language reinforced with metal is also seen with the placement of brick arrangements. Those pattern become openings that aim brise soleil while maintaining natural ventilation.

This system used to reduce thermal heat while ensuring airflow into the living spaces. This strategy will also growing with the landscape that integrated between the exterior and interior connection. The placement of trees in front of the house mean to make a natural connection and act as a sun shading.

The lowest level or the ground floor is dedicated to the needs of a family gathering space, in the form of a living room and dining room. There is also a maids quarter area located on one side of this floor. The first floor features more private spaces including the master bedroom and two children’s room that connected with the same bathroom.

The second floor functions as a prayer room, and office room, which is used to interact with the outside world. The highest floor of this house is the rooftop area which is constructed with steel plates, serves as both a gathering space and an additional layer of insulation to maintain thermal comfort for the lower level. This strategy to ensures the house comfortable.

Currently, this house is still under construction. It continues progressing every day and gradually taking shape as it moves closer to completion.

design by #realricharchitectureworkshop

Kategori
blog

Balai Kartini

This project is like our expedition on working in bigger scale, with existing structure, and public function room which has long history. our design begins with activating and renovating the facade and lobby, aim to create a optimised thermal comfort performance for Balai Kartini, integrated with the philosophy and functions of the convention center, gallery, auditorium, and restaurant within its 3,000m² space, planned in phases.

Balai Kartini is a cultural and historical reconstruction where it’s hot at the west side, and it lacks a storytelling of space. The design emphasizes understated beauty that emerges from interiority to architecture. In the interiority, the design proposes Kartini’s spirit and legacy through symbols, storytelling of traditional Nusantara patterns like weaving, ikat, and batik, which have become Indonesia’s heritage to the world. The project was launched with a strong commitment: to transform Balai Kartini into a home for the Kartini of the future.

In the outside, the vertical louvers on the building’s structure evoke the grandeur of Nusantara temple stupas, while also reducing the heat of the sunlight entering the main lobby. The result is a shadow cast onto the old floor, which has been revitalized and polished. The grain patterns in the floor remind us of a design rooted in history, that forms the foundation of Kartini’s struggle. Every design aspect was carefully considered for energy efficiency, cost, and maintenance.

This project illustrates process to document many hopes, reborn through tears and struggles. The spirit of Kartini, that touches the heart, inspires us to always spread goodness and provide a “home” for Indonesia’s future.

Design for @balaikartini.official

By #realricharchitectureworkshop

Still on ongoing process

Kategori
blog

Wirawan Bioclimatic Home

In a residential project, the architect has the opportunity to get to know the client. It’s the beginning of a long-lasting relationship, where the architect and client come together not only to create a space but to shape a dream that will serve the client and their family for years to come.

Started in 2012, where we learned about the standardization of construction materials and the diversity of wood with its types of advantages, thickness, thinness, and imperfections. We also learned that space programming is important and and will be reflected in the daily life, attitude, nature, and goals of our client. How our client takes care of his family and all the dreams, including his children, are woven together in sequence.

This house maintains its compact efficiency. With a larger land area, this house has a view towards the garden from the family room, library, and bedroom by keeping its distance from the neighbors. The layout consists of 3 bedrooms + 1 master bathroom with their own bathrooms, allowing space for family members to gather while also respecting individual privacy.

The ground floor is attached to provide structural integrity while a central light and wind corridor serves as the heart of the home, opening up into a large void that invites natural light and air, creating a comfortable, family-centric atmosphere.

The house’s form is based on a stepped Platonic shape, rooted in clarity and simplicity, using a Cartesian grid. The green roof garden creates a transitional space that links the indoors with the outdoors, while wood elements and lush trees provide insulation on the west side.

The interior design is coordinated with the PIU studio; this is the first time we have worked with an interior consultant. This collaboration brought a special detail to the design, with thoughtful choices in the shape of the TV backdrop, sofa layout, and dining table selection. Every element was carefully selected to create a space filled with texture, color, and meaning—reflecting the family’s story and the legacy that will continue to develop into a new reality.

design by #realricharchitectureworkshop
Interior @studio_piu
photograph by @bacteria.archphotography

Kategori
blog

To be Part of ( BIAT ) -Biennale Internationale d’Architecture Tropicale

RAW Architecture are excited to be part of (BIAT) Biennale Internationale d’Architecture Tropicale de La Réunion # 3 on October 6th, 2024 in Le Port, La Réunion France. This edition, entitled “Alternative Project Practices in Tropical Environments”. Our presentation aims to explore and promote innovative approaches to architecture in tropical settings. BIAT will bring together international experts, local professionals, and students to discuss contemporary issues and advancements in the field.

The event features esteemed leaders from many regions, such as Hoang Thuc Hao from Vietnam, Carlos Betancur from Colombia, Javier Mera from Ecuador, Kevin O’Brien from Australia, Sébastien Clément from La Réunion, Léandre Guigma from Burkina Faso, Narein Perera from Sri Lanka, Anne-Laure Cavigneaux from Australia, and many more.

Our presentation will be presenting daily and simple works many people have done in Indonesia, like the photos in this post including our studio, by working hand to hand with craftsmen, designers, and many individuals creating unique structure of design who reflect the diverse realities of daily life. From these fragments, a common thread emerges: a shared connection to the tropics, a celebration of diversity, and a profound respect for one another, with words and actions without pretension in the spirit of continuing to learn.

The presentation will also featured several projects that emphasizing locality, affordability, and sustainability, also promoting green and bioclimatic architecture while encourage environmental awareness and critical thinking about the potential negative impacts of construction development.

BIAT de La Réunion serves as an exciting platform to share what we are doing in the studio and discuss mutual approaches in another tropical region. We believe this event will foster shared insights within the global architectural community and contribute to our field’s collective growth.

#realricharchitectureworkshop #guhatheguild #guhaboboto #piyandeling #alfaomega #jakarta #indonesia #biat #ensam #leport #france

Kategori
blog lecture

ETALASE 2024, Universitas Negeri Semarang (UNNES)

Our principal, Realrich Sjarief, participated in the ETALASE 2024 discussions hosted by Universitas Negeri Semarang (UNNES) on October 4th, 2024. The theme, “What is the Role of Architects for Net Zero Action?” centered around the role of architects in designing buildings based on Net Zero Emission principles, emphasizing the importance of caring for the environment and reducing carbon emissions.

Realrich’s presentation featured defining roles, that every step has its beginning—a state of humbleness inside the mindset. Our practice started in the humble garage studio. The RAW’s project harnessed locality, affordability, and sustainability to its limit by defining the limit’s territory. Ten projects presented are about getting the best air quality, reducing the temperature, providing well-being and biodiversity, and getting economic value while addressing the client’s physiological state. It’s a step-by-step process towards empathy, symphony with others, and diverse inspirations. Ultimately, it’s about creating an open design paradigm for architecture’s creative yet critical, more humanistic side.

In conclusion, Young architects must prepare for a long and complex journey by forming more detailed variations to grow new territory. In this case, DOT Tectonic’s evolution and solutions to clients include high-speed, crafted, and functional detailing. This comprehensive method needs a consistent willingness to learn that architecture is also about the clients. The last thing is to enjoy the process, bringing the best sensibility to the architect’s role.

ETALASE 2024 has attracted over 400+ attendees, and hopefully, we provide valuable insights. The Dean of UNNES, Wirawan Sumbodo, opened it, followed by a speech from Resza Riskiyanto, Chair of IAI Central Java. They encourage us to take responsibility and reduce environmental impact while enriching our surroundings. We also extend our heartfelt gratitude to the lecturers and students at UNNES for their support in nurturing.

Follow their journey on Instagram @unnesetalase

Photograph by

1, 6: @yophrm

2: @mariowibowo

3, 5: @bacteria.archphotography @luil_mn

4: @yophrm @luil_mn

7: @kiearch

#unnesetalase2024 #RAWArchitecture #GuhaBoboto

Kategori
blog

Taslim Bioclimatic Home 1st Phase

This house was designed in 2011, about 14 years ago, and the project is still ongoing, having now entered the third stage of construction in 2024. It began with the needs of our clients, who desired a home that facilitates 3 families living together. Located in Alam Sutera, the house with an area of around 3000 m² features a cluster concept, allowing each family member to have their privacy and space for expression while still feeling connected to one another. This cluster concept aligns with research from a Harvard Medical School study, which indicates that the quality of relationships with family and the community significantly impacts health, happiness, and longevity. We believe that a home designed for multigenerational living reflects health and embodies a unique Indonesian harmony.

We adopted a bioclimatic approach to enhance thermal comfort by considering sun orientation, with roof angles opening toward the north and closing toward the west. Each corner of the house is designed to receive sunlight and fresh air, incorporating long overhangs, lattices, and surrounding trees to filter sunlight from the west and east.

At our studio, we have learned that continuous adaptation to changes over time is fundamental. In designing a house, finding abstraction within the process is crucial, as it allows us to align our vision with the client’s desires. We also found that the fight to find abstraction in this lengthy architectural process also aligns with what Carlo Scarpa has accomplished in Italy, such as the renovation of Museo Castelvecchio and the design of Banca Popolare in Verona, both of which took decades. In our studio, we foster a collaborative environment where contributions come from all levels, top down and bottom up. This emphasis on craftsmanship and grassroots detailing ensures that everyone is part of the process, enhancing our architectural studio practice.

Design by #realricharchitectureworkshop

Photograph by:
Slides 6, 7, 8: @bacteria.archphotography

Kategori
blog

Guha Boboto at Mbloc Design Week

We will participate in the exhibition at M Bloc Design Week, themed ‘Daur Rupa – Sustainable Design,’ meaning “everything recycled,” from September 27th to October 6th, 2024. The exhibition will feature the Guha Boboto model panel, that has four key components: a family home, a boarding house, a family-operated stall, and OMAH new philosophers survival library. This project emphasizes preserving old structures as a way to survive by minor changes and major impact while emphasizing kampoong material locality, family affordability, and local-symbolic sustainability, showing the DOT Workshop detailing at its critical and finest.

Our principal, Realrich Sjarief, will speak at the M Bloc Design Week 2024: Design Conference on October 5th, which focuses on exploring and advancing sustainable design in today’s fast-paced and complex world, questioning many thinking mode, defining static assumptions of sustainability in RAW practice. The conference will also feature other notable friends, brothers colleagues, including Antonius Richard, Sibarani Sofian, and Anton Siura.

The presentation will focus on empowering local craftsmen and harnessing their skills to create meaningful bioclimatic architecture. Our commitment to lifelong learning drives us to craft architecture with care and dedication to families, firmly grounded in sustainability and redefined local engagement to achieve operational expenditure in sustaining legacy of literacy, domestic needs. This is the model of the self-sustained economy, social, and culture of togetherness for the future.

M Bloc Design Week 2024 promises to be an exciting platform for discussing innovative approaches to sustainable architecture. We believe this event will foster valuable insights and contribute to the growth of the architectural community.

Join us at M Bloc Space Jakarta for inspiring discussions and don’t miss this opportunity to learn about the future of sustainable architecture!

@mblocdesignweek

Design by #realricharchitectureworkshop for @guhaboboto
Detailing by #dotworkshop
Guha Boboto Photograph by talented @_yophrm

#MBlocDesignWeek #RAWArchitecture #GuhaBoboto #Architecture #jakarta #indonesia

Kategori
blog

Gembrong market Colective Cave

The idea of our design of Gembrong Market is about accommodating an adequate number of stall units, emphasizing an inclusive design process led by the operator for arranging area zoning and layout, so the number is based on dialogue between stalls and business feasibility. It resulted in almost 200 wet market stalls, almost 400 dry market stalls, nearly 50 F&B stalls, 2 playgrounds, and a multipurpose hall. A key market feature is the integration of F&B spaces and children’s areas on the rooftop, creating vibrant anchors for the community. The ground floor is dedicated to a wet market, serving as another anchor.

Hygiene is a top priority in our design of the Gembrong Market. We have envisioned a market equipped with floor drains and grating to manage water flow in the wet market area effectively. Our design aims to cool down the temperature to 28 degrees Celsius by introducing voids that reduce the need for artificial lighting. The open, curved roof design allows for air gaps that enhance ventilation, creating a functional interior that is business viable and an open-air public space that reconnects with the city through affordable problem-solving solutions. Introducing an atrium allows natural sunlight to illuminate the inner core, minimizing the reliance on air conditioning and maximizing daylight.

Through this project, We grow our relationship and architecture grammar and patterns, evolving from personal or residential projects to more public projects. We believe that architecture is fundamentally about relationships rather than mere technical skills. It transcends aesthetics but is a way to understand basic design to create a viable business market while creating an aesthetically pleasing environment that makes people happy by having well-performed thermal performance.

design by #realricharchitectureworkshop for @pasar.gembrong #bogor #architecture #dezeen #archdaily #arsitekindonesiadesign

Kategori
blog

Thank you Qybar and Edho! (our intern at Guha the Guild)

Proses untuk melepaskan anak-anak intern kembali ke kampus merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab itu, selalu ada pertemuan hangat di akhir masa internship untuk saling menyampaikan kesan dan pesan, masukkan, serta harapan bagi teman-teman intern. Pertemuan yang diadakan di studio ini biasanya kami lakukan dengan santai sambil mengenang setiap kesempatan yang telah dilalui.

Pertemuan-pertemuan hangat kami menciptakan sebuah komunikasi. Sebuah komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang diingat. Biasanya, hal ini dapat datang dari momen-momen tidak biasa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula di studio. Begitu banyak momen yang tercipta mulai dari momen unik saat pertama kali datang ke Guha, momen mentoring yang menegangkan, momen kritikal menghadapi realita proyek, momen keseharian di meja makan, hingga momen random dan konyol bersama yang terjadi secara natural. Momen-momen ini merupakan wujud dimana realitas dan kreativitas tetap terawat dengan baik. Dualitas suasana ini muncul dalam keseharian kami, serius tapi juga santai dengan penuh rasa tanggung jawab. Semoga momen-momen ini bisa membantu mereka bertumbuh menjadi lebih baik.

Terimakasih @rizqyakbarrr dan @edhobaronmack atas warna yang kalian berikan. Qybar dan Edho adalah beberapa contoh intern terbaik RAW. Qybar adalah sosok yang unik, kreatif, ceria, dan humoris. Lewat setiap humornya, ia menjadi pencair suasana studio. Dalam bekerja, ia merupakan sosok yang strategis, bermental baja, dan dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan tepat.

Sementara itu, Edho adalah sosok yang tenang tetapi sangat serius dan profesional saat bekerja. Jika telah mengenalnya lebih dalam, ia juga seseorang yang hangat, penuh perhatian, setia, dan rendah hati. Meski Edho cukup pendiam, di balik diamnya ia banyak mendengar dan menyerap hal-hal di sekelilingnya.

Kami berharap, Qybar dan Edho dapat berhasil dimanapun mereka berada. Teruslah menempa diri dan bersinar. Sampai bertemu kembali di Guha

.

@realricharchitectureworkshop @rawarchitecture_best

.

#guhatheguild #realricharchitectureworkshop #studioculture #arsitekindonesia #arsitekmuda #architecturestudentlife #architecturestudio #jakarta #indonesia

Kategori
Team - Reflection Letter

Ahmad Faqih Sadewa – Universitas Sriwijaya

Reflection Letter:

Hai semuanya. Perkenalkan nama aku Ahmad Faqih Sadewa, boleh dipanggil Faqih atau Qih, asal jangan panggil dengan tiga huruf terawal ya hehe. Saya merupakan seorang mahasiswa jurusan Arsitektur yang sedang menempuh Pendidikan di Universitas Sriwijaya. Sedari kecil saya memiliki ketertarikan kepada dunia arsitektur, karena Menurut saya arsitektur dapat mendefinisikan seluruh aspek kehidupan yang ada didunia ini.

Hingga pada saat sedang menempuh Pendidikan di bangku SMA, Saya menempelkan sebuah kertas kecil yang bertuliskan “Architect soon”. Setiap harinya saya selalu memandangi tulisan itu, Yang baru saya sadari ternyata tulisan itulah yang menyemangati saya selama berproses di bangku SMA. Lalu kemudian kelulusan pun tiba. Setelah lulus dari bangku SMA, ternyata saya memiliki kebimbangan serta sedikit ketakutan apabila saya mengambil jalan hidup pada dunia arsitektur. Kebimbangan itu juga muncul dikarenakan saya memiliki ketertarikan juga dengan dunia seni. Hari itu menjadi hari – hari Dimana rasa bimbang terus menghantui. Namun pada akhirnya saya tetap memilih untuk mewarnai hidup di dunia arstiektur, dikarenakan menurut saya, saya masih bisa melakukan eksperimen seni yang dituangkan pada karya arsitektur dan juga mengingat kertarikan saya pada dunia arsitektur sangatlah besar.

Kemudian datanglah hari Dimana saya mulai berproses di dunia arsitektur di kampus tercinta. Saya sangat bersyukur dapat menjalani kehidupan di lingkup dunia yang dapat saya nikmati tanpa terbebani. Semasa kuliah saya sangat menyukai bangunan yang melakukan pendekatan terhadap alam baik itu dalam suatu bentuk ataupun fungsi. Hingga suatu hari, saat saya sedang membuka intagram saya menemukan akun @realricharchitectureworkshop, menurut saya saat itu cara RAW Architecture merancang bangunan sangatlah inspiratif, yang mana menginspirasi saya pada semasa perkuliahan.

Hari Dimana saya harus memulai kegiatan internship pun tiba. Dari jauh hari sebelum proses apply tiba, saya sudah sangat tertarik untuk dapat berproses di RAW Architecture. Pada tahap ini, saya merasa inilah titik terawal bagi saya untuk dapat melihat dan belajar bagaimana dunia arsitektur itu sebenarnya. Beruntungnya saya dapat diberi kesempatan untuk berproses dalam program internship di salah satu tempat yang saya favoritkan, yaitu RAW.

Sebelum datangnya hari untuk memulai kegiatan internship, banyak sekali kekhawatiran berdatangan sebelum memulai. seperti kekhawatiran saya untuk dapat menyesuaikan untuk hidup sendiri di kota orang, karena kegiatan internship ini merupakan my very first far from home experience. Lalu sebelum memulai saya juga memiliki kekhawatiran terhadap penyesuain diri di lingkungan kerja di RAW nanti.

Setelah kegiatan internship dimulai ternyata semua kekhawatiran yang saya pikirkan itu berbanding terbalik. Saya dipertemukan dan dikelilingi dengan orang – orang yang sangat supportif. Sehingga hari demi hari yang dilewatkan terasa sangat menyenangkan untuk dijalani.

Selama saya berproses di RAW Architecture saya banyak sekali mendapatkan ilmu dan pengalaman yang menurut saya sangat berharga dan belum tentu bisa saya dapatkan ditempat lain. Di RAW saya juga dapat belajar mengenai dinamika waktu dalam kerja yang cukup challenging, sehingga dapat membantu saya untuk dapat lebih berkembang. Lalu selama saya berproses disini saya merasa sangat beruntung dikarenakan saya dapat dibimbing dengan kakak – kakak yang sangat supportif dan sabar dalam berbagi ilmu. Selain itu keterbukaan yang ada pada lingkungan RAW seperti tawa, canda, gurauan, bertukar cerita, makan bareng, hingga jajan bareng Bersama kakak – kakak dan temen – temen intern lainnya akan selalu menjadi memory core yang akan selalu dikenang sampai nanti.

Lastly, saya ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada kak Rich dan kak Yudith telah memberikan kesempatan yang sangat berharga ini kepada saya untuk dapat menuntut ilmu di RAW Architecture. Kemudain saya ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada kakak – kakak, yaitu kak mel, kak chai, kak Richie, kak Tyo, kak uung, kak sultan, kak ikhsan, mas Benk, kak Riyan, kak Aul, kak Shaf, kak Ingrid, kak Ala, kak meizzhan, kak zikri, kak ezra, kak Irfan, kak yusrul, bang zyadi, kak gabby, kak putra, kak a cha, kak revi, ci mei, kak joshi, kak kamil, kak nielson, kak Haykal, kak Timbul, kak lulu, dan lainnya yang selalu terbuka dan selalu bersedia untuk berbagi ilmu serta memberikan nasihat kepada saya. Serta saya juga ingin mengucapkan terimakasih kepada teman – teman seperjuangan internship di RAW yang sudah berbagi banyak sekali kenangan Bersama.

Sekali lagi saya ingin mengucapkan terimakasih kepada semuanya atas semua kenangan, ilmu dan kesempatan yang diberikan. Dan terimakasih banyak sudah bersedia menjadi bagian dalam perjalanan hidup saya untuk berproses di dunia arsitektur. Semoga kita semua dapat dipertemukan lagi di lain waktu.

Lots of love, Ahmad Faqih Sadewa

Motivation Letter:

Kategori
Team - Reflection Letter

Hasanub Basriyah Herdi – Universitas Bina Nusantara

Reflection Letter:

Haloo semuaa! Saya Hasanub Basriyah Herdi telah menyelesaikan Internship Program selama 6 Bulan di RAW Architecture. Pada awalnya kenapa pilih RAW Architecture, saat saya semester 2, saya sangat beruntung dapat dibimbing langsung oleh Kak Rich sebagai dosen pembimbing saya di mata kuliah Teknik Bangunan. Saat itu saya banyak belajar dan kagum dengan bagaimana cara Kak Rich mengajar, selalu ada Pelajaran yang kita dapatkan setiap sesi bimbingan bukan hanya soal arsitektur namun juga kehidupan. Saat itu saya juga mendapatkan kesempatan untuk mempelajari Guha the guild langsung dipandu oleh Kak Rich sendiri, makin kagum, tertarik dan makin penasaran bagaimana ya cara saya bisa belajar disini. Sejak saat itu saya bertekad untuk melakukan internship di RAW Architecture.

Saat Awal Magang di RAW saya banyak mengagumi bagaimana berjalannya suatu Proyek, bagaimana cara berpikir untuk mencapai design yang ibaratnya RAW banget tapi tetap sesuai dengan keinginan client. Awal ini saya harus mengerti dan menyimak bagaimana sistem kerja disini. Perasaan saya cukup kaget, dan wah ternyata kerja tuh gini yaaa…

Setelah melewati masa adaptasi dan sudah mulai mengerti dan menerapkan apa yang diajarkan kakak-kakak designer, pola pikir saya yang perlahan terbentuk. Awal saya sering terpikir ohh Kak Rich kalo desain ciri khas nya kayak gini ya.. tapi semua berubah menjadi ohh Kak Rich punya ciri khas ini untuk menyelesaikan permasalahan ini ya.. Saya menyadari beberapa ciri khas yang RAW banget itu merupakan salah satu bagaimana menyelesaikan suatu permasalahan, yang mungkin kalo dipikiran diri saya yang dulu hal itu hanya sebuah fitur saja.

Saya adalah sebuah gelas kosong yang menerima begitu banyak air saat melakukan internship di RAW merasakan bagaimana proses pengembangan desain di Tim Kak Riyan, merasakan bagaimana rasanya meeting bersama client, melihat progress langsung sebuah proyek dibangun, merasakan bagaimana membuat gambar kerja yang baik dan tepat, merasakan bagaimana rasanya melihat kakak – kakak berkoordinasi dengan Tim lapangan di Tim Kak Melisa dan Tim Sky. Begitu banyak Pelajaran yang saya dapatkan disini. Kalo ibarat nya belajar disini tuh kayak “Palu Gada” “apa yang lu mau pelajarin, RAW ada”.

Saat saya magang disini tidak hanya diajarkan tentang seputar proyek dan arsitektur saja. Disini saya juga mendapatkan Pelajaran mengenai kehidupan, pola pikir yang harus dibentuk untuk menghadapi masa yang akan datang, keluar dari nasihat nasihat Kak Rich dan Kakak – Kakak RAW kepada diri saya. Saya ingin berterima kasih kepada Kak Rich, Kakak – kakak designer di RAW yang telah memberikan saya kesempatan untuk mendapatkan pengalaman dan mengajarkan saya banyak ilmu di sini dan memberikan saya begitu banyak kenangan yang sangat berarti buat saya. Aku sudah rindu.

Terima kasih RAW

Salam Hangat,
Hasanub Basriyah Herdi

Motivation Letter:

Kategori
Team - Reflection Letter

M. Muhaimin – Universitas Sriwijaya

Reflection Letter:

Hai semuanya! saya Muhammad Muhaimin, seorang mahasiswa semester 7 dari Universitas Sriwijaya. Pertemuan saya dengan RAW Architeture dapat dikatakan sebuah keberuntungan yang tidak disengaja, diawali dengan mencari referensi untuk tugas kuliah dan menemukan sebuah studio yang memiliki keunikan dari konsep perancangannya yang menekankan terhadap bioklimatik dan berkelanjutan. Dalam reflection letter yang saya tulis ini saya ingin menceritakan dan mengungkapkan perasaan yang saya rasakan selama menjadi salah satu internship di RAW. Pertama-tama saya ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada kak rich, teman-teman dan kakak-kakak yang telah menerima serta membimbing saya selama kurang lebih tiga bulan yang menyenangkan ini.

Pengalaman tiga bulan yang terasa singkat namun berarti ini tidak hanya memberikan saya pengetahuan dan keterampilan baru dalam berarsitektur namun juga memberikan saya Pelajaran tentang bagaimana cara berkomunikasi dan bekerjasama dalam tim. Bekerja dalam sebuah studio terasa sangat berbeda dengan kuliah, jujur saja awalnya saya agak kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan studio, untungnya ada teman-teman dan kakak-kakak RAW yang selalu membantu dan membimbing saya tidak hanya dalam hal pekerjaan namun juga dalam hal cara bersosialisasi yang membuat saya merasakan rasa kekeluargaan yang mungkin tidak bisa ditemukan di tempat kerja yang lain.

Saya ingin mengucapkan terimakasih kepada kakak-kakak dari tim sky dan benteng yang sudah mengajarkan saya banyak tentang detail dan struktur dari sebuah bangunan serta mengajak saya untuk melihat langsung kondisi kerja lapangan yang sebelumnya tidak saya dapatkan di perkuliahan. Saya juga ingin mengucapkan terimakasih kepada kakak-kakak dari tim bambu meskipun saya hanya sebentar di bambu namun tetap diberikan ilmu yang berarti.

Terakhir saya ingin mengucapkan sekali lagi terima kasih kepada kak realrich dan kak yudith yang sudah memberikan saya kesempatan untuk bergabung Bersama RAW Architecture, serta kakak-kakak dan teman-teman intern lainnya yang sudah memberikan saya pengalaman, ilmu, dan kenangan yang akan saya selalu ingat dalam kehidupan saya. Saya berharap ini bukan menjadi akhir dari sebuah pertemuan namun menjadi awal dari pertemuan itu sendiri. See you all, I hope the best for everyone.

Salam Hangat,
Muhammad Muhaimin

Motivation Letter:

Kategori
Team - Reflection Letter

Lulu Farahdina – Universitas Sriwijaya

Reflection Letter:

Halo, saya Lulu Farahdina, mahasiswa arsitektur dari Universitas Sriwijaya. Selama kurang lebih 2,5 bulan berada di RAW Architecture, saya merasa sangat bersyukur karena mendapatkan pengalaman yang luar biasa disini. Saya banyak belajar hal baru selama berada di RAW, khususnya mengenai perspektif saya tentang arsitektur yang ternyata sangatlah kompleks dalam melibatkan tim arsitek, client, dan bangunan itu sendiri. Perlu pemikiran, kerja keras, dan waktu yang panjang untuk membentuk mahakarya yang memuaskan. “It’s important to see wider and closer at the same time to break the challenge and find the solution” adalah salah satu kalimat yang membekas dari Kak Rich saat membagikan ceritanya untuk designer dan intern di RAW.

Pengalaman intern ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan dalam perjalanan hidup saya. Di tempat ini membentuk pribadi saya untuk berkembang lebih baik dalam hal teknis, komunikasi, dan mental dibimbing oleh kakak-kakak RAW yang sangat welcome dan menjelaskan dengan detail hal-hal yang terkadang masih baru untuk saya. Awalnya saya sempat merasa takut dan rendah diri untuk belajar, namun seiring berjalannya waktu serta dorongan dari kakak-kakak RAW membuat saya kembali termotivasi dan bersemangat untuk belajar hal baru yang tidak saya dapatkan di dunia perkuliahan. Saya merasa sangat senang berada di lingkungan yang se-positif ini, yang memberikan saya banyak ilmu tentang arsitektur yang sesungguhnya.

Untuk Guha, tempat ini sudah seperti rumah kedua saya di perantauan. Semua orang sangat seru terutama ketika jam makan siang. Bercanda bersama teman-teman intern dan kakak-kakaknya bisa membuat mood seketika jadi happy banget. Ruang-ruang di Guha seperti di Bambu, Benteng, Sky, Ruang Makan, Omah Library, sampai di depan Toilet pun punya ceritanya masing-masing untuk saya yang tidak akan pernah terlupakan. Gak terasa 2,5 bulan ternyata selesai secepat ini, mau say thank you untuk Kak Rich, Kak Yudith, and team for giving me the opportunity to learn dan grow here. I feel so blessed to have been a part of RAW Architecture. Thankyou juga untuk teman-teman Unsri dan intern lainnya (Leni, Faqih, Tria, Muhaimin, Raissa, Syahla, Nico, Qybar, Gustav, Kak Keke, Zhevan, Laura, Helga, Basriyah, dll) yang selalu haha hihi bersama.

And for the last, please kindly check my progress ya kak, Thank you so much ・┆✦ʚ♡ɞ✦ ┆・

Kamil, Kak Yusrul, Kak Ezra, Kak Irfan, Kak Nielson, Kak Putra, Ci Gaby, Ci Mei, Kak Revi, Kak Acha, Kak Haykal, Kak Lulu, Bibik, dll

Motivation Letter:

Kategori
Team - Reflection Letter

Lenny Inriyani – Universitas Sriwijaya

Reflection Letter:

Dengan hormat,

Saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada RAW Architecture yang telah memberikan saya kesempatan magang selama 2,5 bulan. Pengalaman yang saya dapat selama menjalani program magang begitu berharga dan memberikan saya pengetahuan mendalam mengenai arsitektur serta diterapkan langsung pada proyek nyata, yang sebelumnya hanya saya pelajari selama masa kuliah.

Sebelumnya saya akan menceritakan perasaan saya saat pertama kali menginjakkan kaki di Guha. Hari pertama saya merasa sedikit gugup dan belum bisa bersosialiasi dengan semuanya, sehingga saya membutuhkan waktu beberapa hari untuk mulai terbiasa dengan lingkungan sekitar. Seiring berjalannya waktu, saya merasa nyaman terutama dengan kakak-kakak di RAW yang begitu baik dan tidak pelit ilmu. Saya banyak mendapat energi positif dari kakak-kakak RAW, sehingga jam kerja terasa tidak membosankan karena selalu ada canda tawa disetiap harinya.

Selama periode magang, saya terlibat dalam berbagai proyek yang sangat menakjubkan dan memberikan saya pemahaman tentang proses desain dari tahap awal hingga akhir, yakni dari konseptual hingga teknis pada lapangan. Dari pengalaman ini saya belajar bagaimana cara membuat konsep yang baik, tertata dan dapat diwujudkan menjadi bangunan nyata yang fungsional dan memiliki nilai estetika tinggi. Proyek-proyek yang saya ikuti membuat saya berfikir lebih kritis dan memiliki banyak ide dalam hal teknis maupun estetika. Selain itu, saya juga beberapa kali mendapat kesempatan site visit, meeting dengan owner, vendor, dan kontraktor. Kesempatan ini mengajarkan saya bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan klien.

Salah satu pelajaran penting bagi saya adalah bagaimana proyek itu akan memiliki berbagai revisi pada setiap detail aspeknya. Hal ini menyadarkan saya bahwa setiap detail dari desain sangatlah penting dan semuanya akan diperhitungkan agar tidak terjadi kesalahan. Mulai dari gambar-gambar kerja, pemilihan material, pemilihan furniture, dan lain-lain mengajarkan saya untuk lebih berhati-hati dalam berucap dan mengambil Keputusan, karena setiap keputusan kecil akan memiliki dampak terhadap proyek.

Pengalaman bekerja secara nyata dengan tim RAW memberikan saya banyak wawasan terutama dalam hal berkomunikasi dan kolaborasi. Saya sadar, jika suatu proyek tidak tergantung pada kemampuan individu saja melainkan dengan adanya kolaborasi satu sama lain sehingga terciptanya berbagai ide yang disatukan untuk menghasilkan solusi dari tiap permasalahan pada proyek. Selain itu, saya juga belajar bagaimana pentingnya mengelola waktu terutama dalam dunia arsitektur yang terikan dengan tenggat waktu, sehingga memotivasi saya untuk bekerja serta berusaha lebih efektif agar setiap hal yang dikerjakan pada tiap waktunya itu bermanfaat.

Selama masa magang ini pastinya saya memiliki beberapa tantangan terutama dalam menyesuaikan diri dengan cara kerja RAW. Namun, dengan bimbingan kakak-kakak saya menjadi terbiasa dan dapat menyesuaikan diri dengan hal itu. Selain itu, saya juga belajar mengenai etika, tanggungjawab, dan profesinal ketika bekerja dengan siapapun dan tugas apapun. Dengan hal ini, saya semakin menghargai bagaimana arsitek memberikan upayanya untuk menghasilkan yang terbaik. Hal ini juga mendorong dan memperkuat keinginan saya untuk terus mengembangkan diri dalam bidang ini. Secara pribadi, magang di RAW memberikan dampak positif yang besar bagi perkembangan dan pengetahuan saya. Saya merasa pengalaman ini mengajarkan bagaimana pentingnya terbuka terhadap kritik dan saran.

Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh keluarga Guha terutama kak Rich dan tim RAW yang telah memberikan ilmu, nasihat, bimbingan, dukungan serta memberikan saya kesempatan untuk belajar di studio yang begitu nyaman, menarik, fungsional, dan estetik. Oleh karena itu, saya sangat menghargai setiap momen dan pesan-pesan berharga dari kak Rich. Saya berharap dapat menjalin hubungan baik dengan RAW di masa mendatang, dan semoga saya bisa memberikan kontribusi yang lebih besar dalam bidang ini.

Semoga RAW Architecture terus sukses, berkembang, dan terus menciptakan karya-karya menakjubkan, menginspirasi, inovatif, fungsional, dan berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, serta menajdi tempat tumbuh bagi para arsitek muda untuk belajar dan berkarya.

Motivation Letter:

Kategori
Team - Reflection Letter

Nicolas Ciu – Institut Teknologi Bandung

Reflection Letter:

Pembelajaran arsitektur merupakan sebuah perjalanan yang tiada habisnya, sama halnya dengan 99% GUHA. Itulah yang saya rasakan ketika “mencicipi” langsung dunia praktik arsitektur sebagai Intern di RAW Architecture. Setiap proyek, setiap klien, dan setiap tahap dalam desain membawakan sesuatu yang baru. Begitu kaya pengalaman yang saya peroleh tidaklah cukup digambarkan melalui refleksi singkat ini, melainkan ini menjadi sebuah ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada semua rekan-rekan GUHA Family.

Halo teman-teman! Saya Nicolas Ciu, kerap dipanggil Nico, mahasiswa semester 7 dari Institut Teknologi Bandung. Keputusan saya untuk magang di RAW Architecture memang sudah ada di benak saya sejak tahun-tahun lalu. Beberapa kali sempat berubah pikiran, tetapi apa yang menjadi keinginan terdalam akan tetap terlaksana. Singkat cerita, saya diterima menjadi RAW Intern di liburan antar semester yang singkat ini. Selama kurang lebih 2.5 bulan, saya berkesempatan untuk turut serta berkontribusi dan belajar dari RAW Architecture.

Mengawali perjalanan singkat saya di RAW, saya cukup gelisah dan terkejut dengan dinamika yang terjadi di sebuah biro arsitektur. Semua berjalan begitu cepat dan kompleks. Terlebih lagi, saya tidak terbiasa dengan software-software yang digunakan, padahal seharusnya kemampuan itu menjadi kemampuan yang basic. Akan tetapi, saya sangat beruntung karena kakak-kakak designer dengan sabar dan tulus mengajari saya software-software tersebut hingga saya terbiasa, bahkan sampai ke detail-detail command shortcut. Lingkungan kerja yang dibawakan di RAW membuat saya merasa nyaman belajar dan bertanya kepada kakak-kakak designer. Di sela-sela pertanyaan itu juga muncul diskusi diskusi singkat yang memperluas wawasan saya terkait praktik arsitektur.

Proyek-proyek rumah menjadi “highlight” dari pengalaman saya di RAW Architecture. Saya selalu tertarik dengan rumah tinggal yang kerap memiliki karakteristik yang beragam dan menjadi cerminan dari penghuninya. Tipe proyek yang tadinya saya anggap lebih mudah dibandingkan tipologi lainnya, namun begitu dinamis dalam realisasinya. Saya sadar bahwa mendesain dan membangun rumah merupakan salah satu hal tersulit yang dapat dilakukan oleh arsitek. Hal ini mengingatkan saya pada kata-kata dari almarhum Bapak Eko Prawoto bahwa membangun rumah merupakan hal yang sakral bagi keluarga. Tidak semua orang memiliki kesempatan dan keberuntungan untuk membangun rumah impiannya dan kalaupun iya, membangun rumah merupakan hal yang sangat jarang terjadi dalam hidup manusia. Oleh karena itu, momen penting ini menjadi tanggung jawab besar arsitek.

Terdapat banyak hal yang saya pelajari di sini, yang tidak bisa saya dapatkan selama kuliah. Salah satunya adalah mengunjungi proyek yang sedang dalam proses konstruksinya, melihat langsung apa yang digambar direalisasikan di dunia nyata. Saya sangat bersyukur saya mendapatkan cukup banyak pengalaman kunjungan ke proyek bersama kakak-kakak designer. Selain mempelajari terkait progres dari proyek tersebut, kakak-kakak juga sering menceritakan pengalaman dalam berbagai tahapan konstruksi dan selama bekerja sebagai designer. Selain itu saya juga berkesempatan mengerjakan gambar-gambar teknis, seperti gambar MEP yang tidak saya peroleh selama kuliah. Gambar-gambar detail teknis ini walau berskala kecil dapat mempengaruhi kemampuan desain dalam skala yang lebih besar.

Selain itu, salah satu hal yang baru saya sadari setelah memulai Internship di RAW Architecture adalah bagiamana arsitek dapat memposisikan dirinya sebagai sebuah konsultan, tidak hanya seorang designer. Hal ini menjadi menarik bagi saya karena kemampuan desain masih dapat dilatih selama kuliah, tetapi kemampuan berkonsultasi hanya dapat dipelajari di sebuah biro konsultan arsitektur. Saya bersyukur dapat mempelajar sedikit bagaimana Kak Rich dan kakak-kakak designer berkomunikasi dengan klien dan menuntun klien untuk memperoleh desain impiannya. Sering kali posisi arsitek sebagai konsultan terlupakan, padahal inti dari profesi arsitek adalah mendesain untuk manusia.

Mengakhiri masa Internship ini, saya ingin mencupakan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Kak Rich dan Kak Yudith atas ilmu dan kesempatannya; kepada Kak Riyan, Kak Ala, Kak Zikri, Kak Meizzhan, Kak Joshi, Kak Gaby, Kak Revi, Kak Putra, dan kakak-kakak designer lainnya yang telah berbagi ilmu dan pengalamannya; dan akhirnya kepada teman-teman Intern Faqih, Imin, Lulu, Tria, Leni, Raissa, Syahla, Laura, Kak Keke, Zhefan, Ken, dan masih banyak lagi karena telah menjadi sobat seperjuangan yang membuat suasana keseharian menjadi lebih asik dan bermakna. Semoga kita semua dapat terus berkembang menjadi pribadi terbaik dari masing-masing diri kita. Sampai jumpa di lain waktu!

Salam Hangat,
Nicolas Ciu

Motivation Letter:

Kategori
blog

Budaya Makan Bersama di Guha

“Food brings people together on many different levels, it’s the nourishment of the soul and body. It’s truly love.” – Giada De Laurentiis

Di dalam kehidupan yang penuh dengan perbedaan, makan bersama menjadi bagian yang menyatukannya. Seperti tradisi Ngeliwet, Tumpengan, Bajamba, dan Patita di Indonesia, makan bersama sudah menjadi kebiasaan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya hingga sekarang.

Momen di mana kami bisa duduk bersama, makan, dan saling bercerita menjadi kesempatan untuk saling mengenal dan membangun rasa nyaman serta saling percaya. Kebiasaan ini bukanlah hal yang baru di studio kami, melainkan sebuah budaya yang diwariskan. Makan bersama-sama sudah lama dilakukan oleh Pak Asnawi Sjarief, ayah Realrich Sjarief bersama dengan para pengrajin dan tukangnya. Sekarang, kebiasaan ini kami jaga, sebagai rupa dari kekeluargaan kami di Guha.

Makan bersama seperti perayaan sederhana yang biasa kami lakukan, berterima kasih atas dukungan dan berkat yang sudah kami terima selama ini.

Terkadang kami juga mencoba makanan-makanan baru, merasakannya bersama dengan saling berpendapat tentang rasa dan hal lainnya di luar keseharian. Momen-momen seperti ini menjadi penting karena kita disatukan dalam satu meja untuk saling belajar tentang berbagi, menerima, dan bersyukur dari sebuah piring berisi makanan.

Di studio kami makan bersama adalah proses penyatuan antar divisi, membangun rasa kepekaan dan kepedulian dalam keseharian, yang kemudian memupuk ikatan kekeluargaan meski dari latar belakang yang berbeda. Mulai dari tim desainer, penulis, admin, pengrajin, hingga logistik berbaur besama di ruang makan, bercerita tentang keseharian, hobi, keresahan, dan saling bertukar pengetahuan.

Makan bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan raga, tetapi juga mengisi jiwa bersama-sama melalui harapan dan cinta di dalamnya. Kami memimpikan budaya studio yang bisa melebur pekerjaan dan kehidupan sosial dengan seimbang, karena kehidupan lebih besar dari arsitektur itu sendiri.

guhatheguild #studioculture #architecture #jakarta #indonesia

Kategori
blog

Alfa Omega featured on Writing and Literature Issue, Architecture Asia

Context #rawarchitecturepublication

We are honored to be part of the architecture journalism led by @apurvabosesutta. She is the guest editor for the June issues of Writing and Literature from #ArchitectureAsia #ARCASIA.

As the official journal of Architects Regional Council Asia, a global organization representing architectural bodies in 22 Asian countries, Architecture Asia is a respected journal. We are delighted they found value in @apurvabosedutta proposal for this thematic issue.

@michael.j.crosbie , @olebouman, sumitasingha_riba , @prem_chandavarkar, dr_anu_arch, @chrislee.serie , @zhuxiaofeng_scenicarchitecture , @architecttonyjoseph , @stapatiarchitects.india , @dikshukukreja , @cpkukrejaarchitects , @farid_esmaeil , @x_architects , Z+T Landscape Architect, @hiroshi_nakamura_naparchitects , @the_fabiantan @fabiantan.architect , @tongji_1907 , @images_publishing

Kategori
blog

Sukasari Traditional Market

Context #RAWongoing

Bogor City enjoys a comfortable climate despite being known for its frequent rainfall. It experiences a high number of rainfall days, ranging from 16 to 29 days per month, contributing to a pleasant temperature range of approximately 22-30 degrees Celsius. Its proximity to Mount Salak also influences a noticeable mountain climate around Sukasari Market #Bogor, shaping the interpretation of its facade concept as resembling a mountain.

Concept #pasarsukasari

Designing such an #architecture is also challenging. It must be cost-effective, fast to implement, collaborative, and long-lasting. We prioritize local materials for cost-effectiveness, using what is readily available. Initially, the layout of Sukasari #TraditionalMarket was based on a circulation scheme to ease movement within the market. Each stall’s number is carefully calculated with allowances to accommodate sufficient foot traffic for sustainable market growth, balancing commercial viability.

Collaboration is key, involving various stakeholders such as the Bogor city government, clients, investors to jointly discuss helping the design team maximize the development of Sukasari Market. To ensure a long-lasting aspect, RAW Architecture Studio #details apply a lengthy tropical roof design to promote adequate airflow. This helps manage the city’s high humidity levels and maintain cooler temperatures, especially within the market.

Conclusion #realricharchitectureworkshop

Bogor City’s unique climate and geographical features significantly influence the design and functionality of Sukasari Market. By using local materials and implementing a thoughtful circulation plan, the market enhances its aesthetic appeal and ensures practicality and durability for years to come.

With innovative approaches like using a tropical #architectureproject design to manage humidity and temperature, Sukasari Market is a testament to blending environmental responsiveness with architectural ingenuity in #Indonesia. This approach supports Bogor’s local economy and enriches the community’s experience of the city’s vibrant market culture.

Projects by @realricharchitectureworkshop
Photograph by @_yophrm@luil_mn

Kategori
blog

Foyer Area and Library at Guha The Guild

On RAW Architecture design, there is a foyer area and a library room with a mezzanine. The foyer features a high ceiling and skylights arranged in a pyramid-like staircase configuration. It’s compact and efficient.

In contrast, the library room with the mezzanine has a low ceiling with a thin concrete structure suspended from a concrete slab above. On the mezzanine floor, semi-circular voids are covered by perforated metal plates and glass, serving as spatial dividers and providing natural light and ventilation for both the ground floor and the mezzanine. The atmosphere of this low-ceilinged room deliberately recalls the ambiance of the humble space.

Structural changes were made to separate different zones, including incorporating a glass frame in the arch structure. At times, the space also functioned as a display area for models before eventually being sterilized into a dedicated library area. This transformation occurred rapidly, involving the exploration of spatial programs and extensive material explorations that continue to this day, a space of flexibility.

#refleksiraw #kilasbalikraw #guhatheguild #realricharchitectureworkshop #architecture #details #architectureproject #jakarta #indonesia

Kategori
blog

Chimney Bioclimatic Home

All of the context and the design results portray our belief that poetic architecture comes from many experiments involving many parties. Design variations resulting from consistent experimentation have a common thread that is intact and complex but still integrated. The thread connects one project to another through a collaborative but personal architectural approach, a continuous point.

The Chimney Bioclimatic Home results from a study of skylights as passive light and air tunnels in tropical climates. The house has seven skylights varying in dimension, which suit the lighting needs calculation based on the room volume below and compared to the sunlight angle. One of the skylights is made prominent as the center point and becomes a visual connection in the form of a void between the family room and the floor above.

The skylights are designed to provide good air circulation without allowing rainwater in. The construction floats without a frame, using just a stainless pin, creating a gap below covered with a mosquito net. Finally, the glass cover is installed with a slope to prevent waterlogging.

Besides the skylight details, the house has another uniqueness in its form. Inspired by the site on the curved corner, it gives off a vibe of sitting on top of the garden, shaded by tree canopies. Thus, the curved shape influences the shape of the mass and is reflected in the design of doors, windows, skylights, and even several elevations that function as a divider between the family and prayer rooms.

Photograph by @farhannash @luil_mn

#chimneybioclimatichome #bioclimatichome #RAWfinished #realricharchitectureworkshop #home #architecture #details #architectureproject #tangerang #jakarta #indonesia

Kategori
blog

I.M. Pei: Taksu and Pragmatism

I.M. Pei: Taksu and Pragmatism

I got to know architect I.M. Pei more deeply through Eka Swadiansa when, in 2007, he sent an email to discuss the book Spirit 45 and the enthusiasm for exploring discursive architecture. I consider Spirit 45 still relevant to what I strive for today. I greatly appreciate the continuous efforts that overlap with what I and my friends at OMAH Library also fight for. Behind the platform in any name and branding used to boost popularity, architecture becomes a means of therapy, duty, and a noble mission to spread many stories of goodness.

I describe the Suzhou Museum as a classic work with neat, orderly datum, parti, and porch. This work has openings and closures with a disciplined repertoire that harmonizes with its surroundings. Pei is very careful in playing with vistas, reflecting the lines of hills and valleys, as well as the everyday patterns of Suzhou with its black-and-white colors.

Upon entering the main museum, we are greeted by a foyer as a meeting point, where light enters and illuminates the intersecting geometry of the stairs, combining clear forms to present the silhouette of Suzhou as it is. Imaginary lines are made to continue from the city’s horizon to the stairs and roof of this building, with the scale of the Forbidden City’s walls as the highest height limit. Each building mass is connected by corridor hallways with repetitive and pragmatic lighting grids. I learned pragmatism from Mr. Yuswadi Saliya. Pragma is the art of examining skills until they become familiar. Its highest point is exploring taxonomy. Therefore, the science of sense is synonymous with taksu (an abstract spiritual essence).

This intersecting fold is continued to the central axis of the entrance, framing a courtyard containing one of the most beautiful gardens I have ever seen. There, stones are processed with the fifth technique/rule (rules 1-4 are stones with many wrinkles, tall, slender, and with many holes), which is to slice the stones perfectly to produce new shapes like paintings on a frozen paper scroll. His technique is an elaboration from “make a hole but don’t break it” to “slice it to celebrate the history.”

Each viewing area of the museum is divided into floor plans resembling the layout of a pagoda, indicating a primitive phase, framing a bamboo garden. Gradually, we are then invited to experience the everyday life of Pei’s late elder, Ming (Ieoh Ming Pei), who had a calming simplicity as the culmination of three dimensions of religiosity he experienced. The first dimension is being quite happy (Confucius) where life is graded with the goal of being happy by feeling content within oneself. The second dimension is flowing like water (Tao). The third dimension is doing for others, not for oneself (Virtue). Virtue means more than good. It is a mission to continuously spread goodness without expecting a return.

In a previous post, I discussed three types of architecture in China. This time, I find it difficult to classify them. For me, that is no longer an issue. At this point, my heart has been touched by taksu. The journey to Suzhou Museum was then closed with an exhibition of vernacular Suzhou houses, where the ground can be used for learning while appreciating everyday aesthetics. When I entered the 1:1 scale model house, time seemed to stop…

I remember Mr. Eko Prawoto, Mr. Josef Prijotomo, my father, and their daily lives as ordinary humans. It is there that I found them.

——

Saya mengenal arsitek I.M. Pei lebih dalam melalui Eka Swadiansa ketika pada tahun 2007 ia mengirimkan e-mail untuk membahas buku Spirit 45 dan semangat untuk menggali arsitektur yang diskursif. Saya menganggap bahwa Spirit 45 masih relevan dengan apa yang saya perjuangkan sampai sekarang. Saya sangat menghargai usaha yang dilakukan terus-menerus dan sekaligus menjadi irisan atas apa yang juga diperjuangkan oleh saya pribadi dan teman-teman di OMAH Library. Di balik kendaraan platform dalam bentuk nama dan branding apapun yang dipakai untuk mendongkrak popularitas, arsitektur menjadi satu sarana terapi, darma, dan misi yang mulia untuk menyebarkan banyak sekali cerita kebaikan.
.
Saya menyebut Suzhou museum sebagai karya yang klasik dengan datum, parti, dan porche yang rapi, runtun, dan teratur. Karya ini memiliki bukaan dan tutupan dengan sebuah repertoar yang tertib dan selaras dengan lingkungan sekitarnya. Pei sangat berhati-hati dalam memainkan vista yang dibalik-balik, mencerminkan garis-garis lereng bukit dan lembah, serta pola keseharian Suzhou dengan warna putih-hitamnya.
.
Saat memasuki museum utama, kita akan disambut oleh foyer sebagai titik temu, tempat cahaya masuk dan menyinari geometri tangga-tangga yang dibuat saling-silang, menggabungkan bentukan yang jernih dalam usaha menampilkan siluet Suzhou apa adanya. Garis-garis imajiner dibuat menerus dari horizon kota menuju ke tangga dan atap dari bangunan ini, dengan skala dinding Forbidden City sebagai batas ketinggian tertingginya. Setiap massa bangunan dihubungkan oleh selasar koridor dengan pencahayaan dari kisi-kisi yang dibuat repetitif dan terlihat pragmatis. Saya belajar pragma dari Pak Yuswadi Saliya. Pragma adalah seni menelisik keahlian sehingga terbiasa. Titik tertingginya adalah menggali taksonomi. Oleh karenanya, ilmu rasa identik dengan taksu.

Tekukan saling-silang ini ia lanjutkan hingga ke aksis tengah pintu masuk yang membingkai courtyard yang berisi salah satu taman terindah yang pernah saya lihat. Di sana, ada batu-batu yang diolah dengan teknik/aturan kelima (aturan 1-4 adalah batu yang memiliki banyak kerutan, tinggi, kurus, dan memiliki banyak lubang), yaitu batu diiris sempurna sehingga menghasilkan bentukan baru bagaikan lukisan di atas gulungan kertas yang membeku. Tekniknya merupakan elaborasi dari “make a hole but don’t break it” menjadi “slice it to celebrate the history”.
.
Satu per satu area pandang museum dibagi ke dalam bentukan denah menyerupai denah pagoda yang menandakan fase primitif, membingkai taman bambu. Secara berangsur-angsur, kita kemudian diajak mengalami keseharian mendiang tertua keluarga Pei, Ming (Ieoh Ming Pei), yang memiliki simplisitas yang menenangkan sebagai kulminasi dari 3 dimensi religiusitas yang dialaminya. Dimensi pertama adalah keadaan cukup bahagia (Konfusius). Hidup ini berjenjang dengan tujuan untuk menjadi bahagia dengan merasa cukup pada diri sendiri. Dimensi kedua adalah keadaan mengalir seperti air (Tao). Dimensi ketiga adalah untuk orang lain, bukan untuk diriku (budi). Budi berarti lebih dari baik. Ia adalah misi untuk terus menebar kebaikan tanpa mengharapkan imbalan.
.
Di postingan sebelumnya, saya membahas tentang 3 tipe arsitektur di Cina. Kali ini, saya justru kesulitan menemukan klasifikasinya. Bagi saya, itu sudah tidak menjadi persoalan lagi. Di titik ini, hati saya sudah tersentuh oleh taksu. Perjalanan ke Suzhou Museum lalu ditutup dengan pameran rumah vernakular Suzhou yang bagian dasarnya dapat digunakan untuk belajar sembari memaknai estetika sehari-hari. Pada saat saya memasuki model rumah dengan skala 1:1 tersebut, waktu seakan berhenti …

Saya mengingat sosok Pak Eko Prawoto, Pak Josef Prijotomo, ayah saya, dan keseharian mereka menjadi manusia biasa. Di situlah, saya menemukan mereka.

#rawrefleksi #rawinspirasi #hohhot #innermongolia #shanghai #beijing #hangzhou #china

Kategori
blog

Studio Garasi to The Guild

Five years after Studio Garasi was established, Realrich bought a plot of land in the Taman Villa Meruya complex. On this land, The Guild was built, encompassing Realrich’s home, a dental clinic, a library, and our architecture studio.

The Guild is situated within a residential complex developed around the 1990s. On the south side, neighboring houses predominantly in Mediterranean style have a wide enough road that two cars can pass. On the north side, the neighboring houses consist of single-story rental homes, coffee shops with non-permanent materials, catering businesses, and wholesale durian vendors, with a narrow road where only one car can pass at a time. The Guild’s location precisely borders this existing paradox, the residential complex, and the urban settlement area.

On this land, three 12-meter-tall Trembesi trees surround the building on the south side. Meanwhile, the entrance to The Guild faces the hot western side. However, the presence of these trees and other small trees planted around it maintain a comfortable microclimate within The Guild.

The difference in contour, which is lower on the south side by 2 meters, often floods the entrance area of ​​The Guild as it is the lowest point compared to other roads in the complex. To address this, we also made infiltration wells along the west side of our building.

Sometimes, during the day, the front yard becomes a gathering point for neighboring children to play together. With its strategic location, the building enriches the daily lives of those who interact with it, fostering a sense of belonging and creativity in its unique environment. Looking to the future, The Guild continues to grow in the transformative power of craftsmanship architecture and play a role in shaping the microclimate in its environment.

Photograph:
1, 6, 7 by @bacteria.archphotography

#refleksiraw #kilasbalikraw #guhatheguild #realricharchitectureworkshop #architecture #details #architectureproject #jakarta #indonesia

Kategori
blog

Journey to the East

We embarked on a journey to understand Chinese culture, starting with the roots that began in Mongolia, where I observed a cultural preservation to its most primitive point at the mountain peak, where offerings are still maintained. This illustrates how culture remains a deeply held value here. Comparable to Greece with its acropolis, here we have Confucius. From the West and East, there is a balance. Inner Mongolia is located on the central plate of China, dividing the western and eastern regions, where horseback riding and nomadic traditions persist, and people struggle to survive in the extreme climate.

Next, we learned from Shanghai, a metropolis that evolved from a poor village, the site of the opium wars. Its strategic location enabled it to become a place of cultural acculturation between the East and the West.

However, behind this, the influx of capital and trade brought artistic touches and beauty through the influence of bureaucratic families and garden house designs, residential forms featuring courtyards. Artistic touches extend even to the arrangement of stones with four rules: the number of wrinkles, the height of the stone, the slenderness of the stone, and the number of holes. Stones symbolize the strong character of humans. There is a proverb that describes how water continuously dripping on a stone can create a hole, but not break it. This phenomenon symbolizes the presence of problems in human life. Flow like water to create holes and learn to shape the stone, but do not break it.

In Western culture, designs often expose many things directly to the eye. However, in this garden, the aesthetic concept is designed to reveal itself gradually so that we can see more of nature as we enter each new point. In Chinese architecture, nature is the standard of beauty, not buildings, not architecture.

This concept extends to product design. A chair with an armrest symbolizes a man like the sun, with stability, strength, and power. Meanwhile, a chair without an armrest symbolizes a woman like the moon: soft, emotional, and sensitive. They care for children and support the family from behind.

Beijing is different from Shanghai. Beijing was built and developed by two dynasties, the Ming and Qing, led by 24 emperors over 600 years. We walked from south to north, passing through Tiananmen Plaza [tian (heaven), an (peace), men (gate)]. In this place, there have been many ideological struggles, power battles, and dreams for the welfare of the Chinese people, who are 2-4 times the population of Jakarta. In the 1950s, many people were illiterate. At that time, China bravely closed its doors for decades to organize its forces and reopened them later to showcase its progress. I had difficulty finding English-language books here. It seems that knowledge is stored in bookstores or libraries. There is a reflection of independent knowledge, confidence in its roots, and global-local integration. I found books like “Avant-Garde as Method: Vhkutemas and the Pedagogy of Space” and “Sigurd Lewerentz,” which are rarely discussed in popular realms. However, those aware of significant movements in world architecture will recognize their substantial contributions to the global map indirectly.

We then visited Ningbo, where we could observe one of the geniuses, Wang Shu, and his works to understand the rapid industry bridging Russian business interests and second-tier Chinese cities supporting the center. Here, there is a museum celebrating the city’s progress for its people, filled with many gardens, free art exhibitions, and complete archival data.

From there, we moved on to Hangzhou, where the genius was born and raised. Surrounded by hills and lakes, Hangzhou means a heavenly city. Marco Polo witnessed this philosophy when he arrived in China about 700 years ago. Despite many wars in China’s territory and conflicts over capital relocation, Hangzhou was spared from city destruction.

Hangzhou is the birthplace of a leader figure named Su Tung-Po, famous for his poetry, literature, and modern urban science. Su Tung-Po was a governor in the Song dynasty era. He solved water issues related to agriculture and city logistics with a canal system. We learned much from our journey to Hangzhou this time, with its poetic urban experience, uniting water and land with its architecture.

Besides being the capital of the Song dynasty, Hangzhou is famous for its Buddhist monasteries and tea-drinking culture, believed to prolong life with its polyphenols containing antioxidants, which clear the body from the impurities of daily food. According to a proverb, two earthly paradises are Suzhou and Hangzhou. Suzhou is renowned for its city center, culture, and daily architecture connected by its canals. Hangzhou is famous for its natural scenery. Here, the harmony between humans and nature is represented in the form of the city, nature, and architecture.

In Hangzhou, there is a saying, “Here, happiness is lived every day.” There are origins of temples and archaeological maps showing that this city is five centuries old. There are three UNESCO World Heritage sites here: West Lake, Grand Canal, and the ancient city of Liangzhu. They could build a dam without metal. Many works by Western Pritzker Prize winners are here. Uniquely, Wang Shu’s work at the China Academy of Art, one of the best art universities, has no clear axis or rules. Today, Hangzhou continues to move as the location of one of Alibaba’s largest branches in China.

On the last day, we visited Suzhou, the hometown of the craftsmen who built the Forbidden City, with its fragrant wooden sandals and large diameters. Suzhou has everything that makes it a beautiful place. It is close to Shanghai. It has water, stones, and the best craftsmanship in China. One of the most beautiful courtyards there belongs to the I.M. Pei family. Pei once recounted his childhood playing in the gardens and villages of Suzhou. The Suzhou Museum became one of Pei’s last projects, where he reunited with his family after wandering, battling with the best techniques he had to provide the greatest play he could for a well-deserved dignity.

#rawrefleksi #rawinspirasi #hohhot #innermongolia #shanghai #beijing #hangzhou #china

—–

Kami memulai perjalanan untuk mengerti budaya Cina, salah satunya, dari memahami akar budaya yang dimulai dari Mongol, tempat saya melihat preservasi budaya sampai ke titik paling primitif di puncak gunung, di mana persembahan masih dijaga. Hal ini menggambarkan betapa budaya menjadi salah satu hal yang masih dipegang teguh di sini. Setara dengan Yunani dengan akropolisnya, di sini ada Konfusius. Dari barat dan timur ada keseimbangan. Inner Mongolia berlokasi di lempeng tengah Cina yang membelah daerah barat dan timur, tempat menunggang kuda, di mana masih ada tradisi nomaden dan perjuangan untuk hidup di iklim yang ekstrim.

Setelahnya, kami belajar dari Shanghai, sebuah metropolitan yang berkembang dari kampung yang miskin, tempat terjadinya perang opium. Lokasinya yang strategis memungkinkannya menjadi tempat akulturasi budaya barat dan timur.

Namun, di balik itu, adanya kekuatan kapital dan perdagangan yang masuk memberikan sentuhan seni dan kecantikan melalui pengaruh keluarga-keluarga birokrat dan desain rumah taman, bentukan residensinya yang memiliki courtyard. Sentuhan seni muncul hingga ke penataan batu dengan 4 aturan: banyaknya kerutan, tinggi batu, kurusnya batu, dan banyaknya lubang. Batu menggambarkan kuatnya karakter manusia. Ada sebuah pepatah yang menggambarkan air yang menetes terus-menerus di atas batu dapat membuatnya berlubang, tetapi tidak sampai mematahkan. Fenomena tersebut melambangkan kehadiran problematika di dalam kehidupan manusia. Mengalirlah seperti air untuk membuat lubang dan belajar membentuk batu, tetapi jangan mematahkannya.

Di dalam budaya barat, desain banyak dibuat seakan-akan harus mengekspos banyak hal secara langsung di depan mata. Namun, di taman ini, konsep estetikanya justru dibuat untuk menyajikan perlahan-lahan agar kita bisa melihat alam lebih banyak lagi ketika masuk ke titik selanjutnya. Dalam arsitektur Cina, alamlah yang menjadi standar kecantikan, bukan bangunan, bukan arsitektur.

Konsep ini dibawa hingga ke dalam desain produknya. Kursi dengan adanya arm-rest menunjukkan perlambang laki-laki seperti matahari yang memiliki stabilitas, kekuata, dan kuasa. Sementara itu, kursi tanpa arm-rest menunjukkan perlambang wanita seperti bulan yang halus, emosional, dan sensitif. Mereka menjaga anak-anak dan membantu keluarga dari belakang.

Lain Shanghai, lain Beijing. Beijing dibangun dan dikembangkan oleh 2 dinasti, yaitu Ming dan Qing, dengan 24 raja dalam kurun waktu 600 tahun. Kami berjalan dari selatan ke utara, melewati plaza Tianmen [tian (heaven), an (peace), men (gate)]. Di tempat ini, ada banyak perjuangan ideologi, kekuasaan, dan juga mimpi akan kesejahteraan manusia Tiongkok yang besarnya 2-4 kali Jakarta. Di tahun 1950-an, banyak orang tidak bisa baca-tulis. Pada waktu itu, Cina dengan berani menutup tirainya selama berpuluh-puluh tahun untuk menata pasukannya dan membukanya kembali untuk menunjukkan kemajuannya di kemudian hari. Saya sulit menemukan buku berbahasa Inggris di sini. Seakan-akan, ilmu itu disimpan di toko buku atau perpustakaan. Ada cerminan kemandirian ilmu, kepercayaan diri akan akar kakinya, dan kelokalan yang mengglobal. Saya justru menemukan buku “Avant-Garde as Method: Vhkutemas and the Pedagogy of Space” dan “Sigurd Lewerentz” yang jarang dibahas dalam ranah populer. Akan tetapi, orang yang mengetahui pergerakan penting arsitektur dunia akan menyadari besarnya sumbangsih mereka dalam peta duni secara tidak langsung.

Kami kemudian mengunjungi Ningbo, tempat kita dapat mengamati salah satu jenius, Wang Shu, dan karya-karyanya untuk memahami industri yang pesat yang menjembatani kepentingan bisnis Rusia dan kota kelas dua Cina yang mendukung pusat. Di tempat ini, hadir museum yang merayakan kemajuan kota bagi rakyatnya, dipenuhi dengan begitu banyak taman, pameran seni gratis, dan data arsip yang lengkap. Dari situ, kami pun beralih ke Hangzhou, tempat sang jenius dilahirkan dan dibesarkan.

Dikelilingi oleh bukit dan danau, Hangzhou berarti kota surga. Marcopolo telah menyaksikan sendiri filosofi ini ketika mendarat di Cina sekitar 700 tahun yang lalu. Dalam banyak peperangan yang mewarnai wilayah Cina dan konflik pemindahan ibukota, Hangzhou pun luput dari penghancuran kota.

Hangzhou merupakan tanah kelahiran seorang pemimpin bernama Su Tung-Po yang terkenal dengan puisi, sastra, dan ilmu perkotaan modernnya. Su Tung-Po adalah gubernur di era dinasti Song. Ia menyelesaikan masalah air terkait pertanian sekaligus logistik kota dengan sistem kanal. Kami banyak belajar dari perjalanan kami ke Hangzhou kali ini, dengan pengalaman kotanya yang puitis, menyatukan air dan tanah dengan arsitekturnya.

Selain sebagai ibukota dinasti Song, Hangzhou terkenal dengan biara budha dan budaya minum tehnya yang dipercaya mampu memperpanjang umur dengan khasiat polifenolnya yang mengandung antioksidan dan mampu menjernihkan tubuh dari kekeruhan makanan yang dimakan sehari-hari. Dua dari surga dunia menurut pepatah adalah Suzhou dan Hangzhou. Suzhou terkenal dengan pusat kota, budaya, dan arsitektur kesehariannya yang disambung-sambung oleh kanal-kanalnya. Hangzhou terkenal dengan alamnya yang natural. Di sini, harmoni manusia dan alam terepresentasi dalam bentuk kota, alam, dan arsitekturnya.

Di Hangzhou, ada pepatah “di sini hidup bahagia itu setiap hari”. Ada asal-usul kuil dan peta arkeologi yang menunjukkan bahwa kota ini sudah berumur 5 abad. Ada 3 situs UNESCO World Heritage di sini: West Lake, Grand Canal, dan kota kuno Liangzhu. Tidak ada metal, tetapi mereka bisa membuat bendungan. Begitu banyak karya pemenang Pritzker Prize dari Barat ada di sini. Uniknya, karya Wang Shu di China Academy of Art, salah satu universitas seni terbaik, justru tidak memiliki aksis dan aturan yang jelas. Saat ini, Hangzhou terus bergerak sebagai lokasi dari salah satu cabang Alibaba terbesar di China.

Di hari terakhir, kami mengunjungi Suzhou, kampung dari para tukang yang membangun Forbidden City, dengan sandal kayunya yang wangi dan berdiameter besar. Suzhou memiliki semua hal yang menjadikannya tempat yang indah. Ia dekat dengan Shanghai. Ia memiliki air, batu, dan ketukangan terbaik di Cina. Salah satu courtyard terindah di sana dimiliki oleh keluarga I.M. Pei. Pei pernah bercerita tentang masa kecilnya bermain-main di taman dan perkampungan di kota Suzhou. Suzhou Museum menjadi salah satu proyek terakhir Pei, tempat ia bertemu kembali dengan keluarganya setelah berkelana, berjibaku dengan teknik terbaik yang dimiliki untuk memberikan permainan terdahsyat yang ia bisa demi sebuah harga diri yang pantas diperjuangkan.

#rawrefleksi #rawinspirasi #hohhot #innermongolia #shanghai #beijing #hangzhou #china

Kategori
blog

2024 Architectural Culture Symposium: Oriental Architectural Identify in the Context of Globalization (文化互鉴: 全球化语境下的东方建筑文化认同)

My opportunity to visit China came from an invitation by a friend, Poh Kulthida, who recommended my name to Professor Yehao to speak at the 2024 Architectural Culture Symposium: Oriental Architectural Identity in the Context of Globalization (文化互鉴: 全球化语境下的东方建筑文化认同), initiated by Tsinghua University and Inner Mongolia University of Architecture in Hohhot. The event featured Cheng Taining, an almost 90-year-old figure, a venerable legend in Chinese architecture since the 1950s. He has witnessed China’s transformations through various challenging eras, to the point where the country could rise and enter a phase of independence with its cultural explosion. He reflected that personal discourse is important and cultural confidence can be built by integrating that culture into everyday life. I took some of his words for reflection.

In my opinion, there are three types of contemporary architecture that I observed during my travels in China, based on their design approaches. The first type includes works with a strong narrative that unites the metaphors of mountains and water, heaven and earth. On earth lies history. In heaven, there is an image of prosperity and shared happiness, a dignity worth striving for. Such works represent a subtle narrative, like the kung fu stories of the Bamboo Curtain country, from nothingness to existence and reality. This is the work of architect Cheng Taining, starting from philosophy and belief.

The second type includes works that weave historical roots with integration studies by university academics. They research Chinese culture by delving into archaeological data, building performance, and tectonic functions, along with the relevance of their use according to their respective timelines within the constraints of speed and cost. Remarkably, they also actualize this data in designing and weaving their design stories. This can be seen in the works of Zhang Pengju, SUP Atelier, Song Yehao, Sun Jingfen, Li Xiaodong, and others. Astonishingly, with their expertise, Zhang Pengju and his team managed to create a museum in Hohhot that integrates the city park and our conference venue within a 90-day design and construction period.

The third type includes works that weave various local stories in a literal way that can be directly enjoyed. The stories are simple and capable of captivating the public through symbols, from small to large scales. This third type is universal enough to shake the world of stars. From local, it goes global. Whoever the actor, they coexist in their own way. The works of colleagues from Foster, Nouvel, Chipperfield, Heatherwick, and Perkins&Will fall into this category.

Meanwhile, my presentation started from small, simple, and underdog practices by exploring issues around us, such as waste, climate, plants, and the need for places for people to rest and work. There are so many tasks to be done, including the reconstruction of archives, history, vernacularity, and Eastern philosophy that needs to be adapted. Many interpretations emerge from what my team has created, which cannot be separated from the interpretations of @arlynkeizia and her team at @omahlibrary, regarding the story of a practitioner seen through the image of a clown tirelessly performing on stage behind long hours of practice.

I felt a sense of friendship from all of us present at this symposium, standing together and discussing architecture that is deeply embedded in the hearts of each of us. Some of the projects mentioned at this event depict problem-solving in very everyday contexts.

The photo above was taken by Professor Duan Jianqiang. He described the figure of a father as a reflection of all of us who are struggling. A father always entrusts the message to take care of the mother. Architecture is the mother, whom we all take care of together. I write this reflection with the hope that whenever I look at this page, I will become happier and make many people happier with their own architecture. On this trip, I felt happy and enlightened with the wealth of knowledge gained. Thank you Poh Kulthida, Yehao, Hoàng Thúc Hào, Duan Jianqiang, Zhang Pengju, Chomchon Fusinpaiboon, Dai Chun, Fan Lu, and all of the distinguished professors, all the best.

#rawinspirasi #rawrefleksi #hohhot #innermongolia #china

Kesempatan saya bertandang ke Cina datang dari ajakan seorang kawan, Poh Kulthida, yang merekomendasikan nama saya ke Profesor Yehao untuk ikut berbicara dalam acara 2024 Architectural Culture Symposium: Oriental Architectural Identity in the Context of Globalization (文化互鉴: 全球化语境下的东方建筑文化认同) yang diinisiasi oleh Tsinghua University dan Inner Mongolia University of Architecture di HohHot. Acara tersebut diisi oleh Cheng Taining, seorang figur yang sudah berusia hampir 90 tahun, seseorang yang dituakan, legenda arsitektur Cina sejak 1950-an. Ia adalah saksi perubahan Cina dalam berbagai era sulit, hingga negara tersebut mampu merangkak naik dan menjalani fase kemandirian dengan ledakan budayanya. Ia berefleksi bahwa diskursus personal menjadi penting dan kepercayaan diri budaya dapat dibangun justru dengan merangkai budaya tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Saya mengambil beberapa kalimatnya untuk menjadi refleksi.

Menurut saya, ada 3 tipe arsitektur kontemporer yang hadir di sekitar perjalanan saya di Cina, berdasarkan observasi pendekatan desainnya. Tipe pertama adalah karya yang memiliki cerita kuat dalam menyatukan metafora gunung dan air, surga dan bumi. Di bumi ada sejarah. Di surga ada citra kemakmuran dan kebahagiaan bersama, sebuah harga diri yang patut untuk diperjuangkan. Karya-karya yang demikian merepresentasikan halusnya narasi, seperti pada cerita kungfu negeri tirai bambu, dari tiada menjadi ada dan nyata. Itulah karya arsitek Cheng Taining, karya yang dimulai dari filosofi dan keyakinan.

Tipe kedua adalah karya yang merajut akar sejarah dengan telaah integrasi dari para akademisi di universitas. Mereka meriset budaya Cina dengan menggali data arkeologi, performa bangunan, dan fungsi tektonika beserta relevansi penggunaannya sesuai kronologi waktunya masing-masing dalam kecepatan dan keterbatasan biaya. Dahsyatnya, mereka juga mengaktualisasikan data-data tersebut dalam merancang dan merajut cerita desainnya. Hal tersebut dapat terlihat pada karya-karya Zhang Pengju, SUP Atelier, Song Yehao, Sun Jingfen, Li Xiaodong, dan kawan-kawan. Dahsyatnya lagi, dengan kepiawaiannya, Zhang Pengju dan tim bisa membuat museum di HohHot yang mengintegrasikan taman kota dan tempat konferensi kami dalam durasi desain dan konstruksi 90 hari.

Tipe ketiga adalah karya yang merangkai berbagai cerita lokal melalui cara literal yang dapat dinikmati langsung. Ceritanya sederhana dan mampu memukau publik dalam simbol dengan skala kecil sampai besar. Tipe ketiga ini adalah tipe yang universal untuk dapat mengguncangkan dunia bintang-bintang. Ibaratnya, dari lokal ia mengglobal. Siapaun aktornya, ia koeksis dengan caranya sendiri. Karya rekan-rekan dari Foster, Nouvel, Chipperfield, Heatherwick, dan Perkins&Will termasuk pada tipe ini.

Sementara itu, presentasi saya dimulai dari praktik yang kecil, sederhana, dan underdog dengan menggali isu-isu di sekitar, seperti sampah, iklim, tanaman, serta kebutuhan tempat untuk orang beristirahat dan bekerja. Ada begitu banyak PR yang perlu dikerjakan, termasuk rekonstruksi arsip, sejarah, vernakularitas, dan filosofi timur yang perlu diadaptasi. Banyak interpretasi muncul atas apa yang dibuat oleh tim saya, yang tidak lepas dari penafsiran @arlynkeizia dan timnya di @omahlibrary , mengenai cerita praktisi yang dilihat dalam gambaran seorang badut yang sibut beratraksi di atas panggung tanpa kenal lelah di balik jam latihan yang panjang.

Saya merasakan rasa persahabatan dari kami semua yang hadir di simposium ini, saling berdiri membicarakan arsitektur yang hadir begitu dalam di hati setiap dari kami. Beberapa proyek yang dibahas dalam acara ini menggambarkan penyelesaian masalah dengan kasus yang sangat sehari-hari.

Foto di atas diambil oleh Profesor Duan Jianqiang. Beliau menggambarkan sosok seorang ayah sebagai cerminan atas diri kita semua yang sedang berjuang. Ayah selalu menitipkan pesan untuk menjaga ibu. Arsitektur adalah ibu, yang kita semua jaga bersama-sama. Saya menulis refleksi ini dengan harapan bahwa setiap kali saya melihat halaman ini, saya akan bisa menjadi lebih bahagia dan membuat banyak orang lebih bahagia dengan arsitekturnya masing-masing. Di perjalanan kali ini, saya merasa senang dan tercerahkan dengan banyaknya ilmu yang didapat. Terima kasih Poh Kulthida, Yehao, Hoàng Thúc Hào, Duan Jianqiang, Zhang Pengju, Chomchon Fusinpaiboon, Dai Chun, Fan Lu, and all of the distinguished professors, all the best.

#rawinspirasi #rawrefleksi #hohhot #innermongolia #china

Kategori
blog

2008 Towards 1001 Architectural Stories Tested by Time

My travels to various places in China have sparked many questions. What happened after 2008, and how did it unfold? Leading up to the 2008 Olympics, China significantly opened up to works by foreign architects. Even now, the colorful advancements in architecture paint the ongoing dialogue between the two.

Wei Jie was someone who sat in front of me, a fellow group member in Group 5, back in 2005 when we worked together in Norman Foster’s studio. Now, he is part of the partnership group in Shanghai led by Emily, who also serves on the Design Board at Foster + Partners. Truly familiar faces. That day, I also met Xiao Xue, a good friend and fellow group member when we worked on a project in Abu Dhabi. There are so many dreams for a better life. From Indonesia-London-Shanghai, we are connected. Wei Jie and Xiao Xue are now married and they are striving together. This reminds me of a saying, “The most important thing is not the journey or the destination, but who you travel with.”

Although my journey and theirs are filled with pressures, local and external traditions continue to relate powerfully over time. In the end, our faces and theirs never become unfamiliar, even as our hair turns white and we look forward to meeting again. As the children grow up, our architecture will also mature. Architecture will become more mature with the resonance between global and local, or between business interests and missions. Each choice comes with its own consequences. Interestingly, architectural stories remain exciting to discuss, each with its own extremes.

Everything has its own story, from the 1001 trees that received complaints from neighbours for looking like a graveyard, to the 1001 jars that became a world-class marketing tool, to the curves of Galaxy Soho and the paradox of a simple noodle shop as a tenant. There is also the Natural History Museum for children, with many animal replicas to accelerate learning, giving colour to the current virtual and instant world, and the Long Museum West Bund with its simple axis, foyer, and courtyard where books and exhibition spaces are located, adorned with soft light filtering through fins on stone materials made to resemble lanterns. This museum reflects the Zen power that came to China from America before the architect, Liu Yi-chun of Atelier Deshaus, learned from Greece and Japan.

Be it Nouvel, Heatherwick, Hadid, Chipperfield, or Perkins&Will, they all possess the storytelling power and maintain arguments as a result of economic influences, the rise and fall of the property industry, commerce, pandemics, and simple politics—a simple human intent to survive within their ecosystem.

Perjalanan saya ke banyak tempat di Cina mewarnai banyak pertanyaan. Bagaimana dan apa yang terjadi setelah 2008? Menjelang Olimpiade 2008, Cina banyak membuka diri terhadap karya yang dikerjakan oleh arsitek asing. Sampai sekarang, warna-warni kemajuan arsitektural mewarnai dialog yang terjadi antara keduanya. Wei Jie adalah seseorang yang duduk di depan saya, rekan satu grup saya di grup 5, pada tahun 2005 ketika kami bekerja bersama di studio milik Norman Foster. Sekarang, ia merupakan bagian dari grup partnership di Shanghai yang dipimpin oleh Emily yang sekaligus merupakan Design Board di Foster + Partners. Sungguh wajah-wajah yang familiar. Hari itu, saya juga bertemu dengan Xiao Xue, kawan baik yang juga merupakan rekan satu grup kami ketika mengerjakan proyek di Abu Dhabi. Banyak sekali mimpi untuk kehidupan yang lebih baik. Dari Indonesia-London-Shanghai, kami terhubung. Wei Jie dan Xiao Xue sendiri adalah pasangan suami-istri yang sedang berjuang. Saya menjadi teringat sebuah pepatah, “Yang terpenting bukanlah perjalanan atau tujuan yang tercapai, tetapi dengan siapa kamu menjalaninya.”
.
Meskipun perjalanan kami dan mereka dilingkupi oleh tekanan, tradisi lokal dan luar terus berelasi dengan dahsyat dalam ikatan waktu. Pada akhirnya, wajah-wajah kami dan mereka tidak pernah menjadi asing meskipun sudah berambut putih dan menantikan saat bertemu kembali. Anak-anak mulai bertumbuh besar, arsitektur kita semua juga akan semakin matang. Arsitektur akan semakin matang dengan resonansi antara global dan lokal, ataupun antara kepentingan bisnis dan misi. Semuanya merupakan pilihan yang memiliki konsekuensinya sendiri-sendiri. Lucunya, cerita arsitektur tetap selalu asyik diperbincangkan dengan ekstrimnya masing-masing.
.
Semua punya ceritanya sendiri, dari 1001 pohon yang mendapatkan komplain dari tetangga karena mirip kuburan, 1001 toples yang menjadi bahan pemasaran kelas dunia, hingga lengkungan Galaxy Soho dan paradoks warung mi sederhana sebagai tenant. Ada juga Natural History Museum untuk anak dengan begitu banyaknya replika binatang untuk mempercepat proses belajar yang mewarnai dunia maya dan instan, serta Long Museum West Bund dengan aksis yang sederhana, foyer, dan courtyard tempat buku-buku dan ruang pamer berada, dihiasi cahaya lembut yang masuk melalui sirip-sirip pada material batu yang dibuat seperti lampion. Museum ini menjadi cerminan dari kekuatan zen yang datang ke Cina dari Amerika sebelum sang arsitek belajar dari Yunani dan Jepang.
.
Baik Nouvel, Heatherwick, Hadid, Chipperfield, maupun Perkins&Will, semuanya memilliki kekuatan bercerita dan mempertahankan argumen, sebagai hasil dari pengaruh ekonomi, maju-mundurnya industri properti, komersial, pandemi, dan politik yang sederhana, sebuah maksud sederhana manusia dalam ekosistemnya untuk bertahan hidup.

Kategori
blog

Wangkar Bioclimatic Home

The Wangkar Bioclimatic Home, currently under construction, is designed to serve as a residence for a large family. It consists of several houses for the parents, their grown-up childrens and their future family. The development process has spanned nearly eight years from conceptualization to its current state. Many have remarked that the project has taken too long. However, for us, attitude is as essential as design methodology.

Over these nearly eight years of construction, we’ve learned that architecture is not merely about completing a building. This project proves that success isn’t always measured by how quickly it is finished but by how the process builds solid and sustainable emotional connections with the people involved and various stakeholders.

Our journey with Wangkar Bioclimatic Home has been akin to a marathon, where we’ve learned not just as planners but also as mediators managing various dynamics and challenges. We’ve bridged different parties, overcome egos, and materialism, and learned that everything doesn’t come cheap—it’s a costly process.

From implementing simple rules like no smoking in the project area to discussing detailed architectural elements such as piping, finishing quality, and even ensuring protection against mice by sealing all gaps or safeguarding against water damage, every detail has been meticulously considered.

Every difficulty offers an opportunity to refine and produce high-quality results. For us, this project isn’t just a structure but the outcome of hard work, dedication from a solid team, and a sincere vision. With continued effort, we anticipate reaching the finish line soon, bringing along sweet memories and beautiful dreams for a better future.

#WangkarBioclimaticHome #RAWongoing #realricharchitectureworkshop #home #architecture #details #architectureproject #tangerang #indonesia

Kategori
blog

The Grammar of Aalto, SUP and RAW

Apart from taking lessons from Wang Shu, I also visited Tsinghua University which is said to be one of the best campuses in the world. There is Li Xiaodong’s figure there. I saw his works, the Liyuan Library in the north of Beijing, and a new building in the central area/courtyard of the architecture school of Tsinghua University.

Circulation to the new building is buried in the ground. The building is made open with so many student works exhibited in limited spaces. Its dense and intensive scale means that this building has to negotiate the intrigues through its interior. Many people’s dreams and hopes play out in it. My impression is that the program is bigger than the available dimensions, so it looks like they crowd the building. Academics, practitioners and architecture students are indeed one of the most difficult clients. There is always a need for new spaces, circulation and themes. The exterior of the building is covered by an iron frame with an industrial pattern that hides the outdoor split AC unit, exhaust fan and heater. This building seems to be racing at high speed in the construction process.

After that, I visited one of the works by the young bureau SUP Atelier, namely the Central Canteen of Tsinghua University, which was designed by Professor Song Yehao with his team and students. Besides teaching at Tsinghua University, Professor Song Yehao is also the curator of the Architectural Culture Symposium which invited me to speak at the Inner Mongolia University of Technology, Hohhot.

In this canteen building, there is an attempt to have a dialogue in forming the layers between industry and craftsmen through a brick pattern. The axis is formed by connecting the circulation that stretches around the building. The axis is made in the form of bridges and stairs that divide the site in its exterior and interior atmosphere. These axes are en by large windows and light holes that face the sky. “This hole can be opened from the top manually so it is cheaper,” Jingfen explained. Sun Jingfen is Song Yehao’s colleague that came to represent him who at that time was on a business trip. The details of this canteen building are simple. There are many attachments, such as plinths that are coated to maintain ease of operation and work with the use of color. The interior design is played by rotating and shifting elements slightly, also giving them different colors to give an understated personality.

This design approach was widely used by Alvar Aalto 100 years ago and is still valid today. The reconstruction of the studio’s language can be seen from the biography of SUP Atelier when they were working on several projects in the countryside. The new Tsinghua is red, a contrast to the old Tsinghua which was white. I feel a connection, a bond with the new generation. The language is still halting, but the intention is already shining through, waiting for the time to become more connected in an even stronger spirit of grammatical brotherhood.

Designing on this campus, I’m sure, is not easy, with the work of many world star architects in this area, such as Mario Botta, David Chipperfield, and Jean Nouvel. I whispered a prayer to Jingfen, and at the same time sent greetings to Yehao, hoping that SUP Atelier could work on more projects at Tsinghua University, the heart of the world of intelligent people. Hope is important and prayer is a sincere spirit of brotherhood for us to move forward together.

The hope is that this prayer will also be reflected in our lives at the RAW Architecture studio and the many things we do: building brotherhood, serving clients, absorbing daily dynamics, and learning again to improve our abilities. One moves forward, move forward altogether.

#rawinspirasi #refleksiraw #lixiaodongatelier #tsinghua #mariobotta #supatelier #beijing #china

Selain mengambil pelajaran dari Wang Shu, saya juga berkunjung ke Tsinghua University yang digadang-gadang sebagai salah satu kampus terbaik di dunia. Ada figur Li Xiaodong di sana. Saya melihat karya-karyanya, yaitu Liyuan Library, sebuah perpustakaan di utara Beijing, dan bangunan baru di area tengah/courtyard departemen arsitektur di Tsinghua University.

Sirkulasi menuju bangunan baru tersebut dipendam ke tanah. Bangunan dibuat terbuka dengan begitu banyaknya karya mahasiswa yang dipamerkan di dalam ruang-ruang terbatas. Skalanya yang padat dan intensif membuat bangunan ini harus bernegosiasi dengan intrik-intrik interiornya. Banyak mimpi dan harapan orang-orang yang bermain di dalamnya. Kesan saya, programnya lebih besar dari dimensi yang tersedia, sehingga terlihat memadati bangunannya. Para akademisi, praktisi, dan mahasiswa arsitektur memang merupakan salah satu klien tersulit. Ada saja kebutuhan ruang-ruang, sirkulasi, dan tema yang baru. Tampak luar bangunan diselubungi oleh kerangka besi dengan pola industri yang menyembunyikan outdoor unit AC split, exhaust fan, dan heater. Bangunan ini seolah berlomba dengan kecepatan tinggi dalam proses pembuatannya.

Setelahnya, saya berkunjung ke salah satu karya biro muda SUP Atelier, yaitu Central Canteen of Tsinghua University, yang didesain oleh Profesor Song Yehao bersama tim dan murid-muridnya. Profesor Song Yehao merupakan seorang pengajar di Tsinghua University dan sekaligus kurator Architectural Culture Symposium yang mengundang saya untuk berbicara di Inner Mongolia University of Technology, HohHot.

Pada bangunan kantin ini, terdapat usaha untuk berdialog dalam membentuk lapisan-lapisan antara industri dan perajin di dalam pola bata-bata. Aksis dibentuk dengan menghubungkan sirkulasi yang membentang di sekeliling bangunan. Aksis dibuat dalam rupa jembatan dan tangga yang membelah site pada suasana eksterior dan interiornya. Aksis ini dihubungkan oleh jendela besar dan lubang cahaya yang menghadap langit. “Lubang ini bisa dibuka dari atas secara manual sehingga lebih murah,” Jingfen menjelaskan. Sun Jingfen datang mewakili sebagai rekan dari Song Yehao yang saat itu sedang melakukan trip bisnis ke daerah. Detail dari bangunan kantin ini sederhana. Banyak terdapat tempelan, seperti plinth yang dilapis untuk menjaga kemudahan operasional dan pekerjaan dengan penggunaan warna. Desain interior dimainkan dengan memutar dan memajukan sedikit elemen-elemen dengan pemberian warna berbeda untuk memberi kekhasan yang bersahaja.

Pendekatan desain seperti ini banyak dilakukan oleh Alvar Aalto 100 tahun yang lalu dan masih valid hingga sekarang. Rekonstruksi bahasa milik studio terlihat dari biografi SUP Atelier pada saat mereka mengerjakan beberapa proyek di pedesaan. Tsinghua baru berwarna merah, kontras dari Tsinghua lama yang berwarna putih. Saya merasakan adanya hubungan, ikatan dengan generasi baru. Bahasanya masih terbata-bata, tetapi niatnya sudah terpancar, menunggu waktu untuk semakin terhubung dalam satu semangat persaudaraan gramatika yang lebih kuat lagi.

Mendesain bangunan di kampus ini, saya yakin, tidaklah mudah, dengan banyaknya karya arsitek bintang, seperti Mario Botta, David Chipperfield, dan Jean Nouvel, di kawasan ini. Saya membisikkan doa ke Jingfen, sekaligus menitipkan salam untuk Yehao, harapan agar SUP Atelier dapat mengerjakan lebih banyak lagi proyek di Tsinghua University, jantung penggodokan manusia-manusia pintar di dunia. Harapan itu penting dan doa menjadi semangat persaudaraan yang tulus untuk kita maju bersama.

Harapannya, doa itu juga terpantul ke dalam kehidupan kami di studio RAW Architecture dan banyak hal yang kami kerjakan: membangun persaudaraan, melayani klien, menyerap dinamika keseharian, dan belajar kembali untuk meningkatkan kemampuan. Maju satu, maju semua.

#rawinspirasi #refleksiraw #lixiaodongatelier #tsinghua #mariobotta #supatelier #beijing #china

Kategori
blog

Gading Tower Home

This project is located on Gading Indah Street in North Jakarta. The roads are narrow and dense, and flooding problems occur. To address these challenges, the complex has implemented dams and water gates, although flooding remains a concern. The neighborhood can also be seen as an “urban village”, characterized by small lots measuring approximately 6 x 15 meters, each totaling around 90 square meters.

At first, our client asked,
“Would you like to design a small house like this?”

Sometimes, we are surprised; perhaps there’s a perception that we only handle large projects. However, from this question, we realized that our client had placed great trust in us, and we also want to make the best collaborative effort, turning this project into a space for growth.

Once we started the design process, the question became how to create a house that meets our client’s needs. They desire a spacious layout and flexible spaces that can accommodate future needs over the next 20-30 years. They also want a home that still provides good ventilation and natural lighting.

From these considerations, the design process began by grouping essential parts and creating column-free spaces. The staircase was placed along one side to maximize usable area. Small light wells were designed around the building which double as boundaries between neighboring houses and the main structures. Also, the north-south orientation allows the facade to open widely while ensuring privacy and eco-friendliness for the users.

The result is a slim and tall house composition that adapts to the limited land in Gading Indah, incorporating a concept of zero water runoff to contribute positively to the beloved Jakarta.

Photograph by @_yophrm and @luil_mn

#gadingindahbioclimatichome #bioclimatichome #RAWongoing #realricharchitectureworkshop #home #architecture #details #architectureproject #jakarta #indonesia

Kategori
blog

Wang Shu: Soul of Craftmanship

In this 2 weeks trip, I learned a lot from architect Wang Shu who lived and grew with craftsmen in the early 90s until the monetary crisis which made him work on many institutional projects. In a decade, he was economically dependent on his wife, Lu Wenyu, who eventually became his partner in founding the Amateur Architecture Studio which consisted of 10 people in 1997.

His early projects were renovations of old buildings. He studied architectural styles from India, Africa, and America, adapting these influences to fit the context of his work. His designs often feature elements like concrete-framed glass windows, reminiscent of Le Corbusier’s work. Wang Shu skillfully plays with the up and down of the lands, traditions, and new contexts in his architecture.

I learned many valuable lessons, particularly from the Ningbo Contemporary Art Museum which became a historical representation of the pier. It can be seen from the horizontal and vertical layers of its architecture. Through a journey that starts from wall to wall, we can observe the evolution of materials from ancient to modern like wood and copper, until finally we are taken to see works of art that are also always changing towards a view of the pier bridge which depicts a new era. The ground floor houses a children’s museum, with walls resembling the height of the Forbidden City’s walls. Interestingly, the walls of the museum’s upper floors are made of wood, taking inspiration from historical shophouses often found in Ningbo in the past. “Contemporary” in the context of this museum is defined as a journey to the pier.

I also explored the Ningbo Historic Museum which represents mountains and caves emerging from the rocky landscape of Ningbo, surrounded by water. Pier bridges connect the transition from outside to inside, with a linear circulation centered on the foyer and leading to the highest point, symbolizing heaven. At the top, a lecture hall surrounded by a wooden deck offers a space for children to play.

Next to the museum, is a park with a series of pavilions named the 5 Scattered Houses which illustrate Wang Shu and Lu Wenyu’s method of constructing new Chinese architecture based on historical and material contexts. These houses embody five different craftsmanship methods: roof, bridge, mass, courtyard, and shadow. Readings of their work are complex and bold. There is a radical fight to break through and a belief to integrate culture, everyday life, and materiality to realize their vision, by being amateurs and continuously learning.

Lastly, I visited the China Academy of Art, a manifestation of Wang Shu and Lu Wenyu’s beliefs. I see the consistency of the language replicated from their previous projects. Interestingly, Wang Shu drew an axis from the city towards the lake, surrounding the lake—which symbolizes heaven—with amorphous vistas forming mountains—which symbolize earth. It is a representation of Hangzhou City in a microcosm. There are many glimpses of the history of temples and people’s houses, as well as old materials and construction techniques. Each mass of the building is penetrated by a courtyard, connected by corridors that rise, fall and crisscross to the tiered auditorium, adapting to the natural contours and excavation fill. The knowledge is the philosophy of the artisans, simple logic in barefoot architecture—no wonder they call themselves amateurs. The architecture is flexible, aiming to reconstruct historical discourse. This is where art plays a role in making people attached, both personally and publicly, to have an inner bond that leads to a collective bond.

#rawinspiration #rawreflection #wangshu #ningbo #china

Dalam trip 2 minggu kali ini, saya banyak sekali belajar dari Wang Shu yang tinggal dan berkembang dengan para perajin di awal tahun 90-an hingga datangnya krisis moneter yang justru membuat dirinya banyak mengerjakan proyek dari institusi. Dalam rentang 1 dekade tersebut, ia pun bergantung secara ekonomi dari istrinya, Lu Wenyu, yang akhirnya juga menjadi rekannya dalam mendirikan Amateur Architecture Studio yang berisikan 10 orang pada tahun 1997.

Proyek-proyek yang ia kerjakan adalah renovasi bangunan tua. Ia belajar dari arsitektur India, Afrika, dan Amerika yang kemudian ia kontekstualisasikan dengan situasi tempatnya mendesain. Dalam karyanya, kita juga bisa melihat pancaran dari bingkai kaca yang terbuat dari beton sebagaimana yang terdapat di karya Le Corbusier. Wang Shu bermain-main dengan naik-turunnya lahan, tradisi, dan konteks-konteks baru.

Ada banyak hal yang saya dapatkan, khususnya dari Ningbo Contemporary Art Museum yang merupakan representasi sejarah dermaga. Pelabuhan dapat terlihat dari lapisan-lapisan horizontal dan vertikal arsitekturnya. Melalui perjalanan yang dimulai dari dinding demi dinding, kita dapat mengamati perubahan material dari material kuno menuju kayu dan tembaga, hingga akhirnya kita dibawa melihat karya seni yang juga selalu berubah menuju vista jembatan dermaga yang menggambarkan bingkai era baru. Area bawah merupakan museum anak. Ketinggian dinding pada tampak menyerupai ketinggian dinding Forbidden City. Menariknya, dinding museum ini terbuat dari kayu yang diambil dari sejarah rumah toko yang banyak terdapat di Ningbo pada masa lalu. Kontemporer dalam konteks museum ini didefinisikan sebagai sebuah perjalanan ke dermaga.

Saya juga sempat berkunjung dan belajar ke Ningbo Museum yang merepresentasikan gunung dan gua yang muncul dari lanskap bebatuan di Ningbo yang dikelilingi oleh air. Jembatan-jembatan dermaga menghubungkan transisi dari luar ke dalam bangunan dalam sirkulasi linear yang berpusat di foyer dan menuju ke titik tertinggi yang merepresentasikan surga. Di titik tertinggi tersebut, terdapat lecture hall yang dikelilingi dek kayu, tempat anak-anak bisa bermain.

Di sebelahnya, terdapat 5 Scattered Houses yang menjelaskan metode Wang Shu dan Lu Wenyu dalam mengonstruksi arsitektur Cina baru yang berbasis pada sejarah dan material yang berbasis pada ketukangan dengan 5 metode berbeda: cerita atap, jembatan, massa, courtyard, dan bayangan. Pembacaan karya mereka memang kompleks dan berani. Ada perjuangan dari akar untuk menerobos dan meyakini bahwa budaya, sesuatu yang sehari-hari, dan materialitas akan mampu menopang wujud dari mimpi mereka, yaitu menjadi amatir dan terus belajar.

Terakhir, saya berkunjung ke China Academy of Art yang merupakan sarang dari manifestasi keyakinan mereka. Saya melihat konsistensi bahasa yang direplikasi dari proyek mereka sebelumnya. Menariknya, ia menarik aksis dari kota menuju danau, mengelilingi danau yang melambangkan surga dengan vista-vista amorf membentuk gunung yang melambangkan bumi. Inilah representasi Hangzhou dalam mikrokosmos. Ada banyak cercahan sejarah kuil dan rumah-rumah penduduk yang terlihat, serta material-material lama dengan teknik konstruksinya. Setiap massa bangunan ditembus oleh courtyard-courtyard yang terhubung dengan koridor yang naik-turun dan bersilang-silang menuju auditorium yang berjenjang-jenjang, menyesuaikan kontur dan urugan tanah yang merupakan hasil dari penggalian pondasi. Ilmunya adalah ilmu filosofi tukang, logika sederhana dalam arsitektur kaki telanjang. Pantas mereka menyebut dirinya amatir. Arsitekturnya luwes dan berpijak pada upaya rekonstruksi diskursus sejarah. Di sinilah seni berperan untuk menjadikan lekat, personal sekaligus publik, memiliki ikatan batin yang menuju ikatan kolektif.

#rawinspirasi #refleksiraw #wangshu #ningbo #china

Kategori
blog

Studio Garasi – Arch Pavilion Transition

This Arch Pavilion was initially built to address space constraints in our garage studio. With dimensions of 2.4 m x 6 m, the pavilion provided a space for interns to learn and gain experience. It consists of 120 modules, each measuring 200 mm x 400 mm x 600 mm. It took approximately 14 days to complete using a knock-down system, facilitating easy relocation with the help of three craftsmen. The construction is simple, modular, and cost-effective.

After the interns leave to complete their studies, the pavilion transitions into a resting place for studio members, offering a place for various intimate and enjoyable activities, sharing sessions, and more. Over time, it evolved into an architecture learning hub for young individuals and architects. The sense of intimacy felt within the Studio Garasi continued to grow wider, fostering an open ambiance for interaction during discussions and learning sessions for all. This marked the beginning of the journey of OMAH Library. At that time, many people continued to come to the pavilion for lectures and discussions.

Studio Garasi is a space full of memories. Despite its limitations, small, and efficient space, Studio Garasi is always filled with the sound of laughter and conversation. This also reminds us to remember the message of simplicity, beauty, honesty, and self-limitation to continue learning and shaping our future.

Photograph by @mariowibowo_ (front pic)

#refleksiraw #kilasbalikraw #studiogarasi #realricharchitectureworkshop #architecture #details #architectureproject #jakarta #indonesia

Kategori
blog

Lumintu House

Lumintu House is located on a challenging landfill site in North Jakarta, where temperatures can reach 35-40 degrees Celsius in the afternoon. The location is also near the beach, meaning the material used needs to be durable and protected with the best building technology in an urban area.

Lumintu House incorporates industrial and handcrafted sun-shading elements, doubling as a canopy for the building. This design resembles tree branching patterns extending outward as canopies, creating shaded spaces like sitting under a tree. It also protects surrounding plants from excessive sunlight and forms a soft and continuous transition, reflecting the “Lumintu” philosophy.

Craftsmen play a crucial role in construction, blending traditional craftsmanship with modern techniques. Skilled craftsmen bend each steel piece individually. Their meticulous attention to detail in shaping each component reflects a blend of modern construction efficiency, enhancing the overall value and character of the building.

Regarding spatial planning, Lumintu House reflects Indonesian family culture, where gathering with family is common. The expansive, column-free main spaces on the ground floor seamlessly integrate with the outdoor areas, facilitating natural airflow and offering tropical landscape views. The high ceilings and skylights optimize natural lighting, while the wire-lined ventilation around roof windows enhances air circulation and prevents insects. Lumintu House also added a roof garden as a space for relaxation and contemplation, offering panoramic views of the nearby sea.

Lumintu House strategically minimizes environmental impact in both the construction and operation phases. By utilizing locally sourced materials and engaging skilled local craftsmen, the project reduces carbon footprint while ensuring long-term durability and low maintenance. This approach not only supports environmental goals but also strengthens community ties and promotes economic sustainability.

Photograph by @_yophrm

#LumintuHouse #RAWfinished #realricharchitectureworkshop #home #architecture #details #architectureproject #jakarta #indonesia

Kategori
blog

Piyandeling on Architectural Digest

Our project Piyandeling is published at @archdigest
.
It’s a project on remote site on North Bandung in village of Mekarwangi, Lembang, Bandung. This area has low temperatures, high wind speeds, and dense existing trees. Constructing here was challenging due to difficult transportation access, water availability, labor access, and the cold air.

We learn this during designing school of Alfa Omega and Bamboo Castle. That few people can manage to construct with lightweight construction.

Bamboo’s lightweight nature facilitated easy mobilization and quick construction, also locally available. The design simplified and eased the process by reducing the span and simplifing floor plans, into grids and courtyards. The simplification then made Piyandeling done by only four craftsmen experimenting with bamboo, carving bamboo compositions from ceilings, floors, columns, door elements, and rotating windows, utilizing materials efficiently without waste. It introduce join without nails by using glue laminated joineries.

Piyandeling is a work of togetherness. Pak Saniin’s and friends’ work, along with many other craftsmen, past and present, has contributed to its ongoing evolution. That fight makes it special, starting with four people and still progressing to this day express the soul of promising traditional craftmanship.

Making and experiencing this architecture is like therapy, a healing and beautiful experience. We hope many more people believe in architecture that can touch people’s souls through this project especialy by soul of craftmanship.

Check out Architectural Digest’s article at https://www.architecturaldigest.com/gallery/the-most-beautiful-bamboo-buildings-in-the-world

#realricharchitectureworkshop #architecturaldigest #piyandeling #architecture #jakarta #tangerang #bandung #indonesia

Kategori
blog

The Arch Pavilion in Studio Garasi

During our time in Studio Garasi, around 20 students from ITS, ITB, Petra, Gunadarma, and many more came for internships. With limited space available, accommodating their needs became a challenge. Luckily, an empty space in the garden area of Realrich’s parents house provided a solution. After discussions with Realrich’s parents, we constructed a building named the Arch Pavilion there.

The pavilion became an extension of our Studio Garasi. It was crafted primarily from modular plywood assembled using a knock-down technique. This approach ensured structural integrity and allowed for quick and efficient construction by just three craftsmen. The structure is also covered with polycarbonate for additional protection and natural lighting, creating a bright yet shady atmosphere.

What started as a workspace for student interns has evolved into much more. The Arch Pavilion emerged not only as a hub for collaboration and architectural exchange but also transformed into an OMAH Library. Through this library, we created a dynamic space, fostering discussion, research, and architectural collaboration.

In Studio Garasi, adaptation and growth are constant themes. This Arch Pavilion taught us that experimentation can be conducted through simple, modular, quick, and optimal approaches. The Arch Pavilion exemplifies how such principles can effectively address complex spatial needs while promoting sustainable and efficient construction methods, and it has become an integral part of shaping our architecture studio today.

Photograph by @mariowibowo_ and Tatyana Kusumo

Kategori
blog

Nizamia School

Our innovative #rawcollectivecave approach on Nizamia Andalusia is inspired by the kampong cross-programming arrangement that integrates diverse design elements, such as recycled materials, within the structure. We repurpose the existing buildings, adapt their modules for classrooms, and strategically add the new structures needed.

Like a city, Andalusia Nizamia School accommodates many activities within its walls. Inspired by the tales of 1001 Arabian Nights, the school unfolds 1001 stories from dawn to dusk. Here, stories are an activity, core function, and program. This approach resonates with the cross-programming philosophy discussed by Rafael Moneo in “Theoretical Anxiety and Design Strategies in the Work of Eight Contemporary Architects” and practiced by architects like Rem Koolhaas.

This concept is applied in the organization of each space. The ground-floor lobby opens into a spacious prayer area, followed by classrooms and gathering spaces above. The third floor connects additional gathering spaces via bridges to the preceding building phases.

Classrooms and other spaces continue to evolve, culminating in sports facilities stands in rooftop areas. This underscores the importance of gathering, playing, and praying in the learning environment.

For us, the term “high” in “junior high school” means a higher level of maturity than “elementary” school students. Their thinking has begun to be elaborated, and they have begun to be able to act independently. From Nizamia, we learn that maturity development can be met with architectural impulses.

@nizamiaandalusia @realricharchitectureworkshop

#nizamiaandalusia #collectivecave #RAWongoing #realricharchitectureworkshop #school #architecture #details #architectureproject #jakarta #indonesia

Kategori
blog lecture

2024 Architectural Culture Symposium

Ar Realrich Sjarief from RAW DOT OMAH has been honored with the opportunity to serve as the keynote speaker at the 2024 Architectural Culture Symposium on June 16th, 2024, hosted by the Architectural Society of China (ASC). This event will focus on Asian architectural culture and take place at the Inner Mongolia University of Technology, featuring esteemed leaders from the ASC and the participation of Professor Cheng Taining, an academician of the Chinese Academy of Engineering.

Realrich will share his experiences and insights into innovative approaches to promoting cultural values in architectural work. His presentation will delve into three key stages that an architect undergoes: the process of survival, the process of making, and the process of playing in architecture.

The philosophy of Javanese local wisdom deeply permeates his profession. He also emphasizes the empowerment of local craftsmen and harnesses their skills to create meaningful bioclimatic architecture. Working with passion and love, Realrich believes that life is about how one can contribute to others and is committed to lifelong learning.

The 2024 Architectural Culture Symposium by ASC will be an exciting platform to showcase our studio’s endeavors. We believe this event will foster shared insights within the global architectural community and contribute to our field’s collective growth.

Photograph:
1,6,8,9 by @_yophrm
3 by @andhang.rt
4,5,6 by @bacteria.archphotography
7 by @luil_mn

Kategori
blog

Crafting Versatility in Studio Garasi

In our first ever office which we call the Garage Studio, the front space was initially designed as a transitional zone before entering the working area, a room to play and chat with black-painted walls, adorned with chalk and white marker scribbles. As time progressed and our team expanded, the need for working space became imperative. The garage studio underwent gradual transformations to maximize its ergonomics, yet still had a room for versatility.

In one scenario, the room could be used as a communal space with casual seating format. When demand for projects was high, it could easily transformed into a working space, first by opening a wide door to connect the room with the designers’ working space behind. The furniture installed were crafted by hand, with knockdown tables that could be easily assembled comprising three tables for the technical team. This team arrangement was strategically positioned streamline coordination among team members.

Various tasks unfolded simultaneously within the studio, fostering a natural and harmonious process. The spatial arrangement of this garage studio reminds us of how we once envisioned spaces, navigating spatial constraints through the strategic placement of horizontal and vertical dividers. Each stage represented a gradual and exploratory journey of growth within the garage studio.

Photograph by @mariowibowo_ and Tatyana Kusumo

#refleksiraw #kilasbalikraw #studiogarasi #realricharchitectureworkshop #architecture #details #architectureproject #jakarta #indonesia

Kategori
blog

Tunas Muda School (Extension Wing 1)

Working on school projects has never been easy. Alfa Omega School, a medical school in UPH, a vocational school in UI, also Tunas Muda’s campus renovation, facelift, and multifaceted projects—each project brings its unique set of demands: from accommodating continuous growth, integrating cross-programs from clients, defining the school’s identity, adhering to budgets & timelines while also working on our vision & mission on architecture.

Now we are working on Tunas Muda’s new building with integration to the old one. The school is undergoing rapid growth driven by rising number of students, prompting the addition of several new buildings within its complex. In the first phase, they will build a 5-storey structure which we call the Extension Wing 1.

As the existing mass lacks adequate space for canteen, we dedicated a significant portion of the ground floor in the new wing to a semi-outdoor canteen. An outdoor area is also laid out to seamlessly connect the new and old ones, offering a more spacious & comfortable dining environment for the students.

Understanding the importance of convenient parking, we have calculated & adjusted the parking lot around the building to meet the community’s needs. Some parking spaces are also rented from adjacent vacant land.

Classrooms will be on the 1st to 3rd floors, with glass windows facing north & south to maximize natural ventilation & daylighting facing north south. Connecting bridges to the existing mass on several floors support student mobility, daily and especially during events that utilize the multi-purpose hall on the 4th floor.

The multi-purpose hall doubles as FIBA standard basketball court, utilizing wide-span curved steel structures topped with lightweight roof to create a column-free space. With a capacity of 380 students, the raised roof ensures cross ventilation through north & south openings.

The Extension Wing 1 was carefully crafted to address school’s growth and enhance the school community by fostering physical connections and creating a supportive environment for students.

#tunasmudaschool #RAWongoing #realricharchitectureworkshop #school #architecture #details #architectureproject #meruya #jakarta #indonesia

Kategori
blog lecture

Teras 45, IPLBI

Ar Realrich Sjarief from RAW DOT OMAH is set to present alongside Linda Ocatvia and Revianto B. Santosa at Temu Narasi 45 at Ikatan Penelitian Lingkungan Binaan Indonesia. This event will occur through a Zoom meeting on 8 June 2024, 10:00 am.

Realrich’s presentation will be based on the process before the design is made in the studio, starting from the architectural ecosystem, knowledge insight, teams as a family, and professional development.

In the studio, a personal and family approach is one variable in understanding each person’s role. From the team in the studio to the craftsmen in the field, it is an important point that turns the wheels of the architectural design studio.

IPLBI is an critical platform to share how our process in studio. Hopefully, this event will catalyze diverse collaboration between practical and architecture research on how people impact the studio.

Kategori
blog

Studio Garasi, Unlimited within Limitations

In 2011, our studio was mainly run inside a bedroom-turned-office in our principal’s parents’ house. Over the time, it expanded to the garage area. The house ceiling was designed to be 3.25 m high, providing the opportunity to divide the space vertically, so that our studio could have a mezzanine.

The layout design often modified every month according to the ever-changing function of the space. One day the mezzanine area was used as a place to store books and on other days it turned into a place for material samples.

Sometimes his mother commented, “Has it changed again?”

One thing that can be understood is that this limitation explored context sensitivity, by critically calculating the elements that were designed to be optimal. Thus forming a cave concept that changes slowly, transforming from one stage to another.

Photograph by Tatyana Kusumo & @mariowibowo_

#releksiraw#kilasbalikraw#studiogarasi#realricharchitectureworkshop#architecture#details#architectureproject#jakarta#indonesia

Kategori
blog

The 99%-almost-finished Tunas Muda Kindergarten

The 99%-almost-finished Tunas Muda Kindergarten project began with exploring the school complex to determine potential areas for development. Our attention was focused on the existing dormitory building as the starting point for the construction. This building is historically significant memory for the clients and everyone who has worked at Tunas Muda. However, because of its historical value, this building was still intact and had yet to be redesigned. We also tried to utilize it by reusing the existing structure.

This is the meaning of Young Shoots for us, small things that spark new things, just as shoots emerge from plant seeds and will grow into plants. That’s the cycle of life.

We maintained the existing perimeter wall with a span of 19 meters and one dividing wall in the middle. We placed the cremona structure for the roof with a very light UPVC covering so that the wide-span structure could bear the load. We also used the leveling of the land, which had fallen 80 cm, to get a sizeable welcoming area by adding stairs and ramps, and this also streamlined costs for creating new foundations. Currently, Tunas Muda Kindergarten has five classrooms, a multipurpose room, a mini zoo, and two parks. The lounge area was made continuous to form a corridor with a translucent roof to let in light.

From the outside, the front facade exudes simplicity with a circular entrance area adorned with a fresh coat of white paint. The remaining walls, adorned with plants, are part of the existing property that we have chosen to maintain. This design approach allows the historic building to be repurposed with minimal changes, preserving its unique character. However, the true beauty of this building lies within, with many surprises awaiting discovery. This project is significant for our client to commemorate a historic building through a new function filled with children’s laughter.

@tunasmudaschool @realricharchitectureworkshop

Team: Realrich, Agustin, Timbul, Riyan, Melisa, Gaby, Haykal (more credit in bio)

Photograph by @_yophrm and @luil_mn

#tunasmudakindergarten #RAWfinished #realricharchitectureworkshop #school #architecture #details #architectureproject #meruya #jakarta #indonesia

Kategori
blog lecture

DATUM + PLUS, Kuala Lumpur

Ar Realrich Sjarief from RAW DOT OMAH is set to present alongside Ho Chin Keng, Fadzlan Rizan Johani, and Shin Tseng at DATUM+ Plus, KLAF 2024. This event will occur at the Plenary Theatre (Level 3) of the Kuala Lumpur Convention Centre on 4th July 2024.

Realrich’s presentation will be based into the alignment of the studio’s design approach allign to critical craftmanship, the making of architecture’s guild, and the relation of using common – uncommon material such as waste, bamboo, wood, plastic alongside with concrete, steel, alumunium making symphony of collages.

The studio explore diverse variables, engage discussions with clients, engineers, and local craftsmen, thinking about architecture theory and implementations, or intuitively bringing our imaginations to reality and answering our clients’ needs with good spirit.

Datum @klaf_my is an exciting platform to share what we are doing in the studio. Hopefully, this event will catalyze fruitful collaborations and cultivate shared insights within friends and bro-sisterhoods in the global architectural community.

Kategori
projects

Project 01 – Alfa Omega

Alpha Omega school is an educational building with the spirit of locality. Located on Tangerang city, it sat on 11700 sqm area with the prior condition of the swamp and paddy field. The design responded to this unstable soil condition by raising structure to 2.1 m high above the ground. The site itself was chosen as part of the design scheme, —corresponding to its natural surroundings, in order to give children a sense of closeness to nature, thus invoking outdoor-learning experience.
(The building integrates 4 modular buildings, with an efficient access point in one central courtyard, due to limitation of local land zoning of what can be built and what can not be built.)

photography by Eric Dinardi

The solution to answer the brief of the project is to create an optimum collaboration, or bridge relationship in the economic and creative process of construction in two important levels of masonry steel and bamboo construction which can enrich the economic impact of the surrounding.
Steel structure, not only for its ability to hold structural load effectively but is also chosen for its construction speed and vigorous durability. The whole building based on this framework, from foundation to roof component. Steel in its variation from thickness to treatments, opening chances in versatile details of the design. While bamboo, on the other hand, is a flexible matter that requires little maintenance in long-range which always available in that area. This availability also related to brick and concretes in that area. The structure is combined with bamboo for the roof to create a parabolic shape which enhances the character of Nipah which can be tilted or bent while keeping the cost constraint on budget. The brick is stacked in solid void pattern to allow cross air circulation in the facade. Meanwhile the polished bare concrete is used as floor finishes as its durability for a daily school activity.

Another target of the project is to create a collaborative bonding within people and its buildings. Initiating a healthy social cycle with local involvement has proven to unlocked the collective creative process of the construction. This achieved by hiring diverse local craftsmen, rather than employing prime developers. This project completed by local stone masonry, to steel welder from the Salembaran area, and bamboo craftsmen from the Sumedang area. Each has its originality, without losing its ubiquitous understanding of school design.

The local craftsmanship is the answer of 3 problem, which is: 1. Optimum resource, 2. Time constraint, 3. Manpower. The material resources can be found within 5 km from the site to accelerate development while reducing the carbon footprint at the same time.

In 4 months range, the craftsman is categorized into two types:

(1) Light structure, which is concentrated on the roof. Constructed by a triangular light steel frame per 600 mm, man-powered by 40 Sumedang craftsman. Its low-cost material had reduced 30 % initial budget, using bamboo and Nipah entirely.


(2) The heavy structure is built for modular classrooms by Salembaran craftsman constructing masonry and steel framework. By the first 2 months, light structure craftsmen had constructed dock, followed by roof and ceiling details. In followed 4 months they joined in heavy structure part. The school is built in 4 months’ time.

atap sekolah alfa omega di Telok Naga, model pertama menggunakan struktur bambu. Model kedua menggunakan struktur besi. Kedua model tersebut menggunakan curva parabloid untuk konstruksi bubungan atap.

The school designed as a passive cooling building, which relied heavily on natural cross air ventilation in its construction. The open-high ceiling designed as an airing pathway, followed by porous solid-void brick on each side of the classroom’s wall. This way, interior airflow is circulated optimally without the necessity to use the air conditioner. For heat problem, the structure on top of the corridor is cantilevered by 2000 mm to create natural sunshade while providing protection from heavy rainfall. Nipah’s roof, brick’s solid void facade, bamboo’s ceiling, and concrete’s floor finishes provide low thermal conductivity materials that allow the building to cool down in an average whole year, interior temperature to 27-celsius degree. it the opening in the building designed for 100 percent daylight until afternoon, and 100 percent LED in the night time.

Kategori
projects

Project 02 – The Guild

Located at the corner of the Street at Villa Meruya residential precinct, The guild shows its introvert side with the solid and high border wall, the solid fence without a gap to peek. As if to withdraw from the noisy Jakarta city and build its own sanctuary, the guild is solid from the outside but open on the inside. The Building consists of one residence, living room, studio a place to work for Realrich Architecture Workshop, Omah Library, one open courtyard, and a kitchen. The entrance is introduced by concrete, steel, glass, and polycarbonate sheet. The access from public and private is separated by an open-air corridor. The access to the House and the Studio are separated by 2 x 2 m foyer.

photography by Eric Dinardi

The bedroom is located on the 1st floor while the other program is located on the ground floor. The circulation is interlocked to give easy access for the owner to access the studio below. Living room and also the dining room with a total area of 35 sqm located on the ground floor, while the more private family rooms are located on the first floor and limited by the void of stairs to separate family area and the studio.

Hot west-east tropical sunlight is blocked by placing a solid wall and bathroom while the facade is open to the north-south orientation. Several pyramids shaped form is also introduced to allow sunlight coming to the middle of the building and allowing fresh air circulation through the small gaps in between glass and concrete. The building system uses an automatic watering system that applies zero greywater runoff and zero stormwater runoff. It means the whole water is collected to the retention basin with 8 m3 capacity and 2.75 x 3 m of catchment basin with 1,5 m of depth that also contributes the catchment to the neighbor.

photography by Eric Dinardi

The studio consists of 6 x 6 m square shapes, a small void. The small void has a tapered skylight made of concrete with several small gaps to provide light and air circulation. The library named Omah which is open at the weekend has a size of 3,4 x 12,3 m. It is sunken at perimeter area, half below the height of 0:00 meters considering public access and the needs that require a condition to keep books from the sun and constant temperature with the minimum possible to use the air conditioner. At the heart of the house is a courtyard with a fish pond with a background of the 3.5 m radius circle window with 3.50 m looking through the family room. The Guild is one example of a project which exercises the modification of form and program with interlocked circulation in the tropical climate of Jakarta, Indonesia.

Kategori
projects

Project 03 – Guha

Guha is a combination of new and renovation projects based on previously “The Guild” located in Taman Villa Meruya. The Project consists of Omah Library, Dental Clinic, residence, and Realrich Sjarief’s studio named Guha Bambu, The studio is Realrich Architecture Workshop (well known by name of RAW Architecture). The renovation section is consisted of adding sequences for adding elaborated programs for Omah Library such as more storage for bookshelves, bookstore, and gallery. The circulation is designed to separate the public and private which is solved by separating the access at the entrance. The new project, named Guha Bambu is on the east side. This building stands in the lot of 7.5 x 26 m size consisted of new 3 levels Bamboo structure, 2 levels of the basement. The technique to build the structure is elaborated from the experimental school of the Alfa Omega project. The technique separates the steel plane truss structure as a roof and bamboo structure to hold the 3-floor plate under the steel structure roof.

Construction of Guha is elaborated into 9 materials, to sum up, craftmanship experimentation in Realrich Architecture Workshop such as steel, wood, glass, metal, gypsum, bamboo, plastic, stone, and concrete. The layout is flexible, and open while some of the rooms are opened by a minimum of 2 doors allowing further scenarios while the program can be changed. The idea is basically addressing the tropical climate to open north-south and close the facade on the west side. The Facade is basically basic material, concrete, vertical louver by steel and bamboo. The program it self challenge the typical housing in Indonesia to be mixed with more micro business programs such as education, even coffee shop in the future by maintaining the privacy and opening itself to the public. The construction is done by generations of craftsmen from west java which integrate some traditional fish mouth joint in bamboo construction and more modern construction methods such as steel and construction.

Kategori
projects

Project 04 – Guha Bambu

Guha is an combination of new and renovation project based on previously “The Guild” located in Taman Villa Meruya. The Project consist of Omah Library, Dental Clinic, residence and Realrich Sjarief’s studio named Guha Bambu, The studio is Realrich Architecture Workshop (well known by name of RAW Architecture).

The renovation section is consisted on adding sequence for adding elaborated programs for Omah Library such as  more storage for book shelves, bookstore and gallery. The circulation is designed to separate the public and private which is solved by separating the access at the entrance.

The new project, named Guha Bambu is at the east side. This building stands in the lot of 7.5 x 26 m size consisted new 3 storey Bamboo structure, 2 storey of basement. The technique to build the structure is elaborated from experimental school of alfa omega project. The technique separates the steel plane truss structure  as a roof and bamboo structure to hold the 3 floor plate under steel structure roof.

Construction of Guha is elaborated into 9 materials to sum up craftsmanship experimentation in Realrich Architecture Workshop such as : steel, wood, glass, metal, gypsum, bamboo, plastic, stone and concrete. The layout is flexible, and open while some of the rooms is opened by minimum 2 doors allowing the further scenario while the program can be changed. The idea is basically addressing the tropical climate to open north south and close the facade at west side

The Facade is basically basic material, concrete, vertical louver by steel and bamboo.  The program it self challenge the typical housing in Indonesia to be mixed with more micro business programs such as education, even coffee shop in the future by maintaining privacy and opening itself to the public. The construction is done by generations of craftsmen from west java which integrate some of traditional fish mouth joint in bamboo constructions and more modern construction method such as steel and construction.

Kategori
projects

Project 05 – Piyandeling Artisan Residence and Workshop

Piyandeling is a new project consisting of The Residence and Artisan Workshop The concept is elaborated from the previously Realrich Architecture Workshop (well known by RAW Architecture)’s “Guha” project. Piyandeling is located in a tranquil area of Mekarwangi Village, North Bandung. 

Piyandeling adalah proyek baru yang terdiri dari residensi dan bengkel untuk berkreasi. Konsep ini dielaborasi dari proyek “Guha”. Piyandeling terletak di daerah yang tenang di Desa Mekarwangi, Bandung Utara.

Piyandeling is a new project consisting of The Residence and Artisan Workshop The concept is elaborated from the previously Realrich Architecture Workshop (well known by RAW Architecture)’s “Guha” project. Piyandeling is located in a tranquil area of Mekarwangi Village, North Bandung. 

The Residence consists of a three-storey house with a grid 3.0 x 3.0 m  for 1 family consists of 2 kid bedrooms, 1 master bedroom, and shared bathrooms. The building envelope is openable which is constructed with recycled 300 x 600 mm plastic panels to cover and protect the inner bamboo structure. The plastic panel is recycled from 99 percent Sumarah Pavilion, that is why the residence is named Sumarah.

Daerah residensi, terdiri dari rumah tiga lantai dengan grid 3,0 x 3,0 m untuk 1 keluarga terdiri dari 2 kamar tidur anak, 1 kamar tidur utama, dan kamar mandi bersama. Selubung bangunan dapat dibuka yang dibangun dengan panel plastik 300 x 600 mm daur ulang untuk menutupi dan melindungi struktur bambu bagian dalam. Panel plastik tersebut didaur ulang dari 99 persen Paviliun Sumarah, itulah sebabnya tempat tinggal tersebut diberi nama Sumarah.





The Residence consists of a three-storey house with a grid 3.0 x 3.0 m  for 1 family consists of 2 kid bedrooms, 1 master bedroom, and shared bathrooms. The building envelope is openable which is constructed with recycled 300 x 600 mm plastic panels to cover and protect the inner bamboo structure.

The envelope forms an 800 mm service corridor with double cross air ventilation and double wall insulations to the core living space of the building. This forms an adaptation of traditional and more industrial approaches mixing traditional joineries and glued joinery of bamboo. The technique is elaborated from Guha Bambu and Alfa Omega Project. which allows the experimentation of 3 storey of the bamboo structure by the diagonal bamboo structure of the floor plate construction.

Selubung tersebut membentuk koridor layanan 800 mm dengan ventilasi udara silang ganda dan insulasi dinding ganda ke ruang inti bangunan. Ini membentuk adaptasi dari pendekatan tradisional dan lebih industri yang mencampurkan sambungan tradisional dan sambungan bambu yang direkatkan. Teknik tersebut diuraikan dari Proyek Guha Bambu dan Alfa Omega. yang memungkinkan percobaan struktur bambu 3 lantai dengan struktur bambu diagonal pada konstruksi pelat lantai.

The envelope forms an 800 mm service corridor with double cross air ventilation and double wall insulations to the core living space of the building.
This forms an adaptation of traditional and more industrial approaches mixing traditional joineries and glued joinery of bamboo.

Construction of Piyandeling is designed as an exercise using 3 types of main material such as recycled plastic, a local type of sympodial bamboo, and local stone for the foundation. The composition started as an exploration on how bamboo craftsmanship integrated with modular rectangular space to create such integrated craft carving bamboo composition from the ceiling, floor, column, door handle, lock, and finishing details handcrafted in site creating art and craft composition in the whole integrated space.

Konstruksi Piyandeling dirancang sebagai latihan dengan menggunakan 3 jenis bahan utama yaitu plastik daur ulang, bambu simpodial jenis lokal, dan batu lokal untuk pondasi. Komposisi tersebut dimulai sebagai eksplorasi bagaimana pengerjaan bambu terintegrasi dengan ruang modular persegi panjang untuk menciptakan komposisi bambu ukir yang terintegrasi dari langit-langit, lantai, kolom, pegangan pintu, kunci, dan detail finishing buatan tangan di lokasi menciptakan komposisi seni dan kerajinan secara keseluruhan. ruang terintegrasi.

Construction of Piyandeling is designed as an exercise using 3 types of main material such as recycled plastic, a local type of sympodial bamboo, and local stone for the foundation. The composition started as an exploration on how bamboo craftsmanship integrated with modular rectangular space to create such integrated craft carving bamboo composition from the ceiling, floor, column, door handle, lock, and finishing details handcrafted in site creating art and craft composition in the whole integrated space.

Piyandeling is an example of bricolage architecture. It is an understanding that to design and build something out of the land, the project needs to find the roots of Local Genius by understanding the adaptation of local craftsmanship and local material available on specific sites.

Piyandeling adalah salah satu contoh arsitektur bricolage. Dimana Bricolage merupakan pemahaman bahwa untuk merancang dan membangun sesuatu dari tanah, proyek perlu menemukan akar dari Local Genius dengan memahami adaptasi keahlian lokal dan materi lokal yang tersedia di lokasi tertentu.

Kategori
projects

Project 06 – Piyandeling (Kujang)

Kujang is another building from the whole of Piyandeling complex. This building is a two-floored building with a large open hall that is used for workshops or meetings.

Imagine-Bacteria

Upholding local vernacularity, Kujang is stretched out with its materials that consist of natural fiber or bamboo for its main structure and daun nipah as the coverage of its roof. The roof is shaped the familiar triangle as an expression of Indonesian vernacular architecture that creates a silhouette of a mountain.

Imagine-Bacteria
Imagine-Bacteria

The bamboos are transformed into balustrades with unique and aesthetic geometry. Not only does it appeal to the eyes, the geometry is also designed such that it will add the overall strength and rigidity of Kujang’s structure.

Imagine-Bacteria
Imagine-Bacteria
Imagine-Bacteria

The programming of the building requires the surface of its building to contact the earth as minimally as possible. As a solution, Kujang is also designed with a floating structure underneath. This solution also acts as a response to the environment of the site that faces struggle in gathering clean water caused by water pipes that are not accommodating enough. With its floating structure, waters are ensured to follow directions to the land.

Kategori
projects

Project 07 – Piyandeling (Sederhana)

Project Description

Sederhana is another building from the whole of Piyandeling complex. This building is a one-floored building, just like its name, which is more simplistic than Sumarah and Kujang.

Imaginr-Bacteria

The building is constructed with stone as a podium. Still using bamboo as its main materials, bamboo is used to construct its roofs. The method to make its roof is called Talahap which is a traditional bamboo construction made from layering it on top of each other. The bamboo would then be layered with a waterproof membrane and nipah.

Imaginr-Bacteria
Imagine-Bacteria

Kategori
blog projects

Project 08 – Lumintu

Project Description

Lumintu House is located in the residential area of Pantai Indah Kapuk 1 (PIK 1), North Jakarta. The building is constructed on a landfill site near the beach, where daytime temperatures can reach 35 – 40 degrees Celsius.

Positioned in a corner, the house strategically places its main door diagonally, giving the impression of two front facades, with a steel lattice extending from above and gently curving outward, offering additional shade to the porch. Credit: Aryo Phramudhito

Rumah Lumintu terletak di kawasan perumahan Pantai Indah Kapuk 1 (PIK 1), Jakarta Utara. Bangunan ini dibangun di atas area landfill yang dekat dengan pantai, di mana suhu siang hari bisa mencapai 35 – 40 derajat Celsius.

To address these challenges, the design strategy focused on using steel lattice to protect the building from direct sunlight. Steel was chosen for its strong durability, low maintenance, and ease of construction. The concept of “Lumintu,” meaning sustainability and flow, is reflected in the design of the steel lattice arranged like branches extending outward to form a canopy, creating an atmosphere akin to sitting under a tree. This canopy not only enhances the comfort of the residents but also protects the surrounding plants.

This canopy also provides comfort for the surrounding plants, protecting them from excessive sunlight. It forms a gentle and continuous transition, reflecting the philosophy of “Lumintu.”
Credit: KIE

Untuk mengatasi tantangan tersebut, strategi desain difokuskan pada penggunaan kisi-kisi baja untuk melindungi bangunan dari sinar matahari langsung. Baja dipilih karena daya tahan materialnya yang baik, perawatan yang rendah, dan kemudahan dalam proses konstruksi. Konsep “Lumintu” yang mengartikan keberlanjutan dan aliran, tercermin dalam desain kisi-kisi baja yang disusun menyerupai cabang-cabang pohon yang menjulur ke luar membentuk kanopi, menciptakan suasana seperti berada di bawah pohon. Selain meningkatkan kenyamanan penghuni, kanopi ini juga melindungi tanaman di sekitarnya.

Local craftsmen employed traditional techniques, bending each steel component individually to ensure quality and imbue the building with a distinctive touch. The meticulous attention to detail in shaping each component reflects the craftsmen’s skill in blending modern construction with traditional techniques, thereby enhancing the overall value and character of Lumintu House.

Para tukang-tukang lokal menerapkan teknik tradisional, membengkokkan setiap bagian baja satu per satu, untuk memastikan kualitas dan memberikan sentuhan khas pada bangunan ini. Kecermatan terhadap detail dalam membentuk setiap komponen ini mencerminkan keterampilan para tukang dalam memadukan konstruksi modern dengan konstruksi tradisional yang juga meningkatkan value dan karakter dari Rumah Lumintu secara keseluruhan.

Spatially, the arrangement of the family room in Lumintu House adopts an open-plan concept that integrates outdoor and indoor spaces. This large family room is connected to a pool to maintain the building’s temperature and provide views from the central area of the house, creating a seamless spatial experience while maximizing air circulation. This spacious family area also reflects Indonesian family culture, where gatherings with extended family are common. This cultural consideration influenced the decision to place a spacious, column-free main space on the ground floor.

Continuity in design is evident throughout the interior, with curved walls seamlessly integrated. The family room, located opposite the kitchen island, basks in natural light streaming through a large opening, blurring the boundaries between indoor and outdoor spaces.
Credit: KIE

Secara spasial, penataan ruang keluarga di Rumah Lumintu mengadopsi konsep open-plan yang memadukan ruang outdoor dan indoor. Ruang keluarga ini terintegrasi dengan kolam untuk tetap menjaga suhu bangunan dan memberikan pemandangan dari area tengah rumah, menciptakan pengalaman ruang tanpa batas sekaligus memaksimalkan sirkulasi udara. Ruang keluarga yang luas ini juga merupakan cerminan dari budaya keluarga Indonesia, dimana berkumpul dengan keluarga besar adalah hal yang umum. Hal ini juga menjadi pertimbangan utama bagi klien, yang mempengaruhi keputusan untuk menempatkan ruang utama yang luas dan bebas kolom di lantai dasar.

The house also features high ceilings that naturally cool the interior, even without air conditioning. Skylights are strategically installed for optimal natural lighting, and ventilation holes lined with wire mesh allow fresh air into the house while keeping insects out, particularly at night. Service areas in the house are consolidated into one corridor to optimize space efficiency. Lumintu House also includes a roof garden to assist with heat insulation and provides a space for family relaxation while enjoying nighttime views. From the rooftop, residents can also enjoy views of the nearby sea.

Rumah ini juga dilengkapi langit-langit tinggi yang secara alami menyejukkan, meski tanpa AC. Skylight dipasang secara strategis untuk memberikan pencahayaan yang optimal, dan terdapat juga lubang ventilasi yang dilapisi kawat untuk memungkinkan udara segar masuk ke dalam rumah sekaligus mencegah masuknya serangga, terutama di malam hari. Di rumah ini, area layanan dikonsolidasikan menjadi satu koridor untuk mengoptimalkan efisiensi ruang. Rumah Lumintu juga memiliki roof garden untuk membantu dalam insulasi panas, serta memberikan ruang bersantai bersama keluarga sambil menikmati pemandangan saat malam hari. Dari rooftop ini, penghuni juga bisa menikmati pemandangan laut yang terletak tak jauh dari lokasi.

Lumintu House is an example of a project that embraces diverse craftsmanship techniques, empowering local craftsmen without relying on expensive factory production. The collaboration between craftsmen, architects, and structural consultants, along with active client involvement during the design process, enriches its architecture and reflects a deep connection with its surrounding environment.

Rumah Lumintu adalah contoh proyek yang mencakup keberagaman teknik ketukangan, dengan memberdayakan pengrajin lokal tanpa memerlukan produksi yang mahal dari pabrik. Kolaborasi antara tukang, arsitek, dan konsultan struktur, serta keterlibatan aktif klien selama proses desain, memperkaya arsitekturnya dan mencerminkan hubungan mendalam dengan lingkungan sekitarnya.

Project Credit :

Completion Year: 2022
Gross Built Area (m2/ ft2): 898.63 sqm
Project Location: North Jakarta, Indonesia

Lead Architect : Realrich Sjarief

Design Team : Alim Hanafi, Joana Agustin
Support Team : Rico Yohanes, Aqidon Noor Khafid, Sharfina Nur Dini, Sofiana Estiningtya, Pandu Nazarussadi
Prefinishing Design Team: Erick, Septrio Effendi, Miftahuddin Nur Hidayat, Kanigara Ubazti Putra, Fadiah Nurannisa, Tirta Budiman, Larasati Ramadhina

Photographer | Photo Credits: Aryo Phramudhito, KIE Arch

Senang sekali dan bersyukur atas kesempatan terlibat dalam salah satu proyek paling menantang di RAW Architecture. Dalam proyek ini, saya menikmati setiap prosesnya dan banyak belajar dari berbagai aspek. Saya terlibat aktif dalam diskusi yang hampir berlangsung setiap hari, baik dengan klien maupun dengan tim di lapangan. Tantangan yang dihadapi tidak hanya terkait dengan penyelesaian masalah teknis dalam desain-desain eksperimental, tetapi juga bagaimana menyinergikan berbagai pemikiran dari kepala-kepala tim di lapangan untuk mencapai tujuan bersama yang telah diamanatkan oleh klien.

Penyelesaian masalah desain dan konstruksi dengan anggaran yang seefisien mungkin memaksa kami untuk berpikir dan bertindak secara kreatif. Selain itu, pengelolaan data dan informasi yang terus mengalir dan berkembang setiap waktu menjadi tantangan tersendiri. Kami dituntut untuk mensinkronkan data lapangan, gambar, serta pemikiran secara efektif, mengingat keterbatasan waktu dan energi. Dari pengalaman ini, saya mendapatkan banyak pembelajaran berharga yang memperkaya kemampuan saya dalam menghadapi situasi kompleks di lapangan.

Alim Hanafi

Saya sangat senang dan bangga atas prestasi yang sudah dicapai RAW sampai saat ini. Semoga seterus RAW makin mengibarkan nama baiknya dan semakin besar. Sukses terus RAW dan team. Saya selaku alumni berterima kasih atas kesempatan yang pernah diberikan RAW pada saya. Ini kabar yang sangat menyenangkan. Lumintu house akhirnya selesai dengan apik!

Fadiah Nurannisa

Tadi habis liat juga di designboom nya jadi flashback keinget gimana dulu eksplorasi yang dilakuin sama temen2 RAW dan gimana elaborasi nya ke tim lapangan (dulu sama pak Endang dkk), senang liat dokumentasi akhirnya keliatan fulfilling dari semua effort yang dilakuin. Sukses selalu juga buat kak Rich dan temen2 RAW ya, looking forward to be back visiting guha 😁

Tirta Budiman

Cerita2 waktu proses designnya waktu itu sebenernya sempat ganti2 yg ngerjain. Gw inget d akhir2 kerja d RAW itu megang banyak lebih bagian konstruksinya. Gw itu terakhir megang waktu konstruksi sampe mulai nge cor lantai 2 kalo gak salah,

Ngerjain project rumah itu excited bgt sih karena rumah itu untuk dr luasan besar, lalu segi struktur juga lumayan advance dan waktu itu banyak belajar interdisiplin.

Salah satu pengalaman berharga itu adalah tetangga lahan kita sesuatu hahaha. Jd kita banyak juga ngehadapin masalah non technical ya dikonstruksi.

Tp kita jadi belajar juga design dan kegiatan konstruksi kita itu bakal berpengaruh ke tetangga di sebelah, jadi perlu d pikirin juga. Kalo masalah desain sih rumah ini jadinya lumayan jauh sih dr desain awal. Tapi facadenya jadi lebih bagus dari sebelumnya. Sama dulu sering ada monyet datang ke lahan haha. Gak tau monyet darimana.

Miftahuddin Nurdayat

Lumintu adalah proyek ke-3 yang saya alami dalam pekerjaan saya di studio RAW. Saat itu saya Bersama dengan kolega, sekaligus senior saya saat itu yakni Icha mencoba membuat tracing lengkungan kolam renang dimana sebelum di lakukan pengecoran sangat diperlukan untuk menjaga bentukan yang presisi. Dan ada beberapa pekerjaan juga yang terlibat didalamnya seperti pembuatan canopy rooftop, pembuatan kolam ikan rooftop dan lain-lain. Walaupun tidak terlalu lama ikut dalam proyek Lumintu ini, tapi menurut saya proyek ini sangat berkesan untuk saya.

Menurut saya ini adalah salah satu proyek yang sangat ekploratif yang pernah dilakukan oleh Kak Rich. Jendela yang memiliki bentuk seperti lengkungan yang tidak biasa, seperti lengkungan yang dibuat dari tali yang ditarik menyerupai bentuk parabolic atau biasa disebut catenary. Bentuk pintu yang terlihat rata dan kotak dari tampak depan, namun ternyata pintu tersebut tidaklah rata tapi berbentuk lengkungan, karena mengikutin sudut bangunan. Dan yang lebih menakjubkan menurut saya adalah saluran lubang-lubang Udara yang diciptakan melalui vent cap karena merespon iklim Jakarta utara yang lebih lembab dan sangat panas.

Saya sangat bersyukur bisa mengikuti sedikit dari proses pembanungnan rumah ini. Rumah ini sangat berkesan buat saya, dan jika diperbolehkan saya pasti akan studi Kembali rumah yang didesain kak rich ini, karena begitu unik dan menarik untuk dijadikan inspirasi. Semoga rumah dengan tingkat kesulitan yang amat rumit ini terus dapat menjadi pembelajaran bagi saya sebagai desainer muda untuk belajar berexplorasi dengan dasar mewujudkan impian klien yang dilakukan oleh Kak Rich. Sukses terus untuk Kak Rich dan studio RAW, karya-karya luar biasanya akan selalu ditunggu.

Rico Yohanes

Kategori
blog projects

Project 09 – Guha Boboto

Located in West Jakarta, Guha Boboto was initially constructed in the 1990s using a simple plywood structure—a cheap and easy-to-find material in the area. With its simplicity, this house continues evolving with a series of renovations. The first renovation was carried out using plywood, which the craftsmen glued together into glulam. In its latest renovation, the existing structure was reused and reinforced with light steel and local glulam wood to reduce costs.

Terletak di Jakarta Barat, Guha Boboto dibangun tahun 1990-an dengan strukur sederhana berbahan tripleks—material yang murah & mudah ditemukan di daerah tersebut. Dengan kesederhanannya, rumah ini terus mengalami evolusi dengan serangkaian renovasi. Renovasi pertama dilakukan dengan memanfaatkan tripleks yang direkatkan oleh para tukang menjadi glulam. Pada renovasi terkini, struktur yang ada dimanfaatkan kembali, ditambah dengan baja ringan & kayu glulam lokal sebagai perkuatan untuk mengurangi biaya.

Various waste materials, such as roof coverings, steel bars, bricks, aluminum, and glass, were creatively repurposed. Craftsmen skillfully turned cheap bricks into luxurious works of art that enhance airflow and privacy. They also created a ceiling design by recycling plywood. This recycling process was not easy, but it succeeded in emphasizing the craftsmen’s attention to creativity, detail, and sustainability in renovating this house.

Berbagai material sisa, seperti penutup atap, batangan baja, batu bata, aluminium, dan kaca juga digunakan kembali. Para tukang berproses mengubah batu bata yang murah menjadi karya seni yang terlihat mewah, yang juga membantu sirkulasi udara dan menjaga privasi. Para tukang-tukang ini juga membuat kreasi plafon dari hasil daur ulang tripleks bekas. Proses daur ulang ini tidaklah mudah, tetapi berhasil mempertegas adanya perhatian tukang terhadap kreativitas, detail, dan keberlanjutan dalam proses renovasi rumah ini.

Guha Boboto now hosts diverse programs, creating a dynamic environment that integrates various functions on different scales. Doors connect the residence to an employee dormitory which is separated by a hallway leading to the library. Library also functions as a bookstore and community activity center. There are also stalls that families of Guha Boboto residents have managed since the 1990s, which stand as a form of strengthening local micro-businesses and surrounding communities.

Guha Boboto kini mengintegrasikan beragam program, menciptakan ruang dinamis di mana berbagai skala fungsi dapat bersatu. Pintu-pintu menghubungkan hunian dengan asrama karyawan yang dipisahkan oleh sebuah lorong menuju perpustakaan. Perpustakaan juga berfungsi sebagai toko buku dan pusat kegiatan komunitas. Terdapat pula warung yang telah dikelola oleh keluarga penghuni Bobotoh sejak tahun 1990-an sebagai bentuk perkuatan bisnis mikro lokal & komunitas masyarakat sekitar.

Guha Boboto has become a place where a mixture of various needs and interests converge, showing that architecture can be flexible. By maintaining privacy, thermal comfort, and spatial functionality, all elements combine harmoniously in Guha Boboto.

Guha Boboto telah menjadi tempat bertemunya berbagai kebutuhan dan kepentingan, menunjukkan bahwa ada fleksibilitas dalam sebuah karya arsitektur. Dengan menjaga privasi, kenyamanan termal, dan fungsionalitas spasial, seluruh elemen tersebut berpadu harmonis di Guha Boboto.

Kategori
projects

Project 10 – Realrich Architecture Workshop First Office

Situated in the increasingly crowded gated community at West Jakarta, Indonesia, the 110 sqm design Realrich architecture Workshop first office “RAW architecture” occupies a 150 sqm in 375 sqm plot of land and built at the periphery and inside main house’s garage. Reflected by its well-known name, RAW architecture office, the finishes are bare and using natural material. Size-wise it is extremely efficient, and relatively small, but its dotted exposed plywood facade combined with exposed concrete, the black painted wall gives it a distinctive look yet privacy from outside the gated neighborhood.

The office is divided by 2 main structure located at the garden and the garage of the existing house. The first structure is meeting space made by plywood structure located outdoor The office has one meeting room dedicated to the OMAH library, which is made by plywood which housed all of the architecture books, OMAH is a community-based library and sometimes is used for hosting architecture talks and discussion. OMAH is made by plywood forming an arch as its geometry, This 2.4 m wide span arch pavilion is made entirely from prefabricated plywood. The fabricated system is designed to be built within 2 weeks accommodating efficiency, affordability, movability as a temporary structure. You can see OMAH’s program in here http://www.omah-library.com

the second structure is working space located at the garage of the main existing house. The office space is designed based on efficiency to create intimate feeling for designers working on intense architecture projects. The working space has no receiving area, no permanent wall. A simple foyer and a big opening with generous footwear storage- guests are to take off and store theirs there before entering-precede the lounging area. After the entrance, the separation between technical and designer also takes some importance its final layout is the result of few adjustments based on the designer and technical’s domestic habits. The only enclosed space in the first story is administration room study, which doubles as a office storage. The second story mezzanine area is more private spaces to store vast material library, and some drinks for chill out time.

Realrich Architecture Workshop has been arranging summer architecture fellowship program which invites 50 people per year in South East Asia to be trainee, learning skill of programming, designing space, and more is to understand the local craftsmanship available developed in the office.

The studio shows example of small home office in Jakarta tries to explore design in its space situated in very limited space in Jakarta.

Realrich Architecture Workshop is like a Roseto that believe on the workshop between the craftsmen and designer for having the best solution in the design, I want to create Roseto that is intimate, fun and breaking the boundary to create innovation as much as we can.” Realrich Sjarief

Kategori
projects

Project 11 – Bare Minimalist

Situated in the increasingly crowded West Jakarta area, the 159 sqm house occupies a 196 sqm plot of land. Reflected by its name, Bare Minimalist. Size-wise it is inconspicuous, but its exposed concrete façade gives it a distinctive look. The architecture of Bare Minimalist blocked the heat by completely walling off the west side of the house while opening the rest to let air and light in. The house has no receiving area, no wall, and no living room. In their stead is a spacious lounge. ” After the lounge, the kitchen also takes some importance its final layout is the result of a few adjustments based on the owner’s domestic habits. The only enclosed space in the first story is Client’s study, which doubles as a home theater. A simple foyer and a light well with generous footwear storage- guests are to take off and store theirs there before entering-precede the lounging area.

The second story houses private spaces. At the end of the corridor is a 5 x 6 sqm master bedroom equipped with en suite bathroom and a walk-in closet. An outdoor showering area is attached to the bathroom, while the door connecting its indoor and outdoor area is made of clear glass. An additional bedroom, bathroom, and a multi-function room linked by a corridor leading to an open space beside the void leading o the stairwell and staircase, a pretty bow to knot the horizontal and vertical circulations together.

The project installed a drinkable water tap in this open space. While pure, safe to drink tap water is increasingly common in some countries, it is still a rare, exceptional facility in Indonesia, one that this project was determined to have in this home.

Client’s Brief

Speaking of my imagination (Charles Wiriawan’s imagination), this is a list of requirements I have for my house:


• Bare-minimalist, functional architecture

• Design done in Google SketchUp

• Open source, all access to design, budget files as well as material specifications

• Built on an area of about 200 square meter, bigger is better off course • 3 m ceiling height

• Public area as cozy as a lounge, bedroom as comfortable as commercial hotel

• Green, nature friendly (Maximum natural air flow, natural lighting) • Inexpensive

• Fast, straightforward to build

• Safe from burglars

• Secure (fireproof, flood-proof, quake-proof, child-proof)

• Highly energy efficient, partly powered by (solartiogas) renewable energy source

• Low-maintenance

• Potable tap water system with equalized water pressure

• Efficient waste management

• Bathrooms with urinals and high efficiency faucet, toilet with washlet system

• Walk-in closets with boutique-style clothes racks (See IKEA Stolmen system for reference)

• Modern full LED lighting

• Full HD video, 5.1 audio entertainment system

• Full wi-fi access


Finding a reliable architect who understand the concept of “green building” in Jakarta is not easy, and finding a contractor who’s willing to work for such a small project is another delicate issue. The big guys are outrageously expensive and slow, the small ones are generally fast but incompetent. Can I have such a house in Jakarta? I think so, but it will require a team of forward-looking people who are willing to constantly challenge the status quo, in architecture and property business that is.

I’m going to do this, and I’m calling it Project Open House. Stay tuned.

Credit
Clients : Charles Wiriawan + Irene Natalia

Lead Architect : Realrich Sjarief

Design Team : Anastasia Widyaningsih, Silvanus Prima, Bismo

General Contractor : Singgih Suryanto

Structural Design: Anwar Susanto

Hvac Design: John Budi

Project Management : Endang Syamsuddin

Photograph : Andhang Trihamdhani, Eric Dinardi

Kategori
projects

Project 12 – Dancer House

Located in The Green Precinct, Bumi Serpong Damai, Tangerang, Dancer House (well known by Kampono House) sited on the corner of the complex facing west and south. Its total area is 319 sqm, and having land shaped round. The design use this existing situation to emphasize the land potential of scenery and continuous attributes by juxtapositioning axial line and curvature lines, both in the interior and exterior part. The concept is elaborated from the previous Realrich Architecture Workshop’s project such as the Wood Box project, the project is a new way of how intuition, iterations, and functions shape its form.

From outside, the house shows its extroverted while from inside, neatly put dwelling program kept family activities intact and still private. Land orientation influences the design process as an opportunity to maximize lighting reception and vistas. Double height window standing still an upfront side that facing Southwest, which shaded by 2 existing Albizia Chinensis trees. The design process changes in a flow/continuous manner into final shape following its ground and scenery, as to resemble a dancing house, which was inspired by Mrs. Adhisty’s profession as a dancer.

Entering the house, an open plan living room welcomed inhabitants and visitors. The ground floor ceiling is extended to maximize its spaciousness by a height of 4 meters. On top of the living room, the airflow mechanism consists of air stacking effect, -a lightwell, with a size of 180×180 cm and periphery opening as cross air circulation. The swimming pool is located on the second floor to guard user’s privacy, this position is achieved by raising the level of ground for about 2 m above, with land cut-and-fill method. Its positioned below curvature roof and having outmost scenery of the entire neighborhood.

The roof garden is placed at the rooftop to insulate the building from heat. This space also serves as a relaxing place for an immediate garden party. Below on the first floor, there is 3 bedroom beside central stair. Two-bedroom are designed in 18 sqm for children, adjoining to terrace from curvature component. The master bedroom has a bigger area of 30 sqm, with a walk-through closet for clothes and powder area, adjoining master study, and facing directly to the swimming pool.

Photography by Eric Dinardi

The dance floor is placed on the same floor between the master and kid’s rooms. This space also works as a second living room for the family. The service floor and the wet kitchen are located in the semi-basement floor, along with utilities as Genset and wáter pump.

The material used in the house consisted of local cream Tulungagung marble, solid Merbau wood, and steel pipe for handrailing. For handrailing, it is designed vertically placed each in 80 mm distance, put horizontally for kid’s safety. It used local ceramic for service floor and coated bare concrete for outdoor finishes.

Dancer House is one example of a project which exercises the modification of form and program with open plan circulation, in the tropical climate of Bumi Serpong Damai Tangerang, Indonesia.

Kategori
projects

Project 13 – National Gallery of Indonesia

We were awarded the first place in a competition for the National Gallery of Indonesia in Jakarta. Seeking to form a connection with the 2 heritage building, their proposal for a Gallery complex, entitled “Nature + Sky,” derives its form from the continuity from public and private spaces.

The heritage building, built during the Dutch-Indies government era, will be framed with a gallery with an expression of greeneries with museum underneath the landscape. The building frames the office tower as a background.

The lobby is located in the heritage building, making this building a hub for entrance and egress. A sky bridge connects the heritage building with the gallery building that frames it. The reception plaza is located at the western side of the Galeri Nasional Indonesia. An art plaza concept will be built along the east-west axis, and art stores will be located at the bridge where the axis the north-south and east-west met.

The project is divided into two components to demarcate public and private programming. First, In the lower level, gallery and retail space comprised of a permanent gallery, temporary gallery, art shops, a cafe, and meeting room are housed within a courtyard with a bridge to connect the heritage building and the new extension. Additional public interaction is encouraged through the inclusion of areas for hosting live workshops. Second, Above these functions, the private programming – consisting of operational office, library, and rooftop garden terraces is designed. The installation of these serves as an abstract nod to the region’s vernacular style of vertical wooden cladding.

In general, the building masses of the Galeri Nasional Indonesia complex respond to two main axes. The Monas axis and the Galeri Nasional heritage building which was connected to the Gambir train station. The Monas axis is realized through the construction of an underground tunnel. The front and rear side of the Galeri Nasional complex hold interconnected open plazas as a response to the Monas area (at the front) and the Ciliwung River (at the rear). The Galeri Nasional Indonesia depicts the simplicity of Indonesian architecture in harmony with nature where earth and sky merge.

Principal Architect : Realrich Sjarief

Team : Happy Marfianta (architect on the record), Apriani Sarashayu, Septrio Effendi, Tatyana Kusumo, Miftahuddin Nurdayat, Maria Vania, Muhammad Iqbal Zuchri, Christiandy Pradangga, Donald Aditya, dan Mukhamad Ilham.

SAYEMBARA PROYEK DESAIN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN BANGUNAN GALERI NASIONAL

INDONESIA Galeri Nasional Indonesia (GNI) merupakan salah satu lembaga kebudayaan berupa museum khusus dan pusat kegiatan seni rupa, sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang bertugas melaksanakan pengkajian, pengumpulan, registrasi, perawatan, pengamanan, penyajian dan pameran karya seni rupa. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Galeri Nasional Indonesia menyelenggarakan fungsi pelaksanaan pengkajian, pengumpulan dan registrasi, perawatan dan pengamanan, penyajian dan pameran, kemitraan, layanan edukasi, pendokumentasian, publikasi, dan pelaksanaan urusan ketatausahaan Galeri Nasional Indonesia. Sejalan dengan perkembangan zaman, berdasarkan latar belakang perjalanan tersebut diatas dan mengantisipasi kondisi terkini guna menyelaraskan pencapaian visi tersebut, Galeri Nasional Indonesia membutuhkan masukan dari para stakeholder mengenai rencana pengembangan bangunan yang saat ini kebutuhannya dirasa mendesak seiring berkembangnya fungsi dan aktivitasnya sesuai visi dan misi Galeri Nasional Indonesia. Untuk itu diharapkan melalui kegiatan Sayembara Proyek Desain Arsitektur Pengembangan Bangunan Galeri Nasional Indonesia pada Kawasan Pengembangan Kebudayaan Nasional ini dapat membuka ruang partisipasi publik secara lebih luas dalam merencanakan konsep pengembangan Galeri Nasional Indonesia melalui gagasan dan karya arsitektural yang terbaik.

JUMLAH HADIAH : 465 JUTA RUPIAH JADWAL SAYEMBARA

17 Juli 2013 Pengumuman 17 Juli — 28 Ags 2013 Pendaftaran dan Pengunduhan Dokumen Sayembara 25 Juli 2013 Pemberian Penjelasan (aanwijzing) 28 Ags 2013 Batas pemasukan karya 31 Ags 2013 Penjurian 02 Sept 2013 Pengumuman Pemenang 17 Sept 2013 Penyerahan Hadiah Pemenang

Dewan Juri: 

DR.Ir. Ady R. Thahir,MA Pakar Sustainable  Development

Ir. Arya Abieta Pakar Konservasi

Ir. Baskoro Tedjo Arsitek Praktisi

Ir. Isandra Matin Wakil Galeri Nasional Indonesia

Sunaryo Budayawan

Hasil: Tiga (3) Pemenang Satu (1) Penerima Penghargaan Khusus Informasi lebih lanjut: http://www.sayembara-iai.org

Kategori
projects

Project 14 – Tresno

Located on the outskirts of Tangerang, Karawaci, one of the cities next to Jakarta, Tresno is the design of a simple tropical house in Jakarta. It’s simultaneously designed by the Geomancy principle creating 9 squares of the grid which forbids and allows some functions in the zoning such as the area of the north is for master bedroom and south for the kid’s bedroom. The squares consist of the 3.6 m x 3.6 grid in 9 square boxes with cantilevered space to allow pool, garden, and connection from ground floor to 1st floor flows from service level on the ground floor to living level on 1st floor and at the end to more private level on the 2nd-floor plan. The orientation of the sunlight is studied so the exposure is minimum from the west side facade by having a solid wall and minimum opening. the ground floor and 1st-floor functions to open to the garden. The landscape of “The Pucuk Merah trees” functions as barrier sunlight, and creating a microclimate in the periphery of the site providing microclimate.

At the center of the house, there is a skylight design based on the elaboration of the Tumpang Sari technique which was done in Guha. Basically it is a way to provide air stacking effect to cool the inside atrium space. The atrium connects bedrooms, kitchen, living room. Tumpang Sari is a form of traditional Architecture in Java, that the house is an act of prayer towards life for positive contribution, no pretension, life learning. In this case, the learning curve of understanding the basic needs of grids, modules, and atrium functions are key aspects.

The design uses craftsmen who polished the concrete from the previous projects such as The Guild project before with module 600 mm width x 1200 mm, length to avoid cracking between joints. The steel welder who comes from Subang, West Java combines the lightness of perforated metal and crafted to create a layer of shadow and privacy. The perforated steel is positioned as wall and floor plate in the indoor mezzanine level and outdoor balcony. An idea is a functional approach plus expression raw, rough, and honest material in combination with steel, concrete, and wood plus landscape and lighting and at the end in a combination of tradition.

Kategori
projects

Project 15 – Stupa

Project Description

Stupa is a house like a Castle inspired by Stupa or tapered traditional masonry temple of Indonesian architecture. This form has been exercised in the Guha project and Istakagrha (meaning bricks house), marking the continuation of the experimentation process in the studio. Stupa also means stupa home, a space for meditation, forming a temple or sanctuary for the family.

Stupa is a house like a Castle inspired by Stupa or tapered traditional masonry temple of Indonesian architecture. This form has been exercised in the Guha project and Istakagrha (meaning bricks house), marking the continuation of the experimentation process in the studio. Stupa also means stupa home, a space for meditation, forming a temple or sanctuary for the family.


The project is in the plot of land in Alam Sutera, Tangerang, a rural area of Jakarta that brings peculiarity to the surrounding existing generic neighborhood. The homeowner’s entry celebrates the lush landscape at the front because of the shade of the current Ketapang Kencana tree.

The project is in the plot of land in Alam Sutera, Tangerang, a rural area of Jakarta that brings peculiarity to the surrounding existing generic neighborhood. The homeowner’s entry celebrates the lush landscape at the front because of the shade of the current Ketapang Kencana tree.

Architecturally The entrances also bring micro-climate from the solid – translucent canopy in the entrance as a promenade walk from the foyer to the living area. The house forms a castle of skylights in the hot, humid Alam Sutera area, forming an oasis outside. The idea is to have lights and air circulation with tiny gaps at the top of the skylights while providing thermal insulation to the house.

The house forms a castle of skylights in the hot, humid Alam Sutera area, forming an oasis outside. The idea is to have lights and air circulation with tiny gaps at the top of the skylights while providing thermal insulation to the house.


The house consists of 3 types of skylights. One is six primary tapered 3.0 x 3.0 m skylights. The second is the serviced 2.0 m x 3.5 m skylights that light the service area, the third is the smaller 0.5 m x 1.25 m skylight that illuminates the toilet area.

In this house, every room has natural lights. The white bricks are stacked at the front to accommodate privacy framing blue color door and view to the backyard. The living room exposed big glass openings towards the gardens by doing that. The living room is double height providing spacious space that allows air stacking effect to the skylights at the house’s core.

In this house, every room has natural lights. The white bricks are stacked at the front to accommodate privacy framing blue color door and view to the backyard. The living room exposed big glass openings towards the gardens by doing that. The living room is double height providing spacious space that allows air stacking effect to the skylights at the house’s core.

The toilet adjacent to the bedroom and master bedrooms views the gardens and lights from tapered skylights. This house reminded us of the traditional Javanese home.

The toilet adjacent to the bedroom and master bedrooms views the gardens and lights from tapered skylights. This house reminded us of the traditional Javanese home.

Reconstruction of the concept started from Lawang Pintu, meaning vista door that greeted the visitor with open space and continued the passage to Pendopo, meaning the arrival building. The Pendopo is the most prominent structure in the house consisting living room. The attached back part is the serviced area and bedrooms area organized by the tapered skylights roof.

Reconstruction of the concept started from Lawang Pintu, meaning vista door that greeted the visitor with open space and continued the passage to Pendopo, meaning the arrival building. The Pendopo is the most prominent structure in the house consisting living room. The attached back part is the serviced area and bedrooms area organized by the tapered skylights roof.

The clients are simple people, the discussion in the project combined the grey plastered cement as a basis craftmanship to surface the house. As simple as the house color, it shows the character of the project, the clients, and the approach of the architecture, which is a simple and understated beauty.

Video for Stupa : The clients are simple people, the discussion in the project combined the grey plastered cement as a basis craftmanship to surface the house. As simple as the house color, it shows the character of the project, the clients, and the approach of the architecture, which is a simple and understated beauty.

Client’s Brief

Memories

by Obed Iskandar.

Home is a place to build memories. A place where I can introduce lots of things to kids. Most important aspect of home to me is light, light, and lights. The best feeling in the world is waking up from afternoon nap basked in golden sunset rays. I’m not much of a design/artsy person so interior wise, I’d left it to my wife. I’m easily satisfied in this sector. I’m more concerned on the quality and materials of the build. I will be happy if the house is uncluttered/tidy and the house is just running smoothly without any “tetek bengek” to deal with.

Rumah adalah tempat istirahat dan beraktifitas

by Della Wangsa.

Rumah adalah tempat istirahat dan beraktifitas. Hal ini terjadi karena aktifitas saya sehari2 ada di rumah, dari sibuk di dapur (baking & cooking), melakukan hobi saya (arts & crafts), mengurus anak ke depannya. Rumah dengan good natural lighting dan aliran udara sangat penting bagi saya. Growing up di Bandung yang udaranya sejuk membuat saya mendambakan rumah yang setidaknya ada aliran udara supaya tidak menambah pengap dan tidak perlu selalu menyalakan AC. Dari semua aktifitas sehari2, saya ingin dapat bersantai juga di rumah. Rumah yang tertata rapi dan semua barang ada tempatnya adalah keinginan saya. Rumah yang memberikan homey feel dan nyaman. Kalau bisa rumah yang gampang di tidy up, kadang mungkin saya tidak bisa tiap hari membereskan rumah tapi saya tidak ingin terlihat terlalu berantakan.Saya juga ingin rumah yang timeless karena kami baru mulai berkeluarga dan perjalanan ke depannya masih panjang, tidak perlu yang terlalu modern atau minimalis. Efisien dan praktis dalam hal maintenance tapi masih terlihat bagus adalah yang utama dirumah yang saya ingin. Good planning tentang placement of everything is important to me too.

Ruang yang dibutuhkan

  • 4 Kamar Tidur yang terdiri dari 1 Master Bedroom – Lantai 2 dengan walk-in closet & bathroom
  • 2 Kamar Tidur Anak – Lantai 2 dengan 1 shared but separate bathroom
  • 1 Kamar Tamu – Lantai 1 dengan 1 shared bathroom with bathroom Lantai 1 (if possible ada 2 bathroom, 1 inside the guestroom and 1 for the guests)
  • Kitchen + Pantry + Dining Room – Lantai 1
  • Ruang Keluarga – Lantai 1
  • Library/Office/Playroom/Arts & Crafts area
  • Gudang besar untuk barang2/dus tidak terpakai
  • 2x Kamar pembantu dengan 1 shared but separate bathroom
  • Dapur Kotor
  • Gudang kecil untuk tools & alat2 bersih di setiap lantai
  • Future dog room/area
  • Area Laundry room/ruang cuci.
  • Apakah memiliki koleksi khusus yang ingin dipajang, misalkan lukisan/barang antik/koleksi lain?
  • Tidak ada, tapi ingin ada satu space tembok yang bisa dipenuhin untuk gantung foto2 keluarga.

Kriteria Kamar Tidur Utama

Decent size, not to overly big but feel spacious. With walk-in closet & bathroom

Kriteria Kitchen

Baking is a big part of my life. Jadi kitchen area is really important. Good workflow and storage is a need. Ada satu solusi dimana saya bisa bikin berantakan satu sisi di kitchen yang tidak terlihat dari bagian rumah lain. Connected to wet kitchen & pantry.

Kriteria Kamar Pembantu

Dua kamar with AC

Kriteria Garasi Mobil

Garasi tidak perlu, kalau tidak ada garasi, yang penting covered car port dan access ke rumah yang tidak kena hujan.

Kriteria Ruang Cuci

Cukup untuk mesin cuci dan ada space untuk cuci baju manual. Akses ke tempat jempur: tempat jemur preferably di dek atas.

Kriteria Dek Atas

Keran air dan clean station (if we need to clean dusty stuff).

Kriteria Taman

Provide a good shade, Easy maintenance, Not attracting scary bugs, Provide a good area for a child to grow up (play yard)

Project Credit :

Completion Year: 2022
Gross Built Area (m2/ ft2): 400 sqm
Project Location: Alam Sutera Tangerang Banten Indonesia

Lead Architect : Realrich Sjarief

Design Team : Agustin, Erick Fei, Singgih Suryanto,Yudi Atang, Mohammad Enoh, Bonari, Eddy Bachtiar, Alifian Kharisma S, Miftahuddin Nurdayat, Rifandi Septiawan Nugroho, Alhamdamar Mudafiq

.

Photographer | Photo Credits: Ernest Theofilus
Videographer : Muhammad Farhan Nashrullah
RAW Visual Arts Team : Angel Gabriela Kusuma, Andriyansyah Muhammad Ramadhan, Lu’Luin Ma’nun, Alim Hanafi

.
Structure Design :John Djuhaedi Associates
Team of Local Builders :Singgih Suryanto, Yudi Atang, Mohammad Enoh, Bonari, Eddy Bachtiar

.
Part of Interior Designer : Dinardi Then Studio

Kategori
projects

Project 16 – Otten Coffee Experience Bandung

Located at Kaliki, Bandung, Otten Coffee Experience is a renovation project of two storeys building with a total of 600 sqm building area where the old structure is preserved. Spaces are redefined and optimized to give a better experience for guests.

The exterior wall facade is layered with a combination of timber slats and brick walls. Timber slats buffer the sun, create shades and texture on the plain concrete wall yet also keep the rain splash coming inside the building. Covered by a new cantilevered canopy, three arches framing the interior – draw people’s attention to inside the space – while a small slit at the side allows direct access to storage. Tilted wall of the lobby makes a spacious double volume entry in an unexpected triangle shape and guides curiosity further to the main area.

Entering the space, guests are passing a 36 sqm digital theme lobby with visibility and access to the tavern which is located side-by-side. The 24 sqm tavern takes a smaller portion of the space Natural light penetrates through the transparent roofing. Behind it is a 24 sqm linear display hall which previously functioned as a foyer. This area separates the entry space and the main area. On one side, a U shape existing stair is modified to the L shape considering efficiency, it leads to an office and coffee shop at the mezzanine area above the lobby. On the other side, access to direct storage is subtly hidden.

Moving to the main area, a traditional gedek bamboo or bamboo weave on the ceiling blends into the space, making a strong and bold identity. The 144 sqm open plan space exhibit products which are displayed along the wall side in sequences. Two customized tables are set up for tasting. Furnitures are made concealed using drywall considering construction time and budget efficiency. A 36 sqm bar in the center is elevated with timber parquet flooring creating hierarchy and dynamic inside the space. Playing with two tones, white and natural timber finish, the bar subtly stands out among the grey tone on the wall & floor. Timber finish in a herringbone pattern on display cabinets balance and keep the material continuity within the space. Behind the bar is a display of coffee machines which are lined up on pedestals. Further at the end, a 15 sqm dedicated robotic room serving performative visual – enclosed by the glass as its own space, framed with an arch brick wall, and elevated also with timber parquet flooring.

Further Credit:
Clients: Robin Boe, Jhoni Kusno (Otten Coffee)
Lead Architects: Realrich Sjarief
Design and Project Team: Andriyansyah Muhammad Ramadhan, Alifian Kharisma, Pandu Nazarrusadi, Avinsa Haykal, Timbul Arianto Simanjorang, Thomas Andrean S.
General Contractor: PT. Bangun Cipta Interindo
Plan, Illustration Team: Manuel Hendru, Adhika Annisa, Lu’luil Ma’nun, Aryo Phramudhito
Photo Credits: Ernest Theofilus
Video Production Team: Muhammad Farhan Nashrullah, Lu’luil Ma’nun
Maria Angela Rowa, Hanifah Sausan Nurfinaputri

Kategori
projects

Project 17 – Sarang Nest House

Located in a residential area, Taman Buana Permata house complex, West Jakarta. With an area of 250 sqm, Sarang Nest House consists of 2 generations of families living together, this underlies a centralized circulation and creates a micro-environment through a spatial arrangement with different angles. This angle creates distance between the perimeter of the house and the neighbors thereby allowing air to flow freely around the building while maintaining privacy between spaces. Each room has its own outdoor space. Light enters the room through perforated walls, crevices, windows, and skylights. The shape of this house is tilted to make it more efficient as well as a response from the corner of the building.
.


Text description provided by the architects. Located in a residential area, Taman Buana Permata house complex, Sarang Nest House design redefines house stereotypes and grew organically from the base to becoming, as a reaction to its environmental constraints. Sitting at the hook of the street, the building is facing west and south. The storeys are stacked in angles with protruded spaces enclosed by perforated wall to buffer the heat, either with traditional red bricks or metal screen that gives industrial look in contrast.
.

Imaginr-Bacteria
Imaginr-Bacteria

The house has four storeys. 250sqm of the ground floor is for the parking area and service quarter where the floor area is partially occupied. One-third of the area is filled with soil to provide setback for the building and serves as a garden for the area on the first floor. Perforated service stair at the corner accessing whole floors and still allowing light to get into the space. While the main staircase with an active fan circulates the air through the skylight. Living dining in 80sqm open plan space and guest area on the first floor are spoiled by a garden and the roof deck which turns into outdoor space.

.

Imaginr-Bacteria
Imaginr-Bacteria
Imaginr-Bacteria

Strategi kedua adalah memanfaatkan lengkungan bata yang artistik dan fungsional sehingga terbentuklah vista pertama memasuki ruang lobby dimana klien bisa menempatkan, mengkurasi pameran dalam bentuk desain yang ergonomis. Display pameran ini menarik karena bisa direpetisi di dalam sistem dry panel dengan motif semen yang terintegrasi.A 3sqm indoor garden in the center keeps the core connecting the upper storeys and serves as a void for light and air. On perimeter walls, a hint of views from across the house is still visible to see through the gaps between bricks. Going up to the second floor, the space is dedicated mainly to a 40 sqm master bedroom, 21 sqm bedrooms, and a playroom. The perimeter is mostly enclosed by a combination of solid walls and perforated metal screens to keep it private. Yet the most enclosed area like a bathroom is washed by light through skylights.

Imaginr-Bacteria
Imaginr-Bacteria
Imaginr-Bacteria

The third floor is the top floor. Dominated by open space, 48sqm of a barbeque area, and an enclosed meditation room sit-like pavilion where a 20sqm laundry area is separated by the main stairs. Within the dense residential area, Sarang finds its way to creating a micro-environment by setting up the space in angles. These angles create distance between the house’s outer wall and the neighbors’ which allows air circulation to move freely around the house perimeter, yet it also maintains privacy between rooms. Every room gets its own private outdoor space. Light penetrates the space through perforated walls, gaps, windows, and skylights. Playing out from the grid, the architecture captures the organic and dynamic flow of basic reactions toward nature and the site constraints.
.

Further Credit:
.
Clients: Henry Kusuma Family
Lead Architects: Realrich Sjarief
Design and Project Team: Realrich Sjarief, Agustin, Erick Fei, Riswanda Setyo, Tirta Budiman, Septrio Effendi, Miftahuddin Nurdayat, Regi Kusnadi
Supervisor In Charge: Singgih Suryanto, Sudjatmiko, Muhammad Enoh, Eddy Bahtiar, Endang Syamsudin
Construction Manager: Singgih Suryanto, Agustin
Structure Engineer: John Djuhaedi, Singgih Suryanto
Mechanical And Electrical Engineer: Hamin MEP
Master Craftsmen: Tata Pirmansyah, Aep, Aep Syapuloh, Nari , Solehudin Grandong, Syaipuddin, Dicky, Bonari, Tohirin, Nur Hidayat, Rudi Setiawan
Interior + stylist: Cindy Sumawan
Management: Laurensia Yudith, Reffi Nurkusuma, Nurul
Plan, Illustration Team: Lu’luil Ma’nun, Andriyansyah Muhammad Ramadhan, Satria A. Permana, Agustin, Riswanda Setyo Addino
Curatorial and Writing team: Andhika Annisa, Lu’luil Ma’nun, Aryo Phramudhito, Maylani Tiosari
Photo Credits: Eric Dinardi
Videographer: Muhammad Farhan Nashrullah
.

#rawarchitecturepublication

#Sarangnesthouse #ArchDaily #realrichsjarief #realricharchitectureworkshop #arsitekturindonesia #house #residential

.

Kategori
projects

Project 18 – Hotel Rivoli

Rajutan Rivoli is a Hotel located in crowded area next to Kramat Raya street, east Jakarta, with street’s length of 50 m. It standing on a 1500 sqm land in hook position, with only 16 m width facing south and 97 m length facing west. Within early construction phase, this area had already have existing main stake columns on one floor high construction. The plan was business hotel that yet to be discussed in detail about its program.

The Hotel were designed to inject new design by splitting building masses from north-south side. The splitting achieved by few lightwell corridor, placed in linear manner that allows light to penetrates from transparent roof to first floor. Each lightwell designed in 1.0 m x 4.5 m size, installed on the highest point of the building’s 4th floor, creating a luminous bridge before entering rooms in west side.

West and east side designed to be more introvert. This achieved by a plane that weaved from imaginary line of view, resulted in forming a rationalized balcony with 2.5 m concrete cantilever width and 6.0 m diagonally. This cantilever functioned as room’s eaves that give shade on west side from 3.00 PM at noon until night.

This concrete cantilever also illuminating vista and landscape of south area, which is Kramat Raya street to Tugu Tani street and capital city’s landmark Monas. This cantilever projection also forming a passive design inside planned interior of the hotel.

This hotel designed with module of 21 sqm per room. Each divided by bathroom as 20% and 2 bedroom as 80%. The design totalled of 109 rooms on 4-7-4 m grid section long and 7.7 m width, with briefing area placed on the 1st floor of the building.

Basement area designed to receive natural light and air by cross ventilation system. Hotel corridor also designed to gain same effect from north and south area. Material design were chosen with easy maintenance and accessibility towards minimal cost due to financial situation that available within construction period. This followed by time-challenge on 15 months period, that the architect’s solution is to design building’s structure with prefabrication floor plate technology, to accelerate construction time.

Kategori
projects

Project 19 – Java Bioclimatic Home

A house or in the Java language called Omah is considired by the Javanese as a cosmos miniature. Where the whole house components are arranged systimatically and harmoniously. The Javanese believe that what they build is the result of an adaptation of struggling with the nature. Those things are combinations of micro and macrocosm of the house that they expect to always keep the balance of life and the positive aura.

The owner is Nina Subiyanto, she was born in the middle of viscous Java culture where closeness and warmth be the main of character its culture. The kinship at Java culture has a social bond that strong, unique and ascriptive.

Sumarah
The architecture of this Java House applies Sumarah principle which means ‘surrender’. The philosophy of Sumarah originally is about the acceptance through the body relaxation, feelings and thoughts. This is the first step to process the personal self-transformation and to connect with the subconscious.

“Sumarah, like the old Chinese peasant, teaches the wisdom that respects change and the practice of looking beyond what appears to be good or bad.” – Laura Romano

In the context of architecture, Sumarah means the willingness to blend with the nature and culture, about how to integrate all of those elements into the building, as if make it the spirit of the building. The sequence is designed through intimate passage from the public area, entrance to the private area which is the bedroom and the living room. The sequence is arranged by poisition in the wall providing sense of privacy and intimacy it’s like a journey to the heart of the family.

Interaction between old building and new building
Java house that located at Pangakalan Jati street, Pondok Labu, South Jakarta, house with total area of 1940 sqm was a house dominated by a teak. The owner wants to redesign her house also with teak as the dominant material. But, considering the use of teak are 7 times more costly than other materials, so the architect suggests other options to avoid cost overruns.

This house is divided by a tropical corridor with 2,5 m width and 7,2 height as the axis of the building: north axis and south axis. The east side building is the new building and the west side building is the old building. The east façade made layered and enclosed to minimize noise and light. While on the west side the house made more open to maximize the light and also to reduce the heat from the outside.

Ground Floor
The main entrance is located at the north, facing the front yard. To reach the entrance, visitors must walk through a 10,2 x 4,8 m terrace with 4 stairways which have 60 cm width of antrade. It’s like, visitors should enjoy the front yard before entering the house.

The entrance made by free standing 2.6 m pervorated wall with kerawang shape, enabling cross air ventilation in the house with small open pattern on the entrance wall. The gap between pervorated wall and ceiling give the impression of warmth greetings and openness of the owner to their visitors.

The first thing that visitors met after walk through the entrance door is two garden at the left and right side. It’s giving an ambiguity, as if we entered the house but then we go out again. Here,visitors are shown at once about one of owner’s favourite thing: plants and owner’s job as a florist. The inside gardens with 10 m2 of each total area are full of pot plants. This area is a transition from public area to semi-public area.

At the first layer, there is a 4 x 3 m foyer which is a transition to connect prayer room, living room and a corridor. Prayer room and living room are facing directly toward the garden A skylight on the foyer ceiling made by merbau wood adapts tumpang sari shape. This tumpang sari serves to drain the air pressure that occurs within the building (air stacking effect). In Joglo house design principle, the existence of tumpang sari is a necessity because it describes a connection between human and God.

Then, the foyer will bring the guest to a corridor and the corridor will bring the guest to the core of the house that divides semi private area and service area.

Corridor to the west directs visitor to the first child bedroom and guest bed room. Between those rooms there is a fish pond which is its existence will bring relaxation effect by gurgling sound of its water. Total area of child bedroom is 30,75 sqm with dress room inside. Besides the fish pond, first child bedroom is facing directly to the back yard area at north side and dry garden at the south side. Between both bedrooms there is abathroom with a size of 3 x 3,15 m that separate the bedrooms and side door.

Corridor to the south directs visitor to the dining room that connected to the family room. Dining room floor made 15 cm higher than any other rooms. It’s like, it wants to tell the visitor about how important its existence as a place where the family can sit together and share their stories while they’re eating.

Corridor to the east directs to service area and semi private area such as master bedroom and family room. The master bedroom of 46 sqm total area that can accessed directly from backyard through the corridor. The master bedroom is faced directly to the south area where besides the backyard, there is also a working area where the plants and flowers are arranged for sale.

The family room which is the core of the building is the widest area with total area 60 sqm. Its wall is full of giant window with size of 3 x 1,25 m every sills, give the visitors an transparent impression to this room and ensuring the guests that they won’t lack of light and air if they are here. The vista from the family room frames backyard and swimming pool at the center of backyard. The interaction concept between the family room, backyard and swimming pool is based on the owner wish who wants to revive childhood memories where at that time, their father sat in the living room while watching his children playing and swimming on the backyard.

First floor
Vertical sirculation begin from the family room and connect to an intimate corridor with size of 1,2 x 8 m. It’s like, in this area visitor can learn more about this family. Memory images of Subiyanto family from children to adult, lined up neatly on the shelf that has a length along the corridor.

Vertical sirculation begin from the family room connecting to an intimate corridor with size of 1,2 x 8 m. It’s like, in this area we can learn more about this family. Memory images of Subiyanto family from children to adult, lined up neatly on the shelf that has a length along the corridor. The corridor connects service area, library, study room and two bedrooms: second child bedroom and third child bedroom. The library is at the end of the corridor, storing childhood books and parents favourite books.

Javanese tropical house
One of effort to minimize energy use in the house is by using local material optimally. Materials such as concrete, wood, bricks and glass were selected to considering the thermal conductivity that may blocking the sun radiation heat and carbon foot print to the house.

The interaction between building and tropical climate is very visible inside and outside the house. The inside of the building shouldn’t always introverted from the outside. A lot of organic elements are created inside the building, shaping voids, and make the inside building as if it’s on the outside house. Besides for sun light and air system, these voids also for social function that can build an intimate relationship between family members.

The meaning of Java house in ‘Java House’

Joglo house is Java house
‘Java House’ is Java house

Although both of them physically different, but they still imply the real meaning of Java house, that show us friendliness and openness of the owner, that try to adapt with its surroundings, that try to stay connect with God.


Location : Pangkalan Jati, Jakarta Selatan
Owner : Ati Subiyanto Family
Principal Architect : Realrich Sjarief
Project Team : Bambang Priyono, Rudianto, Andhang Trihamdhani, Randy Abimanyu, Emmy Ulfah
Interior Designer : Nina Subiyanto
Civil Engineer : Ir. Herwin Siregar
Contractor : PT. Bimal
Construction Manager : Ir. Bambang P.V. Adi

Kategori
projects

Project 20 – Wood Box

Located in Puri Indah, West Jakarta region, the tropical open house creates intimate space from entrance through void in the garden, in living room, library, and the roof top garden.

“I want a house. A house to retreat, to relax with my family,” explains homeowner Mr. Wirawan to Realrich Sjarief. Situated in the increasingly crowded West Jakarta area, the 500 sqm house occupies a 450 sqm plot of land. Reflected by the owner’s name, Wirawan House forest wood, Size-wise it is inconspicuous, but its exposed brassed wood facade gives it a humble look. The concept is elaborated from Bare Minimalist, Akanaka, and Istakagrha to provide tropical open houses.

The architecture of Tropical Open House separated the service on the ground floor, lifted the building floats with living room, and master bedroom on the first floor and bedroom for three children on the second floor. The composition is designed by designing multiple small landscapes based on the view from each intimate space, this way the heat is reduced by facing the opening to the north-south side while opening the skylight and the window to let air and light in. The house has one receiving area then no more separation wall on the first floor which is the living room. In the living room, the kitchen also takes some importance its final layout is the result of a few adjustments based on the owner’s domestic habits. The only enclosed space in the second level is Wirawan’s study, which doubles as a library and his space to remember memory for his family. A simple foyer and a light well integrated with stair, and artwork is placed after the receiving area. The second story houses private spaces. At the end of the corridor is 2 bedrooms of his daughter’s equipped with a suite bathroom and a walk-in closet. An outdoor feel showering area is attached to the bathroom, while the surface connecting its indoor and outdoor area is made of clear glass. The material used in this building is chosen based on the best craftsmanship available in Jakarta.

5 types of local Wood was picked based on each unique character. First is, dried pine wood 180 mm x 30 mm x 3000 mm, for the facade, and 85 mm x 10 mm x 3000 mm for the ceiling. Pinewood was chosen because of the durability and lightness. Second, reused Ironwood which is the most durable material used for the Phinisi boat, combined with Bengkirai wood which is more economical for the less walkable space is used for indoor-outdoor decking because of the texture, durability, and economic. Teakwood is used for main area bedroom, library, and foyer area, and Merbau wood 300mm x 480 mm x 2800 mm combined in the single door is used for door because of its tolerance on expansion, the most available material in Jakarta.

An additional bedroom, bathroom, and a multi-function room linked by a corridor leading to an open space beside the void leading to the stairwell and staircase, a pretty bow to knot the horizontal and vertical circulations together. The project installed stormwater harvesting and reuses it in water landscaping. While stormwater harvesting is increasingly common in some countries, it is still a rare, exceptional facility in Indonesia, one that this project was determined to have in this home. The attention of the play of light and shadow, created through a combination of materials and artificial and natural light is fundamental to the design of the house and evokes the quietude of such a retreat house which stated by its architecture.

Kategori
projects

Project 21 – Parabolic Plywood

Located in Alam Sutera, Tangerang, as it completed in 2016, Puncak Keemasan Group Office occupies 2.450 sqm of built area. The building is intended as an office for several companies, which is a noticeable challenge in programming schemes. As part of a given solution, the design proposes a permeable transition to create unifying ambiance with the structural parabolic shape made by plywood while maintaining separation inside each chamber. The material used as the main language is plywood that covered almost all interior offices. The result is a jungle-like hall that connects every room with a tree bookshelf and library as its main hub.

 The primary concern of the design is to restrain any unnecessary cost while maintaining a sense of playfulness and creativity. The scheme is elaborated from Omah Library Summer pavilion modular concept.

Form of design was expressed in two main sequences. The first sequence is to convey the flow by continuous circle form of tree structured bookshelves along the path of the office. The Second sequence is the type of flow expressed through plywood ceiling placement, which creating sense of wave, thus also resulted in dynamic interior lighting. Another use of plywood is manifested in giant curvature bookshelf that also works as room partition. This bookshelf formed double curvature for a reason. The curve reversed each other vertically, like a section of double helix. This way, it has stable load point in the middle of double arch as self-supporting barrier.

The design also aims for material efficiency. By using 600 x 600 waffle module of bare plywood to cover the ceiling, gave results to its cost efficiency up to 50% to compare with a normal cost. Not only as a transitional element, but plywood also became the main form for its ceiling structure. Giant waffle is also functioned for mantling cables and pipes by the least usage of material.

The entire interior element is consistent with the same porous detail; from square module bookshelf to various high for the ceiling, while some part of supporting areas is using modular rectangle layout form. The detail is enhanced by low hanging Edison lamp along with the office, and synthetic grass carpet to heighten the jungle mood.

Kategori
projects

Project 22 – Sumarah

Sumarah is inspired by an Indonesian form of meditation centered on the philosophy of life. Sumarah is defined as a “total surrender,” allowing the partial ego to give way to the universal self.The practice is based on developing sensitivity and acceptance through deep relaxation of body, feelings and mind. Its aim is to create inside ourself the inner space and the silence necessary for the true self to manifest and to speak to us said the architects. Realrich Sjarief explained that a total surrender to life allows one to see the real beauty in the world. They added that this cycle between mind and soul is a continuous loop, which was the inspiration behind their plan for the structure.

Created with polycarbonate, the project is connected with steel elbow and screw bolt. By creating space within space, the architects have, in essence, created life within life by filling each box with plants or fish. Looking at the elevation of the structure resonates with the Indonesian mountains that possess sacred meanings of human achievement. Moreover, the box-like composition was influenced by the stacking system in Indonesian temples. Ancient temples, like Borobudur and Prambanan, were formed by stacking many blocks of stone. The best part of the structure is translucency and transparency. people can see through the boxes and into other forms of its life systems.

Kategori
projects

Project 23 – Istakagrha

Located in Taman Meruya Ilir, West Jakarta region, Istakagrha meaning brick house, Situated in the increasingly crowded West Jakarta area, the 150 sqm house occupies a 150 sqm plot of land, 10m x 15m. Istakagrha is reflected by its name, brick House, it is a small and compact house with a orange painted color on the light weight brick, black colour , and rough concrete texture finishes.The expression creates humble and distinctive look.

“We have a dream to have a house which like a villa in Bali. A house more than a functional but a place to live and grow with feel of nature, we really love staying in tranquil house” explains homeowner Mr. Ferdian Septiono and Ms. Joice Verawati to Realrich Sjarief. The couple are graphic designer who are willing to have a compact Ecological house which is resortlike.

The architecture of Istakagrha separated inside and outside with the landscape of a barrier wall made by light weight brick. The combination is stacked with pattern of solid void, which provide sense of privacy and security, meanwhile allowing sunlight and air circulation to flow inside the living room. The Ecological Approach of this house elaborated from Realrich Architecture Workshop’s project such as Bare Minimalist project and the privacy design elaborated by Bris Soleil (sun breaker) elaborated from akanaka.

The house faces east side allowing morning sunlight come to the space at 9 am. The stair is placed at the west side, the west side is walled with brick to provide thermal insulation. The air ventilator is placed at the west side of the house above the stair from ground to 1st floor providing fresh air circulation through air stacking effect. The house has one open air receiving area as anteroom then no more separation wall between living, dining, and cooking which In the living room, the kitchen also takes some importance its final layout is the result of few adjustments based on the owner’s domestic habits. The only enclosed space in the second storey is guest room, which doubles as a working space and guest bed room. A simple foyer and a light well integrated with stair, and art work is placed after the receiving area at the west side of the building. The second story houses private spaces. At the end of the corridor is 1 bedroom with shared bathroom and a walk-in closet. An simple and functional feel showering area is attached to the bathroom. The material used in this building is choosed based on the best craftmenship available in Jakarta, concrete structure is used because of the cost efficiency, engineered wood is used because of the look and lightness, metal frame for facade and sunshading are used because of durability.

3 types of brick was used based on each character. First, is light weight brick, 200 x 600 x 100 mm, for the facade. Light weight brick was chosed because of the lightness, precision and can be easily molded and constructed as facade/ Second, orange brick which is most common material used in Jakarta, The third one is the ceramic brick 50 mm x 150 mm x 10 mm which is used for covering the stair wall as insulation and interior surface. An additional bedroom, bathroom and a stair way to the attic on the 1st floor is linked by a corridor leading to an open space beside the void leading to the stairwell and stair case through compact space. Istakagrha showed an example of small house in Jakarta with small plot of land with sustainable design approach and keeping privacy from out side to inside through simple form which is stacking brick.

Kategori
projects

Project 24 – Akanaka

“I want a residence where is comfortable, natural, and energy efficient,” said Mr. Yuwono to Realrich Sjarief when he stated the brief of Akanaka. Akanaka is located on 800 sqm lands, consists 19 serviced bedrooms, in 2 levels building with an open-air corridor. It is in Kemang, South Jakarta, a precinct where is well known as the art district.

From the facade, Akanaka’s 4.5 meters cantilevered canopy blocks the east-west sun while giving a tropical device for heavy rainfall. The ecological approach for the building elaborated from the principle in Bare Minimalist house (the project that is been done before by Realrich Architecture Workshop as project 01). The orangish terracotta facade module 300 mm x 300 mm made by craftsmen at Pamulang gives a private, solid void, an expression which is functional and beauty. The balustrade is made from steel painted with brownish colour with gaps to allow cross air ventilation coming inside the building. The floor is concrete, one at the outdoor is grass block and the one inside the building is 1200 mm x 1200 mm cast concrete with glass grout.

The linear and communal courtyards are introduced at the centre of the building as a communal space, sculpture garden providing air stacking effect, and natural sunlight coming to the communal space. The size of the rooms varies from 16 sqm, 24 sqm, to 35 sqm which each of the room provide cross air circulations, functional interior design, and dual aspect window providing sunlight to the room.

Inside the building, there is much feeling of wood and concrete. The teak wood was engineered by cut into 3mm thin slices, glued on top of plywood to increase lightness, cost, and availability of teakwood. The engineered teak wood panel in module 200 x 1200 mm is hung by stainless steel pin, this construction technique allows the system to be prefabricated, dismantled, maintained whenever it is necessary. Akanaka is one of the examples of how the passive design executed in simple method opening side for air and sunlight to the building.

Bahasa :

Rumah kos Akanaka menempati lahan seluas 800 meter persegi, terdiri dari 18 kamar sewa di dalam bangunan dua lantai dengan koridor yang terbuka. Perancangan rumah kos akanaka memperhatikan 3 hal, pertama bangunan ini dibangun di atas struktur bangunan lama, kedua adaptasi terhadap arah hadap bangunan ke arah barat, ketiga memaksimalkan sirkulasi udara alami dan cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan, sehingga bangunan kos-kosan ini menjadi hunian yang sehat dan nyaman.

Pada bagian muka bangunan, atap kantilever sepanjang 4,5 meter dan dinding terakota buatan pengrajin lokal menghalau cahaya matahari langsung dari sisi barat bangunan, memberikan ekspresi soid void dari sisi muka bangunan, menjaga privasi penghuni dan memberikan celah udara masuk ke dalam bangunan.

Ruang terbuka yang melingkar dan linear diletakan di tengah bangunan sebagai ruang komunal, taman untuk meletakan sculpture, memberikan celah air stacking effect, dan memaksimalkan cahaya alami yang masuk ke dalam bangunan. Ukuran ruang kamar kos memiliki 3 variasi, dari 16 meter persegi, 24 meter persegi, hingga 35 meter persegi, dimana tiap kamar memiliki sistem sirkulasi silang, desain interior yang fungsional, dan jendela di dua sisi untuk cahaya alami.

Koridor di dalam Bangunan ini menggunakan sistem air stacking effect dan cross-ventilation yang membuat ruang-ruang di dalamnya tidak memerlukan pengkondisian udara buatan.
Di dalam bangunan, material yang ada didominasi oleh beton dan kayu. Kayu jati dipotong setebal 3mm dan ditempel pada bagian atas plywood untuk mengurangi beban, biaya, dan penggunaan kayu jati. Panel kayu jati dimodulasi dengan ukuran 200×1200 dan digantung dengan menggunakan pin stainless stel, teknik konstruksi ini memungkinkan sistem untuk fabrikasi, sehinga bisa dibongkar pasang untuk perawatan apabila dibutuhkan.

Rumah kos akanaka merupakan satu contoh bagaimana passive design dieksekusi dengan metode yang sederhana mulai dari menyediakan bukaan yang maksimal untuk cahaya dan udara ke dalam bangunan.
Sistem railing menggunakan sistem knockdown dengan kulit kayu yang dilapis di atas triplek 18mm yang di konstruksi dengan pin stainless steel yang menciptakan kesan melayang dan ringan. #rumahkosakanaka

Presentasi Realrich Sjarief untuk Nominasi IAI Jakarta Award 2015

Achievement :

  1. IAI Jakarta Award 2017 finalist
  2. Published in Archdaily http://www.archdaily.com/791281/akanaka-raw-architecture,
  3. IDEA Indonesia August 2017
  4. Archinesia vol 4.
  5. Home & Decor.
  6. Griya Asri Vol. 14 No. 07 July 2013

Project Credentials :

Architects : Realrich Architecture Workshop, Principal Architect | Architect in Charge : Realrich Sjarief, Tim Desain : Suryanaga Tantora, Maria Vania, Mukhammad Ilham., Lokasi : Jl. Kemang Timur Raya no. 2 Jakarta Selatan, Konsultan Struktur : Cipta Sukses | Anwar Susanto, Konsultan MEP : Karim Listrik, Kontraktor : Singgih Suryanto, Masa Konstruksi : 2012 – 2013, Luas Bangunan : 800 m2, Luas Area : 800 m2, Tinggi Bangunan : 2 tingkat

Kategori
blog

All imperfection that makes life perfect.

All imperfection that makes life perfect.

Guha berada di antara batas area informal dan formal, antara kampung dan kompleks perumahan. Sisi selatan didominasi rumah bergaya Mediterania dari era 1990-an, kontras dengan sisi seberang berupa rumah kos-kosan, warung kopi, grosir durian, katering, dan masjid dengan jalan yang sempit.

Kontur lahannya menurun dari utara ke selatan setinggi 2 meter, dan jalan di depannya sering tergenang saat hujan karena posisinya yang paling rendah di kompleks dan kurangnya sudut kemiringan menuju saluran air yang jaraknya jauh.

Daerah ini juga memiliki tingkat kriminalitas tinggi, seperti penjambretan di gang dan rumah warga yang sering kemalingan. Ini membuat saya juga penuh keragu-raguan, maklum saya juga manusia yang terus ingin sempurna. Meski begitu, saya mulai melihat lingkungan ini dengan perspektif yang berbeda setelah berdiskusi dengan ayah saya yang mengatakan, “Selalu lihat kehidupan dengan indah, sembari terus kritis. Itulah kembali ke dasar.”

Meski lahan ini memiliki problematika, tapi banyak juga keindahan yang dimiliki. Iklim mikro jadi nyaman berkat hadirnya 3 pohon trembesi dengan tajuk selebar 15 meter. RTH terbentuk karena kebutuhan untuk ruang resapan. Hadirnya perpustakaan anak sebagai ruang bermain bagi anak-anak sekitar ternyata membantu menurunkan tingkat kriminalitas.

Kami belajar tumbuh dengan memprioritaskan ruang kerja karena limitasi dana, sehingga ruang keluarga yang kecil membuat kami terus bersama. Sementara, ruang kerjanya efisien dan fleksibel, terintegrasi dengan banyak pintu. Segala problematika dalam keterbatasan ini menciptakan senyum sekaligus tangis bersama, tegur sekaligus enggan menyapa, bercampur aduk dengan indah. Termasuk hubungan saya, keluarga, tim, tukang, juga seluruh kawan yang menjadi keluarga baru saya.

Setiap rumah adalah permata bagi keluarganya, begitu juga dengan prosesnya, perjuangan sebelum dan sesudahnya, kenangan lintas masa dan harapan, mencerminkan keindahan rumah keluarga yang membawa kita kembali ke dasar masing-masing.

Photograph @_yophrm

#99persenguhatheguild #realricharchitectureworkshop #home #architecture #details #jakarta #indonesia

Kategori
blog

Happy Engagement Our Beloved Sister, Nurul

Hari minggu kemarin, kami merayakan momen istimewa Nurul dalam acara lamarannya. Proses lamarannya begitu khidmat dalam adat jawa yang penuh kehangatan dan makna. Dua keluarga besar bertemu, dalam sebuah proses menyatukan dua insan dari latar yang berbeda, untuk melangkah menuju jenjang berikutnya. Bagi kami, Nurul adalah seorang yang memiliki peran penting dalam keluarga besar Guha. Seorang admin yang mengepalai divisi auditing dan administrasi, menandakan bahwa di dalam studio desain, yang dikerjakan tidak hanya soal desain namun juga menjaga keseimbangan keuangan. Hubungan dekat antara keluarga Nurul dan keluarga Kak Realrich adalah seperti ikatan keluarga yang tidak bisa dipisahkan, mereka sudah seperti keluarga besar. Hal yang lumrah terjadi di dalam praktik studio yang tradisional, bahwa ada kedekatan yang dirayakan, ikatan batin yang ada sejak jaman ayah dari Realrich dan ayah dari Nurul. Kakak dan adik membentuk lingkaran, dari generasi ke generasi, dan itulah keluarga.Momen ini juga mengingatkan kami akan sebuah kutipan dari Jalaluddin Rumi, “Hari kemarin telah berlalu dan ceritanya sudah diceritakan. Hari ini benih-benih baru tumbuh.” Kami dari keluarga besar di Guha dengan tulus mengucapkan selamat akan lembaran baru yang dibuka. Semoga lamaran mereka membawa berkah, rejeki, dan keberkahan dari semesta untuk langkah-langkah dalam proses selanjutnya.

Kategori
blog

The 2024 RAW DOT OMAH dream team!

For us, the daily journey in GUHA is something we continually cherish, especially with the presence of a big family in RAW DOT OMAH. Together, we continue to carve our process, fight within our limits, forge ourselves, continue to learn, and unite in our dedication to the team.

Our collective fight, both as individuals and as a team, unfolds in three interconnected aspects: Body, Mind, and Soul. The Body signifies the presence of the RAW DOT team, who continues to put in long hours to transform imaginations into reality. The studio serves as a visionary place where we explore creativity, drive innovation, and ensure each project reflects the continuity of our studio’s and client’s visions.

Beneath the strong Body lies the Mind, representing insights and knowledge that emerge from daily studio discussions and our reflections on the written work continually produced by the OMAH team. Just as we dwell into and learn from various architectural case studies and thousands of projects, our commitment to working with focus, down to the smallest details, ensures that every aspect is meticulously crafted and executed, reflecting our dedication to delivering the best for all.

After the Body and Mind work in harmony, there is also the Soul, embodying how we remain dedicated to serving, sharing knowledge, and resonating with the young interns. Sharing experiences also means being willing to listen. The internship culture in our studio is not merely a place for knowledge transactions but also an exchange of life experiences, fostering a continuous cycle of learning and creating new memories in GUHA. With a creative spirit and good intentions, we strive to uplift and inspire each other, nurturing a soulful connection within our team.

From this, we can see how RAW DOT OMAH is formed from the casual and our everyday life. Together, Body, Mind, and Soul, we fight as one to achieve greatness and the best for the future!

Kategori
blog

In Memoriam of Endang Syamiyudin

#refleksiraw

Pak Endang Syamiyudin adalah orang yang sungguh berjasa dalam karir saya dan studio kami. Sejak 14 tahun yang lalu, ia menemani saya dari Jakarta, Tangerang, sampai Bali. Dari tangan dinginnya muncul proyek-proyek yang saya banggakan.

Proyek pertamanya adalah Bare Minimalist bersama Pak Singgih, diikuti Akanaka, Wirawan House, Alfa Omega, Chimney House, sampai Lumintu House. Bersama Pak Singgih, ia selalu menutup dan membuka proyek pada libur lebaran.

Beliau ada ketika saya jatuh tertancap paku di proyek, beliau juga ada saat kami tertawa bersama. Ketika yang lain tertidur lelap, beliau menemani saya berdiskusi sampai larut, bahkan di hari libur. Banyak sekali parameter tak terduga, tetapi semuanya akan baik dan selesai.

Dari sosoknya muncullah adik-adik didikannya: Pak Edy, Sarip, Indra, orang-orang terdekatnya yang menjadi keluarga baru saya sampai belasan tahun kami bekerja bersama.

Kemarin saya ditelpon bahwa Pak Endang meninggal dunia. Saya kehilangan seorang jenderal yang menjaga keseharian proyek kami. Ayah saya berpesan: detail dan ketukangan adalah pusaka arsitektur Indonesia yang jarang dibicarakan, tetapi harus diperhatikan karena tukang dan mandor tetaplah manusia biasa juga. Ada transfer ilmu, kebanggaan yang berbeda. Dari tangan-tangan terampilnya muncul karya arsitektur. Selalu sadari bahwa setinggi apapun kita, hargailah manusia setinggi-tingginya.

Pak Endang, saya minta maaf kalau ada salah ke Bapak dalam keterbatasan saya sebagai manusia biasa. Saya Realrich juga minta maaf ke saudara-saudara, kalau ada salah dari Pak Endang, mohon dimaafkan.

Selamat jalan, Pak Endang. Dalam kesementaraan hidup ini saya belajar bahwa cinta hadir karena solidaritas dan toleransi.

Nama Pak Endang akan selalu hadir di studio saya RAW DOT dan Omah, dalam sebuah memorial, dalam sebuah asa untuk menjaga ikatan batin, dan saya akan mengingat jasa beliau sampai saya mati. Tuhan, terima kasih sudah memberikan salah satu malaikatmu untuk menjaga kami, teman-teman saya, klien, kontraktor dan memberi kebaikan ke semesta ini.

Tuhan Yang Maha Kuasa, Pak Endang yang di surga, saya titip salam untuk ayah saya dan ayah Bapak. They will be proud of you.

Kategori
blog

RAW COLLECTIVECAVE – FORE COFFE

In our project within the #rawcollectivecave, we strive to embed intricate details to create innovative spatial concepts that tell our clients and studio’s story and produce designs that hold value within the retail business landscape bringing nature and human centric together.

Apart from working on residential and office project, we are also working on small scale of coffee shop such as initiation of Fore Coffee back in 2018. At 1st Fore Coffee store at Plaza Indonesia, we embark on our design journey by crafting design experiences that align with their business, and also seeking designs that vividly depict the brand’s identity. Every detail is crucial because this Fore Coffee serves as the defining starting point that sets the future of Fore Coffee’s design language.

While executing this project, we had to work within the confines of a tight 15 m2 space. We had to ensure that the booth was strategically positioned to catch the attention of passersby from both the entrance and side corridors, maximizing visibility from all angles.

The backdrop formed from a tree module integrated with the Fore logo, while the forefront featured a seamlessly integrated coffee machine, showcasing the streamlined process of preparing coffee within limited space. The tree modules were embraced by luminescent translucent panels, casting a futuristic impression that harmonized with the Fore logo. This project was completed well and marked the genesis of the expanding Fore Coffee store chain.

@fore.coffee

Photograph by @kafinnoeman

forecoffee #RAWfinished #realricharchitectureworkshop #retailstore #architecture #details #architectureproject #jakarta #indonesia

Kategori
blog

Nizamia Andalusia School Collective Cave

At our studio, we strive to create projects that are responsive to movement and push the boundaries of design. Our innovative #rawcollectivecave concept, inspired by kampoong cross programming arrangement, combines diverse design elements, such as integrating recycling materials and cross-programming inside one big box.

Nizamia Andalusia is a school located in East Jakarta.
This school caters to the Middle High School level of education, where ‘high’ signifies a higher level of maturity compared to elementary school students. As children begin to act independently, it becomes crucial to filter external influences through the lens of the school’s vision and mission. Nizamia is committed to fostering a maturity that embraces social and spiritual impulses, and we are dedicated to translating this ethos into the building’s design. Thus, the Nizamia school’s space program is meticulously designed to facilitate the learning, activity, and socialization processes for children.

The primary challenge of this project is time constraints, which we have overcome through innovative solutions. We have utilized existing buildings, repurposing their modules for the classrooms, and adding new structures where necessary. The two main buildings of this school are connected by existing bridges on floors 2 and 5, which we have ingeniously repurposed to support horizontal circulation. Vertically, the 1st and 2nd floors of the building feature integrated gardens, classrooms, and communal spaces. The 3rd floor is a spacious prayer room with a capacity of 700 people, the 4th floor functions as an auditorium, and the 5th floor is an open sports hall.

Nizamia is one of the projects that utilizes existing structures and translates limitations in the design process into an architectural language that can support people’s lives.

@nizamiaandalusia @nizamiahighschool

#refleksiraw #Nizamia #realricharchitectureworkshop #architecture #details #architectureproject #jakarta #indonesia

Kategori
blog

Sunyoto Bioclimatic Home

#rawbioclimatichome #refleksiraw Klien kami ini salah satu teman lama ayah saya. Sudah lama sekali, sejak saya bermain tenis bersama ayah saya di tahun 1995 dan keluarga kami terus menjaga hubungan baik dengan beliau dari 2005 hingga saat ini. Rumah ini merupakan gambaran dari perjalanan panjang hubungan saya, ayah saya, dan juga beliau yang kadang bercerita tentang how great my father is.

Rumah ini unik karena memiliki dua lahan kosong yang sebenarnya adalah wujud dari impian beliau untuk hidup di sebelah taman yang besar. Ini karena rumah beliau saat ini tidak memiliki ruang yang cukup untuk taman, sehingga keberadaan lahan ini dapat memenuhi keinginannya dan istrinya yang sangat menyukai tanaman dan binatang.

Baginya, rumah ini adalah rumah terakhir di mana ia berharap tidak perlu berpindah lagi. Rumah ini dirancang untuk menjadi tempat berkumpul keluarga serta tempat menyambut ketiga anaknya saat pulang dari luar negeri. Oleh karena itu, ruang keluarga pada rumah ini ditempatkan di tengah, luas, dan terbuka, serta dilengkapi dengan void dan skylight.

Rumah ini dibangun untuk mendukung hobinya mengutak-atik barang dan istrinya yang gemar menanam, sehingga disediakan ruang workshop dan area taman. Orientasi rumah yang menghadap utara dan selatan, semakin mendukung untuk menciptakan area tanaman dan balkon yang ideal untuk bersantai. Perumusan rumah ini juga dibantu dengan dialog yang hangat dan ramah dari anak mereka.

Setiap lantai rumah dibagi sesuai dengan kebutuhan keluarga. Lantai dasar sebagai area workshop dan taman baginya dan istri, lantai 2 sebagai ruang keluarga, lantai berikutnya untuk kamar anak-anak mereka, dan lantai paling atas diisi area taman dan ruang gym. Dalam setiap detailnya, kita dapat melihat rumah ini tidak hanya menjadi tempat tinggal bagi keluarga, tetapi juga menjadi rumah yang menggambarkan kehidupan keseharian dari keluarga yang hidup di dalamnya.

Terima kasih tim: Mey2, Timbul, Alim, Putra, Audy, Tyo, Yusrul, Kamil, Zyadi, Neilson dan semua yang terlibat. Arsitektur adalah proses panjang dan kolaboratif.

#sunyotobioclimatichome #RAWongoing #realricharchitectureworkshop #home #architecture #details #jakarta #indonesia

Kategori
blog

Tunas Muda Kindergarten

Proyek Tunas Muda Kindergarten memiliki cerita menarik dalam pemilihan lahannya. Awalnya, kami bersama klien menjelajahi kompleks sekolah untuk mempertimbangkan area yang potensial untuk dikembangkan. Akhirnya keputusan jatuh ke letak lahan yang strategis di depan sekolah di balik dinding perimeter.

Dinding perimeter eksisting sepanjang 19 meter dan struktur atap cremona ditempatkan di atasnya dengan material UPVC yang ringan untuk ditanggung oleh struktur bentang lebar. Desain juga memanfaatkan perbedaan level tanah eksisting yang turun 80 cm untuk menciptakan area penyambutan yang luas dengan penambahan tangga dan ramp. Denahnya dibuat terbuka untuk memberikan fleksibilitas pengembangan di masa depan.

Tunas Muda Kindergarten kini memiliki 5 kelas yang fleksibel, 1 ruang serbaguna, area playground, dan 2 taman, salah satunya berfungsi sebagai daerah sumur resapan. Dari luar, tampak depan didesain sederhana dengan hanya menambahkan cat putih di area pintu masuk lingkaran. Sisa dinding dengan tanaman-tanamannya merupakan bagian dari eksisting yang dipertahankan. Hasilnya, bangunan ini memberikan kesan nostalgia, dan menjadi tempat yang memiliki banyak kejutan di dalamnya.

Area ini memiliki makna Tunas Muda yang sesungguhnya dengan area kindergarten tempat dimulainya pendidikan di taman kanak – kanak, simbol penting dari pertumbuhan dan perubahan, sebagaimana tunas yang tumbuh dari benih tanaman.

@tunasmudaschool @realricharchitectureworkshop

My Best Dream Team: Agustin, Timbul, Riyan, Melisa, Gaby, Haykal

#tunasmudakindergarten #RAWfinished #realricharchitectureworkshop #school #architecture #details #architectureproject #meruya #jakarta #indonesia

Kategori
blog

Yogaatrina Bioclimatic Home

#rawbioclimatichome #refleksiraw
Bagi kami, arsitektur tidak pernah terlepas dari memori klien dan pengalaman arsitek dalam setiap langkah merangkai satu proyek dan lainnya. Ada ikatan emosional yang terbentuk dan proyek rumah tinggal selalu memiliki tempat tersendiri di hati studio kami, sebagai tipologi yang paling kuat dalam menggambarkan ikatan-ikatan yang terjadi secara personal. Keseimbangan di dalam proses berarsitektur menjadi penting. Di samping proyek institusi yang bersifat publik, kisah proyek rumah tinggal menjadi sarana kami berterima kasih kepada orang-orang baik yang pernah bekerja sama secara personal.

Brief dari klien kami, Yoga dan Atrina menarik karena justru mengutamakan adanya ruang besar untuk berkumpul dengan kapasitas 50-100 orang. Sang klien merupakan keluarga kecil, tetapi di belakangnya ada banyak sekali keluarga.

Inilah gambaran budaya Indonesia, keluarga-keluarga inti yang berkaitan darah bergabung membentuk keluarga besar. Lapisannya bukan lagi 2-3 generasi, tetapi berlapis-lapis generasi dengan percabangan-percabangannya. Desain spesifik yang tergambar pada lekak lekuknya pun tercipta untuk memenuhi kebutuhan tersebut menciptakan lengkung. Kamar tidur yang lebih privat diletakkan dibelakang, menyisakan area komunal yang jauh lebih besar dan ditonjolkan dengan dibuat transparan.

Klien kami di proyek ini adalah orang yang sangat terbuka, mudah diajak berdiskusi, dan sangat apresiatif. Sikap tersebut membuat kami bisa akomodatif sekaligus eksperimentatif dalam menghasilkan bentuk yang eksploratif. Hal ini terlihat dengan sebuah kantilever yang melengkung sebagai pemenuhan kebutuhan klien untuk tempat berkumpul. Kantilever tersebut dibuat dengan struktur menyerupai jembatan dan bebannya ditransfer melalui struktur kolom yang tidak menerus. Semakin akomodatif, dan toleratif, arsitekturpun menjadi semakin mengalir.

Thank you, clients (Yoga, Atrina), and the team work @realricharchitectureworkshop , current : gaby, Putra, Audy, Nielsen, mey2, timbul, yusrul, kamil, zyadi, haykal, andriyan, melisa, meizhan, revi, alia, zikri and many other people involved. Architecture is a long process and collaborative effort.

Kategori
blog

Selamat Idul Fitri 1445 Hijriah

#guhamenyapa

Jika Idul Fitri adalah lentera, mari membukanya dengan maaf agar cahayanya bisa menerangi jiwa. Permohonan maaf tulus dari hati kami haturkan menyambut hari yang suci ini.

Kami mengucapkan Selamat hari raya Idul Fitri 1445 H. Semoga momen lebaran ini membawa berkah, kedamaian, dan kebahagiaan, serta menjadi waktu yang indah bersama keluarga dan orang-orang terkasih.

Perjalanan kami dalam berkenalan dengan banyak orang di sekitar, baik saudara, klien, kontributor, engineer, penulis, intelektual, maupun pengunjung perpustakaan telah memberikan dampak yang luar biasa bagi kami.

Semangat untuk terus berbagi dengan ikhlas, mengalir menjadi rahmat yang terus hadir di tengah-tengah keluarga. Rahmatan lil ‘alamin, yaitu memberikan manfaat untuk sesama dan terus berjuang baik dalam kebaikan-kebaikan di masa lalu, masa kini, maupun masa depan. Tahun ini thaun 2024 sebagai tahun bersama kita yang terbaik yang kita punya, mari kita syukuri bersama dan jalani untuk tumbuh dengan gembira.

Kategori
blog

Berbagi, Refleksi, dan Sebuah Catatan Terima Kasih

#refleksiraw

Baru hari ini saya sempat menulis, dan berefleksi, kadang-kadang kalau nulis bisa terlalu serius, meski perlu ibaratnya untuk pijat emosi, pijat otak. Hal ini penting untuk terus tidak lupa berterima kasih ke banyak pihak. Kali ini saya ingin mengucap terima kasih kepada banyak pihak yang sudah mengundang untuk berbagi di banyak tempat. Menurut saya kegiatan berbagi adalah kegiatan yang wajar dilakukan oleh seorang arsitek, di kampus sampai bekerja hingga berhadapan dengan client kita juga berbagi.

Di dalam studio, kampus, hal ini adalah latihan, simulasi. Namun, di dalam kehidupan nyata, kepentingan orang yang dihadapi begitu beragam dan begitu banyak. Di sinilah penempatan diri menjadi hal yang sangat penting, untuk siapa kita melakukan presentasi, untuk apa kita membagikan sebuah gagasan. Bagi saya niatan untuk terus meningkatkan diri bahwa setiap kali presentasi adalah momen yang berbeda. Dan situasi tersebut adalah hal yang cocok hanya untuk sebagian orang dan sebagian kondisi saja. Berbagi adalah hal yang kami di studio juga pergunakaan untuk bisa menghargai waktu orang lain, ini adalah sikap “tidak egois (selfless)” dengan less less yang lain, karena diskusi terjadi setiap saat. Di situlah toleransi menjadi penting untuk menentukan jalan keluar, dan itulah sebuah sikap yang tidak kenal lelah atau “less yang kedua, restless”. Dari situ segala tindakan baik kita dalam arsitektur menjadi kenangan yang baik dan tidak lekang waktu, menuju less yang ketiga, yaitu “timeless”.

Satu saat di tengah-tengah ruang pamer Arch.ID ada paviliun yang digagas oleh UII mengenai Pak Josef dan Pak Eko. Menurut saya ini sebuah mata air yang ada di tengah-tengah pusaran kapital. Di dalamnya ada karya literasi, tulisan, dan juga pola pikir pedesaan yang merupakan estetika yang biasa-biasa saja dan sangat toleratif, juga solider. Hal itu sangat saya rindukan. Saya postingkan gambarnya, ya.

Juga beberapa bulan terakhir, saya diberi kesempatan untuk menjadi narasumber acara sharing sebagai prinsipal studio untuk menceritakan proses berpikir dan berpraktik di beberapa organisasi, universitas, maupun platform yang ada di Indonesia untuk berbagi terkait proses berpraktik yang saya kerjakan sehari-hari.

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada @bintarodesigndistrict @ykkapi_official @futurarc @bciasia.id @pgnsaka @arsitektur_umbjm @himamsi_umbjm @architecture.carnival @ars.uinmalang @hmarspu @pdf.6.0 @afairui @arsitekturui @archirayftuh @hmaftuh @arsitektur.ftunhas @fsc_id @arch.id.indonesia @iai_diy yang sudah memberikan kami, saya, dan tim Guha semua kesempatan untuk berdiskusi, baik secara online maupun offline. Saya postingkan publikasi-publikasinya ya di sini untuk kenang-kenangan.

Sebagai refleksi, beberapa benang merah dari tema, diskusi yang terjadi berkaitan dengan manusia dan lingkungan. Di mana hal tersebut adalah hal yang sehari-hari dan fundamental di dalam kehidupan, bagaimana kita menjalani kehidupan sehari-hari secara bersama-sama. Bahwa kita hidup secara bersama-sama dan memiliki visi yang sama untuk hidup lebih baik. Arsitektur juga demikian, ia berkembang karena manusia menginginkan kehidupannya menjadi lebih baik. Jangan sampai saya juga di sela-sela kesibukan lupa berterima kasih, lupa untuk membina ikatan, lupa akan waktu, di mana di refleksi ini saya diingatkan bahwa waktu untuk takaran setiap orang adalah sama, di manapun ia, apapun yang ia lakukan, 24 jam satu orang sama dengan orang yang lain. Selamat berbahagia dan terus saling berkontribusi.

Kategori
blog

Guha Studio Culture – Kenaikan tingkat di Guha

#guhastudioculture

Selamat kepada leader-leader yang berhasil naik tingkat dan mendapatkan promosi di Ekosistem Guha (RAW-DOT-OMAH) yang membuat arti sebuah kehidupan di Guha menjadi lebih meningkat untuk menjaga nilai-nilai yang baik supaya lebih lestari. Tadi malam, kami merayakan kenaikan level @andriiyansyahmr menjadi Associate Partner Designer, @melisaakma menjadi Senior Associate Designer, @putrakhairus dan @almujaddidi menjadi Intermediate Associate Designer, dan @arlynkeizia menjadi Intermediate Associate Reseacher.

Kami beruntung bertemu dengan mereka-mereka yang menjadi keluarga tempat bertumbuh bersama. Arsitektur adalah bagian dari kehidupan, ada sesuatu yang lebih besar dan menyatukan yaitu jiwa-jiwa yang tidak pernah kenal lelah, itulah Guha. Akhir-akhir ini kami mendengar banyak testimoni tentang Guha, dari teman-teman internal maupun dari pengunjung yang datang untuk merasakan apa itu Guha. Hal tersebut membuat kami berefleksi tentang makna sebuah kehidupan yang terjadi di Guha, karena “Kehidupan” merupakan salah satu benang merah yang teman-teman kenang dari tempat ini.

Mereka dirasa bisa menjadi jembatan antara klien, prinsipal, dan tim. Dari proses mereka bertumbuh, berprestasi, mendapat kepercayaan, hingga mengemban tanggung jawab yang kompleks yaitu terus membawa makna sebuah kebaikan yang menghasilkan segala bentuk cerita yang istimewa dihati masing-masing. Dan kami menyaksikan mereka bertumbuh di mana waktu dan orang yang capable adalah aset yang sangat berharga. Komitmen menjadi kunci utama sebagai faktor penentu dalam kenaikan tingkat.

Terima kasih kepada mereka dan seluruh anggota tim yang terus-menerus menghadirkan cerita-cerita kehidupan baru di Guha, “from dust to dust”, dengan menjadi debu akan membuat kita rendah hati.

@realricharchitectureworkshop @omahlibrary

#guhatheguild #realricharchitectureworkshop #studioculture #arsitekindonesia #architecturestudio #jakarta #indonesia

Kategori
blog

Thank you to all the intern at Guha the Guild (RAW-DOT-OMAH)

Selama 3 bulan terakhir, Guha the Guild kedatangan mahasiswa terbaik Indonesia dari berbagai macam universitas: @arsitektur.ugm @unsarsitektur @arsitektur.umn @architecture.undiportfolio @architecturebinus . Mereka sudah memiliki pengetahuan desain secara teori dan praktik yang bisa menjadi dasar belajar berarsitektur mereka ke depannya.

Mimpi tentang bayangan diri kita di masa depan menjadi sangat penting, terutama bagi anak-anak muda yang masih mencari tujuan hidup dan posisi untuk berkontribusi menciptakan lingkungan sekitar yang lebih baik. Di Guha, kami percaya bahwa setiap orang memiliki keunikan spiritualnya masing-masing yang mampu memunculkan potensi. Setiap orang dilatih untuk mendidik dirinya berefleksi lebih jauh, menemukan visi dan misi kehidupan berarsitektur di dalam usaha menemukan cakrawala yang baru.

Guha menaungi berbagai tim dengan framework, dinamika, dan karakter yang berbeda-beda. Ada RAW Architecture yang berfokus pada desain, DOT Workshop yang bergerak di bidang pengawasan dan manajemen desain, serta OMAH Library yang bergerak di bidang literasi dan riset arsitektur. Relasi yang terjadi di Guha menggambarkan sebuah total design management. Anak-anak magang belajar di antara banyaknya lapisan proses berarsitektur secara nyata.

Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh mahasiswa yang pernah magang di Guha (RAW-DOT-OMAH):
@noviola_esther @jayadi.darwis @audreylia.adeana @audreyesirait_ @gorjess.ivra @najwachikas @ksndrabening @farisazzzhr @salmaputrin @marvellafelicia_ @habiebreza @jasminesdr @jsubagiyo @jelenajaa @anastaciasherlyy @faisalcahyo_ @_agtrs @fikr.riii @ariqsyahrafif

Semoga kalian dan kita semua selalu bahagia dan tidak pernah lelah belajar arsitektur.

#guhatheguild #realricharchitectureworkshop #rawarchitecture #dotworkshop #omahlibrary #internship #magang #studioculture #arsitekindonesia #arsitekmuda #architecturestudentlife #architecturestudio #jakarta #indonesia

Kategori
blog

Nizamia Andalusia School Collective Cave

#rawcollectivecave Bagaikan sebuah kota, Sekolah Andalusia Nizamia memiliki banyak sekali aktivitas yang diakomodasi di dalamnya. Kisah 1001 malam yang melegenda menjadi inspirasi dari 1001 cerita dari pagi menuju malam. Cerita adalah aktifitas, fungsi dan program. Hal ini tercermin pendekatan cross-programming sebagaimana dibahas oleh Rafael Moneo di dalam “Theoretical Anxiety and Design Strategies in the Work of Eight Contemporary Architects” dan dipraktikkan oleh Rem Koolhas.

Konsep ini diterapkan di organisasi tiap ruang. Lobby di lantai dasar bangunan utama disambut oleh ruang ibadah besar di lantai lantai dasar dan, dilanjutkan ruang-ruang kelas dengan area berkumpul di antaranya di atasnya atasnyaz ruang – ruang antara berada maju mundur berfungsi sebagai ruang lounge dan wudhu. Lantai ketiga diisi dengan ruang berkumpul yang terhubung dengan jembatan ke bangunan tahap sebelumnya.

Ruang – ruang kelas, ruang – ruang antara mengisi lagi di antaranya hingga diakhiri dengan fasilitas olahraga dengan tribun di area rooftop. Hal tersebut menunjukkan urgensi berkumpul , bermain, berdoa di tengah-tengah belajar.

Bagi kami, istilah “high” dalam “high school” SMP, bermakna adanya tingkat kedewasaan yang lebih tinggi daripada siswa Sekolah “Dasar”. Pemikiran mereka sudah mulai terelaborasi dan mereka pun sudah mulai bisa bersikap mandiri. Dari Nizamia, kami belajar bahwa pengembangan kedewasaan dapat disambut dengan impuls arsitektural. Kami memaknai simbol program, atau kotak – kotak yang tersusun yang menandai masa kini.

@nizamiaandalusia @realricharchitectureworkshop

@rawarchitecture_best @melisaakma @andriiyansyahmr @chairunnisabels @tyoadngrh @almujaddidi @meizzh_ @rrianditaa @zikrirahardian @richieaweee

#nizamiaandalusia #collectivecave #RAWongoing #realricharchitectureworkshop #school #architecture #details #architectureproject #jakarta #indonesia

Kategori
blog

Chimney Bioclimatic Home

All of the context and the design results portray our belief that poetic architecture comes from many experiments involving many parties. Design variations resulting from consistent experimentation have a common thread that is intact and complex but still integrated. The thread connects one and another projects through a collaborative but personal architectural approach, a continuous point. That’s the “M”, the symbol elaborated from our studio’s daily, which we interpret as Method, a way to connect architectural theory to the practice.

The Chimney Bioclimatic Home results from a study of skylight as a passive light and air tunnel in tropical climates. There are 7 skylights on the house varying in dimension, which suit the lighting needs calculation based on the room volume below and compared to the sunlight angle. One of the skylights is made big as a center point and a visual connection with the void between the living area.

The skylights are made to have a good air circulation performance without letting the rainwater in. The construction is designed to be floating without a frame, but just a stainless pin, giving a gap below covered with a mosquito net. Finally, the glass cover is installed with a slope to prevent waterlogging.

Besides the details of the skylights, the house has another uniqueness in its form. The form of the house is inspired by the site, which is located on the curved corner, giving the vibe of it sitting on the top of the garden, shaded by tree canopies. So, the curved shape is implemented for the massing, as well as for doors, windows, skylights, and even several elevations that function as a divider between the family and prayer rooms.

Architects :
@realricharchitectureworkshop

Photograph by @farhannash @luil_mn
Project narrative by @khunmey_

#chimneybioclimatichome #bioclimatichome #RAWfinished #realricharchitectureworkshop #home #architecture #details #architectureproject #tangerang #jakarta #Indonesia

Kategori
blog

Article Published on ArchDigest

Thank you, @archdigest and @juliaeskins, for the published article. It’s a huge appreciation for our team.

Piyandeling is a work of togetherness. There are Pak Saniin and friends’ work and many more craftsmen who have worked together before and are still making progress to this day. I want to express myself with gratitude. The world is all about work, work for the family, family connecting the world, and the world becomes a family. The work represents family, which is everywhere in this world and closer than ever.

Piyandeling signifies the birth of Heaven, our second child. The land is a promise of our love for bamboo; we love impermanence. It reminds us that this life is perfect because somehow when our imperfections are stuck together and can work together, this condition is more than perfect.

There are three sheep named Dago, Garut, and Lembang. One of the sheep, Dago, has given birth to a girl named Tahura, which means great garden forest. It’s the fourth sheep. Making architecture is like therapy, a healing and beautiful experience. I hope many more people believe in architecture that can touch people’s souls. Through Piyandeling, Tahura’s birth is touching our hearts, and Julia’s writing signifies this presence that the sound of the great garden forest is within her writing work. Great work Julia

Through Architectural Digest and Julia’s writing in person, we go through the beautiful bamboo world, feel blessed, and feel hope in architecture together again. And, It is nice to know and reconnect again with the eight other most beautiful bamboo buildings in the world architect, @ibukubali @nomadicresort @colab_tulum @chiangmailifearchitects @vtnarchitects_votrongnghia @luxury_frontiers you are the best.

Check out Architectural Digest’s article on https://www.architecturaldigest.com/gallery/the-most-beautiful-bamboo-buildings-in-the-world

#realricharchitectureworkshop #architecturaldigest #architecture #jakarta #tangerang #indonesia

Kategori
blog

Proyek Bukit Golf

Kemarin saya ke proyek di Bukit Golf, sudah hampir tahun ke 8 ini proyek berjalan dari tahap konsep. Banyak orang bilang ini lama betul, saya jawab, ada juga proyek yang 13 tahun juga proyek belum selesai – selesai, dan lanjut sampai proyek ke 4 di lahan yang sama sekarang. Attitude tidak kalah lebih penting daripada metode desain.
.
Arsitektur itu ngga bisa dilihat dari cepet selesai, ataupun lama selesai. Menurut saya arsitektur itu soal keterikatan batin yang kuat dengan banyak orang di dalamnya. Bisa ditutup – tutupi tapi akan terpancar jelas relasi – relasi yang muncul dengan adanya waktu. semoga sebentar lagi selesai, sebulan – dua bulan lagi maksimal ya.
.
Arsitek itu ibaratnya pelari maraton yang panjang, ia menjembatani banyak pihak, banyak gengsi, ego, dan materialisme mengetahui bahwa segala hal tidaklah murah, dan malah mahal itu di prosesnya. Mulai dari mengingatkan tidak boleh merokok di proyek, berdiskusi hal – hal yang sederhana dari arsitektur yang terdiri pemipaan, kualitas finishing, sampai ke sejauh mana proteksi terhadap tikus dengan menutup semua lubang, proteksi terhadap air. Proteksi itu penting sembari menyempurnakan. Segala masalah pasti selesai, proyek pasti selesai, dan kenangan yang manis menghasilkan mimpi yang baik tim yang baik, hasil yang baik, niat yang baik, jadilah masa depan yang baik.
.
Terima kasih untuk tim yang ikut rapat hari ini, you are the best
@rikoyohanes_
@joanaagustin
@realricharchitectureworkshop
@dot_workshop

#realricharchitectureworkshop #tangerang #indonesia #arsitekindonesia #arsitektangerang

Kategori
blog

Budi Sukanda

Minggu lalu, saya dapat kesempatan bertemu dengan Pak Budi Sukada. Dalam perbincangan kami, beliau banyak berbagi tentang perjalanan karir arsitektur dan pengalamannya menempuh magister di Architecture Association (AA) London. Beliau juga bercerita bahwa ada peran Prof. Gunawan Tjahjono, dosennya di UI, yang terus mengajaknya berdiskusi tentang buku-buku, hingga akhirnya membuat beliau mencintai filsafat. Salah satu buku yang sangat berkesan baginya adalah karya Pak Fuad Hassan berjudul “Berkenalan dengan Eksistensialisme”

Bagi beliau, menjadi mahasiswa AA Graduate School adalah semacam dunia fantasi karena ia dapat bertemu dengan banyak arsitek dunia seperti Rem Koolhaas, Zaha Hadid, Charles Jencks. Yang menarik adalah ketika mentornya bertanya tentang apa yang ingin beliau pelajari, beliau menjawab ingin belajar teori arsitektur. “Tidak ada yang namanya teori arsitektur, yang ada itu sejarah dan teori arsitektur. Anda harus mengerti sejarah dulu sebelum belajar tentang teori arsitektur.” Jawaban ini terus diingat oleh beliau hingga saat ini.

Di usia yang sudah tidak muda lagi, Pak Budi Sukada masih memiliki keinginan untuk terus berkontribusi. Beliau menyebutnya sebagai sikap “refuse to be forgotten”. Ia tidak ingin arsitektur Indonesia hanya sisa kulitnya saja. Beliau juga banyak sekali membahas tentang pentingnya sejarah dalam teori. Saya kemudian bertanya, “Kenapa perlu belajar teori arsitektur, Pak? Bapak menyebut kaitannya dengan sejarah. Untuk apa sebenarnya teori itu diingat dan dipelajari?”

“Sejarah dan teori itu untuk menguji pernyataan seseorang, baik terhadap karyanya maupun karya orang lain. Kalau tidak teruji, ya omong kosong. Sejarah, teori, dan kritik itu penting. Ada saja yang selalu tidak terima ketika dikritik. Yang penting, kalau tidak terima, harusnya bisa menjelaskan kenapa tidak terima, dan itu secara teoritis, jangan secara sensitif, subjektif.”

Beliau menyampaikan bahwa kritik menjadi hal biasa di luar negeri, seperti Charles Jencks saat mengkritik James Stirling, begitu juga dengan kritik kepada Zaha Hadid, Leon Krier, dan Norman Foster dalam kelas kritik yang beliau ikuti di AA Graduate School.

#realrichsjarief #guhatheguild

Kategori
Team - Craftmanship Leader Team - Tier 4

Endang Syamiyudin

In memoriam of

Management Construction Engineering

Merupakan engineering yang bergerak didalam pengawasan konstruksi dan gambar kerja yang berterkait dengan detailing (DOT Workshop)

Kategori
blog

Endang Syamsyudin

Pak Endang Syamiyudin adalah orang yang sungguh berjasa dalam karir saya dan studio kami. Sejak 14 tahun yang lalu, ia menemani saya dari Jakarta, Tangerang, sampai Bali. Dari tangan dinginnya muncul proyek-proyek yang saya banggakan.

Proyek pertamanya adalah Bare Minimalist bersama Pak Singgih, diikuti Akanaka, Wirawan House, Alfa Omega, Chimney House, sampai Lumintu House. Bersama Pak Singgih, ia selalu menutup dan membuka proyek pada libur lebaran.

Beliau ada ketika saya jatuh tertancap paku di proyek, beliau juga ada saat kami tertawa bersama. Ketika yang lain tertidur lelap, beliau menemani saya berdiskusi sampai larut, bahkan di hari libur. Banyak sekali parameter tak terduga, tetapi semuanya akan baik dan selesai.

Dari sosoknya muncullah adik-adik didikannya: Pak Edy, Sarip, Indra, orang-orang terdekatnya yang menjadi keluarga baru saya sampai belasan tahun kami bekerja bersama.

Kemarin saya ditelpon bahwa Pak Endang meninggal dunia. Saya kehilangan seorang jenderal yang menjaga keseharian proyek kami. Ayah saya berpesan: detail dan ketukangan adalah pusaka arsitektur Indonesia yang jarang dibicarakan, tetapi harus diperhatikan karena tukang dan mandor tetaplah manusia biasa juga. Ada transfer ilmu, kebanggaan yang berbeda. Dari tangan-tangan terampilnya muncul karya arsitektur. Selalu sadari bahwa setinggi apapun kita, hargailah manusia setinggi-tingginya.

Pak Endang, saya minta maaf kalau ada salah ke Bapak dalam keterbatasan saya sebagai manusia biasa. Saya Realrich juga minta maaf ke saudara-saudara, kalau ada salah dari Pak Endang, mohon dimaafkan.

Selamat jalan, Pak Endang. Dalam kesementaraan hidup ini saya belajar bahwa cinta hadir karena solidaritas dan toleransi.

Nama Pak Endang akan selalu hadir di studio saya RAW DOT dan Omah, dalam sebuah memorial, dalam sebuah asa untuk menjaga ikatan batin, dan saya akan mengingat jasa beliau sampai saya mati. Tuhan, terima kasih sudah memberikan salah satu malaikatmu untuk menjaga kami, teman-teman saya, klien, kontraktor dan memberi kebaikan ke semesta ini.

Tuhan Yang Maha Kuasa, Pak Endang yang di surga, saya titip salam untuk ayah saya dan ayah Bapak.

#realrichsjarief #dotworkshop

Kategori
blog

Sunyoto Bioclimatic Home

Klien kami ini salah satu teman lama ayah saya. Sudah lama sekali, sejak saya bermain tenis bersama ayah saya di tahun 1995 dan keluarga kami terus menjaga hubungan baik dengan beliau dari 2005 hingga saat ini. Rumah ini merupakan gambaran dari perjalanan panjang hubungan saya, ayah saya, dan juga beliau yang kadang bercerita tentang how great my father is.

Rumah ini unik karena memiliki dua lahan kosong yang sebenarnya adalah wujud dari impian beliau untuk hidup di sebelah taman yang besar. Ini karena rumah beliau saat ini tidak memiliki ruang yang cukup untuk taman, sehingga keberadaan lahan ini dapat memenuhi keinginannya dan istrinya yang sangat menyukai tanaman dan binatang.

Baginya, rumah ini adalah rumah terakhir di mana ia berharap tidak perlu berpindah lagi. Rumah ini dirancang untuk menjadi tempat berkumpul keluarga serta tempat menyambut ketiga anaknya saat pulang dari luar negeri. Oleh karena itu, ruang keluarga pada rumah ini ditempatkan di tengah, luas, dan terbuka, serta dilengkapi dengan void dan skylight.

Rumah ini dibangun untuk mendukung hobinya mengutak-atik barang dan istrinya yang gemar menanam, sehingga disediakan ruang workshop dan area taman. Orientasi rumah yang menghadap utara dan selatan, semakin mendukung untuk menciptakan area tanaman dan balkon yang ideal untuk bersantai. Perumusan rumah ini juga dibantu dengan dialog yang hangat dan ramah dari anak mereka.

Setiap lantai rumah dibagi sesuai dengan kebutuhan keluarga. Lantai dasar sebagai area workshop dan taman baginya dan istri, lantai 2 sebagai ruang keluarga, lantai berikutnya untuk kamar anak-anak mereka, dan lantai paling atas diisi area taman dan ruang gym. Dalam setiap detailnya, kita dapat melihat rumah ini tidak hanya menjadi tempat tinggal bagi keluarga, tetapi juga menjadi rumah yang menggambarkan kehidupan keseharian dari keluarga yang hidup di dalamnya.

Terima kasih tim: Mey2, Timbul, Alim, Putra, Audy, Tyo, Yusrul, Kamil, Zyadi, Neilson dan semua yang terlibat. Arsitektur adalah proses panjang dan kolaboratif.

Design by #realricharchitectureworkshop #sunyotobioclimatichome #home #architecture #details #jakarta #indonesia #dezeen #archdaily

Kategori
blog

Tunas Muda Kindergarten

refleksiraw

Proyek Tunas Muda Kindergarten memiliki cerita menarik dalam pemilihan lahannya. Awalnya, kami bersama klien menjelajahi kompleks sekolah untuk mempertimbangkan area yang potensial untuk dikembangkan. Akhirnya keputusan jatuh ke letak lahan yang strategis di depan sekolah di balik dinding perimeter.

Dinding perimeter eksisting sepanjang 19 meter dan struktur atap cremona ditempatkan di atasnya dengan material UPVC yang ringan untuk ditanggung oleh struktur bentang lebar. Desain juga memanfaatkan perbedaan level tanah eksisting yang turun 80 cm untuk menciptakan area penyambutan yang luas dengan penambahan tangga dan ramp. Denahnya dibuat terbuka untuk memberikan fleksibilitas pengembangan di masa depan.

Tunas Muda Kindergarten kini memiliki 5 kelas yang fleksibel, 1 ruang serbaguna, area playground, dan 2 taman, salah satunya berfungsi sebagai daerah sumur resapan. Dari luar, tampak depan didesain sederhana dengan hanya menambahkan cat putih di area pintu masuk lingkaran. Sisa dinding dengan tanaman-tanamannya merupakan bagian dari eksisting yang dipertahankan. Hasilnya, bangunan ini memberikan kesan nostalgia, dan menjadi tempat yang memiliki banyak kejutan di dalamnya.

Area ini memiliki makna Tunas Muda yang sesungguhnya dengan area kindergarten tempat dimulainya pendidikan di taman kanak – kanak, simbol penting dari pertumbuhan dan perubahan, sebagaimana tunas yang tumbuh dari benih tanaman.

@tunasmudaschool @realricharchitectureworkshop

tunasmudakindergarten #RAWfinished #realricharchitectureworkshop #school #architecture #details #architectureproject #meruya #jakarta #indonesia

Kategori
blog

Pasar Tradisional Sukasari

Dalam memahami konteks sebuah bangunan, kami menyadari bahwa setiap lahan memiliki konteks yang berbeda-beda dan memberikan keunikan dalam proses perancangan massa bangunannya. Ini lah yang juga kami sadari ketika kami berkarya dalam tipologi bangunan publik. Hal ini kami sebut dengan #rawcollectivecave

Ini adalah sebuah proyek renovasi yang kami kerjakan pada Pasar Sukasari, salah satu pasar tradisional yang terletak di Bogor. Dalam proses renovasi ini, kami perlu memastikan kepentingan komersilnya, di mana diperlukan penyesuaian jumlah lapak penjual yang harus diakomodasi.

Untuk memenuhi kebutuhan baru yang ingin dicapai oleh Pasar Sukasari, kami mengambil konsep desain yang terinspirasi dari rumah khas sunda yaitu Julang Ngapak. Rumah ini memiliki performa termal yang sangat baik dengan atap tinggi, yang biasa dipakai sebagai ruang publik untuk menjalankan berbagai macam aktivitas. Oleh karena itu, kami membagi Pasar Sukasari menjadi zona-zona berdasarkan aktivitasnya untuk mengoptimalkan fungsionalitas bangunannya. Atapnya yang tinggi juga terinspirasi dari bentuk gunung, di mana titik awal dan titik akhir pada atapnya berada pada bagian yang paling rendah. Ini mencerminkan upaya kami untuk menciptakan pasar yang modern namun tetap berakar pada nilai-nilai lokal dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat.

Hal-hal yang kami tawarkan dalam desain Pasar Sukasari ini adalah dengan mengakomodasi berbagai program yang dibutuhkan, mulai dari menambah jumlah pedagang, meningkatkan kebersihan lapak, dan memberikan akomodasi untuk gerobak di lantai teratas. Kami juga menambahkan sarana publik seperti lapangan olahraga, tempat main anak, dan area foodcourt. Harapannya, pasar ini dapat menjadi daya tarik baru bagi para pengunjung dan menjadi pilihan area publik baru yang dapat dinikmati bersama keluarga.

Design by #realricharchitectureworkshop @pasar.gembrong

#pasarsukasari #RAWongoing #realricharchitectureworkshop #traditionalmarket #architecture #details #architectureproject #bogor #indonesia

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Reviyana Atika Ranti

Associate Designer

Affiliation Universitas Diponegoro

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Muhammad Rizky Fauzi

Officer

Kategori
Team - Officer Team - Tier 4

Fitri Ratna Sari Sibuea

Associate Administration and Finance

Affiliation STMIK Triguna Dharma Medan

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Cloudia Agnesia Tjuatja

Associate Administration and Finance

Affiliation Universitas AKI

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Anwar Sanusi

Officer

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Jocelyn Emilia Ukalvin

Intermediate Researcher, Librarian, and Writer

Affiliation Master: Universitas Kristen Petra, Bachelor: Universitas Kristen Petra

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Nielson Huang

Associate Designer

Affiliation Universitas Bina Nusantara

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Muhammad Yusrul

Associate Designer

Affiliation Universitas Diponegoro

Kategori
Team - Designer Team - Tier 5

Ridwan Kamil Pakerrangi

Associate Designer

Affiliation Universitas Diponegoro

Kategori
blog

Happy CNY, Valentine, Election Day for You

Saya baru membaca puisi Kipling, ini relevan dengan bagaimana pengajaran budi baik ke anak – anak dan kehidupan personal. Puisi ini adalah refleksi disaat bimbang, dan berguna untuk kami sekeluarga, menetapkan jalan untuk terus belajar. Happy CNY, Valentine, Election day for u ❤️

JIKA
oleh Rudyard Kipling

Jika kau bisa menjaga akal sehat mu ketika semua yang lain kehilangan akal sehat dan melampiaskan itu padamu

Jika kau dapat mempercayai dirimu ketika semua orang meragukanmu namun memberi ruang bagi keraguan mereka itu

Jika kau mampu menunggu dan tidak dilelahkan oleh menungguatau, meski didustai, tidak ikut mendustai atau, meski dibenci, tidak ikutan-ikutan benci dan tetap tidak bergaya sok saleh atau sok bijak

Jika kau bisa bermimpi – dan tidak membuat impian-impian itu majikanmu

Juka kau bisa berpikir – dan tidak membuat pikiran – pikiran itu tujuanmu

Jika kau berjumpa dengan Kemenangan dan Bencana dan memperlakukan kedua penyamar itu sama rata

Jika kau menahan diri saat mendengar kebenaran yang kau sampaikan diputar balik oleh para bangsat untuk menjebak orang-orang
lugu atau menyaksikan hal-hal yang baginya kau pertaruhkan hidupmu, dihancurkan
kau membungkuk dan menyusunnya lagi dengan perkakas ausmu

Jika kau bisa menumpuk semua yang telah kau menangkan dan mempertaruhkannya pada kesempatan sekali seumur hidup dan kalah, dan mengulangi lagi dari awal dan tak pernah mengeluh sepatah kata pun tentang
kekalahanmu

Jika kau bisa memaksa hatimu dan syarafmu dan uratmu untuk menjalankan tugasmu sekalipun kekuatan mereka telah lama hilang
dan terus bertahan meskipun tak ada apa pun lagi padamu kecuali Kehendak yang memerintahkan pada mereka, “Bertahanlah!”

Jika kau bisa bergaul dengan orang banyak dan memelihara keluhuranmu, kejelataanmu
atau berjalan bersama para Raja – tanpa kehilangan

Jika entah musuh ataupun sahabat kekasih tak dapat melukaimu

Jika semua orang masuk perhitunganmu, tapi tiada yang terlalu

Jika kau bisa mengisi satu menit yang tak akan kembali dengan upaya sejauh mungkin seharga enam puluh detik

Milikmulah Bumi dan segala sesuatu yang ada di dalamnya dan – lebih lagi – kau akan menjadi Manusia Sejati, anakku!

Kategori
blog

Guha The Guild as Ecosystem

Kemarin kami bertemu dengan adik dan kakak kami dari Universitas Tadulako, Palu. Sahabat dari daerah timur Indonesia, yang dekat bagaikan keluarga. Pertemuan kami kemarin seperti reuni kembali dengan 65 adik-adik muda, dan dua dosen terbaik mereka. Bagi kami sahabat dan keluarga tidak dapat dipisahkan oleh jarak, kami tetap terhubung oleh ikatan yang menembus waktu menjalin memori baru.

Di setiap pertemuan pasti ada alasan, Pak Rahmat Atok bercerita, bahwa kedatangan mereka ke Guha sebagai salah satu kunjungan KKL untuk mengajak mahasiswa merasakan pengalaman baru, yang lahir dari sebuah studi dan pencarian sehari-hari yang intensif, natural, dan mengalir. Perkenalan dengan saudara dari Universitas Tadulako terjalin karena ada kak Cahyo yang terus merangkai jalinan jaringan arsitektur di Indonesia. Kami bersyukur semua jaringan ini membentuk lingkaran dan menyatukan kita kembali. Menurutnya desain arsitektur Guha berbasis dari “apa yang dibutuhkan dari sebuah tempat”. Hal tersebut menjadi konsern kami setiap harinya untuk terus merespon kebutuhan sehari-hari melalui arsitektur. Bagi kami belajar bisa melaui banyak hal mulai dari studio, kelas, berjalan-jalan, maupun ziarah arsitektur. Pengalaman terbaik adalah mengalami, dan belajar secara langsung.

Ini testimonial dari salah seorang mahasiswa, Blenda L. W.

“… Setelah saya datang kesini, fasad, suasana, dan materialnya mirip dengan di tempat-tempat lain, tapi untuk prinsip bagaimana cara membuatnya, itu beda jauh dari apa yang sudah saya pelajari dari tempat lain, mulai dari cara mengolah materialnya dan merakitnya fungsinya. Dari sini, satu pelajaran yang bisa saya ambil adalah barang-barang indah tidak harus mahal, tapi bisa dari apa yang ada disamping kita.”

Kami bersyukur, Guha bisa menjadi tempat kita bersama, seperti kata kak Cahyo Novianto, nyalakanlah api lilin-lilin kecil di sekitar kita ke seluruh penjuru nusantara. Kami bisa mengucapkan rahayu-rahayu-rahayu bumi, jiwa, dan segala isinya.

@kkl_2024

#guhatheguild#experiechingguha#omahlibrary#realricharchitectureworkshop
#studioculture#arsitekindonesia#arsitekmuda#architecturestudentlife#architecturestudio#jakarta#indonesia#palu

Kategori
blog

16 Januari 2024 Ulang Tahun Kembali

Tahun ini, waktu ulang tahun saya tidak punya harapan untuk saya pribadi. Saya hanya berharap saya bisa membahagiakan keluarga, ibu saya, istri, dan 2 anak saya, juga keluarga besar. Juga harapan saya ke tim saya, dan kawan – kawan saya di arsitektur, you are the best.

Kemarin kita mau selesaikan proyek kami yang namanya boboto-proyek ini adalah peninggalan almarhum ayah saya, saya rencana menyelesaikan proyek itu tanggal 13 Januari waktu ayah saya ulang tahun. Ibu saya bilang, sudah tanggal 16 Januari saja diselesaikan. Sekeras itu saya berusaha, seperti anak yang selalu punya banyak mau, ternyata tanggal 13 tidak bisa diselesaikan. Akhirnya saya menyerah di tanggal itu siangnya saya pergi ke pasar bunga, menyewa boat, kemudian menelpon saudara dan ibu saya untuk menebar bunga. Saya senang bertemu almarhum lagi di laut lepas. Akhirnya tanggal 16 kita selesaikan dan kami satu studio pakai untuk acara bersama, seperti keluarga. Ada yang lain yang ulang tahun juga di bulan Desember dan Januari, juga saya rayakan bersama mereka, ada Putra, Haykal, Audy, Yoshi, dan Adriyan. Kita makan enak, minum enak di Boboto, juga bersama pak Misnu, Mbak Sri, dan Nurul yang mengatur tim kami. Ibu saya pagi – pagi menelpon, mengucapkan selamat ulang tahun, juga ayah dan ibu mertua saya dari sisi Laurensia. Terima kasih doanya.

Setelah itu di Guha, malamnya Rezki datang dan membawa kue, bentuknya bulat, kotak, dan segitiga. Ia bilang ini sanmi-sangen. Bulat merepresentasikan energi restless spirit (energi yang tidak pernah lelah), kotak merepresentasikan (pikiran), dan segitia merepresentasikan spirit (jiwa) yang memiliki ujung. Saya mengganguk2 dan kemudian meniup lilin, harapan saya, semoga ia dan fei bisa mendapatkan berkat terbaik dalam kehidupan mereka.

Di balik susunan bata yang rapuh dan tidak sempurna, itulah keluarga, arsitektur yang frugal muncul dan menyatukan. Laurensia bilang, “It’s okay to be imperfect” hal itulah keluarga.

Thank you ya semuanya, you are the best, that make me the best.
@laurensiayudith
@septia.ti
@audykiranard
@putrakhairus
@joshinoel
@ha.ykal
@rezkidk
@guhatheguild
📸 @_yophrm (diboboto)


Studio culture ini diceritakan oleh Lu’luil Ma’nun didalam platform @guhatheguild

Dunia profesional merupakan dunia yang sangat intensif, setiap pribadi akan berhadapan dengan begitu banyak tanggung jawab yang berhubungan dengan orang lain. Dalam kondisi penuh tekanan dan deadline yang berturut-turut. Oleh karena itu salah satu culture di studio kami adalah menciptakan momentum relaksasi bersama, hal ini ditujukan untuk meregangkan pikiran yang sebelumnya tegang dan menghadirkan perasaan damai. Momentum ini sekaligus menjadi waktu istirahat sejenak dari pekerjaan yang begitu padat, agar kedepannya dapat mempertajam kembali goals apa yang ingin di capai.

Makan-makan sambil merayakan ulang tahun seperti ini merupakan budaya yang kami perjuangkan bersama setiap bulannya. Karena arsitektur tidak hanya identik dengan deadline yang padat, tapi juga identik dengan kerja kolaborasi + menciptakan kebahagiaan dibalik tekanan yang ada. Persiapan gathering bulan Januari ini melibatkan multi tim, ada begitu banyak layer-layer divisi yang terlibat, seperti tim biru, logistik, designer, reseacher, admin, dan juga koki di studio kami.

Hal ini dapat menjadi proses latihan bagi kami, berlatih untuk bekerjasama dengan berbagai jenis karakter dan kebiasaan kerja yang beragam. Dari hal-hal sederhana seperti ini kami belajar bahwa acara ini tidak bisa kami persipkan tanpa keterlibatan banyak orang. Karena diwaktu yang singkat, setiap orang dapat menyumbangkan kontribusinya masing-masing untuk memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Selamat ulang tahun principle kami @rawarchitecture_best, dan juga @audykiranard@andriiyansyahmr@ha.ykal@putrakhairus@joshinoel, kami bangga pribadi-pribadi seperti kalian ada distudio ini.

Dari acara ini, secara tidak langsung kami berlatih membangun hubungan jangka panjang yang sehat. Dibalik canda tawa yang memenuhi ruangan, kami menyadari akan pentingnya meluangkan waktu, bekerja bersama, dan berbagi kebahagiaan untuk orang lain.

Dunia arsitektur merukapan kehidupan yang diverse, didalam sebuah studio kita tidak bisa bekerja sendirian, diwaktu yang singkat kita pasti membutuhkan orang lain. Hal ini selalu kami latih didalam keseharian, melalui aktivitas sehari-hari hingga kedalam karya-karya arsitektur yang terencana.

Kategori
blog

Exploration of Bioclimatic Architecture


Akhir – akhir ini saya berefleksi seperti apa yang dilakukan banyak orang tentang pekerjaan, tentang sejauh mana kami di praktik sudah melangkah, akan kemana, dan apa yang mau dilakukan di awal tahun 2024. Puji Tuhan untuk 2023 kawan2 semua, dan saya doakan berkat berlimpah di 2024, rejeki cukup, sehat, dan dikaruniai kebahagiaan.
.
Sebagian besar proyek kami adalah proyek rumah tinggal dan beberapa di antaranya adalah proyek institusional seperti sekolah, ritel, dan kantor. Secara pribadi, saya suka mengerjakan proyek-proyek tersebut terutama rumah tinggal karena bagi saya, kehidupan klien itu unik dan menjadi cerita tersendiri dibalik beraneka ragamnya desain yang tercipta untuk mereka. Beberapa di antaranya, bahkan belum sempat kami publikasikan karena terlalu banyak hal yang harus dipersiapkan dengan waktu yang terbatas. Untuk ini saya merasa memiliki hutang banyak karena tanpa klien, kami tidak bisa berkembang sampai sekarang. Arsitek dan arsitektur tidak pernah berdiri sendiri.
.
Dalam beberapa ilustrasi ini, kami menjelajahi prinsip Rumah Bioklimatik. Salah satu hipotesisnya yang lebih spesifik adalah bahwa kami dapat membuat rumah tetap sejuk di iklim tropis di Indonesia dengan suhu mencapai 28 derajat Celsius jika metode ini diimplementasikan dengan ketat. Hal ini membentuk desain rumah sehat.
.
Pada gambar bisa dilihat di halaman 2 bahwa, 4 elemen 1, 2, 3, dan 5 ada di konseptual desain dan 2 elemen 4 dan 6 ada di integrasi desain dan disiplin lain, 2 lapisan keberagaman budaya dan semangat gotong – royong ada di semua lapisan yang mewarnai bumi Indonesia sebagai perjuangan bersama. Sementara 6 prinsip lainnya terbagi dari massa bangunan hingga materialitas yang spesifik di lokasi. Hal ini akan dijelaskan dalam publikasi proyek-proyek kami selanjutnya.
.
Tipologi rumah tinggal adalah salah satu tipe proyek yang paling penting dalam studio kami, karena ini menunjukkan kontrol dari klien dan arsitek dalam menunjukkan kolaborasi dalam skala kecil. Dalam tipe ini, eksperimen terus-menerus disesuaikan untuk mencapai hasil yang optimal.
.
@realricharchitectureworkshop
#realricharchitectureworkshop #bioclimatichome #arsitekjakarta #arsitekindonesia

Kategori
blog

Refleksi – Arsitek dan Eksistensi Bangunan


09 01 24, Hari ini saya menulis refleksi singkat tentang acara UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan tema “Arsitek dan Eksistensi Bangunan : Ketika Desain Menjawab Kerinduan Literasi Akan Atensi Manusia”.
.
Disini saya berbagi bahwa sederhananya literasi itu terkait juga dengan menyimpulkan pengalaman praktik dan menuliskannya kembali termasuk disini. Di dalam proses desain, saya juga percaya bahwa klien, pengguna, orang lain hadir dan memberikan kekuatan kasih yang memberi dan menerima. Disitulah rasa empati itu saya dapatkan dan ada rasa memiliki yang muncul dari berbagai macam pihak. Rasa memiliki itu muncul dari rasa sayang, keinginan untuk menjaga dan juga keinginan untuk selalu belajar, dan mengevaluasi hasil untuk selalu menjadi pribadi dan kebersamaan yang lebih baik. Dalam diskusi saya banyak belajar dari mas Farid dan bu Nur, dan diskusi di dalamnya mengenai simpul menyimpulkan dengan kualitas perancangan perpustakaan yang membutuhkan tanaman, simbol keunikan, sampai program yang terbuka untuk orang relaksasi.
.
Dalam sharing ini saya juga berbagi tentang beberapa pengalaman praktik yang bisa jadi contoh atau memiliki kecocokan paling pas dengan tema, misalnya seperti proyek yang namanya perpustakaan boboto yang disusun dari material sisa yang dipakai lagi, kami menyusun bata sisa yang imperfect, triplek bekas dipotong kecil – kecil dan membuatnya jadi komposisi yang unik yang didesain polanya oleh tukang – tukang. ada empati terhadap bahan,enginering, sekaligus berkarya bersama dengan para pengrajin dari bisa menjadi biasa.
.
Ruang – ruangnya terbuka dan nanti tinggal tanaman muncul mengisi ruang-ruang transisinya. Dari awal praktik membuat Bare Minimalist, Guha, Piyandeling. Saya yakin bahasa – bahasa kesederhanaan dan dialog bersama – sama ini menjadi penting dan berlanjut dari satu ke proyek lain secara menerus memberikan tempat yang sederhana dan empatik.
.
@ars.uinmalang @realricharchitectureworkshop
Tim Panturanian New Style of Architecture haha- @melisaakma @arlynkeizia and friends @muiz5129
.
Photo oleh @_yophrm
.
#realricharchitectureworkshop #dotworkshop #arsitekindonesia #arsitekjakarta #jakarta #indonesia

Kategori
blog

House Warming – Willy, Cindy and family


Hari ini adalah hari house warming, rumah milik Willy, Cindy dan family. Rumah ini tidak lepas dari bagaimana duo Willy – Cindy yang mengatur rumahnya sedemikian intensif, dan semangat, jadinya saya ikutan semangat. Dulu arsitek Frank llyod Wright yang mendesain rumah kliennya Frederick Robby menyebut rumah kliennya “Robbie house” karena permintaan kliennya yang intensif, ingin rumah dengan kantilever atap mendatar yang panjang, taman internal, dan proporsi yang efisien sekaligus manusiawi. Lahirlah style prairie, memang arsitek tidak bisa lepas dari kehidupan kliennya. Desainer utamanya sebenarnya adalah sang klien lol.
.
Dari guyonan rumah kotak – kotak yang menurut Willy membosankan satu waktu, lahirlah bentuk yang teradaptasi dari bentuk lahan, sinar matahari, balkon, dan usaha mencari bayang – bayang. Ada bentuk yang mengerucut dibalik bentuk planar, dibalik dua gaya berbeda antara dalam dan luar ada kontras yang sekali jalan, ada kesederhanaan, perasaan nyaman. Saya suka tantangan, dan menantang terus apa yang klien kami mimpikan.
.
Sebuah gaya arsitektur adalah milik masa lalu, dan kehidupan masa kini dibalik bayang – bayang rumah tinggal, hidup sebuah keluarga beserta mimpi, masa kini, dan harapan untuk masa depannya yang unik. Uniknya rumah ini memiliki lapangan bulu tangkis di atasnya dengan desain struktur pelana, dan kolam renang, anak – anak senang sekali disini, sampai lupa bermain gadget kata Willy. kalau disini desain kepalanya adalah Cindy saya bilang, dan super bos besarnya adalah Willy. Saya berkelakar karena hal guyon seperti ini sehat untuk menempatkan prioritas bahwa klien adalah penting, dan usaha melayani itu adalah pancaran untuk proyek – proyek selanjutnya yang terus mengalir, dalam masa depan cerah yang dirangkai sambil guyon2, mbuncit.
.
@willywinarta @clovamelia
.
@realricharchitectureworkshop

Kategori
blog

Who Am I ?

Kawan baru saya ini namanya Eko, menurut saya dia adalah pejuang, terus bergerak di ranah – ranah keterbatasan ekosistem arsitektur sekitar dia. Dari mailing list AMI jaman 2000 sampai awal era facebook, ia memperhatikan dan menyenangi berbagi ilmu pengetahuan. Ia juga memiliki keahlian mensketsa, dan melakukan observasi arsitektur, seperti urban desain sampai ke arsitektur vernakular. Ia adalah orang yang memiliki talenta dan kalau diskusi bisa panjang, mbeleber kemana – mana, berjilid – jilid. lol

Mungkin sama seperti saya yang senang bercerita. Kami bertemu tidak sengaja setelah bertukar pesan online. Di dalam arsitektur saya berdiskusi dengan Eko mengenai fokus ini bisa dibentuk melaluipengetahuan dasar – dasar presentasi untuk mahasiswa. Dasar ini perlu dibentuk melalui dasar pengetahuan yang tidak autodidak, tapi runtun satu persatu. Mulai dari mengenali garis tangan, motorik tangan, kemampuan mensketsa dengan berbagai macam media. Media di dalam arsitektur bisa dimulai dari pensil, ballpoint, drawing pen, copic, cat air, cat akrilik, dan banyak sekali media digital yang bisa dipergunakan.

Semoga ada ilmu yang bisa dibagikan dari dirinya untuk para mahasiswa baru yang muncul dari talenta beliau. Hal ini bisa menjembatani arsitektur dengan proses gerak tangan, motorik, keahlian menggambar yang harmoni selaras dengan pikiran arsitektural yang semakin lama semakin dalam dan menyenangkan.
terus berkarya mas bro, dan tetaplah gelisah, galau, dan terus berwacana sambil guyon – guyon.

Menurut psikolog Rosen, otak kita tidak kapabel untuk melakukan multi task tapi otak bekerja dengan fokus dengan singkat yang dilakukan dengan pelatihan yang dalam. Ia melalukan studi dengan adanya social media fokus menjadi turun drastis per 3 menit, dan di menit ke delapan dan sembilan banyak orang membuka lebih banyak jendela di browsernya, dan distraksi yang paling buruk terjadi. Melatih diri untuk mengerjakan sesuatu lebih dalam dan lama akan membantu proses fokus yang terjadi.

Menariknya keterputusan antara kemampuan motorik dan kemampuan pikiran menangkap dan mengolah informasi menjadi penting sekarang di era sosial media. Saya ingat kuliah yang saya tonton dibawakan oleh Larry Rosen menjelaskan bahwa multitasking digital memiliki pengaruh terhadap kinerja kognitif (proses berpikir), terutama pada generasi muda. Salah satu karyanya yang terkenal adalah buku “iDisorder: Understanding Our Obsession with Technology and Overcoming Its Hold on Us” yang menyelidiki bagaimana penggunaan teknologi digital, termasuk media sosial, dapat memengaruhi gangguan kognitif dan emosional pada individu menjadi short tempered, ketidak sabaran, ketidak fokusan, dan bergantung pada alat – alat yang mengurangi proses berpikir substansial. Hal ini ditambahkan oleh Dr. Adam Gazzaley, seorang profesor neurologi di University of California, San Francisco, bahwa gangguan dan multitasking teknologi digital dapat memengaruhi rendahnya kinerja kognitif sekaligus kemampuan menyimpan memori.

Ia menambahkan “People have now become so dependent on their BlackBerrys, iPads, smartphones, and suchlike gadgets, if they are parted from their apparatus, if they can’t check e-mails every ten seconds or scan the internet’s 30 billion images, they experience ‘chest pain, heart palpitations, shortness of breath, or dizziness’.”

Menariknya ini adalah tentang kegelisahan menemukan siapa diriku (who am i?) dan kesulitan empati di dunia nyata/ Offline, seakan – akan kita semua tertarik dalam dunia online, tetapi pada kenyataannya tidak hanya di online, dunia offline juga kedua sama2 penting.

Kategori
Students - Introduction to Architecture Teaching

 Feren Fresilia – Introduction to Architecture

Tugas 2 – Midterm Reflection

Bagi saya arsitektur adalah seni dan ilmu perancangan bangunan yang mencakup segala aspek dari konsep, perencanaan, dan konstruksi. Episteme merujuk pada pengetahun ilmiah dan prinsip-prinsip dasar yang mendasari arsitektur, seperti prinsip-prinsip matematika dan fisika yang digunakan dalam perencanaan struktur bangunan. Techne, di sisi lain, mencakup aspek teknis dalam merancang dan membangun bangunan, yang melibatkan keterampilan dan metode Teknik. Phronesis sendiri adalah pengetahuan praktis dan etis yang dibutuhkan dalam membuat keputusan dalam merancang bangunan. Sophia atau keberanian, muncul dalam estetika dan makna yang mendalam yang dibawa oleh arsitek dalam menciptakan bangunan yang memadukan fungsi, keindahan, dan kualitas sejati. Dengan mengintegrasikan semua empat kuadran pengetahuan ini, arsitek dapat menciptakan bangunan yang bukan hanya berfungsi, tetapi juga mencerminkan kebijaksanaan dan kualitas yang mendalam.

Empat kuadran pengetahuan menurut Aristotle (300 SM) dalam konteks Pendidikan Arsitektur bisa di mulai dari Episteme sendiri memiliki porsi paling besar, karena dalam dunia Pendidikan sendiri kita lebih banyak belajar dengan mendengarkan seorang akademisi. Menurut definisi sendiri Episteme adalah istilah yang digunakan dalam filsafat untuk merujuk pada pengetahuan atau pemahaman. Istllah epistemology, yaitu cabang filsafat yang berkaitan dengan pengethuan berasal dari kata episteme. Dari riset yang saya temukan, Episteme bisa juga diartikan menjadai pengetahuan historis yang berdasarkan kebenaran dan wacana, sehingga mewakili kondisi kemungkinannya dalam kurun waktu tertentu.

Hampir semua umat manusia ingin memahami dunia tempat mereka tinggal, kerja, atau belajar, dan banyak dari mereka membangun berbagai macam teori untuk membantu mereka memahaminya. Namun, karena banyak aspek di dunia ini yang tidak dapat dijelaskan dengan mudah, kebanyakan orang cenderung menghentikan upaya mereka pada suatu saat dan puas dengan tingkat pemahaman apa pun yang berhasil mereka capai. Hal tersebut yang dapat membedakan seorang filsafat dan orang biasa pada umumnya, seorang filsafat umumnya mereka memiliki insting untuk terus menerus mencari arti hidup dan menggali terus pengetahuan yang mereka miliki dan mereka tak cepat merasa puas dengan hasil keberhasilan pertama. Beberapa orang mungkin mengatakan para filsafat debagai individu yang terobsesi oleh gagasan memahami dunia dalam istilah umum.

Bagi saya dari definisi Episteme ini sendiri kita dapat melaksanakan studi Arsitektur dengan menggunakan prinsip filsafat yaitu, tidak cepat merasa puas dengan pengetahuan yang kita dapati sekarang, lebih dalam menggali pengetahuan pribadi tentang arsitektur adalah kunci dalam kesuksesan studi arsitektur itu sendiri. Dalam perjalanan melakukannya sendiri tidak akan luput dengan kata keraguan yang tentu dapat menimbulkan anomaly-anomali tertentu dalam pengalaman semua orang terhadap dunia. Dua dari anomali-anomali tersebut bisa dijelaskan untuk mengilustrasikan bagaimana seseorang mempertanyakan klaim umum atas pengetahuan tentang dunia.

Phronesis merupakan kecerdasan taktikal dalam bertindak. Phronesis menyiraktan penilaian yang baik dan keunggulan karakter dan kebiasaan, hal ini menjadi menjadi celah yang sulit untuk ditutup dalam ruang belajar. Karena dalam awal pembelajaran arsitektur, para mahasiswa lebih di tuntut bisa mengerjakan contoh gambar yang sudah diberikan, hal itu sendiri dapat menghambat proses membiasakan diri dalam bertindak sebagai desainer. Karena Phronesis berkaitan dengan bagaimana bertindak daam situasi tertentu. Seseorang dapat mempelajari prinsip-prinsip Tindakan, namun menerapkannya di dunia nyata, dalam situasi yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya, memerlukan pengalaman dunia. Misalnya, jika seorang arsitek tahu bahwa ia harus jujur dan transparan mengenai budget, makai ia harus bisa membandingkan budget dan goals kepada seorang client agar menimbulkan rasa percaya dan mengandalkan ke seorang arsitek.

Menurut Ellett,2012. Dalam praktis social diartikan bahwa jika seseorang mampu bertindak dengan cara yang paling rasional, maka tindakan itu yang akan mereka lakukan. Hal itu juga dapat di aplikasikan saat seorang arsitek diberikan kebebasan oleh client untuk mendesain suatu bangunan dengan harapan tetap memberikan pilihan desain yang tetap realistis dan tidak sepenuhnya hanya memikirkan Impian pribadi. Phronesis juga berkaitan dengan inovasi, inovasi yang dapat menyeimbangkan desain teori dan metode realistis. Dimana kedua hal tersebut jika digabung dengan seimbang dapat menghasilkan sebuah pemikiran atau desain yang sempurna.

Techne disimulasikan kedalam studio deain, atau bisa disebut pengetahuan praktik. Jika Phronesis dikenal dengan Tindakan, maka techne dikenal dengan ciptaan, menurut Aristotle sendiri, techne berada di bawah phronesis. Karena walau menciptakan itu suatu hal yang lebih terasa membanggakan, tetapi dalam dunia arsitektur, mengambil Tindakan dam pemikiran rasional itu lebih dibutuhkan. Walau menurut banyak orang praktik bekerja seperti magang itu masih terhitung opsional, tetapi menurut saya dalam berpraktik pada dunia nyata lah yang dapat benar benar mengajarkan seorang arsitek dalam menjalani trial and error mereka dalam mendesain. Dari wawancara saya kepada arsitek pun mereka banyak menyimpulkan bahwa masa masa internship itu masa yang paling membuat mereka seutuhnya mengerti esensi terbesar dalam menjalana studi arsitektur.

Techne bagi saya sebagai mahasiswa arsitektur mencakup berbagai aspek, seperti kemampuan dalam mmebuat gambar teknik, pemahaman prinsip-prinsip structural dalam banguna, mengelola proyek kontruksi, dan berkolaborasi dengan berbagai pihak terkait dalam industry konstruksi. Hal ini juga melibatkan pemahaman umum tentang kode bangunan, peraturan, dan standar keselamatan bangunan yang sudah diterapkan oleh pemerintah. Karena techne dapat diasosiasikan dengan ciptaan, maka dalam arsitektur, techne merupakan pondasi yang diperlukan untuk mengubah ide-ide desain menjadi realita fisik yang berfungsi. Ini melibatkan penerapan keterampilan teknis seorang arsitek yang juga berdampingan dengan tingkat phronesis yaitu bertindak dalam mengatasi tntangan teknis yang mungkin munculselama proses mendesian, konstruksi, sehingga dapat menghasilkan sebuah bangunan yang efisien, aman, dan sesuai dengan standar yang berlaku.

Sophia merupakan ranah yang lebih personal yang membentuk keberanian dan kecintaan dalam berkarya. Sophia sendiri adaah salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia yang disebutnya sebagai “eudaimonia,” yang dapat diterjemahkan sebagai “kebahagiaan yang sejati” atau “kehidupan yang baik.” Aristotle sendiri percaya bahwa mencapai eudaimonia adalah tujuan utama dalam hidup, dan kebijaksanaan adalah salah satu unsur utama yang membantu manusia mencapai Sophia. Bagi saya sendiri mencapai kuadran Sophia pada bidang arsitektur adalah saat dimana seorang individu mulai mencakupkan kesehariannya dengan konteks arsitektur. Dimana rasa penasaran atau rasa ingin mengkritik sebuah bangunan menjadi hal yang menarik bagi orang itu. Sophia bisa juga di pandang sebagai stages of acceptance, dimana  hal tersebut sangat krusial bukan hanya dalam dunia arsitektur, bahkan dalam filsafat kehidupan itu sendiri.

Sophia dalam arsitektur juga melibatkan kemampuan untuk mengenali dan menghargai sejarah arsitektur, budaya, dan konteks local, serta untuk menggabungkan elemen-elemen ini dengan visi kreatif yang unik. Arsitek yang mencaai tingkat Sophia dalam karyanya mungkin dapat menciptakan bangunan yang tidak hanya memenuhi fungsi praktisnya, tetapi juga memberikan pengalaman emosional, menginspirasi, dan mencerminkan nilai-nilai yang lebih dalam. Selain itu, Sophia dalam arsitektur juga dalam meranah pada kemampuan untuk mempertimbangkan dampak lingkungan dan keberlanjutan dalam perancangan bangunan. Ini mencakup pemahaman detail tentang cara menggunakan material dan sumber daya secara bijak, serta bagaimana menciptakan bangunan yang ramah lingkungan.

Ke empat pengetahuan tersebut membentuk sebuah Nous, kapasitas untuk membangun wawasan, kecerdasan, Tindakan, dan kemampuan memperoleh kebijaksanaan secara intelektual. Nous sendiri adalah konsep dari filosofi klasik tentang pikiran manusia yang penting untuk menegaskan apa yang benar. Bukan hanya benar, tetapi juga harus mementing pilihan rasional. Empat kuadran kecerdasan Aristotle bukannya satu satunya kuadran yang dapat dijadikan pedoman bagi seorang arsitek. Ada juga diagram profesi yang mencakup:

A. Desainer

B. Developer

C. Kontraktor

D. Akademisi

Jika dibuat dalam diagram arah mata angin, north diartikan sebagai capitalism, west di asosiasikan dengan power, east sebagai tradisi, dan south sebagai socialism. Dari ke empat profesi tersebut, semua mencakupi bagiannya dalam kuadran dengan rata. Seperti akademisi sendiri dapat di kelompokkan ke dalam bidang tradisi dan sosia, karena melanjutkan Pendidikan turun temurun sudah menjadi tradisi yang tak akan bisa dihilangkan samapi kapanpun, itulah yang membuat manusia bisa berkembang hingga sekarang. Dalam hal social dapat diartikan bahwa seorang akademisi lebih mementingkan ranah socialism dibandingkan capitalism, bisa dilihat dari jumlah pemasukan dari profesi lain bahwa akademisi cenderung mendapatkan pemasukkan yang lebih kecil dibandingkan praktisi seperti desainer, developer, dan kontraktor. Tetapi bukan uanglah yang jadi hal pendorong inti bagi seorang akademisi, tradisi dan nilai social lah yang mendorong mereka untuk menjalani profesi tersebut.

Untuk desainer dan kontraktor akan selalu kerja berdampingan karena keduanya membutuhkan satu sama lain untuk menyelesaikan sebuah project. Profesi ini cenderung di anggap sebagai seorang risk taker, karena profesi tersebut sangat sering mendapat klien dengan budget yang ternyata tidak memadai dari goas sebuah project. Maka bisa disimpulkan bahwa profesi ini sangat kuat di bidang power dan juga capitalism, karena dengan capitalism tinggi lah yang dapat menggerakkan usaha seorang dengan dua profesi ini. Bahkan hingga membuat orang orang sungkan untuk hire seorang arsitek atau kontraktor yang memang bersertifikat untuk mengerjakan proyek mereka karena mereka tak melihat hasil yang worth it dari jumlah uang yang akan mereka keluarkan untuk semua hal kecil saat berhubungan dengan kontraktor atau arsitek. Seorang Arsitek dan kontraktor penting untuk memiliki pride karena dengan pride itu yang memasuki mereka dalam kuadran pwer yang dapat membut mereka bertindak dengan tegas dalam menyelesaikan masalah dalam proyek. Untuk developer sendiri menurut saya terasa penuh di titik capitalism, karena pekerjaan mereka sendiri adalah sebagai instansi yang menyediakan dan membuat lahan atau tempat tinggal dengan jumlah proyek yang besar sesuai dengan permintaan pasar. Mereka cenderung tidak memikirkan keinginan klien secara individu, melainkan hanya memenuhi syarat kebutuhan khalayak umum. Banyak kita temukan kompleks perumahan dengan desain rumah yang sama membentang jauh mereka bangun dan pasarkan untuk di kontrakan, dan biasanya tidak diperbolehkan untuk di perjual belikan guna untuk memastikan pemasukkan dari kompleks tersebut terus berjalan seiring waktu berjalan. Maka dari contoh seperti itulah mengapa developer adaah profesi yang berperan paling tinggi dalam capitalism.

Kategori
Students - Introduction to Architecture Teaching

 Mahabir Singh – Introduction to Architecture

Tugas 1 – Get to Know Yourself

Perkenalkan, Nama saya Mahabir,

Bagi saya, konsep Nous adalah salah satu gagasan paling menarik dan berpengaruh dalam filsafat, khususnya dalam bidang filsafat Yunani kuno. Saat saya menavigasi perjalanan akademis saya, terlihat jelas bahwa konsep Nous, dengan empat elemen penting – Sophia (kebijaksanaan), Techne (keterampilan), Pronesis (kebijaksanaan praktis), dan Episteme (pengetahuan), memainkan peran penting dalam membentuk perkembangan intelektual dan pribadi saya. Dalam esai ini, saya akan menelusuri makna Nous dan mendalami empat elemen penyusunnya. Selain itu, saya akan mengkaji bagaimana Nous memiliki dampak besar pada kehidupan akademis saya, meningkatkan kemampuan saya untuk berpikir kritis, mengembangkan keterampilan praktis, membuat keputusan, dan memperoleh pengetahuan.

 I. Pemahaman Nous: Hakikat Keunggulan Intelektual dan Moral

Nous, istilah yang berasal dari filsafat Yunani kuno, memiliki makna filosofis yang beragam. Ini dapat diterjemahkan sebagai “intelek”, “kecerdasan”, atau “pikiran”. Dalam bidang filsafat, Nous mewujudkan bentuk keunggulan intelektual dan moral tertinggi yang dapat dicapai manusia. Ini mencakup kemampuan untuk memahami konsep-konsep abstrak, membedakan batas antara benar dan salah, dan memandang dunia dari perspektif yang mendalam.

Konsep Nous secara intrinsik terkait dengan karya-karya filsuf Yunani terkemuka, khususnya Plato dan Aristoteles. Bagi Plato, Nous dianggap sebagai alam realitas tertinggi, mewakili alam Bentuk yang sempurna dan tidak berubah. Aristoteles, sebaliknya, mendefinisikan Nous sebagai bentuk pengetahuan tertinggi, yang menggabungkan kebijaksanaan praktis dan teoretis.

II. Empat Elemen Nous

A. Sophia (Kebijaksanaan)

Sophia, komponen penting dari Nous, berkaitan dengan kebijaksanaan atau kemampuan untuk membuat penilaian yang masuk akal berdasarkan pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip etika dan moral. Dalam konteks kehidupan akademis, Sophia mengajak saya untuk merenungkan persoalan etika dalam berbagai disiplin ilmu. Sebagai mahasiswa, kiita diharapkan untuk merenungkan konsekuensi etis dari tindakan saya, baik dalam penelitian, pengambilan keputusan, atau interaksi sehari-hari. Kebijaksanaan memberdayakan saya untuk menumbuhkan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai yang mendasari pendidikan saya, yang memandu perilaku dan pilihan saya.

Dalam lingkungan akademis, Sophia memengaruhi kemampuan saya untuk terlibat dalam wacana moral dan etika. Hal ini membekali saya dengan kapasitas untuk mengevaluasi isu-isu kompleks, menavigasi dilema moral, dan membuat keputusan etis. Saat saya merenungkan pilihan akademis saya, Sophia-lah yang mendorong saya untuk menjunjung standar perilaku etis tertinggi, baik dalam upaya keilmuan saya maupun dalam interaksi saya dengan rekan, mentor, dosen dan teman-teman.

B. Teknologi (Keterampilan)

Techne adalah elemen integral lain dari Nous, yang menunjukkan keterampilan atau keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Dalam dunia akademis, mahasiswa terus ditugasi untuk mengembangkan berbagai keterampilan, mulai dari kemahiran meneliti dan analisis kritis hingga kemampuan komunikasi yang efektif. Keterampilan ini sangat diperlukan dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep yang diperoleh dalam berbagai mata kuliah. Penguasaan Techne memungkinkan siswa untuk menumbuhkan kompetensi dalam bidang studi masing-masing, secara aktif berkontribusi terhadap kemajuan pengetahuan.

Techne khususnya diucapkan dalam bidang studi praktis seperti teknik, kedokteran, dan seni. Melalui Techne siswa mendapatkan pengalaman langsung, menyempurnakan keahlian mereka, dan menerapkan keterampilan mereka dalam skenario dunia nyata. Baik mahasiswa kedokteran yang mempelajari seluk-beluk pembedahan atau calon seniman yang menguasai teknik mereka, Techne menggarisbawahi pentingnya keterampilan praktis dalam perjalanan akademis.

C. Pronesis (Kebijaksanaan Praktis)

Pronesis, unsur kebijaksanaan praktis, mencakup kapasitas untuk membuat keputusan yang tepat dan bijaksana dalam situasi nyata. Di bidang akademik, siswa sering kali menghadapi tantangan yang memerlukan keterampilan pengambilan keputusan. Pronesis membekali saya untuk mengidentifikasi solusi optimal dan efektif terhadap masalah yang kompleks. Kemampuan ini sangat berharga dalam konteks proyek penelitian, tugas kursus, dan proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan akademik dan karir.

Penerapan Pronesis meluas ke perencanaan dan strategi akademik. Siswa sering menghadapi pilihan mengenai jalur pendidikan, pilihan kursus, dan arah penelitian mereka. Kebijaksanaan praktis memandu saya dalam mengevaluasi keputusan-keputusan ini, mempertimbangkan implikasi jangka panjang dari pilihan-pilihan, dan memilih opsi-opsi yang paling sesuai dan bermanfaat.

D. Episteme (Pengetahuan)

Episteme adalah elemen terakhir dari Nous, mewakili pengetahuan atau pemahaman mendalam tentang dunia dan beragam disiplin ilmu. Dalam konteks akademis, perolehan Episteme merupakan tujuan utama. Mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep, teori, dan prinsip yang mendasari bidang studi pilihannya. Pengetahuan ini berfungsi sebagai landasan untuk menghasilkan ide-ide baru, perluasan teori-teori yang ada, dan pengembangan solusi inovatif terhadap masalah-masalah kompleks.

Episteme adalah inti dari penelitian akademis. Hal ini mendorong siswa untuk mengeksplorasi batas-batas pengetahuan, terlibat dengan penelitian mutakhir, dan berkontribusi pada pemahaman manusia. Melalui Episteme, mahasiswa memperoleh kemampuan mengevaluasi secara kritis pengetahuan yang ada, melakukan penelitian orisinal, dan memajukan batas-batas pemahaman manusia di bidangnya masing-masing.

III. Pengaruh Nous dalam Kehidupan Akademik

Konsep Nous dengan empat unsur penyusunnya memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan akademik mahasiswa. Di bawah ini, saya mengeksplorasi bagaimana Nous membentuk pengalaman saya di paruh pertama semester ini:

A. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis: Unsur Sophia dan Pronesis memainkan peran penting dalam pengembangan keterampilan berpikir kritis. Siswa didorong untuk merenungkan dan menganalisis isu-isu kompleks baik dalam kursus teoritis dan praktis. Kapasitas ini memungkinkan saya untuk memahami dan menghargai beragam perspektif, serta mengevaluasi implikasi etis dari tindakan saya.

Dalam konteks perkuliahan, Nous merangsang saya untuk mendalami mata pelajaran yang ada. Saya didorong untuk mempertanyakan asumsi, menilai bukti secara kritis, dan berpikir kreatif. Pemeliharaan keterampilan berpikir kritis ini penting tidak hanya untuk keberhasilan akademis tetapi juga untuk pertumbuhan dan perkembangan pribadi.

B. Mengoptimalkan Proses Pembelajaran: Techne sebagai elemen penting memberdayakan siswa untuk mengoptimalkan proses belajarnya. Pencatatan yang efektif, manajemen waktu, dan pengorganisasian informasi adalah keterampilan yang diperoleh siswa. Kemampuan ini sangat diperlukan untuk memahami dan mempertahankan materi luas yang disajikan dalam berbagai mata kuliah.

Techne juga memupuk kemampuan beradaptasi dan pemecahan masalah, saat siswa belajar menggunakan beragam strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan unik mereka. Keterampilan ini memungkinkan siswa untuk unggul secara akademis dan terbawa ke dalam kehidupan profesional mereka.

C. Memperluas Wawasan dan Pengetahuan: Episteme, unsur pengetahuan, mendorong siswa untuk memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman mereka di berbagai disiplin ilmu. Siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai bidang pengetahuan dan mempelajari mata pelajaran yang membangkitkan rasa ingin tahu mereka.

Melalui Episteme, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan yang luas tetapi juga keahlian yang mendalam di bidang studi pilihan mereka. Landasan pengetahuan ini memberdayakan siswa untuk secara aktif terlibat dalam wacana intelektual, berkontribusi pada bidang minat mereka, dan menumbuhkan budaya pembelajaran dan penemuan berkelanjutan.

D. Menghadapi Tantangan Praktis: Pronesis, elemen kebijaksanaan praktis, membekali siswa untuk mengatasi tantangan praktis dalam kehidupan akademik. Siswa sering dihadapkan dengan pilihan mengenai jalur pendidikan mereka, pilihan kursus, dan pengelolaan proyek penelitian. Kebijaksanaan praktis membantu dalam mengevaluasi keputusan-keputusan ini, mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari pilihan-pilihan, dan memilih pilihan-pilihan yang paling sesuai dan bermanfaat.

E. Kesadaran dan Tanggung Jawab Etis: Unsur Sophia, yang menekankan kebijaksanaan dan penilaian moral, meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab etis kita sebagai siswa. Dalam kegiatan akademis kita, Nous mengingatkan kita akan pentingnya perilaku etis dalam penelitian, kolaborasi, dan penyebaran pengetahuan. Kita didorong untuk berperilaku dengan integritas, kejujuran, dan rasa tanggung jawab yang mendalam terhadap masyarakat dan civitas akademika.

Saat kita terlibat dalam proyek penelitian dan kerja kolaboratif, Nous mendorong kita untuk mempertimbangkan implikasi etis dari tindakan kita. Hal ini memperkuat pentingnya mengutip sumber, menghindari plagiarisme, dan menjunjung tinggi integritas akademik. Kesadaran etis ini, yang ditanamkan melalui Sophia, mempersiapkan kita untuk menavigasi medan etika yang kompleks di dunia akademis dan, pada akhirnya, dunia profesional.

F. Pemikiran Interdisipliner: Unsur Episteme yang mewakili pengetahuan mendorong siswa untuk menganut pemikiran interdisipliner. Dalam dunia akademis modern, batasan antar disiplin ilmu menjadi semakin keropos, dan solusi terhadap permasalahan dunia nyata yang kompleks sering kali memerlukan pendekatan multidisiplin. Melalui Episteme, siswa memperoleh kemampuan untuk menarik hubungan antara bidang studi yang tampaknya tidak berhubungan dan untuk mensintesis pengetahuan dari berbagai bidang.

Perspektif interdisipliner ini sangat berharga dalam mengatasi tantangan dunia nyata, seperti perubahan iklim, krisis kesehatan masyarakat, dan kesenjangan sosial. Nous mendorong pengembangan siswa yang dapat berpikir secara holistik, mengintegrasikan beragam perspektif, dan berkontribusi terhadap solusi inovatif dan lintas disiplin.

G. Kemampuan beradaptasi dan Pemecahan Masalah: Techne, unsur keterampilan, membekali siswa dengan kemampuan beradaptasi dan memecahkan masalah secara efektif. Dalam lanskap kehidupan akademis yang dinamis, tantangan tak terduga dan permasalahan kompleks tidak bisa dihindari. Techne membekali mahasiswa dengan perangkat untuk menghadapi tantangan-tantangan ini, baik yang berkaitan dengan teknologi yang berubah dengan cepat, pergeseran paradigma penelitian, atau persyaratan akademis yang terus berkembang.

Saat kita menghadapi gangguan dan ketidakpastian, Nous mendorong kita untuk menghadapi tantangan dengan pola pikir berkembang. Kami belajar beradaptasi, memperoleh keterampilan baru, dan mengembangkan strategi pemecahan masalah yang inovatif. Elemen keterampilan memungkinkan kita untuk bertahan dalam menghadapi kesulitan dan keluar dari rintangan akademis dengan ketahanan dan keserbagunaan yang lebih besar.

H) Kepemimpinan dan Inisiatif: Kombinasi Pronesis dan Sophia menginspirasi siswa untuk mengambil peran kepemimpinan dan mengambil inisiatif dalam upaya akademis mereka. Kepemimpinan adalah sifat berharga yang melampaui kehidupan akademis dan karir masa depan. Nous memperkuat gagasan bahwa pemimpin harus menunjukkan kebijaksanaan praktis dalam pengambilan keputusan, dipandu oleh prinsip-prinsip etika, dan meningkatkan kesejahteraan komunitasnya.

Melalui Pronesis, siswa belajar membuat keputusan yang tepat dan etis ketika memimpin proyek, tim, atau inisiatif. Kebijaksanaan praktis ini memberdayakan individu untuk menjadi pemimpin efektif yang dapat menavigasi situasi kompleks dengan anggun dan integritas. Lebih lanjut, Sophia mendorong kepemimpinan etis dengan menekankan tanggung jawab

I)Pembelajaran Seumur Hidup: Konsep Nous mendorong komitmen terhadap pembelajaran seumur hidup. Sebagai pelajar, kami menyadari bahwa perjalanan akademis kami hanyalah salah satu fase dari pencarian pengetahuan dan kebijaksanaan seumur hidup. Nous menanamkan dalam diri kita rasa ingin tahu untuk terus belajar melampaui pendidikan formal dan mencari peluang untuk pengembangan diri. Dalam bidang studi praktis, seperti bisnis atau teknik, Pronesis menjadi sangat penting

Episteme, khususnya, menggarisbawahi nilai pembelajaran berkelanjutan dan pengembangan diri. Hal ini menumbuhkan apresiasi yang mendalam terhadap sifat pengetahuan yang tidak terbatas, memotivasi siswa untuk mengeksplorasi bidang studi baru, terlibat dalam wacana intelektual, dan berkontribusi pada pemahaman manusia yang terus berkembang sepanjang hidup mereka.

Kesimpulan

Kesimpulannya, konsep Nous, dengan empat elemen pentingnya, memiliki dampak yang mendalam dan beragam dalam kehidupan akademis kita. Nous menanamkan dalam diri kita pentingnya kebijaksanaan, keterampilan praktis, kesadaran etis, pemikiran interdisipliner, kemampuan beradaptasi, kepemimpinan, dan upaya pembelajaran seumur hidup. Sebagai siswa, kita terus-menerus dibentuk dan dibimbing oleh prinsip-prinsip Nous, yang tidak hanya mempersiapkan kita untuk kesuksesan akademis namun juga membekali kita untuk menjalani kehidupan yang bermakna dan etis di luar kelas.

Perjalanan akademis kita bukan sekedar pencarian pengetahuan namun juga pengalaman transformatif yang membentuk kita menjadi individu yang dapat berpikir kritis, memecahkan masalah kompleks, dan membuat keputusan yang tepat dan etis. Nous berfungsi sebagai

cahaya penuntun, menerangi jalan kita dan menginspirasi kita untuk mencapai tingkat intelektual dan moral yang baru. Melalui Nous, saya memulai perjalanan penemuan seumur hidup, pertumbuhan berkelanjutan, dan pencarian kebijaksanaan dan pengetahuan.

Tugas 2 – Midterm Reflection

Perkenalkan, Nama saya Mahabir,

Bagi saya, konsep Nous adalah salah satu gagasan paling menarik dan berpengaruh dalam filsafat, khususnya dalam bidang filsafat Yunani kuno. Saat saya menavigasi perjalanan akademis saya, terlihat jelas bahwa konsep Nous, dengan empat elemen penting – Sophia (kebijaksanaan), Techne (keterampilan), Pronesis (kebijaksanaan praktis), dan Episteme (pengetahuan), memainkan peran penting dalam membentuk perkembangan intelektual dan pribadi saya. Dalam esai ini, saya akan menelusuri makna Nous dan mendalami empat elemen penyusunnya. Selain itu, saya akan mengkaji bagaimana Nous memiliki dampak besar pada kehidupan akademis saya, meningkatkan kemampuan saya untuk berpikir kritis, mengembangkan keterampilan praktis, membuat keputusan, dan memperoleh pengetahuan.

 I. Pemahaman Nous: Hakikat Keunggulan Intelektual dan Moral

Nous, istilah yang berasal dari filsafat Yunani kuno, memiliki makna filosofis yang beragam. Ini dapat diterjemahkan sebagai “intelek”, “kecerdasan”, atau “pikiran”. Dalam bidang filsafat, Nous mewujudkan bentuk keunggulan intelektual dan moral tertinggi yang dapat dicapai manusia. Ini mencakup kemampuan untuk memahami konsep-konsep abstrak, membedakan batas antara benar dan salah, dan memandang dunia dari perspektif yang mendalam.

Konsep Nous secara intrinsik terkait dengan karya-karya filsuf Yunani terkemuka, khususnya Plato dan Aristoteles. Bagi Plato, Nous dianggap sebagai alam realitas tertinggi, mewakili alam Bentuk yang sempurna dan tidak berubah. Aristoteles, sebaliknya, mendefinisikan Nous sebagai bentuk pengetahuan tertinggi, yang menggabungkan kebijaksanaan praktis dan teoretis.

II. Empat Elemen Nous

A. Sophia (Kebijaksanaan)

Sophia, komponen penting dari Nous, berkaitan dengan kebijaksanaan atau kemampuan untuk membuat penilaian yang masuk akal berdasarkan pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip etika dan moral. Dalam konteks kehidupan akademis, Sophia mengajak saya untuk merenungkan persoalan etika dalam berbagai disiplin ilmu. Sebagai mahasiswa, kiita diharapkan untuk merenungkan konsekuensi etis dari tindakan saya, baik dalam penelitian, pengambilan keputusan, atau interaksi sehari-hari. Kebijaksanaan memberdayakan saya untuk menumbuhkan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai yang mendasari pendidikan saya, yang memandu perilaku dan pilihan saya.

Dalam lingkungan akademis, Sophia memengaruhi kemampuan saya untuk terlibat dalam wacana moral dan etika. Hal ini membekali saya dengan kapasitas untuk mengevaluasi isu-isu kompleks, menavigasi dilema moral, dan membuat keputusan etis. Saat saya merenungkan pilihan akademis saya, Sophia-lah yang mendorong saya untuk menjunjung standar perilaku etis tertinggi, baik dalam upaya keilmuan saya maupun dalam interaksi saya dengan rekan, mentor, dosen dan teman-teman.

B. Teknologi (Keterampilan)

Techne adalah elemen integral lain dari Nous, yang menunjukkan keterampilan atau keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Dalam dunia akademis, mahasiswa terus ditugasi untuk mengembangkan berbagai keterampilan, mulai dari kemahiran meneliti dan analisis kritis hingga kemampuan komunikasi yang efektif. Keterampilan ini sangat diperlukan dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep yang diperoleh dalam berbagai mata kuliah. Penguasaan Techne memungkinkan siswa untuk menumbuhkan kompetensi dalam bidang studi masing-masing, secara aktif berkontribusi terhadap kemajuan pengetahuan.

Techne khususnya diucapkan dalam bidang studi praktis seperti teknik, kedokteran, dan seni. Melalui Techne siswa mendapatkan pengalaman langsung, menyempurnakan keahlian mereka, dan menerapkan keterampilan mereka dalam skenario dunia nyata. Baik mahasiswa kedokteran yang mempelajari seluk-beluk pembedahan atau calon seniman yang menguasai teknik mereka, Techne menggarisbawahi pentingnya keterampilan praktis dalam perjalanan akademis.

C. Pronesis (Kebijaksanaan Praktis)

Pronesis, unsur kebijaksanaan praktis, mencakup kapasitas untuk membuat keputusan yang tepat dan bijaksana dalam situasi nyata. Di bidang akademik, siswa sering kali menghadapi tantangan yang memerlukan keterampilan pengambilan keputusan. Pronesis membekali saya untuk mengidentifikasi solusi optimal dan efektif terhadap masalah yang kompleks. Kemampuan ini sangat berharga dalam konteks proyek penelitian, tugas kursus, dan proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan akademik dan karir.

Penerapan Pronesis meluas ke perencanaan dan strategi akademik. Siswa sering menghadapi pilihan mengenai jalur pendidikan, pilihan kursus, dan arah penelitian mereka. Kebijaksanaan praktis memandu saya dalam mengevaluasi keputusan-keputusan ini, mempertimbangkan implikasi jangka panjang dari pilihan-pilihan, dan memilih opsi-opsi yang paling sesuai dan bermanfaat.

D. Episteme (Pengetahuan)

Episteme adalah elemen terakhir dari Nous, mewakili pengetahuan atau pemahaman mendalam tentang dunia dan beragam disiplin ilmu. Dalam konteks akademis, perolehan Episteme merupakan tujuan utama. Mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep, teori, dan prinsip yang mendasari bidang studi pilihannya. Pengetahuan ini berfungsi sebagai landasan untuk menghasilkan ide-ide baru, perluasan teori-teori yang ada, dan pengembangan solusi inovatif terhadap masalah-masalah kompleks.

Episteme adalah inti dari penelitian akademis. Hal ini mendorong siswa untuk mengeksplorasi batas-batas pengetahuan, terlibat dengan penelitian mutakhir, dan berkontribusi pada pemahaman manusia. Melalui Episteme, mahasiswa memperoleh kemampuan mengevaluasi secara kritis pengetahuan yang ada, melakukan penelitian orisinal, dan memajukan batas-batas pemahaman manusia di bidangnya masing-masing.

III. Pengaruh Nous dalam Kehidupan Akademik

Konsep Nous dengan empat unsur penyusunnya memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan akademik mahasiswa. Di bawah ini, saya mengeksplorasi bagaimana Nous membentuk pengalaman saya di paruh pertama semester ini:

A. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis: Unsur Sophia dan Pronesis memainkan peran penting dalam pengembangan keterampilan berpikir kritis. Siswa didorong untuk merenungkan dan menganalisis isu-isu kompleks baik dalam kursus teoritis dan praktis. Kapasitas ini memungkinkan saya untuk memahami dan menghargai beragam perspektif, serta mengevaluasi implikasi etis dari tindakan saya.

Dalam konteks perkuliahan, Nous merangsang saya untuk mendalami mata pelajaran yang ada. Saya didorong untuk mempertanyakan asumsi, menilai bukti secara kritis, dan berpikir kreatif. Pemeliharaan keterampilan berpikir kritis ini penting tidak hanya untuk keberhasilan akademis tetapi juga untuk pertumbuhan dan perkembangan pribadi.

B. Mengoptimalkan Proses Pembelajaran: Techne sebagai elemen penting memberdayakan siswa untuk mengoptimalkan proses belajarnya. Pencatatan yang efektif, manajemen waktu, dan pengorganisasian informasi adalah keterampilan yang diperoleh siswa. Kemampuan ini sangat diperlukan untuk memahami dan mempertahankan materi luas yang disajikan dalam berbagai mata kuliah.

Techne juga memupuk kemampuan beradaptasi dan pemecahan masalah, saat siswa belajar menggunakan beragam strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan unik mereka. Keterampilan ini memungkinkan siswa untuk unggul secara akademis dan terbawa ke dalam kehidupan profesional mereka.

C. Memperluas Wawasan dan Pengetahuan: Episteme, unsur pengetahuan, mendorong siswa untuk memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman mereka di berbagai disiplin ilmu. Siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai bidang pengetahuan dan mempelajari mata pelajaran yang membangkitkan rasa ingin tahu mereka.

Melalui Episteme, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan yang luas tetapi juga keahlian yang mendalam di bidang studi pilihan mereka. Landasan pengetahuan ini memberdayakan siswa untuk secara aktif terlibat dalam wacana intelektual, berkontribusi pada bidang minat mereka, dan menumbuhkan budaya pembelajaran dan penemuan berkelanjutan.

D. Menghadapi Tantangan Praktis: Pronesis, elemen kebijaksanaan praktis, membekali siswa untuk mengatasi tantangan praktis dalam kehidupan akademik. Siswa sering dihadapkan dengan pilihan mengenai jalur pendidikan mereka, pilihan kursus, dan pengelolaan proyek penelitian. Kebijaksanaan praktis membantu dalam mengevaluasi keputusan-keputusan ini, mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari pilihan-pilihan, dan memilih pilihan-pilihan yang paling sesuai dan bermanfaat.

E. Kesadaran dan Tanggung Jawab Etis: Unsur Sophia, yang menekankan kebijaksanaan dan penilaian moral, meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab etis kita sebagai siswa. Dalam kegiatan akademis kita, Nous mengingatkan kita akan pentingnya perilaku etis dalam penelitian, kolaborasi, dan penyebaran pengetahuan. Kita didorong untuk berperilaku dengan integritas, kejujuran, dan rasa tanggung jawab yang mendalam terhadap masyarakat dan civitas akademika.

Saat kita terlibat dalam proyek penelitian dan kerja kolaboratif, Nous mendorong kita untuk mempertimbangkan implikasi etis dari tindakan kita. Hal ini memperkuat pentingnya mengutip sumber, menghindari plagiarisme, dan menjunjung tinggi integritas akademik. Kesadaran etis ini, yang ditanamkan melalui Sophia, mempersiapkan kita untuk menavigasi medan etika yang kompleks di dunia akademis dan, pada akhirnya, dunia profesional.

F. Pemikiran Interdisipliner: Unsur Episteme yang mewakili pengetahuan mendorong siswa untuk menganut pemikiran interdisipliner. Dalam dunia akademis modern, batasan antar disiplin ilmu menjadi semakin keropos, dan solusi terhadap permasalahan dunia nyata yang kompleks sering kali memerlukan pendekatan multidisiplin. Melalui Episteme, siswa memperoleh kemampuan untuk menarik hubungan antara bidang studi yang tampaknya tidak berhubungan dan untuk mensintesis pengetahuan dari berbagai bidang.

Perspektif interdisipliner ini sangat berharga dalam mengatasi tantangan dunia nyata, seperti perubahan iklim, krisis kesehatan masyarakat, dan kesenjangan sosial. Nous mendorong pengembangan siswa yang dapat berpikir secara holistik, mengintegrasikan beragam perspektif, dan berkontribusi terhadap solusi inovatif dan lintas disiplin.

G. Kemampuan beradaptasi dan Pemecahan Masalah: Techne, unsur keterampilan, membekali siswa dengan kemampuan beradaptasi dan memecahkan masalah secara efektif. Dalam lanskap kehidupan akademis yang dinamis, tantangan tak terduga dan permasalahan kompleks tidak bisa dihindari. Techne membekali mahasiswa dengan perangkat untuk menghadapi tantangan-tantangan ini, baik yang berkaitan dengan teknologi yang berubah dengan cepat, pergeseran paradigma penelitian, atau persyaratan akademis yang terus berkembang.

Saat kita menghadapi gangguan dan ketidakpastian, Nous mendorong kita untuk menghadapi tantangan dengan pola pikir berkembang. Kami belajar beradaptasi, memperoleh keterampilan baru, dan mengembangkan strategi pemecahan masalah yang inovatif. Elemen keterampilan memungkinkan kita untuk bertahan dalam menghadapi kesulitan dan keluar dari rintangan akademis dengan ketahanan dan keserbagunaan yang lebih besar.

H) Kepemimpinan dan Inisiatif: Kombinasi Pronesis dan Sophia menginspirasi siswa untuk mengambil peran kepemimpinan dan mengambil inisiatif dalam upaya akademis mereka. Kepemimpinan adalah sifat berharga yang melampaui kehidupan akademis dan karir masa depan. Nous memperkuat gagasan bahwa pemimpin harus menunjukkan kebijaksanaan praktis dalam pengambilan keputusan, dipandu oleh prinsip-prinsip etika, dan meningkatkan kesejahteraan komunitasnya.

Melalui Pronesis, siswa belajar membuat keputusan yang tepat dan etis ketika memimpin proyek, tim, atau inisiatif. Kebijaksanaan praktis ini memberdayakan individu untuk menjadi pemimpin efektif yang dapat menavigasi situasi kompleks dengan anggun dan integritas. Lebih lanjut, Sophia mendorong kepemimpinan etis dengan menekankan tanggung jawab

I)Pembelajaran Seumur Hidup: Konsep Nous mendorong komitmen terhadap pembelajaran seumur hidup. Sebagai pelajar, kami menyadari bahwa perjalanan akademis kami hanyalah salah satu fase dari pencarian pengetahuan dan kebijaksanaan seumur hidup. Nous menanamkan dalam diri kita rasa ingin tahu untuk terus belajar melampaui pendidikan formal dan mencari peluang untuk pengembangan diri. Dalam bidang studi praktis, seperti bisnis atau teknik, Pronesis menjadi sangat penting

Episteme, khususnya, menggarisbawahi nilai pembelajaran berkelanjutan dan pengembangan diri. Hal ini menumbuhkan apresiasi yang mendalam terhadap sifat pengetahuan yang tidak terbatas, memotivasi siswa untuk mengeksplorasi bidang studi baru, terlibat dalam wacana intelektual, dan berkontribusi pada pemahaman manusia yang terus berkembang sepanjang hidup mereka.

Kesimpulan

Kesimpulannya, konsep Nous, dengan empat elemen pentingnya, memiliki dampak yang mendalam dan beragam dalam kehidupan akademis kita. Nous menanamkan dalam diri kita pentingnya kebijaksanaan, keterampilan praktis, kesadaran etis, pemikiran interdisipliner, kemampuan beradaptasi, kepemimpinan, dan upaya pembelajaran seumur hidup. Sebagai siswa, kita terus-menerus dibentuk dan dibimbing oleh prinsip-prinsip Nous, yang tidak hanya mempersiapkan kita untuk kesuksesan akademis namun juga membekali kita untuk menjalani kehidupan yang bermakna dan etis di luar kelas.

Perjalanan akademis kita bukan sekedar pencarian pengetahuan namun juga pengalaman transformatif yang membentuk kita menjadi individu yang dapat berpikir kritis, memecahkan masalah kompleks, dan membuat keputusan yang tepat dan etis. Nous berfungsi sebagai

cahaya penuntun, menerangi jalan kita dan menginspirasi kita untuk mencapai tingkat intelektual dan moral yang baru. Melalui Nous, saya memulai perjalanan penemuan seumur hidup, pertumbuhan berkelanjutan, dan pencarian kebijaksanaan dan pengetahuan.

Kategori
Teaching Tugas 2 - Reflection

 Feren Fresilia – Reflection

Bagi saya arsitektur adalah seni dan ilmu perancangan bangunan yang mencakup segala aspek dari konsep, perencanaan, dan konstruksi. Episteme merujuk pada pengetahun ilmiah dan prinsip-prinsip dasar yang mendasari arsitektur, seperti prinsip-prinsip matematika dan fisika yang digunakan dalam perencanaan struktur bangunan. Techne, di sisi lain, mencakup aspek teknis dalam merancang dan membangun bangunan, yang melibatkan keterampilan dan metode Teknik. Phronesis sendiri adalah pengetahuan praktis dan etis yang dibutuhkan dalam membuat keputusan dalam merancang bangunan. Sophia atau keberanian, muncul dalam estetika dan makna yang mendalam yang dibawa oleh arsitek dalam menciptakan bangunan yang memadukan fungsi, keindahan, dan kualitas sejati. Dengan mengintegrasikan semua empat kuadran pengetahuan ini, arsitek dapat menciptakan bangunan yang bukan hanya berfungsi, tetapi juga mencerminkan kebijaksanaan dan kualitas yang mendalam.

Empat kuadran pengetahuan menurut Aristotle (300 SM) dalam konteks Pendidikan Arsitektur bisa di mulai dari Episteme sendiri memiliki porsi paling besar, karena dalam dunia Pendidikan sendiri kita lebih banyak belajar dengan mendengarkan seorang akademisi. Menurut definisi sendiri Episteme adalah istilah yang digunakan dalam filsafat untuk merujuk pada pengetahuan atau pemahaman. Istllah epistemology, yaitu cabang filsafat yang berkaitan dengan pengethuan berasal dari kata episteme. Dari riset yang saya temukan, Episteme bisa juga diartikan menjadai pengetahuan historis yang berdasarkan kebenaran dan wacana, sehingga mewakili kondisi kemungkinannya dalam kurun waktu tertentu.

Hampir semua umat manusia ingin memahami dunia tempat mereka tinggal, kerja, atau belajar, dan banyak dari mereka membangun berbagai macam teori untuk membantu mereka memahaminya. Namun, karena banyak aspek di dunia ini yang tidak dapat dijelaskan dengan mudah, kebanyakan orang cenderung menghentikan upaya mereka pada suatu saat dan puas dengan tingkat pemahaman apa pun yang berhasil mereka capai. Hal tersebut yang dapat membedakan seorang filsafat dan orang biasa pada umumnya, seorang filsafat umumnya mereka memiliki insting untuk terus menerus mencari arti hidup dan menggali terus pengetahuan yang mereka miliki dan mereka tak cepat merasa puas dengan hasil keberhasilan pertama. Beberapa orang mungkin mengatakan para filsafat debagai individu yang terobsesi oleh gagasan memahami dunia dalam istilah umum.

Bagi saya dari definisi Episteme ini sendiri kita dapat melaksanakan studi Arsitektur dengan menggunakan prinsip filsafat yaitu, tidak cepat merasa puas dengan pengetahuan yang kita dapati sekarang, lebih dalam menggali pengetahuan pribadi tentang arsitektur adalah kunci dalam kesuksesan studi arsitektur itu sendiri. Dalam perjalanan melakukannya sendiri tidak akan luput dengan kata keraguan yang tentu dapat menimbulkan anomaly-anomali tertentu dalam pengalaman semua orang terhadap dunia. Dua dari anomali-anomali tersebut bisa dijelaskan untuk mengilustrasikan bagaimana seseorang mempertanyakan klaim umum atas pengetahuan tentang dunia.

Phronesis merupakan kecerdasan taktikal dalam bertindak. Phronesis menyiraktan penilaian yang baik dan keunggulan karakter dan kebiasaan, hal ini menjadi menjadi celah yang sulit untuk ditutup dalam ruang belajar. Karena dalam awal pembelajaran arsitektur, para mahasiswa lebih di tuntut bisa mengerjakan contoh gambar yang sudah diberikan, hal itu sendiri dapat menghambat proses membiasakan diri dalam bertindak sebagai desainer. Karena Phronesis berkaitan dengan bagaimana bertindak daam situasi tertentu. Seseorang dapat mempelajari prinsip-prinsip Tindakan, namun menerapkannya di dunia nyata, dalam situasi yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya, memerlukan pengalaman dunia. Misalnya, jika seorang arsitek tahu bahwa ia harus jujur dan transparan mengenai budget, makai ia harus bisa membandingkan budget dan goals kepada seorang client agar menimbulkan rasa percaya dan mengandalkan ke seorang arsitek.

Menurut Ellett,2012. Dalam praktis social diartikan bahwa jika seseorang mampu bertindak dengan cara yang paling rasional, maka tindakan itu yang akan mereka lakukan. Hal itu juga dapat di aplikasikan saat seorang arsitek diberikan kebebasan oleh client untuk mendesain suatu bangunan dengan harapan tetap memberikan pilihan desain yang tetap realistis dan tidak sepenuhnya hanya memikirkan Impian pribadi. Phronesis juga berkaitan dengan inovasi, inovasi yang dapat menyeimbangkan desain teori dan metode realistis. Dimana kedua hal tersebut jika digabung dengan seimbang dapat menghasilkan sebuah pemikiran atau desain yang sempurna.

Techne disimulasikan kedalam studio deain, atau bisa disebut pengetahuan praktik. Jika Phronesis dikenal dengan Tindakan, maka techne dikenal dengan ciptaan, menurut Aristotle sendiri, techne berada di bawah phronesis. Karena walau menciptakan itu suatu hal yang lebih terasa membanggakan, tetapi dalam dunia arsitektur, mengambil Tindakan dam pemikiran rasional itu lebih dibutuhkan. Walau menurut banyak orang praktik bekerja seperti magang itu masih terhitung opsional, tetapi menurut saya dalam berpraktik pada dunia nyata lah yang dapat benar benar mengajarkan seorang arsitek dalam menjalani trial and error mereka dalam mendesain. Dari wawancara saya kepada arsitek pun mereka banyak menyimpulkan bahwa masa masa internship itu masa yang paling membuat mereka seutuhnya mengerti esensi terbesar dalam menjalana studi arsitektur.

Techne bagi saya sebagai mahasiswa arsitektur mencakup berbagai aspek, seperti kemampuan dalam mmebuat gambar teknik, pemahaman prinsip-prinsip structural dalam banguna, mengelola proyek kontruksi, dan berkolaborasi dengan berbagai pihak terkait dalam industry konstruksi. Hal ini juga melibatkan pemahaman umum tentang kode bangunan, peraturan, dan standar keselamatan bangunan yang sudah diterapkan oleh pemerintah. Karena techne dapat diasosiasikan dengan ciptaan, maka dalam arsitektur, techne merupakan pondasi yang diperlukan untuk mengubah ide-ide desain menjadi realita fisik yang berfungsi. Ini melibatkan penerapan keterampilan teknis seorang arsitek yang juga berdampingan dengan tingkat phronesis yaitu bertindak dalam mengatasi tntangan teknis yang mungkin munculselama proses mendesian, konstruksi, sehingga dapat menghasilkan sebuah bangunan yang efisien, aman, dan sesuai dengan standar yang berlaku.

Sophia merupakan ranah yang lebih personal yang membentuk keberanian dan kecintaan dalam berkarya. Sophia sendiri adaah salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia yang disebutnya sebagai “eudaimonia,” yang dapat diterjemahkan sebagai “kebahagiaan yang sejati” atau “kehidupan yang baik.” Aristotle sendiri percaya bahwa mencapai eudaimonia adalah tujuan utama dalam hidup, dan kebijaksanaan adalah salah satu unsur utama yang membantu manusia mencapai Sophia. Bagi saya sendiri mencapai kuadran Sophia pada bidang arsitektur adalah saat dimana seorang individu mulai mencakupkan kesehariannya dengan konteks arsitektur. Dimana rasa penasaran atau rasa ingin mengkritik sebuah bangunan menjadi hal yang menarik bagi orang itu. Sophia bisa juga di pandang sebagai stages of acceptance, dimana  hal tersebut sangat krusial bukan hanya dalam dunia arsitektur, bahkan dalam filsafat kehidupan itu sendiri.

Sophia dalam arsitektur juga melibatkan kemampuan untuk mengenali dan menghargai sejarah arsitektur, budaya, dan konteks local, serta untuk menggabungkan elemen-elemen ini dengan visi kreatif yang unik. Arsitek yang mencaai tingkat Sophia dalam karyanya mungkin dapat menciptakan bangunan yang tidak hanya memenuhi fungsi praktisnya, tetapi juga memberikan pengalaman emosional, menginspirasi, dan mencerminkan nilai-nilai yang lebih dalam. Selain itu, Sophia dalam arsitektur juga dalam meranah pada kemampuan untuk mempertimbangkan dampak lingkungan dan keberlanjutan dalam perancangan bangunan. Ini mencakup pemahaman detail tentang cara menggunakan material dan sumber daya secara bijak, serta bagaimana menciptakan bangunan yang ramah lingkungan.

Ke empat pengetahuan tersebut membentuk sebuah Nous, kapasitas untuk membangun wawasan, kecerdasan, Tindakan, dan kemampuan memperoleh kebijaksanaan secara intelektual. Nous sendiri adalah konsep dari filosofi klasik tentang pikiran manusia yang penting untuk menegaskan apa yang benar. Bukan hanya benar, tetapi juga harus mementing pilihan rasional. Empat kuadran kecerdasan Aristotle bukannya satu satunya kuadran yang dapat dijadikan pedoman bagi seorang arsitek. Ada juga diagram profesi yang mencakup:

A. Desainer

B. Developer

C. Kontraktor

D. Akademisi

Jika dibuat dalam diagram arah mata angin, north diartikan sebagai capitalism, west di asosiasikan dengan power, east sebagai tradisi, dan south sebagai socialism. Dari ke empat profesi tersebut, semua mencakupi bagiannya dalam kuadran dengan rata. Seperti akademisi sendiri dapat di kelompokkan ke dalam bidang tradisi dan sosia, karena melanjutkan Pendidikan turun temurun sudah menjadi tradisi yang tak akan bisa dihilangkan samapi kapanpun, itulah yang membuat manusia bisa berkembang hingga sekarang. Dalam hal social dapat diartikan bahwa seorang akademisi lebih mementingkan ranah socialism dibandingkan capitalism, bisa dilihat dari jumlah pemasukan dari profesi lain bahwa akademisi cenderung mendapatkan pemasukkan yang lebih kecil dibandingkan praktisi seperti desainer, developer, dan kontraktor. Tetapi bukan uanglah yang jadi hal pendorong inti bagi seorang akademisi, tradisi dan nilai social lah yang mendorong mereka untuk menjalani profesi tersebut.

Untuk desainer dan kontraktor akan selalu kerja berdampingan karena keduanya membutuhkan satu sama lain untuk menyelesaikan sebuah project. Profesi ini cenderung di anggap sebagai seorang risk taker, karena profesi tersebut sangat sering mendapat klien dengan budget yang ternyata tidak memadai dari goas sebuah project. Maka bisa disimpulkan bahwa profesi ini sangat kuat di bidang power dan juga capitalism, karena dengan capitalism tinggi lah yang dapat menggerakkan usaha seorang dengan dua profesi ini. Bahkan hingga membuat orang orang sungkan untuk hire seorang arsitek atau kontraktor yang memang bersertifikat untuk mengerjakan proyek mereka karena mereka tak melihat hasil yang worth it dari jumlah uang yang akan mereka keluarkan untuk semua hal kecil saat berhubungan dengan kontraktor atau arsitek. Seorang Arsitek dan kontraktor penting untuk memiliki pride karena dengan pride itu yang memasuki mereka dalam kuadran pwer yang dapat membut mereka bertindak dengan tegas dalam menyelesaikan masalah dalam proyek. Untuk developer sendiri menurut saya terasa penuh di titik capitalism, karena pekerjaan mereka sendiri adalah sebagai instansi yang menyediakan dan membuat lahan atau tempat tinggal dengan jumlah proyek yang besar sesuai dengan permintaan pasar. Mereka cenderung tidak memikirkan keinginan klien secara individu, melainkan hanya memenuhi syarat kebutuhan khalayak umum. Banyak kita temukan kompleks perumahan dengan desain rumah yang sama membentang jauh mereka bangun dan pasarkan untuk di kontrakan, dan biasanya tidak diperbolehkan untuk di perjual belikan guna untuk memastikan pemasukkan dari kompleks tersebut terus berjalan seiring waktu berjalan. Maka dari contoh seperti itulah mengapa developer adaah profesi yang berperan paling tinggi dalam capitalism.

Kategori
blog

“The Guild” – Reborn


Awal tahun baru 2024 ini kami rayakan dengan bangga dicetaknya kembali buku “The Guild” setelah habis cetak berkali-kali. Pada cetakan kali ini, kami menghadirkan buku ini dengan cover yang baru, berwarna, dan dengan pengantar berisi foto The Guild saat ini, serta editorial yang baru.

Buku “The Guild”, berisi cerita awal tentang arsitektur dari bangunan Guha The Guild. Cerita awal dari 1001 cerita Guha serta 1001 pintu dan 1001 tekstur yang pernah teman-teman lihat sebelumnya dalam IG kami terdapat dalam buku ini. Teman-teman dapat menemukan banyaknya cerita yang melatarbelakangi Guha, pintu-pintu unik dengan material dan cara buka yang berbeda-beda, serta tekstur beragam yang menyusun setiap ekosistem Guha dalam buku ini.

Buku “The Guild” adalah buku kedua setelah Buku #1 Alpha: Never Ending Dialogue in Architecture yang diterbitkan tahun 2016. Kami melakukan penyuntingan ulang serta menyusun kolase dari buku “The Guild” yang sebelumnya diterbitkan dalam bentuk hitam-putih. Setelah melihat ulang konteks The Guild, kami menyusun buku ini kembali dalam cerita arsitekturnya yang sekarang. Kami berharap teman-teman senang untuk membacanya dan dapat mengenal Guha lebih dalam lagi.

Pre order buku “The Guild” dapat dipesan melalui link: bit.ly/OrderOMAH atau hubungi Putri(WA) +62 81517970213

@rawarchitecture_best
@anashiday
@realricharchitectureworkshop
@dot_workshop
@guhatheguild

#omahlibrary#rumaharsitekturindonesia#guhatheguild#architectureproject#architecturestudio#bukuOMAHLibrary#tangerang#jakarta#indonesia

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Yohanee Wijaya – Get to Know Your Self

Nama saya yohanes wijaya lahir di karawang 1 oktober 2005, keluarga saya selalu tinggal di apartemen dan sudah pindah 3x. Saya bersekolah di IPEKA Pluit dan bercita cita sebagai arsitek karena suka tentang desain skala besar seperti bangunan. Hobi saya main game dan mendengar lagu khususnya lagu tenang seperti highs and lows, dan menggambar sebagai waktu luang. Saya memilih kuliah arsitektur karena ingin mempalajari bagaimana cara membangun bangunan yang baik dan bagus dan supaya dapat bekerja dan achievment sebagai arsitek. Saat saya masih sekolah dasar saya pernah ingin membuat rumah yang lebih bagus karena walaupun di apartemen ada banyak fasilitas umu yang bagus seperti kolam renang, lapangan basket, tenis lapangan, gym dan lainnya tetapi untuk rumah dan kamar sangat kecil bahkan rumah yang saya tinggali sekarang, kamar saya hanya 2m x 2m. Momen yang saya suka bicarakan kepada teman adalah saat saya pergi ke Singapura. Saya melihat gedung Marina Bay Sands dan bingung bagaimana caranya bisa seperti perahu yang terdampar di atas 3 gedung dibuat. 

Tujuan besar saya memilih kuliah di bidang arsitektur karena saya ingin punya rumah yang bisa saya buat sendiri dan membuatnya menjadi bagus atau estetik. Untuk itu saya memilih kuliah bidang arsitektur dan juga karena dengan experient yang didapat saat belajar dan melihat hasil karya orang lain dapat membuat ide ide menarik yang masuk ke otak dan meluaskan persepsi pikiran saya tentang model bangunan. Apalagi dengan teknologi sekarang sudah menjadi semakin maju sehingga bentuk bentuk bangunan yang duluan mustahil dibuat sekarang sudah bisa dibuat walaupun masih ada keterbatasan. Salah satu rumah yang sekarang dibangun tanpa teknologi dan informasi yang cukup adalah di rumah sepupu pertama karena rumah itu tidak terlalu kedap suara dengan suara dari luar seperti suara mesin kendaraan masih bisa terdengar dengan jelas walupun sudah dibuat menjadi ruangan tertutup. Dengan informasi sekarang sudah ada banyak bahan bahan banguna yang dapat membuat suara dari luar tidak terdengar sehingga dapat membuat suasana rumah menjadi lebih nyaman. Arsitektur sendiri walaupun di negara Indonesia ini terbatas karena teknologinya kurang tidak seperti di negara lain yang berkembang jauh dengan teknologi sehingga bisa membuat bangunan bangunan yang hanya bisa dibuat dengan teknologi yang sangat maju di generasi ini tetapi ide ide tersebut tetap bisa membuat orang ber kreatif tentang bangunan bangunan yang dibuat nya sehingga dengan ide ide itu bisa dikelola ke kehidupan masyarakat yang membutuhkan kehidupan lebih baik maupun dari rumahnya ataupun lingkungannya. 

Arsitek juga menjadi sarana untuk menjalin kehidupan sosial karena arsitek tidak bisa membuat bangunan bangunan sendiri. Dibutuhkan kerja sama dan tingkat sosial yang baik untuk membangun bangunan yang bagus seperti teknik sipil dan engineer air(plumber), eletric(listrik), dan lainnya. Rumah yang bagus dengan lingkungan yang baik akan membuat kehidupan di sekitar menjadi lebih baik dan sehat. Contohnya tanaman yaang di tanam di dalam rumah dapat membuat udara sekitar menjadi lebih sehat dan segar. Apalagi dengan lingkungan di Indonesia yang langit langitnya sudah sangat kotor sampai keliatan asap di langit. Sebagai peran dan tugas arsitek harus bisa menyelesaikan masalah ini supaya lingkungan kita menjadi sehat, oleh karena itu saya ingin menjadi arsitek.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

William Tantra – Get to Know Your Self

Saya bernama William Tantra lahir di Tangerang pada tanggal 21 September 2005. Saya dilahirkan dari keluarga sederhana yang selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Mereka ingin kami mengemban Pendidikan setinggi-tingginya dan mencapai citi-cita kami. Ayah saya bernama Sutjipto dan bekerja sebagai seorang karyawan swasta di sebuah toko barang teknik, dan ibu saya bernama Betty memilih untuk menjadi seorang ibu rumah tangga. Saya merupakan anak sulung dari 2 bersaudara. Adik saya bernama Sebastian Tantra, dan saat ini masih berada di bangku Pendidikan SMA. Dari keluarga ini, saya dibentuk menjadi orang yang rajin, disiplin, dan taat pada aturan. Saya sangat dekat dengan keluarga besar saya. Saya sering meluangkan waktu libur saya untuk berpergian bersama mereka. 

Saya sendiri menilai diri saya sendiri sebagai orang yang ceria, sabar, taat, disiplin, jujur, rajin, namun kurang percaya diri, kurang bisa berinteraksi dengan orang lain, dan kurang mempunyai inisiatif memulai suatu hal. Saya adalah orang yang kurang fleksibel, saya mungkin sulit bekerja sama dengan orang yang tidak setipe dengan saya, tapi saya selalu berusaha menyesuaikannya. Saya juga kurang b isa mengungkapkan sesuatu yang mungkin saya tidak sukai dari orang lain.

Kehidupan pendidikan saya dimulai dari sebuah taman kanak-kanak Bernama Bless Kids, lalu berlanjut ke sekolah dasar Pelita Anugerah. Disana saya meraih beberapa prestasi di bidang akademik. Lulus dari sekolah dasar, saya melanjutkan pendidikan saya di SMP dan SMA Kristen Kasih Kemuliaan. Di SMP dan SMA saya mengalami banyak momen-momen yang akan sulit untuk saya lupakan. Saya bertemu dengan teman dan sahabat yang baik dan berpengaruh bagi hidup saya. Saya tumbuh menjadi orang yang jauh lebih dewasa dan lebih berani, dimana sebelumnya saya merupakan orang yang sangat pendiam dan takut untuk mengungkapkan sesuatu. Kami sering berpergian bersama ke tempat yang dekat maupun jauh. Momen yang tidak akan pernah saya lupakan dan ingin saya ceritakan terus menerus adalah ketika foto year book SMP. Kejadian lucu dimana seharusnya saya dan 4 teman saya turun dari grab di Museum Naional atau yang lebih dikenal Museum Gajah, namun kami malah turun di sebelah timur Monumen Nasional. Kami harus berlari dari timur ke barat dengan jarak yang cukup jauh. Sesampainya di Museum Nasional, kami sudah berkeringat dan baju kami basah. Selain itu ada satu momen tidak terlupakan lagi yang baru bebraapa bulan berlalu. Tepatnya pada bulan Mei 2023, saya bersama 7 teman SMA saya mengadakan liburan ke Bandung dengan menggunakan kereta. Kami menghabiskan waktu 3 hari 2 malam disana. Di kedua malam tersebut kami berbagi cerita, ada yang membagikan kisah cintanya, ada juga yang membagikan cerita trntang masa depan nya. Selain itu, saat masa SMA saya mulai menyukai untuk mendengarkan banyak lagu, baik lagu berbahasa Indonesia, Inggris, maupun Mandarin seperti lagu “You’re Beautiful” dari James Blunt dan lagu “Jemari” dari Juicy Luicy.

Setelah melewati masa-masa SMA, saya dihadapkan dengan pilihan jurusan dan universitas. Sebelum saya akhirnya memilih jurusan arsitektur, saya sempat memikirkan beberapa jurusan lain yang memungkinkan untuk saya pilih. Saya sempat berpikir untuk memilih jurusan akuntansi karena menurut saya tidak terlalu sulit dan saya suka menghitung. Saya juga sempat berpikir untuk memilih jurusan hukum dan hubungan internasional, namun saya kurang yakin bisa bertahan disana karena kurang bisa berbicara di depan banyak orang. Pada akhirnya saya memilih jurusan teknik arsitektur karena sesuai dengan minat dan kemampuan saya. Saya merasa dan tertarik melihat karya-karya arsitektur di berbgai negara. Karya-karya dari arsitek-arsitek hebat dunia menginspirasi saya dalam mempelajari arsitektur. Semakin hari semakin saya mencintai arsitektur.  Saya ingin menuangkan pikiran dan kemampuan saya melalui desain arsitektur dan karya arsitektur saya. Saya ingin membangun negeri ini dan menatanya dengan baik. Saya juga ingin membangun rumah untuk keluarga saya berdasarkan desain saya. Saya akan sangat banggga dan bahagia jika dapat menjadi seorang arsitek profesional yang hebat. Selain kebingungan akan memilih jurusan, saya juga bingung untuk memilih perguruan tinggi mana yang akan saya tempuh. Pada awalnya saya mendaftar perguruan tiggi negeri (PTN) melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT). Saya mendaftar untuk Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan di Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai pilihan pertama karena merupakan universitas dengan jurusan arsitektur terbaik di Indonesia. Sebagai pilihan kedua saya mendaftar pada jurusan Arsitektur di Universitas Indonesia (UI) karena merupakan universitas terbaik di Indonesia. Saya melakukan tes di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada tanggal 27 Mei 2023. Pada tanggal 20 Juni 2023, pengumuman hasil tes SNBT keluar, hasilnya saya dinyatakan tidak diterima di kedua perguruan tinggi negeri tersebut dan mendapat skor rata-rata 645. Seharusnya skor yang diperlukan agar diterima sekitar 700. Setelah gagal di perguruan tinggi negri saya mencari perguruan tinggi swasta yang bagus di jurusan arsitektur. Ada beberapa pilihan universitas seperti Universitas Tarujmanegara, Universitas Tri Sakti, Universitas Parahyangan, dan Universitas Bina Nusantara. Saya mempertimbangkan beberapa universitas tersebut dari jarak, akreditasi, dan fasilitas. Pada akhirnya saya memilih universitas Bina Nusantara.

Selama berhari-hari saya menjalankan program-program di Universitas Bina Nusantara, saya merasakan perbedaan yang begitu signifikan antara pendidikan sekolah dasar dan sekolah menengah dengan perguruan tinggi. Di perguruan tinggi, mahasiswa lebih bebas dalam menjalankan kegiatan perkuliahan. Namun, hal tersebut bisa menjadi pisau bermata dua, bergantung dari bagaimana kami menyikapinya. Dan di jenjang perguruan tinggi di Universitas Bina Nusantara ini saya aakan berusaha belajar dengan baik dan aktif agar dapat mewujudkan mimpi dan cita-cita saya serta dapat menjadi mahasiswa berprestasi yang lulus dengan nillai cumlaude. Selain di bidang akademik, sayaa juga mengikuti kegiatan non akademik yaitu unit kegiatan mahasiswa sepak bola atau futsal. Saya ingin mengembangkan bakat saya dalam bermain futsal dan sepak bola serta saya ingin menjadi bagian dari Universitas Bina Nusantara kampus Kemanggisan dan mewakilinya di ajang perlombaan futsal baik tinmgkat lokal, nasional, maupun internasional. Untuk itu saya akan berlatih keras selama ukm berjalan setiap hari senin dan rabu. Saya juga sedang mempelajari teknologi narsitektur digital, karena zaman sekarang semua sudah serba menggunakan teknologi digital. Di universitas Bina Nusantara kita tidak aakan diajarkan satu per satu penggunaan software arsitektur, jadi kita harus belajar sendiri melalui youtube, bimbingan belajar, google, tutor atau yang lain nya.

Universitas Bina Nusantara menuntut mahasiswanmya untuk aktif dlaam meengikuti kegiatan diluara proses pembelajaran. Karena itu saya mengikuti beberapa seminar dan kegiatan terkait arsitektur, teknologi, bisnis, Teknik, dan lainnya. Saya juga mengikuti kegiatan kegiatan seperti teach for Indonesia dan komunitas buddha di Bina Nusantara. Dari situ saya juga bisa belajar mengenai ilmu-ilmu lain yang tidak ada di jurusan arsitektur. Universitas Bina Nusantaar juga menuntut saya sebagai Binusian 27 untuk lulus tepat waktu.

Selama kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan selama 8 hari, saya sudah memperoleh setiap mata kuliah seperti architectural design 1, design thinking 1, architectural history, sustainable architecture, building technology 1, computational architecture, introduction to architecture, character building Pancasila, dan ESSE 1. Di kelas-kelas itu saya bertemu dengan dosen dosen yang berbeda kepribadiannya, cara mengajarnya, dan aturan yang diberikannya. Karena itu saya harus bisa menyesuaikan dengan masing masing dosen agar saya bisa maksimal selama kegiatan perkuliahan. Dari perkuliahan ini saya belajar bahwa nantinya dunia pekerjaan tidak akan jauh berbeda dari sini. Kita akan bertemu dengan orang orang yang berbeda karakteristik, berbeda beda kemampuan, tapi memiliki satu tujuan. Saya percaya bahwa pengalaman dan ilmu yang saya dapat saat ini akan sangat berguna bagi saya kedepannya. Saya percaya orang yang memiliki banyak pengalaman, ilmu juga relasi lah yang akan bertahan lama di dunia pekerjaan. 

Saya berharap setelah masa perkuliahan selesai, saya lulus dan mengambil profesi dan magang di Perusahaan yang bagus, lalu saya akan mengambil sertifikat IAI, saya dapat bekerja dengan baik dan meningkatkan kemampuan saya di Perusahaan arsitektur terbaik di dunia. Saya ingin menciptakan bangunan bangunan ikonik yang tidak hanya melihat fungsi estetikanya saja, tapi juga melihat dampak bangunan tersebut untuk orang orang disekitarnya. Saya juga ingin mewujudkan arsitektur yang ramah lingkungan.

Baru-baru ini pemerintah mengumumkan pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Nusantara. IKN akan dibangun dengan konsep Smart City. Saya selalu berharap dapat mempunyai nperan besar bagi banyak orang, oleh karena itu saya ingin menjadi bagian dari arsitek IKN yang saya nilai akan menjadi wilayah di Indonesia dengan penataan kota yang paling baik. Disana juga akan kebanyakan menggunakan teknologi dan kendaraan yang ramah lingkungan, tentunya ini berhubungan dengan salah satu mata kulliah saya yaitu sustainable architecture. 

Selama 17 tahun saya hidup saya sering merasa sedih apabila sayaa gagal dalam melakukan sesuatu dan gagal mencapai apa yang saya inginkan. Tapi saya tidak pernah trauma ataupun menyerah dan bersedih berlarut larut, karena itu tidak ada gunanya. Saya terus berusaha, walaupun sering kali gagal, pengalaman dari gagal tersebut yang harusnya membuat kita dapat menjadi lebih baik. 

Saya hidup bertujuan untuk menjadi pemenang, menjadi idola dan menjadi berkat bagi banyak orang. Saya ingin berperan penting dan memiliki pengaruh bagi orang lain. Saya ingin dikenal bukan karena kesalahan saya, tapi karna karya karya indah saya. Bila saya sukses suatu saat nanti, saya akan membagikan ilmu dan apa saja yang orang lain butuhkan. 

Saya juga berharap kesediaan bantuan dan pengajaran dari setiap dosen agar saya mampu menjadi orang yang lebih baik lagi dan lebih mengenal diri saya sendiri. Sekian essai berjudul Get To Know Yourself saya ketik. Saya berharap dengan membaca essai ini, dapat mengenal saya lebih jauh lagi. Saya akan senang jika orang lain dapat mengerti dan mengetahui setiap kelebihan dan kekurangan saya.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Vinna Gita Rahmalia – Get to Know Your Self

Saya asli Bengkulu dengan orang tua yang ,campuran Aceh(Ayah) dan Padang(Ibu) dan saya sekarang berkuliah di Jakarta di kampus Binus Nusantara. Ayah saya berpengalaman sebagai konsultan dan Ibu Saya berkarier sebagai dosen dan sedang melanjutkan pendidikan S3. Saya tumbuh di keluarga yang harmonis. Ayah saya yang berkarakter tegas dan ibu saya yang berkarakter lemah lembut membuat mereka saling melengkapi. Pendidikan SD, SMP, dan SMA Saya di kota Bengkulu dengan jalur undangan/prestasi dan saat kuliah Saya mendapatkan kuota undangan tetapi tidak tembus karena tidak ada alumni,satu dan lain hal padahal saya bersekolah di sekolah yang top di Bengkulu.Tetapi pilihan kedua undangan tidak Saya isi Bengkulu.Saya ingin mencoba melihat dunia luar.Saya anak tunggal, Abang saya sudah meninggal tetapi saya sudah terbiasa hidup sendiri dan mandiri karena saya sadar semua tanggung jawab itu ada di Saya.Saya juga menjadi pribadi yang kuat dengan apa yang saya jalani.Saya memilih Binus sebagai back up karena letaknya strategis di jakarta dan ada kenalan dan katanya arsitektur nya bagus, selain itu saya mempunyai bakat menggambar dan saya ingin terus mengasah bakat saya,saya ingin memperluas relasi dan mendapatkan informasi dari teman- teman berbagai daerah. Harapan saya yang sekarang berstatus sebagai mahasiswi saya ingin belajar dengan sungguh-sungguh dan membanggakan kedua orang tua saya.

Saya menjalani hidup ini tidak lain dan tidak bukan untuk orang tua saya. Karena mereka adalah bagian terpenting di hidup saya.momen yang tidak pernah saya lupakan adalah usaha dan kerja keras meskipun terkadang banyak sandungannya, saya memilih arsitektur karena saya memiliki bakat menggambar dan ayah saya bekerja sebagai konsultan,prinsip yang selalu saya tekankan adalah belajar mensyukuri apapun pemberian Tuhan karena di luar sana banyak yang tidak mampu.Saya pernah mengalami trauma terhadap masa lalu, orang-orang yang jahat kepada saya tapi ingat tujuan awal tuhan menguji hambanya tidak perlu menakuti sesuatu secara berlebihan kita tidak pernah mengganggu mereka, jadi tidak usah menghiraukan mereka. Kita punya tuhan yang tau segala-galanya.dalam menjalani hidup ini jangan cepat menyerah dan berputus asa. Di dalam hidup ini orang datang dan pergi. Tak hanya itu lagu yang sangat saya sukai adalah NCT bukan karena mereka berasal dari negara tetapi makna lagu yang mereka berikan. Lagu beautiful ini bermakna seakan mengajak untuk menghargai hal kecil yang telah terjadi yang biasanya sering kali kita abaikan mulai sekarang bisa kita nikmati dan syukuri dengan kebahagiaan.

Lagu NCT Life is Still going on karena menurut saya lagi ini menjelaskan tentang hidup yang akan terus berjalan dan waktu yang terus berputar. Kita merasa orang-orang memiliki progress yang sangat jauh dibanding kita padahal setiap orang memiliki porsinya masing-masing. Kita diajarkan untuk menikmati hidup dan tetap berusaha tapi percaya kepada takdir tuhan itu sangat penting karena apapun akan terjadi apabila tuhan sudah berkehendak dan tidak ada yang bisa menghalanginya. Saya juga menyukai lagu NCT Hello Future.Lagu ini memili makna agar kita tidak takut untuk bermimpi,bermimpi yang sangat tinggi, bermimpi dengan bebas,Lagu Hello Future ini menunjukan harapan untuk terus optimis dan bertumbuh, berjuang menghadapi masa depan dengan cinta dan kepercayaan.selain itu saya menyukainya NCT karena mereka dulu ada yang hidup dalam kesusahan bahkan ada yg berpisah dari orang tuanya.namun takdir berkata lain begitu banyak terpaan yang mereka hadapi tapi mereka tetap tegar demi meraih mimpi dan mengangkat derajat keluarga nya.Akhirnya mereka membuktikan bahwa mereka layak untuk mendapatkan mimpi mereka.tidak sia-sia perjuangan mereka selama ini,  perjuangan itu membuahkan hasil, mereka berhasil dikenal banyak orang dan tentunya menghasilkan pundi-pundi uang, padahal sebelumnya member mereka ada yang memiliki keterbatasan ekonomi, dan banyak masalah lainnya. Oleh karena itu, dari berbagai cerita di atas kita dapat menyimpulkan bahwa waktu itu sangat berharga, 1 detik waktu itu dapat mengubah segalanya.Oleh karena itu, jangan sia-siakan waktu karena waktu tidak dapat diputar kembali. Sekian dari saya, dan terima kasih.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Victoria Joanna Huangga – Get to Know Your Self

My name is Victoria Joanna Huangga and I was born in Medan, Sumatera Utara. I will be turning 19 years old soon, 26th of January next year, to be exact. Fortunately, I grew up in a good house with loving and responsible parents. It’s safe to say that I have a great relationship with my family. Maybe that was part of why I felt like living so far away from them would be quite a challenge. Still, I do not regret making the decision to move away because a part of me also wanted to separate myself from them in an attempt to create a version of myself that is both independent and mature.

I could still remember what was going through my head when I was at Kualanamu International Airport in Medan. That was my second time flying alone in a plane, so obviously I was very nervous. I wasn’t just nervous because I would be flying alone, but because I knew that once I had arrived in Jakarta, it would be a while until I see my family again. We were sitting in the airport’s Starbucks, and at that time I was still teasing my brother that he would probably miss me a lot. Of course, he denied it and said he wouldn’t. Minutes and hours passed as it was finally time to board my plane. So, before this I had actually gone to Jakarta to participate in Binus University’s First Year Program back in early August. At the time, I came with my mom. After finishing all the FYP’s activities, my mom had already gone back to Medan by then. Because I was from the third batch, CBN, my parents and I had decided that it was better for me to go back to Medan as I had 2 whole weeks to spare before Week of Welcoming. Going back to Medan was my first time flying alone in a plane, but that time it didn’t feel as nerve-wracking as the second time. If anything, I was excited to be flying back to my hometown.

Back to my second time flying alone ever, it was time for me to board my plane. I still remembered the feeling of almost tearing up but stopped before I did just because they were doing an ID check and I would’ve been embarrassing to cry in front of a stranger. I waved my last goodbye and I didn’t look back, not because I didn’t want to look at my family but because I was scared I would cry if I did. Soon we got in the plane, 2 hours went by and I was at Jakarta, all on my own.

Next day after I arrived was immediately Week of Welcoming Day 1. There I met up with friends that I had previously befriended at the First Year Program. Admittedly it was fun, living on your own, you don’t have anyone tell you what you should and shouldn’t do, and the best thing of all- no curfew. But once you start living on your own, you start to make your own curfew for yourself, so it didn’t really matter.

Obviously, I do miss my family a lot. Because of that I’m very grateful to be living in an era where seeing another person is just one phone call away. Even as I’m typing this, I’m in a call with my mom and we still talk almost every day, but it just doesn’t feel the same. Not that I expect a phone call to be even remotely similar to talking face to face with another person, nor am I complaining. But as time went on and I started attending classes and was immediately bombarded with multiple assignments all at once, the only thing I’m ever thinking of these days are when and how I am going to finish an assignment. I guess you could say that being an architecture major really helped distract me from being homesick and miss my family.

What seems like a never-ending amount of assignments was definitely something that I didn’t expect but I wouldn’t say it necessarily surprised me as we were already warned multiple times by our seniors that the amount of assignments for first year students like us is no joke. Before coming here, I actually had plans on going to multiple places in Jakarta as I wasn’t a local, but in these past three weeks the furthest I’ve ever managed to go from my room was Binus Anggrek, another one of my campus’ establishments. Me and a couple of my “anak rantau” friends had even made plans to go out and visit a couple places in Jakarta and we couldn’t even do that because of the piles of assignments that is all due next week.

It might sound like I’m complaining, which I guess technically I am doing that right now, but I wouldn’t say that it’s a bad thing. At the end of the day, I am still a human with the ability to have feelings and emotions. Although I am complaining a lot, trust me when I say I wouldn’t want it any other way. I had come all this way from Medan to Jakarta to study in architecture, so I would’ve been way more pissed if all I had to do is small amounts of assignments as that would’ve been a waste of my potential. If anything, I almost feel like I’m challenged to finish multiple projects at a time, which is something that I need to get used to as being an architect is my current end goal in my career path. I’m sure it will get better overtime when I’m finally used to doing multiple assignments at once, but as of right now it would be a lie to say I don’t get frustrated at times.

I’m sure when I look back at this time of my life, I would probably laugh and find it hilarious as the assignments would’ve been a piece of cake for me by then. And hopefully I’m right. Getting to laugh or be embarrassed about your past should be something that is celebrated as it shows growth in a person. It shows that I have changed and grew as a person and is currently a better version of myself. And that better version of me shouldn’t feel cocky and instead try to learn more things and be an even better version until finally I can be the best version of myself.

Maybe until then, all I need to do is keep learning new things and find ways to improve myself so that in the future I get to be someone that I’m proud of. Speaking of future, like I have mentioned multiple times, I want to be an architect.

Before applying to many universities to major in architecture, I have thought about for so long whether this is the best path for me. I researched many forums, watched many videos, and the consensus was no, majoring in architecture is not worth it. If I had a penny for every video and forum that said you shouldn’t major in architecture, I would probably have about 10 to 15 pennies. That honestly really made me doubt my decision, as most of them has said it would probably be better to major in popular majors like business marketing or management as that at least could secure you a stable 9 to 5 job.

But then I started to change my question. Instead of typing “Should I major in architecture?”, I started to type “Why should I major in architecture?” in the search engine. And there it is, finally, a different answer. Most of the answers this time are from actual architects. From what I’ve seen, all of them don’t do it for the money. Most of them even said that if you only want to get into architecture for the money, don’t do it. Instead, from what I’ve seen, all of them got into architecture purely out of love. They said architecture is one of the many majors that you truly have to love to be able to do it. Of course, this isn’t them saying that being an architect means you can’t be rich, but its just something to keep in mind that you might be average.

I was also surprised to see many people with architecture majors that didn’t end up going through with working in the architectural field saying positive things about the major. Many said that being an architecture student really helped them with time management and discipline. Because of that, they were then able to do well in another job they ended up choosing.

Seeing those responses really sealed the deal for me; it made me realize that I do love the idea of majoring in architecture and other people’s opinions shouldn’t matter as much. I still think listening to other people’s opinions and points of view is important as it helps us consider our options. But ultimately, the decision should fall into your hands, not others.

So when I do become an architect, I want to create an environment where people can thrive and it should be able to prove itself useful from generation to generation. As of now, I still don’t have a clear picture of what it could be, but hopefully in the future, I will.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Vannesa Fioren Anastasya – Get to Know Your Self

Nama saya Vannesa, saya lahir di sukabumi dari keluarga bersuku bugis. Saya kecil tinggal di Palu Bersama kakek dan nenek saya sampai saya berusia 5tahun kembali ke Jakarta. Saya kecil tidak mengenal ayah dan ibu saya sampai di Jakarta pun saya memanggil ayah(tiri) dan ibu saya dengan sebutan om dan tante. Setelah 2 hari beradaptasi lalu saya memanggil orang tua saya dengan sebutan mami dan papi.

Selama saya kecil hingga saya SMP kelas 1 saya selalu menggagap papi adalah ayah kandung saya. Walaupun saya suka bertanya kepada mamah saya ‘kenapa di akte saya nama papi berbeda dengan akte di adek2?’ mama saya selalu menjawab ‘itu dulu nama papi sebelum ganti nama, sekarangpapi udah ganti nama makanya di akte sama di KK beda’ dan setiap kali saya nginep dirumah tante dari keluarga mama saya , saudara–saudara saya bilang kalua papi saya ini bukan ayah kandung tapi tiri. Saya yang masih SD pun tidak peduli dengan omongan saudara–saudara saya karena saya tidak percaya dan mamah saya juga selalu meyakinkan kalua papi itu benar ayah kandung saya. 

Hingga akhirnya pada saya kelas 1 SMP , wali kelas saya bertanya lebih dalam tentang keluarga saya kenapa nama ayah saya di KK berbeda dengan adik-adik saya dan saya harus menegaskan dan bertanya kembali kepada mamah saya, setiap hari saya overthinking memikirkan itu, sampai pada akhirnya saya menemukan buku nikah lama mama saya dengan nama kandung ayah saya yang di akte. Saya bertanya kepada mamah saya dengan memberinya bukti, setelah mengetahui bahwa papi adalah ayah tiri saya kecewa dan menangis sejadi-jadinya karena ayah tiri saya begitu baik tidak pernah membeda-bedakan anaknya sampai mami dan papi ceraipun beliau tetap menafkahi saya.

Saat saya kelas 2 SMP papi membawa bayi hasil selingkuhannya ke rumah dengan alibi menemukan anak, mami saya bukan orang bodoh yang gampang ditipu. Namun mami berpura-pura tidak tahu dan merawat anak itu seperti anak sendiri dan sudah sangat sayang. Namun keluarga besar dari mami saya tau gosip itu menyebar dan mami saya disuruh pisah dan mengembalikan anak itu kepada papi saya dan selingkuhannya, disana saya melihat ketulusan dan sayangnya mami kepada anak itu walaupun baru dirawat hanya 3 bulan mami saya menangis saat dikembalikan kepada ibunya.

Setelah itu papi saya tinggal dirumah kakaknya bersama istri baru nya yang jarak dari rumah kami tidak begitu jauh hanya beda rt, kami setiap minggu suka bertemu dengan anaknya papi bersama adik-adik saya , dan suka diajak makan malam bersama dengan om saya. Setelah itu papi saya pindah tidak tinggal Bersama kakaknya dan kami tidak ada komunikasi lagi, tidak lama papi saya kembali lagi dengan berstatus sudah cerai istrinya dan menyewa kos jaraknya dekat juga dengan rumah kami hanya beda rt. Dari situ papi selalu menghabiskan waktu bersama kami setiap malam minggu pun papi selalu ajak kami jalan-jalan ke kemayoran kuliner street food dan sering berenang di apartement pramuka.

Sampai pada akhirnya saya kelas 3 SMP semester 2 papi suka sakit-sakitan kami anak nya yang mengurus papi di kos nya pulang pergi setelah pulang sekolah. Setelah beberapa minggu papi pingsan dibawa kerumah sakit sumber waras di rawat dan dinyatakan mempunyai penyakit kanker paru-paru dan lambung, untuk kedua kalinya saya melihat papi menangis dan memeluk saya di rumah sakit sambil memberi nasehat-nasehat pertanda kalau umurnya sudah tidak panjang lagi. Setelah itu tanggal 30 september 2016 papi dinyatakan meninggal. Kehidupan setelah papi meninggal tidak begitu banyak yang berubah karena sebelumnya 1 tahun kami tidak tinggal seatap dengan papi

Akhirnya saya lulus dan mempunyai pacar yang dulu nya kakak kelas saya di SMP dia masuk ke SMK dengan jurusan Teknik mesin, disaat itu saya bingung harus masuk kemana? Apakah SMA atau SMK 1 sekolah dengan pacar saya saat itu. Akhirnya saya memilih SMK daerah Jakarta Barat atau biasa disebut dengan julukan ‘STM CAMPJAVA’ bareng dengan pacar saya. Namun saya memilih jurusan DPIB (Desain Permodelan dan Informasi Bangunan) 

Masa-masa selama SMK saya begitu banyak kesan, saya menemukan sahabat saya dan teman-teman saya, dari sifat pun sangat berbeda jauh dengan SMP dulu yang pertemanan nya menetukan circle, berbeda dengan STM semua mementingkan kesolidaritasan yang sangat tinggi walaupun ada sisi gelapnya yaitu tawuran, tapi kalau dilihat dari sisi positifnya sangat banyak dan sangat sedikit sekali konflik tentang bullying.

Saya dahulu pernah mengikuti semua eskul yang ada di sekolah seperti basket,pramuka,osis,paskibra,band, dan teater, namun yang bertahan lama hanya osis,pramuka, dan paskibra. Saya sempat memgikuti lomba untuk 17 agustus di istana negara namun gagal, alasan saya megikuti banyak ekstrakulikuler karena saya ingin memperbanyak pertemanan dan benar saya dahulu banyak sekali teman dari berbagai jurusan hingga ke Angkatan atas saya banyak kenal dan dekat.

Hubungan saya dengan pacar saya itu hanya motivasi supaya punya semangat belajar dan semua guru pun tau kami berpacaran namun ke hal yang positif, saya memperbanyak eskul dan pacar saya saat itu selalu lembur sekolah untuk memperdalam ilmu dengan kaka kelas dan guru-guru jurusannya.

Di sekolah juga saya mengikuti LSP dan sertifikasi lainnya dan semua itu sangat berkesan bagi saya yang paling saya ingat saat sertfikasi di citeurep kami untuk pertama kalinya menginap di sebuah mess milik PUPR dan sekolah kami angkatan pertama yang mengikuti sertfikasi disana disana kami memiliki banyak momen bersama teman-teman selama 3hari 2 malam. 

Dan saya juga mengikuti PKL dan untuk pertama kalinya kelompok saya PKL di KJSKB martin lay dan rekan , biasanya sekolah kami PKL di proyek2 bangunan. Namun kelompok saya untuk pertama kalinya PKL dengan pekerjaan pengukuran tanah kerumah-rumah warga dan membuat sertifikat rumah gratis program pemerintah 

Lalu setelah itu tidak lama saya sudah mau lulus dan mau ujian namun tiba-tiba covid melanda di tahun 2020, akhirnya kami tidak mengikuti ujian nasional namun hanya ujian sekolah saja. Dan lulus mencari kerja pun susah, saat itu pacar saya sudah medapatkan kerja sebelum covid. Kami terpisah oleh lockdown dan disaat itu hubungan kami renggang dan putus tidak lama saya mendapatkan pacar sekaligus sekarang menjadi suami saya.

Suami saat ini dulunya kakak kelas saya dengan jurusan yang sama beda 1 tingkatan aja, dulunya angkatan beliau nama jurusannya TGB (Teknik Gambar Bangunan) sebelum 1tahun akhirnya di ubah menjadi DPIB. Kami berkenalan melalui teman kami yang menjodohkan, awalnya suami saya yang dekat dengan teman saya namun teman saya tidak menyukai nya dan mengenalkan kepada saya.

Dan suami saya juga sudah bekerja sebagai drafter sampingan dan sales wifi yang menjadi pekerjaan utama disaat covid banyak sekali orang memasang wifi dan penghasilannya pun lebih dari cukup mencapai 2 digit dan suami saya sudah mempunya tabungan untuk kami menikah.

6 bulan berlalu saya nganggur akhirnya saya mendapatkan pekerjaan sebagai admin di online shop daerah muara karang, banyak pait asam manis yang saya lalui selama bekerja termaksud dalam hal asmara saya dengan suami yang lebih berdinamika.

Akhirnya saya menikah pada 12 februari 2022 saya tetap bekerja dan pada bulan juli 2022 suami saya bekerja di perusahaan PT Ultima asia network dibidang periklanan dan suami saya bekerja dibagian creative menggambar produk atau booth untuk event dengan menggunakan software 

Lalu pada bulan agustus saya hamil anak pertama dan bulan September saya resign dan bekerja di PT Pison berkat abadi di bidang menjual property bahan bangunan saya bertahan hanya 2bulan karena saya mabok hamil dan tidak kuat.

Lalu saya memutuskan untuk kehamilan pertama saya tinggal bersama orangtua sampai saya lahiran dan saya tidak bekerja. Anak saya lahir di tanggal 3 mei 2023 dengan cara melahirkan normal namun di vaccum dengan berat 3,6kg dan Panjang dan Panjang 51cm berjenis kelamin perempuan, banyak momen dimana anak saya harus di perina selama 11 hari dan saya mengalami babyblues bulan, namun saya mempunya mertua dan suami yang sangat sayang terhadap saya sehingga babybluesnya tidak berkelanjutan

Lalu mama saya menyarankan saya untuk kuliah demi masa depan saya dan anak saya, dan mama saya menyarankan saya untuk kuliah di BINUS University dan mengambil jurusan arsitektur karena sebelumnya saya ber sekolah di smk dengan jurusan design, mama saya ingin saya lanjut kuliah dan biaya ditanggung oleh mama saya

Saya di suruh fokus untuk sekolah dan anak saya dicarikan orang untuk menjaga nya , dan alhamdulillahnya anak saya di jaga dengan saudara dari suami saya sendiri dekat dengan rumah saya dan suami juga

Mama saya juga ingin saya sukses menjadi konsultan dan beliau juga ingin menantunya atau suami saya segera menyusul saya dengan kuliah arsitektur juga jika ada rezeki lebih, perjalanan hidup saya masih paanjang saya sangat bersyukur mempunyai kesempatan untuk kuliah di BINUS University dan mempunyai teman-teman yang sangat suportif 

Saya dan saya juga sangat senang lingkungan di perkuliahan dengan vibes yang positif, walaupun saya gap years 3 tahun tidak membuat saya minder atau malas mencari ilmu. 

Walaupun teman-teman smk saya yang kuliah sudah mau skripsi dan saya hanya seorang maba, itu malah menjadi pemanfaatan saya untuk belajar kepada teman saya yang sudah berkuliah lebih dahulu dan teman saya yang sudah bekerja lama dengan kontraktor

Ada kalanya saya merasa bangga jika ilmu saya yang ada di smk saya bagikan kepada teman teman kuliah saya walaupun tidak banyak setidaknya sedikit ilmu itu bermanfaat. Saya akan terus berjuang dan bersungguh-sungguh dalam kuliah agar ilmu yang saya dapatkan dapat bermanfaat bagi saya dan orang lain.

Sekian dan terimakasih 

Mahasiswa

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Tyashabriya Amalia Sukahir – Get to Know Your Self

Mahasiswa merupakan salah satu komponen dari sebuah perguruan tinggi yang memiliki keinginan untuk mengenyam pendidikan tinggi karena di latar belakangi cita-cita dan kegigihan mereka yang kuat. Perguruan tinggi adalah sarana pendidikan tingkat lanjut yang memiliki berbagai bidang pembelajaran untuk mendukung pengetahuan dan pengalaman mahasiswa, Salah satunya adalah jurusan arsitektur. 

Arsitektur merupakan ilmu yang mempelajari untuk mengatasi permasalahan dalam infrastuktur di bidang pembangunan. Mahasiswa arsitektur bukan hanya seorang pelajar melainkan mereka adalah seorang seniman, pemecah masalah, juga visioner. Hari-hari mereka dihabiskan dengan membuat sketsa, merancang, dan membuat model maket. Mereka membenamkan diri dalam studi bentuk, fungsi, dan estetika, Mereka belajar menganalisis ruang dan memahami bagaimana bangunan berinteraksi dengan lingkungannya. Setiap garis yang digambar di atas kertas atau setiap goresan yang dibuat di layar komputer dipikirkan dengan cermat dan dieksekusi dengan teliti.

Namun menjadi Seorang mahasiswa arsitektur bukan hanya tentang keterampilan teknis, ini membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang sejarah, budaya, dan masyarakat. Mereka harus menguasai teori arsitektur dan mampu mengartikulasikan ide-ide mereka melalui esai tertulis atau presentasi lisan. 

Beban kerja terkadang sangat berat. larut malam dihabiskan di studio untuk memenuhi tenggat waktu atau berjam-jam dihabiskan untuk melakukan riset untuk proyek, tetapi mahasiswa arsitektur berkembang di bawah tekanan. Mereka tahu bahwa setiap proyek adalah kesempatan untuk mendorong batasan dan menciptakan sesuatu yang benar-benar luar biasa, Terlepas dari tantangan yang mereka hadapi, mahasiswa arsitektur tetap tangguh. Mereka memiliki tekad yang teguh untuk berhasil dan membuat jejak mereka di dunia desain. 

Disinilah saya yang telah menjadi mahasiswa baru jurusan arsitektur selama 2 minggu. Dengan almamater universitas Bina Nusantara menjadikan diri saya sendiri bangga terhadap apa yang telah saya lalui untuk sampai di titik ini. Karena saya adalah salah satu dari sekian siswa high school fresh graduate yang memilih jalan gap-year atau bisa diartikan, jeda untuk beristirahat dari pendidikan formal. Banyak faktor dan peristiwa yang terjadi selama kurang lebih setahun ini, dari tahun 2022 hingga 2023, yang menjadikan saya harus harus menjalani pilihan yang berat bagi saya.

Perkenalkan, saya adalah Tyashabriya Amalia Sukahir, pemuja musik bergenre Classical dan Lo-Fi. Lahir di keluarga semi-hangat ini pada tanggal 12, bulan mei, tahun 2004 di kabupaten tangerang, lebih tepatnya klinik bidan di kecamatan sukabakti. Saya anak kedua dari dua bersaudara. Kakak saya adalah pria gagah nan cuek yang berselisih 6 tahun dari saya. Ayah saya adalah pekerja negri sipil yang berasal dari jawa tengah, semarang. Beliau merantau ke tangerang untuk melanjutkan studinya, lalu bertemu ibu saya dan menikah pada tahun 1988. Ibu saya asli sunda, kabupaten tangerang. Beliau adalah ibu rumah tangga yang hebat pula sesosok yang selalu saya harapkan apresiasi dan senyumannya. Saya merupakan anak terakhir dari keluarga semi-cemara ini, membuat saya menanggung beban sebagai “harapan terakhir” kedua orang tua saya. 

sekolah menengah pertama ( SMP ) adalah saat-saat dimana saya sudah mulai mencari jati diri saya. Dan cerita ketika semasa SMP-lah yang selalu ingin saya ceritakan ulang kepada orang lain. Mencari jati diri bukanlah perkara hal “kamu suka apa”, atau “hobi kamu apa”. Tetapi jati diri adalah dimana ketika kita telah tau arti makna hidup yang sesungguhnya. Untuk apa, siapa, bagaimana kita hidup di dunia ini juga Saat dimana ketika kita sudah mulai mengenal dan menerima diri kita sendiri. Dan ini adalah hal yang harus bahkan wajib disadari sejak dini. Karena kita, hidup, butuh tujuan dan arti.

Arsitektur bukanlah pilihan pertama yang saya perjuangkan saat menjelang kelulusan Sekolah mengah keatas ( SMA ), Karena pada saat itu saya sangat merasa kurang pada kemampuan saya dan tidak memiliki keyakinan diri. Saya memilih DKV sebagai alternatif lain untuk pembelajaran tingkat lanjut. Namun ada keraguan pula didalamnya, karena hati saya masih kagum dan terpikat pada pembelajaran di bidang arsitektur, namun saya belum memiliki kepercayaan diri yang cukup untuk memperjuangkannya. Tetapi ayah saya selalu mengatakan bahwa segala sesuatu harus dicoba terlebih dahulu dan tidak perlu ada yang ditakutkan.

 Pilihan adalah hal yang masih sulit saya putuskan. Namun, lambat laun saya mulai menemukan jalan keluarnya, Saya belajar mempertimbangkan suatu pilihan dengan kemungkinan-kemungkinan lain. Seperti jangka panjangnya, dampaknya, resiko yang lebih kecil, dan manfaat yang saya dapatkan. Akhirnya saya memutuskan untuk memperjuangkan S.Ars ini dengan rasa tanggung jawab penuh. Karena saya lahir dikeluarga dengan berpegang teguh prinsip bahwa yang dimulai harus di selesaikan, maka saya harus menyelesaikan pilihan saya ini dengan menerima teguh berbagai resiko didalamnya.

Sekitar 1 tahun 5 bulan sebelum saya benar-benar menjadi Mahasiswa Arsitektur, banyak persiapan yang saya lakukan, sambil menjalani aktivitas lain seperti kursus mempelajari software AutoCAD, membeli bahan-bahan yang diperlukan, juga mempelajari teknik menggambar baru.  Saya juga berlatih bagaimana agar dapat menarik lurus tanpa menggunakan penggaris. Lalu mulai menggambar tanpa menggunakan sketsa pensil terlebih dahulu, lalu mulai mencoba melukis dengan water colour. Sangat mudah untuk dilakukan, karena pada dasarnya saya sangat menyukai menggambar, dan semua hal berbau seni.

Sejak kecil saya sudah di sodorkan berbagai soft kill oleh orang tua saya. Saya mengikuti banyak kegiatan perlombaan juga berbagai kursus seperti bermain instrumen, kelas berenang dan yang lainnya. Hingga akhirnya saya dapat melalukan berbagai hal namun sayangnya tidak mahir di bidang apapun, dikarenakan tidak ada yang di fokuskan disalah satu bidangnya saja. Itu yang membuat saya kecewa terhadap diri saya sendiri dikarenakan telat menyadari hal tersebut lebih awal. Tetapi itu bukanlah sebuah hal yang harus disesali. Karenanya pula, saya jadi bisa melakukan berbagai hal yang belum tentu semua orang mampu. Dan saya bangga terhadap perubahan-perubahan kecil di diri saya sendiri. Sisanya, saya harus mulai memfokuskan keterampilan saya di satu bidang saja.

Ada beberapa hal menarik yang terjadi selama persiapan pra-kuliah ini. Yang pertama ketika di awal tahun 2023 ini. Saya dengan memberanikan diri memulai bisnis kecil dengan modal seadanya dan keterampilan yang masih belum terlalu mahir. Saya berjualan buket yang bunganya terbuat dari kawat alumunium yang dililit dan dibentuk menjadi bentuk berbagai jenis bunga. Saya sangat bersemangat ketika mempromosikan produk ciptaan saya sendiri saat pertama kalinya. Saya belajar berjualan, melayani custumer, mencatat pendapatan dan pengeluaran pula membuat produk sendiri dengan kualitas terbaik. Saya mempelajari ilmu perdagangan sedikit demi sedikit dengan tujuan ingin menciptakan pasif income saya di waktu dini. Dan sekarang masih terus berproses. 

hal yang paling menarik lainnya adalah ketika adanya pembengkak kan besar kelenjar getah bening (KGB) di leher sebelah kanan dan kiri saya yang harus ditindak lanjuti dengan oprasi untuk diambil sampel jaringnnya. Saya  didiagnosis TB (tuberkolosis), Dan tepat 2 minggu sebelum perkuliahan normal pada bulan agustus 2023 ini. Sesuatu yang sangat tidak pernah terduga dan harapkan seumur hidup saya. Namun, yang saya pelajari dari ayah saya adalah bahwa hidup harus selalu di syukuri, dan semua yang terjadi pasti ada hikmahnya.

Penyakit ini memang mempengaruhi banyak hal baik dalam hidup saya. Bukan karena penyakit ini saya menjadi bahagia, tapi karenanya saya menjadi lebih dekat dan lebih terbuka kepada ayah saya, dan merasa lebih dekat dengan ibu saya. Kedekatan ini yang membuat saya lebih mengerti apa yang mereka pikirkan selama ini. Membuat saya lebih ingin menghadapi ketidaksamaan kepribadian keluarga semi-cemara ini. Tidak ingin menghidar lagi seperti hal yang sudah terjadi, saya akan mencoba berulang kali untuk menemukan titik tengah keluarga ini. Akan saya hadapi trauma ini demi dapat membangun momen berharga bersama keluarga saya secara lengkap. Saya percaya, bahwa hidup dengan selalu mensyukuri hal-hal kecil akan membuat kita selalu merasa tenang dan bahagia.

Saya menyadari, bahwa setiap momen adalah hal berharga yang harus diabadikan. Dengannya saya memilih jurusan arsitektur, adalah sebagai jembatan pembelajaran saya untuk dapat mengabadikan momen dan cerita berharga dalam sebuah struktur bangunan yang kokoh dan dinamis, yang dimana setiap ruangnya memiliki cerita tersendiri, Ukiran, lekukan, luas ruang, bahkan bentuk furniturenya. Saya ingin diri saya berarti untuk orang lain. Ingin menjadi alasan untuk mereka tetap hidup, dengan saya sebagai aplikator momen berharga mereka kedalam struktur bangunan tersebut. Karena saya yakin, bahwa arsitek bukan hanya sebagai orang yang mendesain bangunan. Namun dia lebih dari itu. Dia adalah orang yang menciptakan momen ke dalam ruang, dia adalah yang mengabadikan cerita kedalam ukirannya dindingnya. 

Sebagai anak yang baru saja memasuki dunia perkuliahan tentang arsitektur. Saya tidak pernah se-semangat ini untuk menerima materi. Saya adalah tipikal pengantuk dan bosan-an ketika dikelas materi, namun tidak untuk pelajaran arsitektur, Itu yang membuat diri saya merasa mendapatkan validasi lebih kuat lagi untuk tetap bertahan di aliran ini. Banyak tugas dan materi yang menumpuk, namun tak seberat seperti biasanya saya mendapat materi fisika maupun kimia. Ada pembuatan model maket, yang dimana saya sangat menyukai hal tentang hand-craft. Arsitektur membuat saya nyaman berekspresi dan hal ini adalah seperti sesuatu yang selalu saya nantikan setiap harinya. Saya mulai mencintai arsitektur sejauh saya mencintai harum dan rasa nasi goreng buatan ibu saya. Yang selalu dinantikan, dan dirindukan.

Saya percaya, bahwa sesuatu yang kita lakukan dengan sepenuh hati akan selalu mewujudkan hasil yang maksimal. Dengan begitu, memilih jurusan untuk jenjang perguruan tinggi bukanlah sesuatu yang harus dilakukan secara tidak terencana. Karena ini menentukan masa depan yang harus seperti apa dan bagaimana nantinya. Tanyakan kepada diri kalian sendiri sejak sedini mungkin. Pilihlah sesuai yang kalian minati dan memiliki peluang yang besar, atau bahkan ciptakan peluang itu sendiri. tidak ada kata terlambat untuk selalu berubah ke arah yang lebih baik. Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali dan Lebih baik memulai lebih awal dari pada terlambat.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Thufail – Get to Know Your Self

halo, assalamualaikumwarrahmatullahiwabarakatuh

perkenalkan nama saya thufail saya lahir di bekasi pada tanggal 5 april 2005 yg dilahirkan oleh orang tua yg bernama pak asep tommy taryana dan ibu barkah nihed, saya lahir menjadi anak ke 5 dari 7 bersaudara, anak pertama saya bernama nabila, yang kedua ada fachreza, yang ketiga ada dalhats, yg ke empat najwa, yg ke lima saya sendiri thufail, yg ke enam dubies, dan yg ke tujuh dan terakhir adik saya bernama durar. saya lahir dari keluarga yg alhamdulillah berkecukupan, saya bisa merasakan pendidikan dari TK SD SMP SMA dan yang saya sangat bersyukur saya bisa menduduki perkuliahan di Universitas Bina Nusantara atau BINUS, universitas yg sangat saya banggakan ini.

Ayah saya berumur 53 tahun, dia seorang Wirausaha yang hebat saya sangat bangga dengan dia, dan Ibu saya seorang Ibu Rumah Tangga yg hebat juga saya sangat sayang dengan dia.

saya punya keluarga yg memiliki kemampuan di bidang olahrga, dan menekuni semua olahraga, tapi ada satu olahrga yg sayang kami tekuni yaitu Badminton, orang tua saya sangat men support kita dimana saya pada kelas 1 sd sudah dilatih untuk mendalami olahraga badminton, dengan cara mengikuti pelatihan badminton atau yg biasa di sebut PB, saya mengikuti pelatihan ini sembari sekolah, dalam waktu seminggu saya menghabiskan 5 hari untuk pelatihan badminton yang membuat saya bisa mengikuti banyak perlombaan dan memenanginya, kakak kakak saya semua atlet badminton, itu yg membuat atau membangun ayah saya membuat lapangan atau gor badminton dirumah saya, sampai saya berada di kelas 6 sd atau mendekati ajaran baru untuk melanjut jenjang smp, saya berhenti mengikutin pelatihan badminton dan melanjutkan pelatihan mandiri atau private, ayah saya memanggil atlet professional yg bernama fikri untuk menjadikan pelatih untuk anak anaknya, saya berlatih dengan coach fikri dengan beranggotakan saya kakak saya dan adik saya, disitu saya tidak lama berlatihnya sampai 2 tahun saja, disitu saya  disuruh ibu saya untuk fokus menuntut ilmu tapi saya masih menjadi pemain badminton hingga saat ini, saya banyak mengikuti tarkam tarkam, atau yg biasa disebut antar kampung, dan saya masih aktif dalam bermain badminton bersama abang abang saya dirumah, saya suka bermain di gor badminton saya sendiri dengan menunggu member member yang ada dirumah saya selesai biasa pada pukul 11 malem, dan saya baru bisa bermain pada pukul 11 malem hingga larut malam, bisa sampai jam 1 jam 2 dan pernah sampai azan subuh sampai jam 4, saya sangat menggemari olahraga badminton.

disamping itu saya sekeluarga juga menjadikan minni soccer atau futsal menjadi olahra ke dua saya dan abang abang saya serta adik adik saya, kita aktif melakukan olahraga sepak bola atau futsal bisa sekali dalam seminggu, saya bermain dengan keluarga saya dan teman teman kakak saya, kami sangat menyukai olahraga tersebut selain untuk kesehatan, olahraga tersebut memang menyenangkan.

karena ayah dan abang abang saya adalah orang yang pekerja keras, itu yg membuat saya menjadi pekerja keras juga, saya sangat menyukai berjualan kecil kecilan karena menurut saya dimulai dari hal itulah yg kita membuat percaya diri dalam hidup kita, saya melihat jejak abang saya yang menjadi pengusaha, dan memiliki berbagai usaha dari bidang makanan, pakaian, dan minuman, saya tertarik dan saya mulai berjualan pada saya ber umur 15 tahun, saya dan kakak saya tertarik berjualan makanan seperti ricebox dan saat itu konsomen saya kebanyakan temen temen SMP saya dan temen temen SMA kakak saya, saya sangat suka melakukan hal hal seperti memasak, menata makanan, membuat packaging agar menarik, dan memasarkan makanan melalui media sosial atau mulut ke mulut, sampai sampai saya sewaktu sedang melalukan kelas pembelajaran daring pada kelas 1 SMA karena sewatu itu sedang ada pandemi covid-19 saya mengikuti zoom dirumah dan saya meninggalkan laptop saya untuk mengantarkan pesanan makanan jualan saya, saya sangat menyukai hal hal yg berangkut pautnya dalam bejualan, sampai dimana pandemi sudah berakhir dan sekolah sudah normal kembali, saya berhenti dalam berjualan dan mengikuti sekolah seperti biasa lagi.

dan lagi lagi saya memiliki pengalaman dalam berjualan atau berdagang sewaktu 2021 saya menjadi jualan musiman, saya memiliki kaka dan pacarnya seorang pengusaha di bidang tekstil dan mempunyai usaha baju koko, sarung, sajadah dan sejenisnya, dia saya jadikan supplier dan saya menjualnya di sekitaran rumah saya, saya berjualan dengan kakak saya dan mendapatkan profit yang lumayan, dan itu yang menjadikan saya sebagai orang yg bekerja keras dan lebih dari percaya diri, di 2022 saya menjalani hal yang sama, tapi kali ini saya berdagang dengan teman smp saya yang bernama juan, kita berjualan dengan cara marketing yg lebih bagus, dengan memanfaatkan media sosial, dan menjadikan barang kita laku dan mendapatkan banyak pesanan, dan ayah saya juga membantu proses penjualan dengan cara membuat status whatsapp dan sangat banyak pesanan dari teman teman kerja nya.

oiyaa saya tinggal di cikarang dengan tempat yang banyak dengan pabrik pabrik, dan yang jelas sangat panas.

menurut saya, saya orang yg bisa berkembang dengan lingkungan saya, saya alhamdulillah bisa mengikuti alur kehidupan dengan baik, tanpa mengikuti pergaulan pergaulan bebas di dunia remaja yang sangat menyeramkan, alhamdulillah dengan didikan orang tua saya terutama ibu saya yang selalu mengingatkan saya atau mengajarkan saya apa itu pentingnya agama, saya lahir dari keluarga yang ber agama islam dan sangat mengikuti ajaran agama islam dengan baik, saya tidak pernah berbuat larangan yang diajarkan di agama saya sendiri alhamdulillah, saya  jarang meninggalkan sholat walaupun sholat tidak tepat waktu, saya tidak pernah berbuat curang dalam ibadah puasa, alhamdulillah dari keluarga yg berkecukupan saya sudah pernah menunaikan ibadah umroh, itu pengalam yang menurut saya tidak akan pernah saya lupakan, alhamdulillah saya pernah umroh 2 kali, pertama dikelas 3 sd dan yg kedua di kelas 12 pada akhir tahun 2022.

saya sangat menyukai lagu rizky febian dengan semua judul, karena menurut saya lagunya sangat penuh dengan makna

saya memilihin jurusan arsitektur karena sejak sd saya suka menggambar gambar bangunan, seperti rumah, gedung gedung, dan kontruksi kontruksi jalanan, dari situlah saya bermimpi ingin menjadi arsitektur ternama didunia, saya mencintai arsitek sampai saya mencari tahu di youtube, instagram, dan tiktok tentang apa itu arsitek.

terimakasih banyak sekian dari saya,

assalamualaikumwarrahmatullahiwabarakatuh

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

The Jenifer – Get to Know Your Self

Seorang perempuan yang bernama The Jenifer, tentunya tentunya memiliki nama yang menarik di bagian depannya. Sebenarnya The yang di baca teh merupakan marga dari keluarganya. The Jenifer merupakan anak kelahiran tahun 2005. Ia lahir pada tanggal 11 Januari 2005, berzodiak Capricorn, bergolongan darah B, bola matanya berwarna coklat tua, rambut hitam legam agak bergelombang. Jen adalah panggilan akrab nya, ia berasal dari keluarga yang biasa saja, ia memiliki almarhum ayah yang bekerja sebagai entrepreneur, seorang ibu yang sekarang ini sebagai ibu rumah tangga sekaligus kepala keluarga, dan seorang kakak perempuan yang umurnya berpaut 16 tahun darinya, Jenifer sendiri merupakan anak bungsu di keluarga kecil itu. Kedua orang tua Jen selalu mengingatkan Jen untuk selalu berbuat baik dan jangan menjadi orang yang jahat, harus menjadi orang yang sopan dan tahu aturan. Sedari kecil Jenifer tinggal dan besar di Jakarta sehingga memberikan efek samping yaitu ia terbiasa hidup tanpa kesulitan dan serba tercukupi kebutuhannya, karena di Jakarta semua fasilitas mudah ditemukan dan di akses, tidak seperti di pedalaman yang membutuhkan usaha lebih ekstra lagi untuk menemukan dan mengakses sesuatu. Karena sudah lama hidup di Jakarta, Jen sempat terfikir untuk pindah ke kota atau negara lain. Jen terpikir untuk pindah ke kota atau negara lain karna Jen ingin merasakan suasana, pergaulan, kehidupan yang baru di kota atau negara lain. 

The Jenifer merupakan seorang yang beragama Katolik, ia di baptis saat masih kecil dengan nama baptisnya Angelina yang berarti seorang Ratu yang hebat. Nama baptis itu merupakan nama yang dipilih oleh dirinya sendiri. Selama ia memeluk agama Katolik, ia sudah melewati atau mengikuti banyak hal dalam agamnya seperti sudah komuni dan menjalani sakramen krisma serta sakramen tobat. Di setiap minggunya ia pasti selalu meluangkan waktu untuk pergi ke gereja. Di dalam gereja ia merasa suasana hatinya menjadi damai, tenang, senang dan masih banyak lagi. Selain dari suasanya ia juga suka ke gereja karna di gereja lagu sangat menenangkan hati dan pikirannya.

Ada sebuah lagu yang berjudul Can’t Help Falling In Loveyang di bawakan oleh Elvis Presley sangat memorable baginya, lagu ini adalah lagu pertama yang ia nyanyikan saat performacara Valentine’s Day dengan kekasihnya. Jenifer sangat gemar bernyanyi dan mendengarkan musik, ia kerap kali mendengarkan musik saat sedang bosan. Terkadang ia juga menggambar abstrak, berbicara tentang menggambar, Jenifer mengambil jurusan perkuliahan Arsitektur, Jenifer mengambil jurusan ini karena ia tertarik dalam bidang properti dan sesuai dengan hobinya yaitu menggambar. Dari skala 1 – 10, Jenifermencintai arsitektur dalam skala 7 karena ia masih menggali lagi tentang arsitektur itu sendiri, ada pepatah “tak kenal maka tak sayang” ya seperti itu. Fakta mengejutkannya yaitu, awalnya Jenifer ingin mengambil jurusan business analyst tetapi ia mengubah pikirannya untuk mengambil jurusan teknik sipil, ia sudah sangat yakin tetapi pada akhirnya setelah ia mempertimbangkan beberapa hal, ia memutuskan untuk mengambil jurusan Arsitektur.

Sebelumnya pasti setiap orang memiliki cerita di masa lalu yang traumatis atau menyedihkan, tetapi Jenifer tidak pernah mengambil pusing hal-hal yang seperti itu, karena ia menganggap hal tersebut tidak pantas untuk di sedihkan, ia percaya bahwa segala sesuatu terjadi karena kehendak – Nya. Ia merupakan seorang yang mudah mengikhlaskan dan memiliki prinsip “The past is in the past and I won’t look back”

Jenifer memiliki tujuan hidup yaitu; 

1. Mendapatkan kehidupan yang nyaman, penuh kedamaian, dan kasih.

2. Menjadi berkat bagi banyak orang. 

Jenifer tidak begitu suka membicarakan tentang dirinya, ia begitu tertutup dan tidak nyaman bila ada orang yang “kepo” dengan kehidupannya.

Ketika Jenifer berusia 4 tahun, ia memulai pendidikan di KBB TK El Shadai setelah lulus ia melanjutkan SD di Sekolah yang tidak ketahui namanya sampai dengan kelas 4 dia pindah sekolah ke SD Santo Kristoforus 2, Jakarta, kemudian setelah lulus dia melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMP di sekolah SMP Santo Kristoforus 2. Setelah lulus SMP, ia melanjutkan SMA di SMAK Kasih Karunia Jakarta. Sekarang ia sedang berkuliah di Bina Nusantara University.

Saat TK, Jen pernah mengikuti lomba fashion show

saat hari Kartini dan lomba bermain angklung, ia berhasil meraih juara 2.

Saat SD, Jenifer pernah mengikuti lomba choir antar daerah, dan berhasil memenangkan lomba tersebut dengan meraih piala perunggu. Setelah lomba ini, Jenifer memutuskan untuk berhenti mengikuti choir dikarenakan kegiatan ini mengganggu kegiatan belajarnya di sekolah. Jenifer juga pernah mengikuti ekstrakurikuler biola, ia sangat mahir memainkannya, ia sempat melakukan pentas saat natal dan open house di sekolahnya, tetapi seiring waktu berjalan ia sudah lupa cara memainkannya seperti apa. 

Saat SMP, Jenifer pernah menjadi anggota OSIS dan wakil ketua pramuka, ia mendapatkan penghargaan wakil ketua terbaik, ia juga pernah mengikuti ekstrakurikuler catur, setahun ia berlatih tetap tidak mahir juga karena tidak berbakat dalam bidang ini, ia juga mengikuti ekstrakurikuler musik, ia lumayan bisa mengikuti apa yang diajarkan oleh gurunya.

Ketika SMA, Jenifer mengikuti ekstrakurikuler musik dan badminton, ia sangat menggemari kedua hal ini, walau is tidak begitu mahir tetapi ia tetap menyukai kedua hal ini. Maka dari itu, saat berkuliah ia mendaftarkan diri UKM band dan badminton. Jen sempat bercita – cita menjadi penyanyi, tetapi iamengurungkan niatnya karena ia tidak begitu PD dengan suaranya.

Jen orang yang sangat tidak teratur, ia lebih suka sesuatu yang fleksibel. Tetapi, ia tidak suka mengerjakan sesuatu sehari sebelum hal itu di butuh kan, ia lebih suka dari jauh – jauh hari sebelum. Dengan kata lain ia tidak suka menunda dan menumpuk pekerjaan, ia sangat terorganisir. Tetapi musuh terbesarnya itu ialah malas, ia selalu merasa terganggu bila tidak mengerjakan sesuatu tetapi di sisi lain ia juga merasakan rasa malas. Tetapi hal ini tidak menghambatnya dalam melakukan kegiatannya. 

Sedari kecil ia sangat hobi bernyanyi, saat kecil ia sangat sering bermain, seperti bermain sepeda bermain PS, ia jarang mempunyai teman perempuan. Pastinya Jen pernah jatuh dari sepeda karena menabrak mobil yang terparkir sembarangan, bagian tekukan kakinya luka terkoyak kawat, untungnya ada mamanya yang melihat kejadian tersebut, Jen segera di obati oleh mamanya. Jen sangat gemar membaca buku novel danmenonton film, biasanya saat jam 5 pagi ia bangun dan menonton film kartun, hobi ini masih ada sampai ia besar, tetapi genre film yang ia sukai berubah yaitu trailer dan horor, walau ia menyukai genre film ini, ia lebih suka menonton drama Koreadan film barat, menurutnya film Indonesia sanggatlahberlebihan, dan tidak ada faedahnya. Ia kerap kali di nasihatioleh ibunya karena ia sering bergadang untuk menonton film -film tersebut. Film seri kesukaannya adalah The Vampire Diaries, film ini ada 8 season, film ini menceritakan tentang vampir, dan manusia yang berubah menjadi vampir. 

Berbicara tentang film, Jen memiliki karakter favorite nya, ia sangat menyukai Wonder Woman yang dibintangi oleh Galgadot, karena menurutnya Wonder Woman sangat kuat dan keren untuk menjadi panutan.

Saat beranjak remaja, Jen jarang sekali keluar rumah, ia lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam rumah, dengan menggambar, nonton film, dan tidur. Saat sedang pandemi, ia tidak keberatan ataupun stress, karena ia sudah terbiasa di rumah saja. Ia sangat malas keluar rumah karena baginya hal tersebut buang – buang waktu dan tidak ada gunanya. Tetapi sejak SMA Jen bertemu dengan kekasihnya yang bernama Nathanael, sedari itu ia menjadi gemar keluar rumah jalan – jalan. 

Jen mulai menyukai menggambar sejak 2021, ia pernah menggambar mata, bibir, dan masih banyak lagi.

Ada satu kejadian yang tidak akan pernah dia lupakan, yaitu ia pernah jatuh dari motor karena di tabrak oleh pengendara motor yang lalai, posisi Jen sedang di bonceng ibunya, mereka sedang menuju sekolah, tepat di hari terakhir Jenujian, para guru dan temannya menyaksikan kejadian tersebut, semua orang khawatir tetapi ia tidak memerdekakan tetap memaksakan diri untuk melaksanakan ujian, karena kembali lagi ‘hari terakhir ujian’, hal ini membuatnya greget, sehingga ia memaksakan dirinya untuk ujian. Hal ini tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya. 

Jen sempat ingin berkuliah di luar negri karena menurutnya dunia properti di luar negeri jauh lebih maju ketimbang yang ada di Indonesia, tetapi ibunya tidak mengizinkan dia karena ibunya mengkhawatirkannya karena ia adalah seorang anak perempuan. 

Ia sangat menyukai hewan, mulai dari mamalia sampai reptil. Jen sangat menyukai anjing yang berjenis rottweiler karena anjing ini sangat lucu, pintar, bersahabat, danmenggemaskan. Jen juga suka kelinci karena hewan ini terlihat sangat fluffy, selain hewan kelinci dan anjing. Jen juga menyukai hewan reptil seperti blue tongue, gecko, dan tarantula terutama cobalt blue, karena hewan ini terlihat sangat keren dan memiliki estetika khusus menurut Jen. Jen pernah memelihara anjing berjenis Tzitzu, ia menamainya kirlen, anjing ini berjenis kelamin laki – laki, Jen memelihara anjing ini sedari umurnya berusia 5 tahun, sampai pada akhirnya saat Jen beranjak usia 15 tahun hewan peliharaan kesayangannya itu meninggal karna sudah cukup tua. Jen sangat sedih saat hal ini terjadi karna anjing yang bersamanya selama 10 tahun pergi meninggalkannya. Sejak itu ia tidak pernah memelihara hewan apapun lagi karna takut sedih saat hewannya meninggal. Namun ia sempat memelihara ikan pemberian kekasihnya, tapi ikannya meninggal karena kelebihan makan, Jen kembali bersedih, tetapi tidak lama kemudian kekasihnya membelikannya ikan lagi lumayan banyak, namun kali ini kekasihnya yang merawat ikan tersebut, tetapi ada beberapa ikan yang meninggal. Karna takut kejadian yang lalu – lalu terjadi lagi, sekarang Jen lebih sering mengingatkan kekasihnya untuk memberi makan ikan – ikan tersebut.

Sebenarnya masih banyak hal lagi tentang seorang The Jenifer, tetapi ia sanggatlah tertutup sehingga sangat sulit sekali untuk mengetahui informasi pribadi tentang dirinya.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Thalita Sayahla Muqoddas – Get to Know Your Self

Nama saya Thalita Syahla Muqoddas, Saya lahir di kota kecil di Banten yaitu Cilegon. Saya berasal dari keluarga sederhana, papa saya bekerja di perusahaan konstruksi dan mama saya bekerja di bidang perminyakan. Saya anak ke satu, mempunyai adik perempuan yang umurnya beda 6 tahun adalah sebuah tantangan, dimana kita harus bisa mencontohkan untuk menjadi perempuan yang kuat dan tangguh serta harus bisa mencontohkan hal-hal untuk pertahanan diri, dimana sekarang perempuan seringkali menjadi korban kejahatan laki-laki tidak bertanggung jawab. Saya berasal dari suku sunda dan suku jawa. 

Dari kecil saya tinggal bersama Eyang uti dan Eyang kakung saya karena papa saya sering kali tugas di luar kota dan mama bekerja dari pagi hingga sore hari. Meskipun mereka sangat sibuk tapi mereka selalu memberikan kualitas pendidikan yang sangat baik. Dari Playgroup sampai SMP saya bersekolah di Mutiara Bunda Cilegon, kemudian dilanjut SMA di SMA Negeri 2 Krakatau Steel dan sekarang saya berkuliah di BINUS UNIVERSITY. Sebelum saya berkuliah di BINUS saya mendaftarkan ujian mandiri di itb, Ipb dan unpad tapi ternyata saya berakhir dengan BINUS. H-3 jadwal FYP saya adalah pengumuman unpad, H-1 FYP saya pindah ke kos dan disitulah kehidupan kost saya dimulai. 

Saya tidak pernah bosan atau merasa capek untuk hal yang namanya traveling, sedari kecil saya kurang betah dirumah, tapi keadaan yang membuat saya stay di rumah dengan waktu yang cukup lama. Orang tua saya serta kedua eyang saya sangat strict dengan pertemanan saya, yang ada dipikiran saya karena saya anak dan cucu perempuan pertama jadi mereka terkadang sangat overprotective. 

Sekarang Anak sekaligus cucu yang dulunya mempunyai peraturan yang sangat strick ini sudah bisa tinggal sendiri di kos untuk menempuh jenjang perkuliahan di BINUS. Saya tidak menyangka bahwa sekarang saya merasakan kuliah dengan jurusan yang saya sangat bangga banggakan dan idam idamkan yaitu Arsitektur. Saya berdoa semoga setelah lulus saya bisa bermanfaat dengan ilmu yang saya dapat di jenjang yang baru ini serta dapat melewati masa perkuliahan dengan lancar, aman dan nilai bagus.

Karena saya sangat suka sekali dengan traveling cita-cita saya saat sudah bisa berpenghasilan sendiri adalah saya ingin sekali bisa menjelajahi banyak negara. Selain suka traveling saya juga suka berbelanja, meskipun ada yang berkurang tapi saya percaya bahwa uang yang habis akan datang kembali, meskipun tidak langsung tetapi buat saya itu menjadi hiburan dikala uang saya habis. Dari kecil saya suka ikut eyang uti, dan eyang kakung jalan jalan. Meskipun hanya ke rumah saudara tapi itu letaknya di lain pulau ataupun di pelosok desa. Selain di dalam negeri ada beberapa negara yang sudah pernah saya kunjungi seperti Singapore, Turki, dan Mekkah. 

Tiga negara itu memberikan kesan dan pengalaman yang berbeda beda. mulai dari singapore, sejak TK saya suka ke singapore, terakhir ke singapore tahun lalu itu adalah hadiah ulang tahun saya dari kedua orang tua saya. setiap saya ke singapore saya selalu berpendapat bahwa rata rata penduduk negara tersebut berasal dari Tionghoa, Melayu, India, Arab dan lainnya. Mereka sangat gerak cepat, beda dengan di indonesia. Di singapore tempat yang selalu saya kunjungi adalah USS saya suka sekali dengan wahana-wahana yang menantang seperti disana. 

Tapi sayangnya terakhir kali saya kesana papa saya tidak mengizinkan saya menaiki Roller Coasternya, tidak tahu spesifiknya kenapa tapi beliau tidak mengizinkannya. Karena singapura didominasikan dengan penduduk wilayah asia selatan yaitu india, saya dan keluarga saya sangat suka sekali berkunjung di restourant india. Selain mustafa center chinatown adalah tempat belanja kesukaan saya dan keluarga saya.

Kemudian Turki dan Mekkah adalah dua negara yang saya kunjungi dalam waktu yang lumayan berdekatan. Mulai dari turki, negara yang memiliki letak diantara dua benua yaitu benua asia dan eropa serta laut yang indah. Saya senang sekali berada disana, rasanya tenang, dan nyaman, pikiran juga lebih terasa ringan. Tapi sayangnya saya kurang cocok dengan makanan mereka. Menurut saya rasanya kurang flavourfull, dari tampilannya sangat enak tapi rasanya terkadang sangat kurang berasa sedangkan saya tipikal orang yang suka makanan ‘medok’ saya sangatt ingin sekali berkunjung kembali ke turki. Merasakan dinginnya salju untuk pertama kali, vibes eropa yang sangat khas membuat saya merasa fresh. 

Makkah. Saya berkunjung kesana untuk ibadah, dimana di negara tersebut saya sebagai muslim memiliki aturan aturan khusus yang harus dilaksanakan saat melaksanakan rangkaian ibadah.  Tapi yang saya rasakan adalah ketenangan, sangat tenang, aman dan terasa bahagia sekali tidak pernah saya merasa se tenang itu, Makkah atau ka’bah tempat mustajab, mana doa doa yang kita bacakan Insya Allah terkabul. makanannya pun saya sangat cocok sekali, rasa khas medok bumbu khas arab yang bisa menaikan selera makan saya secara terus menerus.  Tidak lupa dengan belanja, ketika saya di Makkah selain saya banyak beribadah saya menghabiskan waktu untuk eksplore toko toko dan jajanan bersama teman saya. Meskipun banyak kesasar tidak mengurangi atau mematahkan semangat kita untuk lanjut eksplore.

Sejak kecil saya suka sekali dengan dunia otomotif di bidang mobil. sejak beberapa tahun terakhir saya tidak pernah melewatkan acara pameran mobil yang biasanya terletak di BSD serpong yaitu GIIAS. Koleksi mainan mobil saya yang saya kumpulkan sedari kecil pun masih ada, jumlahnya bisa sampai puluhan bahkan ratusan, merek yang saya suka adalah HotWheels. Saat Sma akhirnya saya bisa mendapatkan mobil pertama saya, yang saya sering gunakan untuk pergi ke sekolah, diingat jaraknya yang lumayan jauh saya tidak diperbolehkan membawa kendaraan motor. Mobil pertama saya, saya upgrade  seperti mengganti velg, dan saya remap. Kebutuhan dan hobi saya bisa menyatu, saya yang suka sekali berangkat mepet dengan jam masuk sekolah membutuhkan kendaraan yang cepat. 

Selain traveling dan penyuka otomotif saya suka sekali makan. Karena dari kecil saya diajarkan oleh eyang uti untuk tidak memilih-milih makanan serta dikenalkan dengan banyak makanan sampai sekarang pun beliau masih memperkenalkan makanan makanan baru khas daerahnya yang saya belum tahu. Saya juga sangat suka memasak. Saya bisa memasak menu dari hasil mandiri coba coba dan diajarkan oleh mama dan eyang uti saya. 

Karna Zodiak saya Cancer saya ada membaca tentang beberapa informasi bahwa cancer sangat sensitif, dan saya lumayan setuju karena terkadang saya merasa orang orang tidak melihat situasi dan keadaan dalam berbicara. Omong-omong soal bicara saya mempunyai teman dekat dari tk sampai sekarang, yaitu Anti dan Naila, mereka kedua teman saya yang sangat berharga buat saya, mereka ada di setiap suka maupun duka, senang maupun sedih. Karna tipikal saya susah bergaul jadi kebanyakan orang yang baru pertama kali ketemu dengan saya first impression saya adalah orang yang sangat judes, padahal tidak, saya hanya memfilter pertemanan saya, teman saya sedikit namun saya merasa cukup karena mereka mempunyai kualitas pertemanan yang bagus, lebih rela kehilangan uang banyak dari pada saya tidak mendapatkan kualitas pertemanan yang bagus. Saya sangat over thinker dan tipikal orang yang tidak bisa tidur tenang ketika mempunyai tugas. Seperti tadi malam saya tidak tidur karena mengerjakan denah tugas pertama saya.

Selain memfilter teman saya juga memfilter lingkungan saya, jika saya merasa tidak aman atau tidak nyaman saya akan pergi dengan sangat ikhlas. Karna lingkungan dimana saya berada ataupun tinggal itu sangat berpengaruh bagi kehidupan saya dan ketenangan saya. Jujur setelah kurang lebih 2-3 bulan saya di Jakarta sampai sekarang saya masih culture shock dengan budaya budaya disini, dari harga sampai perilaku. 

Olahraga yang saya sukai adalah berenang, bermain badminton, hand ball dan sedikit jogging plus gym. Semasa Smp saya beberapa kali memenangkan pertandingan badminton dan handball di acara acara sekolah saya sangat senang dalam melakukan beberapa olahraga tersebut, rasanya enjoy, relax, dan semua masalah yang saya hadapi seakan hilang, meskipun sejenak tapi setelah itu saya bisa mendapatkan pikiran baru yang fresh. Untuk olahraga seperti gym saya suka tempat tempat sepi atau khusus perempuan, karna saya yang masih sangat awam dan overthinker jadi lebih aman sepertinya di tempat tempat seperti itu.

Saya kurang suka main game, saya baru akan baru bermain game jika benar benar menemukan game yang seru buat saya, itupun kalau bisa bertahan lama ya keren. Sejauh ini game yang bisa membuat saya bermain sampai berjam jam dan tidak bosan-bosan adalah Minecraft. Di game tersebut saya dan teman lelaki saya dapat bermain hingga 8-12 jam dalam sehari. Beda dengan game yang lain yang hanya bisa bertahan 3-5 menit saja. 

Dari kecil saya suka sekali pelihara hewan mulai dari kelinci, umang-umang, sampai sekarang kucing. Dirumah saya terdapat satu kucing putih jantan yang ber ras persia. Kucing putih tersebut kuberi nama geon, sebenarnya punya adik saya tapi geon kita rawat bersama sama. Sekarang geon berada dirumah dengan mama dan bibi. mama sangat memanjakan dia, dari awal dia datang kerumah badannya kurus tapi sekarang badannya sangat besar dan gembul. Dia sangat suka sekali makan dan mager mageran. Setiap saya dan adik saya pulang ke rumah dia selalu tidur di depan kamar saya dan adik saya. 

Saya memiliki cita-cita yang saya harap dan doakan agar cita-cita saya ini terkabul.

 Saya ingin mempunyai Rumah Consultant arsitektur sendiri, tapi disatu sisi saya juga ingin bekerja dengan arsitektur luar. Melihat dari Zaha Hadid rasanya mustahil untuk saya tapi saya harap saya bisa sukses seperti dia. Awalnya saya tidak menyangka kuliah arsitektur bisa selama itu, tapi saya terus ikhtiar dan sabar untuk melewati proses nya InshaAllah. Karena saya anak pertama jadi saya merasa tanggungan saya kedepannya akan lebih besar. Selain memberi contoh untuk adik saya, saya juga harus bisa membuat orang tua saya bangga terhadap saya, bisa berpenghasilan yang hasilnya untuk mereka. Ketika saya masuk arsi papa mama saya awalnya khawatir dengan kedepannya saya, tapi semakin kesini papa saya mulai mensupport saya. Saya berdoa semoga semua wishlist dan harapan saya bisa terealisasikan dengan baik, dan proses yang dimana saya kuat untuk jalani.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Teuku Farouk Syiah Alam – Get to Know Your Self

Hello, my name is Teuku Farouk Syiah Alam, rather called Alam or Lam. To clarify things before I dwelled into my stories, I came from an international school at Medan ever since i was small, so please do not think I’m using chatgpt or etc lol. This is genuinely my essay, written by me, you don’t have to believe my eloquenceness, you can simply communicate with me through English and you’ll be the judge.  

To make things easy to comprehend, Im18 years old, born at Medan, North Sumatera on 10 March 2005. I’m the youngest son in a brotherhood of one older brother who is currently at university as well, just not at Binus. My dad is basically the only one who provides for my family, my mom like you guess is a housewife. Dad works at an institution that contributes to our country’s finances, but it is not part of the government, a non department, but has a direct contribution to our economy. I was enrolled in a school rather superficial to most Indonesian students, Sampoerna Academy, it was Singapore Piaget Academy before, same school but just changed management. The loop and gap from SPA to Sampoerna Academy was massive, especially in its teaching methods and syllabus. But unfortunately, I was those kids who were failing in almost every class, barely passing the minimum grade. Yep, as you guess I was those troublesome students who created absolute havoc and shenanigans at school, if students there ate lunch for their meal, my meal was getting called up by the principal on a day-to-day basis. My school life was an absolute masterpiece, it can be made as one of those Christopher Nolan movie sequences, because of the ups and downs it involves. School is always something I looked up to, until the death of my life. 

Particularly because of the superbly splendid friends I made along the way. A friend that always accepts whoever you are, being real and not fake in every circumstance. A friend that tells you the truth, no matter how it hurts. These people genuinely care for my well-being and vise-versa, thus creating an analogy ‘susah senang bersama’ and they actually did, not only we had our highest highs and happiest moments together, we also experienced the lowest lows together as a unit. We always give a good impression behind their backs, despite talking shit straight to their faces. You probably thought my school life was perfect, absolutely not, why? Thanks to covid it ruined everything and myself but on the part of it, I discovered my true self. When covid hit Indonesia, we had to take online classes. Online classes also meant that we cannot interact with them f2f, although we still play online video games through discord every night. I still remember thoroughly in March 2019 when we were also so happy that our classes were online and we didn’t have to meet our teachers. Little did I know that it was the start of my massive downfall. Closest friends that I consider as a part of my family, start going on their own respective ways, departed ways with a lot of people without even saying a proper goodbye, like bro those memories we made does not exist? At that stage, I was just immature enough to understand the situation. Post-covid where school reopens, my class before covid was around 30ish (3 class), now left with just 10 students with half of it new students, 4 students who I had a history of fighting, and 1 rationale friend. That was the last year of my high school before graduation and it was worse than hell, maybe even deeper than hell god knows what it’s called. 

Aight it’s becoming like a really depressing story lmao, let’s dwelled on the positive things. I love football, like love love football. Dream of going professional ever since I was little, but also knowing that the football career is impossible to reach. So I’ll gladly just be a passionate supporter. It’s funny really how football can affect my mental health and mood, especially if Man Utd is having a poor performance on the field (which they did for the past 6 years, idk what i’m doing lol, but I love this club). Moodswings hits me alot for no reason, can be hyped up like 5 seconds ago and can also look like a depressed lad 10 seconds later. Don’t really have a specific song genre, listen to all songs basically. Used to frequently go to the gym, I also thought that life would be crazy and amazing in Jakarta. Absolutely not, the traffic here is insane, most people I meet are either those really smartass geeks who shower once every month or those guys who’re against god, while inhaling and puffing coloured chemicals (vape). It ain’t easy finding the right friends here, so atm, I just spend my time alone, and I actually opt to spend time alone, as it was more peaceful. Miss my parents so much, homesick hits hard. 

I took architecture in part because I believe that architecture is the orbit of the world. I want to increase the standard of quality living, connecting society to a more vibrant and robust environment. I was always good at drawing ever since I was small but ever since I received a tablet, paper and pencil just went extinct in my world, digitalization kills a lot of things, especially when life was way simpler and not as overwhelmed as today. 

But those hardships I have to go through taught me a lot, both mentally and physically. It builds and creates a fundamentally strong character development, being resilient in tough circumstances. If you dont know where youre going, but you make things based on the decision that is best for you. Wherever you’re going to end up, it’s where you need to be

Slowly readjusting and adapting to a life where I do everything alone, although it took plenty of time, I can proudly say I’m where I’m supposed to be despite still figuring what’s best for myself. You don’t get what you deserve, but you get what you think you deserve, because it dictates your actions and effort despite what you get is still outside of your control. Life moves pretty fast. I’d say, I’m here for a good time, not for a long time. I felt like my peak and prime school days were yesterday, if only I could turn back time (took school for granted). You’re probably a very busy and meticulous man, so I doubt that you would read this, even if you did please keep this as CONFIDENTIAL. What’s even more funny is that the story I’m illustrating is very superficial. Law number 3 – Conceal your intentions.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Terry Wu Thong That – Get to Know Your Self

Nama saya adalah Terry Wu Thong That. Saya lahir dan tumbuh di Jakarta . saya merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Saya merupakan orang yang cukup pemalu dan memiliki pribadi yang tertutup. Kelemahan saya adalah saya adalah orang yang pelupa sehingga untuk melakukan suatu aktivitas saya perlu mencatat nya. Saya memiliki hobi mendengarkan musik. Saya memasuki jurusan arsitektur karena saya memiliki rasa penasaran pada bagaimana cara dunia arsitektural bisa berkembang, bagaimana mereka memiliki ide dan gagasan yang pada waktu itu merupakan suatu hal yang gila. Dengan memasuki dunia perarsitekturan berarti saya telah memasuki dunia baru sebuah dunia yang tidak hanya imajinasi akan dilatih melainkan presisi inovasi dan kerja sama akan dilatih saya berharap saya dapat mencurahkan seluruh jiwa dan hati saya untuk mempelajari dan terus berkembang pada bidang ini.

Awal mula saya tertarik pada bidang ini mungkin pada saat saya kecil saya sering bermain dengan lego dan beberapa game sandbox open world yang dapat memungkinkan saya dalam mencurahkan seluruh imajinasi saya. Walau saya tau untuk menjadi seorang arsitektur yang handal harus mengorbankan seluruh jiwa raga danw aktu saya tetap akan berusaha lebih. Saya sering pergi jalan jalan ke beberapa tempat dan saya melihat banyak sekali bangunan bangunan yang tidak sesuai standar atau pun bangunan tua yang memiliki struktur yang kurang kokoh. Sehingga saya merasa bahwa kelak kedepan nya perlu dipikirkan bagaimana mengatasi masalah masalah tersebut. Saya sangat senang Ketika melihat Gedung Gedung dengan interior seperti bangunan bangunan turki yang megah ataupun seperti di vatikan yang Gedung nya memiliki banyak sekali ukiran dan lukisan yang indah sehingga menambah nilai estetika dari Gedung tersebut.

Harapan saya dalam waktu dekat adalah untuk mendalami pengetahuan saya dalam dunia arsitekturAssalamu’alaikum Wr.Wb

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Tasya Rendita Azzahra – Get to Know Your Self

Assalamu’alaikum Wr.Wb perkenalkan namaku Tasya Rendita Azzahra umur 18 tahun, 28 Mei 2005 dan aku 2 bersaudara. Aku dan adikku sama-sama lahir di Jakarta.  Biasa aku di panggil Aca awal mula aku dipanggil Aca karena itu plesetan aja sih dari Tasya, kadang juga aku dipanggil Tasman. Aku anak kamsi Serang, dibesarkan di Serang dari TK sampai SMA karena kedua orang tua ku bekerja di serang. Aku terlahir dari keluarga sederhana. Ayahku seorang polisi dan Ibuku seorang PNS. Dari TK saya selalu mengikuti ekstrakulikuler menggambar, mewarnai sampai ketika saya memulai Sekolah Dasar saya pun masih mengambil ekstrakulikuler menggambar dan mewarnai sampai kelas 4. 

Diluar dari kegiatan sekolah ketika saya berumur 11 tahun saya dibawa oleh Ayah saya untuk melihat mobil Tamiya saya mulai mencoba modifikasi mobil Tamiya tersebut dan saya senang, pada saat itu setiap harinya aku pergi ke tempat Tamiya untuk melihat orang memodifikasi mobil Tamiya nya masing masing, selang beberapa hari ternyata ada spanduk di tempat mainan tersebut bahwa akan di adakan perlombaan mobil Tamiya akhirnya saya pulang dan memberitahu ayah saya disitu saya didudkung untuk ikut karena saya suka sampai akhirnya saya selalu memenangkan perlombaan Tamiya tersebut bahkan pernah memenangkan juara 1 sekaligus mendapatkan juara 2 dan ketika saya sudah naik kelas 6 akhirnya memutuskan untuk focus belajar untuk UN. 

Banyak sekali orang-orang yang saying dan peduli sama saya, khususnya kepada orangtua saya yang sudah membesarkan saya dan memberi Pendidikan sampai saya bisa meneruskan Pendidikan ke jenjang berikutnya. Setelah lulus SD saya melanjutkan pendidikan di SMPIT AL-IZZAH SERANG di tahun 2017. Sejak kelas 7 SMP saya di percayai oleh sekolah untuk menjadi Kepala Departemen OSIS sampai kelas 8, 2 tahun saya menjabat sebagai Kepala Departemen, di awal jabatan memang terasa berat sekali untuk saya karena pada saat saya kelas 7 dan di masa jabatan itu hanya saya yang menjadi Kepala Departemen bahkan anggota saya adalah kakak tingkat saya. Tetapi saya selalu dibimbing oleh guru, dibantu oleh teman-teman.

 Banyak pertanggungjawaban yang harus saya lakukan dan yang pastinya waktu belajar saya berkurang karena dari pihak sekolah memberikan waktu dispensasi untuk Organisasi. Saya selalu kuwalahan untuk mengatur waktu dan mengejar target belajar hilangnya kefokusan dan pernah drop alias sakit karna harus mengerjakan PAS, Organisasi dan Ekstrakulikuler yang saya minati, jujur saya tidak menyesal pernah mengambil keputusan yang berat dan tidak bisa diulang walaupun tidak bias membagi waktu di SMP. 

Saya melanjutkan pendidikan di SMAI NURUL FIKRI BOARDING SCHOOL SERANG. Seperti yang kita lihat sekolah saya adalah Boarding, yaa tentu saja aktivitas saya dimulai dari sebelum subuh sampai jam 10 malam itu dia kegiatan saya dan hampir monoton setiap harinya, dimulai dari menghafal Al-Qur’an setelah sholat subuh, sekolah jam tujuh pagi sampai jam tiga sore, sore hari aku pakai untuk kegiatan ekstrakulikuler aku yaitu volley, karena waktu SMP ekstrakulikuler yg aku ambil adalah volley juga dan waktu malam nya aku pakai untuk olahraga. Aku merasa mendapatkan lebih banyak pengalaman dari SMP karena jauh dari orang tua adalah hal yg pertama kali baru aku rasain untuk jangka waktu yang lama, dan aku pulang setiap 4-6 bulan sekali tetapi bisa untuk mengambil izin 2kali sebulan di minggu perempuan dengan alesan yang ada di buku panduan. 

Di SMA ada kegiatan FLIGHT yaitu perlombaan yang wajib diadakan 1 angkatan angkatan dengan panitia dari angkatan itu sendiri, kegiatan dari kreativitas kita, sampai mencari sponsor juga sendiri tanpa bantuan dari guru, sepertinya setiap sekolah juga ada tetapi bagi aku beda karena kita dibatasi oleh sarana dan prasarana tetapi tidak memberhentikan kreativitas kita, mempersiapkan acara FLIGHT membutuhkan waktu hampir 1 tahun dan bagian setiap orang di acara tersebut tidak hanya 1 bisa ganda ataupun lebih dari itu, aku mendapatkan tanggung jawab untuk menjadi ketua dance competition, ikut dalam aksi gerakan pembukaan kepada gubernur, menjadi ketua DANA. Ini adalah bagian paling menyenangkan aku di SMA karena ribuan orang berada di sekolah ku. Aku ingin menceritakan Organisasi aku di SMA, aku bergabung menjadi sekretaris Organisasi Lingkungan Hidup dengan masa jabatan 1 tahun. Aku mengikuti kegiatan study tour ke kampus UNS, UNY, DAN UGM. Tetapi ada beberapa kampus yang belum di perbolehkan masuk ke dalam kampus dengan alesan tertentu. Selama 5 hari aku mengelilingi Yogyakarta dengan teman teman ku tanpa Handphone dan hanya diperbolehkan membawa 1 kamera di dalam 1 grup. Ini juga pengalaman yang paling saya ingat juga karena study tour tanpa Handphone, yang biasanya selalu update, mengabari orang tua, hanya bias membuat vlog di kamera. Dan tidak lupa untuk membawa pulang oleh-oleh yang sudah di titipkan dan yang paling ditunggu oleh keluarga dan teman teman lama ku yaitu tugu jogja dan bakpia, aku membeli banyak sekali untuk dibagi bagikan nya sewaktu aku pulang. 

Pengalaman Organisasi di SMA ini mengajarkan aku untuk ber-kreativitas tanpa batas karena anak Organisasi memiliki program kerja yang harus terealisasikan contohnya seperti program kerja disaat Maulid Nabi SAW yaitu, panitia berdiskusi memilih ketua untuk program kerja tersebut selain ketua adapula sekretaris, bendahara, divisi perlombaan, photographer, divisi snack, divisi dekorisasi, divisi perkap, divisi pengarahan, adapula pemilihan MC, operator, tilawah, penampilan, dan MC games. Ini adalah contoh kegiatan dari panitia yaitu, pembukaan dari kepala sekolah, pembukaan dari ketua pelaksana, materi, penampilan, sesi arahan ISHOMA, pembagian snack, perlombaan untuk siswi, dan kesempatan divisi DANA untuk berjualan saat siswi melakukan perlombaan karna pastinya sangat melelahkan. Selain mengadakan atau merayakan hari hari besar di dunia, para anak Organisasi juga setiap pagi mengadakan sesi kreativitas yaitu, dari masing masing divisi menunjukan yel-yel dan informasi berguna untuk siswi misalnya, cara mencegah jerwat, pemilihan buah yang segar, bias juga informasi tentang dunia, isu-isu politik diluar sana disinilah divisi humas yang paling penting karena tugasnya mencari berita paling update untuk siswi, ada juga divisi olahraga yang sering membagi vitamin untuk menjaga imunitas tubuh, dan tugas divisi acara adalah mengadakan bersih-bersih sesuai waktu yang sudah di tentukan ketika rapat. Banyak waktu di SMA ini membuat aku bias lebih belajar untuk membagi waktu karena mau tidak mau semua harus dilakukan, terkadang memang ada yang berbarengan.

 Di awal kelas 12 aku dan teman-teman asrama ku di sore hari selalu senam tujuan nya untuk semangat sampai akhir ujian sekolah hehe. Dan itu terlaksana, malah membuat aku melakukan aktivitas berat seperti lari, push up, dan workout ini semua aku lakukan dan tidak menghalangi tugas aku yang lain. Sapsuy adalah partner olahraga lari aku, karena hari minggu di sekolah aku libur kita memutuskan untuk lari di pagi hari, dan memang setiap minggu pagi di lapangan ramai siswi siswi yang beraktivitas juga berbagai macam ada yang bermain bulu tangkis, basket, volley, tapak suci, dan ada juga yang sama seperti aku dan sapsuy, aku merasa seperti ada di Car Free Day karena suasana yang ramai dan kelas 7 berjualan karena tugas dari sekolahnya. Ada suatu hal yang saya nikmati, yaitu saya bahagia dengan diri sendiri. Saya bersyukur dengan apa yang saya punya dan dapatkan saat ini. Saya tidak suka mengikuti gaya yang biasanya teman-teman ikuti. Saya cenderung memilih apa yang menurut saya nyaman. Harapan saya kedepannya adalah semoga saya dan orang-orang yang saya sayangi sehat selalu agar bias melihat saya sukses dan semoga saya mendapat nilai yang sanga =t memuaskan, tentunya semua itu tidak akan terkabul tanpa doa, usaha, ikhtiar dan tawakkal serta semoga saya sukses dalam berkarya dan mempunyai penghasilan sendiri untuk dapat membanggakan kedua orangtua dan keluarga saya. Amiin. 

Ketika saya baru selesai ujian sekolah di SMAI NURUL FIKRI BOARDING SCHOOL SERANG di perguruan tinggi saya memilih jurusan kedokteran, namun tidak lolos di prodi tersebut. Tidak lepas dari situ perjuangan saya masih panjang sampai orang tua saya sudah membayar teknik perminyakan di Universitas Pertamina namun tidak saya ambil dikarenakan suatu hal. Saya memilih BINUS UNIVERSITY karena akreditasi yang bagus dan salah satu kampus swasta terbaik di Indonesia serta memiliki visi misi yang bagus, dan memiliki rekam jejak yang bagus di bidan pendidikan. Dan saya memilih jurusan Architecture di binus karena saya sangat gemar menghitung, menganalisis lingkungan sekitar, dan menggambar. Selain itu saya juga senang dengan nlai estetika yang dimiliki oleh seorang Architecture. Saya juga sangat senang berada di kelas saya sekarang karena teman teman dikelas sangat rumah dan baik bahkan sering membantu teman yang lagi kesulitas dalam mengerjakan tugas atau melakukan registrasi di setiap aplikasi pembelajaran. Walaupun saya memasuki kampus melalui Batch 6, dan berbeda dengan batch yang lain nya yang mempunyai FL dan mengikuti kegiatan FYP dari awal yang seru banget, tetapi aku tidak dapat, aku hanya mengikuti dari inaugurasi di Binus Alam Sutera, semua orang sudah beradaptasi bahkan sudah ada yang mendapatkan teman sekelas, akhirnya saat hari pertama masuk kampus aku berkenalan dan mereka semua menerima baik aku. Tetapi belum terbiasa dengan aplikasi BINUS MAYA, dan jadwal kuliah, bingung dengan siapa dosen pembimbing saya karena belum ada. Tetapi memang benar adanya jalanin aja dulu, nanti juga faham. Akhirnya saya mulai sedikit terbiasa dengan jadwal kuliah ini, namun masih belum bisa list tugas karena bingung.

Sebelum kisah cerita sederhana ini saya tutup, saya ingin mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada keluarga, teman-teman yang baik terhadap saya dan mensupport saya, sehingga semua dapat berjalan dengan baik. Sekian kisah cerita sederhana ini saya buat, semoga bermanfaat dan bisa menginspirasi bagi yang membaca, bila ada kata-kata yang salah mohon di maafkan. Terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Taslima Nurhuda – Get to Know Your Self

“Apa jurusan yang akan kamu ambil saat kuliah?”, pertanyaan itu terus berulang kali ditanyakan selama masa SMA. Dari mulai teman, guru dan keluarga terus menanyakan pertanyaan yang sama dan saya selalu jawab dengan jawaban jurusan arsitektur. Dengan diri saya yang sudah berstatus sebagai mahasiswa, pertanyaan tersebut berubah dengan “Bagaimana kehidupan kamu sebagai mahasiswa jurusan arsitektur?”. Pertanyaan tersebut mungkin belum bisa saya jawab dengan jawaban yang pasti karena saya masih dalam masa peralihan dari masa SMA ke masa perkuliahan. Tetapi, hal yang dapat saya bilang adalah bahwa kehidupan mahasiswa perpaduan dari rasa senang dan lelah. Saya merasa senang untuk belajar tentang arsitektur. Namun, terkadang saya juga merasa lelah dengan perkuliahan dan masih beradaptasi dengan lingkungan perkuliahan. Terlepas dari rasa lelah yang saya alami, saya sangat bersyukur dan sangat senang dapat belajar di jurusan yang sama impikan yaitu arsitektur. 

Sebagian orang bertanya alasan saya tertarik dengan jurusan arsitektur. Sebenarnya, hal yang membuat pertama kali pemikiran ingin masuk jurusan arsitektur terlintas adalah saat saya sedang mempersiapkan dan meng-desain layout untuk pameran seni SMP saya. Saat itu, saya sedang bersama teman-teman saya berdiskusi tentang layout untuk pameran seni angkatan kami. Di SMP saya, setiap angkatan diwajibkan untuk membuat pameran seni yang memamerkan karya-karya siswa-siswi setiap angkatan. Saat itu, saya merasa bahwa membuat layout dan merancang sangatlah seru, dan terlintas di pikiran saya bahwa saya ingin menjadi arsitek. Waktu itu, saya belum seratus persen yakin bahwa saya akan memilih jurusan arsitektur saat kuliah. Namun, saat saya mulai masuk ke tingkat pertama SMA, saya mulai memikirkan jurusan apa yang cocok untuk saya. Saya memiliki tiga pilihan saat itu, yaitu arsitektur, perencanaan wilayah kota dan desain interior. Setelah melakukan riset tentang pekerjaan yang dilakukan masing-masing jurusan tersebut, saya menjadi lebih yakin untuk memilih arsitektur sebagai jurusan yang saya minati. Alasan saya memilih arsitektur adalah karena arsitektur merupakan perpaduan dari seni dan bangunan. Saya mempunyai ketertarikan pada keduanya. 

Bagi saya, arsitektur adalah wadah yang tepat untuk menyalurkan dan mengembangkan kreativitas saya. Dengan luasnya pengaruh dari arsitektur terhadap lingkungan masyarakat, menambah ketertarikan saya karena arsitektur dapat memberikan solusi fungsional, terbentuknya ruangan yang dapat menginspirasi dan dampak pada makhluk hidup yang menempatinya. Hal tersebut membuat saya kagum serta semangat untuk berkontribusi di dalam bidang arsitektur ke dalam masyarakat. Saya percaya bahwa dalam memilih jurusan, harus ada ketertarikan dan semangat untuk belajar dalam bidang tersebut. Arsitektur bagi saya memenuhi hal tersebut. Ditambah, arsitektur juga bisa selaras dengan tujuan hidup saya bagi orang lain yaitu dengan membantu dan berguna bagi lingkungan dan makhluk hidup khususnya manusia yang sudah ditanamkan sejak saya kecil 

Lahir dan besar di Jakarta membuat saya terbiasa dengan kesibukan dan keramaian Ibu Kota. Hal tersebut mengajarkan saya untuk selalu gesit dan sigap dalam menjalankan sesuatu pekerjaan dan kegiatan. Saya lahir dan besar pada keluarga biasa dan sederhana. Saya terlahir sebagai anak bungsu dari dua saudara. Walaupun saya terlahir sebagai anak bungsu, tidak membuat saya berkepribadian manja dan seenaknya. Dari kecil, saya diajarkan untuk selalu punya tujuan dan bertanggung jawab dalam semua kegiatan yang saya lakukan. Contohnya adalah ketika saya berkeinginan untuk les musik, saya harus bertanggung jawab untuk datang setiap minggunya. Saya juga diajarkan untuk tidak gampang menyerah dan selalu untuk berkembang serta berguna untuk sesama. 

Dari pembelajaran itulah yang mengakibatkan adanya tujuan hidup saya yang berfokus pada diri saya sendiri dan juga untuk orang lain. Tujuan hidup saya untuk diri saya sendiri selalu berpusat pada bagaimana saya terus berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Saya percaya bahwa manusia harus terus bergerak dan mempunyai arah hidup. Untuk itu, perlu pengembangan diri dan tujuan dalam menjalani kehidupan. Saya juga percaya bahwa tujuan hidup itu harus juga yang berdampak pada orang lain. Kita sebagai manusia haruslah menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang. Kita harus membantu dan berguna bagi sesama. Menurut saya, semua orang bisa untuk membantu sesama terlepas dari apapun profesi atau pekerjaan yang ia miliki. 

Lahir dan besar di Jakarta juga membuat kenangan yang melekat pada diri saya berputar pada kota tersebut. Memori atau momen-momen tersebut muncul kembali saat saya melewati gedung atau jalanan tersebut. Salah satu alasan juga saya suka arsitektur adalah bahwa sebuah lingkungan, gedung, perumahan, jalan bisa menjadi pengingat atau bisa melekat pada diri yang pernah berinteraksi pada tempat itu. Salah satu tempat yang melekat pada memori saya adalah gedung sekolah dasar saya. Bertempat tidak jauh dari rumah saya membuat saya tidak jarang untuk melewati gedung tersebut. Bagi saya, momen ketika masih menempati sekolah dasar adalah suatu momen yang sangat bahagia. Salah satu momen yang melekat pada diri saya adalah saat ayah saya mengantar saya pertama kali masuk sekolah dasar. Momen itu sangat melekat bagi saya karena ayah saya siap sedia menunggu saya di depan kelas sampai waktu pulang. Meskipun ayah saya waktu itu ada jadwal untuk ke kantor, tetapi ayah saya tetap menemani saya pertama kali masuk sekolah. Momen itu adalah salah satu momen yang melekat dalam hidup saya.

Terlepas dari semua kebahagiaan yang saya rasakan dari waktu saya kecil sampai lulus sekolah, cerita tentang masa-masa selama menduduki sekolah menengah atas (SMA) adalah cerita yang paling saya gemar untuk diceritakan kepada orang lain. Banyak kejadian, kegiatan, peristiwa yang saya alami ketika masa SMA yang sangat seru untuk diceritakan. Dari masa SMA yang dimulai di rumah sampai kisah waktu lulus merupakan masa-masa yang tidak terlupakan bagi saya. Masa SMA yang dimulai dengan adanya pandemi yang diakibatkan oleh virus corona membuat masa SMA saya selama kurang lebih dua tahun bertempat di rumah. Walaupun demikian, saya masih bisa berteman dan berinteraksi dengan teman-teman saya melalui fitur video call dan sebagainya. Saya selama SMA juga banyak mengikuti kegiatan dan organisasi yang cukup banyak membuat event atau kegiatan. Dari hal-hal tersebut membuat banyaknya cerita-cerita yang sangat seru untuk diceritakan kepada teman lama maupun baru. Saya merasa sangat senang saat menceritakan masa-masa itu.

Dalam masa SMA saya, saya juga banyak terlibat dalam seni. Mulai dari seni lukis, musik sampai film. Di dalam seni musik dan film saya menghasilkan beberapa karya seperti saya menjadi sound dan music director pada short movie yang dihasilkan oleh club cinematography sekolah saya. Saya juga membentuk band dengan teman-teman saya dan kerap tampil pada beberapa acara sekolah. Dalam bidang seni, SMA saya juga mewajibkan setiap angkatan untuk membuat sebuah pameran seni yang memamerkan karya siswa-siswi angkatan tersebut. Dalam pameran tersebut, setiap siswa harus membuat 2 karya lukisan untuk ditampilkan pada pameran tersebut. Di dalam kepanitiaan pameran tersebut, say berperan dalam divisi layout dan desain. Karena saat pelaksanaan pameran tersebut masih pada waktu pandemi, jadi tugas saya adalah untuk membuat pameran seni virtual. Saya bersama teman-teman saya yang lain membuat layout pameran tersebut dan memindahkannya ke dalam pameran seni virtual yang bisa dilihat melalui perangkat gadget. Di dalam masa SMA saya, masih banyak kegiatan dan organisasi yang sangat seru untuk di ceritakan.

Dengan banyaknya kebahagian yang saya rasakan pada masa SMA, saya juga mengalami kesedihan serta kegagalan pada masa tersebut. Pada akhir kelas 12, saya merasakan banyak kegagalan yang saya alami dalam perjalanan saya untuk masuk ke dalam universitas yang saya impikan dulu. Saya hanya menginginkan masuk ke dalam jurusan yang saya mau, yaitu arsitektur. Dan universitas yang saya inginkan saat itu terus menolak saya. Saat itu, saya merasa sangat sedih dan kecewa pada diri saya sendiri. Tetapi, dari semua kegagalan itu banyak membuahkan pelajaran bagi saya. Saya percaya bahwa setiap orang mempunyai jalan terbaik nya masing-masing. Dan saya belajar bahwa dari kegagalan, kita bisa banyak belajar untuk tidak terlalu lama larut dalam kesedihan dan terus berkembang serta belajar menjadi lebih baik lagi. Dalam hidup saya, say ajuga banyak merasakan kesedihan, tetapi saya selalu berusaha bangkit dari kesedihan itu dan menjadikannya sebuah pembelajaran. Saya percaya bahwa setiap kesedihan akan melahirkan sebuah kebahagiaan. Jadi, kita janganlah terlalu larut dalam kesedihan.

Saya mempunyai hobi yaitu mendengarkan musik dan memainkan alat musik. Saya bisa memainkan alat musik seperti gitar, piano dan biola. Sedari kecil, saya banyak terekspos dengan musik membuat saya tertarik dalam musik. Saya menyukai berbagai macam genre musik seperti Pop, R&B, K-Pop, Jazz dan sebagainya. Saya menyukai banyak artis, tetapi salah satu artis yang paling sering saya dengar adalah Taylor Swift. Walaupun menurut saya Taylor Swift bukan penyanyi yang mempunyai suara yang terbaik, yang membuat saya suka untuk mendengarkan lagunya dan menikmati karyanya adalah karena ia sangat pandai dalam menceritakan sebuah cerita yang diubah menjadi lagu. Pendengarnya bisa meng-imajinasikan cerita dari lagu yang ia tulis. Salah satu lagu yang saya sukai dari Taylor Swift adalah Clean dari album 1989. Lagu tersebut dapat diinterpretasikan ke dalam beberapa makna tergantung para pendengarnya. Saya selalu percaya bahwa sebuah seni itu subjektif. Seni dapat dilihat atau didengarkan tergantung masing-masing yang melihat atau mendengarkan karya tersebut. 

Banyak kejadian yang terjadi dalam hidup saya. Semua itu meliputi rasa senang, sedih, kecewa, ketakutan, marah, dan lainnya. Itu semua yang membuat saya banyak belajar dalam menghadapi semua itu. Dalam menggapai mimpi terkadang ada kalanya kita gagal, tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita bisa bangkit untuk menggapai mimpi tersebut. Bagi saya, arsitek adalah mimpi yang saya cita-citakan. Saya harus bisa terus belajar dan berkembang untuk mencapai mimpi tersebut. Pelajaran dan kenangan yang saya dapatkan dapat menjadi tangga dalam menggapai mimpi tersebut.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Syekhan Dia Ulhaq – Get to Know Your Self

Nama ku Syekhan Dia Ulhaq. Aku lahir dan besar di Jakarta pada 1 Agustus 2004. Aku memiliki dua orang adik. Adik ku yang pertama laki-laki dan mengidap autisme. Seharusnya dia kelas 2 SMA kalau saja dia tidak austime. Walau tidak bersekolah di sekolah formal, dia tetap bersekolah di SLB. Lalu, adik ku yang kedua perempuan. Masih berusia 9 tahun, kelas 4 SD. Memang jarak kita berbeda 10 tahun, namun tidak menjadi halangan untuk kita dapat bersenda gurau. Kedua orang tua ku berprofesi sebagai dokter. Ibu ku seorang ketua divisi di salah satu puskesmas di jakarta. Sedangkan ayah ku di kementrian kesehatan.

 Sejak kecil aku selalu mendapatkan pertanyaan; “kok anak dokter begini?”. ya, dulu aku bertolak belakang dengan kedua orang tua ku. Aku tidak suka hitung-hitungan (sekarang untuk yang berhubungan dengan arsitektur aku suka 😊). Aku tidak suka terlalu banyak menghafal, aku tidak suka bermain dengan logika,  dan aku tidak suka apapun yang berhubungan dengan dunia kesehatan seperti jarum suntik, alat tensi, stetoskop atau apapun itu. Entah kenapa aku tidak suka akan hal-hal semacam itu. Yang aku sukai hanya menggambar dan membuat suatu kerajinan. Aku gemar sekali dalam hal yang memerlukan kreativitas. Dan sedari kecil aku juga mempunyai pemikiran bahwa, kemampuan dan bakat ku dalam menggambar dan menciptakan sesuatu harus aku kembangkan, karena aku mau berkutat dengan hal itu sepanjang hidupku. 

Saat aku menginjak dunia SD, aku cenderung pemalu. Pada awalnya aku susah terbuka ke orang baru. Namun seiring berjalannya waktu, aku mendapat teman. Walau jumlahnya tidak banyak, tapi kita teman dekat. Kita sering bercanda ketika guru sedang menjelaskan pelajaran, sampai-sampai ibuku dipanggil kesekolah hanya karena aku terlampau berisik dikelas. Yang aku ingat waktu itu, aku hanya ingin menuangkan ide-ide dikepala ku. Jika tidak aku bagi ke teman dekat ku, aku menuangkan ide ku di buku tulis atau di buku paket pelajaran. Namun, itu tidak disukai guru ku dan tentu saja kedua orang tua ku. Tapi aku tidak perduli waktu itu. Yang aku inginkan hanyalah menuangkan ide ku. Lalu, ketika UN datang, jelas aku tidak mendapat nilai terbaik versi ku. Sebenarnya aku yakin aku bisa lebih dari itu, namun entah kenapa saat ujian aku tidak terlalu bisa mengerjakan ujian itu. Dan pada saat itu aku sadar. Ada sesuatu yang harus aku ubah. 

Sesaat masa SD berlalu, aku beranjak ke SMP. Aku tidak bersekolah di SMP Negeri seperti yang ayah dan ibu ku inginkan. Aku ingin sesuatu yang baru. Aku ingin bebas. Aku ingin berkehendak atas kemauan ku sendiri tanpa ada yang bisa mengaturku. Aku ingin berubah menjadi orang yang lebih bebas. Maka dari itu, aku memilih untuk bersekolah di boarding school. Orang-orang menyebutnya sebagai pesantren moderen. Memang ada dua jenis pesantren yang ku tahu. Ada pesantren salafi, yang mengajarkan lebih banyak pelajaran agama dibanding pelajaran umum. Dan ada pesantren moderen yang mengutamakan pelajaran umum dan dibarengi dengan pelajaran agama. Sebenarnya, kedua orang tua ku terkejut atas pilihanku yang memilih pesantren dibanding sekolah negeri dan mengira bahwa pilihan ku adalah akibat dari pengaruh teman-teman ku yang rata-rata memilih pesantren juga. Namun tidak begitu. Aku memlilih pesantren hanya karena aku ingin bebas dan berkehendak atas diri ku sendiri. Tapi nyatanya aku salah.

Ketika awal SMP aku masih mempunyai tekat untuk bebas. Namun, setelah beberapa bulan disana, aku baru bisa menerima kenyataan bahwa aku tidak bisa bebas dan wajib mengikuti semua jadwal kegiatan di pesanten itu yang ketat dan teratur. Memang awalnya tidak terbiasa akan hal itu, tapi lambat laun aku terbiasa dan menikmati itu semua. Aku berubah dari orang yang ingin mendapatkan kebebasan menjadi orang yang paling taat peraturan. Sampai-sampai aku pernah dinobatkan sebagai santri paling disiplin dalam semester pertama aku bersekolah disana. Tentu ayah dan ibuku bangga akan hal itu. Aku juga bangga bisa membuat mereka bangga. 

Ketika masuk kelas 8 SMP, aku ingin lebih “bersinar”. Aku haus akan pengakuan, rasa menang dari yang lain, dan rasa mendominasi. Aku menjadi ambisius dalam pelajaran, berorganisasi, dan yang lainnya. Dan pada akhirnya, seperti yang kita ketahui, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Sesaat aku mendapatkan peringkat 3 besar di kelas, aku mulai mendapat perlakuan tidak baik dari teman-teman ku. Mereka seakan tidak suka dengan pencapaian ku. Mereka menganggap aku penjilat ke guru, aku sok tahu, dan sok bisa dalam segala hal. Dulu aku memang seperti itu. Terlampau berlebihan. Hingga klimaksnya, aku difitnah. aku difinah telah melakukan masturbasi di ranjangku saat malam hari karena ditemukan sesuatu seperti mani diatas kasurku. Reaksi ku seperti “ayolah, itu bisa jeli atau semacamnya”. Namun mereka yang terlanjur membenciku tetap memaki. Memanggilku mesum yang tak bisa mengontrol hawa nafsuku. Aku tidak menyukai perlakuan mereka namun aku tidak melakukan perlawanan sedikit pun sehingga mereka berspekulasi bahwa aku lemah. Aku seperti mangsa yang mudah diserang dari segala arah. Makin lama ku biarkan mereka, semakin jadi perlakuan merea terhadap ku. Hingga akhirnya peristiwa yang membuat ku trauma terjadi. 

Ketika aku bersiap untuk sholat ashar di masjid kala itu, seorang teman datang menghampiri ku. Aku didorong dengan mudah dari belakang olehnya, secara badannya lebih besar dari ku. Terus didorong hingga pojok kamar. Saat itu aku hanya berdua dengannya sehingga aku tidak bisa meminta tolong pada siapapun. Aku dimaki habis-habisan oleh nya. Disebut “pengocok” dan sebutan lainnya. Aku tidak tahan. Dan seperti bendungan overload yang retak karena terlalu banyak air yang ditampungnya, perlahan-lahan aku pun retak dan mulai tak bisa mengendalikan emosi. Dia memaki lagi dan lagi sampai-sampai membawa nama ayah ku. Dan aku pun “meledak”. Aku tarik bajunya, aku seret dia ke dalam kamar mandi, dan aku pukuli dia. Berkali-kali sampai aku puas. Rasanya aku tak ingin berhenti sampai dia meminta maaf pada ku. dan ujung-ujungnya dia tetap tidak mau meminta maaf. Aku pun berhenti memukulnya. Dia terjatuh dikamar mandi dengan bibir yang berdarah.

Setelah kejadian itu. Tepatnya esok harinya, aku didatangi olehnya. Bedanya dia bawa kawannya yang murka atas perlakuan ku kemarin. Dan tebak apa yang mereka lakukan? Tanpa basa-basi mereka melakukan hal yang sama pada ku kemarin. Memojokan ku, memaki ku, dan mengeroyok ku. pada akhir cerita dia di DO dari sekolah ku dan aku menjadi lebih terkenal. Bukan karena prestasiku namun karena aku telah mengeluarkan satu santri dari pesantren itu. 

Setelah lulus dari boarding school itu, aku kembali memutuskan untuk memilih hal yang berbeda. Toh hidup hidup cuma sekali. Aku memilih untuk bersekolah di SMA Negeri. Yang tidak aku sadari, budaya di sekolah negeri berbeda dan lebih beragam dari apa yang sudah aku jalani. mulai dari lebih banyak anak yang ambis dari ku semenjak SMP, anak yang ‘bodo amat yang penting sekolah’, anak jendral yang bersifat diktator, dan berbagai macam budaya dan sifat lainya. Tapi sebelum itu, aku bercerita dahulu soal bagaimana dunia saat itu. 

Aku lulus dari SMP saat dunia sedang dilanda wabah. Mengharuskan aku tetap bersekolah namun secara virtual. Hal itu mempengaruhi banyak hal. Mulai dari tidak bersemangat dalam bersekolah, merasa terkurung dalam rumah, ditambah perasaan khawatir aku terhadap kedua orang tua ku. secara mereka berdua menjadi nakes yang berhadapan langsung dengan virus itu. Pada intinya, aku terlalu banyak menghabiskan masa SMA ku dengan penyesalan, ketidak seriusan, dan kekhawatiran. Dan itu yang menyebabkan aku menjadi orang yang tidak kompeten saat itu. Pada akhirnya aku dinyatakan tidak lolos perguruan tinggi negeri yang aku harapkan. Memang aku telah bekerja keras. Namu karena ketidak seriusan ku dalam memenuhi kewajiban ku, aku tertinggal. Sebenarnya ada faktor lain yang aku percaya adalah peyebabkan aku tidak lolos perguruan tinggi negeri manapun. 

Semenjak aku merasa tertekan dalam kehidupan SMA ku, aku mulai menunjukan perilaku paling negatif dalam hidup ku. aku mulai mengenal rokok, tidak mempunyai semangat hidup, dan yang paling aku sesali adalah aku mulai tidak mempertanyakan keberadaan tuhan. Seakan semua yang aku pelajari semasa aku dipesantren hilang. Aku merasa depresi dan terlalu khawatir akan masa depan. Aku mulai meninggalkan waktu ibadah, lebih memilih rokok dibanding tugas, dan tidak mendengarka apa yang disampaikan orangtua. Singkatnya aku membangkang. Sulit untuk mengingat kembali apa yang aku rasakan saat itu. Namun, untuk kedua kalinya aku merasa aku jatuh terlalu jauh. Titik balik dimana aku sadar adalah ketika ibuku menemukan rokok ku ketika aku tertidur di pagi hari. Aku baru tahu juga saat itu, betapa dia membenci rokok. Karena itu yang menyebabkan hidup ibuku sengsara karena kakek ku sakit karena itu dan dia berusaha melawan rokok dengan semboyan kesehatan miliknya. Dan bayangkan betapa sedihnya dia mengetahui bahwa justru anak nya sendiri telah terikat dengan rokok. Ibuku menangis di depan ku dan mengatakan bahwa dia tidak akan ridha atas apapun pilihan ku kalau aku tetap merokok. Dan itu terbukti. Dengan betapa susahnya aku mencari perguruan tinggi negeri. Ditolak oleh semua PTN yang aku daftar padahal nilai SNBT ku mencapai 25% teratas. 

Pada intinya aku sadar aku telah melakukan hal bodoh. Dan dari semua hal yang telah aku jalani dikehidupan ku, aku bisa mengambil banyak sekali pelajaran. Banyak yang aku sesali dan banyak yang aku syukuri. Bagaimana pun hidup tetap berjalan sebagaimana mestinya. Yang bisa kita lakukan adalah terus melangkah maju dan jadikan apa yang sudah terjadi menjadi pelajaran. Terus merefleksi diri dan mengevaluasi atas apa yang kita lakukan dimasa lalu dan tetap memberikan yang terbaik versi kita. 

Kita adalah manusa, wajar bila tak sempurna. Sekarang aku hanya ingin menjadi lebih baik. Untuk mencapai kebahagiaan jangka panjang yang aku impikan, dan bisa membaginya ke orang-orang disekitar ku. terimakasih.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Shofia Khalifah – Get to Know Your Self

The first thing I heard when I stepped into the area of what I would call home for the next three years was the echoing boom of fireworks in the distance. I was born on the 29th of December 2005 and my mom had just gotten home from the hospital on New Year’s Eve with a newborn baby. A welcoming ceremony being the blares of fireworks in the sky was the most memorable thing that night.

I have heard many stories about me as a baby. One that stuck with me would probably be that I learned to read in English first, despite my first language being Indonesian. I loved to read as a kid to the point that if I were to have a tantrum as a kid, my mom would give me a book to pipe down. The shocking thing is that it worked every single time without a doubt.

Fast forward to when I was three years old, I had moved to The United States of America because my mom wanted to pursue her master’s degree in The States. I was lucky to have traveled and lived in another country at such a young age and even still consider it the golden age of my whole life till this day because of how I was back then.

A small three-year-old foreign kid with perfect English and a myriad of questions, waiting to be asked. I was a small little detective, scientist, paleontologist, and artist all in one. I buried myself in books and would frequent the city library with my mom and dad to read books and do my school homework. Not to mention that in school, I was labeled as an exceptional student in our class. I went to a private predominantly Muslim school in the States and found myself indulging in Middle Eastern culture a lot because of my friends and my surrounding environments. I loved going to school and would dread the day that we had no school as I liked it that much.

I was your typical American kid who loves to run around in parks, play with chalk on the sidewalks, and dress up for Halloween every year to participate in trick-or-treats, the kid who would call break time “recess” and would play at the big playground at McDonald’s. Slowly but surely, at the end of those three years, every inch of Indonesia in me vanished into thin air.

I remember the anticipation as the plane landed in Jakarta for the first time in three years.

I had no single recollection of what Indonesia was like, a total amnesia of all the memories before I had arrived in The States. My six-year-old self ran her eyes around the place in observation. The smell of the airport was new to me, and I had to sink into the fact that I was in another place far away from the place I could call my second home. “Was this really where I came from?”, I had said to myself. Though I shook away the thought quickly.

On the first day of second grade, however, I had a question burning in the back of my mind as I entered the school gates. My father had driven me to school in a car that day, so I had the opportunity to ask him about what was happening in front of my eyes. Motorcycles and cars were stacked behind each other just like a chaotic domino game with their messy honking and machine rumbles. “Dad, why is the street like this?”, I ask my father. He looked at me, clearly puzzled about what to answer with.

He could only reply with a sigh.

“This is Indonesia.”

Those were always the words I heard for what felt like an eternity. I had been asking so many questions that were not simple at all for a child to hear. The answers had always been between culture and history together, but it wasn’t something I shouldn’t be concerned with now. I had started school in Indonesia, but where to start asking was my problem.

The anticipation and wanting to learn and explore my potential were only met by disappointing reactions and that same phrase all over again. “Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung” would be the catchphrase that I had heard repeatedly to the point I was physically tired of. Not that I rejected that notion, but I tried so hard to conform to what everyone expected a “normal” Indonesian would be to the point I didn’t even feel like myself.

I buried that six-year-old American kid inside me, putting her away to rot. I found myself not being a genuine child and would make up a lot of stories for my classmates to accept me. To my unexpected self, however, it didn’t work, and I ended up not having many friends in primary School.

I never liked school either, which was quite a shock to my parents when they found out I had slept in class during the second week of second grade. They had always seen how eager I was to go to school and usually came back home beaming with delight, frequently proceeding to talk nonstop about the stuff I had learned in school that day. In the following years, I had adjusted myself to be able to keep up with my studies though it didn’t mean I liked school anymore.

Middle school came in a flash, and I had moved to a national-plus school. I had told my mom about how I struggled to learn in Indonesian and asked if I could move to a school that has a semi-international curriculum. With her agreement, I could look forward to learning in class and exploring the world again.

That feeling didn’t last long.

I was overwhelmed with how much I had missed in the syllabus and had to take extra steps to catch up. Tasks and assignments that were assigned by my middle school were unfamiliar to me and made me realize how big the margins were in a national curriculum and an international curriculum. Discipline wasn’t my strong suit either and I was scolded a whole bunch of times in class and out of class. With everything going on, I had to work three times harder than any of my peers in that school.

Somehow, with sheer determination, I caught up in my second year of middle school and made the most amazing friends there who are still with me to this day. It was the silver lining to all the struggles I had in middle school, and I wouldn’t change anything at all. I finally felt heard and seen as an Indonesian who was still proud of my heritage but wasn’t acknowledged as one. All of us could relate in some way, either it was speaking Indonesian with an accent, being of Chinese-Indonesian descent in a small city like Bandar Lampung, or in my case, not having the same experiences as a “normal” Indonesian would have as a kid. We would confide in each other and regard our friend group as a safe place to talk about our experiences and even our vision for the future to make the world a better place.

Unfortunately, those years were cut short due to COVID-19 and we had to spend our last semester of middle school online.

For my high school, I enrolled in a public school near my house. My mom had told me to go there because she wanted me to understand what a “normal” Indonesian would go through in the so-called peak years of high school. She felt that I had become a responsible teenager and that was what made her confident to send me there.

I agreed to go. It would be a learning experience for me, and I could understand my environment better if I had another perspective to compare it to. I also felt very secure in myself to not be fazed when a person would judge how I acted. It was a matter of time for me to understand my peers.

To my agony, however, was the fact that I somehow managed to find myself in the same predicament I was in back in elementary school.

I had managed to be in the student council, and remember vividly what my friends were talking about in our council room. The snacks they loved as a kid, the events they did in middle school, what their day-to-day life in middle school was… I couldn’t relate to a single thing. “How do you not know that? You’re like… from another planet!” A friend exclaimed to me as I finished asking a question that was correlated to said conversation.

A foreign specimen to the place that I call home.

It bugged me at first, but I slowly learned to not care. It didn’t matter that I had a different perspective of the world than my peers near me. I had multiple perspectives and a diverse ecosystem of heritage and culture that I had known and experienced. Middle Eastern, Chinese-Indonesian, with a little bit of American sprinkled on top. I didn’t fit in any of these tightly labeled margins and that’s okay. I am my own person with my own dynamic ideas and am ready to develop myself to be my most optimum version.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Sang Ayu Kinara Chanda Kayana – Get to Know Your Self

Saya Sang Ayu Kinara Chanda Kayana, Akrab di sapa Kinara, lahir di Denpasar, 04 Maret 2005, di Pulau Dewata yang memiliki sejuta keindahan landscape, budaya, adat dan tradisi. Besar di keluarga yang beragam akan latar belakang agama tetapi sangat menjunjung tinggi toleransi dan kebersamaan membuat saya terbiasa melihat perbedaan dan menjadikan saya pribadi yang lebih memiliki rasa toleransi yang besar. Ayah saya merupakan seorang Arsitek sekaligus kontraktor dan Ibu saya adalah seorang Ibu rumah tangga. Saya anak pertama dari tiga bersaudara yang mana di tuntut untuk menjadi contoh untuk adik – adik saya dan harapan orang tua untuk menjadi orang yang kaya akan pengalaman dan pengetahuan yang nantinya dapat bermanfaat untuk keluarga, di tuntut untuk bisa dan mandiri dalam hal apapun dan bisa banyak hal, meskipun mendapat banyak mendapat batasan tapi tetap harus paham keadaan dan peka dalam membaca situasi, banyaknya tuntutan terkadang membuat saya overthinking atau berfikir terlalu jauh terhhadap hal hal yang belum tentu akan terjadi rasa ketakutan yang berlebihan sering kali menjadi beban tersendiri untuk saya sebagai anak pertama. Lahir dan besar di Bali membuat saya menyukai hal – hal yang berbau kesenian saya aktif kegiatan band dan bermain alat musik. Saya sangat beruntung dapat dari segi pendidikan, di sekolahkan di tempat yang terbaik, Ketika Berumur tiga tahun saya memulai pendidikan di TK Tunas Kasih Gianyar saat taman kanak – kanak saya aktif berkegiatan marching band lalu lanjut sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri 2 Gianyar, di sekolah dasar saya banyak mengikuti kegiatan seperti marching band dan ikut kejuaran marching band dan aktif dalam lomba – lomba nya saya juga aktif dalam kegiatan akademik mengikuti les tambahan seperti matematika dan bimbel untuk mejunjang pelajaran di sekolah dan lomba – lomba yang berada di bidang akademik lalu setelah lulus dari sekolah dasar saya melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Gianyar disana saya aktif mengikuti kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah dan menjadi ketua MPK dimana selama mengikuti ini saya banyak belajar mengenai cara berorganisasi, memimpin sebuah rapat berkomunasi di depan banyak orang, belajar cara berkomunikasi yang baik dan benar selain aktif dalam kegiatan OSIS saya juga banyak mengikuti kurus – kursus contohnya seperti kursus vokal dan alat musik banyaknya kegiatan membuat saya belajar banyak dalam mengatur waktu meskipun aktif dalam kegiatan non akademik pada saat SMP saya juga aktif mengikuti lomba akademik dimana waktu itu saya pernah di paksa oleh guru saya untuk mengikuti lomba cerdas cermat awalnya saya menolak untuk mengikuti lomba tersebut hingga saya menangis di sekolah tetapi pada akhirnya saya menerima tawaran guru saya tersebut lalu hari H lomba saya berhasil mendapatkan peringkat delapan se – Beli dan peringkat dua sekabupaten Gainyar, dan karena menang dalam lomba tersebut saya akhirnya lolos di SMA incaran saya tanpa menggunakan tes masuk hanya menggunakan sertifikat lomba tersebut yaitu di SMA Negeri 1 Gianyar, di SMA saya tidak banyak aktif di kegiatan sekolah seperti OSIS karena fase SMA saya terpotong dua tahun karena adanya pandemi covid – 19 tetapi saya tetap aktif mengikuti ekstra kurikuler tambahan seperti english club dan saya juga mengikuti private dan bimbel persiapan untuk masuk universitas dan pada saat SMA saya dan teman – teman saya memutuskan untuk membuat sebuah band yang bernama samara yang mana band kami saat itu cukup aktif mengisi acara di coffee shop dan hal itu sangat membantu saya untuk kembali beradaptasi untuk berkegiatan dan melatih mental untuk percaya diri melatih skill tampil dan kepercayaan diri saya. Akhirnya masuk di akhir tahun masa SMA saya disibukan dengan kegiatan bimbel dan private untuk persiapan tes universitas dimana awalnya saya juga mengalami kesulitan untuk membagi waktu bermain dan belajar. Dan pada akhirnya saat ini saya sedang melanjutkan pendidikan saya untuk S1 di salah satu universitas terbaik di Indonesia yaitu Binus University atau universitas Bina Nusantara mengambil jurusan Arsitektur dan saya harap selama perkuliahan ini dapat berjalan dengan lancar dan saya memiliki sistem pengaturan waktu yang baik.

Momen yang melekat di ingatan ketika saya yaitu ketika itu masa peralihan dari kehidupan normal ke pandemi covid – 19 dimana yang awalnya saya aktif berkegiatan seperti les, osis, latihan vokal, bertemu dengan teman – teman tetapi tiba – tiba harus berdiam diri di rumah, tidak berkegiatan dan. tidak bisa bersosialisasi semua kegiatan menjadi online perubahan kebiasaan yang tiba – tiba sehingga itu membentuk perubahan yang besar terhadap diri saya secara mental yang mana saya awalnya mudah dalam bergaul menjadi lebih tertutup, dan cenderung tidak percaya diri dan takut ketika bertemu dengan orang baru itu saya rasakan, lalu ketika covid mulai membaik dan sekolah mulai terlaksana saat saya SMA kelas 2 saya sulit beradaptasi dalam berteman dan bersosialisasi, sulit memulai percakapan kepada orang baru dan cenderung lebih menutup diri.

Cerita yang selalu diminta oleh teman lama untuk saya ulangi adalah ketika bertemu saya untuk di ulangi adalah cerita mengenai momen – momen lucu saya dan teman saya saat bersama, cerita mengenai struggle kami masing – masing hal – hal yang kami kurang sukai. Dan juga cerita – cerita kebiasaan saya ketika bersekolah dan cerita tentang kehidupan saya dan cara saya melewati masa sulit begitu juga sebaliknya.

Lagu hits atau favorit saya saat ini adalah Your Own Your Own, Kid dari taylor swift dimana lagu ini menegaskan bahwa hanya kamu yang memiliki kehendak atas dirimu sendiri, bukan orang lain dan lagu ini juga berisi semangat juang untuk berani memulai hal baru dan pantang menyerah untuk meraih apa yang kita impikan asalkan kita berusaha dan tidak peduli terhadap perkataan orang lain. Saya rasa itu menjadi hal yang patut kita sadari untuk tidak membiarkan orang lain mengontrol diri kita sendiri dan kita harus berekspektasi lebih terhadap diri sendiri bukan orang lain.

Tujuan hidup saya untuk diri sendiri adalah pastinya membahagiakan diri sendiri, sukses dengan karir yang baik, settled secara finansial menjadi pribadi yang baik dan menyenangkan dimana saya harap kedepannya dapat lulus sebagai lulusan arsitektur dan dapat menjadi arsitek yang legal yang memiliki rasa dan kreatifitas yang dapat dituangkan menjadi karya yang bermanfaat serta menjadi arstek yang tidak hanya mengerti estetika sebuah bangunan tetapi juga mengeri hubungan bangunan tersebut dengan budaya sekitar dan alamnya serta menjadi pribadi yang kaya akan pengalaman dan pengetahuan untuk menjadi bekal kedepanya bisa bertemu orang orang hebat untuk menjadi motivasi, menjadi pribadi yang tangguh dan konsisten dalam mencapai tujuan tersebut.

Tujuan hidup saya untuk orang lain pastinya dapat menjadi seorang arsitek yang bermanfaat untuk orang orang dan lingkungan di sekitar, menjadi anak yang dapat diandalkan oleh orang tua, menjadi keluarga serta kakak dan teman yang menyenagkan untuk menjadi tempat bercerita, lues dalam bergaul untuk menambah wawasan dan kenal dengan orang – orang hebat dari bidang manapun tanpa batasan apapun.

Trauma atau Kesedihan terbesar dalam hidup saya adalah ketika kehilangan nenek saya, memang banyak orang bilang ketika kehilangan orang yang kita sayang baru terasa, saya mengalami hal tersebut dan itu membuat saya menyadari bahwa kita harus lebih peduli terhadap orang – orang di sekitar kita, khususnya orang yang sehari – hari yang berada di sekitar kita dulu katena kehilangan nenek saya, saya banyak belajar untuk lebih menghargai cinta dan perhatian yang mereka berikan dan tidak menahan diri untuk mengungkapkan kasih sayang kita dengan kata – kata maupun tindakan. Dulu awalnya sering kali kita menahan diri ketika ingin mengungkapkan rasa sayang kita dengan kata – kata atau mengucapkannya secara langsung tetapi setelah hal tersebut terjadi penyesalan baru terasa, maka saya banyak belajar untuk tidak menahan diri dalam mengungkapkan kasih sayang dan lebih perhatian khusunya untuk orang tua, adik – adik saya dan keluarga terdekat.

Alasan Saya memilih kuliah di jurusan arsitektur adalah karena pada dasarnya saya suka menggambar dan menyukai bentuk – bentuk unik, tentunya hal tersebut tidak luput dari ayah saya yang merupakan seorang arsitek dimana dari kecil saya sudah melihat beliau duduk di ruang kerja untuk mengerjakan project design beliau malam – malam atau saya sekedar melihat ayah saya menggambar sketsa dan melihat project – project beliau, sering kali juga saya diajak dalam mengontrol proyek dan kami suka mengeksplor ke tempat yang memiliki bangunan yang unik dan kami rutin untuk menjadwalkan untuk jalan – jalan untuk melihat tempat – tempat yang baru dan beliau selalu setiap mengenalkan sebuang karya bercerita mengenai arsitektur bangunan tersebut dan juga sering menceritakan filosofi kenapa bangunan tersebut design nya seperti itu dan hubungan bangunan tersebut dengan lingkungan sekitarnya beliau juga banyak menceritakan menganai dunia arsitektur secara garis besar dan ayah saya juga kerab menceritan bagaimana perkuliahan arstitektur itu kesulitan dan senangnya, dari hal itu secara tidak langsung saya menyukai dan tertarik untuk mempelajari lebih dalam tentang dunia arsitektur dan tertarik untuk mendalaminya. Mungkin saya belum dapat mengukur sejauh mana saya mencintai dunia arsitektur karena menurut saya dunia arsitektur sangat luas dan kompleks tetapi awalnya saya sempat di berikan arahan oleh ayah saya bahwa perkuliahan arsitektur itu luas dan berat tetapi saya berusaha untuk tetap pada pendirian saya untuk mempelajari arsitektur, sejauh ini saya memiliki rasa penasaran yang tinggi dan tertarik dengan arsitektur karena saya pernah membaca bahwa arsitektur itu mencakup empat hal pokok, yaitu keindahan, kekuatan, kebermanfaatan, dan kenyamanan ada estetika yang menjadi variabel dari seni dan ada bagian kekuatan yang menjadi bagian matematis dan ada kebermanfaan yang menjadi fungsi gerak manusia yang telah ditentukan alam. Hal tersebut yang semakin menambah rasa penasaran saya untuk belajar dan memperdalam perjalanan saya dalam belajar di dunia arsitektur.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Sakinah Zeeba Malik – Get to Know Your Self

Saya Sakinah dari jurusan arsitektur mahasiswa universitas bina Nusantara, arsitektur merupakan jurusan yang saya minati sejak dahulu. Saat masih smp arsitektur sudah menarik perhatian saya, saya seringkali mengulik tentang apa itu arsitektur dan bagaimana para mahasiswa tersebut belajar arsitektur. Saat memasuki sma saya sudah menentukan untuk memasuki kelas ipa dengan tujuan untuk kuliah nanti agar saya bisa mengambil jurusan arsitektur. Tak hanya sebatas itu saya pun giat belajar terutama dipelajaran fisika dan matematika dan mencoba untuk mendapatkan nilai terbaik dari kedua Pelajaran tersebut. Saat sma saya pun mengulik Kembali dengan jurusan jurusan yang ada namun hati saya tetap memilih arsitektur dan menurut saya jurusan satu satunya yang paling cocok untuk saya yaitu arsitektur. Selama proses bertahun tahun alhamdulillah saya bisa dapat hasil yang memuaskan tapi nihil saat saya masuk jurusan arsitektur di bina Nusantara ternyata tidak ada mata kuliah berhitung. Saya belum tau seberapa saya mencintai arsitektur tetapi saya harap diri saya bisa enjoy selama perkuliahan sampai wisuda dengan adanya tugas tugas berat atau hal unexpected lainnya yang tidak pernah saya duga dan menikmati setiap proses yang saya lakukan.  

Mengenai biografi saya, saya adalah anak pertama di keluarga. saya mempunyai 2 adik Perempuan tetapi ayah dan ibu saya adalah anak terakhir dari keluarga masing masing. Sejak dahulu keluarga saya tinggal bareng dengan keluarga ayah saya. Dari anak pertama sampai anak terakhir mereka hidup bareng di suatu rumah. Mungkin jika saya mengatakan rumah tidak begitu tepat tapi seperti suatu wilayah yang terdiri dari beberapa bangunan relative kecil dan bangunan itu adalah kamar masing masing keluarga. Dari dahulu ibu dan bapak saya sibuk kerja sampai pulang larut malam. Saya diurus dengan mba saya dan saya sering main dengan kaka kaka saudara saya. Saya mempunyai 4 kaka saudara yang lebih tua dan di rumah itu ada supir yang bekerja merupakan teman dekat keluarga saya mempunyai 2 anak perempuan yang lebih tua. Dan sejak itu saya sering main Bersama mereka, hari hari saya dipenuhi Bersama mereka. sebagai orang yang lebih tua, mereka sangat perhatian ke saya sampai saya anggap mereka itu kaka saya sendiri. Pengalaman itu kurang lebih berakhir saat saya akelas 6 sd. Banyak kejadian untuk berpisah seperti kaka saudara saya itu campuran bule dan mereka pergi ke luar negri untuk melanjutkan studi mereka.  

Singkat cerita ayah dan ibu saya bercerai saat saya kelas 4 sd. Ayah saya menikah lagi dan ibu pun begitu. Saya mempunyai 1 adik yang bedanya cuman 2 tahun bahkan seperti teman seumuran. Saat 2017 ibu saya mempunyai anak lagi dan dari situlah saya baru merasakan role sebagai “kakak” sangat aneh sih menurut saya karena dari dulu juga saya tidak pernah mengurus yang lebih muda juga dari saudara ibu saya itu semua kakak kakak yang lebih tua, saya sering menginap bareng sama seperti pengalaman Bersama kaka saudara dari keluarga ayah saya. Ibu dan bapak tiri saya juga sangat sibuk sehingga saya dan adek saya sering jagain adek bayi sepulang sekolah. Itulah pengalaman saya sebagai kakak walaupun saya orang tertua di keluarga saya. Interesting things teman sekolah saya tidak pernah mengira saya sebagai anak pertama mereka selalu menduga saya adalah anak Tunggal atau anak terakhir.  

Saat sekolah saya banyak mengalami kejadian hal yang saya tidak senangi bahkan sampai merubah personality saya sampai sekarang. Dahulu saya adalah orang yang sangat pendiam, gaenakan dan ovt terus. Saya saat smp tidak mempunyai banyak teman bahkan saya saat ngumpul dengan circle saya, saya hanya bisa mendengarkan dan tidak berbicara bahkan jika saya mengatakan sesuatu itu cuman sepatah satu dua kata. Disaat kelas 9 saya banyak merubah personality saya dari lingkungan sekolah yang lumayan toxic hingga circle saya. Saya cuman berpikir waktu itu saya sudah muak dengan keadaan sehingga saya mulai tidak peduli dengan keadaan, bisa megatakan “tidak” ke orang lain dan focus ke tujuan hidup saya. Singkat cerita saat sma saya mulai dekat dengan circle smp Saya. Saya mulai banyak bicara, ngejokes dan tertawa. Saat itu saya sering discord bareng, mabar, ketemuan dll. Namun saat saya kelas 12 saya mengalami hal yang tidak saya senangi itu merupakan sakit hati terbesar saya dalam hidup saya, sekarang pun kalau diingat masih ada rasa gimana gitu. Sebut saja a saat kelas 12 dia pindah ke LN dan saat dia ingin balik ke Indonesia beberapa orang dalam circle saya ketemuan tanpa sepengetahuan saya. Tidak usah saya jabarin saya sangat tidak suka menceritakan hal ini, intinya saya bertengkar karena beberapa orang tidak mengajak saya ketemuan dan ada beberapa orang juga yang tidak ikut. However pas saya debat sama mereka they said “gue kalo mau ketemuan sama orang ya suka suka gue lah mau ngajak siapa” yes they are very toxic and playing victims so much. I couldn’t agree anymore with their stupid argument. They never felt they are doing something wrong. The point is saya ga suka kenapa mereka ga ngajak circlenya ketemuan diem diem senggaknya kalo ketemuan izin dlu atau apa, itu pemikiran saya sejak kejadian itu. Saya sekarang udah ga peduli sih mereka mau ngapain.  

After that saya nangis 2 hari I cant stop thinking why they are like that, that is rude things to say. we know each others for almost 5 years. Saya sakit hati sih dan saya nangis di bk 1 harian dan ada 1 tmn saya di dalem circle yg sampe skrg saya hargai, sebut aja b dia memihak saya karena menurut si b argument mereka bodoh aja. She is a highly logical person walaupun bergitu dia ngambil jalan Tengah agar hubungannya baik dengan 2 pihak. Dia cerita ke saya kalau dia setuju dari perspektif dia mengenai argument saya tentang mereka. I am grateful to have a friends like her i hope she know how thankful I am to her even if I don’t say straight forwardly. Selama kelas 12 dia memang teman deket saya dan teman sebangku saat saya cut off dari circle saya dia kemana mana selalu nemani saya setiap waktu ada dan tidak membuat saya feel lonely dan itu merupakan salah satu sakit hati terbesar saya.  

Back then when I was in highschool I never thought that I have “that kind of friends” karena dari dulu saya kebanyakan menyindiri dan saya punya mindset saya tidak akan menemukan teman yang cocok but world proves me I am wrong. Saat klas 12 saya mempunyai circle yang hebat mereka anak anak ambis dan ranking sebagaimanapun saya. Circle saya ber 6 cewe semua ranking 10 besar. Banyak hal yang dilalui seperti ngambis bareng, belajar bareng kalau ada yang kesusahan bantuin Bersama, share pengalaman pengalaman dari sebatas circle yang ambis mereka pun jadi sahabat saya. I cant describe how I feel but they are my eternal. Saya sangat senang mempunyai positive friends dan sejalan dengan saya itu merupakan salah satu kenangan yang Bahagia di hidup saya dan saya sangat bersyukur mempunyai teman seperti mereka.  

A moment that I can’t forget and is something new. I even thought I had no interest. In fact, I don’t understand why I find the other gender so attractive. I’m not even close to that individual, but for some reason I like him. I’m not sure what caused it. I was definitely in denial for the first three months about like that person, I just couldn’t understand how I could. despite the fact that is normal to other people? I recognized that I enjoyed it when I reached the fourth month. There are numerous things I take into consideration, but since I am a reasonable being, I believe that feelings comes first. Feelings can be superior to logic, but logic cannot be superior to feelings. What is an illustration? No matter how much you try to deny it, falling in love is an emotion that can’t be rejected out of hand. you have to accept reality nonetheless. However, I can see why I like him because he is not that kind of person. he is a calm, intelligent guy and really respects women. He never talks about dishonorable things, he is always careful with the words he says, Even if his face is a little cruel and unapproachable, if you talk to him, simply relax, it’s not as terrible as you think. As time goes by I observe about his interests and I just say we have the same interests if, I have one wish.. maybe we can talk about our interests unfortunately my personality which is similar to him separates that. I’m not close to a guy, doesn’t talk much and he’s just as indifferent. The point is, you have to be invited to chat first, especially with someone from the opposite gender, then you can start a topic. This incident was a new moment for me, I could feel things that I had never felt if I explained that the race was really strange. 

Terakhir untuk tujuan, saya punya tujuan tentu saja untuk menjadi arsitek dan saat orang lain melihat bangunan yang saya liat saya ingin dengar orang tersebut bilang “ini siapa arsiteknya” mungkin saya tidak punya tujuan yang bener bener besar dan strict. Dalam waktu singkat ini tujuan saya cuman menjalani hidup dan menikmati prosesnya. Saya sebagai arsitek di masa depan tentu akan mewujudkan keinginan klien saya, membangun boundaries, dan ingin terlibat dalam proyek kecil maupun besar.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Sajid Suhla Amilul Haq – Get to Know Your Self

Introduction

Saya Sajid Suhla Amilul Haq dengan nama panggilan Sajid. Tiga kata kunci dalam hidup saya adalah Desain, Inovatif, dan Ilmiah.

Saya dibesarkan di kota kecil, kota yang menjadi satelit ibukota provinsi Jawa Tengah dan biasa terkenal hanya karena sejarah kerajaan islam di masa lalunya, yaitu Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Saya tinggal sekitar dua kilometer dari salah satu bangunan bersejarah yaitu Masjid Agung Demak yang merupakan salah satu bangunan unik dengan penggabungan budaya antaragama di masa lalu. 

Saya lahir dikeluarga yang berkecukupan dengan ayah dan ibu seorang pegawai negeri sipil. Keduanya adalah seorang guru biologi pada sekolah menengah atas di salah satu kecamatan di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Bapak saya sering dan selalu mengajari saya mengenai inovasi dan penelitian, karena beliau ingin menurunkan pola pikir yang terstruktur, inovatif, dan ilmiah. Salah satu pengajaran dari orang tua saya adalah membiasakan belajar dan bereksperimen ilmiah pada hari minggu pagi bersama orang tua, khususnya bapak saya pada saat usia sekitar lima tahun hingga sekolah menengah pertama.

Saya anak kedua dari tiga bersaudara, anak yang paling ambisius dan semaunya sendiri. Menjadi anak nomer dua menjadikan saya tidak harus meneladani kakak saya ataupun diteladani oleh adik saya. Saya bebas menentukan cita cita saya dengan restu kedua orang tua.

Trauma

Saya memiliki salah satu trauma, ketika saya duduk di bangku kelas sepuluh SMA, saya bergabung dengan organisasi intra sekolah bernama OSIS. Berbeda dengan cerita teman-teman lain yang pernah jatuh bangun bersama OSIS dan menjadi ketua OSIS, setidaknya pengalaman saya berbeda 180 derajat. Dalam sistem OSIS sudah pasti dan tidak ada seorang pun yang berani mengubah sistem OSIS. Tidak ada masukan dan saran yang masuk ke pihak manajemen sehingga kerjasama menjadi kacau. OSIS yang saya inginkan adalah terus bereksplorasi, tidak mengulang program yang sama setiap tahunnya.

Salah satu pengalaman saya adalah menjadi ketua tim robotika dalam delegasi Akademi Digital Madrasah yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama. Menjaga visi dan tujuan keempat anggota lainnya dalam 8 bulan akademi bukanlah hal yang sulit, jika kita tahu cara mengatasinya. Musyawarah terbuka dan jajak pendapat yang sering dilakukan adalah kuncinya. Secara pribadi saya lebih suka bekerja dengan orang-orang yang sedikit dan mengetahui pekerjaan mereka. Daripada banyak orang tapi hasil yang sama tanpa peningkatan yang dicapai.

Akhirnya saya menjadi salah satu pendiri ekstrakurikuler bernama Journalist Fun Club, ekstrakurikuler tersebut terhenti selama 2 tahun karena pandemi. Pertanyaannya apakah saya akan merombak sistemnya atau mengulangi sistem yang sama? Jelas jawabannya adalah dengan merombak sistem dan memperbaikinya dengan yang baru. Yang tadinya bekerja sebagai kelompok kecil yang tidak berhubungan satu sama lain menjadi pekerjaan berdasarkan kemampuan masing-masing anggotanya. Apakah membangun sistem itu sulit? Ya, sulit sekali apalagi membuktikan kepada pihak sekolah bahwa ekstrakurikuler ini layak dijadikan organisasi permanen.

Study

        Pola pikir yang ditanamkan orang tua saya menjadikan rasa ingin tahu saya sangat besar dan selalu bertanya WHY? Atau mengapa, sebab, rangkaian proses dalam  sebuah inovasi. Salah satu produk yang telah saya inovasikan adalah Batu bata yang lebih dapat meredam kebisingan dengan sistem interlock atau kuncian dalam dan telah mendapatkan penghargaan di kompetisi nasional dan internasional tahun lalu. Penghargaan itulah yang membuat saya mendapat beasiswa dari Bina Nusantara University dan mengambil Arsitektur. Produk saya tersebut sangat erat kaitannya dengan salah satu pembahasan arsitektur yaitu Sustainable Architecture dalam bidang modifikasi material partisi bangunan. Saya sangat nyaman dalam membahas bangunan dan membuat saya tertarik dalam dunia arsitektur ini.

Tentang tujuan dalam mengejar pendidikan tinggi, saya telah merancang rencana yang realistis dan dapat dirancang dengan menggunakan prinsip SMART Goals, yang mengacu pada tujuan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, disertai sumber daya yang memadai, dan memiliki batas waktu. Dalam masa empat tahun saya di universitas, saya bertekad untuk mencapai beberapa hal yang mencakup kuliah dengan mendapatkan beasiswa, aktif berpartisipasi sebagai seorang aktivis, serta mengembangkan keterampilan individu yang akan diakui melalui sertifikasi untuk lulus tepat waktu dengan prestasi akademis yang memuaskan. Semua pencapaian ini akan menjadi pijakan penting bagi rencana saya untuk melanjutkan studi lebih lanjut di luar negeri dengan mendapatkan beasiswa, mengikuti jejak alumni yang telah sukses sebelumnya. Dengan demikian, saya dapat mengembangkan diri dan mencapai puncak prestasi dalam perjalanan pendidikan saya.

Dalam Student Development Stage Career Choice, Binus University memberikan 3 cara bagi lulusannya yaitu employee, entrepreneur. Dan further study. Menurut saya lebih cocok untuk melanjutkan studi dan/atau berwirausaha. Saya dapat mencapai hal ini dengan mengumpulkan pengalaman secara bertahap yang tentunya dapat saya masukkan ke dalam resume saya dan menjadi batu loncatan. Dalam studi lebih lanjut, saya ingin belajar bagaimana membuat surat motivasi dan resume yang baik dan menarik, mencapai IELTS band 6.0 dan/atau N2 dalam bahasa Jepang serta rencana masa depan, impian dan usaha. Dalam berwirausaha, saya jelas berpikir untuk terjun ke industri startup atau saya dan mitra saya (jika ada mitra) membuat startup dan industri sendiri. Saat ini mungkin terlihat mustahil, namun saya yakin kolaborasi adalah cara terbaik.

My Experience of couple weeks in Architectural Study

Dalam kuliah arsitektur yang hampir dua minggu telah saya ketahui dan jelajahi. Saya sangat respect terhadap ilmu yang cakupannya sangat besar dan fundamental dalam kehidupan. Saya ingat di pola pikir saya yang awal hanyalah desain saja. Namun sekarang saya sadar analisis terhadap bentuk, tujuan maupun fungsi pada banguanan sangatlah penting, bukan melulu hanya desain terbaik saja. Architectural design dan design thinking membuat saya banyak eksplorasi bentuk dan tujuan bangunan secara fungsional dan simbolik. Building technology membuat saya paham akan structural bangunan low rise, namun saya ingin lebih tahu structural di daerah yang berbeda  180 derajat dari Indonesia.

Mata kuliah lain sebagai pendukung seperti Introduction to architecture mengajarkan saya adab dan perilaku arsitek serta analisis tujuan dan latar belakang bangunan. Dalam introduction to architecture saya benar benar di bawa ke dasar dasar berpikir yang mungkin banyak orang sekedar melewatinya saja. Computational architecture saya belajar, bahwa bukan alat penyebabnya namun kesadaran dari pilotnya yang dibutuhkan. Saya rasa mata kuliah tersebut terlihat berlebihan namun pada kenyataan aslinya sudah tepat pada tempatnya, karena luasnya ilmu arsitektur ini.

Mata kuliah yang lain lagi seperti Sustainable Architecture harusnya menjadi mata kuliah yang lebih menarik dan dinantikan. Architectural history juga harus menjadi matakuliah yang cukup menggugah wawasan tentang arsitektur yang dahulu. Semua mata kuliah sangat penting sebelum mulai mendesain.

Salah satu bahasan yang saya minati adalah Green Building. Salah satu prinsip terpenting dalam kehidupan manusia adalah sandang, pangan, dan papan. Bangunan ramah lingkungan (green building) menjadi isu global yang menarik perhatian, karena bangunan yang kita tinggali harus memenuhi kebutuhan alami dan alamiah tubuh kita. Menurut worldgbc.org, bangunan ramah lingkungan (juga dikenal sebagai konstruksi ramah lingkungan atau bangunan berkelanjutan) mengacu pada struktur dan penerapan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan hemat sumber daya di seluruh siklus hidup bangunan.

Mengapa saya tertarik membahas Green Building? Bangunan ramah lingkungan mencakup beberapa poin dalam SDGs, salah satunya adalah poin 11, Kota dan Komunitas Berkelanjutan. Green building juga menjadi salah satu topik favorit saya, karena berkaitan dengan studi yang saya ambil, dan pembahasan ini belum banyak dilakukan pada proyek-proyek sosial. Bagaimana penerapannya dalam proyek sosial? Bisa dalam bentuk seminar mengenai green building dan penerapannya pada rumah kelas menengah ke bawah. Hal ini bisa berupa pembuatan produk untuk mengurangi sampah rumah tangga atau mengoptimalkan sampah rumah tangga. 

Goals

Tujuan hidup saya adalah menaikkan dan mempercepat laju learning and analysis curve diri saya sendiri dengan begitu saya yakin dapat menganalisis dan mendesain sebuah karya fisik yang bermanfaat dan menjadi perbuatan baik yang terus menerus atau berkelanjutan. Tujuan tersebut memang terlihat tidak aplikatif dan tidak ada jangka waktu yang pasti. Namun perubahan secara fundamental bisa merubah secara drastis dan langsung berimpact.

Tujuan tersebut harus didukung dengan habit atau kebiasaan yang seharusnya dibentuk sejak dini dalam segi analisis. Salah satu hal yang mulai saya lakukan adalah eksplorasi bentuk dan analisis bangunan (hanya analisis kasar seperti menginterpretasikan tujuan dibangun) secara pribadi untuk menemukan gaya atau garis desain saya kearah atau subtopic seperti apa, mungkin terdengar klise. Namun hal tersebut seharusnya menjadi aplikatif. Di sisi lain, perubahan yang disruptif dan terjadi secara tiba tiba akan menimbulkan shock pada kebiasaan. Maka sebaiknya segera membiasakan diri.

Hal yang paling saya secara pribadi takutkan adalah belum menemukan gaya atau garis desain kesukaan, sehingga saya terus saja eksplorasi namun inkonsistensi atau tidak konsisten terhadap karya saya. Mungkin masih terlalu awal untuk memikirkannya namun hal seperti itu perlu. 

Tentunya saya ingin berkontribusi untuk Indonesia. Membangun startup saya sendiri. Startup merupakan perusahaan inovasi teknologi yang berkembang dengan idenya masing-masing. Ide-ide unik akan menarik minat masyarakat luas. Kapan startup tersebut akan dibuat? Jika startup itu sesederhana sebuah ide, maka startup itu sudah ada sekarang. Namun startup ternyata lebih kompleks dari yang diperkirakan. Berdasarkan ilmu yang dipelajari dari berbagai kompetisi di bidang teknologi. Kecanggihan teknologi bukanlah salah satu cara untuk menjadi besar dan memiliki banyak penilaian. Namun ada satu hal yang kurang dan sering terlupakan yaitu branding. Dalam tim non-teknis, branding dan pemasaran adalah hal yang paling penting. Bagaimana produknya diminati? adalah salah satu pertanyaan besar yang sangat sulit dijawab. Apakah dengan sponsor yang kuat atau sederhana namun menarik? Namun semua itu hanya omong kosong belaka tanpa adanya investor. Startup memang dibuat oleh para inventor, namun mereka sangat membutuhkan investor. Jika Anda masih berkutat pada idealisme yang harus canggih dan menjadi penerobos teknologi baru, maka tidak ada artinya tanpa investor. Dalam hal ini, mari kita fokus pada penemu startup. Setidaknya ada beberapa poin yang dimiliki startup yaitu strategi dan valuasi.

Kategori
Teaching Tugas 2 - Reflection

 Mahabir Singh – Reflection

Perkenalkan, Nama saya Mahabir,

Bagi saya, konsep Nous adalah salah satu gagasan paling menarik dan berpengaruh dalam filsafat, khususnya dalam bidang filsafat Yunani kuno. Saat saya menavigasi perjalanan akademis saya, terlihat jelas bahwa konsep Nous, dengan empat elemen penting – Sophia (kebijaksanaan), Techne (keterampilan), Pronesis (kebijaksanaan praktis), dan Episteme (pengetahuan), memainkan peran penting dalam membentuk perkembangan intelektual dan pribadi saya. Dalam esai ini, saya akan menelusuri makna Nous dan mendalami empat elemen penyusunnya. Selain itu, saya akan mengkaji bagaimana Nous memiliki dampak besar pada kehidupan akademis saya, meningkatkan kemampuan saya untuk berpikir kritis, mengembangkan keterampilan praktis, membuat keputusan, dan memperoleh pengetahuan.

 I. Pemahaman Nous: Hakikat Keunggulan Intelektual dan Moral

Nous, istilah yang berasal dari filsafat Yunani kuno, memiliki makna filosofis yang beragam. Ini dapat diterjemahkan sebagai “intelek”, “kecerdasan”, atau “pikiran”. Dalam bidang filsafat, Nous mewujudkan bentuk keunggulan intelektual dan moral tertinggi yang dapat dicapai manusia. Ini mencakup kemampuan untuk memahami konsep-konsep abstrak, membedakan batas antara benar dan salah, dan memandang dunia dari perspektif yang mendalam.

Konsep Nous secara intrinsik terkait dengan karya-karya filsuf Yunani terkemuka, khususnya Plato dan Aristoteles. Bagi Plato, Nous dianggap sebagai alam realitas tertinggi, mewakili alam Bentuk yang sempurna dan tidak berubah. Aristoteles, sebaliknya, mendefinisikan Nous sebagai bentuk pengetahuan tertinggi, yang menggabungkan kebijaksanaan praktis dan teoretis.

II. Empat Elemen Nous

A. Sophia (Kebijaksanaan)

Sophia, komponen penting dari Nous, berkaitan dengan kebijaksanaan atau kemampuan untuk membuat penilaian yang masuk akal berdasarkan pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip etika dan moral. Dalam konteks kehidupan akademis, Sophia mengajak saya untuk merenungkan persoalan etika dalam berbagai disiplin ilmu. Sebagai mahasiswa, kiita diharapkan untuk merenungkan konsekuensi etis dari tindakan saya, baik dalam penelitian, pengambilan keputusan, atau interaksi sehari-hari. Kebijaksanaan memberdayakan saya untuk menumbuhkan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai yang mendasari pendidikan saya, yang memandu perilaku dan pilihan saya.

Dalam lingkungan akademis, Sophia memengaruhi kemampuan saya untuk terlibat dalam wacana moral dan etika. Hal ini membekali saya dengan kapasitas untuk mengevaluasi isu-isu kompleks, menavigasi dilema moral, dan membuat keputusan etis. Saat saya merenungkan pilihan akademis saya, Sophia-lah yang mendorong saya untuk menjunjung standar perilaku etis tertinggi, baik dalam upaya keilmuan saya maupun dalam interaksi saya dengan rekan, mentor, dosen dan teman-teman.

B. Teknologi (Keterampilan)

Techne adalah elemen integral lain dari Nous, yang menunjukkan keterampilan atau keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Dalam dunia akademis, mahasiswa terus ditugasi untuk mengembangkan berbagai keterampilan, mulai dari kemahiran meneliti dan analisis kritis hingga kemampuan komunikasi yang efektif. Keterampilan ini sangat diperlukan dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep yang diperoleh dalam berbagai mata kuliah. Penguasaan Techne memungkinkan siswa untuk menumbuhkan kompetensi dalam bidang studi masing-masing, secara aktif berkontribusi terhadap kemajuan pengetahuan.

Techne khususnya diucapkan dalam bidang studi praktis seperti teknik, kedokteran, dan seni. Melalui Techne siswa mendapatkan pengalaman langsung, menyempurnakan keahlian mereka, dan menerapkan keterampilan mereka dalam skenario dunia nyata. Baik mahasiswa kedokteran yang mempelajari seluk-beluk pembedahan atau calon seniman yang menguasai teknik mereka, Techne menggarisbawahi pentingnya keterampilan praktis dalam perjalanan akademis.

C. Pronesis (Kebijaksanaan Praktis)

Pronesis, unsur kebijaksanaan praktis, mencakup kapasitas untuk membuat keputusan yang tepat dan bijaksana dalam situasi nyata. Di bidang akademik, siswa sering kali menghadapi tantangan yang memerlukan keterampilan pengambilan keputusan. Pronesis membekali saya untuk mengidentifikasi solusi optimal dan efektif terhadap masalah yang kompleks. Kemampuan ini sangat berharga dalam konteks proyek penelitian, tugas kursus, dan proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan akademik dan karir.

Penerapan Pronesis meluas ke perencanaan dan strategi akademik. Siswa sering menghadapi pilihan mengenai jalur pendidikan, pilihan kursus, dan arah penelitian mereka. Kebijaksanaan praktis memandu saya dalam mengevaluasi keputusan-keputusan ini, mempertimbangkan implikasi jangka panjang dari pilihan-pilihan, dan memilih opsi-opsi yang paling sesuai dan bermanfaat.

D. Episteme (Pengetahuan)

Episteme adalah elemen terakhir dari Nous, mewakili pengetahuan atau pemahaman mendalam tentang dunia dan beragam disiplin ilmu. Dalam konteks akademis, perolehan Episteme merupakan tujuan utama. Mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep, teori, dan prinsip yang mendasari bidang studi pilihannya. Pengetahuan ini berfungsi sebagai landasan untuk menghasilkan ide-ide baru, perluasan teori-teori yang ada, dan pengembangan solusi inovatif terhadap masalah-masalah kompleks.

Episteme adalah inti dari penelitian akademis. Hal ini mendorong siswa untuk mengeksplorasi batas-batas pengetahuan, terlibat dengan penelitian mutakhir, dan berkontribusi pada pemahaman manusia. Melalui Episteme, mahasiswa memperoleh kemampuan mengevaluasi secara kritis pengetahuan yang ada, melakukan penelitian orisinal, dan memajukan batas-batas pemahaman manusia di bidangnya masing-masing.

III. Pengaruh Nous dalam Kehidupan Akademik

Konsep Nous dengan empat unsur penyusunnya memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan akademik mahasiswa. Di bawah ini, saya mengeksplorasi bagaimana Nous membentuk pengalaman saya di paruh pertama semester ini:

A. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis: Unsur Sophia dan Pronesis memainkan peran penting dalam pengembangan keterampilan berpikir kritis. Siswa didorong untuk merenungkan dan menganalisis isu-isu kompleks baik dalam kursus teoritis dan praktis. Kapasitas ini memungkinkan saya untuk memahami dan menghargai beragam perspektif, serta mengevaluasi implikasi etis dari tindakan saya.

Dalam konteks perkuliahan, Nous merangsang saya untuk mendalami mata pelajaran yang ada. Saya didorong untuk mempertanyakan asumsi, menilai bukti secara kritis, dan berpikir kreatif. Pemeliharaan keterampilan berpikir kritis ini penting tidak hanya untuk keberhasilan akademis tetapi juga untuk pertumbuhan dan perkembangan pribadi.

B. Mengoptimalkan Proses Pembelajaran: Techne sebagai elemen penting memberdayakan siswa untuk mengoptimalkan proses belajarnya. Pencatatan yang efektif, manajemen waktu, dan pengorganisasian informasi adalah keterampilan yang diperoleh siswa. Kemampuan ini sangat diperlukan untuk memahami dan mempertahankan materi luas yang disajikan dalam berbagai mata kuliah.

Techne juga memupuk kemampuan beradaptasi dan pemecahan masalah, saat siswa belajar menggunakan beragam strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan unik mereka. Keterampilan ini memungkinkan siswa untuk unggul secara akademis dan terbawa ke dalam kehidupan profesional mereka.

C. Memperluas Wawasan dan Pengetahuan: Episteme, unsur pengetahuan, mendorong siswa untuk memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman mereka di berbagai disiplin ilmu. Siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai bidang pengetahuan dan mempelajari mata pelajaran yang membangkitkan rasa ingin tahu mereka.

Melalui Episteme, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan yang luas tetapi juga keahlian yang mendalam di bidang studi pilihan mereka. Landasan pengetahuan ini memberdayakan siswa untuk secara aktif terlibat dalam wacana intelektual, berkontribusi pada bidang minat mereka, dan menumbuhkan budaya pembelajaran dan penemuan berkelanjutan.

D. Menghadapi Tantangan Praktis: Pronesis, elemen kebijaksanaan praktis, membekali siswa untuk mengatasi tantangan praktis dalam kehidupan akademik. Siswa sering dihadapkan dengan pilihan mengenai jalur pendidikan mereka, pilihan kursus, dan pengelolaan proyek penelitian. Kebijaksanaan praktis membantu dalam mengevaluasi keputusan-keputusan ini, mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari pilihan-pilihan, dan memilih pilihan-pilihan yang paling sesuai dan bermanfaat.

E. Kesadaran dan Tanggung Jawab Etis: Unsur Sophia, yang menekankan kebijaksanaan dan penilaian moral, meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab etis kita sebagai siswa. Dalam kegiatan akademis kita, Nous mengingatkan kita akan pentingnya perilaku etis dalam penelitian, kolaborasi, dan penyebaran pengetahuan. Kita didorong untuk berperilaku dengan integritas, kejujuran, dan rasa tanggung jawab yang mendalam terhadap masyarakat dan civitas akademika.

Saat kita terlibat dalam proyek penelitian dan kerja kolaboratif, Nous mendorong kita untuk mempertimbangkan implikasi etis dari tindakan kita. Hal ini memperkuat pentingnya mengutip sumber, menghindari plagiarisme, dan menjunjung tinggi integritas akademik. Kesadaran etis ini, yang ditanamkan melalui Sophia, mempersiapkan kita untuk menavigasi medan etika yang kompleks di dunia akademis dan, pada akhirnya, dunia profesional.

F. Pemikiran Interdisipliner: Unsur Episteme yang mewakili pengetahuan mendorong siswa untuk menganut pemikiran interdisipliner. Dalam dunia akademis modern, batasan antar disiplin ilmu menjadi semakin keropos, dan solusi terhadap permasalahan dunia nyata yang kompleks sering kali memerlukan pendekatan multidisiplin. Melalui Episteme, siswa memperoleh kemampuan untuk menarik hubungan antara bidang studi yang tampaknya tidak berhubungan dan untuk mensintesis pengetahuan dari berbagai bidang.

Perspektif interdisipliner ini sangat berharga dalam mengatasi tantangan dunia nyata, seperti perubahan iklim, krisis kesehatan masyarakat, dan kesenjangan sosial. Nous mendorong pengembangan siswa yang dapat berpikir secara holistik, mengintegrasikan beragam perspektif, dan berkontribusi terhadap solusi inovatif dan lintas disiplin.

G. Kemampuan beradaptasi dan Pemecahan Masalah: Techne, unsur keterampilan, membekali siswa dengan kemampuan beradaptasi dan memecahkan masalah secara efektif. Dalam lanskap kehidupan akademis yang dinamis, tantangan tak terduga dan permasalahan kompleks tidak bisa dihindari. Techne membekali mahasiswa dengan perangkat untuk menghadapi tantangan-tantangan ini, baik yang berkaitan dengan teknologi yang berubah dengan cepat, pergeseran paradigma penelitian, atau persyaratan akademis yang terus berkembang.

Saat kita menghadapi gangguan dan ketidakpastian, Nous mendorong kita untuk menghadapi tantangan dengan pola pikir berkembang. Kami belajar beradaptasi, memperoleh keterampilan baru, dan mengembangkan strategi pemecahan masalah yang inovatif. Elemen keterampilan memungkinkan kita untuk bertahan dalam menghadapi kesulitan dan keluar dari rintangan akademis dengan ketahanan dan keserbagunaan yang lebih besar.

H) Kepemimpinan dan Inisiatif: Kombinasi Pronesis dan Sophia menginspirasi siswa untuk mengambil peran kepemimpinan dan mengambil inisiatif dalam upaya akademis mereka. Kepemimpinan adalah sifat berharga yang melampaui kehidupan akademis dan karir masa depan. Nous memperkuat gagasan bahwa pemimpin harus menunjukkan kebijaksanaan praktis dalam pengambilan keputusan, dipandu oleh prinsip-prinsip etika, dan meningkatkan kesejahteraan komunitasnya.

Melalui Pronesis, siswa belajar membuat keputusan yang tepat dan etis ketika memimpin proyek, tim, atau inisiatif. Kebijaksanaan praktis ini memberdayakan individu untuk menjadi pemimpin efektif yang dapat menavigasi situasi kompleks dengan anggun dan integritas. Lebih lanjut, Sophia mendorong kepemimpinan etis dengan menekankan tanggung jawab

I)Pembelajaran Seumur Hidup: Konsep Nous mendorong komitmen terhadap pembelajaran seumur hidup. Sebagai pelajar, kami menyadari bahwa perjalanan akademis kami hanyalah salah satu fase dari pencarian pengetahuan dan kebijaksanaan seumur hidup. Nous menanamkan dalam diri kita rasa ingin tahu untuk terus belajar melampaui pendidikan formal dan mencari peluang untuk pengembangan diri. Dalam bidang studi praktis, seperti bisnis atau teknik, Pronesis menjadi sangat penting

Episteme, khususnya, menggarisbawahi nilai pembelajaran berkelanjutan dan pengembangan diri. Hal ini menumbuhkan apresiasi yang mendalam terhadap sifat pengetahuan yang tidak terbatas, memotivasi siswa untuk mengeksplorasi bidang studi baru, terlibat dalam wacana intelektual, dan berkontribusi pada pemahaman manusia yang terus berkembang sepanjang hidup mereka.

Kesimpulan

Kesimpulannya, konsep Nous, dengan empat elemen pentingnya, memiliki dampak yang mendalam dan beragam dalam kehidupan akademis kita. Nous menanamkan dalam diri kita pentingnya kebijaksanaan, keterampilan praktis, kesadaran etis, pemikiran interdisipliner, kemampuan beradaptasi, kepemimpinan, dan upaya pembelajaran seumur hidup. Sebagai siswa, kita terus-menerus dibentuk dan dibimbing oleh prinsip-prinsip Nous, yang tidak hanya mempersiapkan kita untuk kesuksesan akademis namun juga membekali kita untuk menjalani kehidupan yang bermakna dan etis di luar kelas.

Perjalanan akademis kita bukan sekedar pencarian pengetahuan namun juga pengalaman transformatif yang membentuk kita menjadi individu yang dapat berpikir kritis, memecahkan masalah kompleks, dan membuat keputusan yang tepat dan etis. Nous berfungsi sebagai

cahaya penuntun, menerangi jalan kita dan menginspirasi kita untuk mencapai tingkat intelektual dan moral yang baru. Melalui Nous, saya memulai perjalanan penemuan seumur hidup, pertumbuhan berkelanjutan, dan pencarian kebijaksanaan dan pengetahuan.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Saint Noah – Get to Know Your Self

Kehidupan mahasiswa awal saya merupakan suatu hal penting dalam perjalanan hidup saya. Saya saat ini masih tinggal di Tangerang, sebuah kota yang relatif jauh dengan kampus Binus Kemanggisan. Namun, meskipun jaraknya jauh, saya tetap semangat untuk pergi berkuliah, perjalanan ke kampus bukanlah hal yang mudah. Untuk mencapai kampus, saya harus berangkat dan pulang dengan kereta setiap hari. Ini adalah tantangan tersendiri, terutama ketika harus bangun pagi-pagi buta untuk menghindari kemacetan dan mencapai kelas tepat waktu. Apalagi ditambah dengan kereta yang hampir tiap harinya dipenuhi oleh orang – orang yang ingin berangkat kerja. 

Binus Alam Sutera yang seharusnya menjadi tempat saya untuk berkuliah tidak memiliki jurusan arsitektur, yang merupakan jurusan pilihan saya. Hal ini membuat saya harus mencari alternatif untuk mengejar jurusan yang saya ingini. Pilihan yang dapat saya ambil adalah bergabung dengan program studi arsitektur di kampus lain yang lebih jauh yaitu Binus Kemanggisan. Ini berarti saya harus menempuh perjalanan panjang setiap hari, naik kereta untuk pergi dan pulang. Meskipun ini menjadi beban tersendiri, saya tidak pernah menyerah pada impian saya untuk menjadi seorang arsitek.

Selama beberapa waktu, saya juga mempertimbangkan untuk mencari kost di dekat kampus agar perjalanan tidak terlalu melelahkan. Namun, ayah saya belum memberikan izin untuk hal tersebut. Saya merasa tidak nyaman membebani ayah saya dengan biaya kost, mengingat kondisi keuangan keluarga kami. Sebagai alternatif, saya mencoba mencari cara untuk mendukung keuangan saya sendiri. Saya mulai bekerja paruh waktu di samping kuliah untuk mendapatkan penghasilan tambahan yang bisa saya alokasikan untuk biaya perjalanan dan peralatan arsitektur yang mahal.

Di minggu-minggu awal perkuliahan, saya menghadapi berbagai tantangan. Perbedaan lingkungan antara SMA dengan perguruan tinggi, terutama lingkungan pertemanan yang berbeda dari yang saya jalani sebelumnya, membuat saya merasa kewalahan. Namun, sifat saya yang ramah dan terbuka membantu saya untuk dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan baru. Saya mulai berkenalan dengan banyak teman sekelas, meskipun belum terlalu dekat.

Namun, tantangan yang paling signifikan datang dalam bentuk tugas-tugas perkuliahan yang cukup berat. Saya harus menghadapi banyak proyek, tugas, dan presentasi yang menguras waktu dan tenaga. Terkadang, tugas-tugas ini bahkan membuat saya harus mengorbankan waktu tidur dan waktu luang saya. Ini adalah saat-saat ketika saya merasa sangat tertekan dan kewalahan, tetapi saya menyadari bahwa ini adalah bagian dari perjalanan menuju impian saya untuk menjadi seorang arsitek yang sukses. Saya harus berjuang dan berusaha keras untuk meraihnya.        

Alasan saya memilih jurusan arsitektur adalah karena ketertarikan mendalam saya terhadap bangunan-bangunan yang megah dan indah. Sejak kecil, saya selalu terpesona saat diajak untuk berjalan-jalan ke kota dan melihat gedung-gedung tinggi yang menjulang tinggi. Melihat bangunan-bangunan ini membuat saya merasa kagum dan takjub. Keindahan arsitektur yang ada di sekitar saya membuat saya yakin bahwa ini adalah jalur karier yang sesuai untuk saya.

Namun, saat saya menghadapi keputusan untuk memilih jurusan kuliah saat di SMA, saya merasa bingung. Tidak ada jurusan yang benar-benar mencerminkan minat dan bakat saya saat itu. Saat saya berkonsultasi dengan ayah saya tentang pilihan jurusan, dia mengusulkan ide yang kemudian membuka jalan untuk impian saya menjadi seorang arsitek. Dia berkata, “How about architecture?” Saat itu, saya merasa bahwa jurusan inilah yang tepat bagi saya. Ide ini langsung memicu minat dan antusiasme saya.

Meskipun saya sangat tertarik dengan arsitektur, saya sadar bahwa saya tidak memiliki basic dalam menggambar. Di sekolah sebelumnya, saya tidak pernah diajarkan untuk menggambar, dan ini adalah kelemahan besar yang perlu saya atasi jika ingin berhasil dalam jurusan ini. Namun, tekad dan semangat saya untuk mempelajari seni menggambar dan mengerjakan tugas-tugas menggambar di kuliah membantu saya untuk mengatasi hambatan ini. Saya percaya bahwa dengan latihan yang keras dan ketekunan, saya dapat mengembangkan keterampilan menggambar yang diperlukan untuk menjadi seorang arsitek yang sukses.

Selama masa kuliah, terkadang saya merasa tidak percaya diri dibandingkan dengan teman-teman sekelas yang memiliki latar belakang dalam menggambar. Mereka tampaknya lebih berpengalaman dan mahir dalam aspek ini. Namun, saya selalu mengingatkan diri sendiri bahwa saya memilih jurusan ini dengan keyakinan bahwa saya dapat belajar dan tumbuh. Saya tahu bahwa setiap orang memiliki titik awal yang berbeda dalam perjalanan mereka, dan yang terpenting adalah kemauan untuk terus belajar dan berkembang.

Pada awalnya, saya mungkin tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang dunia arsitektur. Keluarga saya tidak memiliki latar belakang atau hubungan khusus dengan bidang ini. Sebelum memulai perkuliahan, saya bahkan tidak pernah membayangkan diri saya sebagai seorang arsitek.

Saat saya menghadiri kuliah arsitektur pada minggu pertama, saya merasa sedikit kewalahan. Saya harus beradaptasi dengan lingkungan baru, bertemu dengan teman-teman baru, dan berinteraksi dengan dosen-dosen yang sangat berpengalaman dalam bidang arsitektur. Semua ini menciptakan apa yang sering disebut sebagai “culture shock.” Namun, saya yakin bahwa saya bisa beradaptasi dan berhasil dalam dunia perkuliahan ini.

Sejauh mana saya mencintai arsitektur? Pertanyaan ini belum pernah terpikirkan oleh saya. Pada awalnya, cinta saya terhadap arsitektur mungkin hanya sebatas permukaan. Namun, melalui pengenalan yang mendalam terhadap teori-teori arsitektur, sejarah bangunan-bangunan ikonik, dan proses perancangan yang rumit, cinta saya terhadap arsitektur berkembang pesat. Saya mulai menghargai keindahan yang tersembunyi di balik setiap bangunan, bagaimana arsitek mampu menciptakan ruang yang menginspirasi dan memengaruhi kehidupan sehari-hari kita.

Mimpi saya adalah menjadi arsitek yang mampu menciptakan bangunan-bangunan yang tidak hanya estetis serta menakjubkan, tetapi juga berfungsi secara optimal dan ramah lingkungan. Saya ingin membangun gedung-gedung pencakar langit yang menjadi simbol kemajuan dan inovasi. Menciptakan desain bangunan yang dapat meningkatkan kualitas hidup orang-orang adalah salah satu tujuan utama saya dalam karier ini.

Ada satu momen dalam hidup saya yang sangat berkesan dan memiliki dampak besar pada diri saya. Kejadian ini terjadi ketika saya masih bersekolah di tingkat dasar. Saat itu, saya terlibat dalam sebuah perkelahian dengan kakak laki-laki saya. Perkelahian ini tidak hanya fisik, tetapi juga menghasilkan kata-kata yang tajam dan menyakitkan.

Pada saat itu, kakak laki-laki saya mengucapkan sebuah kalimat yang sangat menikam saya. Dia berkata, “kalau mikir tuh pake logika.” Kalimat sederhana ini seolah-olah menusuk hati saya. Meskipun awalnya saya merasa tersinggung dan marah, kalimat ini akhirnya mengubah pandangan hidup saya secara mendasar.

Sejak saat itu, saya mulai memahami betapa pentingnya logika dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Saya menyadari bahwa emosi tidak selalu membantu dalam mengatasi masalah atau membuat keputusan yang baik. Logika dan pemikiran rasional menjadi landasan dalam setiap tindakan dan keputusan saya. Ini membantu saya dalam mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari dan dalam menjalani kehidupan saya selanjutnya.

Pengalaman ini juga mendorong saya untuk menjadi lebih toleran terhadap pendapat orang lain dan lebih mampu berkomunikasi dengan baik. Saya belajar bahwa dalam berinteraksi dengan orang lain, penting untuk menggunakan logika dan argumen yang kuat, bukan emosi dan kata-kata kasar. Dengan demikian, momen berkesan ini telah membentuk saya menjadi individu yang lebih dewasa dan bijaksana.

Saat saya bertemu dengan orang baru, cerita yang ingin saya bagikan adalah tentang pengalaman bertemu teman-teman saya di SMA. Ini adalah momen yang benar-benar mengubah hidup saya secara signifikan dan mengubah saya menjadi pribadi yang lebih baik.

Pada saat saya masih duduk di bangku SMP, saya adalah seorang yang introvert. Saya lebih suka menyendiri dan tidak begitu percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain. Saya memiliki teman-teman di SMP, tetapi hubungan kami tidak terlalu dekat, dan saya jarang menghabiskan waktu di luar sekolah dengan mereka.

Semuanya berubah ketika saya memasuki SMA. Saat itu, saya mulai tertarik pada game online, terutama game online yang mampu dimainkan secara bersama sama. Saya mulai bermain game bersama beberapa teman yang pada awalnya belum saya kenali di SMP.

Ketika kami bermain bersama, kami saling berkomunikasi melalui komunikasi dalam game. Lambat laun, kami mulai mengenal satu sama lain lebih baik. Kegiatan bermain game online ini membantu kami membangun ikatan yang kuat. Kami berbagi pengalaman, tawa, dan bahkan membuat kami menjadi sahabat. Kami menjadi tim yang solid dalam permainan kami dan juga menjadi teman yang akrab.

Setelah beberapa waktu, yaitu saat sekolah sudah diadakan secara onsite kami memutuskan untuk berkumpul bersama dan bermain di rumah salah satu dari kami setiap pulang sekolah. Ini adalah langkah besar bagi saya, yang biasanya lebih suka berada di balik layar komputer. Dari hal kecil yaitu game online membuat saya yang awalnya sulit untuk bergaul dengan teman sebaya saya, menjadi orang yang sangat mudah bergaul dan tergolong friendly terhadap orang lain. Semua itu berkat mereka yang melakukan pendekatan dengan saya melalui game online ini.

Selama pertemuan ini, kami menghabiskan waktu bersama, bermain game, berbicara, dan berbagi cerita. Ini adalah momen yang luar biasa bagi saya karena saya mulai merasa bahwa saya tidak lagi sendiri. Teman-teman ini menerima saya apa adanya dan membantu saya merasa lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain.

Pengalaman ini juga membantu saya mengembangkan kemampuan sosial saya. Saya menjadi lebih ramah, terbuka, dan lebih mudah berbicara dengan orang lain. Saya mulai memiliki banyak sahabat yang mendukung saya dalam perjalanan hidup saya. Mereka adalah bagian yang tak terpisahkan dari hidup saya, dan saya sangat berterima kasih atas pertemuan tersebut karena telah mengubah saya menjadi pribadi yang lebih baik.

Salah satu aspek penting dalam hidup saya adalah musik. Musik telah menjadi teman setia saya dalam berbagai momen, termasuk dalam kebahagiaan dan kesedihan. Lagu favorit saya yang sangat berarti bagi saya adalah “Hold On” oleh Chord Overstreet. Lagu ini memiliki makna mendalam bagi saya karena mengingatkan saya pada masa-masa sulit yang saya alami ketika mengalami perpisahan dengan mantan pacar saya. Momen perpisahan tersebut adalah salah satu pengalaman yang paling sulit dan menyakitkan dalam hidup saya. Ketika hubungan kami berakhir, saya merasa hancur dan kehilangan.

Setiap kali saya mendengarkan lagu “Hold On,” liriknya menyentuh hati saya secara mendalam. Lirik-lirik seperti “Hold on I still want you. Comeback I still need you.” membuat saya merenung tentang kenangan indah bersama mantan pacar saya. Meskipun perpisahan itu pahit, lagu ini mengajarkan saya untuk tetap berpegang pada kenangan yang baik dan terus maju. Lagu ini juga mengingatkan saya tentang pentingnya untuk terus melangkah dan tidak terjebak dalam masa lalu. Meskipun masih ada perasaan yang kuat terhadap mantan, saya memahami pentingnya untuk terus maju, mengejar impian, dan membangun kebahagiaan saya sendiri.

Awalnya, alasan saya hidup untuk diri sendiri adalah karena saya lahir dari keluarga yang tidak memiliki banyak sumber daya finansial. Sejak kecil, saya telah belajar menjadi mandiri dan mencari uang tambahan dengan cara reselling barang. Saya tumbuh dengan pemahaman bahwa untuk mencapai tujuan dan impian saya, saya harus bekerja keras dan berusaha sendiri.

Namun, seiring berjalannya waktu, alasan hidup saya mulai berkembang. Saya menyadari bahwa hidup tidak hanya tentang mencapai kesuksesan dan kebahagiaan untuk diri sendiri, tetapi juga tentang memberikan dampak positif pada kehidupan orang lain. Saya merasa terdorong untuk membantu orang lain dan berkontribusi pada masyarakat.

Salah satu tujuan utama saya dalam hidup adalah mencapai kecukupan finansial yang dapat membuat orang tua saya bahagia. Ayah saya telah bekerja keras untuk menyokong keluarga kami, dan saya ingin membalas budi dengan cara memberikan mereka kehidupan yang lebih baik dan nyaman. Saya ingin menghapus beban finansial dari pundak mereka dan membuat mereka merasa bangga dengan pencapaian saya.

Selain itu, saya juga memiliki tekad untuk memberikan kepada yang membutuhkan. Saya percaya bahwa keberhasilan yang saya raih tidak hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk membantu mereka yang kurang beruntung. Saya bermimpi untuk terlibat dalam kegiatan sosial dan amal yang dapat memberikan dampak positif pada komunitas dan masyarakat sekitar.

Setelah mencapai tujuan finansial saya dan memberikan dukungan yang cukup kepada orang tua saya, saya berencana untuk mencari pasangan hidup yang dapat saya bagi kebahagiaan dan kesuksesan bersama. Hidup bukan hanya tentang meraih kesuksesan materi, tetapi juga tentang menciptakan hubungan yang kuat dan berarti dengan orang yang kita cintai. Setelah itu, saya akan tetap fokus pada pengembangan diri saya sendiri, terus belajar, berkembang, dan mencapai impian-impiam yang saya miliki.

Saya lahir di Tangerang, sebuah kota yang terletak di daerah metropolitan Jakarta, sebagai anak ketiga dari lima bersaudara. Keluarga kami, meskipun tidak kaya, tergolong harmonis. Namun, kami mengalami perubahan besar dalam hidup kami ketika ibu kandung saya meninggal ketika saya masih sangat kecil. Kehilangan ibu adalah pengalaman yang sangat sulit bagi seluruh keluarga kami, dan itu meninggalkan luka yang dalam.

Setahun setelah kematian ibu, ayah saya menikah lagi. Saya menjadi anak tengah dalam keluarga, di antara dua kakak laki-laki dan dua adik perempuan. Peran sebagai anak tengah seringkali membawa ekspektasi untuk menjadi sempurna dalam segala hal. Saya merasa dorongan untuk berhasil dalam studi, kehidupan sosial, dan segala aspek kehidupan.

Peran ini juga berdampak pada kepribadian saya. Saya tumbuh menjadi seorang yang perfeksionis yang selalu ingin melakukan yang terbaik dalam segala hal yang saya lakukan. Saya memiliki ambisi untuk menjadi mandiri dan berhasil dalam berbagai aspek kehidupan. Walaupun peran sebagai anak tengah menimbulkan tekanan, itu juga membantu membentuk karakter saya dan memberi saya tekad yang kuat untuk meraih impian dan tujuan dalam hidup saya.

Hidup saya tidak selalu penuh dengan kebahagiaan dan keberuntungan. Seperti semua orang, saya juga mengalami berbagai kesedihan dalam hidup saya. Namun, saya selalu berusaha untuk menjalani hidup dengan tekad dan kekuatan, tanpa membiarkan kesedihan mengalahkan saya.

Salah satu pengalaman paling menyakitkan dalam hidup saya adalah saat saya kehilangan seseorang yang sangat saya cintai yaitu mantan pacar saya. Kehilangan itu datang dan meninggalkan luka yang dalam di hati saya. Saya merasa bersedih, kehilangan, dan kesepian. Namun, saya memilih untuk tidak membiarkan kesedihan itu menghancurkan saya.

Saya percaya bahwa setiap pengalaman, baik yang baik maupun yang buruk, adalah bagian dari perjalanan hidup kita. Pengalaman-pengalaman ini membentuk kita menjadi pribadi yang kita adalah hari ini. Saya selalu berusaha untuk mengambil pelajaran dari setiap pengalaman dan menggunakan kesedihan sebagai motivasi untuk tumbuh dan berkembang.

Saya percaya bahwa hidup adalah tentang bagaimana kita menghadapi tantangan dan kesulitan, bukan tentang seberapa sering kita terjatuh, tetapi tentang seberapa sering kita bangkit. Saya memilih untuk tidak memiliki penyesalan dalam hidup ini. Saya menganggap setiap pengalaman sebagai pelajaran berharga yang membantu saya menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijaksana.

Dalam hidup ini, kita semua akan menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan. Namun, yang penting adalah bagaimana kita meresponnya. Saya yakin bahwa dengan tekad dan semangat yang kuat, kita dapat mengatasi semua kesedihan dan menjalani kehidupan yang berarti dan bahagia. Itulah filosofi yang saya anut dalam hidup saya, dan saya akan terus melangkah ke depan dengan tekad yang sama.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Safira Puteri Zaila – Get to Know Your Self

Nama saya Safira Puteri Zaila, saya lahir di Salah satu rumah sakit di duren tiga, jakarta selatan pada tanggal 24 agustus 2005. saya asal jakarta, sedari kecil saya lahir dan besar di kemang, jakarta selaran hingga akhirnya sejak saya duduk di kelas 5 sd saya pindah ke jagakarsa, jakarta selatan yang menjadi tempat tinggal saya hingga sekarang. Saya  dilahirkan oleh sosok ibu yang hebat dan ayah yang pekerja keras, ayah saya memiliki darah keturunan padang dan bengkulu, sementara ibu saya memiliki darah lampung dan arab namun sayangnya saya tidak paham keempat bahasa dari masing masing daerah tersebut. ayah saya merupakan seorang kontraktor, maka dari itu salah satu alasan saya memilih arsitektur karna ayah saya sangat mendukung saya masuk ke dunia yang mirip dengannya, ibu saya merupakan ibu rumah tangga namun beberapa kali ibu saya memiliki usaha sendiri. Saya merupakan anak kedua dari tiga bersaudara (anak tengah) dan saya adalah anak perempuan satu-satunya, kakak saya merupakan mahasiswa manajemen di trisakti yang kini sudah memasuki semester 5, adik saya merupakan siswa kelas 9 SMP di sumbangsih. 

Saat saya playgroup hingga tk saya bersekolah di TK Tadika Puri di kemang, lalu saya melanjutkan sekolah di SD Sumbangsih Duren Bangka, kemudian saya bersekolah di SMP Negeri 166 Jakarta, berikutnya saya SMA di SMA Avicenna Jagakarsa, dan akhirnya saya melanjutkan studi S1 saya di Bina nusantara (binus).

Sejak saya kecil saya sudah tertarik di bidang seni, dimulai dari seni tari, seni musik, dan seni gambar. Sejak saya playgroup saya sudah mengikuti ekskul tari kemudian saya terus lanjut mengikuti ekskul tari tradisional hingga saya duduk di bangku SMA dan mengikuti banyak perlombaan hingga selalu mendapatkan piala kejuaraan dari lomba-lomba tersebut.  Lalu saya juga sangat suka bermain alat musik yaitu pianika, suatu kala saat yang duduk di bangku 4 sd saya mengikuti pembelajaran seni budaya lalu pada saat itu kami murid di kelas itu diberi tugas untuk belajar menghafalkan lagu-lagu daerah dan memainkannya dengan alat musik pianika. Dan yang terakhir bagaimana saya menyukai seni gambar yaitu saya terpukau dengan bagaimana hal ini bisa menciptakn karya karya yang sangat keren dan spektakuler, saya gemar bermain dengan warna, bentuk, dan keindahan. Mungkin saya memang tidak terlalu aktif dalam organisasi namun saya aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. saya sangat suka apabila ada tugas menggambar, mewarnai, melukis, dan sebagainya. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa saya dangat mencintai dengan dunia seni, hingga akhirnya pilihan saya jatuh kepada arsitektur binus dan saya jatuh cinta kepada arsitektur, salah satunya juga karna saya merasa bahwa saya lebih memiliki kelebihan dalam menggambar bangunan dibandingkan dengan menggambar animasi di jurusan DKV.

Setelah hati saya jatuh kepada arsitektur, saya jadi memiliki keinginan tinggi untuk bisa menjadi seorang arsitek wanita yang hebat dan dapat dikenal dengan karya-karyanya, bagi saya menjadi seorang arsitek merupakan pekerjaan yang sangat menakjubkan. tujuan saya di masa depan yaitu saya ingin menjadi seseorang yang dapat membanggakan orang tua serta keluarga, menjadi seseorang yang dapat berguna bagi orang banyak, menjadi seorang arsitek yang karyanya dapat dinikmati oleh orang banyak, dan menjadi sumber kebahagiaan bagi orang lain.

Pada awalnya saya tertarik pada jurusan desain komunikasi visual  di salah satu ptn terbaik yaitu di itb, namun sayangnya karena saya merupakan anak perempuan satu-satunya di keluarga, jadi keluarga saya tidak mengizinkan saya untuk kuliah di luar kota terlebih lagi di kota bandung, saat itu saya merasa terpuruk dan hilang arah karena saya bingung ingin memilih jurusan apa selain jurusan tersebut, lalu saya terfikirkan untuk masuk ke jurusan arsitektur namun lagi-lagi keluarga tidak setuju dan tidak mengizinkan saya, karena arsitektur merupakan salah satu jurusan di fakultas teknik yang dimana pasti saya akan sering terjun ke lapangan dan bagi mereka perempuan tidak seharunya turun ke lapangan kerja jadi saya akhirnya mulai merelakan arsitektur dan memikirkan jurusan lain, kemudian  saat kelas 12 saya akhirnya berfikir untuk lintas jurusan dan memilih jurusan psikologi, kemudian saya mulai mendaftarkan diri di tempat les, dan belajar lebih giat untung mengikuti UTBK. Hingga suatu saat tiba-tiba orang tua saya mengizinkn saya untuk memilih arsitektur sebagai jurusan saya di kuliah nanti, mulai detik itu saya semakin giat belajar baik di sekolah maupun di tempat les, hingga saat pengumuman utbk keluar hasilnya cukup membuat saya kecewa  dan sedih, lalu saya memutuskan untuk daftar ujian mandiri untuk mengejar arsitektur di ui, namun sekian banyak kali saya mencoba hasilnya tetap belum berhasil akhirnya saya mencoba untuk ikhlas dan mendaftar di pts terbaik di jakarta yaitu arsitektur binus dan akhirnya saya mendapatkan ucapana selamat dari binus, dan dari sanalah saya merasa sudah saatnya saya bangkit dan tidak larut dalam kesedihan.

Saya memiliki hobi mendengarkan lagu dan salah satu penyanyi indonesia favorite saya yaitu Juicy Luicy, disaat saya sedang hectic untuk les saat saya duduk di kelas 12, tentu saja saya sering menghabiskan waktu di perjalanan untuk berangkat sekolah, berangkat les, dan pulang ke rumah. Sejak saat itu saya merasa lagu yang saya dengarkan sangat membosankan karna terus berulang-ulang di playlist yang sama, hingga akhirnya saya mencoba untuk mendengarkan semua lagu juicy luicy dan pada akhirnya saya jatuh cinta kepada salah satu lagunya yang berjudul “Tampar” saya sangat suka lagu itu karna menurut saya lagu tersebut liriknya sangat menyentuh hati dan nada dari lagunya juga calming. Sejak saat itu dimanapun dan kapanpun saya selalu menyetel lagu itu hingga teman-teman saya sudah heran dan bosan jika saya mendengarkan lagu tersebut secara terus-terusan, namun saya memang tidak aku pernah bosan dengan lagu itu karena  lagu itu juga mengingatkan perjuangan saya saat bulak-balik untuk les demi mendapatkan kata selamat dari perguruan tinggi negeri yang saya inginkan walau akhirnya yang saya dapatkan yaitu kata maaf. mulai saat itu saya memiliki keingininan tinggi untuk menonton juicy luicy secara langsung dengan cara menonton konser namun saya selalu ketinggalan info konser mereka  hingga akhirnya momen terbahagia saya terjadi saat pengumuman guest star acara inaugurasi binus di alam sutera yaitu juicy luicy, saya nangis bahagia karna pada akhirnya saya bisa menonton mereka dan mendengarkan mereka menyanyikan lagu tampar di hadapan saya, hingga saat tersebut tiba saya berandai-andai apabila saya tidak di binus mungkin saya hingga saat ini saya belum bisa menonton juicy luicy secara nyata.

Selain juicy luicy, saya juga suka idol korea lebih tepatnya grup kpop, yaitu boyband NCT, NCT berada dibawah naungan SM entertainment. NCT memiliki 20 member yakni taeyong, taeil, johnny, yuta, kun, doyoung, ten, jaehyun, winwin, jungwoo, mark, xiaojun, hendery, renjun, jeno, haechan, jaemin, yangyang, chenle, dan jisung. Pada awalnya mereka berjumlah 23 namun 2 member memutuskan untuk mengundurkan diri dan bergabung dengan grup baru lain, dan 1 member lain memutuskan untuk mengundurkan diri setelah terjadi skandal pembullyan yang dilakukan olehnya semasa sebeluk menjadi idol. NCT juga terbagi menjadi beberapa unit yaitu NCT 127, NCT DREAM, WAYV, dan NCT U. Saya sangat suka dengan unit NCT DREAM, lebih tepatnya saya suka oleh salah satu membernya yaitu Park Jisung. dia menjadi salah satu role model saya karna ia sudah terjun dalam dunia karir sejak ia kecil, dan dia menjadi member termuda di NCT. Saya sudah menyukai NCT DREAM sejak mereka debut, mereka memulai karir sejak mereka sebelum pubertas dan masih dibawah 17 tahun, hingga saat ini suara berubah menjadi lebih dewasa. 

Kucing adalah hewan yang sangat lucu dan menggemaskan namun sayangnya saya takut dengan kucing karena saya memiliki trauma dengan kucing, saat saya duduk di kelas 6 sd saya sedang mencoba mengusir kucing di kelas bersama teman saya namun sayangnya saya sedang apes hari itu dan tangan saya dari pundak hingga pergelangan tangan dicakar seperti seakan-akan kucing tersebut sedang menggali menggunakan cakarnya, lalu saya menangis saat melihat tangan saya penuh cakaran dan darah, hingga saat ini cerita itu merupakan cerita yang selalu saya ingin ceritakan kepada teman-teman saya yang selalu bertanya “kenapa takut kucing? kan kucing lucu”. Namun seiring berjalannya waktu saya mulai memberanikan diri untuk melawan ketakutan saya pada kucing dan mulai menyukai kucing secara perlahan-lahan, dan saya juga mempunyai keinginan untuk memelihara kucing namun sepertinya hal tersebut akan saya lakukan saat saya sudah mulai lebih leluasa dan tidak memiliki tugas yang menumpuk krena takut saya tidak bisa menjaga kucing tersebut dengan baik dan tidak mempertanggungjawabkan keputusan saya yang ingin memelihara kucing dirumah.

Masa-masa paling seru dan cerita yang paling seru yang juga menurut saya paling berkesan bagi saya adalah masa-masa saat saya di SMA, dimana saya menemukan teman-teman yang sangat seru yang mau melakukan segala hal gila, hal baru, hal aneh bareng-bareng. Walaupun saat kelas 10 dan kelas 11 semester satu angkatan saya terkena dampak pandemi yang mengharuskan kami semua untuk melakukan pembelajaran via zoom, google classroom, dan masih banyak lagi namun hal tersebut tidak menjadi hambatan bagi saya dan teman-teman SMA saya untuk melakukan banyak kegiatan, dimulai dari zoom hingga tengah malam, main bareng game via zoom, dan sebagainya. Hingga akhirnya mulai dari kelas 11 semester 2 kami semua resmi melakukan PTM ( pembelajaran tatap muka ) mulai saat itulah kami semua menjadikan semakin dekat dan berteman untuk menikmati masa remaja kita di SMA yang tidak akan terulang lagi. Sayangnya, kini saya dan teman-teman saya berpencar di universitas yang berbeda-beda dan jurusan yang juga berbeda-beda, namun itu tidak akan menjadi hambatan bagi saya dan teman-teman saya untuk bisa terus bermain dan berkomunikasi dengan satu sama lain.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Safana Najla Aziza – Get to Know Your Self

Kehidupan sebagai mahasiswa terlebih sebagai mahasiswa baru tidaklah mudah, karena ibarat transisi dari kehidupan masa remaja ke dewasa. Mulai dari pola pikir, gaya hidup, dan cara belajar mengajar semuanya berbeda pada saat SMA, maka dari itu, dibutuhkan niat dan tekat yang kuat untuk menjalani hidup sebagai mahasiswa. 

Nama saya Safana Najla Aziza, biasa dipanggil Safana, saya lahir di Depok, 21 April 2005, saat ini saya berumur 18 tahun. Saya tumbuh dan dibesarkan di keluarga yang lengkap dan kebutuhan selalu tercukupi.

Keluarga saya cukup harmonis walaupun sering banyak kendala dan masalah didalamnya, tetapi menurut saya hal ini adalah wajar bahkan mutlak terjadi di suatu keluarga. Ayah saya adalah lulusan S3 jurusan ilmu komunikasi, ayah saya baru saja menyelesaikan studinya agustus tahun ini, beliau seorang pensiunan direktur dari BUMN (Telkom), tetapi sekaligus menjadi co founder dan komisaris dari perusahaan BUMS miliknya (Cakra, security). Ibu saya lulusan S1 akutansi, dan beliau adalah seorang ibu rumah tangga dan penyewa kontrakan. Saya anak ke-3 dari 3 bersaudara, saya mempunyai 2 kakak laki laki yang saat ini masih berkuliah, kakak saya yang pertama berkuliah di Pariwisata Sahid University, dan sekarang sudah semester 5, kakak saya yg ke-2 berkuliah di Binus University jurusan Information System, ia baru menginjak di semester 3. GAP year antar saya dan kakak-kakak saya hanya 2 tahun, jadi masih dibilang cukup muda dan sering bertengkar kecil. Saya sebagai anak bungsu dan anak perempuan satu-satunya cukup merasa sedikit pressure karena biasanya anak bungsu menjadi harapan terakhir bagi orang tuanya. Sebenarnya orang tua saya tidak memaksa atau meminta saya untuk menjadi orang tertentu, tetapi saya tau bahwa mereka menaruh harapan yang besar kepada saya. Tetapi Hal ini tidak membuat saya merasa selalu dibawah tekanan, justru menjadikan semangat saya untuk menggapai cita cita saya, karena salah satu tujuan hidup saya adalah bisa membanggakan kedua orang tua saya dan mengangkat derajat mereka setinggi mungkin, tidak hanya di dunia ini, tetapi hingga kehidupan setelah meninggal. Saya juga ingin bisa bermanfaat bagi orang lain, membantu satu sama lain, karena bagi saya untuk apa hidup di dunia ini kalau tidak bermanfaat bagi orang lain.

Dari Taman Kanak-kanak(TK) hingga saat ini saya kuliah, saya selalu berada di sekolah swasta, jadi saya tidak pernah merasakan berada di sekolah negri, tetapi hal ini tidak membuat saya minder atau merasa berbeda dari teman-teman saya, justru saya sangat amat bersyukur karena sekolah swasta biasanya selalu terstruktur dan tertata dari segala aspek. 

Kehidupan pendidikan saya dimulai dari  Taman Kanak-kanak(TK) saya bersekolah di TKIT Al-Huda Depok. Saya termasuk murid yang berprestasi dan sering juara dikelas, aktif dan sangat cheerful person. Saya juga sering mengikuti lomba-lomba mulai dari mewarnai, menggambar dll. Walaupun sering kali tidak menang, tetapi saya sangat enjoy bertemu dengan teman-teman yang banyak dari berbagai daerah dengan kreativitasannya masing-masing.

Kemudian lulus dari Taman Kanak-kanak(TK) saya lanjut ke Sekolah Dasar(SD) di SDIT Raflesia, masa-masa ini adalah masa yang selalu saya kenang. karena banyak hal yang terjadi dan yang saya lakukan saat saya berada di Sekolah Dasar ini, mulai dari mencari jati diri, menentukan passion yang ingin dikembangkan untuk kedepannya, dll. Saat saya kelas 1 sampai kelas 3, saya selalu menjadi juara kelas, tidak pernah ranking diatas 3, saya termasuk siswa yg aktif dan berprestasi, kemudian saat lanjut kenaikan kelas 4 sampai kelas 6, ranking saya mulai menurun, tetapi bakat saya tetap berkembang dan masih terus memenangkan lomba, tetapi lomba yang saya ikuti non-akademik, karena orang tua saya mengikutkan saya di berbagai ekstrakulikuler, mulai dari music, masak, gambar, berenang, dan masih banyak lainnya. Saya merasa beruntung bisa hidup berkecukupan dari kecil hingga saat kini dan mendapatkan semua privilege itu, karena tak banyak anak yang seberuntung saya dan bisa mengikuti berbagai kegiatan untuk menemukan jati dirinya. Tentunya hal ini sangat membantu saya untuk menentukan passion saya dari kecil. Dari segala kegiatan yang saya lakukan, saya menemukan ketertarikan berlebih pada art, dimana yang membuat saya fokus untuk belajar lebih mendalam seputarnya. Dari saat saya sekolah dasar bahkan sampai sekarang, saya juga suka mengamati sebuah objek, salah satunya adalah bangunan-bangunan yang unik dan bertingkat tinggi, membuat saya jadi bertanya mengapa suatu bangunan bisa berdiri, bagaimana cara mendesign, siapa yang membuatnya dll. Tak hanya itu, dari dulu saya suka membuat suatu kerajinan tangan, entah membuat sebuah maket atau kerajinan tangan lainnya. Ini menjadi suatu dorongan bagi saya untuk mecari apakah minat yang cocok kedepannya pada diri saya.

Setelah melalui masa Sekolah Dasar(SD) saya melanjutkan Sekolah Menengah Pertama(SMP) di MTS Internasional Tecthno Natura, sesuai namanya, ‘techno’ yaitu sekolah yang didasari oleh technologi, kemudian ‘natura’ sekolah ini berbasis alam yang terbuka. Masa-masa Sekolah Menengah Pertama(SMP) saya cukup membuat saya kaget akan segala hal, karena mulai dari cara belajar mengajar dan suana belajar yang berbanding tebalik dengan saat saya berada di Sekolah Dasar(SD). Semua yang dilakukan berbasis dengan technologi, saya kelas 1 SMP saya sudah belajar membuat PPT, persentasi, buat makalah, belajar coding, membuat robot, dan masih banyak hal lainnya. Tentunya hal ini sangat membantu diri saya dikemudian hari, karena ibarat saya sudah mencuri start sejak awal, tetapi perubahan yang signifikan ini membuat saya kaget, walaupun pada akhirnya saya terbiasa dan bisa mengikuti semua kegiatan saat berada di Sekolah Menengah Pertama(SMP) ini. Sekolah saya sangat berbeda dengan sekolah pada umumnya, satu angkatan hanya berisikan 24 orang, dan pelajaran umum yang biasanya ada pada Sekolah Menengah Pertama(SMP) banyak yang ditiadakan, tentu hal ini membuat saya bahagia dari sebelumnya, karena melihat dari kemampuan saya dibidang akademik yang kurang.

Saat pergantian sekolah menengah pertama(SMP) ke sekolah menengah akhir(SMA), saya pergi traveling ke Turki, disana saya menemui banyak mahasiswa/i yang sedang part time job, saya dan ayah saya juga menanyakan beberapa hal seputar Turki hingga perkuliahan disana. Setelah mendengar seluruh ceritanya, saya menjadi terinspirasi untuk melanjutkan perguruan tinggi saya di Turki. Sejak saat itu saya selalu melakukan research tentang perkuliahan disana, kehidupannya, jurusannya, cara masuknya dll. Tak hanya mencari informasi mengenai negaranya saja, saya juga sekalis mencari tahu seputar jurusan arsitektur, karena dari awal ketertarikan dalam diri saya untuk berkecimpung di jurusan arsitektur sangat tinggi.

Dilanjut dengan Sekolah Menengah Atas(SMA) di SMAIT Nurul Fikri. Perubahan drastis secara signifikan terjadi, karena yang awalnya saya di Sekolah Menengah Pertama(SMP) yang selalu menggunakan teknologi seperti laptop dll, sekarang saya harus belajar seluruh mata pelajaran yang ada, tentu hal ini membuat saya sangat tertekan dan shock yang sangat mendalam, karena saya harus mengejar semua materi yang sedikit tertinggal pada saat saya Sekolah Menengah Pertama(SMP). Saya orangnya cukup membutuhkan waktu untuk beradaptasi, jadi untuk mengejar materi yang tertinggal, saya belajar kurang lebih satu tahunan. Masa-masa ini merupakan salah satu masa tersulit juga dalam hidup saya, di satu sisi saya mengejar materi yang tertinggal, sisi lain saya juga memikirkan rencana saya untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Tetapi ada hal yang membuat saya senang juga, seperti yang saya bilang sebelumnya, penggunaan teknologi saya sedikit lebih canggih dibanding teman teman saya, dikarenakan saat Sekolah Menengah Pertama(SMP) saya sudah mengulik banyak informasi dan pengetahuan seputar penggunaaan laptop, PPT dan lain sebagainya. Masa-masa ini merupakan masa terberat saya karena pada masa ini, saya sudah mulai berfikir kritis tentang studi berkelanjutan saya nantinya. Saya berpegang teguh untuk melanjutkan perguruan tinggi saya di negara Turki. Berbagai hal saya lakukan, mulai dari mendaftarkan ke beasiswa yang ada disana, melakukan pencarian agensi untuk membantu saya melanjutkan perkuliahan saya di Turki. Tapi sayangnya perjuangan saya harus terputus saat saya berada di kelas 3 SMA, saat saat terakhir kelulusan, saya menemukan banyak sisi yang tidak baik jiga saya melanjutkan studi saya di Turki, dengan segala pertimbangan, akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan perkuliahan saya di Indonesia.

Saat ini saya melanjutkan pendidikan Perguruan Tinggi saya di Binus University jurusan Arsitektur. Kalau di scale, saya sudah 100% mencintai arsitektur, karena saya selalu menanamkan pada diri saya. Jika sudah membuat suatu keputusan, maka lakukanlah semaksimal mungkin sejak awal membuat keputusan tersebut. Belajar tanggung jawab sama pilihan yang diputuskan oleh diri sendiri dan harus cinta dengan hal tersebut, mau suka ataupun duka harus tetap dijalani.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Rudy Winata – Get to Know Your Self

Momen yang ada di dalam hidup saya yang paling melekat adalah saat saya masih SD saya memenangkan juara 1 FLS2N tingkat nasional, lalu pergi ke Malaysia untuk mengikuti lomba se-asia tenggara dan meraih juara 1 juga. Hal itu saya tidak akan melupakan karna itu adalah salah satu event yang saya menang dan event nya juga sangat terkenal bagi kaum SD SMP SMA di seluruh Indonesia. Lalu yang juara 1 di melaysia itu kami melawan beberapa negara lain seperti Thailand, filipin, Malaysia, singapura, Myanmar, vietnam lalu juga ada beberapa negara di luar asia tenggara seperti india ,dll.

Cerita yang saya ingin cerita kepada teman saya adalah bagaimana saya tidak melanjutkan perlombaan saat SMP dan memilih untuk berubah menjadi atlit basket. Sejujur nya saya lebih tertarik dengan basekt saat itu, makanya saya lebih memilih megikuti basket. Menurut saya, basket itu lebih menantang dan harus ada chemistry / Teamwork yang cukup kompak. Agar bisa memenangkan pertandingan tersebut. Jika kita memainkan basket tanpa ada nya chemistry tersebut kita akan gagal dalam permainan basket. Dan saya sangat suka berolahraga maka saya memilih basket karena basket itu melatih pemikiran kita sebagai team lalu juga melatihkan seluruh otot yang ada di tubuh kita.

Lagu yang hits menurut saya adalah, mungkin lagu lagu yang dibuat oleh travis scoot, post Malone atau rich bryan karna menurut saya lagu yang dibuat oleh mereka sangat ber energetic sehingga membuat saya semangat untuk melakukan sesuatu. Apalagi saya hobby bermain basket maka saya butuh energy yang lebih agar saya bersemangat untuk bermain basket. Dan mungkin juga lagu unutk santai agar saat mengerjakan ujian atau tugas saya bisa merasakan lebih relax dan bebas dari kegangguan dalam bentuk apapun.

Tentu nya tujuan hidup saya adalah menjadi orang yang sukses dan memiliki keluarga yang Bahagia. Pastinya saya ingin memiliki uang yang banyak, tetapi saya lebih menginginkan keluarga yang harmonis. Untuk sekarang saya lebih fokus kepada karir saya dan lulus dari BINUS university, agar kedepannya saya bisa fokus kepada keluarga saya. 

Mungkin tujuan hidup saya untuk orang lain tidak beberapa. Karena saya orang nya simple. Semua orang pasti memiliki tujuan hidup yang berbeda beda. Tapi, pasti ada orang yang setuju dengan saya. Karena tujuan hidup saya adalah menjadi orang yang sukses dan menginginkan keluarga yang bahagia dan harmonis.

Saya lahir di Pekanbaru, Riau tanggal 14 April 2005. Background tentang keluarga saya adalah. Orang tua saya dulu nya lahir di Bengkalis, Riau. Lalu mereka merantau ke pekanbaru berdua dengan membawa uang senilai 100 perak dan bebrapa pakaian. Tetapi bapak saya tidak gampang menyerah, dia bekerja sehingga bisa mendapatkan nafka untuk keluarga nya dan sekarang ia adalah pemilik suatu perusahaan di pekanbaru. Saya adalah anak bungsu dari 5 bersaudara. Jarak usia saya dengan abang saya yang paling tua lahir di tahun 1993 yang berjarak 12 tahun dengan saya. Lalu kakak ke 2 lahir ditahun 1994 maka berjarak 11 tahun dengan saya , kakak ke 3 lahir tahun 1996 yang beda 9 tahun dengan saya, abang saya lahir di tahun 1999 yang jarak nya 6 tahun sama saya. Mungkin karna saya anak sulung saya mendapatkan banyak hal maupun baik dan buruk. Saya juga sering diceritain hal hal yang di alami oleh abang dan kakak saya dulu. Tetapi saya sebagai anak bungsu juga ditak diperlakukan manja oleh orang tua saya. Orang tua saya selalu treat anak nya dengan fair. Mereka tidak punya anak favorit maupun anak yang dikucilkan. Saya sangat bersyukur karna telah lahir di keluarga ini. Tetapi saya tidak bisa hanya menikmati harta keluarga saya. Saya mau menghasilkan penghasilan sendiri. Mungkin kelakuan orang tua saya kepada saya ada sedikit perbedaan dengan kakak abang saya sebelumnya. Mungkinm karna dulu di pekanbaru masih belum ada international school maka mereka masuki ke sekolah apapun. Tetapi saat saya SD, saya dipindahkan ke sekolah yang international yaitu Sekolah Darma Yudha , karena sekolah nya baru saja siap di bangun. Bukan hanya saya yang di pindahkan. Tetapi abang saya ke 4 dan kakak saya yang ke 3 juga di pindahkan ke Sekolah Darma Yudha. 

Pasti nya semua orang pernah mengalami trauma atau kesedihan. Jika saya menanyain trauma trauma kepada orang asing mungkin mereka tidak bakal menceritakan itu. Akan tetapi jika saya nanya ke orang yang dedkat seperti abang atau kakak saya, mereka akan menceritakan semua karena mereka tidak ingin saya mengalami hal seperti yang mereka alami. Tentu saja saya juga pernah mengalami kesedihan dan trauma. Salah satu contoh kesedihan yang pernah saya alami adalah tidak memenangkan perlombaan tingkat provinsi basket, yaitu DBL Riau Series. Pada tahun 2021 saya dan team saya meraih juara 2. Tetapi pada tahun 2022 kami tidak lolos ke babak grand final. Karena keputusan yang di ambil wasit sangatlah salah. Hal itu sangat menyedihkan bagi kami. Karena kami berharap untuk mendapatkan champion itu karena sekolah kami belum pernah mengangkat piala tersebut. Kami berlatih 5 kali seminggu dan selalu memberi 100% effort ke Latihan maupun saat lomba. Tetapi yang lebih menyedihkan kami kalah karena waktu 1 menit terakhir kami terkena comeback lalu kami kalah.

Awal mula saya memilih arsitek karena saya awalnya emang bisa menggambar, dan beberapa kali saya memberi atau kasih liat gambaran saya kepada orang tua mereka selalu terkejut karna saya bisa menggambar. Maka karena itu mereka menanyai saya untuk mau atau tidak untuk memasuki jurusan arsitek. Lalu saya mencoba untuk pelajari lebi detail tentang arsitek dan saya pun tertarik dengan arsitek. Awal nya saya disuruh mengambil kuliah arsitek di cina, teatpi saya sudah telat mendaftarkan diri saat itu. Maka saya mencoba daftar arsitek di Binus University dan pada akhir nya saya juga di terima. Saya sangat bersyukur dapat di terima di BINUS University karena, BINUS University adalah universitas swasta yang terbaik di Indonesia. Pengalaman saya sejauh ini sangat seru, memiliki dosen dosen yang seru, lalu memiliki teman teman baru.

Untuk sekarang saya masih mencintai pada dasarnya. mungkin nanti saat berlanjutnya pelajaran saya akan lebih tertarik dan lebih mencintai arsitek lebih dalam. Karena di dalam jurusan arsitek itu banyak cabangnya. Kita bisa memilih cabang cabang yang kita nanti nya tertarik. Saya berharap agar bisa mendapatkan pencapaian saya dalam beberapa tahun kedepan dan tetap mencintai asritektur.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Raymond Preston Prayogo – Get to Know Your Self

Nama saya Raymond preston prayogo biasa dipanggil Raymond. Saat ini saya sedang menempuh Pendidikan tinggi di Universitas Bina Nusantara. Dari antara semua lagu yang ada di dunia, all time hits saya merupakan lagu bergenre Rnb Skeletons-Keshi. Alasan mengapa lagu ini merupakan lagu hits saya karena melody lagu yang sangat nyaman untuk didengar. Saya cenderung suka mendengarkan lagu Rnb karena melodinya yang seakan-akan membawa saya kedalam musik tersebut. Namun walaupun genre Rnb meruapakan All time favorite saya, saya adalah orang yang bisa mendengarkan genre lagu lain karena bagi saya semua lagu memiliki sisi baik mau dari melodinya saya atau liriknya saja. Bagi saya musik adalah karya seni yang harus selalu dihargai selama makna dan pembawaannya nyaman untuk semua orang, begitupun dengan Arsitektur. Arsitektur merupakan suatu karya seni yang perlu diperhatikan lebih karena tanpa adanya Arsitektur peradaban tetap berkembang namun pasti selalu ada yang kurang. Saya lahir di Makassar, Sulawesi Selatan pada 8 Juni 2005. Saya merupakan anak tunggal dan bersakan dengan penuh kasih sayang. Papa saya adalah seorang pengusaha dalam bidang konstruksi jalanan sedangkan mama saya adalah seorang ibu rumah tangga. Walaupun saya adalah anak tunggal, itu tidak menjamin apabila orang tua saya akan memberikan perhatian secara lebih sehingga memanjakan saya. Orang tua saya selalu menuntut saya untuk menjadi seorang yang mandiri sejak kecil. Karena orang tua saya peduli terhadap saya sehingga mereka tidak ingin apabila saya nanti akan kesusahan ketika jauh dari mereka. Pembekalan yang diberikan orang tua saya ini sangat bisa saya rasakan dampaknya ketika saya harus merantau untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. 

saya bersekolah di Sekolah dian harapan Makassar sejak TK hingga SMA. Selama sekolah di Sekolah dian harapan, saya mengalami banyak kejadian-kejadian yang nantinya membentuk diri saya yang sekarang dari sisi prinsip-prinsip kehidupan. Sejak dulu saya memiliki ketertarikan dengan olahrga sepakbola dan futsal. Oleh sebab itu saya bergabung dengan tim sekolah untuk mewakili sekolah pada pertandingan-pertandingan yang ada. Cerita-cerita saat saya menjadi bagian dari tim sepakbola dan futsal Sekolah dian harapan adalah hal yang akan selalu saya bawa dan akan saya ceritakan kepada orang-orang lain. Walaupun tidak banyak penghargaan yang bisa saya raih namun cerita tersebut memilki makna tersendiri bagi saya pribadi. 

Setiap orang pasti pernah memiliki momen indah dan buruk. Dalam hidup ini saya sudah pernah mengalami banyak momen dari baik hingga buruk. Momen besar yang saya alami adalah saat saya pada akhirnya bisa lulus dan menjadi alumni Sekolah dian harapan makassar. Selama 14 tahun saya menempun pendidikan di sekolah tersebut, waktu berjalan begitu cepat dan sekarang saya berada di tahap sebagai seorang mahasiswa. Selain momen indah, saya juga pernah mengalami kesedihan dimana saya harus berpisah dengan orang yang saya sayang. Saat masih bersekolah, saya sudah kehilang opa dan oma. Kesedihan terbesar saya adalah saat opa meninggal karena opa merupakan nsalah satu orang yang mendorong saya untuk menjadi orang yang memiliki prinsip hidup agar bisa mencapai life goals yang sudah saya buat sendiri. Opa tidak pernah berhenti menyemangati saya untuk rajin belajar dan bersekolah agar bisa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. 

Sekarang saya berada di tahap sebagai seorang mahasiswa. Bukan lagi seorang siswa, melain MAHA siswa. Saya tahu apabila seorang mahasiswa memiliki wewenang yang lebih besar dibandingkan seorang siswa. Saat ini saya masih berusaha dan akan selalu mengembangkan pola pikir dan prinsip-prinsip hidup saya agar bisa lebih baik lagi. Adapun tiap orang pasti memiliki tujuan hidup, mau itu seorang pejabat, pekerja, pengemis, pengusaha, ataupun orang yang sangat kaya sekalipun. Pasti mereka semua tidak mungkin tidak memilki tujuan tidak peduli mau kecil ataupun besar. Begitupun dengan saya, seorang mahasiswa baru yang datang jauh merantai dari Makassar ke Jakarta untuk mencari ilmu. Saya mencoba untuk keluar dari zona nyaman secara perlahan. Sebagai seorang mahasiswa tujuan hidup saya sekarang adalah melakukan segala hal dengan maksimal dan baik karena umur saya yang masih muda sehingga saya memiliki privilage lebih yang bisa dimanfaatkan. Selagi saya masih mampu dan bisa, semua peluang yang ada akan saya coba untuk manfaatkan. Tujuan hidup saya apabila dilihat secara keseleruhan mendorong saya untuk keluar dari zona nyaman secara perlahan. oleh sebab itu sebagai langkah awal yang sudah saya lakukan adalah merantau, walaupun biaya hidup masih ditanggung oleh orang tua, namun hidup sendiri di kota orang lain secara tidak langsung mendorong saya untuk berbuat lebih agar bisa tetap bertahan. Berkat ajaran orang tua saya untuk bisa mandiri sejak kecil sangat membantu saya banyak dalam tahap ini sehingga saya tidak memiliki begitu banyak masalah. Sekarang saya sudah berada di luar zona nyaman, namun karena saya sudah terbiasa hidup mandiri, saya merasa saatnya untuk keluar dari zona nyaman secara lebih luas lagi. Salah satu cara paling realistis menurut saya adalah mencari pekerjaan untuk meringankan beban orang tua. Walaupun saya tahu orang tua saya masih sanggup untuk membiayai kebutuhkan saya selama merantau, namun perasaan untuk ingin meringankan beban mereka tidak bisa saya tolak. Saat ini saya sedang mengalami dilema untuk bekerja atau tidak. Peluang sudah ada, tinggal saya yang memutuskan apakah siap untuk sekali lagi keluar dari zona nyaman atau tidak. Untuk tujuan hidup saya sebagai mahasiswa kedepannya selain keluar dari zona nyaman dan memanfaatkan privilage adalah mampu lulus dengan baik dan tepat waktu. Setelah lulus nanti tujuan hidup saya pasti akan berubah. Namun sebagai perkiraan, secara realistis tujuan hidup saya untuk diri sendiri setelah lulus kuliah adalah mampu hidup secara stabil dan berkecukupan agar bisa hidup dengan tenang. 

Selain tujuan hidup untuk diri sendiri, tentunya seseorang pasti memliki tujuan hidup untuk orang lain. Begitupun dengan saya. Sebagai mahasiswa Arsitektur, saya memiliki tujuan hidup untuk memberikan pengaruh besar kepada orang-orang. Hal ini bisa saya lakukan dengan memulainya dari skala kecil. Misal pada orang-orang sekitar saya, kemudian berkembang menjadi skala yang lebih besar. Adapun pengaruh yang dimaksud adalah nilai-nilai kehidupan dan prinsip-prinsip agar bisa menjalani kehidupan dengan baik. Apabila nantinya saya sudah menjadi seorang Arsitek, saya memiliki tujuan untuk berkarya dalam negeri menciptakan banyak hal-hal inovatif yang bisa membantu banyak masyarakat di Indonesia. Inovasi tersebut belum saya pikirkan namun selama berjalannya waktu saya akan terus mengasah dan menambah pengetahuan saya agar bisa mengrealisasikan semua tujuan hidup saya untuk melayani masyarakat melalui karya-karya arsitektur saya ketika nanti saya menajadi seorang arsitek. 

Sejak kelas 5 sd saya sudah memiliki ketertarikan dengan dunia teknik. Hal ini didukung dengan latar belakang keluarga saya yang mayoritas karirnya berhubungan dengan bidang teknik. Saya memiliki seorang papa yang merupakan seorang pengusaha konstruksi jalanan, opa seorang pengusaha developer, paman seorang arsitek, dan masih ada beberapa paman yang bekerja dalam bidang yang berhubungan dengan teknik elektro. Atas dasar tersebut saat kelas 5 saya mulai untuk mengeksplorasi semua bidang pekerjaan dari keluarha saya. Setelah menyaring semua pekerjaan tersebut. Saya menjatuhkan pilihan pada teknik sipil dan arsitektur. Papa yang merupakan seorang pengusaha konstruksi jalan selalu menyarankan saya untuk memantapkan diri agar nanti memilih jurusan teknik sipil. Namun selama berjalannya waktu dari SMP hingga SMA saya merasa apabila saya tidak cukup mampu untuk menempuh pendidikan di jurusan teknik sipil. Setelah melakukan diskusi dengan keluarga, saya memutuskan untuk memilih jurusan arsitektur. Dengan bekal dukungan dari papa yang walaupun ingin saya untuk memilih teknik sipil, dan paman yang merupakan arsitek. Saya memantapkan diri untuk memilih jurusan Arsitektur di Universitas Bina Nusantara. Salah satu alasan lain mengapa saya memilih jurusan arsitektur adalah karena arsitektur ini menarik. Arsitektur bisa merusak namun juga bisa memperbaik bumi. Arsitektur yang indah dan tidak merusak bumi sangat indah menurut saya dan itu juga menjadi motivasi tambahan saya untuk memilih jurusan arsitektur agar nantinya saya bisa menciptakan arsitektur serupa. Namun secara realistis saya tahu itu akan memakan waktu yang banyak.

Seorang Mahasiswa arsitektur pasti setidaknya selalu menghargai atau mencintai suatu karya arsitektur. Begitupun dengan saya, sejak kecil saya suka melihat gedung-gedung yang memiliki nilai seni. Selain itu rumah-rumah yang indah juga tidak jauh dari pandangan saya. Saya sangat menghargai karya arsitektur yang telah dibuat oleh seorang arsitek karena saya paham apabila nilai seni dari arsitektur tersebut sangatlan tinggi. Namun tiap orang juga pasti memiliki taste masing-masing. Begitupun dengan saya, saya cenderung menyukai arsitektur yang brutalism, barok, dan gotik. Untuk arsitektur brutalism saya menyukai arsitektur ini karena kesannya yang tegas dan dan juga memberikan kesan berantakan namun terstruktur. Sedangkan untuk barok dan gotik sendiri, alasan saya menyukasnya karena arsitektur ini memberikan kesan nilai sejarah yang tinggi. terutama untuk gotik yang banyak diterapkan pada gereja-gereja, kesan yang saya rasakan ketika melihat arsitektur ini sedikit memberikan kesan tidak nyaman namun kagum dengan arsitektur tersebut.  Sejauh itulah saya menyukasi arsitektur apabila dilihat dari segi seni bangunannya. 

Sejauh saya belajar arsitektur, walaupun belum banyak hal yang saya pelajari namun saya cukup senang dengan arsitektur secara akademis. Tugas yang banyak dan ketelitian yang dibutuhkan sangat sesuai dengan passion saya dimana saya cenderung lebih suka untuk mengerjakan hal-hal secara perlahan namun pasti karena hasilnya pasti akan indah. Menurut saya pribadi, dunia tanpa adanya arsitektur akan sangat terlihat sangat kaku karena arsitektur itu ada akibat adanya kebutuhkan manusia. 

Akhir kata, bagi saya Arsitektur merupakan karya yang indah dan harus dihargai sama seperti lukisan pada museum, lagu, dan tarian. Arsitektur tidak selalu mengenai bangunan, Arsitektur mampu mencakup banyak hal dalam skala besar. Arsitektur adalah salah satu komponen utama mengapa dunia sekarang bisa lebih modern. Sekian dari saya, itulah semua informasi singkat mengenai saya dan alasan memilih jurusan Arsitektur.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Raya Rahastya Febrisha – Get to Know Your Self

Diriku bernama Raya Rahastya Febrisha, terlahir Dari dua sejoli yang berketurunan jawa belanda dan jawa murni. Aku dilahirkan di daerah ibu kota pada tanggal 16 bulan februari Dan tahun 2004. Awalnya kami hidup Dari satu ke satu rumah lain hingga akhirnya menerapkan di bekasi. Saat kelahiranku, orang tua ku tidak menyangka diriku akan “berusaha mantap Dunia ini” lebih cepat Dari hipotesis para dokter, sehingga membuat kejutan bagi mereka. Ayahku yang saat itu belum Masih hidup berkecukupan terkejut setelah tahu ibuku harus melahirkan ku hari itu juga. Ia lalu menggendarai motornya dengan cepat tanpa memikirkan tanah Dan langit. Ibuku yang mendadak harus melahirkan ku pun tanpa pikir panjang memanggil bemo sambil membawa kakakku yang masih balita. Layaknya petir di siang bolong, tangisan ku membawa kejutan bagi semua nya. 

Saat aku berunur tujuh tahun, kami pindah ke Bekasi dan tinggal di kos-an yang cukup untuk sekeluarga. Disinilah diriku mulai mengamati arus kehidupan dan cara kerja Dunia. Karna diriku yang terkenal cenggeng Dan penakut, aku lebih banyak mengghabiskan waktu kecil ku di rumah bermain sendiri atau membaca buku-buku yang diberikan oleh orang tua ku. Polos, manja, itulah yang sering di gambaran kepadaku saat itu. Saat sudah menginjak sekolah dasar, diriku cenderung tidak mempunya teman dikarenakan karakterku yang lemah, sehingga diriku lebih memilih menyendiri Dan membaca di selang waktu luangku. Tertindas Dan diremehkan itu sudah menjadi makanan sehari hari diriku. Namun, diriku yang dulu bisa dibilang memiliki daya pikir yang tinggi sehingga ia sering mendapat nilai yang cukup bagus. Walau begitu ia Masih takut kepada orang lain Dan menganggap semua orang membenci nya. Hingga saat kelas enam, diriku yang lalu merasa kecewa karena mendapat kabar bahwa nilai rapot ku terkecil. Awalnya aku sangat sedih karena merasa sesuatu hal yang ku perjuangan selama ini sia sia. Akhirnya aku terpaksa harus mengikhlaskan hal itu, namun ternyata aku mendapat informasi sebetulnya nilai ku semua bagus tetapi ada satu orang tua tidak terima dengan Hal itu lalu melakukan penyuapan kepada pihak sekolah untuk menukarkan nilai anaknya dengan nilai ku. Saat itu aku sangat kecewa Dan kesal, namun orang tua ku berkata bahwa yang sudah di masa lampau biarlah di masa lampau, jalani saja apa yang berada didepan mu sekarang. Dengan sangat berat hati aku menelan ludah itu Dan berusaha terus maju.

Saat masa smp, aku takut sekali kepada semua orang karena takut apa yang terjadi di masa lampau akan ter ulang kembali. Namun takdirlah yang membuka mataku bahwa tidak semua orang akan menindas satu sama lain. Teman sebaya ku di SMP sangatlah menghargai satu sama lain, Dan itulah awal Dari diriku yang sekarang sehingga lebih berani untuk menatap Dunia Dan manusia. Namun, saat diriku menginjak kelas 9 aku merasa aneh Dan menjadi pelupa tanpa sebab. Berawal Dari lupa hari hingga lupa nama sendiri.

Saat menginjak SMA aku disibukan dengan apa yang harus ku ambil di masa depan sampai kadang lupa dengan kebutuhan diri sendiri.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Raffi Wiratama – Get to Know Your Self

Perkenalkan, nama saya Raffi Wiratama, saya biasa di panggil Raffi atau Wira. Saya lahir di Jakarta pada tanggal 5 Mei 2005 atau kerennya 05/05/05. Saya memiliki ayah bernama Denny Wicaksana dan ibu bernama Esti Andayani K. Saya merupakan anak pertama dari dua bersaudara, adik saya bernama Fattan Bramantyo. Pekerjaan ayah dan ibu saya adalah karyawan swasta di bagian perpajakan dan keuangan. Adik saya berumur 14 tahun dan sedang berada di bangku SMP tepatnya kelas 3. Saya bersyukur bisa terlahir dan hidup di keluarga yang berkecukupan. Ayah saya adalah orang malang dan ibu saya adalah orang Bandung namun besar di Jakarta. Latar belakang Pendidikan saya yaitu: 

–        SDS Putik Indonesia

–        SMP Global Islamic School

–        SMAN 48 Jakarta.

Hobi saya adalah bermain futsal, bulutangkis, renang, menonton bola, bermain game bersama adik, mendengarkan lagu “mood booster” salah satunya mood by 24k Goldn, memotret gedung – gedung di Jakarta yang unik yang kemudian saya tuangkan ke gambar 2D. Sejak kecil ayah saya sering mengajarkan saya menggambar dan mengajak saya keliling ibu kota. Bahkan ketika ayah saya hendak membangun sebuah rumah di Malang, saya dan ayah saya keliling kota malang untuk melihat beberapa desain pintu, pagar, tembok, atap yang unik yang bisa kita ambil sebagai salah satu contoh desain rumahnya. Ayah saya sejak saya kecil adalah orang yang sangat sibuk, karena berangkat pagi pulang malam saja seringkali membuat saya tidak bisa bertemu dengannya dirumah, ketika ayah saya berangkat saya belum bangun dan ketika ayah saya pulang saya sudah tertidur. Saya kadang hanya bisa bertemu ketika hari libur saja. Ibu saya adalah orang yang pintar matematika, ketika kecil ibu saya sering mengikuti lomba matematika dan saya pun sering minta diajari matematika bahkan kadang – kadang sudah SMA kelas 3 saya masih minta diajari matematika oleh ibu saya. Ibu saya juga seorang yang pintar dalam membagi waktu. Ibu ku sering marah ke saya, ayah saya dan adik saya karena tidak bisa membagi waktu, seperti bangun siang dan tidur malam. Saya memiliki adik yang bisa dibilang lebih pintar dari saya, karena ketika saya lihat rapotnya nilainya impresif. Adik saya adalah orang yang malas membaca dan belajar namun nilainya selalu bagus padahal setiap hari bermain game terus. Adik saya adalah orang yang akan saya jaga sepanjang hidup saya begitu juga dengan orangtua saya dan keluarga saya nanti. Saya senang memiliki keluarga yang bisa saling melengkapi satu sama lain. Hobi keluarga saya adalah menonton bioskkop, jalan – jalan ke wahana permainan, dan makan di salah satu restoran. Hal itu selalu kami lakukan ketika sedang libur. Semua orang pasti mempunyai tujuan hidup yang berbeda, kalau saya sendiri tujuan hidup untuk orang lain yang utama adalah adalah menggantikan orangtua saya untuk menafkahi keluarga saya, karena saya tau tidak lama lagi orangtua saya terutama papa saya pensiun dan adik saya masih di bangku SMP bahkan ketika adik saya masuk kuliah, ayah saya mungkin sudah pensiun. Saya tidak ingin adik saya berpikir kalau saya diutamakan sehingga saya harus fokus kuliah dan jangan abaikan kesempaan yang ada. Berharap adik saya bisa lebih sukses dari saya dan impian kecil saya bisa membantu membiayai kuliah adik saya ketika ayah saya pensiun.

Tujuan saya sendiri yaitu menjadi orang yang selalu menghargai apa yang telah diberikan kepada saya, tidak perlu muluk – muluk untuk ingin sukses cepat yang penting saya bisa memberikan proses yang nyata dan positif. Ayah saya selalu menekankan kepada saya bahwa saya harus bisa berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang nyata karena pada akhirnya yang terlihat hanyalah hasil dan ayah saya meminta saya untuk sadar bahwa beberapa tahun lagi ayah pensiun dan hidup harus irit, tidak bisa hidup seperti dahulu, semoga yang diberikan ayah saya tetap dijaga dan teringat sepanjang saya kuliah. Walaupun ketika ayah saya pensiun dan ibu saya masih bekerja, hal ini tetap bukan menjadi sebuah alasan kita masih bisa hidup cukup. Hal ini membuat saya ketika SMA uang jajan yang dikasih orangtua saya selalu saya sisihkan setengah nya setiap hari untuk kebutuhan mendadak atau kebutuhan yang harus saya bayar seperti bensin motor, nongkrong sama teman, nobar sama teman, dll. Saya memiliki target apabila saya ingin melakukan tersebut saya tidak boleh meminta uang ke orangtua saya dan hanya boleh menggunakan uang jajan yang saya sisihkan dan tabung. Jujur saya sebenarnya cukup kesulitan diawal namun lama – lama saya tidak terbebani akan hal itu. Dan membuka mata saya bahwa mencari uang dan menjaganya itu sangat sulit, hendaknya saya sebagai seorang anak untuk hidup irit dan memikirkan kalau saya masih mempunyai adik saya yang bisa hidup seperti saya atau bahkan lebih baik bagi saya.

Saya saat ini baru masuk di perguruan tinggi swasta yaitu Bina Nusantara (BINUS). Sebelum saya masuk binus saya memiliki beberapa cerita bagaimana saya bisa memilih BINUS dengan jurusan Arsitektur. Sebenarnya ketika saya kelas 3 SMA, ayah dan ibu saya berharap kalau saya harus bisa tembus di salah satu perguruan tinggi negri. Saya diberikan berbagai macam fasilitas seperti mengikuti bimbingan belajar (BimBel) di sekolah, mengikuti bimbingan belajar diluar sekolah juga, mendaftar berbagai kegiatan tryout online maupun offline, dan lainnya. 

Saya sudah menentukan jurusan saya yaitu pilihan pertama selalu arsitek. Saya milih jurusan arsitektur sebagai pilihan utama karena sejak kecil saya sering diajarkan menggambar oleh ayah saya, kemudian keliling kota melihat gedung – gedung dan memilih jurusan arsitektur bagi saya adalah keputusan yang tepat karena pembangunan dimana pun akan terus berjalan dan peningkatan atau pembaruan sebuah bangunan atau infrastruktur akan terus ada. Bagi saya memilih jurusan arsitektur tidak perlu jadi seorang arsitek karena arsitektur memiliki prospek dan arti yang luas. Sejauh yang saya tau memilih jurusan arsitektur tidak harus menjadi seorang arsitek karena arsitektur memiliki arti yang luas sehingga prospek kerjanya juga luas serta dimanapun saya menginjakkan kaki saya di dunia ini saya akan selalu melihat hasil kerja seorang arsitektur. Memilih jurusan arsitektur memanglah berat tapi saya percaya selama saya mempunyai keyakinan dan niat sekaligus aya bisa nyaman, semuanya akan berjalan lancar. Momen terbesar dan menegangkan bagi hidup saya adalah detik – detik sebelum ujian UTBK dimulai. Hal ini menentukan beberapa jawaban yang harus diterima dan tidak bisa diubah yaitu:

1.        Menentukan nilai UTBK saya berapa?

2.        Menentukan saya untuk bisa memilih kampus apa?

3.        Menentukan saya bisa memilih jurusan apa saja?

4.        Apakah waktu dan usaha yang saya gunakan selama berbulan – bulan terbayarkan?

5.        Apakah seluruh fasilitas yang sudah orangtua saya beri bisa saya penuhi dengan hasil bagus?

6.        Bila hasil kurang baik saya harus bagaimana?

7.        Dll.

Hal itu membuat saya tidak bisa tidur semalaman ketika sesudah ujian UTBK. Tiba waktunya Ketika hasil ujian saya diberikan. Hasilnya saya berada di angka yang masih di atas rata – rata namun belum cukup untuk bisa tembus ke kampus impian dan pilihan saya yaitu universitas Indonesia (UI) dan universitas brawijaya (UB) dengan jurusan arsitektur sebagai pilihan utama. Kecewa berat pasti ada di mata, muka dan hati saya. Begitu juga orangtua saya. Namun orangtua saya berkata “mungkin belum rejeki saya untuk berkuliah disana atau belum rejeki saya untuk lolos di jalur UTBK dan mungkin yang diatas punya tujuan sendiri untuk saya lebih baik dimana.” Dan karena masih terdapat satu jalur lagi untuk bisa mencoba perguruan tinggi negeri. Sebelum itu saya konsultasi terlebih dahulu ke salah satu orang yang “expert” di bidang penjurusan. Nilai saya di rapot memang tidak terlalu bagus di fisika dan malahan nilai saya lebih baik di bahasa. Sebelumnya ayah saya juga menyarankan saya untuk mungkin mencoba memilih hukum, karena hukum selamanya akan ada. Menurut orang “expert” ini saya bisa saja keterima di hukum karena nilai saya yang mencukupi dan diatas rata -rata nilai orang yang masuk hukum tahun lalu. Namun aku menolak secara halus karena saya tidak terlalu suka hukum. Akhirnya saya mencoba untuk mendaftar di jalur mandiri universitas Indonesia (UI) dan jalur rapot serta jalur UTBK universitas brawijaya (UB). Di UI saya diberikan 6 jurusan yang dapat saya ambil dan saya memilih jurusan:

1.        Arsitektur

2.        Arsitektur Interior

3.        Teknik Sipil

4.        Teknik Industri

5.        Sistem Informasi

6.        Informatika

Namun tetap saja saya tidak diterima di UI karena bagi saya soal mandiri UI lebih sulit ketimbang soal utbk. Di UB terdapat 2 jalur yaitu jalur nilai utbk dan jalur mandiri. Keduanya memiliki 2 jurusan yang bisa saya pilih. Dan kedua jalur pilihan pertama saya arsitektur. Namun tetap saja saya tidak diterima di kedua jalur tersebut. Besok hari, Ketika saya membuka media sosial, saya melihat salah satu postingan teman saya bahwa dia diterima di salah satu perguruan tinggi negeri yang saya inginkan serta dengan jurusan sama yang saya inginkan. Saya tau bahwa sebelumnya saya bertukar informasi nilai utbk saya dengan teman saya. Nilai teman saya lebih rendah ketimbang nilai saya menjadi sebuah pertanyaan bagi saya dan keluarga saya mengapa saya tidak diterima. Akhirnya saya ditawarkan untuk mendaftar BINUS jurusan arsitektur dan bersyukur bisa diterima dengan mudah disana. Saya juga pastinya bangga bisa masuk BINUS jurusan arsitektur karena BINUS merupakan peringkat 4 dari 5 besar universitas dengan jurusan arsitektur terbaik di Indonesia. Mungkin ini adalah jalan saya yang seharusnya.

Hal yang saya ingin ceritakan ke teman saya dan keluarga saya adalah ketika saya sudah lulus kuliah lebih cepat atau tepat waktu dengan IPK tinggi dan bisa berkontribusi besar di dunia arsitektur serta dapat menggantikan orangtua saya untuk membiayai keluarga yang artinya kebutuhan apapun yang diperlukan saya dan keluarga saya sudah bisa saya lakukan sendiri dengan uang saya sendiri.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Rafa Alifandra Karel – Get to Know Your Self

Haloo nama saya Rafa Alifandra Karel, saya lahir di Jakarta 12 Mei 2005, saya anak pertama dari tiga bersaudara, saya dibesarkan oleh mama dan nenek saya, pada saya umur 3,5 tahun ayah saya berpulang kepangkuan Allah karena cancer, karena umur yang masih kecil jadi saya tidak terlalu mengingat banyak, dari kecil saya selalu Bersama mama dan sesekali saya juga Bersama nenek saat pergi ke sekolah waktu sd, tidak terlalu banyak hal yang saya ingat pada saat saya tk dan sd, terasa tidak ada momen yang bisa di ceritakan, tetapi pada saat saya duduk di bangku sd kurang lebih kelas 4, mama menikah lg dan memiliki dua anak, yaitu adik saya sendiri, singkat cerita mama, saya, dan adik adik saya di tinggal lagi karena terjatuh lalu berpulang kepada pangkuan Allah. waktu begitu cepat saya sudah masuk SMP, di SMP saya merasa baru seperti membuka mata pada dunia luar, saya berteman dan mengenal kenakalan kecil, di SMP saya tergolong anak yang pendiam tapi mengikuti sana sini dengan teman yang suka nongkrong, saat saya SMP saya sempat berpacaran selama kurang lebih 1 tahun lalu putus, karena saya baru pertama kali pacaran, jadi saya bingung apa sih perbedaan pacaran dengan pertemanan biasa yang membuat saya bertanya”, dan pada akhir nya saya di putusin karena jarang ngasih kabar.

Selama satu tahun saya terus kepikiran dengan mantan saya, saya sampai curhat ke guru BK di SMP saya, sampai guru BK saya bantuin saya untuk balikan sama mantan saya, singkat cerita masuk SMA saya dan mantan saya berbeda sekolah, momen dimana awal masuk SMA adanya COVID-19, Pembelajar online selama kurang lebih 2 tahun, nahh saat moemn online ini akhir nya saya berkomunikasi kembali sama mantan saya, dimana awal nya temen saya mengajak main among us Bersama 3 teman SMP saya lain nya, selaman kurang lebih 3 bulan main bareng sampai akhir nya saya befikir untuk balikan dengan mantan saya, di lain sisi saya sedang dekat juga dengan teman SMA yang suka dengan saya, pada posisi ini saya bingung untuk mengambil keputusan, singkat cerita dengan penuh pertimbangan dan isi hati saya akhir nya saya memilih untuk balikan dengan mantan saya dan saya menjelasakan kepada crush di SMA kalu saya balikan dengan mantan saya. Dalam perjalanan beberapa tahun kami LDR beda sekolah, singakt cerita saat mau lulus SMA kami sepakat untuk memilih universitas yang kita inginkan tanpa adanya paksaan atau larangan satu sama lain. Awal nya pacar saya memilih kedokteran ui dan saya memilih di universitas sebalas maret jurusan arsitek, tetapi kami berdua gagal pada SNPMB. Orang tua saya sudah menyuruh saya untuk daftar binus sebelum ujian SNPMB, karena dekat dengan rumah. Saya dan pacar saya tidak mengikuti ujian mandiri di universitas negri. Jadi sekarang saya dan pacar saya di binus. Saya jurusan arsitek dan pacar saya jurusan psychology. saya memilih jurusan arsitek karena saya tertarik dan ingin melanjutkan karir saya seperti ayah saya yang menjadi seorang arsitek.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Taslima Nurhuda – Get to Know Your Self

“Apa jurusan yang akan kamu ambil saat kuliah?”, pertanyaan itu terus berulang kali ditanyakan selama masa SMA. Dari mulai teman, guru dan keluarga terus menanyakan pertanyaan yang sama dan saya selalu jawab dengan jawaban jurusan arsitektur. Dengan diri saya yang sudah berstatus sebagai mahasiswa, pertanyaan tersebut berubah dengan “Bagaimana kehidupan kamu sebagai mahasiswa jurusan arsitektur?”. Pertanyaan tersebut mungkin belum bisa saya jawab dengan jawaban yang pasti karena saya masih dalam masa peralihan dari masa SMA ke masa perkuliahan. Tetapi, hal yang dapat saya bilang adalah bahwa kehidupan mahasiswa perpaduan dari rasa senang dan lelah. Saya merasa senang untuk belajar tentang arsitektur. Namun, terkadang saya juga merasa lelah dengan perkuliahan dan masih beradaptasi dengan lingkungan perkuliahan. Terlepas dari rasa lelah yang saya alami, saya sangat bersyukur dan sangat senang dapat belajar di jurusan yang sama impikan yaitu arsitektur.

Sebagian orang bertanya alasan saya tertarik dengan jurusan arsitektur. Sebenarnya, hal yang membuat pertama kali pemikiran ingin masuk jurusan arsitektur terlintas adalah saat saya sedang mempersiapkan dan meng-desain layout untuk pameran seni SMP saya. Saat itu, saya sedang bersama teman-teman saya berdiskusi tentang layout untuk pameran seni angkatan kami. Di SMP saya, setiap angkatan diwajibkan untuk membuat pameran seni yang memamerkan karya-karya siswa-siswi setiap angkatan. Saat itu, saya merasa bahwa membuat layout dan merancang sangatlah seru, dan terlintas di pikiran saya bahwa saya ingin menjadi arsitek. Waktu itu, saya belum seratus persen yakin bahwa saya akan memilih jurusan arsitektur saat kuliah. Namun, saat saya mulai masuk ke tingkat pertama SMA, saya mulai memikirkan jurusan apa yang cocok untuk saya. Saya memiliki tiga pilihan saat itu, yaitu arsitektur, perencanaan wilayah kota dan desain interior. Setelah melakukan riset tentang pekerjaan yang dilakukan masing-masing jurusan tersebut, saya menjadi lebih yakin untuk memilih arsitektur sebagai jurusan yang saya minati. Alasan saya memilih arsitektur adalah karena arsitektur merupakan perpaduan dari seni dan bangunan. Saya mempunyai ketertarikan pada keduanya.

Bagi saya, arsitektur adalah wadah yang tepat untuk menyalurkan dan mengembangkan kreativitas saya. Dengan luasnya pengaruh dari arsitektur terhadap lingkungan masyarakat, menambah ketertarikan saya karena arsitektur dapat memberikan solusi fungsional, terbentuknya ruangan yang dapat menginspirasi dan dampak pada makhluk hidup yang menempatinya. Hal tersebut membuat saya kagum serta semangat untuk berkontribusi di dalam bidang arsitektur ke dalam masyarakat. Saya percaya bahwa dalam memilih jurusan, harus ada ketertarikan dan semangat untuk belajar dalam bidang tersebut. Arsitektur bagi saya memenuhi hal tersebut. Ditambah, arsitektur juga bisa selaras dengan tujuan hidup saya bagi orang lain yaitu dengan membantu dan berguna bagi lingkungan dan makhluk hidup khususnya manusia yang sudah ditanamkan sejak saya kecil Lahir dan besar di Jakarta membuat saya terbiasa dengan kesibukan dan keramaian Ibu Kota. Hal tersebut mengajarkan saya untuk selalu gesit dan sigap dalam menjalankan sesuatu pekerjaan dan kegiatan. Saya lahir dan besar pada keluarga biasa dan sederhana. Saya terlahir sebagai anak bungsu dari dua saudara. Walaupun saya terlahir sebagai anak bungsu, tidak membuat saya berkepribadian manja dan seenaknya. Dari kecil, saya diajarkan untuk selalu punya tujuan dan bertanggung jawab dalam semua kegiatan yang saya lakukan. Contohnya adalah ketika saya berkeinginan untuk les musik, saya harus bertanggung jawab untuk datang setiap minggunya. Saya juga diajarkan untuk tidak gampang menyerah dan selalu untuk berkembang serta berguna untuk sesama.

Dari pembelajaran itulah yang mengakibatkan adanya tujuan hidup saya yang berfokus pada diri saya sendiri dan juga untuk orang lain. Tujuan hidup saya untuk diri saya sendiri selalu berpusat pada bagaimana saya terus berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Saya percaya bahwa manusia harus terus bergerak dan mempunyai arah hidup. Untuk itu, perlu pengembangan diri dan tujuan dalam menjalani kehidupan. Saya juga percaya bahwa tujuan hidup itu harus juga yang berdampak pada orang lain. Kita sebagai manusia haruslah menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang. Kita harus membantu dan berguna bagi sesama. Menurut saya, semua orang bisa untuk membantu sesama terlepas dari apapun profesi atau pekerjaan yang ia miliki.

Lahir dan besar di Jakarta juga membuat kenangan yang melekat pada diri saya berputar pada kota tersebut. Memori atau momen-momen tersebut muncul kembali saat saya melewati gedung atau jalanan tersebut. Salah satu alasan juga saya suka arsitektur adalah bahwa sebuah lingkungan, gedung, perumahan, jalan bisa menjadi pengingat atau bisa melekat pada diri yang pernah berinteraksi pada tempat itu. Salah satu tempat yang melekat pada memori saya adalah gedung sekolah dasar saya. Bertempat tidak jauh dari rumah saya membuat saya tidak jarang untuk melewati gedung tersebut. Bagi saya, momen ketika masih menempati sekolah dasar adalah suatu momen yang sangat bahagia. Salah satu momen yang melekat pada diri saya adalah saat ayah saya mengantar saya pertama kali masuk sekolah dasar. Momen itu sangat melekat bagi saya karena ayah saya siap sedia menunggu saya di depan kelas sampai waktu pulang. Meskipun ayah saya waktu itu ada jadwal untuk ke kantor, tetapi ayah saya tetap menemani saya pertama kali masuk sekolah. Momen itu adalah salah satu momen yang melekat dalam hidup saya.

Terlepas dari semua kebahagiaan yang saya rasakan dari waktu saya kecil sampai lulus sekolah, cerita tentang masa-masa selama menduduki sekolah menengah atas (SMA) adalah cerita yang paling saya gemar untuk diceritakan kepada orang lain. Banyak kejadian, kegiatan, peristiwa yang saya alami ketika masa SMA yang sangat seru untuk diceritakan. Dari masa SMA yang dimulai di rumah sampai kisah waktu lulus merupakan masa-masa yang tidak terlupakan bagi saya. Masa SMA yang dimulai dengan adanya pandemi yang diakibatkan oleh virus corona membuat masa SMA saya selama kurang lebih dua tahun bertempat di rumah. Walaupun demikian, saya masih bisa berteman dan berinteraksi dengan teman-teman saya melalui fitur video call dan sebagainya. Saya selama SMA juga banyak mengikuti kegiatan dan organisasi yang cukup banyak membuat event atau kegiatan. Dari hal-hal tersebut membuat banyaknya cerita-cerita yang sangat seru untuk diceritakan kepada teman lama maupun baru. Saya merasa sangat senang saat menceritakan masa-masa itu.

Dalam masa SMA saya, saya juga banyak terlibat dalam seni. Mulai dari seni lukis, musik sampai film. Di dalam seni musik dan film saya menghasilkan beberapa karya seperti saya menjadi sound dan music director pada short movie yang dihasilkan oleh club cinematography sekolah saya. Saya juga membentuk band dengan teman-teman saya dan kerap tampil pada beberapa acara sekolah. Dalam bidang seni, SMA saya juga mewajibkan setiap angkatan untuk membuat sebuah pameran seni yang memamerkan karya siswa-siswi angkatan tersebut. Dalam pameran tersebut, setiap siswa harus membuat 2 karya lukisan untuk ditampilkan pada pameran tersebut. Di dalam kepanitiaan pameran tersebut, say berperan dalam divisi layout dan desain. Karena saat pelaksanaan pameran tersebut masih pada waktu pandemi, jadi tugas saya adalah untuk membuat pameran seni virtual. Saya bersama teman-teman saya yang lain membuat layout pameran tersebut dan memindahkannya ke dalam pameran seni virtual yang bisa dilihat melalui perangkat gadget. Di dalam masa SMA saya, masih banyak kegiatan dan organisasi yang sangat seru untuk di ceritakan.

Dengan banyaknya kebahagian yang saya rasakan pada masa SMA, saya juga mengalami kesedihan serta kegagalan pada masa tersebut. Pada akhir kelas 12, saya merasakan banyak kegagalan yang saya alami dalam perjalanan saya untuk masuk ke dalam universitas yang saya impikan dulu. Saya hanya menginginkan masuk ke dalam jurusan yang saya mau, yaitu arsitektur. Dan universitas yang saya inginkan saat itu terus menolak saya. Saat itu, saya merasa sangat sedih dan kecewa pada diri saya sendiri. Tetapi, dari semua kegagalan itu banyak membuahkan pelajaran bagi saya. Saya percaya bahwa setiap orang mempunyai jalan terbaik nya masing-masing. Dan saya belajar bahwa dari kegagalan, kita bisa banyak belajar untuk tidak terlalu lama larut dalam kesedihan dan terus berkembang serta belajar menjadi lebih baik lagi. Dalam hidup saya, say ajuga banyak merasakan kesedihan, tetapi saya selalu berusaha bangkit dari kesedihan itu dan menjadikannya sebuah pembelajaran. Saya percaya bahwa setiap kesedihan akan melahirkan sebuah kebahagiaan. Jadi, kita janganlah terlalu larut dalam kesedihan.

Saya mempunyai hobi yaitu mendengarkan musik dan memainkan alat musik. Saya bisa memainkan alat musik seperti gitar, piano dan biola. Sedari kecil, saya banyak terekspos dengan musik membuat saya tertarik dalam musik. Saya menyukai berbagai macam genre musik seperti Pop, R&B, K-Pop, Jazz dan sebagainya. Saya menyukai banyak artis, tetapi salah satu artis yang paling sering saya dengar adalah Taylor Swift. Walaupun menurut saya Taylor Swift bukan penyanyi yang mempunyai suara yang terbaik, yang membuat saya suka untuk mendengarkan lagunya dan menikmati karyanya adalah karena ia sangat pandai dalam menceritakan sebuah cerita yang diubah menjadi lagu. Pendengarnya bisa meng-imajinasikan cerita dari lagu yang ia tulis. Salah satu lagu yang saya sukai dari Taylor Swift adalah Clean dari album 1989. Lagu tersebut dapat diinterpretasikan ke dalam beberapa makna tergantung para pendengarnya. Saya selalu percaya bahwa sebuah seni itu subjektif. Seni dapat dilihat atau didengarkan tergantung masing-masing yang melihat atau mendengarkan karya tersebut.

Banyak kejadian yang terjadi dalam hidup saya. Semua itu meliputi rasa senang, sedih, kecewa, ketakutan, marah, dan lainnya. Itu semua yang membuat saya banyak belajar dalam menghadapi semua itu. Dalam menggapai mimpi terkadang ada kalanya kita gagal, tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita bisa bangkit untuk menggapai mimpi tersebut. Bagi saya, arsitek adalah mimpi yang saya cita-citakan. Saya harus bisa terus belajar dan berkembang untuk mencapai mimpi tersebut. Pelajaran dan kenangan yang saya dapatkan dapat menjadi tangga dalam menggapai mimpi tersebut.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Syekhan Dia Ulhaq – Get to Know Your Self

Nama ku Syekhan Dia Ulhaq. Aku lahir dan besar di Jakarta pada 1 Agustus 2004. Aku memiliki dua orang adik. Adik ku yang pertama laki-laki dan mengidap autisme. Seharusnya dia kelas 2 SMA kalau saja dia tidak austime. Walau tidak bersekolah di sekolah formal, dia tetap bersekolah di SLB. Lalu, adik ku yang kedua perempuan. Masih berusia 9 tahun, kelas 4 SD. Memang jarak kita berbeda 10 tahun, namun tidak menjadi halangan untuk kita dapat bersenda gurau. Kedua orang tua ku berprofesi sebagai dokter. Ibu ku seorang ketua divisi di salah satu puskesmas di jakarta. Sedangkan ayah ku di kementrian kesehatan.

Sejak kecil aku selalu mendapatkan pertanyaan; “kok anak dokter begini?”. ya, dulu aku bertolak belakang dengan kedua orang tua ku. Aku tidak suka hitung-hitungan (sekarang untuk yang berhubungan dengan arsitektur aku suka 😊). Aku tidak suka terlalu banyak menghafal, aku tidak suka bermain dengan logika, dan aku tidak suka apapun yang berhubungan dengan dunia kesehatan seperti jarum suntik, alat tensi, stetoskop atau apapun itu. Entah kenapa aku tidak suka akan hal-hal semacam itu. Yang aku sukai hanya menggambar dan membuat suatu kerajinan. Aku gemar sekali dalam hal yang memerlukan kreativitas. Dan sedari kecil aku juga mempunyai pemikiran bahwa, kemampuan dan bakat ku dalam menggambar dan menciptakan sesuatu harus aku kembangkan, karena aku mau berkutat dengan hal itu sepanjang hidupku.

Saat aku menginjak dunia SD, aku cenderung pemalu. Pada awalnya aku susah terbuka ke orang baru. Namun seiring berjalannya waktu, aku mendapat teman. Walau jumlahnya tidak banyak, tapi kita teman dekat. Kita sering bercanda ketika guru sedang menjelaskan pelajaran, sampai-sampai ibuku dipanggil kesekolah hanya karena aku terlampau berisik dikelas. Yang aku ingat waktu itu, aku hanya ingin menuangkan ide-ide dikepala ku. Jika tidak aku bagi ke teman dekat ku, aku menuangkan ide ku di buku tulis atau di buku paket pelajaran. Namun, itu tidak disukai guru ku dan tentu saja kedua orang tua ku. Tapi aku tidak perduli waktu itu. Yang aku inginkan hanyalah menuangkan ide ku. Lalu, ketika UN datang, jelas aku tidak mendapat nilai terbaik versi ku. Sebenarnya aku yakin aku bisa lebih dari itu, namun entah kenapa saat ujian aku tidak terlalu bisa mengerjakan ujian itu. Dan pada saat itu aku sadar. Ada sesuatu yang harus aku ubah.

Sesaat masa SD berlalu, aku beranjak ke SMP. Aku tidak bersekolah di SMP Negeri seperti yang ayah dan ibu ku inginkan. Aku ingin sesuatu yang baru. Aku ingin bebas. Aku ingin berkehendak atas kemauan ku sendiri tanpa ada yang bisa mengaturku. Aku ingin berubah menjadi orang yang lebih bebas. Maka dari itu, aku memilih untuk bersekolah di boarding school. Orang-orang menyebutnya sebagai pesantren moderen. Memang ada dua jenis pesantren yang ku tahu. Ada pesantren salafi, yang mengajarkan lebih banyak pelajaran agama dibanding pelajaran umum. Dan ada pesantren moderen yang mengutamakan pelajaran umum dan dibarengi dengan pelajaran agama. Sebenarnya, kedua orang tua ku terkejut atas pilihanku yang memilih pesantren dibanding sekolah negeri dan mengira bahwa pilihan ku adalah akibat dari pengaruh teman-teman ku yang rata-rata memilih pesantren juga. Namun tidak begitu. Aku memlilih pesantren hanya karena aku ingin bebas dan berkehendak atas diri ku sendiri. Tapi nyatanya aku salah. Ketika awal SMP aku masih mempunyai tekat untuk bebas. Namun, setelah beberapa bulan disana, aku baru bisa menerima kenyataan bahwa aku tidak bisa bebas dan wajib mengikuti semua jadwal kegiatan di pesanten itu yang ketat dan teratur. Memang awalnya tidak terbiasa akan hal itu, tapi lambat laun aku terbiasa dan menikmati itu semua. Aku berubah dari orang yang ingin mendapatkan kebebasan menjadi orang yang paling taat peraturan. Sampai-sampai aku pernah dinobatkan sebagai santri paling disiplin dalam semester pertama aku bersekolah disana. Tentu ayah dan ibuku bangga akan hal itu. Aku juga bangga bisa membuat mereka bangga.

Ketika masuk kelas 8 SMP, aku ingin lebih “bersinar”. Aku haus akan pengakuan, rasa menang dari yang lain, dan rasa mendominasi. Aku menjadi ambisius dalam pelajaran, berorganisasi, dan yang lainnya. Dan pada akhirnya, seperti yang kita ketahui, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Sesaat aku mendapatkan peringkat 3 besar di kelas, aku mulai mendapat perlakuan tidak baik dari teman-teman ku. Mereka seakan tidak suka dengan pencapaian ku. Mereka menganggap aku penjilat ke guru, aku sok tahu, dan sok bisa dalam segala hal. Dulu aku memang seperti itu. Terlampau berlebihan. Hingga klimaksnya, aku difitnah. aku difinah telah melakukan masturbasi di ranjangku saat malam hari karena ditemukan sesuatu seperti mani diatas kasurku. Reaksi ku seperti “ayolah, itu bisa jeli atau semacamnya”. Namun mereka yang terlanjur membenciku tetap memaki. Memanggilku mesum yang tak bisa mengontrol hawa nafsuku. Aku tidak menyukai perlakuan mereka namun aku tidak melakukan perlawanan sedikit pun sehingga mereka berspekulasi bahwa aku lemah. Aku seperti mangsa yang mudah diserang dari segala arah. Makin lama ku biarkan mereka, semakin jadi perlakuan merea terhadap ku. Hingga akhirnya peristiwa yang membuat ku trauma terjadi.

Ketika aku bersiap untuk sholat ashar di masjid kala itu, seorang teman datang menghampiri ku. Aku didorong dengan mudah dari belakang olehnya, secara badannya lebih besar dari ku. Terus didorong hingga pojok kamar. Saat itu aku hanya berdua dengannya sehingga aku tidak bisa meminta tolong pada siapapun. Aku dimaki habis-habisan oleh nya. Disebut “pengocok” dan sebutan lainnya. Aku tidak tahan. Dan seperti bendungan overload yang retak karena terlalu banyak air yang ditampungnya, perlahan-lahan aku pun retak dan mulai tak bisa mengendalikan emosi. Dia memaki lagi dan lagi sampai-sampai membawa nama ayah ku. Dan aku pun “meledak”. Aku tarik bajunya, aku seret dia ke dalam kamar mandi, dan aku pukuli dia. Berkali-kali sampai aku puas. Rasanya aku tak ingin berhenti sampai dia meminta maaf pada ku. dan ujung-ujungnya dia tetap tidak mau meminta maaf. Aku pun berhenti memukulnya. Dia terjatuh dikamar mandi dengan bibir yang berdarah.

Setelah kejadian itu. Tepatnya esok harinya, aku didatangi olehnya. Bedanya dia bawa kawannya yang murka atas perlakuan ku kemarin. Dan tebak apa yang mereka lakukan? Tanpa basa-basi mereka melakukan hal yang sama pada ku kemarin. Memojokan ku, memaki ku, dan mengeroyok ku. pada akhir cerita dia di DO dari sekolah ku dan aku menjadi lebih terkenal. Bukan karena prestasiku namun karena aku telah mengeluarkan satu santri dari pesantren itu.

Setelah lulus dari boarding school itu, aku kembali memutuskan untuk memilih hal yang berbeda. Toh hidup hidup cuma sekali. Aku memilih untuk bersekolah di SMA Negeri. Yang tidak aku sadari, budaya di sekolah negeri berbeda dan lebih beragam dari apa yang sudah aku jalani. mulai dari lebih banyak anak yang ambis dari ku semenjak SMP, anak yang ‘bodo amat yang penting sekolah’, anak jendral yang bersifat diktator, dan berbagai macam budaya dan sifat lainya. Tapi sebelum itu, aku bercerita dahulu soal bagaimana dunia saat itu.

Aku lulus dari SMP saat dunia sedang dilanda wabah. Mengharuskan aku tetap bersekolah namun secara virtual. Hal itu mempengaruhi banyak hal. Mulai dari tidak bersemangat dalam bersekolah, merasa terkurung dalam rumah, ditambah perasaan khawatir aku terhadap kedua orang tua ku. secara mereka berdua menjadi nakes yang berhadapan langsung dengan virus itu. Pada intinya, aku terlalu banyak menghabiskan masa SMA ku dengan penyesalan, ketidak seriusan, dan kekhawatiran. Dan itu yang menyebabkan aku menjadi orang yang tidak kompeten saat itu. Pada akhirnya aku dinyatakan tidak lolos perguruan tinggi negeri yang aku harapkan. Memang aku telah bekerja keras. Namu karena ketidak seriusan ku dalam memenuhi kewajiban ku, aku tertinggal. Sebenarnya ada faktor lain yang aku percaya adalah peyebabkan aku tidak lolos perguruan tinggi negeri manapun. Semenjak aku merasa tertekan dalam kehidupan SMA ku, aku mulai menunjukan perilaku paling negatif dalam hidup ku. aku mulai mengenal rokok, tidak mempunyai semangat hidup, dan yang paling aku sesali adalah aku mulai tidak mempertanyakan keberadaan tuhan. Seakan semua yang aku pelajari semasa aku dipesantren hilang. Aku merasa depresi dan terlalu khawatir akan masa depan. Aku mulai meninggalkan waktu ibadah, lebih memilih rokok dibanding tugas, dan tidak mendengarka apa yang disampaikan orangtua. Singkatnya aku membangkang. Sulit untuk mengingat kembali apa yang aku rasakan saat itu. Namun, untuk kedua kalinya aku merasa aku jatuh terlalu jauh. Titik balik dimana aku sadar adalah ketika ibuku menemukan rokok ku ketika aku tertidur di pagi hari. Aku baru tahu juga saat itu, betapa dia membenci rokok. Karena itu yang menyebabkan hidup ibuku sengsara karena kakek ku sakit karena itu dan dia berusaha melawan rokok dengan semboyan kesehatan miliknya. Dan bayangkan betapa sedihnya dia mengetahui bahwa justru anak nya sendiri telah terikat dengan rokok. Ibuku menangis di depan ku dan mengatakan bahwa dia tidak akan ridha atas apapun pilihan ku kalau aku tetap merokok. Dan itu terbukti. Dengan betapa susahnya aku mencari perguruan tinggi negeri. Ditolak oleh semua PTN yang aku daftar padahal nilai SNBT ku mencapai 25% teratas.

Pada intinya aku sadar aku telah melakukan hal bodoh. Dan dari semua hal yang telah aku jalani dikehidupan ku, aku bisa mengambil banyak sekali pelajaran. Banyak yang aku sesali dan banyak yang aku syukuri. Bagaimana pun hidup tetap berjalan sebagaimana mestinya. Yang bisa kita lakukan adalah terus melangkah maju dan jadikan apa yang sudah terjadi menjadi pelajaran. Terus merefleksi diri dan mengevaluasi atas apa yang kita lakukan dimasa lalu dan tetap memberikan yang terbaik versi kita.

Kita adalah manusa, wajar bila tak sempurna. Sekarang aku hanya ingin menjadi lebih baik. Untuk mencapai kebahagiaan jangka panjang yang aku impikan, dan bisa membaginya ke orang-orang disekitar ku. terimakasih

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Nofitrian Shelly – Get to Know Your Self

Nama saya Nofitrian Shelly, biasa dipanggil Shelly. Saya lahir di Tangerang pada tanggal 7 November 2005. Orang tua saya berasal dari Kalimantan. Saya hidup di keluarga yang sederhana tapi bisa dibilang berkecukupan karena bisa memenuhi kebutuhan keluarga kami dan membiayai saya serta kakak-kakak saya yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Saya anak terakhir dari 6 bersaudara. Ayah saya seorang wiraswasta, ia memiliki 3 bengkel knalpot, satu di Kalimantan dan dua di Jakarta. Salah satunya yang di Jakarta di pegang oleh kakak laki-laki saya. Singkatnya kakak laki-laki saya sempat lalai sehingga bengkel yang ia pegang harus di jual. Ibu saya adalah seorang rumah tangga. Ia selalu mendidik dan bertanggung jawab besar dalam mengurus anak-anak di rumah. Di tahun 2019, Ayah saya pensiun karena sudah menginjak umur pensiun. Sehingga, bengkel tersebut kembali dipercayakan kepada kakak laki-laki saya lagi. Berbeda dengan sebelumnya, kakak saya kali ini berhasil, dibantu dengan istrinya yang memberikan usul untuk mempromosikan bengkel saya lewat sosial media.

Saat ini pada tahun 2023, saya menduduki bangku perguruan tinggi Universitas Bina Nusantara jurusan Arsitektur. Sedangkan, kakak-kakak yang lain sudah bekerja. Saya bisa pergi kuliah karena bantuan dari kakak-kakak saya yang membantu saya dengan membiayai pendidikan saya.

Saya merasa bersyukur terlahir di keluarga saya saat ini. Dengan rasa perhatian dan rasa sayang yang diberikan mereka membuat saya menjadi pribadi yang memiliki prinsip bahwa Tuhan dan keluarga adalah hal yang paling utama yang saya butuhkan dalam dunia ini. Ayah saya selalu berkata bahwa apa yang saya lakukan bukan hanya membuat orang lain menilai diri saya sendiri tetapi juga akan menilai keluarga saya.

Maka dari itu saya selalu berusaha agar terus berhasil dalam apa yang saya lakukan. Berkat mereka, saya terus menargetkan diri saya untuk bisa menyalurkan hal-hal positif untuk orang-orang sekitar saya dan kelak bisa membangun keluarga kecil saya sendiri yang nantinya juga diisi oleh rasa syukur, perhatian, dan kasih sayang.

Sedari kecil saya ingin menjadi seorang ibu yang baik. Tujuan hidup saya adalah menjadi seorang ibu yang baik untuk anak saya dan memastikan kelak saya bisa bertanggung jawab penuh atas peran tersebut. Saya ingin menikah dan memiliki keluarga yang utuh dan memiliki beberapa hewan peliharaan. Tidak harus menjadi keluarga kaya, yang penting berkecukupan.

Saya ingin menghabiskan waktu bersama keluarga kecil saya di rumah kami nantinya sembari rutin mengunjungi rumah orang tua saya dan suami saya kelak. Saya ingin menjadi ibu sekaligus istri yang berhasil dalam mendidik anak dan menjadi pendengar yang baik. Tentu saja untuk menjadi seperti itu saya perlu memiliki latar pendidikan yang baik, rasa emosional yang stabil dan mental yang siap. Sering kali saya juga berpikir untuk menjadi seorang arsitek yang memiliki penghasilan dalam nominal besar untuk menggantikan biaya pendidikan kuliah saya tapi hati saya merasa asal saya bisa berguna bagi banyak orang dan berkecukupan saja sudah cukup. Mungkin saya bisa menggantikan biaya pendidikan saya kepada orang tua saya dalam jumlah yang tidak terlalu besar tapi konsisten, tidak harus dalam bentuk uang juga tapi bisa dengan memberikan apa yang mereka inginkan. Saya akan berusaha secara maksimal menjadi yang terbaik.

Secara umum saya selalu ingin menceritakan apa hal buruk yang pernah saya lakukan di masa lalu, bahwa saya bukan orang yang bisa dianggap baik, mungkin self-branding itu baik tapi menurut saya jika sudah sekelas pasangan yang notabenenya salah satu orang terdekat, saya akan selalu menceritakan betapa banyak keburukan yang saya lalukan di masa lalu, saya akan menceritakan secara detail dan menyeluruh karena tidak ingin seorang yang saya sayangi berharap pada diri saya bahwa saya adalah orang yang baik, mungkin sewaktu-waktu saya bisa menyakiti mereka secara sadar maupun tidak sadar.

Kalau secara signifikan saya rasa saya akan selalu menceritakan tentang sahabat saya, masa pertemanan sewaktu dulu ketika saya dalam titik puncak keakraban dengan orang-orang yang saya anggap sahabat, saya akan menceritakan ketika saya bisa menghabiskan waktu pagi ke siang untuk bersekolah dan sore ke pagi untuk bermain bersama teman. Ya, betul, sore ke pagi. Saya selalu menghabiskan waktu tersebut untuk bercakap lewat grup chat, keluar, bermain bersama sahabat- sahabat saya pada masa itu, bahkan tidak jarang saya melakukan panggilan vidio bersama mereka sampai pagi, terkadang kami juga bisa tertidur dengan sendirinya. Saya menghabiskan waktu tidur saya di sekolah dan sepulang sekolah. Mungkin itu adalah masa jam tidur saya yang paling berantakan selama setahun, tapi saya menikmatinya.

Saya memiliki beberapa momen kecil dan besar yang sangat melekat pada diri saya. Momen kecil yang melekat pada diri saya adalah ketika saya bermain bersama anak anjing di sebuah pantai di Kalimantan karena itu adalah pertama kali saya bermain langsung dengan hewan di suatu area yang sangat luas dan bebas, usia saya saat itu masih sekitar 4 tahun. Awalnya saya merasa senang karena bermain kejar-kejaran bersama anjing tersebut tetapi tidak lama dia menjilat telinga saya, saya mulai takut, ternyata saya diberitahu bahwa itu adalah cara anjing bermain dan menyayangi. Saya pikir saya hanya menikmati momen bermain bersama anjing, ternyata saya juga menikmati perasaan yang diberikan oleh suasana pantai yang sangat sepi pada momen itu.

Sedangkan momen besar yang melekat pada diri saya adalah ketika hari ulang tahun saya selalu dirayakan, padahal saya selalu berpikir bahwa hari ulang tahun sama saja seperti hari biasa, tidak ada yg istimewa. Walaupun, tahun demi tahun sosok yang merayakan tidak selalu sama tetapi saya menikmati setiap orang baru yang hadir dalam setiap tahun dalam hidup saya dan membuat saya berpikir bahwa ulang tahun saya menjadi penting bagi mereka yang merayakan saya.

Saya tidak mudah menganggap seseorang sebagai teman tapi saya merasa banyak orang yang saya temui selalu bisa membuat saya merasa menjadi seseorang yang mereka anggap teman dan membuat saya merasa bahwa pertemanan tidak harus selalu sesuai dengan apa yang saya idealkan.

Saya juga memiliki hal buruk dalam hidup saya. Saya takut pada ular. Mungkin ini bukanlah kesedihan seperti yang orang-orang pikirkan tapi menurut saya ini adalah trauma dalam hidup saya. Awalnya saya tidak takut dengan ular bahkan saya berani berfoto dengannya tetapi saat saya masih di taman kanak-kanak saya pernah pergi ke ragunan. Saat itu ada satu tempat pameran ular di suatu ruangan yang berbentuk kotak. Saya pergi ke ruangan itu sendiri tanpa orang tua, orang tua saya menunggu di luar ruangan.

Awalnya saya melihat ular-ular yang kecil dan masih merasa biasa saja, sampai saya melihat setiap kanan kiri saya penuh dengan ular, orang-orang yang memegang ular, box yang penuh dengan ular. Saya tidak tau mengapa tapi perasaan gelisah mulai muncul saat melihat betapa banyak kerumunan ular di dalam ruangan tersebut. Sampai akhirnya saya lari dengan gemetar dan tepat didepan saya, saya melihat sebuah ular yang sangat besar berwarna hitam, ular tersebut sedang melingkar dan rasanya saya sangat amat merinding hebat. Saya tidak tau kenapa rasa takut tersebut muncul secara tiba-tiba. Akhirnya saya menangis. Orang tua dari pun muncul dari luar ruangan mendengar tangisan saya.

Sejak saat itu, rasanya saya seperti bertemu dengan raja ular dan saya sangat membenci ular. Saya bahkan tidak berani melihat foto ular atau memakan daging ular yang memang sudah digoreng dan mati. Tidak jarang tiba-tiba ada vidio ular yang muncul di halaman beranda sosial media saya dan saya langsung melempar hp saya karena rasanya sangat menjijikan melihat ular bahkan terkadang saya bisa menangis melihatnya. Saya takut orang-orang menjadikan ini sebagai kelemahan saya. Saya juga memiliki hal yang saya suka, hal yang saya sukai adalah ketika melihat pemandangan dan bangunan-bangunan yang nyaman. Saya suka melihat gambar-gambar arsitektur, menurut saya ini adalah hal yang menenangkan. Saya suka ketika saya mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Saya menikmati hal tersebut. Tugas ini dapat membuat saya bisa terfokus pada satu hal dan waktu yang saya habiskan sendiri hanya dengan diri saya. Berbeda dengan kebanyakan orang yang suka dengan desain megah atau semacamnya, saya lebih suka melihat desain arsitek yang minimalis karena menurut saya desain minimalis tampak lebih nyaman dan tenang untuk dilihat.

Ketika saya mengerjakan tugas saya senang memutar lagu Adele – Love in the Dark, dari pandangan saya lagu ini menceritakan tentang seorang wanita yang mencintai seorang pria tapi merasa dirinya tidak pantas untuk didekati atau dicintai karena pria ini adalah seseorang yang dia anggap sempurna dan memberikan segala hal yang wanita tidak bisa hidup tanpanya, akhirnya wanita ini memilih untuk berpisah karena merasa dirinya tidak bisa memberikan timbal balik terhadap pasangannya dan memberi tau bahwa dirinya memang tidak sebaik yang pria ini pikirkan. Dengan nada lagu yang diberikan membuat lagi ini easy listening untuk saya dan nyaman untuk di dengar.

Awalnya saya sangat bimbang dalam memilih jurusan karena saya merasa saya tidak memiliki bakat apa-apa, saya bisa dibilang baik dalam bidang akademis tapi saya tidak tertarik masuk ke dalam jurusan yang penuh dengan hitungan. Sampai akhirnya saya bertemu dengan kakak gereja saya dan istrinya yang sama-sama desain interior. Saya mulai mencari tahu apa itu desain interior dan saya mulai tertarik dengan hal tersebut.

Memang sebelumnya halaman pencarian dalam Instagram saya penuh dengan desain-desain rumah tapi saya tidak pernah terpikir untuk masuk jurusan tersebut karena saya pikir menentukan jurusan adalah dari bakat. Lalu, saya berkata pada kakak saya bahwa saya ingin mengambil jurusan interior design. Kakak saya mengusulkan ambil arsitektur saja. Akhirnya saya mencari tentang jurusan Arsitektur dan ternyata saya tertarik juga karena arsitektur juga masih dalam lingkup yang sama dengan desain interior dan lebih luas.

Awalnya saya takut, karena saya pikir Arsitek jarang dihargai jasanya oleh masyarakat Indonesia, saya takut prospek kerjanya tidak menjanjikan. Tetapi, banyak sekali orang-orang yang mendukung saya mengambil keputusan tersebut karena satu dan banyak hal lainnya. Saya kembali terpikir bahwa hanya jurusan inilah yang ingin saya ambil, saya tidak tertarik dengan jurusan lainnya. Saya melihat di artikel ternyata arsitek juga bisa membantu membuat lingkungan menjadi lebih baik dengan membuat bangunan yang ramah lingkungan. Saya juga mengambil tes minat bakat, Arsitektur dan Desain Interior muncul paling atas pada hasil test tersebut. Akhirnya, saya dengan mantap mengambil jurusan Arsitektur.

Saya ingin memiliki suatu pekerjaan yang berguna bagi orang lain. Saya ingin menjadi seorang arsitek yang selalu memikirkan ulang apakah yang saya hasilkan berdampak baik bagi orang lain maupun lingkungan, saya ingin memiliki suatu karya yang dapat memiliki dampak baik bagi sekeliling saya baik secara besar maupun kecil. Melalui karya saya nantinya saya ingin membantu setiap orang- orang yang membutuhkan, saya ingin melahirkan banyak lapangan pekerjaan bagi orang lain. Saya ingin menciptakan rumah yang ramah lingkungan dan memperbanyak hal tersebut. Singkatnya, tujuan utama saya adalah menjadi arsitek yang menjadi teman bagi setiap klien saya sehingga saya dapat memahami dan memberikan secara maksimal apa yang mereka butuhkan.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Husna Cahya Imania – Get to Know Your Self

Saya Husna Cahya Imania, salah satu mahasiswa Binus University program Architecture. Saya baru saja memulai kehidupan kuliah saya tahun ini, setelah melewatkan banyak momen selama beberapa perjuangan saya masuk perguruan tinggi negeri impianku. Mungkin orang bisa mengira aku gagal di medan perang jika melihat dimana aku berkuliah sekarang. Bahkan banyak teman dekatku bertanya tahun belakangan ini. Momen besar yang melekat pada diri saya yang tidak lama terjadi adalah tanya atas pilihanku. Kenapa aku merelakan program studi impianku begitu saja dan memilih berkuliah di program studi cadangan ku? Kenapa aku merelakan kampus top yang sudah berbulan2 aku kejar ketika yang lain berlibur. Kenapa memilih kampus yang sejak tahun sebelumnya sudah menerima hasil tes ku. Hari itu ketika ptn ke 3 menerimaku, sungguh tak ku duga, aku menangis menghampiri ibu turun dari mobil sepulang sekolah. Tetapi ketika malam tiba dan aku bersiap untuk tidur di sebelah ibuku, ia membicarakan pendapatnya kepadaku sebelum aku menentukan pilihanku.

Akhirnya aku pun merelakan prodi tersebut dibalik kata “ aku pilih disini aja”. Berat awalnya tapi aku yakin aku akan terbiasa dengan situasi ini, aku akan mengikhlaskannya seiring waktu. Karena menurutku pandangan ibu sebagai orang tua lah yang terpenting selama aku masih menjadi tanggungannya. Aku telah banyak sekali mengecewakannya, dan aku berusaha untuk meraih kepercayaannya kembali dan tidak berbuat hal yang tidak menyenangkan hatinya lagi. Aku yakin Ibu tau prioritas dan keadaan keluarga ku.

Aku ingin sekali menceritakan hal ini kepada teman maupun pasanganku (jika ada). Aku ingin menceritakan kepada mereka. Karakterku yang pendiam tapi suka membuka obrolan, Kepribadianku yang kadang perasa tapi kadang juga tidak peduli, tubuhku yang sensitif namun tidak selalu, yang alergi namun tidak menentu. Aku ingin orang terdekat ku tau tentang ku yang sebenarnya. Aku ingin saling memahami dengan teman maupun pasangan. Aku ingin menjalani hidup dengan nyaman bersama orang disekitarku yang merasakan hal yang sama. Lagu favoritku dinyanyikan oleh salah satu penyanyi terbaik di Indonesia, Tulus. Aku paling suka saat ia menyanyikan lagu yang berjudul monokrom dan gajah. Aku pertama kali menontonnya saat sd di sebuah festival yang disponsori kantor ayahku. Disaat itu pula aku jatuh hati pada karya karya nya. Makna yang mendalam dari lagu itu membuat liriknya berputar di pikiranku. Lagu berjudul gajah mengajarkan kepada pendengarnya untuk menerima diri sendiri dan belajar mencintai diri apa adanya. Di lain sisi, lagu monokrom bercerita tentang seseorang yang sedang mengenang kasih sayang yang ia dapat di masa kecilnya dan bersyukur karena telah tumbuh bersama orang-orang yang tulus menyayanginya serta hebat.

Aku masih akan bertahan hidup agar bisa merasakan kepuasan ku terhadap diri sendiri. Dari segi pengalaman, finansial, pengetahuan, kemampuan, keluarga, kasih sayang terhadap diri sendiri dan orang disekitar dan ibadah yang tiada henti.

Ayah ibu saya mendedikasi most of the time of their lives for me, so i’ll promise to do the same thing in the future. Selain membuat mereka bangga atas keberhasilanku dalam dunia pendidikan, aku ingin menemani mereka. Aku ingin menjaga dan merawat mereka di masa tuanya. Sebisa mungkin aku bekerja dari rumah sebagai sarjana arsitektur dari binus university sambil memperdulikan mereka. Cukup lama mereka jauh dari ku selama aku bersekolah, sudah banyak sekali yang dikeluarkan oleh mereka untuk sekedar menengok keadaan anak anak nya yang tinggal di kota yang berbeda dengan mereka walau hanya satu hari di akhir pekan mengobrol santai di bawah atap yang sama. Aku lahir di London, United Kingdom (ketika musim salju jam 2 pagi). Aku terlahir dari sepasang kekasih yang kedua nya pure keturunan Indonesia, tidak heran jika ada yang tidak percaya kota kelahiran ku tapi tidak apa apa. Aku melihat bumi untuk pertama kalinya sebagai seorang adik dari 2 kakak perempuan sebelum muncullah kembali seorang bayi perempuan 18 bulan setelah ibu melahirkanku. Aku anak nomor 3 dari 4 anak. Sangat fleksibel, aku bisa jadi kakak maupun adik.

Posisiku sebagai anak tengah membuatku mau tidak mau harus menyayangi kakak tapi juga merawat adik, aku berada diantara keduanya. Aku bersekolah di sd dan smp swasta, dilanjut ke sma negeri di daerah jakarta pusat dan sekarang sedang berada di ruang kelas di gedung syahdan BINUS UNIVERSITY. Tentu aku memiliki trauma dan kesedihan yang terjadi dalam hidupku dan masih melekat di pikiranku Pernah, wajar jika orang punya hal sedih dalam dirinya. Trauma yang mengganggu tidur nyenyak dan sangat ditakuti bila itu sampai terjadi lagi. Ada juga berita duka dari keluarga ku. Kakek dari keluarga ayahku, Kakek dari keluarga ibuku, om ku, Teman satu organisasi yang dekat denganku di sma. Kegagalan dan keterpurukan yang telah kulalui tahun ini.

Saya memiliki hasrat untuk merancang bangunan yang tidak hanya estetis, tetapi juga memecahkan berbagai masalah dalam lingkungan sekitar. Melalui studi di bidang arsitektur, saya akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir analitis serta memperluas kemampuan seni yang saya miliki.

Saya ingin mempelajari tempat dan lingkungan dengan lebih mendalam, serta belajar tentang karakter manusia untuk menciptakan bangunan yang sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan mereka. Saya juga ingin membangun komunikasi intrapersonal yang baik dengan klien untuk memahami kebutuhan mereka. Saya ingin mempelajari tempat dan lingkungan dengan lebih mendalam, serta belajar tentang karakter manusia untuk menciptakan bangunan yang sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan mereka.

Mungkin pengetahuan dan kemampuan saya masih bisa dibilang kurang untuk membuktikan bahwa saya sangat enjoy menjalani studi di program studi arsitektur. Namun saya sudah disini, didukung penuh oleh kedua orang tua. Maka itu saya bisa bertekad untuk melanjutkan studi yang tiada batasnya ini dan bisa keliling dunia sebagai seorang arsitek. Saya harap kedepannya saya bisa mendesain dan membangun bangunan yang sesuai dengan kebutuhan tidak hanya klien tetapi juga saya sendiri, yang nyaman dan cocok bagi orang sekitar saya. Saya ingin menjadi arsitek yang mendukung keberlanjutan lingkungan. Saya ingin memastikan bahwa setiap karya desain yang sayabuat tidak hanya indah, tetapi juga tidak merugikan lingkungan.

Kategori
Teaching Tugas 2 - Reflection

 Jasmine Kirana – Reflection

An Essay On Virtue

According to my experience in college, having a virtue is one of the key components to reaching your goals, it is a tool that helps you to have a grasp on what should be done and should not be done, nous is an element that requires you to have a principled way of thinking, a structured and specifically designed thought process, usually in order to bear this knowledge one must be self disciplined and strong willed. having a virtue means bearing an intellectual and apprehensive thoughts, and in my experience so far my intellectual and apprehensive thoughts are very much dependent on my way of prioritizing what I want more than what I need, Nous is a concept that maps out a way of thinking and that applies to how I map out my way through college, and all four of nous’s elements plays hand in hand to deliver a thought process that is rational to my wants and needs, those four elements includes episteme which represents science, techne which represents art, Sophia which represents wisdom and phronesis which represents prudence, all those four virtues have equal parts on someone’s intellectual and apprehensive thinking.

 Let’s us start with episteme which in its own represents science, that means a way of thinking that is purely based on scientific comprehension, a way of thinking that is not filtered through ideologies and opinions, in some cases this knowledge is considered a realistic way of thinking and conducting a thought, I can see how this is one of the key virtues that someone who is in college would need, but so far with my journey in college, episteme is not an element that plays a significant role in my way of thinking, that is because what i study is mostly ideology based, even though architecture is a part of STEM,  architecture on its own is a field that requires more opinion and individual creative thoughts rather than technological and scientific way of thinking, of course there is no doubt on how architecture is scientific and technological, but science is what made architecture not the other way around, so i think of it like a vessel that delivers the main ideas and goals of architects, it is something that works hand in hand with creativity so in hindsight is a vital but insignificant component.

Now lets move on to phronesis, i think this knowledge is a very critical component for making your way through college, to be adept in this knowledge one must have a good critical thinking and good judgment, what i think of Phronesis is that it is the base of having an organized and mapped out way of living, mastering phronesis means you know how to prioritize your goals, having to differentiate between your wants and needs, but most importantly making good, rational decisions, in college it is all about good decision making, in some instances i sometimes catch myself prioritizing my wants rather than my needs, which happens to a lot of individual, that type of decision making will lead to consequences that will later follow in time, those consequences may vary, it could be a minor inconvenience or a long term consequence that may change the course of your college study, for example, procrastination is one of the few things that came into mind when i think of phronesis, it is one of most common form of  destructive habit that a lot of college student faces, though it seems menial and insignificant, it is now about the its significance that is the problem, it is how frequent that destructive habit occurs and reoccurs, so in hindsight phronesis is a knowledge that holds so much significance whether it is to students, workers or just a regular everyday basic knowledge.

 Let us move to techne, techne is an element that contrasts with episteme, where as episteme means unfiltered science in its pure form techne opposes that, techne is a creative, ideology based way of thinking, it is the embodiment of “art’’, mastering this knowledge means one must be skilled in a certain field, usually it is a field that requires creativity, and in architecture techne is definitely an element that dominates more than the others, being in the architecture field means you must bare a fine taste and knowledge for craftsmen ship, but it’s not just knowing about what is good art and bad art, it should also be about the ability to skillfully craft one, because unlike episteme that is all about intellectual comprehensive skill and understanding something to a scientific degree, techne is all about creating and innovation, which is very in character with architecture, so i do feel techne represents a major portion of my nous mapping, for example when i have to come up with a design for a house lets say, i cannot just design a house that is there just to be a house, while it’s main purpose is to be a shelter, every aspects of the design must have a reason behind it, every line and curve, every color and every texture, that is why being adept at the techne knowledge is one of my goals while i am still in college, i can see how it will benefit me in the future and how i will be relying and using techne as a compass for architecture,

Now let us move to the last element, which will be sophia, sophia embodies both nous’s elements and episteme’s chractheristics, Nous involves a rational or intuitive grasp of necessary first principles, an intuitive first thought procces while  Episteme involves a grasp of truths that can be delivered within the scope of scientific reasoning, that means sophia inherits both nous’ principled intuitive way of thinking and episteme scientific grasp on way of thinking qualities,  but in my experience in college this knowledge is less prominent than the others, due to techne and nous having a bigger grasp on my thought process and also because sophia in its own sense is a submissive element that is usually only presents it self when the other element are dormant, at least for my experience that is, though sophia seems less significant, sophia holds the key to someone’s wisdom, therefore being adept in this knowledge will give oneself a benefit of seeing things from the perspective of a mature mind.

Kategori
blog

01 januari 2024 Cakrawala Baru yang Terberkati


Untuk banyak orang perjalanan hidup itu berjalan begitu saja, ada juga yang berjalan penuh pemaknaan. Untuk saya perjalanan hidup ini adalah perjalanan keseharian yang saya syukuri karena kehadiran orang yang saya cintai, Laurensia, anak-anak kami, keluarga besar, tim studio RAW DOT Omah yang sudah seperti keluarga saya sendiri, juga terutama almarhum ayah saya yang saya selalu rindukan.
.
Tahun ini adalah tahun yang tidak mudah untuk kami semua yang masih mengukir proses berkarya yang penuh tanda tanya dari mempertanyakan batas, seberapa jauh menempa diri, seberapa jauh melayani, seberapa jauh mau terus belajar. Anak2 studio RAW dan DOT pun muncul dengan keceriaannya, mulai dari karakter yang berbeda – beda dari tim yang berbeda – beda, dari tim cinta sampai tim lapangan yang solid, cinta, keras, lembut, dan air mata berbagai macam rupa pada arsitektur digelorakan setiap hari membentuk ekosistem Guha.
.
Banyak anak2 di Omah Library memberikan hatinya untuk membantu saya terutama dalam memberikan refleksi tulisan, verbal, diskusi. Arlyn, Hanifah, Ime, Lulu menuliskan di dalam salah satu manuskrip buku badut yang sedang dipersiapkan yang membuat saya menyadari bahwa mereka sedemikian penting untuk pertumbuhan kita semua.
.
“Bagi kami proses perjalanan … bagaikan badut yang mengendarai sepeda roda satu di tengah-tengah sirkus. Sepeda itu harus dikayuh dengan segala ketenangan dan keseimbangan untuk melalui segala rintangan tanpa gagal, dan tampil profesional di hadapan para penonton yang datang mencari hiburan….Proses pelatihan diri yang panjang, jatuh bangun, dan tumpah darah seorang badut di belakang layar, seakan tertutup dengan segala tarian dan pertunjukannya di depan layar. Senyum dan ketenangan diri …seakan menutup rapat seluruh kesulitan, kesedihan, dan keluh kesahnya.”
.
Satu saat di Cileunyi, di satu pojok studio seni murni, Yanas satu seniman yang saya kenal menyebut dialog ini Cakrawala yang Terberkati. Proses itu muncul dari niat baik semesta melalui perantara manusia – manusia yang saling memberkati satu dengan yang lain.
.
Selamat datang cakrawala terberkati 2024 dan puji syukur 2023.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Nissa Qonita Saidong – Get to Know Your Self

My name is Nissa. i was born in Jakarta, May 31st, 2005. I’m the second eldest sister from my 3 brothers. I’ve life 18 years of my life with my parent’s. My dad’s a contractor and my mom is a housewife. I am a mother of two cats. My first cat is a black cat idk what breed that thing is but that thing is still my baby. His name is Blanco. I misgendered him for a her for the next 2 weeks living with him. He was given to me from my aunt and oh my god he was soo beat up when he came to my house. HE WAS BALD. But eh he still a cutie to my eyes. Laughed soo hard when he was cleaning his bald ass and making fart sounds from all that sucking. Hes a very loving cat even when he looks soo beat up. He loves to roll around for attention sometimes. And other times he will do a 180 and run away when you try to pet him. Thankfully from all the love and care he turned to be a very fluffy boy. But he smells like piss sometimes. Like he doesnt even sand off his shit, he just leaves it open for the world to see. He’s also not a big fan with eating wet food. He likes his food DRY AND PEBBLES.

Unlike my other sweet child Greg. The name greg doesnt really have a special meaning its just the word grey with the y changed to a g and i also didnt intentionally name him cuz of Danny Gonzalez. Greg is a combination from breeding a British short hair female and an orange male fully cat. I got him when he was just fresh out off his mother’s care. He’s a cute small grey fluffy boy with white mascara on the top sides of his eyes. Such a small piece of furball is mine to care for. He is a very energetic and lovely baby when hes just soo damm tiny. He loves to hangout in my room and play with Blanco and me. He and Blanco just love to sleep in my unsustainable ac 24/7 turned on room. Remember when i miss gendered Blanco yeah so that involves Greg. So when Blanco went to the doctor for a check up the first time i asked the doctor if she can check what gender Blanco was. and she said Blanco was a female. Of course i believed what the doctor said and kept that believe till Blanco turned 7 months old. When i came home after school my mom told me blanco kept getting on top of greg. I didnt think it was weird i thought like blanco was such a girlboss you know. Till i saw the scene myself. He was humping lil ol greg and biting Greg’s neck. I was soo shocked. It was my first time seeing a cat doing the dirty no it was my first time seeing a female cat dominating a male cat. Days later i had my cats checked up it was a different place from the first. And ofcourse i asked the doctor if it was normal for a female to be on top. They said no. I was conflicted so i asked if they could do a gender check for blanco. And the results was he was a male. Shocker. Not only is Blanco Gay he was also A DAMM PEDOPHILE.

The doctors said it was normal for male cats to do the dirty with another male cat it was because when they turn 6 months old its breeding season. They turn to the nearest cat to do the devils tango. I as a good mom woukd support my child for whatever they do BUT NOT THIS i mean im not homophobic or anything BUT I DISAGREE WITH PEDOPHILE. So i urged the doctor to cut his balls out. Sterilize the demons inside him. The sterilizing process was quite risky the doctor said. Some cats didnt make it out alive and some do. It put me in a dilema but i had to go through i know Blanco is strong enough to make it out. he came to my house looking bald n beat up of course a tiny anesthesia could hurt him. The papers were signed and i had to say my goodbyes. The sterilizing wouldn’t take long but the wake up process was. At around 3 pm i got a message from the doctor. The doctor sent me a picture of his cutted out balls. It was just the most random est message I’ve ever gotten. Well besides that weird message from the doctor Blanco was thank fully save n well. He was walking abit wobbly but HES DOING GREAT. Thankfully all the pedophile action is no more Blanco is a better man. Besides being a mother of two cats i do have a couple of hobbies, i like listening to music.

My taste in music can go to vary. If the music sounds good to me i vibe. Ive been mostly listening to kpop mostly girl groups like the World wide hit girl group New Jeans. Catchy lyrics, eye catching styles and the most complicated choreography ive ever witness. Its soo satisfying to watch how they dance. Well of course not just New Jeans that get the hype ive enjoyed other girl group songs. If i had to choose my favorite one its gotta be queencard by (G)-idle. The song is all about every woman is a queen from different bosy shapes, different styles, different jobs, and many more. The song is just soo nice to jam with when im stuck in traffic. Speaking of traffic i mostly go to school by car and oh my god traffic jams. They never ever un jam i dont know what causes them but darn are they annoying. Everytime i gotta wait in line for the contra flow and also i gotta fight for it some wanna just slip infront of me. Like im not stingy or anything i do let one in but they take soo much time that another car infront of it also slips in like ughhh. Thankfully i haven’t been late to class. The key to not be late to Class is leave the house 2 hours early and catch the contra flow and play music so i don’t go road rage. I have other hobbies sucj as playing games. Specifically genshin impact, no its not a hobby its a way of life.

I started playing genshin when the corona virus started. My friend asked me to play with her. I had alot of free time to kill so why not. The game had stunning landscapes it was a breath of fresh air unlike what the real world was currently in. The story was great until i broke the game. So during a story quest there was thing laser shooting part trying to kill the dragon. The character was flying in the air and i accidentally pressed left click and my character started during a plunging attack. So heres the thing about the plunging attack, you will keep plunging till u hit a surface and the scene i was in didnt have a surface so my character kept on plunging. I didnt have any choice but to start over and not to left click during the flying shooting scene.

My other hobby is drawing. I have a passion for drawing mostly on drawing characters. I enjoy designing characters and making theirs traumas to make them interesting. Ive always love seeing my imagination come to life on a sheet of paper. Ive always imagine them moving, you know like cartoons, so i asked my parents if i could be an animator, and of course, they said no. Working in animation was just a red flag in my parent’s eyes. So my parents suggested civil engineering. OH, sweet civil engineering, to my eyes, you are like the crimson flames of hell. It was a straight no from me. Going to civil engineering feels like the asian equivalent of being a doctor in my family. The next suggestion was architecture. It involves a lot of design creativity, and i kinda vibe with that. Well, of course, designing a character is more of my forte, and buildings are a different story when it comes to designing. But when life gives you lemons, you make lemonade. By lemonade, i mean, i just gotta work with it. Its not too far off from both designs like how both wear their own clothes. Clothes for humans consist of cloths while for building they consist of walls of many designs. All i know is that i got to make a building pretty and my jobs done. Construction i hardly even know her. that’s where the civil engineers come in handy. Jokes aside, I will study the ways of architecture in the most legal way possible. The last thing I want is to go behind bars. I don’t know if IAI is gonna save my ass.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Nikisya Abrietta – Get to Know Your Self

Kehidupan mahasiswa yang baru saya jalani selama seminggu lebih ini membuat saya berfikir dan mengulas kembali bagaimana kehidupan saya sebelum menjadi mahasiswa. Ketika kelas 12 kita sudah harus memilih dan memikirkan masa depan apa yang akan di jalani. Dan ketika sudah menjadi mahasiswa dituntut untuk mandiri dan peduli kepada masa depan nya, diruntut untuk bisa mengambil keputusan yang dimana setiap keputusan akan ada hasil dan resiko yang harus ditanggung, dituntut juga untuk bisa berdiri sendiri tanpa mengandalkan orang lain. Ketika saya bertemu orang baru saya tidak sabar untuk menceritakan hal hal yang saya nikmati misalnya film/drama favorit saya ataupun lagu/idola kesukaan saya. Contoh lagu yang merupakan salah satu lagu yang akan saya putat berulang kali adalah back to december dari taylor swift.

Tujuan hidup saya untuk diri saya sendiri adalah untuk bisa menjadi orang yang mandiri, bertanggung jawab dan bisa berdiri sendiri. Tujuan saya untuk orang lain adalah untuk menjadi orang yang berhuna juga bagi oranglain daa membanggakan kedua orangtua. Saya lahir di Jakarta dan sampai sekarang tinggal di jakarta lahir dari keluarga biasa saja. Anak sulung dari 3 bersaudara. Saya memilih jurusan ini karena lumayan tertarik dan merupakan rekomendasi dari orangtua juga. Saya suka melihat bagaimana orang bisa menciptakan design yang begitu indah dan memiliki estetika yang tinggi dan juga tentu saja bisa di realisasikan.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Nicholas Akbar – Get to Know Your Self

Halo perkenalkan nama saya nicholas akbar salah satu mahasiswa bina nusantara. Menurut saya menjadi mahasiswa di jurursan arsitektur memang sulit karena banyak tugas dari dosen untungnya banyak temen saya yang mensuport saya dalam mengerjakan tugas jadi saya. Saya ngerasa bahwa ketika saya menjadi mahasiswa saya lebib suka menghemat dari yang suka beli sesuatu yang saya suka menjadi membeli sesuatu yang saya butuh.saya juga diajarkan dari oleh orang tua bahwa uang yang kamu pakai kalau bisa dihemat dan dipakai untuk sesuatu yang penting daripada seuatu yang ga penting. setelah menjadi mahasiswa saya merasa bahwa sebuah pertemanan samgatlah penting karena di kuliah kita haru banyak koneksi dengan mahasiswa jurursan lain jadi kita ga ketinggalan informasi informasi yang penting.

Saya anak ke 2 dari 2 bersaudara, kaka saya perempuan salah satu mahasiswi universitas gajah mada. Saya lahir di solo tanggal 29 maret 2005, bapa saya kerja dan ibu saya tidak. Saya sebenarnya awal nya ingin nge kos tetapi keluarga tidak mengizinkan, tetapi tidak apa apa karena apapun pilihan orang tua pasti saya ikuti. Bapa itu tipikal orang yang keras tapi perhatian, ibu tipikal orang yang lembut dan suka menolong orang. Saya dari kecil diajarkan oleh bapa saya bahwa “jangan selalu mengandalkan orang lain belajarlah mandiri jadi jika ade kalau sendirian ade bisa ngelakuin apapun yang ade mau”.

Saya berasal dari sekolah alazhar kelapa gading jakarta, walaupun saya lahir disolo tapi saya tinggal dan besar dijakarta. Dulu sebelum orang tua pindah ke jakarta mereka tinggal dikalimantan itu waktu saya belum lahir tetapi ketika saya lahir saya pindah ke jakarta karena mungkin mereka pikir jakarta itu ibukota indonesia jadi akan lebih mudah cari kerja disana. Saya sekolah di alazhar kelapa gading dari saya tk jadi kalau dipikir pikir saya sidah 15 tahun di alazhar kelapa gading.

Kenangan dalam hidupku yang selalu aku ingat yaitu waktu aku bisa pergi bersama temen temanku, keluargaku, dan orang orang yang bisa membuatku bahagia. Teman temanku, keluargaku adalah orang yang bisa membuat diriku senang dan bisa membuatku bahagia walaupun aku sedang bad mood atau mood ku yang sedang berubah ubah. Awalnya dulu aku pernah kepikiran sebelum aku ikut snbt aku mau masuk univ binus karena dulu di sekolahku binus itu dibilang bagus, cuma karena orang tua pengen aku nyoba univ negri dulu akhirnya aku mencobanya dan gagal walaupun aku sudah berusaha keras untuk masuk univ negri. Awalnya aku takut kalau masuk univ mau negri ataupun swasta aku bakal ketemu kaka kelas yang tidak enak, tetapi waktu aku masuk binus ternyata itu tidak sesuai ekspetasiku, ternyata kaka kelas ku pada baik baik dan ramah jadi aku seneng masuk univ bina nusantara. Sebelumnya awalnya aku mau masuk universitas swasta yang lain tetapi bokap sama nyokap maksa masuk binus karena mereka mikir kalau di binus itu univ yang bagus jadi mau ga mau aku masuk binus. Walaupun aku tau binus arsi lebih bagus tapi karena univ itu lebih deket sama rumahku jadi aku masuk binus.

Saya sangat ingin mempunyai temen seperti temen teman sma saya yaitu orang orang yang bisa disebut aga gila dan bisa membuat saya ketawa dimana pun dan kapanpun. Teman teman sma saya tipikal orang yang aga susah ditemukan karena jokes mereka itu sudah melewati batas normal jokes, kayak apa aja bisa dijadikan jokes. Tetapi waktu saya dibinus ternyata banyak anak anak yang bisa diajak jokes speerti teman teman sma ku. Teman temanku dibinus alhamdulillah tidak ada yang pilah pilih jadi aku bisa banyak berteman dengan hampir semua orang karena anak anak binus pada fun, baik hati, dan seru seru semua. Saya sangat berharap bahwa teman teman dibinus bisa bertahan sampe kita semua sukses jadi saya memiliki banyak koneksi dengan yang lain agar saya lebih mengenal dunia.

Salah satu alasan saya masuk di univ bina nusantara adalah karena jurusan arsitektur nya, jurusan itu saya memang sudah tau sebelum saya tau jurusan lain di binus, karena memang arsitektur adalah tujuan saya masuk univ atau memang karena arsitektur memang jurusan yang saya ingin masuk. Salah satu alasan saya masuk jurusan arsitektur adalah karena saya senang melihat gedung gedung besar dan saya bermimpi untuk suatu saat saya bisa mendesain bangunan yang besar jadi saya bisa menunjukan ke keluarga saya bahwa “ituloh bangunan yang saya bangun”. Saya bercita cita untuk menjadi seorang arsitektur yang terkenal dan bisa membanggakan nama keluarga dan nama arsitektur. Jadi awal mula saya ingin pergi ke jurusan arsitektur itu karena waktu saya nanya ke kaka saya “kak jurusan yang bagus apa ya ka” trus kakak ku bilang “kamu sukanya apa” aku langsung glek bingung mau jawab apa soalnya waktu itu aku suka nya futsal, main game, sama gambar random walaupun gambarku jelek. Nah kan kakaku bingung mau jawab apa trus dia bilang “coba aja cari cari dulu kan kamu masih kelas 10 nanti kelas 11 kamu pasti udah tau mau masuk apa” nah dari kelas 10-11 aku belom bisa nemu apa yang aku pengen trus suatu hari aku kayak liat bangunan trus kayak seru tu kalau bisa nge desain bangunan, nah detik itu jiga aku mutusin buat nyari jurusan yang nge desain bangunan. Waktu aku dah nemu jawaban baru aku nanya ke keluarga ku boleh ga kalau aku masuk jurusan arsitektur trus waktu aku dah jelasin alasannya baru di ijinin. Dulu sebelum aku mau masuk arsi aku mau masuk jurusan kedokteran tetapi bapaku bilang kalau jurusan kedokteran itu susah masuknyq dan susah jadi dokternya akhirnya aku putusin ga masuk kedokteran dan akhirnya masuk deh arsitektur.

Saya selalu ingin bisa membantu orang lain dalam
Hal yang saya bisa contohnya ketuka kerja kelompok saya tidak menjadi beban, waktu ikut olahraga saya ingin membuat bangga kampus saya jadi tidak semata mata membuar saya bangga tetapi membuat keluarga dan kampus bahkan kalau bisa membuat indonesia bangga. Membuat orang tua bangga adalah salah satu tujuan saya masuk kampus dan melanjutkan tujuan saya untuk menjadi orang hebat. Orang tua saya adalah idola saya yang ke dua setelah nabi muhammad SAW karena tanpa orang tua saya, saya yakin saya tidak akan bisa mencapai dititik sekarang ini. Saya adalah tipe orang yang kalau saya bisa ngebantu orang pasti saya bantu sebisa mungkin karena ngebantu orang adalah amanah dari nenek dan ibu saya yaitu bantulah orang meskipun kau tau kau ga akan dapet apa apa, dan jangan berharap dia bakal bantu dirimu.

Salah satu lagu favorit saya adalah perfect by ed sheeren karena didalam lagu itu banyak sekali kenangan tentang seseorang yang pernah ada dalam hidupku. Tetapi ga cuma itu doang walaupun lagu itu banyak mengandung tentang kisah cinta tetapi saya berpikir yang lain. Mungkin karena saya lebih suka lagu lagu yang slow ya jadi mungkin saya lebih senang lagu yang mengandung arti cinta. Tetapi ga cuma tentang cinta tetapi musik musik seperti rock itu juga lumayan suka tetapi mostly musik slow itu saya suka.

Salah satu trauma yang pernah alami adalah mungkin tentang cinta ya, mungkin juga itu salah saya karena saya ga maju waktu ada kesempatan jadi saya itu sering jatuh cinta ke teman saya tetapi cewe itu diambil sama temen terdekat saya jadi saya aga kagok kalau pengen deketin cewe. Saya jujur waktu sma saya itu aga kagok kalau deketin cewe karena ya itu masih aga trauma, tetapi saya lagi berusaha untuk mengatasi trauma saya dengan memberanikan diri untuk mengobrol dengan cewe. salah satu hal yang membuat saya sedih adalah waktu itu adalah waktu kakek saya meninggal karena semasa hidup kakek saya, saya jarang ngajak ngobrol dan ga begitu deket jadi ketika dia menginggal saya ngerasa kenapa dulu ga begitu deket sama dia. Saya ngerasa pengen memutar balik kan waktu jadi saya bisa meluangkan waktu dengan kakek saya lebih lama.

Mungkin karena ini baru pertama kali saya belajar tentang arsitektur jadi menurut saya arsitektur itu fun fun aja kalau kita suka belajar. Tetapi untuk sekarang karena banyak tugas tugas jadi belom terlalu fun tapi untuk belajar saya seneng jadi saya mengerti bahwa untuk membuat sebuah bangunan itu ga se simple itu ada banyak elemen elemen yang wajib dikuasai dan ada bebarapa bahan yang wajib tau seperti semen beton besi dll. Selama kita enjoy salam proses pembelajaran arsitektur kita ga bakal bosen dalam pembelajaran. Saya karena pasion saya ada di arsitektur jadi saya wajib memaksakan diri saya untuk belajar lebih di arsitektur ini.

Jadi sebenarnya alasan yang baru kenapa saya ingin belajar arsitektur itu baru saya dapat waktu saya belajar arsitektur yaitu adalah menjadi arsitektur ternama yang membanggakan indonesia dan kalau bisa melanjutkan pembelajaran saya di s2 walaupun saya belom tau mau s2 di indonesia atau diluar negri. Saya yakin dan saya percaya bahwa ketika kita bersungguh sungguh dalam menjalankan sesuatu hal kita bisa menggapainya. Saya adalah orang yang memliki pasion yang tinggi, jadi ketika saya ingin menggapai sesuatu saya tidak akan berhenti sebelum saya bisa menggapai itu jadi saya sangat ingin menjadi arsitektur ternama yang membawa nama indonesia, agar saya bisa memberitahu dunia bahwa anak arsitektur indonesia menjadi salah satu arsitekrut terbaik yang pernah ada. Saya yakin bahwa binus bisa membantu saya dalam manggapain cita cita saya dan cita cita anak arsitektur indonesia untuk membuat arsitektur indonesia lebih di kenal di seluruh dunia. Terima kasih

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Muhammad Fadhil Adhima – Get to Know Your Self

Perkenalkan nama saya Muhammad Fadhil Adhima, saya lahir di Jakarta pada 12 Juni 2005 dan sekarang saya tinggal di kota Bekasi. Saya anak pertama dan saya memiliki seorang adik yang lumayan jauh perbedaan umurnya yaitu 7 tahun jadi saya yang paling di andalkan sebagai seorang kakak, bapak saya seorang pegawai BUMN dan ibu saya seorang perawat, saya mempunyai hubungan yang cukup baik dengan keluarga, saya menyukai lagu dari one direction dan dan bruno mars.

Awal saya tinggal yaitu di daerah Kalimalang, saya disitu tinggal sekitar 4 tahun dan setelah itu saya dan orang tua saya memutuskan untuk pindah rumah ke daerah Jatiranggon, tempat yang saya tinggali saat ini berdekatan dengan ujung aspal Pondok Gede. Saya mulai bersekolah di TK AL-IKHLAS pada saat itu usia saya 5 tahun, pada masa itu awal saya belajar bagaimana untuk menjadi yang terbaik dikelas, saya mengikuti beberapa lomba pada saat itu dan mendapatkan beberapa penghargaan, saya TK selama 2 tahun dan setelah itu saya SD pada usia saya 7 tahun dan SD saya berada di SDN JATIMURNI V, di masa sd itu saya mendapatkan teman-teman yang baik untuk saya, hal yang saya senangi ketika sd yaitu pada saat istirahat dan pulang sekolah, karena pada saat istirahat saya bisa ngobrol dan cerita dengan teman saya, dan yang pasti sambil jajan bareng pada saat itu, dimasa SD ini saya cukup ambis karena ketertarikan saya pada akademik, tapi sayangnya banyak teman-teman saya yang hebat dari pada saya, saya selalu berambisi untuk mendapatkan ranking 10 besar pada saat itu, sampai saya pun les oleh guru saya sendiri, dan waktu pulang sekolah adalah yang paling asik menurut saya karena saya selalu bermain dirumah teman saya setiap pulang sekolah. Dan di waktu sore hari sampai malam saya bermain lagi dengan teman saya yang berada di rumah, dan menurut saya itu momen yang paling saya pengen ulang untuk saat ini karena saya bermain PlayStation dengan teman saya, dan setelah itu saya pulang ke rumah dan belajar sebentar sambil mengerjakan PR yang belum selesai.
Saya memiliki sahabat yang sangat baik pada saat itu yang selalu bersama-sama sampai lulus, dan setiap pulang sekolah pun saya selalu mengerjakan tugas bersama, pelajaran favorit saya pada saat itu adalah olahraga dan bahasa sunda, karena saya sangat aktif diluar sekolah dan saya sering bermain bola juga, dan saya bisa suka bahasa sunda karena saya sering pulang kampung ke Garut, saya belajar bahasa sunda semenjak saya kecil,sampai sekarang pun saya masuh terus belajar bahasa sunda. Saya adalah tipe orang yang suka mempelajari bahasa dan logat daerah.

Setelah 6 tahun saya SD saya pun melanjutkan ke smp, pada saat itu saya bersekolah di SMPN 15 BEKASI, awal saya bersekolah disitu saya kurang terbiasa karena saya berada di lingkungan yang baru dan saya juga terpisah oleh banyak teman-teman saya, pada waktu masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) saya berkenalan dengan teman sekelas yang baru dan beberapa masih ada yang masih bisa ketemuan dengan saya sampai saat ini, di SMP saya mengikuti eskul taekwondo karena saya ingin belajar bela diri dan memperbanyak teman di dalam eskul itu, tapi tidak berjalan lama saya pun memutuskan untuk berhenti di kelas 8 karena ada suatu masalah, dan di kelas 8 saya di ajak oleh teman saya untuk bergabung kedalam organisasi sekolah (OSIS), tetapi tidak berjalan dengan lancar karena pada saat itu status saya masih menjadi calon osis tetapi saya mendapati suatu masalah, masalahnya yaitu ketika saya sedang sakit dikelas teman saya yang sesama calon osis menghampiri saya dan bertanya kepada saya kenapa saya tidak memimpin tadarus, saya mendapat kata-kata yang kurang enak dari dia dengan nada bicara dia yang kurang enak didengar juga, saya pun berpikir disitu kenapa saya bisa sampai dibilang begitu padahal saya sedang sakit dikelas, dan saya pun memutuskan untuk keluar dari calon osis itu. Dimasa SMP itu saya banyak belajar hal baru diluar sekolah seperti belajar mengedit foto dan video, karena pada saat itu saya bercita-cita menjadi seorang youtuber, karena saya tertarik dengan beberapa youtuber dan saya ingin belajar seperti mereka. Ketika ada tugas mewawancarai pembudidaya ikan disitu saya sebagai kameramen sekaligus editor, karena bagi saya menciptakan suatu karya hasil buatan sendiri itu memiliki kesenangan dan makna tersendiri ketika saya berhasil membuatnya, dan semenjak itu saya jadi senang untuk belajar diluar akademik.

Ketika kelas 9 tidak lama setelah itu muncul yang namanya Covid-19, saat awal terjadi pandemi perasaan bercampur aduk bingung sekaligus takut, saya bingung karena apa yang harus dilakukan pada saat itu dan saya pun bingung bagaimana saya mengubah jadwal saya yang biasanya saya membagi waktu untuk bermain dengan teman saya dan sekarang tidak bisa karena pandemik, dan saya pun takut karena takut tertular, semenjak pandemi itu saya mulai berantakan pola makan dan istirahat, dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru pun banyak yang saya kerjakan diwaktu tengah malam. Saya pun lulus SMP dan mulai mencari SMA, sempat ada perbedaan pendapat antara saya dengan ibu saya karena ibu saya menginginkan saya masuk SMA karena akan diarahkan ke TNI untuk kedepannya, sedangkan saya menginginkan masuk SMK karena saya sudah sangat yakin untuk melanjutkan cita-cita saya untuk menjadi seorang youtuber, tapi niat itu harus saya urungkan lagi karena takdir membawa saya masuk ke SMA, saat itu saya dan ibu saya mencari SMA negeri untuk saya sekolah disana, tetapi saya tertolak karena saya mendaftar menggunakan jalur prestasi rapor dan zonasi pada saat itu, akhirnya ibu saya mendaftarkan saya di SMA HUTAMA Kota Bekasi, awal saya bersekolah disitu masih dalam keadaan pandemik sehingga proses sekolah pun dilakukan secara online, setelah sekian lama menunggu akhirnya sekolah pun mulai onsite, sudah sekian lama bersekolah di SMA tapi masih belum mengenali teman-teman kelas, tapi pada saat itu karna status pandemi masih naik turun jadi sekolah pun kadang memberikan jadwal online ataupun onsite, tetapi akhirnya sekolah pun memutuskan untuk membuat jadwal onsite pada saat status pandemi sudah mulai mereda.

Pada bulan november 2021 adalah momen yang saat ini hanya tinggal kenangan, saya pada waktu itu cukup tertarik diluar akademik yaitu badminton, saya diajak teman SMA saya untuk bermain badminton karena memiliki hobi yang sama, teman saya dan saya memutuskan untuk mengikuti persatuan badminton (PB) pada saat itu. Cita-cita saya pun berubah pada saat itu ingin menjadi atlit badminton karena saya ingin membahagiakan orang tua dengan hasil kerja keras saya sendiri, saya sangat berambisi dan sangat niat untuk terus berkembang disitu, awal saya mengikuti sparing antar pb pun saya mengalami kekalahan karena saya dan teman saya dicurangi oleh wasit, karena wasitnya itu orang mereka, sejak saat itu saya makin giat lagi latihan dan saya pun belajar banyak cara bermain badminton dari orang yang berbeda termasuk bapak saya sendiri, saya pun belajar otodidak dirumah mempelajari berbagai macam trik dan strategi untuk bisa menguasai permainan di badminton. Tetapi hal buruk juga terjadi karena sangat banyak cedera yang saya alami pada saat di badminton,dan teman saya pun mengalami cedera yang parah sampai tulang engkelnya geser, semenjak itu saya dan teman saya absen latihan selama 3 bulan,karena saya bermain badminton bisa 5-6 kali dalam seminggu karena saya sangat serius untuk mencapai cita-cita saya menjadi seorang atlet badminton, tapi karena saya sudah absen terlalu lama sehingga ketika saya memutuskan untuk latihan lagi saya mengalami penurunan skill secara drastis, tetapi seiring berjalannya waktu saya pun jadi jarang untuk badminton lagi dikarenakan jam istrirahat saya yang sangat dikit dan tugas sekolah yang semakin banyak, perasaan saya pada saat itu sudah mulai tidak enak karena saya mikir ‘apakah cita-cita saya kali ini tidak akan tercapai lagi’, tetapi perasaan saya itu benar-benar terjadi lagi karena saya hampir gantung raket pada saat itu.

Pada bulan desember 2022 saya disarankan oleh ibu saya untuk les karena untuk persiapan utbk, tetapi disitulah mulai muncul masalah karena saya pun sudah sangat jarang untuk badminton lagi karena sudah sangat sibuk waktu yang diberikan oleh sekolah, saya pun bilang kepada ibu saya kalau saya pun tidak bisa mengikuti les itu karena sangat sedikit waktu saya untuk istirahat, akhirnya yang terjadi saya tidak lagi di dalam persatuan badminton (PB) dan saya pun tidak les, saya hanya mengikuti alur saja, dan disitulah lagi-lagi cita-cita saya harus saya urungkan karena tidak dapat saya capai untuk saat ini.
Singkatnya saya pun mengikuti utbk pada saat itu, saya mendaftar di ITB untuk jurusan arsitek dan UNJ untuk jurusan pendidikan vokasional konstruksi bangunan, tetapi setelah saya menunggu hasil utbk ternyata saya dinyatakan tidak lolos, lalu saya pun mengobrol dengan ibu saya bagaimana untuk jurusan dan kampus saya untuk kuliah, karena saya sempat tes penjurusan dan saya pun mendapati hasilnya dan ada 3 pilihan yaitu arsitektur, desain interior, dkv, akhirnya saya memutuskan untuk mengambil jurusan arsitek,dan setelah itu saya mencoba untuk mendaftar mandiri di kampus UNJ untuk jurusan ilmu komunikasi dan teknik mesin, tetapi setelah saya menunggu hasilnya saya pun tertolak lagi, saya pun dan orang tua saya mencari kampus swasta, awalnya saya diberi pilihan oleh orang tua saya antara BINUS dan GUNADARMA. Awalnya saya memilih gunadarma karena lebih dekat dengan rumah, tetapi orang tua saya bilang kalau BINUS itu salah satu kampus terbaik di jurusan arsiteknya, karena saya pada waktu sekolah sering membuat banyak gambar di bagian belakang buku tulis saya jadi saya cukup tertarik untuk belajar mendesain, akhirnya saya cari tahu informasi mengenai binus dan saya pun tertarik masuk BINUS dan akhirnya saya mecoba mendaftar ke BINUS dan saya mengerjakan tes nya, setelah saya menunggu hasilnya akhirnya saya dinyatakan lulus.

Alasan saya mengambil jurusan arsitek karena saya mempunyai masalah ketika bermain badminton, karena saya bermain di tempat yang berbeda dan permasalahannya pun berbeda, contohnya seperti udara yang ada di dalam lapangan, pencahayaan dari luar, angin yang masuk ke lapangan, maka dari itu saya mempunyai cita-cita untuk membuat GOR badminton sendiri dan saya memecahkan masalah itu dan akan berguna untuk orang lain.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Muhammad Daniel Ardani – Get to Know Your Self

Halo perkenalkan namaku Muhammad Daniel Ardani yang memiliki banyak nama panggilan dari aku TK hingga kuliah nama panggilan ku berbeda. Daniel, Danil, Dan, Niel, Yel, El, Nayel, mungkin itulah sedikit dari banyaknya nama panggilan ku. Aku lahir di Jakarta, 04 Agustus 2004, aku anak kedua dari tiga bersaudara. Aku dilahirkan oleh seorang Ibu yang sangat baik dan cantik yang bernama Rita Badriyah dan Ayahku -Bambang Joko Mulyono- seorang yang sangat tangguh, cerdas, tanggung jawab, dan sedikit keras kepala. Aku sangat bangga menjadi bagian dari keluarga ini, Ayah ku seorang sarjana teknik komputer dan ketika umur 46 beliau masih sanggup untuk mengambil gelar sarjana hukum. 

Kalau bicara soal Ibu dan Ayah engga akan habisnya betapa hebat, kuat, tangguh, cerdas, dalam mengatur keluarga yang merka bangun. Ibu ku dialah perempuan orang yang selalu ikut andil di area rumah, betapa hebatnya ia dapat melakukan banyak aktivitas di dalam rumah. Beliau dapat masak untuk makan malam sekaligus membersihkan area rumah tanpa bantuan orang lain. Rumah dua lantai pun ia tetap dapat bersihkan tanpa rasa lelah, belum dibagian di mana kita sebagai anak terkadang lupa menaruh barang akan tetapi Ibu tahu akan di mana barang yang kita sangka hilang itu. Walaupun pendidikan Ibu hanyalah sampai SLTA tidak dipungkiri akan kecerdasannya ia seorang wirausahawan yang memiliki toko sembako. Ia dapat mengurusi semua dari toko, rumah, anak, dan suami. Betapa hebatnya beliau dalam mengatur waktu, energi, dan usahanya yang tidak ada habisnya untuk terus mengembangkan bisnis nya. Aku sangat kagum dengan kehebatan Ibu ku, semoga kelak nanti aku dapat menjadi pribadi seperti Ibuku. Selain itu Ayahku dia lah yang memiliki pendidikan tertinggi di keluarga saat ini, seorang mahasiswa teknik dan hukum di umur 46 tahun. Aku sangat kagum dengannya walaupun di umur kepala 4 ia tetap ingin memiliki pendidikan yang tinggi. Beliau dapat mengatur waktunya untuk tetap kerja sambil berkuliah tanpa mengenal rasa lelah. Ia seorang kepala bagian di Ancol sekaligus pengacara. Hebat? Iya sangat hebat sekali beliau. Mereka berdua bukan dari keluarga yang terpandang namun sederhana dan berkecukupan. Terlebih Ibuku ia rela tidak mengambil ke jenjang yang lebih tinggi demi adik-adiknya bersekolah. Ia merantau dari Grobogan ke Jakarta untuk membantu kedua orang tuanya membiayai adik-adiknya bersekolah. Ia bercita-cita jika memang bukan ia yang ditakdirkan untuk berpendidikan tinggi maka adiknya lah yang harus berpendidikan tinggi. Dan ya doa itu terwujud 7 orang adiknya dapat menempuh di universitas ternama di Indonesia, bahkan sebagiannya menjadi seorang dokter. Ada yang menjadi manajer utama di Toyota kalau aku tidak salah ingat. Dan adik-adiknya berterima kasih kepada ibuku, karena kalau bukan karena beliau yang tidak egois dan dapat membantu membiayai sekolahnya mereka mungkin tidak menjadi seseorang yang mereka impikan. Ayahku yang berasal dari Bantul yang kemudian merantau ke Jakarta untuk membiayai hidupnya dan keluarga Ayahnya. Kalau bicara tentang orang tua memang tidak ada habisnya dari usahanya untuk tetap menjadi manusia yang berguna untuk keluarga dan masyarakat. Mereka lah yang menjadi panutan dan motivator di hidupku, jika aku sedang malas belajar pasti aku selalu ingat dengan betapa hebatnya perjuangan kedua orang tua ku dulu, betapa susahnya mereka menjalaninya. Balik ke diriku, aku adalah orang introvert (INFJ) yang sangat suka menyendiri jika bateri sosial ku habis, paling sering jika di rumah aku di kamar untuk membaca sambil mendengarkan musik, bermain game, menyanyi, menari, atau menggambar. Aku ketika TK bersekolah di Al-Ikhlas, di sana lah aku mulai belajar membaca, menghitung, dan memiliki sahabat yang hingga saat ini masih saling bertukar kabar. Beranjak ke SD aku bersekolah di SDN 03 Tegal Alur bersama kedua sahabat ku, di sana aku mulai mengetahui bahwa ternyata ini yang namanya hidup, dan di mulai di mana aku sering menjuarai kelas bahkan sampai guru-guru mengakui bahwa aku laki-laki terpintar satu angkatan. Sampailah di mana ketika Ujian Nasional aku mendapatkan nilai yang besar jika aku tidak salah aku mendapatkan nilai 28 koma sekian yang mengantarkan aku ke SMP Negeri 45 Jakarta smp terbaik di Jakarta Barat. Di sanalah masa di mana nilai ku menurun, tapi tidak sampai situ saja aku tetap berusaha dengan belajar. Dan di sana di mana mulai mengikuti ekstrakurikuler, aku mengikuti paskibra masa itu. Di mana aku dan teman ku sering mengikuti lomba dan memenangi lomba tersebut. Bahkan kami tiga tahun berturut-turut menjadi perwakilan paskibra untuk Jakarta Barat bersaing dengan wilayah Jakarta yang lain. SMA aku bersekolah di SMA Negeri 95 Jakarta dan menjadi ketua kelas, ketua paduan suara, dan humas karya ilmiah remaja. Di sana aku belajar pengembangan soft skill dan hari skill terlebih dalam ekstrakurikuler karya ilmiah remaja. Aku mengikuti lomba membuat penelitian tentang “Pengganti daging sapi dengan daging jangkrik dengan membandingkan protein untuk tubuh” dan “Penggunaan kulit kentang untuk dijadikan sebuah kertas” memang belum takdirnya untuk menjuarai kompetisi tersebut dan aku hanya sampai babak seleksi saja. Aku berharap dapat menjadi seperti kedua orang tua ku yang dapat diandalkan orang lain dan menjadi manusia yang bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga, sahabat, dan orang lain.

Banyak sekali momen yang saya ingat baik besar maupun kecil. Terlebih momen bersama orang yang saya sayang seperti kedua orang tua saya, abang, adik, sahabat, bahkan momen yang terjadi karena diri saya sendiri. Contoh momen besar ketika aku bersama keluarga ku pergi ke suatu tempat di mana kita bisa saling tertawa, bahagia, makan bersama, bahkan sampai bisa saling menceritakan hari-hari kita sebelumnya. Tidak hanya itu ketika aku, abangku, dan adikku mendapatkan sebuah pencapaian seperti menjuarai kelas, memenangkan perlombaan, atau kita tidak menjadi juara kelas dan tidak memenangkan sebuah perlombaan, mereka -kedua orang tuaku- akan mengapresiasi momen-momen itu. Selain itu kami ketika berulang tahun pasti merayakannya dengan cara bersedekah ke tetangga dengan mengadakan syukuran seperti memberikan makanan. Contoh momen kecil ketika aku dapat membantu orang lain baik akademik seperti membantu teman yang tidak mengerti maupun non akademik seperti membantu orang lain dengan bersedekah dalam bentuk uang atau barang-barang yang dapat dipakai, bahkan dalam bentuk makanan.

Ketika aku berhasil mendapatkan apa yang aku inginkan seperti menjuarai kelas, memenangi sebuah perlombaan, bahkan ketika aku mendapatkan sebuah tiket konser. Tidak hanya itu, aku dan sahabatku suka bertukar cerita tentang bagaimana dengan hari ini?, apakah hari ini memiliki kesulitan dalam memahami mata kuliah?.

Kalau bicara mengenai lagu, sangat sulit bagiku untuk menentukan lagu favorit aku. Akan tetapi ada satu lagu dari Taylor Swift berjudul “Mirrorball” dalam album Folklore.

Menjadi manusia yang bermanfaat untuk diriku, bahagia dalam menjalani kejamnya dunia, dan memiliki harta yang berlimpah. Sulit bagiku untuk memahami makna tujuan hidup untuk diri sendiri, karena diriku masih mencari tujuan hidup ku yang sebenarnya untuk diriku. Semoga di masa kuliah ini lah aku akan menemukan tujuan hidupku untuk diriku sendiri.

Keluarga -terlebih orang tua- menjadi prioritas utama saya dalam menjalani kehidupan ini, karena mereka lah tujuan hidup saya. Saya ingin menjadi orang yang bermanfaat untuk mereka, menjadi anak yang berbakti, dapat diandalkan, dan ketika mereka tua lah saya yang akan merawat mereka sebagaimana mereka merawatku ketika kecil. Bukan hanya keluarga, sahabat dan orang lain juga menjadi tujuan hidup ku, karena aku sangat senang ketika membantu orang lain dengan hasil uang yang aku miliki dari hasil menabung. Karena orang tua ku selalu mengajarkan untuk tetap berbuat baik kepada sesama manusia, sebisa mungkin setiap hari dapat membantu orang lain dalam bentuk apapun yang berguna untuk mereka. 

Aku memiliki trauma akan kedalaman air, suatu ketika waktu kecil aku pernah berenang dan ternyata sangat dalam kaki ku tidak dapat mengenai lantai. Dan di situlah aku tenggelam dan hampir hilang nyawa, abangku lah yang menolongku ketika aku tenggelam, mungkin jika abang ku tidak menotis jika aku hilang dari pandangannya aku sudah hilang nyawa. Aku juga memiliki kesedihan yang sangat amat sedih dalam hidupku, ketika aku ingin menjadi seorang dokter akan tetapi ayahku melarangnya, lalu aku bertanya mengapa tidak boleh akan tetapi ayahku hingga saat ini tidak memberi tahunya. Marah, kesal, dengan ayah itu hal wajar bukan? karena cita-cita ku untuk menjadi seorang dokter di tidak perbolehkan begitu saja. Akan tetapi aku percaya bahwa pilihan ayahku tidak akan salah untuk diriku ke depannya. Memang akulah yang harus sabar dan mencari tahu mengapa ayahku melarang diriku untuk menjadi seorang dokter. 

Sebuah paksaan dari ayahku, ayahku ingin sekali aku memilin jurusan arsitektur tidak mengerti aku mengapa beliau sangat ingin. Pertama kali dalam hidupku waktu pemilihan jurusan aku dan ayahku saling berdebat dan bahkan perang dingin akan jurusan ini. Aku yang sangat suka rumpun kesehatan namun ayahku suka rumpun teknik apa mungkin karena itu beliau tidak mengizinkannya?. Pada hari itu di mana aku tetap memilih jurusan kedokteran dan pilihan kedua arsitektur. Aku dinyatakan lolos di jurusan kedokteran Undip namun ayahku tetap menginginkan aku di jurusan arsitektur ini. Ya mau bagaimana lagi lebih baik aku mengikuti perkataan orang tua aku dari pada ke depannya tidak mendapatkan restu dan akan menjadi masalah. Dan aku bersyukur ayah tetap memilih jurusan yang berkaitan dengan rumpun IPA. Semoga ke depannya aku dapat mengetahui mengapa ayah ku tidak memperbolehkan kuliah di rumpun kesehatan dan memilih di jurusan arsitektur ini.

Sejauh ini kalau di rate mungkin 8,5/10 karena kebetulan aku memiliki basic gambar yang terbilang cukup baik. Walaupun sedikit terpaksa, semoga dengan orang tua ku memilihkan ku jurusan arsitektur dapat membuat wawasan yang luas akan dunia ini.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Muammar Rasendriya Rahman – Get to Know Your Self

Perkenalkan nama saya Muammar Rasendriya Rahman, saya adalah anak bungsu dari 3 bersaudara saya lahir 24 februari 2005. Dalam keluarga besar saya saya termasuk anak yang paling muda dari semuaa saudara-saudara saya, jadi saya dapet banyak wawasan dan pelajaraan yang di berikan dari saudara saya. Dari sisi perkuliahan dan juga pelajaraan hidup. 

Momen-momen yang sederhana yang saya ingat yang membawa saya kuliah masuk jurusan arsitektur adalah Ketika Ayah saya suka bawa saya ke kantornya. Sedikit background tentang Ayah saya, Ayah kuliah masuk jurusan civil dan bekerja disebuah perusahaan yang lumayan besar dan sering menghandalkan projek projek besar. Jaei dulu Ayah suka bawa aku ke tempat pembangunan-pembangunan baik itu pembangunan sebuah kosan ataupun sebuah mall. Diritu saya mulai tertarik  dengan sisi civil dan sisi arsitekturnya.

Jadi keinginan saya untuk menjadi arsitek mulai dari Ayah saya. Saya suka dengan bangunan-bangunan yang Ayah saya buat, dari segi seni, kegunaan dan teknologi dari bangunannya. Jadi kaluau bicara tentang momen apa baik dalam kecil atau besar saya yaitu yang paling terkesan. Karna berpengaruh dengan pilihan jurusan dalam perkuliahan saya. Untuk sekarang mungkin sudah melalui banyak hal dari SD samapai SMA. Untuk cerita yang suka saya ulangi adalah ketika saat masa SMA saya pernah mengikuti ajang lomba basket antar sekolah, khususnya DBL. saya suka berbicara tentang target-target saya saat SMA dan ini salah satu dari targetnya. Saat lomba itu memang sekolah saya tidak menag tetapi dari banyak cerita cerita kepada teman saya, banyak juga masukan yang bisa saya ambil dan saya jadikan sebagain tumpuan dan pelajaran untuk memperbaiki masalah tersebut. Mungkin dari segi persiapan, ikatan dengan tim dan juga komunikasi.

Dari segi persiapan sebetulnya banyak sekali yang bisa dilakukan. Salahgh satu contohnya adalah sebelum mulai dengarkan lagu supaya jiwanya lebih tenang dan tidak terbawa panik saat main nanti. Disini kita bahas ketopik selanjutnya. Music yang sering sekali saya dengarkan dan juga saya suka dengarkan itu ada dua tipe. Yang pertama yang saya dengarkan saat memulai basket yaitu “Limbo” yang dibvuat oleh Freddie Dredd. Selain itu ada lagu yang suka saya dnegarkan saat ingin bersantai-santai saja yaitu apapun Maliq & d’essentials spesikinya “kamulah satu-satunya” lagu itu membuat santai dan suasana yang menjadi senang. 

Saya mendengarkan lagu dua ini dikarenakan butuh suasana yang mendukung, karena dua lagu ini sangat berbeda satu sama lain. Dimana ‘Limbo” kurang lebih dari maknsa lagunya kurang tetapi dari suasana yang diciptakan itu semangat dan juga membawa semangat yang membakar untuk menyemangati basket saya. Karna memng dari lagunya dia mengambil bass yang lumayan kencang dan juga beat yang lumayan cepat, jadi memicu adrenalin dan lagu tersebut bisa membuat saya focus dalam latihan saya dalam basket atau pada saat sebelum latihan Sedangkan maliq & d’essensials “kamulah satu-satunya” lagu tersebut adalah lagu cinta yang lumayan bermakna, yang menunjukan dan meyakinkan seseorang bahwa dia adalah satu – satunya untuk seseorang. Jadi lagu ini di maknakan untuk orang yang special. Dari beat lagu ini dia mengambil beat yang seru tidak terlalu cepat seperti limbo. Lagu ini untuk orang orang yang sedang jatuh cinta. Saya suka dengan lagunya karena suasananya yang dibawakan lagu tersebut.

Selanjutnya, mengenai tujuan hidup saya. Disini saya memiliki satu tujuan yang sangat saya prioritaskan. Yaitu bisa membanggakan orang tua. Saya ingin sekali membanggakan mereka. Untuk tujuan tujuan yang lain itu seperti ingin menjadi arsitek yang hebat bisa mambangun dan membuat maju negara saya dan mempunyai bisnis dan perusahaan yang besar. Tetapi untuk tujuan hidup saya Cuma satu yaitu membanggakan kedua orang tua saya. Saya ingin mengembalikan semua yang sudah orang tua saya kasih dari segi kasih saying, biaya Pendidikan, biaya kesenangan saya dan lain-lain. Saya ingin juga membuat orang tua saya senang. Disini saya akan bekerja keras mau itu sesuai dengan tujuan hidup saya atau tidak, tetapi untuk tujuan membanggakan orangtua harus dan mau tidak mau harus tercapai

Dari sini tidak mungkin saya tidak pernah mengalami kegagalan, banyak hal yang menurut saya membuat say amerasa gagal. Untuk kegagalan yang terbesar saya yang saya alami itu bersangkutan dengan cerita yang suka saya bagikan keteman-teman saya. yaitu dalam DBL. Untuk persiapan DBL sendiri tidak semudah itu , berbulan bulan melatih fisik dan mental untuk menghadapi lawan lawan yang terhitung lumayan keras. Dibimbing dengan coach yang lumayan keras, hampir setiap hari saya dan tim saya latihan dan benar benar didorong untuk siap mengikuti DBL ini. Tetapi saat memulai pertangingannya tim saya menang dengan lawan yang pertama, itu menjadi lonjakan yang lumayan besar untuk sekolah saya tetapi untuk mengalahkannya lumayan menguras energi dan membuat tim saya lumayan tertekan saat menghadapi lawan tersebut. Namun saat setelah pertandingan pertama, kita harus mulai lagi berlatihan di esok harinya. Disitu membuat tim saya banyak yang ada dimana mereka bukan lagi dalam kondisi yang fit, bisa dibilang kalau tim saya banyak yang sakit karena sudah all out untuk lawan pertama, termasuk saya.

Untuk lawan selanjutnya itu esok harinya jadi lumayan tertekan posisi tim saya. Saat memulai pertandingan kita memimpin 2 poin diatas mereka kita mampu bertahan dan quarter pertama. Namun saat quarter ke-2 dan selanjutnya kita betul betul tertinggal dengan poin yang lumayan jauh dengan perbedaan 10 poin dan lawan yang memimpin. Disitu sebenarnya tim kita kalau lagi dalam kondisi yang fit kita bisa melawan dan mengalahkan mereka tetapi disitu kita tertinggal karna pertahanan saat mereka menyerang itu sangat kurang. Dari segi pola-pola bermain yang lupa, lalu dari stamina yang kurang dan membuat kita tertinggal karna kecepatan mereka. Dan juga kurangnya komunikasi. Saat menyerang pun sama, tidak ada teamwork yang serius dan seringkali turnover, dimana kita kehilangan bola dan memberikan lawan poin yang sangat banyak karena itu seringkali terjadi saat menyerang. Saat babak 3 dimulai tim saya sudah dalam Lelah-lelahnya dimana mereka sudah tidak bisa bekerja sama dnegan baik, dan ada disuatu saat dimana saya dan teman saya sempat berkelahi di dalam lapangan karena salah mengumpan bola. Disitu membuat tim lawan lebih merasa percaya diri dalam menghadpai kita. 

Dalam pertandingan itu saya kalah dengan poin ya tidak terlalu jauh hanya kurang lebih 5 poin. Disitu saya merasakan kegagalan yang cukup untuk membuat saya tidak lanjut latihan basket selama saya SMA karena say amerasa bahwa kalau misalkan latihan-latihan saya percuma kalau saat pertandingan tidak ada hasilnya. Tapi memang ada pepatah kalau kit aga boleh menyerah begitu saja. Tetapi disaat itu cukup membuat trauma karena tidak ada ikatan dalam tim. Danjuga saat saya berkelahi dnegan teman saya, saya memang sudah bertekad untuk keluar dari basket SMA saya pada saat itu. Dan betul itu membuat saya tidak melanjutkan basket sampai selesai SMA.

Saat memasuki Binus University saya bertekad untuk melanjutkan basket itu supaya bisa membanggakan orang tua dari segi tersebut. Baik itu saya ikut sparing melawan jurusan lain, ikutlomba lomba kecil, dan kalau bisa ikut Liga Mahasiswa (LIMA). Saya sangat tertarik sekali untuk melanjutkan latihan dan perjalanan saya dalam basket di Binus. Karena saya juga bertemu dengan teman-teman yang lain dengan harapan bisa menyerap ilmu dari mereka atau memberikan mereka ilmu mengenai basket dan juga semua tentang basket. Semoga dari trauma yang saya jalankan dan juga kegagalan yang saya alami itu bisa menjadi lonjakan saat berada di basket Binus university.

Dalam binus saya memilih arsitektur karena yang sudah saya ceritakan bahwa saya mendapat inspirasi masuk dalam arsitektur karna saya suka melihat hasil-hasil dari proyek Ayah saya karena setiap bangunan yang dibuat oleh Ayah say aitu sangat menarik. Tetapi tidka hanya bangunan, Aayah saya juga membantu membuat patung GWK yang berada di Bali, disitu saya tertarik ingin membuat dan merancang bangunan bangunan. Walaupun aku memang bukan civil tetapi dalam arsitektur saya ingin juga membuat bangunan-bangunan yang saya pikir itu menarik.

Saya berharap nanti saat sudah lulus dari binus saya bisa menjadi arsitek yang mempunyai perusahaan yang bagus dan mempunyai banyak client yang bisa kita handalkan dalam perusahaan saya. Saya akan terapkan semua pelajaran yang sudah dikasih doesn dalam binus university untuk dimasa yang akan dating nanti. Jadi saya senang masuk arsitektur karna Ayah saya suka juga kalau saya bisa melanjutkan pekerjaan ayah saya walaupun bukan di bidang yang sama, bukan dalam pekerjaan civil, tapi yang merancang bangunan yang akan di buat oleh civil. Sebelumnya Ayah saya tidak setuju kalau saya masuk arsitektur karena Ayah saya tau bahwa tugas-tugas yang ada dijurusan aristek tidak semudah itu dan juga banyak. Ayah saya takut kalau nanti saya tertinggal dan takut tidak lulus tepat waktu. Tetapi saya bisa meyakinkan Ayah saya kalau memang saya mampu kalau saya serius ingin menjadi arsitek yang nanti bisa membawa Indonesia maju dan juga pembangunan-pembangunan yang nantinya akan membawa Indonesia maju. 

Tetapi saya juga ingin berkuliah di luar negri, mungkin bisa mengambil study abroad binus. Saya menargetkan mungkin saya bisa berkuliah di Korea, dimana memang pembangunan disana sangat bagus atau mungkin Australia dimana yang lumayan juga pembangunannya. Mugkin yang paling dekat adalah singapur, disana pembangunannya bagus dimana semua bangunan bisa di tempu dengan jalan kaki saja. Dikarenakan memang pulau yang kecil dan juga berdempetan jadi bisa ditempuh dengan jalan kaki. Baik it uke mall atau ke tempat wisata wisaata yang ada di singapur.

Saya akan belajar yang tekun dan berusaha yang keras untuk memenuhi target saya bisa memasuki studies abroad di tujuan negara yang sudah saya tentukan. Seperti Korea, Australia, ataupun Singapur. Dengan itu semoga saya juga bisa membanggakan orangtua dengan study abroad lalu mempunyai gelar yang bagus dan mencapai-mencapai target target saya dikedepannya.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Michelle Carolina – Get to Know Your Self

Saya Michelle Carolina, biasa dipanggil Michelle. Namun dikeluarga selalu dipanggil “meme” bahkan dengan adik yang berumur 5 tahun dikarenakan sudah menjadi kebiasaan.Saya lahir dikota Bali pada 12 Mei 2005.Riwayat pendidikan saya SD di Tunas Daud lalu pindah di One earth school dan di SMA berakhir di Jb school.Tempat yang saya tinggalin juga berpindah pindah.keluarga saya sangat sederhana,dan kesederhanaan itu sangat special bagi saya.Saya tinggal bersama keluarga besar saya.saya mempunyai kakak yang berartikan saya anak kedua.Orang tua saya bekerja sabagai wiraswasta.orang tua saya berpisah sejak tahun 2014, Diumur saya yang masih sangat kecil,sehingga saat itu saya tidak tahu persis apa yang telah terjadi.Ibu saya menolak untuk membawa saya,ayah sayalah yang membukakan pintu rumah untuk saya dan kakak saya.Melihat ayah saya yang sibuk dan selalu berpergian,membuat saya merasa sendiri dan bertanya tanya “ apa yang seharusnya saya lakukan sebagai anak?””Kenapa rasanya ayah tidak betah dirumah?”. Beberapa hari semenjak perpisahan itu saya di angkat menjadi anak tante saya,disana saya dididik,diberi perhatian dan itu membuat saya merasakan sesuatu yang belum pernah saya rasakan.Tante saya baru mempunyai 1 anak saat itu.Pada saat itu saya sudah menggangap tante sebagai Ibu kandung,karena beliaulah saya bisa menjadi seperti hari ini.Terkadang momen yang saya selalu saya lontarkan ke diri saya yaitu,momen apa yang memberi perubahan ? momen apa yang ketika itu tidak terjadi maka semuanya juga akan berubah drastis? Yaitu perjuangan seorang tante,yang seharusnya tidak terlibat,tetapi memilih untuk melibatkan diri,tante saya tidak tega melihat saya dan kakak ditengah tengah jembatan yang sudah hampir rapuh,tante saya memegang tangan saya seerat mungkin,seolah olah jika saya jatuh tante saya juga akan jatuh disisi saya.Tante saya adalah alasan saya ikut bersama ayah saya.Tante saya yang menyuruh ayah untuk membawa anak anaknya.Selama meranjak menjadi Remaja, semakin banyak pertanyaan yang muncul,makin saya tumbuh dewasa semakin banyak keringet yang dihasilkan tante karena yang membiayakan hidup saya adalah tante saya.saya pernah berada di titik terbawah saya,salah satunya menyalahkan diri karena tidak bisa berbuat apa apa saat orang tua saya pisah,terkadang muncul perasaan menyesal,selalu merasa “kosong” dan membawa beban untuk tante saya,padahal beliau sama sekali tidak keberatan.

saat itu ribut besar sampai sampai saya harus pergi kesuatu tempat.Hal itu menyadarkan saya sesuatu,”we all need someone to stay” satu baris kata dari lagu “someone to stay by Vancourver sleep Clinic.Lagu ini menceritakan tentang seseorang yang merasa sendiri,yang membutuhkan seseorang stay bersama dia.Line yang tadi merupakan line yang emosional dan powerful,dimana kita sebagai manusia pada akhirnya tidak bisa hidup sendiri,kita membutuhkan “soulmate” “keluarga” “pertemanan” tetapi kita harus inget disetiap pertemuan ada perpisahan “people come and go” dan terkadang kita tidak mempunyai hak untuk itu.Saya sempat dipisahkan dengan tante saya,saya dirumah Ibu,dan bagi saya.. bukannya semakin baik saya malah semakin buruk.Saya butuh sosok orang yang dapat memahami saya yaitu tante saya.saya berharap ia stay disisi saya.Sampai.saya.bisa.membalas.semua.kemuliaannya.

Saya akuin Beliau adalah sosok inspirasi saya,saya selalu diajarkan berbuat baik tanpa meminta pamrih/menunggu balasan.Saya juga diajarkan untuk bersabar dalam menghadapi sebuah masalah dan membuka wawasan seluas mungkin.Beliau selalu mengsupport,tidak hanya saya melainkan karyawan,tukang tukang dan orang lain.Tante saya mengajarkan saya untuk mengenal diri saya lebih baik,dengan waktu yang lama saya tidak ingin menjadi sekedar manusia baik namun mengkontribusi sesuatu yang lebih drpada manusia.semacam menjadi heroic bagi orang orang.saya selalu diajarkan untuk keluar dari zona nyaman,agar kita tahu dunia itu seperti apa,belajar untuk “living” dibandingkan “survive”.Tante saya selalu berkata “Jangan pernah membiarkan hidup mengalir seperti air,ciptakanlah dunia mu dgn langkah demi langka,bukan berarti setiap harinya harus melakukan sesuatu ataupun tidak melakukan sesuatu.tetapi berlangkah dengan konsisten.ada titik dimana saya berpikir,kenapa tante hanya menasehatin saya? Kenapa tidak membuka pintu untuk saya ? setelah saya merenungi.. saya menemukan jawabannya.Pada akhirnya Saya sendirilah yang menjalani hidup dan membuat keputusan keputusan,saya harus memahami diri saya sendiri untuk memutuskan suatu hal karena semakin dewasa,semakin banyak keputusan yang harus dibuat.

Saya selalu kagum dengan “psikolog” saya kadang suka membaca di internet karena ada hal hal tertentu yang relate ke hidupan saya,dan uniknya psikolog belajar tentang perilaku manusia,habit manusia,kadang saya suka belajar diinternet terkait hal itu.Salah satu Tujuan diri saya untuk orang lain sama seperti psikolog,saya ingin menjadi bermanfaat dan meringankan beban orang orang dengan memahami mereka,ketika saya bisa meringankan beban orang lain,ada kesenangan didalam diri saya.. saya rasanya sangat gembira seakan akan dunia menjadi lebih berwarna.Saya terus keep forward dalam berbuat kebaikan.Berbicara tentang kebaikan,saya juga suka berbagi cerita tentang kesenangan saya sendiri,contohnya waktu kecil saya sering pergi ke bedugul ( salah satu daerah wisata dibali ) tetapi kali ini,saya pergi bersama keluarga besar dan momen itu adalah momen special,saya bisa melihat lesung pipi mereka yang sangat dalam ataupun line smile diwajah mereka dan itu membuat hari itu menjadi sangat special.Saya selalu membicarakan momen lucu hari itu ke teman lama saya,dimana semua anggota keluarga bermain kejar kejaran dan ayah saat itu terjatuh karena larinya seperti citata.Nenek sampai tertawa,pasti nenek berpikir “anakku yang satu ini masih ceroboh juga”.Tidak lupa dengan suasana yang dingin,dihangatkan dengan momen yang hanya bisa terjadi sekali dalam hidup.Jika diingat ingat kembali.. rasanya terputar seperti memutar video lama yang ingin saya tambahkan dengan fitur slomotion.

Berjalannya waktu saya sudah sampai dikelas 11 SMA saya sudah harus mencari informasi tentang jurusan,kampus dan kelanjutannya lagi.saya harus detail mencari setiap informasi,sejak dulu saya ingin memutuskan menjadi psikolog tetapi sekitar 3 bulan saya berubah pikiran.Saya ingin masuk arsitektur.Tante saya dulunya sering dateng ke proyek”melihat bangunan.Tante saya mempunyai toko kaca,jadi biasanya tante saya ikut turun lapangan dan mengawasi pemasangan kaca dan sebagainya.Saya sering ikut karena “rasa ingin tahu” timbul begitu saja.Keluarga saya juga sering ke hotel,kita selalu foto foto di depan hotel,di spot spot yang memiliki estetika yang unik.setelah saya melihat foto” itu saya terkejut ternyata backgroundnya dari bangunan itu sangat detail.rasa penasaran semakin meningkat setiap bertambah umur.Dari sana saya mengetahui yang namanya “mendesain”. saya terus mencari berbagai informasi.Saat itu saya sudah memantapkan diri untuk masuk ke jurusan arsitektur,saya sudah siap dan ingin mencari ilmu sedalam mungkin.uniknya ilmu arsitektur bisa lebih dalam lagi ,saya pernah melihat diinternet jika membangun rumah sakit maka kita juga mendapatkan ilmu mengenai medis dan Kesehatan ataupun Ketika membuat penjara kita membuat penghuninya punya kesadaran yang manusiawi bukannya membuat tertekan.

tante saya sempat tidak setuju saya merantau,tetapi bagi tante saya,seorang anak harus dikasi kepercayaan dan kebebasan keluar kota demi mendapatkan ilmu dan agar saya mengetahui diluar sana masih banyak orang orang yang hebat ,orang orang yang memiliki pemikiran yang luas.Sekarang saya dijakarta,berjuang bersama teman teman sejurusan,hidup dengan mandiri.
saat saya sudah kelas 12 SMA saya mendapatkan alasan lain kenapa saya memilih jurusan arsitektur,saya memilih karena dalam jurusan itu kita “membangun”
Dari kata membangun itu artinya kita membuat sesuatu hal yang belum pernah dibuat atau membangkitkan sesuatu yang sudah lama tidak “bangun” hal itu mengingatkan saya ke tante saya,yaitu “bangun”,Tante saya selalu bangun lagi setiap dihianati orang atau “ membangun” tempat untuk saya dan kakak dihati tante.Apalagi Arsitektur itu membangun impian impian “tempat” orang orang,yang setiap bentuknya memiliki makna,yang bisa membuat mereka betah ditempat itu.
Suatu bangunan yang baru adalah pejuang yang sedang mengembangkan sesuatu didalam bangunan tersebut,melihat seseorang yang berjuang ditempat yang mereka impikan ataupun memulai semuanya dari 0 adalah sesuatu yang membanggakan.
saya sekarang sebagai mahasiswa ingin terus belajar dan belajar,saya akan menolak merasa cukup ,agar saya terus belajar.Sekian dari saya,Maaf bila ada salah kata.Saya ucapkan Terima Kasih.

Saya memohon untuk 1500 kata saya cukup dibaca oleh pak rich 🙏🏻

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Maulana Irsan Ismawan – Get to Know Your Self

Nama saya adalah Maulana Irsan Ismawan, tetapi teman-teman biasanya memanggil saya dengan nama Irsan. Saya lahir di Jakarta dan merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Hidup adalah perjalanan yang penuh dengan momen berharga, dan salah satu momen paling berkesan dalam hidup saya adalah ketika saya diterima di Universitas Ritsumeikan. Ini adalah prestasi yang besar
dalam hidup saya, mengingat Ritsumeikan dikenal sebagai salah satu universitas yang sangat sulit untuk masuk. Kebanggaan dankebahagiaan saya tak terkira ketika saya menerima kabar bahwa saya diterima di universitas ini. Selain prestasi akademik, saya juga memiliki momen berharga lain dalam hidup saya. Beberapa tahun yang lalu, memiliki kesempatanuntuk berlibur ke Jepang dan Turki. Pengalaman ini adalah salah satu yang tidak akan pernah saya lupakan, dan saya selalu siap
menjelaskan dengan antusiasme setiap kali orang bertanya tentang perjalanan saya ke dua negara ini. Ini adalah pengalaman yang mengubah hidup saya, dan saya merasa beruntung bisa melihat dan merasakannya.

Namun, sebelum saya membagikan lebih banyak pengalaman pribadi saya, mari kita kembali sejenak ke masa kecil saya. Ketika saya masih sekolah dasar, kedua orang tua saya sangat sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Mereka bekerja keras untuk memastikan kehidupan kami berjalan lancar. Sebagai hasilnya, saya sering menghabiskan waktu dengan pembantu di rumah. Itu
adalah waktu yang nyaman, meskipun saya merindukan kehadiran dan perhatian lebih dari orang tua saya.Kemudian, ketika saya memasuki sekolah menengah, kehidupan keluarga kami mengalami perubahan besar. Orang tua kamimemutuskan untuk pindah ke rumah baru karena beberapa alasan tertentu. Di rumah baru ini, situasi berubah, dan pembantu yang biasanya merawat saya dan kakak saya tidak lagi bekerja untuk kami. Seiring berjalannya waktu, orang tua kami mulai menghabiskan
lebih banyak waktu dengan kami, anak-anak mereka. Ini adalah perubahan positif, karena kami memiliki kesempatan untuk lebih dekat dengan mereka dan melibatkan diri dalam aktivitas bersama.
Namun, pekerjaan orang tua kami juga semakin menuntut. Ibu saya adalah seorang technical support specialist dan seorang arsitek yang sering terlibat dalam proyek-proyek lapangan. Sementara ayah saya adalah seorang developer perumahan. Keduanya memiliki pekerjaan yang sangat sibuk yang membutuhkan waktu dan dedikasi yang besar. Sebagai hasilnya, kami sebagai anak-anak harus
belajar menjadi lebih mandiri dan mengatur waktu dengan baik. Waktu bersama orang tua menjadi lebih sedikit, tetapi kami memahami bahwa mereka bekerja keras untuk memberikan kami masa depan yang lebih baik.

Latar belakang orang tua saya yang bekerja di bidang arsitektur telah memberi saya pemahaman yang lebih dalam tentang dunia arsitektur. Sejak saya masih kecil, segala hal yang berhubungan dengan arsitektur tidak asing bagi saya. Saya sering mendengar pembicaraan orang tua saya tentang proyek-proyek arsitektur dan desain bangunan. Hal ini justru memicu minat dan semangat saya
untuk belajar lebih banyak tentang arsitektur. Saya menyadari bahwa arsitektur adalah seni dan ilmu yang kompleks. Ini adalah bidang yang menggabungkan keindahan estetika dengan fungsi praktis. Ketika saya melihat bangunan-bangunan di sekitar saya, saya selalu tertarik untuk memahami desainnya,
strukturnya, dan bagaimana orang-orang berinteraksi dengan ruang tersebut. Saya percaya bahwa arsitektur memiliki kemampuan untuk memengaruhi kehidupan sehari-hari orang banyak dan menciptakan tempat-tempat yang indah dan fungsional. Saat ini, setiap kali saya mengunjungi tempat baru atau melewati bangunan menarik, saya selalu berusaha untuk memahami lebih
dalam tentang desain dan konsep di baliknya. Saya melihat setiap kesempatan untuk memperluas pengetahuan saya tentang arsitektur sebagai peluang untuk tumbuh dan berkembang dalam bidang ini. Karena bagi saya, setiap sudut, garis, dan elemen dalam arsitektur memiliki cerita dan makna tersendiri. Selain ketertarikan saya pada arsitektur, ada satu hal lagi yang selalu menemani saya dalam perjalanan hidup ini: musik. Saya percaya bahwa musik adalah bahasa universal yang dapat mengungkapkan perasaan dan emosi dengan cara yang tidak dapat diungkapkan oleh kata-kata. Salah satu lagu yang sangat saya nikmati dan meresapi adalah “Lemon Boy” yang dinyanyikan oleh Cavetown. Lagu ini telah menjadi bagian dari playlist Spotify saya dan selalu menjadi teman setia saat saya mengerjakan tugas atau beristirahat. “Lemon Boy” memiliki lirik yang penuh dengan makna dan gambaran yang kuat. Saya merasa sangat terhubung dengan karakter Lemon Boy yang digambarkan dalam lagu ini. Seperti Lemon Boy, saya juga merasa bahwa ada banyak aspek dalam diri saya yang mungkin tidak selalu terlihat oleh orang lain. Lagu ini mengingatkan saya untuk tetap menjadi diri sendiri dan menghargai keunikan yang ada dalam diri saya. Saat ini, ketika saya sedang sibuk mengerjakan tugas-tugas kuliah atau proyek-proyek desain, musik selalu menjadi teman setia yang mengiringi perjalanan saya. Dengan latar belakang musik yang saya miliki, saya juga percaya bahwa kreativitas dalam seni dan desain dapat ditingkatkan melalui apresiasi terhadap musik dan seni lainnya. Selain itu, lagu ini juga mencerminkan sisi pribadi saya yang introspektif. Saya sering merenung tentang makna kehidupan, tujuan saya, dan bagaimana saya dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan dunia melalui bidang arsitektur yang saya geluti. Saya berharap bahwa seperti Lemon Boy yang “tumbuh menjadi lebih baik,” saya juga dapat terus tumbuh dan berkembang dalam perjalanan hidup saya.

Sebagai mahasiswa arsitektur yang berkomitmen untuk belajar dan berkembang, saya tahu bahwa perjalanan ini akan penuh dengan tantangan dan pengorbanan. Saya harus mengatur waktu dengan baik antara kuliah, tugas, dan proyek desain. Selain itu, saya juga harus mencari peluang untuk magang atau bekerja paruh waktu dalam bidang arsitektur untuk memperoleh pengalaman praktis yang
berharga. Selama kuliah, saya juga berharap dapat terlibat dalam proyek-proyek desain yang relevan dan berdampak positif. Saya ingin menggabungkan pengetahuan dan kreativitas saya untuk menciptakan ruang-ruang yang memenuhi kebutuhan masyarakat dan sekaligus mencerminkan visi estetika atau identitas saya. Saya juga berencana untuk bergabung dengan komunitas mahasiswa arsitektur di universitas untuk membangun jaringan, berkolaborasi dengan teman seangkatan, dan terus mengembangkan diri. Dengan latar belakang keluarga yang bergerak di bidang arsitektur, saya merasa memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan warisan dan usaha yang telah dibangun oleh orang tua saya. Saya ingin menjadi arsitek yang berdedikasi untuk menciptakan bangunan yang berfungsi, indah, dan berkelanjutan. Saya percaya bahwa melalui kesungguhan, kerja keras, dan semangat untuk terus belajar, saya dapat mencapai tujuan ini dan memberikan kontribusi yang berarti dalam dunia arsitektur. Dalam perjalanan hidup ini, saya juga akan terus mendengarkan lagu “Lemon Boy” sebagai pengingat untuk tetap menjadi diri sendiri dan menghargai setiap aspek unik dalam diri saya. Saya percaya bahwa dengan tetap setia pada diri sendiri dan terus berkembang, kita semua dapat tumbuh menjadi
pribadi yang lebih baik dan mencapai potensi kita yang sejati. Saya bersyukur atas kesempatan ini untuk belajar dan berkembang sebagai mahasiswa arsitektur. Saya siap menghadapi tantangan yang ada dan berkomitmen untuk meraih impian saya dalam duniaarsitektur.

Setiap langkah yang saya ambil adalah bagian dari perjalanan panjang ini, dan saya yakin bahwa masa depan saya akan penuh dengan pencapaian dan kebahagiaan dalam mencapai tujuan saya.
Tujuan saya dalam kehidupan sebagai seorang mahasiswa arsitektur adalah menjadi seorang arsitek yang ternama. Saya percaya bahwa arsitektur bukan hanya tentang merancang bangunan yang indah, tetapi juga tentang menciptakan tempat tinggal yang nyaman dan berfungsi untuk semua orang, terlepas dari kondisi finansial mereka. Sebagai seorang mahasiswa baru dalam jurusan arsitektur, saya telah memiliki visi yang kuat tentang bagaimana arsitektur dapat menjadi alat untuk meningkatkan kualitas hidup orang-orang.

Pertama-tama, saya menyadari bahwa menjadi arsitek yang ternama memerlukan dedikasi dan komitmen yang tinggi. Proses pembelajaran dalam arsitektur tidak selalu mudah, dan tantangan yang kompleks seringkali muncul dalam merancang bangunan yang memenuhi kebutuhan dan harapan klien. Namun, saya siap untuk menghadapi tantangan ini dengan semangat dan tekad yang tinggi. Visi saya sebagai seorang arsitek adalah merancang tempat tinggal yang tidak hanya estetis memukau, tetapi juga praktis dan terjangkau bagi semua orang. Saya percaya bahwa setiap orang berhak memiliki rumah yang aman dan nyaman tanpa harus mengorbankan finansial mereka. Untuk mencapai tujuan ini, saya akan memfokuskan penelitian dan pengembangan desain saya pada konsep-konsep keberlanjutan dan efisiensi energi. Dalam usaha saya untuk mencapai tujuan ini, saya telah mengambil langkah-langkah konkret. Pertama-tama, saya aktif mengikuti kursus dan seminar terkait arsitektur berkelanjutan. Saya memahami pentingnya merancang bangunan yang ramah lingkungan dan berusaha untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip ini dalam setiap proyek desain saya. Selain itu, saya juga terlibat dalam proyek- proyek sosial dan amal yang berkaitan dengan perumahan yang terjangkau. Ini membantu saya memahami tantangan yang dihadapi oleh banyak orang dalam mencari tempat tinggal yang layak. Saya juga percaya bahwa pendidikan bukanlah akhir dari perjalanan saya. Oleh karena itu, saya berencana untuk terus belajar dan mengembangkan keterampilan saya dalam arsitektur. Saya berencana untuk mengikuti program magister di bidang arsitektur berkelanjutan setelah lulus, sehingga saya dapat mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang teknologi dan praktik terbaru dalam desain yang ramah lingkungan.

Selain itu, saya juga ingin berkolaborasi dengan organisasi-organisasi nirlaba yang berfokus pada perumahan yang terjangkau. Saya percaya bahwa dengan bekerja bersama dengan organisasi-organisasi ini, saya dapat mengambil bagian dalam proyek-proyek yang lebih besar untuk membantu mereka yang membutuhkan. Saya akan mengambil kesempatan ini untuk belajar dari pengalaman praktis dan berkontribusi pada masyarakat. Dalam perjalanan menuju menjadi arsitek yang ternama, saya juga mengerti bahwa networking dan hubungan adalah kunci. Saya akan aktif terlibat dalam komunitas arsitektur, bergabung dengan asosiasi profesional, dan berpartisipasi dalam acara-acara industri. Ini akan membantu saya membangun hubungan dengan rekan-rekan arsitek yang
berbagi visi yang sama dan dapat memberikan dukungan dalam menggapai impian saya. Saya ingin menciptakan perubahan positif dalam dunia arsitektur, di mana setiap orang memiliki akses ke tempat tinggal yang layak tanpa harus mengorbankan finansial mereka. Saya percaya bahwa dengan dedikasi, pendidikan, kolaborasi, dan komitmen yang kuat, saya dapat mencapai tujuan ini. Sebagai seorang mahasiswa baru dalam jurusan arsitektur, saya siap untuk melangkah maju dan memulai perjalanan yang akan membawa saya menuju menjadi seorang arsitek yang ternama dan berdedikasi untuk menciptakan
tempat tinggal yang lebih baik bagi semua orang.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Marchelina – Get to Know Your Self

Nama saya Marchelina saya berasal dari Riau kota Pekanbaru. Orang tua saya berasal dari Riau Selatpanjang. Papa saya lulusan SMA sedangkan mama saya lulusan SMP. Mereka berbeda 10 tahun namun still romantic. Every anniversary they will celebrate it together with us. Ini pertama kali saya merantau ke pulau Jawa yang masih asing bagi saya. Kemaren kami pernah datang sekali dengan bawa mobil sendiri mungkin ini pengalaman yang cukup mengesankan bagi saya. Perjalanan dari Riau pulau Sumatera ke pulau Jawa. Di hari pertama kami berhenti di Jambi dari Pekanbaru to Jambi by mobil its takes like 14 hours dan papa saya kuat membawa mobil dengan waktu sepanjang itu. Dia sangatlah suka travel by car dibanding dengan plane or ship. Setelah dari Jambi kami pergi ke Bakauheni untuk menaikan mobil kami ke atas feri dan melewati ke merak sampai merak yang berarti kami telah sampai di Pulau Jawa. Kami melewati Banten dan kota kota lain sampai ke Jakarta Barat dan stay 10 hari di sini tpi hari ke 5 kami pergi ke Bandung Tangkuban Perahu dan Trans Studio. Dan perjalanan pulang sangatlah lelah tetapi papa saya masih sangat semangat. Kami yang duduk di belakang aja sudah tidak tahan tapi beliau masih sangat semangat dan ingin lanjut ke sumatra barat. Dan setelah dua minggu saya datang ke Jakarta and mulaia kuliah dari fyp sampai skrng sudah 1 bulan lebih. Mungkin kadang akan feel homesick yah tapi ya harus tetap dilanjutkan. Yang dulu saya takut dalam segalanya even just order barang ke waiter aja dulu saya masih sangat segan dan takut, but sekarang berbeda bagaimana pun saya tetap harus melakukannya and saya gak mungkin hanya karena takut jadi tidak makan right? Jadi semoga dapat berjalan dengan lancar. And i feel exited for lunar new year, karena bakal balik to my hometown. Balik ke Pekanbaru then go to papa mama punya tempat kelahiran yaitu Selatpanjang yang setiap kali imlek bakal ada perang air yang seperti di Thailand. Jadi setiap jam 4-6 mereka yang di rumah menyiapkan air keluar dan yang dalam keluar naik becak then bawa air and siram siraman. Dan keharmonisan keluarga suasananya itu yang bikin kangen, walaupun kadang betulan ribut banget tapi yah im just enjoy. 

Saya orangnya lebih introvert but now im trying to be a extrovert. Dulu ketika kelas tiga saya pernah hampir tidak punya teman sama sekali but pada kenaikan kelas ke kelas 3 saya memiliki banyak teman menurut saya itu bukan salah saya soalnya saya orangnya tuh come come aja ga milih milih teman. Tetapi teman yang pada saat kelas tiga mereka hanya ingin berteman dengan teman lamanya dan tidak ingin berbaur. Dan pada saat SMP saya pindah sekolah ke sekolah Darma Yudha. Di sini saya mendapatkan teman yang banyak dan baik, namun tingkat kegengsian mereka sangatlah tinggi saya tidak tahu mengapa. Iya saya sebenarnya tidak boleh menilai orang dengan begitu saja dan saya tahu saya tidak berhak untuk comment orang begitu but yah just asking. Terus sampai ke SMA dan selanjutnya and pada saat SMA 2 atau kelas 11 datanglah covid yang mengubah segala galanya dari cara hidup dan lain lain. Sampai kelas 12 saya masih belajar dalam bentuk online. Saya tidak serius dalam belajar dan tidak tahu arah hidup saya itu kemana dan mengapa saya hidup. Sampai saya gbyear 1 tahun dan dari awalnya saya ingin mengambil school design di Malaysia ga jadi karena english saya yang masih kurang untuk ielts sehingga saya ambil ke Binus. Kenapa saya memilih arsitektur karena saya suka dengan bagaimana cara papa saya bekerja. Papa saya bukan seorang arsitek karena dia tidak menyelesaikan kuliahnya namun ia masih tahu the basic knowledge dan ada proyek proyek kecil yah walaupun sekarang nganggur. Papa saya dulu kuliahnya itu sipil jadi yah still ok for me to tanya tanya about sth. Saya di rumah menggunakan bahasa mandarin so bahasa Indonesia saya rada kaku dan kadang susah dalam menyampaikan sesusatu. Lagu lagu atau segala hiburan like movie drama tiktok game saya cuman memainkannya melihatnya dengan bahasa mandarin dan bahasa hp saya itu pun mandarin. Lagu yang paling sering saya dengar adalah lagunya jj lin dan jay zhou. Lagu mereka memiliki banyak sekali arti yang dalam dan melodinya sangat enak didengar. Kemudian tujuan hidup, tujuan hidup saya adalah hidup dengan bahagia dan hidup pada waktu and momen tersebut. 

Seperti if sekarang ingin makan apa minum apa saya akan tidak pikir dua kali melakukannya dan ketika tua even sudah berpasangan atau nggak saya pun tidak ingin diikat dengan hal tersebut seperti yang kita tahu kalau misalkan menjadi seorang mama maka waktu kita akan sangat berkurang dan yah harus membagikan waktu kepada anak kita jadi saya ok ok saja jika tidak berpasangan atau pun tidak memiliki anak i want to be free! Iya saya agak egois orangnya jadi tujuan hidup saya adalah membahagiakan diri saya sendiri i live for myself. Kemudian saya merupakan anak sulung yah yang tanggung jawabnya lebih besar karena saya yang lahirnya 2004 memiliki adik yang lahirnya 2013 dan 2018. Yang satunya baru 10 tahun dan yang satunya still kindergarten yaitu 5 tahun. Oh and ada satu lagi adek saya yang seangkatan dengan saya karena saya gbyear yang 2005 dia mengambil double degree. Dari dulu adek saya yang kedua ini memang lebih cerdas dari saya. Dia selalu mendapat juara satu dan saya hanya mungkin 2/3. Keluarga selalu membandingkan dia dengan saya. 

Jujur saja saya tidak suka hal yang begitu karena kelebihan dan kekurangan setiap orang itu berbeda. Seperti saya bisa masak dia tidak bisa saya bisa masalah rumah tangga dia tidak bisa. Jadi yah i hate it. But saya ga pernah iri dengan dia karena dia lebih pinter dari saya jujur saya ga pernah. Dia pintar ya itu kemampuan dia dan dia hebar i just agree that. Kemudian adek saya yang berdua kecil itu sangatlah lucu, dan jujur dari semua adik saya paling sayang adik yang terakhir. Karena dia masih kecil dan imut walaupun kadang mungkin sedikit nakal dan jahil. Saya pernah quality bersama mereka yah dengan sangat senang hati hehe. Next i think i have trauma dengan lelaki yang berpenampilan aneh because pada saya sd kelas 3 dimana saya tidak memiliki teman namun ada saja seorang supir yang selalu berkelakuan aneh seperti wink ke saya atau ajak saya kenalan saya sangat takut dengan hal tersebut. Kemudian saya mengapa memilih arsitektur yah because i like it saya mau mengertiin apa saja itu arsitektur sebenarnya saya lebih sering belajar ke interior design. Dulunya saya lebih ingin belajar ke interior design but setelah mengerti dan mengevaluasi saya lebih suka arsitektur yang tantangannya lebih besar. Mungkin kalau diberi saya kesempatan sekali lagi saya akan tetap memilih arsitektur. Maafkan saya karena bahasa Indonesia saya yang sangat kacau saya akan segera mengimprove bahasa Indonesia saya dengan lebih baik lagi dibanding sekarang dan juga bahasa english saya yang masih sangat tidak jelas. Saya nervous jika berkata kata di depan. Public speaking bagi saya merupakan hal yang sangat susah not even just public speaking for me presentations also sangat susah sangat sangat susah. 

Sekarang saya sedang belajar untuk tidak nervous berbicara kepada banyak orang. Saya ingin berubah. Setelah menjadi mahasiswa menurut saya saya telah banyak berbeda dari yang setiap hari main game sampai sekarang yang satu bulan tidak main game pun tidak apa apa. Dari penampilan saya juga ingin berubah menjadi lebih baik dan lebih rapi. Soalnya saya adalah orang yang pemalas yang suka menunda tugas atau activity apa pun saya suka sekali menunda namun sekarang saya sedang mencoba merubah diri saya menjadi lebih baik semoga saya dapat melakukannya. Soal lagu yang saya sukai saya lebih suka lagu yang r&b or mozart. Saya orangnya agak tidak sabaran dan pemarah but marahnya just dalam hati and I’m a pisces so saya orangnya rada emotional dalam hal tertentu seperti dengan melihat orang tua seperti kakek nenek yang berbahagia saya akan menangis dengan begitu saja ataupun hanya karena mendengar lullaby yang dulu saya dengar ketika masih bisa digendong papa saya I miss that moment. Saya ingin menangis ketika mengingat hal tersebut saya sadar bahwa saya telah dewasa dan tidak dapat lagi digendong papa saya ataupun dijaga papa mama saya seperti baby.

I should to be mandiri all things have to 靠自己. I love my family so much. Bagi saya keluarga pasti adalah priority yang pasti saya pertamakan. Saya agak sedikit bingung dengan adek saya yang lebih men priority kan temannya dibanding dengan keluarga saya sampai hari ini masih tidak memgerti. Ketika ada quality time with family dia lebih memilih teman kebanding kami. Ceritanya pada saat itu kami berencana buat main ke pantai but dia ada janji dengan teman kalau bagi saya saya akan bilang ke teman kalau saya ada acara dengan keluarga tetapi dia tidak and dia pergi nonton dengan temannya alhasil kami tidak jadi pergi karena dia. 

Bagi saya keluarga adalah orang yang menemani kita seumur hidup and friend just a friend tidak mungkin selamanya. Keluarga juga tidak selamanya namun seumur hidup mereka mereka akan baik ke kita tanpa minta kembali. Kalau sama teman minjam uang harus dibalikin but kalau sama papa mama itu ga usah pinjam saja langsung dikasih jadi i love my family so much.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Mahabir Singh – Get to Know Your Self

Nama saya Mahabir dan biasa di panggil Abir, saya berusia 19 tahun dan saya anak ke 3 dari 4 bersaudara. Saya sekolah di Universal School dari TK hingga kelas 6 SD, lalu saya pindah ke Mahatma Gandhj School Kemayoran dan saya hingga lulus di Sekolah tersebut. Saya terlahir dari Keluarga yang sukses syukurnya, Ayah saya adalah seorang Entrepreuner dan Mama saya juga sama seperti Ayah saya. Sejak kecil saya selalu diajarkan untuk bersosial, menjadi orang yang jujur dan berguna buat orang lain dan pastinya rajin beribadah.

Saya lulus sekolah pada tahun 2022 dan saya sempat berkerja di USA selama 6 bulan maka dari itu saya gap satu tahun sebelum kuliah. Sekarang saya akan menceritakan sedikit mengenai pengalaman saya kerja disana. Mungkin bagi kalian yang membaca ini terdengar bahagia jika bisa kerja dinegera orang dari segi duit dan pengalaman. Jujur untuk masalah itu pasti bahagia, tapi dalam segi kerja itu pasti berat juga, bagi saya kerja itu tidak ada yang tidak cape, pasti ada capenya. Saya kerja di Arizona, Tucson USA di sebuah restaurant dan jujur kerja disana itu ada serunya ada tidaknya juga. Serunya kita bisa belajar culture mereka dan pengalaman yang sangat seru pastinya

Percaya atau tidak percaya mungkin jika saya sekolah disana saya akan betah² aja, tapi kalau untuk kerja agak cukup berat karena kita disana sendiri tidak ada teman seperti disini karena disana mereka semua mandiri dan tidak butuh kalian dalam hidup mereka. Mereka bisa apa² sendiri dan ya balik lagi rasa untuk ingin balik ke Negara yang kita Cintai itu cukup besar sekali.

Saya sudah memulai berkerja dari saya masi menduduki kelas 11 saat pandemi pada saat itu, saya dipanggil untuk menjadi model sebuah brand untuk pertama kalinya di tahun 2020 dan darisitu saya juga kadi model sampe saat ini dan itu saya menjadikannya kerja sampingan karena modeling itu tidak setiap saat ada, ketika ada panggilan baru ada kerjaan. Pada awalnya Orang Tua saya tidak setuju untuk hal itu, tapi selalu menyakinkan mereka bahwa saya membutuhkan uang jalan tambahan since orang tua saya tidak memberi saya uang jajan.

Pasti kalian akan berpikir kenapa saya tidak mendapatkan uang jajan kan kita masi jadi tanggung jawab mereka? Yup bener sekali kita masi jadi tanggung jawab mereka. Tapi di balik itu kita harus mikir gimana caranya untuk tau cara mencari uang dan susahnya mencari uang. Saya selalu diajarkan mandiri oleh orang tua saya, dan diajarkan untuk jangan enaknya, kita harus tau susahnya cari duit dan diajarkan untuk bisa mengolah duit. Jadi mereka itu bukannya pelit tetapi mereka itu mengajarkan kita udah coba sendiri dulu. Dan sekarang banyak anak yang diberi uang jajan gede perminggu ataupun perbulan, balik lagi si itu semua bebas ya. Tapi kalau di pikir² mau sampe kapan kita mengharapkan kedua beliau terus. Kita harus coba sendiri apalagibdi umur kita yang segini.

Saya juga sering membantu orang tua saya dalam segi perkerjaaj mereka, ketika mereka membutuhkan bantuan saya untuk ambil barang di tempat A antar ke tempat B atau kemana pun itu, saya usahakan saya jalan kalau ada waktu kosong untuk sedikit banyak tahu bagaimana cara kerja mereka, kenapa seperti itu? Kita jujur tidak pernah tahu bagaimana kedepannya. Umur mereka semangkin tua, amit² bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kita tahu apa yang yang harus kita lakukan. Itu yang sebenernya mereka ingin mengajarkan untuk bisa belajar banyak sebelum telat.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Kellya Nirwana – Get to Know Your Self

Nama saya Kellya Nirwana, saya lahir dan tinggal di jakarta sejak umur saya 0. Saya lahir pada hari sabtu pagi tanggal 4 Juni 2005 dan saya adalah anak perempuan pertama di keluarga saya. Saya mempunyai saudara adik laki-laki yang berbeda 2 tahun dengan saya dan keluarga inti saya hanya beranggotakan 4 orang, yaitu mama saya, papa saya, saya, dan adik saya. Sebagai seorang kakak tentu saja tidak mudah bagi saya, saya dituntut untuk menjadi contoh yang baik untuk adik saya, saya harus mandiri karena saya adalah anak pertama, bahkan harus mengalah dalam hal apapun jika adik saya menginginkannya. Jika adik saya yang salah, saya juga pasti akan kena dimarahi karena tidak bisa menjaga adik, dan masalah kecil lain lainnya yang terjadi. Akibat kejadian kejadian seperti itu membuat saya menjadi tangguh dan mandiri, saya berani menggambil keputusan dan mental saya juga menjadi lebih tangguh. Karena sifat anak perempuan tertua juga saya merasakan saya mempunyai jiwa kepemimpinan yang tinggi, dan juga memiliki rasa tanggung jawab yang besar dalam hal apapun yang saya lakukan dan saya selalu ingin memberikan outcome yang terbaik. Saya dan adik saya tumbuh di keluarga yang cukup hangat dimana kami dibesarkan dengan penuh kasih sayang kedua orang tua. Tentu saja semua keluarga tidak selama nya merasakan bahagia, tetapi pasti ada momen sedih nya juga. Menurut saya keluarga saya adalah keluarga yang hangat, tetapi tentu saja terkadang orang tua saya bertengkar dan jika itu terjadi biasanya saya dan adik saya selalu masuk ke kamar saja dan tidak mendengar apa yang mereka bicarakan. Namun, meskipun mereka bertengkar pasti beberapa hari sudah baikan seperti biasanya jadi kami masih pergi jalan-jalan bersama, menghabiskan waktu bersama seperti keluarga pada umumnya. Pekerjaan mama saya adalah karyawan disebuah kantor travel dan ia mengambil posisi sebagai tour leader. Sedangkan papa saya adalah juga seorang karyawan di perusahaan yang bertanggung jawab atas pemerintah, dan posisi papa saya adalah sebagai event organizer untuk event pemerintah-pemerintah. Dulu sebelum covid menyerang papa saya memiliki perusahaan sendiri untuk tour dan event organizer, dan untuk client tour biasanya mayoritas papa saya menghandle orang Jepang. Namun karena covid, perusahaan papa saya terpaksa gulung tikar karena pada saat pandemi tidak bisa berpergian. Pada saat itu mama papa sangat terpuruk karena keduanya bekerja di dunia pariwisata dan pada saat itu covid. Tetapi seiring jalan nya waktu mama papa berhasil bangkit kembali dan mampu membiayai saya kuliah di universitas bina nusantara. Akibat yang saya rasakan dalam hidup saya adalah, saya merasa menjadi lebih mengargai waktu, uang, dan juga orang tua saya tentu nya.

Kesedihan terbesar yang saya alami adalah saat pandemic covid 19. Ketika saya melihat kedua orang tua saya begitu susah mencari uang karena pandemi. Kami seperti benar benar bertahan hidup dari covid. Ekonomi keluarga saya menurun drastis pada saat itu karena kedua orang tua saya berada di dunia pariwisata yang sudah jelas jatuh paling dalam saat pandemic karena tidak boleh keluar negeri ataupun kemana-mana. Pada saat itu orang tua saya mencari uang dengan apapun caranya. Pertama papa saya menjual mobilnya untuk membuka usaha dan usaha awalnya mereka mencoba berjualan thai tea di stan depan supermarket. Bisnis thai tea cukup lama di jalankan tetapi lama kelamaan mulai tidak ada perkembangan jadi mereka memutuskan untuk stop berjualan thai tea dan beberapa waktu kemudian mencoba berjualan telur di kios. Tetapi bisnis telur ini tidak membuahkan keuntungan yang cukup dan hanya membuat lelah saja karena harus diantar tetapi pendapatan yang di terima juga tidak cukup, jadi mereka memutuskan untuk tidak berjualan telur lagi. Tidak lama kemudian mama menjual mobilnya untuk uang sehari-hari dan papa saya akhirnya membantu bisnis kakak nya yang adalah om saya. Bisnis om saya adalah logistic. Bisnis logistic nya berjalan dengan sangat baik karena pandemic. Karena pandemic orang orang jadi membeli barang lewat online shop, dan itu sangat mengguntungkan bagi yang memiliki bisnis logistic seperti JNE, Wahana, dll. Setiap hari papa membantu bisnis kakaknya di ruko dan mama hanya menjalani work from home sebagai freelance ticketing. Mama freelance ticketing untuk orang-orang yang butuh memesan tiket keluar negeri yang biasanya untuk health check-up keluar negeri, atau yang ingin belajar keluar negeri dalam waktu pandemic, atau yang lainnya. Pada saat itu mama papa juga bekerja untuk membuat paket karantina di hotel. Jadi untungnya kami masih dapat uang meskipun dalam jumlah yang kecil. Dalam sela sela kesibukan itu, kami sekeluarga terkena covid. Pertama papa saya yang terpapar duluan mungkin karena bekerja di luar rumah. Kemudian saya juga terpapar, lalu mama dan adik saya tidak terpapar. Jadi adik saya di pindahkan ke rumah nenek saya supaya tidak terpapar juga, sedangkan mama saya di rumah bersama papa dan saya untuk merawat kami. Pada saat itu keluarga dari mama dan papa juga banyak membantu kami. Bantuan yang kami dapat dari keluarga papa berupa uang dan juga vitamin. Sedangkan dari keluarga mama saya juga sama tetapi juga obat obatan karena adik mama saya adalah seorang apoteker, jadi ia tahu obat dan vitamin apa yang perlu untuk dikonsumsi saat terpapar covid. Saya dan papa saya menjalani karantina di kamar rumah masing-masing. Saya ingat sekali pada saat hari pertama masuk SMA kelas 11 kami lakukan secara online dan saat itu saya sedang terpapar covid. Jadi dalam keadaan covid pun saya harus tetap belajar tanpa menghiraukan rasa sakit yang saya alami. Tetapi untungnya gejala covid saya tidak terlalu parah, saya masih bisa belajar dengan baik dan bahkan di waktu kosong saya melukis dan menggambar. Karena saat itu saya bosan, saya bahkan sampai melukis di kaca lemari dan itu sangat menyenangkan bagi saya. Bagi saya dengan melakukan aktifitas, saya jadi lupa jika saya sedang terpapar covid. Saya melakukan banyak aktifitas saat sedang karantina agar mental saya tetap sehat, banyak sekali orang-orang yang terkena covid dan mental nya menjadi rusak karena terlalu banyak pikiran negative. Saat itu saya hanya melakukan banyak aktifitas yang dapat mengdistract saya dari pikiran yang negative dan banyak berdoa. Selama 2 minggu saya minum obat banyak sekali, dan puji tuhan setelah 2 minggu saya berhasil dikatakan negative dari covid. Begitu juga dengan papa saya yang sembuh duluan karena saya terpapar sekitar 3 atau 4 hari setelah papa saya terpapar.

Dari kecil saya sangat tertarik pada seni dan dulu sempat ingin mengambil jurusan fashion design. Tetapi karena karir fashion design di Indonesia masih kurang menjamin dan sangat sedikit peluang. Dulu saya masih sangat bingung dan ragu ingin menggambil jurusan apa, karena saya tidak punya hobi yang benar benar saya nikmati dan ingin menajdikannya sebagai karir. Jadi orang tua saya merekomendasikan jurusan perhotelan karena mereka sudah berada dibidang pariwisata dan ingin anaknya juga berada di bidang itu. Namun, saya tidak tertarik sama sekali dalam jurusan itu karena saya tidak suka memasak dan tidak tertarik dengan operation hotel, jadi saya menolak dan mencari cari jurusan lagi. Lalu saat SMA saya menjadi murid yang rajin dan ambisius akibatnya nilai saya menjadi bagus dan saat itu saya masih belum yakin ingin menggambil jurusan arsitektur karena menurut saya arsitektur sepertinya akan sangat sulit. Saya masih belum percaya diri untuk mengambil jurusan arsitektur meskipun jurusan arsitektur sudah ada di top 3 jurusan yang saya ingin masuk. Setelah berdiskusi dengan orang tua saya, mereka sangat mendukung saya untuk menggambil jurusan ini dan memotivasi saya agar tidak takut untuk menggambil jurusan yang sulit. Setelah berbincang bincang dengan teman sekolah saya yang ingin menggambil jurusan kedokteran saya juga jadi tertantang untuk berani menggambil jurusan arsitektur. Akhirnya saya memutuskan untuk berani menggambil jurusan arsitektur dan akan semangat untuk menyelesaikan studi pada jurusan arsitektur ini. Saya menjadi tertarik dengan proses pembuatan gedung/rumah tinggal, syarat syarat dalam membangun, dan banyak lagi. Dan juga prospek karir arsitektur cukup menjaminkan jadi saya memilih jurusan ini dan saya harap saya mengambil keputusan yang tepat dan dapat menyelesaikan studi ini dengan baik dan tepat waktu.

Saya sangat tertarik dengan arsitektur sampai segala hal yang berhubungan dengan arsitektur saya sangat amat kepo dan ingin tahu. Contoh saat saya berpergian saya melihat bangunan yang bagus maka saya akan sangat kepo dengan bangunannya seperti tembok nya terbuat dari material apa, atau berpikir bagaimana cara mereka bisa mendesign seperti ini, dan banyak lagi. Saya personali paling suka gaya arsitektur di Negara Negara eropa karena menurut saya arsitektur di sana sangat cantik dan memiliki khas nya sendiri. Momen yang melekat pada saya adalah saat saya sukses dan selesai dalam mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan yang saya lakukan dan saya merasa bangga jika bisa menyelesaikannya tepat waktu dan mendapat nilai yang bagus. Saya merasa ada kebahagiaannya tersendiri jika berhasil melakukan sesuatu apapun itu. Saya selalu senang saat menceritakan keberhasilan saya tetapi tidak menyombongkan diri, namun lebih ke memberitahu proses apa yang sudah saya lewati untuk berada di posisi ini. Saya juga suka menceritakan hal hal yang membuat saya bahagia. Tujuan hidup saya untuk diri saya sendiri dalah sampai di tahap sukses dan tidak perlu mengkawathirkan kekurangan uang ataupun fasilitas yang di miliki, mengerjakan pekerjaan saya dengan rasa senang hati tanpa perasaan terpaksa, dan juga membanggakan kedua orangtua saya. Tujuan hidup saya untuk orang lain adalah tentunya dengan kehadiran saya mereka dapat menjadi lebih terbantu, saya siap untuk mengerahkan dan membantu orang lain sebisa mungkin yang saya dapat lakukan. Dan juga saya harap kehadiran saya dapat membuat orang lain menjadi versi terbaik dari dirinya dan mereka dapat menggembangkan diri menjadi pribadi yang lebih baik.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Karina Maharani- Get to Know Your Self

Nama saya Karina Maharani. Saya dilahirkan di sebuah kota yang dijuluki kota Seribu Sungai pada tanggal 24 Juni 2005. Saya merupakan anak ke-3 dari tiga bersaudara. Saya dibesarkan dengan segala kecukupan dan kasih sayang oleh kedua orang tua saya. Ayah saya yang bernama Achmad Zabir Djaenudin merupakan seorang konsultan swasta yang bergerak pada bidang Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) dan ibu saya yang bernama Esti Kusri Hartijah yang merupakan seorang ibu rumah tangga sekaligus wanita karir yang bekerja pada bidang yang juga berkaitan dengan pekerjaan ayah saya. Walaupun kedua orang tua saya sangat sibuk, saya sangat kagum karena mereka dapat membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga dengan baik, sehingga saya dan kedua saudara saya memiliki cukup kasih sayang dan perhatian sejak kami kecil. Orang tua kami sering mengajak kami untuk pergi berlibur bersama agar kami memiliki momen yang indah dan mengesankan yang akan selalu kami ingat sampai kapanpun. Oleh karena itu, keluarga kami menjadi lebih terbuka terhadap perasaan satu sama lain, sehingga ketika saya sedang menghadapi suatu permasalahan, kami saling membantu dengan memberikan saran dan nasihat agar saya bisa menyelesaikan masalah dengan kepala dingin. Selain itu, ayah dan ibu saya selalu menanamkan sikap sedari kami kecil untuk tidak takut dalam mencoba hal baru dan selalu mendukung satu sama lain. Maka dari itu saya dan kedua saudara saya tidak hanya terpaku dalam mengejar akademik, melainkan hal di luar akademik juga, seperti mengikuti seni tari ataupun seni lukis.

Saya merupakan orang yang sangat suka berteman walaupun saya dulu pernah jadi korban perundungan. Sekarang saya merasa sangat beruntung karena saya memiliki banyak teman yang dapat memberi dampak positif ke saya, sehingga saya tidak hanya mendapatkan keseruan saja dalam berteman tetapi juga mendapatkan banyak pengalaman yang membuat saya lebih berkembang dari sebelumnya. Ketika saya berada di bangku SMA, saya berkesempatan untuk menjadi anggota dan salah satu koordinator dalam bidang Hubungan Masyarakat (HuMas) pada Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Selain itu, saya juga berkesempatan menjadi anggota dalam ekstrakulikuler tari modern dan mengikuti beberapa lomba di kota saya. Saya sangat senang karena dapat berkumpul dengan orang-orang dengan minat dan bakat yang sama dengan saya. Kami sering bercerita dan berbagi kisah dan pengalaman masing-masing sehingga saya merasa sudut pandang saya terhadap dunia dan lingkungan sekitar perlahan-lahan telah berubah.

Lingkungan keluarga dan pertemanan inilah yang membuat saya menyadari bahwa kehidupan ini sangatlah berharga. Saya tidak ingin menyia-nyiakan hidup saya sendiri, karena saya tahu di luar sana masih banyak hal yang dapat saya pelajari. Saya memiliki keinginan kuat untuk menggapai mimpi saya sendiri. Saya telah mengalami bagaimana rasanya bingung dan tidak tahu arah tujuan hidup saya. Namun dengan adanya dukungan dari keluarga dan teman-teman, tentu saya tidak akan berdiam diri saja, saya harus bangkit dan menetapkan hati agar tidak mudah menyerah dan terus berusaha. Orang tua saya merupakan faktor utama yang membuat saya tetap semangat dan kuat untuk menjalani kehidupan. Oleh karena itu, Saya merasa harus bisa memberikan lebih banyak dari apa yang sudah orang tua saya berikan kepada saya selama ini. Saya ingin membuat kedua orang tua saya bangga terhadap apa yang sedang saya lakukan. Maka dari itu, saya akan sangat bersungguh-sungguh dalam menjalani perkuliahan pada jurusan arsitektur yang merupakan pilihan saya sendiri, sehingga saya harus bisa bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pilihan saya.

Saya sendiri memilih jurusan arsitektur bukan tanpa alasan. Sedari kecil, saya sering diajak ayah saya untuk survey ke luar kota untuk proyek yang sedang dikerjakan beliau. Saya mengenal tentang arsitektur dari ayah saya, walaupun ayah saya sendiri bukan merupakan arsitek. Dibandingkan dengan pekerjaan ayah saya yang melakukan perencanaan wilayah dan kota, saya sendiri lebih tyertarik kepada estetika dari bangunan-bangunan. Saya sangat suka memperhatikan berbagai bangunan di sekitar. Tak jarang juga saya bertanya kepada ayah saya tentang bagaimana bangunan tersebut bisa berdiri, bagaimana cara membangunnya, dan lain-lain. Tetapi, ketika saya ingin memilih jurusan, ayah saya memberi pertimbangan kepada saya, dengan tujuan agar saya dapat benar-benar mengetahui apa itu arsitektur sehingga kedepannya saya tidak menyesali pilihan saya. Awalnya saya hanya menganggap arsitektur itu hanyalah tentang keestetikaan bangunan. Namun, ketika saya sudah memasuki dunia perkuliahan, saya menyadari bahwa arsitektur bukanlah hanya sebatas suatu estetika dalam bangunan, tetapi juga bagaimana desain bangunan yang nantinya saya rancang akan memengaruhi kehidupan bermasyarakat. Karena arsitektur sendiri merupakan suatu ruang yang dimana ada kegiatan manusia di dalamnya, maka sebagai perancang juga harus memperhatikan apakah bangunan yang dirancang tersebut akan memberi dampak positif atau negatif bagi masyarakat dan apakah bangunan tersebut dapat memecahkan permasalahan di lingkungan sekitarnya.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Justin Toandi – Get to Know Your Self

Perkenalkan, Nama saya adalah Justin Toandi. Jenis kelamin saya diklasifikasikan sebagai laki-laki. Usia saya sekarang adalah 18 tahun. Saya sekarang adalah mahasiswa Binus Universitas. NIM saya adalah 2702320381. Sekarang saya sedang mengerjakan tugas untuk course Introduction of Architecture yang dimoderasi oleh Beliau Bapak Realrich Sjarief. Tugas tersebut harus kita kumpul sebelum tanggal 22 September jam 12 siang untuk dicek. Untuk tugasnya kita harus menulis tentang latar belakang kehidupan mahasiswa.

Perjalanan saya mulai ketika saya lahir, momen yang akan saya selalu ingatkan. Saya lahir pada tahun 2005 di Provinsi DKI Jakarta. Ayah saya lahir di Provinsi Riau dan Ibu saya lahir di Provinsi DKI Jakarta. Saya adalah anak ke satu dari orang tua saya dan mempunyai satu adik perempuan. Akibat posisi tersebut saya kadang memiliki tanggung jawab yang lebih besar daripada adik saya dan saya juga harus melakukan sesuatu tanpa ada paduan dari seorang kakak. Keluarga saya bisa diklasifikasikan sebagai ok-ok saja, meskipun kadang terdapat titik rendahnya. Sekarang Ibu saya pekerja rumah tangga dan Ayah saya bekerja di bidang mesin. Sayangnya Ibu saya tidak kuliah, meskipun Beliau sangat ingin kuliah. Hal tersebut terjadi karena Ibu saya tidak mempunyai dana yang cukup untuk membiayai kuliah dan juga dipaksa oleh orangtua Ibu saya untuk langsung bekerja dan mencari uang. Ayah saya di sisi lain pernah kuliah. Beliau pernah kuliah di ITB (Institut Teknologi Bandung) jurusan teknik mesin.

Beberapa tahun setelah saya lahir, saya masuk ke sekolah. Sekolah tersebut adalah sekolah swasta yang berada pada daerah Kelurahan Duri Kosambi Kecamatan Cengkareng, cukup dekat dengan rumah saya. Saya besekolah di sekolah tersebut dari TK ke SD sampai pertengahan SMP kelas 7 semester 2 dimana saya memilih untuk keluar dari sekolah tersebut. Salah satu alasan kenapa saya keluar dari sekolah tersebut adalah karena saya tidak bisa mengikuti dengan kecepatan pemberian tugas dan pelajaran-pelajarannya. Tugas saya menumpuk yang pertamanya sedikit menjadi lebih banyak dan lebih banyak sampai saya telat mengumpulkan bebrapa tugas tersebut. Meskipun saya mengerjakaan tugasnya sampai jam 5 setiap saya ke sekolah dan tidur sampai jam 1 untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut, saya masih tidak bisa menyelesaikan tugas yang menumpuk itu. Saya juga sering telat dan tidak masuk sekolah untuk beberapa hari sebelum saya memilih untuk keluar sekolah itu.

Pada hari terakhir saya pergi ke sekolah tersebut, Saya bergadang dan tidak tidur sampai sekitar jam 5 subuh untuk menyelesaikan proyek matematika yang saya harus mengumpul hari itu juga (saya belum menyelesaikan proyek tersebut). Ketika saya pergi ke sekolah, saya terlambat. Saya juga sudah terlambat sampai 6 kali dan sekolah tersebut memiliki peraturan tentang keterlambatan yang menyatakan bahwa jika terlambat sampai 6 kali siswa tersebut harus dipulangkan. Oleh karena itu, saya dipulangkan pada hari terakhir tersebut. Setelah dipulangkan, saya memilih untuk keluar dari sekolah tersebut. Meskipun saya ingin tetap melanjutkan sekolah tersebut, saya tidak kuat lagi untuk berlanjut. Orangtua saya juga sudah menyepakati untuk saya ganti ke sekolah lain. Beberapa hari terakhir pada saat saya tidak masuk sekolah, saya dan orangtua saya juga sudah mencari-cari sekolah pengganti.

Beberapa hari sudah berlalu dan saya sudah mendapatkan sekolah baru. Sekolah tersebut berlokasi di Kelurahan Cengkareng Barat daerah sekitar Taman Palem Lestari. Sekolah tersebut adalah sekolah yang bisa diklasifikasi kecil dan adalah sebuah sekolah yang bercabang dari Negara Malaysia. Sekolah tersebut juga bisa diklasifikasikan sebagai sekolah “semi-homeschooling”. Materi-materinya diakses mengunakan laptop dan seingat saya bisa dibuka dimana saja (jika terdapat jaringan internet). Saya mulai sekolah disitu dari SMP kelas 8 semester 1 sampai sekitar SMP kelas 8 semester 2. Saya bisa pergi ke sekolah tersebut untuk belajar materi-materi yang terdapat di laptop, mengerjakan tugas-tugas dan juga bisa bertanya kepada guru jika tidak tau. Sekitar satu tahun saya bersekolah di situ, sekolah tersebut tidak bisa lagi membayar sewaannya dan terpaksa untuk ditutup. Beruntungnya sekolah tersebut mempunyai cabang lagi di Kelurahan Cengkareng Timur — tepat berada di sebuah mal yang bernama Mall Taman Palem. Cabang tersebut berdekatan dengan sesamanya dan memiliki materi-materi yang sama, tugas-tugas yang sama, dan managemen yang mirip. Jadi saya dan seluruh siswa dan guru-guru yang ada di sekolah yang ditutup tersebut, berganti ke cabang yang terdapat di Mal Taman Palem. Saya bersekolah di sekolah tersebut dari sekitar SMP kelas 8 semester 2 sampai selesai SMP kelas 9. Pada saat saya berada di SMP kelas 9, terjadilah pandemik Corvid-19 dan kita pada menggunakan zoom / google meet untuk belajar materinya dan diawasi oleh gurunya. Akan tetapi, berjalannya waktu, sekolah tersebut menjadi lebih kacau dan akhir-akhirnya sekolah cabang tersebut dengan managemen yang kurung, tidak bisa lagi mempertahankannya dan menjadi bangkrut. Beruntungnya saya sudah pindah ke sekolah lain sebelum sekolah tersebut ditutup karena orangtua saya dan saya sudah melihat kekacauan sekolah tersebut dan langsung memilih untuk keluar sekolah itu dan mencari sekolah baru. Saya akhirnya ketemu sekolah baru yang disarankan oleh teman Ibu saya. Sekolah yang disarankan saya adalah sekolah PKBM yang terletak di Kelurahan Tegal Alur dekat dengan Daerah Menceng dan Citra 6. Di sekolah tersebut, kita bisa mendapatkan sertifikat lulus SD, SMP, dan SMA (Paket A, Paket B, dan Paket C). [Maaf terlebih dahulu saya kurang mengerti tentang yang ada di kalimat atas. Yang saya sampaikan di kalimat atas adalah seingat saya dan adalah informasi-informasi yang saya dapatkan dan mengerti].

Saya bersekolah pada sekolah tersebut dari SMA kelas 11 sampai lulus SMA. Saat itu, saya memilih pembelajaran mandiri, yaitu pembelajaran dimana tugas-tugas, materi-materi, dan ulangannya dikasih oleh guru melalui media online (Juga terdapat pembelajaran klasikal, yaitu pembelajaran dimana kita belajar, mengerjakan tugas dan ulangan disana, dan juga terdapat pembelajaran homeschooling, yaitu pembelajaran dimana guru ke rumah). Saya memilih untuk belajar mandiri di sekolah itu karena pada saat itu masih terdapat pandemik, lebih murah, dan banyak faktor lainnya. Pada saat saya SMA kelas 12, saya mencari-cari kuliah. Pertama-tama, saya memutuskan untuk memilih kuliah PTN di UI dan ITB dan mencoba untuk daftar di PTN tersebut. Saya pilih jurusan arsitektur di UI dan teknik sipil di ITB. Untuk jaga-jaga jika saya tidak lulus PTN, kita juga mencari universitas swasta. Salah satu universitas kita cari adalah Universitas Binus. Saya dan orangtua saya memutuskan untuk pergi ke Universitas Binus di Alam Sutera untuk bertanya-tanya ke admisi. Akan tetapi tidak ada jurusan di Binus Alam Sutera yang saya minati. Ketika kita mencari-cari universitas swasta dan tidak ketemu-temu orangtua saya memilih untuk saya kuliah Binus jurusan Conputer Science, tetapi karena saya kurang minat computer science pada saat itu dan waktunya sudah menjadi sempit, saya akhirnya memilih untuk kuliah di Binus Kemangisan jurusan arsitektur. Meskipun saya kurang suka kuliah di Binus karena biaya yang sangat besar dan jurusan arsitektur memakan banyak biaya, saya akhirnya memutuskan untuk daftar kuliah di Binus Kemangisan jurusan arsitektur. Saya lulus daftar di Universitas Binus.

Setelah saya mengikuti ujian masuk PTN dan menuggu beberapa bulan untuk hasilnya, saya tidak lulus PTN untuk dua-duannya. Yah, akhirnya saya kuliah di Binus Kemangisan jurusan arsitektur. Sampai sekarang minggu ke-2 di Binus Saya sekarang sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen. Sudah jam 11.42 dan saya harus sampai kata ke 1500 kata. Akan tetapi saya sekarang baru kata 1151 kata. Gimana ya hanya ada 16 menit lagi sebelum jam 12.00. Maaf ya Pak Realrich, saya gagal untuk menulis sampai 1500 kata, tapi cukup lumayan sudah sampai 1185 kata. Sekali lagi pak saya maaf sekali tidak bisa sampai 1500 kata. Soalnya waktunya sudah sedikit, tinggal 12 menit lagi. Saya harus kumpul pengerjaan ini. Sekali lagi Pak Maaf. 😢

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Jihadhul Mukminin – Get to Know Your Self

Saya akan menceritakan sekilas tentang keluarga saya. Saya memiliki adik berumur 13 tahun yang sedang melanjutkan program sekolahnya di salah satu pondok pesantren di daerah cibubur. Saya juga memiliki seorang kakak laki berumur 21 tahun dan sedang melanjutkan studi S1 nya di Jerman atau lebih tepatnya di Chemnitz University of Technology di kota Chemnitz dan ia mengambil jurusan yang sama dengan saya yaitu arsitektur. Saya dibesarkan oleh kedua orang tua saya dan keduanya di lahirkan di Bandung. Ibu saya melanjutkan studi S1 nya di salah satu universitas di bandung yang bernama IKIP namun nama universitas itu sudah diganti menjadi UPI. Lalu, ayah saya melanjutkan studi S1 nya di salah satu universitas terbaik dan ternama di Indonesia yang bernama ITB, ayah saya memilih jurusan untuk S1 nya adalah kimia murni. Ibu saya sekarang menjadi ibu rumah tangga dan ayah saya menjadi wirausaha. Dulu ayah saya bekerja di salah satu perusahaan Jakarta pada saya masih kecil sebelum ia memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha, lalu ayah saya memutuskan untuk membuat usaha bersama temannya yang memanfaatkan jurusan yang mereka ambil saat studi S1 nya, mereka menggunakan ilmu kimia yang mereka pelajari untuk mendirikan perusahaannya. Perusahaan mereka bergerak dalam bidang jasa pengangkutan limbah b3 yang sudah memiliki izin dan jasa pemanfaat limbah b3 batubara menjadi material ramah lingkungan yang telah mendapat rekomendasi dari Kementrian Lingkungan Hidup. Jenis limbah b3 mereka meliputi : limbah batubara, limbah sludge, limbah oli dan thinner, limbah kapur, limbah gypsum, dan jenis limbah b3 lainnya. Mereka hadir untuk memberikan solusi dangan basis aman dan ramah lingkungan. Pabrik ayah saya berlokasi di Karawang dan untuk kantor yang ia pegang berlokasi di daerah Jakarta Selatan.

Halo izinkan saya memperkenalkan diri, nama saya Jihadhul Mukminin atau bisa dipanggil Jadul, saya dilahirkan di Bandung pada tanggal 7 Agustus 2004. Kata ibu saya, saya adalah orang yang termasuk dalam kategori hyperaktif sejak saya masih kecil, karna memang dari dulu saya merupakan tipe orang yang suka mengeksplor sesuatu yang belum pernah saya rasakan atau belum tau mengenai hal tersebut. Saya sempat bersekolah di salah satu TK di daerah Pasar Minggu, disitu adalah tempat pertama saya mengenal, berteman, berbincang dengan orang lain yang sepantaran dengan saya. TK adalah tempat yang cukup seru untuk anak yang masih kecil dan belum memiliki beban atau pikiran apa yang mereka akan hadapi kedepannya karna hanya bermain yang mereka pikirkan. Saat kelulusan TK, mungkin suatu hal yang dibilang people come and go belum terasa diumur mereka, dulu saya berpikir kalo kelulusan diibaratkan seperti naik level saja ke jenjang yang lebih tinggi. Setelah kelulusan TK, saya melanjutkan program sekolah saya ke salah satu sekolah swasta yang berlokasi di daerah pancoran. SD adalah tempat dimana kita semakin tau apa fungsi atau semakin tau apa yang kita pelajari mengenai pelajaran yang diberi pembimbing untuk kedepannya. SD merupakan tempat dimana bermain dan belajar bisa disatu padukan menjadi sebuah jalan yang seirama, diberi waktu untuk bermain oleh orang tua dan guru, belajar pun diberi porsi yang proporsional oleh pembimbing kita. Kelas 1 sampai kelas 3 menurut saya adalah masa adaptasi, yang dulu hanya bermain dan sekarang ditambahi bumbu-bumbu belajar dalam kadar yang cukup diusianya. Kelas 4 menuju kelas 6 yang saya pikir adalah masa dimana PR atau pekerjaan rumah sudah memunculkan kehadirannya, dan hal itu menjadi sesuatu yang wajib diselesaikan, namun itu masih menjadi tanggung jawab seorang pelajar dan walinya, karna saat itu wali harus masih membimbing ananda untuk berproses dengan cara menuntun dan membantunya. Saya bukan orang yang tergolong pintar dan menjadi golongan anak top ten dikelas. Namun, itu lah alasan mengapa saya selalu di masukan ke sekolah sampingan atau yang biasa kita sebut tempat bimbel ( bimbingan belajar ), saya sempat bimbel di Kumon untuk memperlancar matematika, LIA untuk meningkatkan kualitas bahasa inggris, dan Quantum untuk membantu pelajaran umum terutama mengarah ke Ujian Nasional. Selain sekolah diluar rumah, saya juga sekolah bersama ayah saya dirumah ditemani kakak saya yang dulu masih SMP, saya tidak pernah merasakan apa itu liburan sekolah saat SD, selama 3 tahun dari kelas 4 sampai kelas 6 saya dan kakak saya selalu di dorong untuk selalu belajar dirumah, ayah saya sangat mahir dalam bidang matematika dan IPA, itu alasan mengapa saya dan kakak saya selalu diajarkan matematika oleh ayah, mungkin matematika adalah bidang yang lebih general. Saya sempat mengeluh karna waktu belajar saya tergolong sangat lama diumur saya waktu itu, dari setelah subuh sampai setelah isya yang diberi istirahat hanya beribadah, mandi, dan makan. Jujur saya keberatan. Namun, semua itu pasti membuahkan hasil, walaupun saya bukan orang yang cukup pintar, saya selalu menyelesaikan tugas atau ujian matematika, jika ada teman saya yang meminta bantuan saya dengan semangat membantu mereka, karena memang benar ilmu akan bertahan lama atau semakin melekat ke kita jika ilmu itu kita sebarkan. Saya juga pernah lolos seleksi lomba cerdas cermat bersama para ranking 3 besar disetiap kelas, dan saya ingat saya mengikuti seleksi itu hanya karena iseng, tapi tidak ada yang tau bisa lolos dan ikut berpartisipasi mengikuti lomba di Labschool, walaupun gagal untuk juara. Titik dimana semua itu terbayar adalah saat saya melaksanakan ujian nasional, pada saat itu pelajaran yang diuji adalah matematika, ipa, dan bahasa indonesia. Saya mendapatkan nilai sempurna di pelajaran matematika. Walaupun level matematika tergolong hal yang sangat dasar, tapi itu adalah pencapaian yang cukup membuat saya senang saat itu. Setelah UN, masuklah kita ke program wisuda. Wisuda SD adalah waktu dimana bahagia dan sedih bercampur, bahagia karena akan pergi ke jenjang selanjutnya, dan sedih karena harus berpisah dengan teman masa kecil. Namun, life goes on.

Setelah masa kecil terbitlah masa dimana orang akan beranjak dewasa, semua orang akan merasakannya disaat setelah SD yaitu SMP. Saya mungkin sedikit berbeda dengan orang lain ada yang sama tapi tidak semua, yang lain ada yang melanjutkan ke negeri atau swasta, sedangkan saya masuk pondok pesantren. Dulu, saya ingin masuk pesantren karena kakak saya juga pesantren dan mendapatkan laptop. Disitulah muncul keinginan saya untuk mengikuti jejak kakak saya. Namun, setelah masuk sekolah ternyata saya tidak mendapatkan laptop, mungkin karena beda sekolahnya, jadi saya cukup kecewa dengan hal itu. tahun pertama dan kedua adalah adaptasi yang luar biasa buat saya, yang biasanya kita tidur dirumah tapi sekarang kita tinggal bersama teman dan dilingkup yang itu-itu saja. Belajar mandiri adalah bagian besar untuk mencapai kesuksesan di lingkup pesantren. Saat dipesantren sifat saya menjadi pendiam karena ilmu agama saya juga hanya sedikit. Tapi semakin saya besar dikawasan tersebut saya akhirnya terbiasa dan berhasil berdamai dengan diri sendiri serta menerima kenyataan sebagai santri. Jujur, 3 tahun di pondok pesantren tidak terasa dari yang awalnya perkenalan dan akhirnya menuju akhir dari perjalanan masa SMP. Perpisahan yang cukup terasa sakitnya karena perasaan ini lebih dari sekedar teman tapi saudara. Sayangnya, saya berpindah tempat sekolah karena saya ingin mencari relasi antar sekolah untuk kebutuhan kedepannya. Waktu begitu cepat liburan pun lewat begitu saja. Masa penentu akhirnya ingin mulai dijarahi, SMA lebih tepatnya. Sekolah SMA saya adalah pondok pesantren yang berlokasi di Depok daerah Pengasinan.

Sebuah pondok pesantren yang baru berdiri, dan saya adalah seorang siswa angkatan 4. Seperti biasa saya sebagai orang baru saya akan menjadi seseorang yang pendiam dan mengamati sekitar. Setahun pertama, diisi dengan perkenalan antar siswa-siswa dan lingkungan baru sekitar. Tidak ada yang cukup istimewa di tahun awal SMA. Saya sedikit kecewa dan terkejut karena kegiatan yang diselenggarakan osis cukup sedikit malah hampir tidak ada, jika dibandingkan dengan sekolah sebelumnya, mungkin karena masih sekolah baru. Tahun kedua, adalah tahun dimana siswa kelas 11 menjadi OSIS, bedanya kalau sekolah diluar yang jadi OSIS hanya seberapa, sedangkan disekolah ini para siswa kelas 11 wajib menjadi OSIS semuanya tanpa terkecuali karena divisinya yang bisa dibilang cukup banyak. Saya cukup gatal dengan kekosongan kegiatan yang ada disekolah ini, akhirnya saya suka bersosialisasi ide-ide kegiatan dengan teman-teman dan guru-guru saya, dengan keseringannya saya berargumen, saya ditawarkan menjadi ketua OSIS. Namun, saya menolak karena saya merasa belum bisa menjaga tanggung jawab secara keseluruhan dan merasa tidak bisa menanggung urusan-urusan seorang ketua. Akhirnya saya menjadi ketua divisi HUMAS. Disitulah saya mengeluarkan ide-ide untuk kegiatan dan beradu argumen dengan para pembimbing OSIS, beberapa acara berhasil dilaksanakan dan beberapa juga tidak karena ada kendala yang bisa dimaklumi. Semakin naik kelas semakin cepat pula waktu berlalu. Tidak terasa sudah memasuki tahun terakhir ajaran SMA. Kelas 12 adalah tahun dimana para siswa fokus menuntut ilmu yang akan dikejar untuk kelanjutannya dimana kuliah nanti. Salahnya, saya tidak pernah berkompromi dengan orang tua mengenai jurusan apa yang saya ambil dan jurusan yang akan disetujui oleh orang tua. Saya bisa dibilang orang yang cukup menyukai hal yang berkaitan dengan seni, dari segala aspek seni yang saya tekuni, saya paling menyukai seni sinematografi dalam bidang editing maupun videografi. Pada akhirnya, saya memutuskan untuk memilih jurusan sinematografi. Namun, orang tua saya tidak merestui karena beberapa sebab, kata ayah saya sinematografi jangan dijadikan pelajaran kuliah namun dijadikan jadi sebuah hobi, hasil dari obrolan antar saya dengan orang tua adalah memutuskan saya untuk memilih jurusan arsitek, dalam sebab saya sempat suka menggambar dan suka matematika, jadi cukup pas untuk jurusan itu. Setelah kelas 12 berlalu, saya menghadapi rintangan kembali karena saya diberi perintah untuk melanjutkan studi S1 saya di Jerman dan dilempar ke Turki, setahun saya belajar matematika dan bahasa inggris untuk mengikuti tes SAT. Namun nilai saya beda tipis dengan target universitas top ten di Turki. Selama gap year itu, saya mencari relasi pereventan dunia malam dijakarta tiap hari dalam sebulan dan berhasil membuat salah satu EO (event organization) yang sudah berjalan hampir setahun (6 events) dan mendapat penghasilan dari kegiatan tersebut, saya cukup bangga dengan pencapaian yang tidak sia-sia itu. Dan usaha yang sedang berproses sekarang adalah usaha clothing buatan sendiri yang tahun ini akan dirilis. Karena beberapa kendala akhirnya saya diputuskan untuk S2 di luar negeri dan S1 didalam negeri.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Jesslyn Evania Citra – Get to Know Your Self

Bagi saya, dunia perkuliahan tidak mudah. Saya harus beradaptasi dengan lingkungan baru, mengenal teman-teman baru, memahami sistem perkuliahan, dan menyesuaikan diri dengan tuntutan akademik yang lebih tinggi. Selain itu, memasuki dunia perkuliahan juga berarti harus belajar mandiri dan mengatur waktu dengan bijak. Dalam proses ini, saya belajar untuk menjadi lebih disiplin, bertanggung jawab, dan mengelola waktu dengan efisien.

Saya memilih kuliah jurusan arsitektur karena memiliki minat. Sejak kecil, saya selalu terpesona dengan bangunan-bangunan yang ada di sekitar. Saya ingin menjadi bagian dari proses kreatif dalam menciptakan ruang yang nyaman dan indah bagi orang lain.

Selain itu, saya juga tertarik dengan peran arsitektur dalam pembangunan berkelanjutan. Dalam era yang semakin concern terhadap lingkungan, saya ingin menjadi arsitek yang dapat berkontribusi dalam menciptakan bangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Saya ingin menggunakan pengetahuan dan keterampilan saya untuk merancang bangunan yang mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Dengan alasan-alasan tersebut, saya yakin bahwa kuliah di jurusan arsitektur adalah pilihan yang tepat bagi saya.

Saya mencintai arsitektur dengan segala keindahan dan kreativitas yang terlibat di dalamnya. Ketika saya melihat sebuah bangunan yang indah, saya merasa takjub oleh detail-detailnya yang halus dan perpaduan harmonis antara fungsi dan estetika. Selain itu, saya juga sangat tertarik dengan sejarah arsitektur, menelusuri bagaimana gaya-gaya arsitektur berkembang dari masa ke masa dan memahami pengaruhnya terhadap perkembangan budaya dan masyarakat. Bagi saya, arsitektur bukan hanya tentang bangunan fisik, tetapi juga tentang bagaimana bangunan tersebut berinteraksi dengan lingkungannya dan memberikan dampak positif bagi penggunanya.

Nama saya Jesslyn Evania Citra. Saya lahir pada tanggal 10 Desember 2005 di Jakarta. Saya berasal dari keluarga yang berkecukupan. Ayah saya bekerja sebagai pegawai swasta, sedangkan ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga.

Saya merupakan anak tunggal. Sebagai anak tunggal, saya mendapatkan perhatian penuh dari orang tua saya dan memiliki banyak kesempatan untuk mengembangkan minat dan bakat saya. Saya sangat bersyukur dapat lahir dalam keluarga yang berkecukupan. Hal ini memberikan saya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan berbagai peluang untuk mengembangkan potensi diri.

Tujuan hidup saya untuk diri sendiri adalah mencapai kebahagiaan dan kesuksesan dalam segala hal yang saya lakukan. Saya ingin memiliki karir yang sukses dan membangun hubungan yang bermakna dengan orang-orang terdekat saya. Saya percaya bahwa dengan memiliki tujuan hidup yang jelas dan berusaha secara konsisten untuk mencapainya, saya dapat menciptakan kehidupan yang bermakna.

Tujuan hidup saya juga melibatkan pengembangan diri secara terus-menerus. Saya ingin terus belajar dan berkembang, baik dalam hal pengetahuan maupun keterampilan. Saya ingin menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya, dengan menghadapi dan mengatasi tantangan hidup dengan ketekunan. Dengan adanya tujuan ini, saya yakin bahwa saya akan terus tumbuh dan berkembang menjadi versi terbaik dari diri saya sendiri.

Dalam perjalanan mencapai tujuan hidup saya, ada tantangan dan rintangan yang mungkin muncul. Saya menganggapnya sebagai peluang untuk tumbuh dan belajar. Saya percaya bahwa dengan ketekunan dan dukungan dari orang-orang terdekat, saya dapat mengatasi semua hambatan tersebut dan mencapai kesuksesan yang saya impikan.

Dengan demikian, tujuan hidup saya mencakup mencapai kesuksesan dalam karir, memastikan kebahagiaan pribadi, dan terus mengembangkan diri. Saya berkomitmen untuk bekerja keras dan konsisten dalam perjalanan ini, dengan harapan bahwa saya dapat mencapai tujuan hidup saya dan menciptakan kehidupan yang bermakna.

Tujuan hidup saya adalah untuk orang lain adalah untuk membantu dan memberikan kontribusi positif kepada orang lain. Saya berkomitmen untuk menjalani hidup dengan penuh kasih dan membantu mereka yang membutuhkan, baik melalui tindakan langsung maupun dengan memberikan inspirasi dan motivasi kepada mereka. Selain itu, saya juga berharap dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman saya dengan orang lain, sehingga mereka juga dapat tumbuh dan berkembang. Saya ingin menginspirasi orang-orang untuk mencapai potensi terbaik mereka.

Saya juga berharap dapat berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Saya ingin terlibat dalam proyek sosial yang dapat meningkatkan kualitas hidup orang-orang di sekitar saya. Saya ingin membantu mereka yang kurang beruntung dan memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkan.

Dalam perjalanan mencapai tujuan hidup saya untuk orang lain, saya menyadari bahwa penting untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Saya ingin meningkatkan keterampilan saya dalam memberikan bantuan dan dukungan, serta memahami lebih baik kebutuhan dan tantangan orang lain. Saya berkomitmen untuk terus tumbuh dan belajar agar dapat memberikan kontribusi yang lebih efektif.

Lagu favorit saya adalah Limbo oleh Keshi. Lagu ini memiliki melodi yang menarik dan lirik yang menyentuh hati. Alunan musiknya menggambarkan perasaan seseorang yang terjebak dalam situasi sulit, mencari jalan keluar, dan menemukan kebebasan. Lewat lagu ini, ia seolah menjelaskan, jika sedang merasa bingung dengan arah dan tujuan hidup, kita tetap harus mencoba yang terbaik. Saya suka bagaimana Keshi mampu mengekspresikan emosi melalui suara dan penulisan liriknya. Lagu ini membuat saya terhubung dengan perasaan saya sendiri dan memberi saya semangat untuk terus berjuang.

Salah satu momen dalam hidup saya yang benar-benar melekat di hati saya adalah saat-saat ketika saya bisa menghabiskan waktu bersama keluarga. Saat itulah kami benar-benar merasa dekat satu sama lain dan menikmati kebersamaan. Saat kami menghabiskan waktu bersama, kami sering melakukan berbagai kegiatan yang menyenangkan. Seperti berlibur ke luar kota, atau sekadar menonton film favorit di rumah.

Momen-momen bersama keluarga tidak hanya memberikan kebahagiaan saat itu, tetapi juga mengisi hidup saya dengan banyak cerita yang akan selalu saya kenang. Meskipun kadang-kadang kesibukan dan rutinitas sehari-hari membuat kami sibuk, kami selalu berusaha untuk menyisihkan waktu khusus untuk keluarga.

Cerita yang tidak sabar untuk saya ceritakan kepada teman baru adalah cerita perubahan saya dalam bersosialisasi dengan teman sekelas saat sekolah dasar dan sekolah menengah. Saat sekolah dasar, saya lebih mudah berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman. Saya sering mengobrol, bermain, dan bergaul dengan teman-teman sekelas saya. Namun, setelah saya masuk ke sekolah menengah, semuanya berubah. Saya merasa lebih sulit untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman-teman baru. Saya merasa canggung dan tidak percaya diri. Meskipun begitu, saya berusaha untuk tetap terlibat dalam kegiatan sekolah dan mencoba untuk memperluas lingkaran pertemanan saya.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Jassica Machdalena Machlon – Get to Know Your Self

Nama saya Jassica Machdalena Machlon, saya lahir di Tanjung Pinang yang terletak di Kepulauan Riau namun saya harus pindah ke Batam disaat saya berumur enam tahun di karenakan ada urusan kerjaan papa saya yang harus membuat kita pindah semua kesana. Saya lahir pada hari Rabu, 29 Januari 2003. Saya adalah anak ke – empat dari lima bersaudara. Saya mempunyai 3 kakak perempuan dan 1 adik laki – laki. Kami kakak beradik memiliki keturunan dayak dan juga jepang. Suku dayak datang dari mama saya, dan darah jepang datang dari papa saya. Umur kami kakak beradik  berjarak jauh. Para kakak – kakak saya sudah memiliki keluarga sendiri sehingga tersisa saya dan adik saya yang masih duduk di kelas satu smp yang masih harus di tanggung oleh orang tua saya. Kakak pertama dan kakak kedua saya tinggal di Kalimantan dan di Singapura. Saya, kakak ketiga, dan adik saya tinggal di jakarta. Meskipun kami bertiga di sama – sama di jakarta, kami tidak tinggal bersama dikarenakan saya harus tinggal di kos karena tempat tinggal saya jauh dengan tempat kampus saya. Tetapi bukan karena kami tinggal di tempat berbeda kami menjadi menjauh, melainkan kami semakin menyatu dengan kakak – kakak saya yang jauh disana.Setiap hari kami selalu berbicara lewat video call maupun voice call untuk menanyakan kabar, menanyakan keadaan, dan lain lain.

Saya terlahir di keluarga yang sangat hangat  yang dimana saya dan saudara – saudara saya tumbuh dengan penuh kasih sayang dari kedua orang tua saya. Jarang sekali kami anak – anak nya melihat kedua orang tua kami bertengkar di karenakan mereka berdua cukup sibuk dengan pekerjaan mereka masing – masing dan kami pun melihat orang tua kami sebagai panutan kami supaya kami juga bisa mendapatkan calon atau pun pasangan hidup seperti kedua orang tua kami nanti nya.

Saat pertama kali kami pindah ke pulau Batam, semuanya terasa asing karena saya dan kakak – kakak saya masih belum familiar dengan tempat tersebut. Tetapi lama kelamaan kami mencoba untuk beradaptasi perlahan – lahan sehingga kami akhirnya nyaman dengan tempat tinggal kami yang di Batam itu. Lalu lahir lah adik saya , yang satu – satu nya anak laki – laki di keluarga saya. Kami sangat amat menyayangi dia karena selama ini kami mengharapkan sebuah adik laki – laki, begitu juga dengan kedua orang tua kami yang mengharapkan sebuah anak laki di keluarga kami. Jarak umur saya dan adik laki – laki saya yang bungsu adalah delapan tahun. Cukup jauh umurnya, tetapi kami sangat lah dekat.

Selama saya duduk di bangku SD, saya selalu mengikuti ekstrakurikuler seperti taekwondo, basket, dance , dan yang terakhir pemain drama di setiap adanya event atau pun pentas seni.  Saya juga sering mengikuti lomba seperti lomba menggambar, lomba mewarnai di karenakan saya mempunyai hobi menggambar dan juga mewarnai.

Lalu saat saya duduk di bangku SMA, saya mengikuti ekstrakurikuler seperti basket,dance dan saya juga mengikuti organisasi OSIS pada masa itu. Saya sangat enjoy sekali dengan momen itu, namun semua nya berubah saat ada nya virus covid 19. Semua kegiatan saya sangat amat terbatasi pada saat itu di karenakan sekolah juga tidak boleh tatap muka seperti biasanya. Saya dan yang lainnya sangat amat sedih karena seharusnya SMA adalah momen yang sangat dinanti – nantikan semua anak remaja pada saat itu. Jadi mau tidak mau kami semua harus mengikuti pelajaran melalui zoom. Saya ingat sekali kalau itu adalah saat saya duduk di bangku SMA kelas satu semester dua.

Lalu disaat masa masih adanya virus covid 19, saya dan kawan saya masih mengikuti kegiatan ekstrakurikuler basket dari sekolah meskipun ekstrakurikuler tersebut semakin sedikit peminat nya di karenakan masih rawan penyakit. Di saat saya mengikuti ekstrakurikuler tersebut, saya merasa bahwa kaki saya ada yang tidak beres. Tetapi saya anggap remeh saja karena saya kira cuman mungkin terkilir biasa akibat saya sering jatuh saat kegiatan basket. Namun lama kelamaan saya merasa kalau tiap hari, sakit nya semakin terasa, saat itulah saya melapor ke kedua orang tua saya dan besok nya pun mereka memaksa saya untuk pergi health check up di Johor Malaysia. Saya kira mungkin cuman sakit biasa , namun ternyata salah. Ketika saya mendengar hasil diagnosa yang diberikan dokter tersebut ke saya dan kedua orang tua saya, kami semua kaget dan di saat itu juga saya melihat kedua orang tua saya meneteskan air mata lalu memeluk saya dengan sangat amat erat. Pertama saya tidak terlalu peduli dengan hasil diagnosa tersebut, namun di karenakan saya melihat reaksi dari orang tua saya, saya pun akhir nya penasaran dengan hasil nya dan hasil diagnosa yang diberikan oleh dokter tersebut adalah Osteosarcoma atau bisa juga disebut dengan kanker tulang. Reaksi pertama kali saat saya  mendengar tersebut adalah kaget dan juga denial. Karena di keluarga saya tidak ada yang memiliki penyakit turunan seperti kanker. Namun, saya pun tertampar oleh kenyataan ketika dokter tersebut menyuruh orang tua saya menandatangani sebuah formulir bahwa saya harus mengikuti terapi seperti chemotherapy di rumah sakit johor, Malaysia.

Di hari itu juga, saya sama sekali tidak mempunyai semangat atau pun selera dan nafsu untuk makan. Orang tua saya dan juga saudara – saudara saya selalu memberi saya semangat dan juga selalu berdoa supaya tidak ada hal yang tidak di inginkan di keluarga kami. Sejak itulah saya semakin rajin beribadah, berdoa , dan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun, meskipun saya sudah melalukan itu semua, pikiran di otak dan juga hati saya sangat amat tidak tenang karena saya tahu, jikalau sudah memiliki penyakit itu, persen untuk hidup adalah sedikit apalagi saya memiliki jenjis kanker yang bisa dibilang sangat ganas namun di karenakan saya check up lebih awal, saya masih di stadium pertama yang masih bisa diatasi. Hari pertama kali saya mengikuti chemotherapy adalah hari dimana saya berulang tahun ke 16 tahun. Saya sangat sedih sekali karena saya garus melakukan perawatan yang intensif di hari yang dimana saya seharusnya pergi bersama dengan keluarga dan juga dengan teman – teman saya sambil tertawa, bercerita , dan melakukan hal – hal yang menyenangkan hati saya di hari ulang tahun saya. Tetapi saya malah harus meniup kue ulang tahun saya yang ke enam belas di rumah sakit. Ketika saya meniup kue tersebut, hati dan pikiran saya tercampur aduk antara sedih dan juga terharu. Sedihnya karena saya menjalankan chemotherapy di hari ulang tahun saya, terharu nya karena masih ada keluarga saya yang masih meng – support saya dan rela mengambil cuti kerja mereka demi merayakan ulang tahun saya sekalian juga dengan berkumpul bersama di hari pertama kali saya menjalankan chemotherapy. Pasien – pasien yang ada disana pun juga ikut merayakan hari ulang tahun saya dan saya pun menjadi makin terharu. Pertama kali saya menjalankan chemo, pikiran saya sudah kemana – mana. Lalu seminggu setelah chemo, mulai lah dampak setelah chemo datang. Rambut mulai rontok, muntah setiap hari , tidak ada selera makan , dan lain lain. Saya malu sekali untuk keluar rumah maka dari itu, teman saya pada masa itu hanya internet. Semua anggota keluarga saya selalu memberi saya semangat setiap saat dan setiap waktu. Mereka tidak pernah mengeluh ketika menjaga saya namun mereka malah memanjakan saya dengan kebaikan. Lalu setelah ketiga kali nya saya menjalankan chemo, akhirnya saya pun diputuskan untuk melakukan pembedahan operasi di bagian tulang paha sampai di tulang lutut. 

Di saat itu, saya takut sekali karena saya tidak mau ada hal yang tidak di inginkan namun karena saya tidaj bisa apa – apa, saya cuman bisa meminta pertolongan dari Tuhan dengan berdoa dan pasrah. Sebelum saya memasuki ruangan operasi, semua nya memeluk saya dengan erat lalu kami semua berdoa bersama supaya operasi saya berjalan dengan lancar dan akhirnya memang lancar operasi tersebut. Keluar dari ruang operasi, saya masih terbaring dan tidur karena obat bius yang diberikan. Dan ketika saya sudah bangun, saya ingat bahwa kedua orang tua saya memegang kedua tangan saya dengan erat. Lalu selama satu minggu full itu,saya dijaga oleh kakak saya dan juga oleh kedua orang tua saya. Mereka menjaga saya dengan penuh kasih sayang. Namun di saat itu, papa saya akhirnya terbaring sakit dikarenakan terlalu memikirkan saya sehingga papa saya sendiri pun tidak menjaga tubuh dia dengan sehat. Papa saya selalu baring di samping saya sambil berkata bahwa saya harus semangat menjalankan hidup saya dan diberikan banyak sekali amanah. Lalu seminggu kemudian, akhirnya papa saya di panggil oleh Tuhan dan meninggalkan saya,kakak – kakak, adik, dan juga mama saya. Momen tersebut sama sekali tidak bisa saya lupakan karena momen itu adalah kami sekeluarga mendapatkan trauma yang sama sekali tidak bisa kami lupakan. Saya sangat menyesal karena saya belum bisa membanggakan papa saya, saya juga belum menunjukkan kepada papa saya kalau sekarang saya sudah survive dari kanker ini.

Saya sangat amat terpuruk karena yang seharusnya selama saya menjalankan proses chemotherapy aman – aman saja, tetapi saya malah mendapatkan berita duka dari papa saya sendiri. Saya menjadi tidak ada lagi semangat hidup ketika mendapatkan kejadian tersebut tetapi saya ingat amanah dari papa saya sebelum dia pergi, bahwa saya harus semangat dan membuktikan kalau saya bisa kalahkan kanker ini. Lalu dua tahun setelah saya menjalankan proses seperti chemotherapy, radiotherapy, dan pergi berkonsultasi dengan psychiatrist akhirnya semangat untuk hidup saya kembali lagi. Mama saya sangat bangga sekali dengan saya karena saya berjuang terus sampai akhir.Lalu sebelumnya amanah yang diberikan oleh papa saya adalah bahwa saya harus menjadi dokter supaya saya bisa merawat banyak orang yang memerlukan bantuan dan karena kakak – kakak saya semua berprofesi sebagai dokter juga. Namun saya berpikir bahwa passion saya tidaj ada di bidang obat obatan atau pun hal yang berbau dengan medical makan dari itu saya ingin mengikuti jalan papa saya sebagai arsitektur.

Saya sangat tertarik dengan jurusan arsitektur karena papa saya juga dulu nya adalah seorang arsitek, dan mama saya adalah seorang kontraktor maka dari itu, saya sudah sedikit familiar dengan struktur struktur bangunan dan juga material. Sejauh ini, yang membuat saya sangat mencintai arsitektur adalah karena saya ingin mengikuti jalan papa dan mama saya di bidang ini.

Tujuan hidup saya untuk diri saya sendiri adalah saya ingin menjadi sukses, tidak perlu memikirkan tentang keuangan, dan membanggakan keluarga saya.Tujuan hidup saya untuk orang lain adalah saya bisa membantu orang lain sebisa mungkin tanpa adanya unsur paksaan dan mengerjakan nya dengan senang hati.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Jason Santino Halim – Get to Know Your Self

Saya Jason Santino Halim, seorang mahasiswa arsitektur angkatan B27. Saya lahir di Jakarta tetapi saya tinggal di Kabupaten Bekasi sejak kecil di Cikarang Selatan. Arsitektur menjadi jurusan pilihan saya karena saya merasa sangat tertarik dengan proses pemikiran dalam arsitektur. Saya sendiri memiliki minat dalam IPA dan seni sehingga saya tetap merasa nyaman mempelajari arsitektur. Saya pernah magang di salah satu perusahaan kontraktor dekat rumah saya dan saya ditugaskan menggambar denah dan tampak rumah. Meskipun saya belum mampu menggambar gambaran kerja, saya mendapat gambaran tentang arsitektur setelah mengerjakan gambar dan juga membahas design bangunannya. Setelah magang saya semakin yakin untuk memilih arsitektur sebagai jurusan saya.

Jika membahas tentang tujuan hidup, saya tidak memiliki tujuan hidup yang keren atau mulia atau bagaimanapun tujuan hidup yang istimewa. Saya hanya ingin hidup dengan menjadi orang yang konsisten melakukan apa yang menurut saya baik. Jika saya melihat diri saya melakukan hal yang kontradiktif terhadap kesadaran moral saya, saya akan sangat kecewa pada diri saya. Jika mengikuti apa yang saya inginkan dalam hidup saya, mungkin saya bisa katakan bahwa tujuan hidup saya adalah untuk membawa pengaruh yang baik kepada dunia melalui bidang arsitektur.

Jika berbicara tentang tujuan hidup saya untuk orang lain, saya membayangkan bagaimana saya menunjukkan kepedulian kepadanorang-orang yang terdekat. Saya mulai menyadari beban saya sebagai anak pertama karena saya juga menyadari bahwa umur orang tua saya sudah tua dan sebentar lagi akan pensiun setelah saya lulus kuliah. Oleh karena itu, saya merasa saya memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa saya bisa memiliki penghasilan yang cukup untuk diri sendiri di waktu yang dekat, dan sebisa mungkin juga memiliki oenghasilan yang cukup untuk berkontribusi kepada keluarga saya juga.

Saya juga memiliki pacar lumayan lama, melalui hubungan tersebut saya mulai menyadari dan berpikir tentang bagaimana saya bisa menjadi seseorang yang bisa dipercaya olehnya dan tentunya orang tuanya juga. Salah satu hal yang paling menjadi bobot pemikiran saya adalh tentang karir saya. Hal ini semakin mendorong semangat saya dalam belajar juga, dan bukan hanya belajar dalam kuliah tetapi juga hal-hal lain yang saya bisa pelajari sendiri.

Saya memiliki beragam-ragam hobi. Saya suka musik, menggambar, ilmu bela diri, dan lain-lain. Dari ketiga hobi tersebut, beberapa saya bisa menceritakan pengalaman yang menarik darinya. Menurut saya pengalaman-pengalaman ini membuat hobi-hobi tersebut lebih melekat pada hidup saya karena membuatnya semakin memorable. Sebagai seseorang yang senang musik, saya senang mendengar dan memainkan musik. Terkadang saya mengikuti kegiatan band.

Pengalaman saya dalam band masih sedikit. Saya hanya pernah beberapa kali ikut bermain dalam suatu band. Dalam menggambar, saya pernah ditugaskan untuk menggambar saat magang di perusahaan kontraktor. Disitu saya kadang mendapat kesempatan untuk ikut ke lapangan dan ikut survey bangunan. Ada satu saat dimana saya disuruh untuk mengukur bangunan karena tidak ada gambar kerja bangunan tersebut yang tersedia.

Salah satu musisi yang saya suka oleh karena lirik lagunya yang menarik eprhatian saya adalah Billy Joel. Pesan dan keindahan kata-kata dalan lagu Billy Joel terpadukan dengan luar biasa. Sebagian besar dari pesan dalam lagu-lagu Billy Joel sempat menyentuh hati saya. Lagu favorit saya dari Billy Joel adalah “Everybody Has A Dream” yang menceritakan bagaimana setiap orang memiliki mimpi dan mimpi penulisnya adalah untuk memiliki hidup yang tenang dan bahagia bersama pasangannya. Kemudian ada juga lagu ” Puano Man” yang memiliki konsep menarik dengan 

Saya magang hanya 20 hari saat itu, menurut saya pengalaman yang saya miliki masih jauh dari cukup untuk memuaskan rasa penasaran saya. Masih banyak yang ingin saya pelajari tentang perusahaan kontraktor dan pembangunan proyek. Saya masih belum sempat banyak melihat langsung proses pembangunan secara dekat. Selama saya kuliah, saya berniat untuk mengambil kesempatan untuk mendapatkan pengalaman di lapangan lagi seperti waktu saya magang. Contohnya, saya tertarik untuk mengikuti BakHim(Bakti Himpunan) dimana mahasiswa himpunan mengadakan kegiatan bakti untuk membantu pembangunan-pembangunan untuk orang-orang yang kurang mampu.

Dalam bela diri, saya pernah mengikuti pertandingan kickboxing. Dalam kickboxing, pertarungannya lebih keras karena tidak mengandalkan poin seperti karate, atai taekwondo. Peraturan dalam pertandingan kickboxing memperbolehkan untuk menyakiti lawan dengan pukulan dan tendangan ke kepala dan gerakan lain yang mungkin terlarang di beberapa pertandingan bela diri lainnya. Oleh karena itu, kickboxing memerlukan persiapan fisik, mental dan teknik yang kuat. Saya perlu berlatih sangat intensif untuk mengikuti pertandingan tersebut. Bukan hanya itu, saya juga perlu menurunkan berata badab dari 65 kg ke 60 kg dalam waktu 3 minggu. Hal ini melatih saya untuk memiliki disiplin yang kuat. Melalui pengalaman ini, saya semakin menyadari bagaimana memiliki target yang jelas akan jauh lebih efektif dalam membantu saya untuk tetap disiplin dibanding jika saya tidak memiliki target yang pasti.

Saya baru sekali mengikuti pertandingan atau fight. Setelah pengalaman itu saya semakin menyadari kekurangan saya. Tetapi, saya tidak merasa rakut untuk bertanding lagi. Bahkn, jika ada kesempatan saya akan mengambil kesempatan tersebut untuk mengikuti pertandingan lagi. Menurut saya pengalam bela diri saya berkontribusi banyak kepada mentalitas saya dan rasa percaya diri saya. Benar yang dikatakan bahwa saat seseorang paham cara bertengkar dalam ilmu bela diri, ia bisa menghilangkan rasa takut dan tidak percaya diri.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Jason Nathanniel Wang – Get to Know Your Self

Halo, perkenalkan nama saya Jason Nathanniel Wang, biasanya dipanggil Jason, Jas, atau Son. Pontianak, Kalimantan Barat adalah tempat kelahiran dan tempat saya tinggal sepanjang hidup saya. Saya lahir pada tanggal 1 Juli 2005. Saya memiliki dua saudara laki-laki, yang tertua bernama Wilson Nathanniel Wang, dan yang bungsu bernama Carlson Reagen Nathanniel Wang. Ayah saya adalah seorang wiraswasta yang berdedikasi, sedangkan ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga yang hebat.

Saudara-saudara laki-laki saya, Wilson dan Carlson, adalah sahabat-sahabat terbaik saya. Kami sering bermain bersama, berbagi rahasia, dan tumbuh bersama dalam pengalaman hidup kami. Meskipun ada perbedaan usia di antara kami, hubungan kami sangat erat. Kami adalah tumpukan kebahagiaan yang selalu saling mendukung.

Ayah saya adalah sosok yang selalu menginspirasi saya dengan semangatnya dalam dunia bisnis. Dia adalah contoh nyata tentang bagaimana kerja keras dan ketekunan bisa membawa kesuksesan. Melihatnya bekerja keras setiap hari membantu saya memahami pentingnya dedikasi dalam mencapai tujuan.

Ibu saya adalah tulang punggung rumah tangga kami yang selalu memberikan cinta dan dukungan tanpa syarat. Dia adalah sumber kehangatan dan kebaikan dalam keluarga kami. Belajar dari ibu saya tentang empati, kasih sayang, dan kepedulian terhadap sesama adalah pelajaran yang sangat berharga.

Kehidupan saya di Pontianak adalah bagian penting dari identitas saya. Kota ini terletak di tepi sungai Kapuas, salah satu sungai terbesar di Indonesia. Sungai ini selalu memberikan pemandangan yang indah dan kenangan manis sepanjang masa kecil saya. Saya sering menjelajahi alam sekitar, memancing bersama teman-teman, dan mengejar berbagai petualangan kecil.

Ketika matahari terbenam di atas sungai Kapuas, warna langit berubah menjadi nuansa merah dan oranye yang memukau. Ini adalah momen-momen yang saya nikmati dengan keluarga dan teman-teman. Bersama-sama, kami akan duduk di tepi sungai, menikmati makanan ringan, dan bercerita sepanjang malam.

Di SD Gembala Baik Plus, saya pertama kali mengenal dunia pendidikan formal. Awalnya, saya merasa agak terkejut dengan jumlah mata pelajaran yang harus saya ikuti. Namun, dengan tekad dan dukungan dari guru-guru dan orang tua, saya berhasil mengatasi perasaan itu. Saya menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk meraih impian saya, dan saya harus bersungguh-sungguh dalam belajar.

Saat saya berada di SD Gembala Baik Plus, saya juga aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler, salah satunya adalah turnamen tarik tambang. Saya merasa bangga bahwa kami tidak pernah kalah dalam setiap turnamen yang kami ikuti. Ini bukan hanya tentang kemenangan, tetapi juga tentang kerjasama tim dan semangat persaudaraan yang kami bangun melalui kegiatan tersebut. Itu adalah pengalaman yang mengajarkan saya tentang pentingnya kerja sama dan tekad dalam mencapai tujuan bersama.

Selain itu, saya memiliki guru Bahasa Inggris di SD yang sangat saya hormati. Beliau memiliki kemampuan unik untuk membuat kelas yang beliau ajarkan sangat menyenangkan. Pelajarannya tidak hanya tentang tata bahasa dan kosakata, tetapi juga tentang budaya dan kehidupan sehari-hari di negara-negara berbahasa Inggris. Guru ini benar-benar membangkitkan minat saya dalam bahasa Inggris dan membantu saya meraih prestasi tinggi dalam mata pelajaran tersebut.

Saya sangat bersyukur atas kesempatan ini karena di sekolah inilah saya mulai membangun dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan menjadi bekal penting dalam hidup saya. Guru-guru di sekolah ini juga sangat membantu dalam menginspirasi minat saya dalam berbagai mata pelajaran. Mereka dengan sabar menjelaskan konsep-konsep yang sulit dan selalu mendorong kami untuk berpikir kritis.

Salah satu momen berkesan di SD Gembala Baik Plus adalah pertama kali saya merasakan jatuh cinta. Itu adalah perasaan yang benar-benar membuat hati saya berdebar-debar. Waktu itu, saya merasa seolah-olah dunia berputar hanya untuk kami berdua. Walaupun itu adalah pengalaman pertama, itu mengajarkan saya tentang perasaan, empati, dan arti dari memiliki seseorang yang istimewa dalam hidup.

Saya juga aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Saya terlibat dalam klub lingkungan sekolah dan kami sering mengadakan kegiatan pelestarian lingkungan, seperti penanaman pohon dan pembersihan pantai. Saya percaya bahwa kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga bumi ini dan membantu mereka yang membutuhkan.

Pengalaman di SMP Gembala Baik Plus memberikan kesempatan langka untuk menggali lebih dalam tentang ilmu pengetahuan alam. Saya mulai memahami bagaimana konsep-konsep fisika menjelaskan berbagai fenomena di sekitar kita. Meskipun terkadang terasa sulit, saya menyadari bahwa pemahaman ini membuka mata saya untuk dunia yang lebih luas.

Selain itu, saya menemukan bahwa fisika sebenarnya memiliki banyak manfaat di masa depan, bahkan jika pada awalnya saya tidak melihat relevansinya. Kemampuan untuk menerapkan konsep-konsep ilmiah dalam pemecahan masalah, bahkan dalam kehidupan sehari-hari, ternyata sangat berharga. Pemahaman ini juga memberikan dasar yang kuat untuk memahami perkembangan teknologi, isu-isu lingkungan, dan kemajuan ilmiah yang terus berlanjut.

Ketika saya memasuki SMA, saya merasa seperti perjalanan pendidikan saya telah berlangsung begitu cepat. Sembilan tahun berada di dunia pendidikan telah membawa banyak kenangan manis dan momen berharga. Selama masa SD dan SMP, saya selalu memiliki teman-teman yang setia menemani saya melewati kesusahan dan kebahagiaan di sekolah. Mereka adalah teman-teman yang selalu ada di samping saya, dan kami bersama-sama menjalani berbagai petualangan di dunia pendidikan.

Namun, semuanya berubah ketika pandemi COVID-19 melanda. Saya tiba-tiba merasa kehilangan semua teman yang telah saya miliki selama ini. Pandemi ini memaksa kita untuk menjalani pembelajaran jarak jauh, yang berarti kita tidak bisa bertemu secara langsung dengan teman-teman kami seperti sebelumnya. Rasanya sangat sedih ketika saya memasuki SMA di tengah-tengah pandemi yang merajalela.

Selama dua tahun pertama di SMA, saya harus menjalani pembelajaran online, yang menurut saya terasa sangat lambat. Saya merindukan interaksi sosial dengan teman-teman sebaya saya dan belajar di lingkungan sekolah yang nyata. Namun, saya juga menyadari bahwa ini adalah situasi yang kita semua hadapi, dan kami harus beradaptasi.

Akhirnya, setelah dua tahun itu, saya akhirnya bisa menginjakkan kaki di sekolah fisik saya. Saya ingat betul bagaimana perasaan saya ketika itu. Saya merasa seperti orang asing di tengah-tengah kelas saya yang baru. Saya melihat bagaimana semua orang di sekitar saya sudah memiliki grup mereka masing-masing, sementara saya merasa sendirian.

Namun, saya tidak menyerah. Saya bekerja keras untuk mencari teman-teman baru di sekolah ini. Saya mencoba berbaur dengan berbagai kelompok dan mencari kesempatan untuk berkenalan dengan orang-orang. Walaupun awalnya sulit, perlahan-lahan, saya mulai membangun hubungan dan mendapatkan teman-teman baru yang luar biasa.

Masa SMA adalah waktu yang penuh dengan tantangan dan peluang. Saya merencanakan untuk melanjutkan pendidikan tinggi setelah lulus SMA dan mewujudkan impian saya dalam mencapai kesuksesan. Saya percaya bahwa setiap pengalaman, baik yang menyenangkan maupun yang sulit, akan membentuk saya menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijaksana. Saya berharap dapat terus berkontribusi untuk menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik bagi semua orang.

Saat ini, saya kuliah di Universitas Bina Nusantara (BINUS) dan tinggal di BINUS Square, yang merupakan asrama yang terletak di dalam lingkungan kampus. Saya telah memilih jurusan arsitektur sebagai bidang studi saya. Meskipun saya baru menginjakkan kaki di dunia perkuliahan selama 3 minggu, saya sangat bersemangat untuk menghadapi tantangan-tantangan yang ada di depan dan menjelajahi lebih dalam tentang dunia arsitektur.

Keputusan untuk memilih jurusan arsitektur di BINUS sebenarnya juga memiliki cerita menarik. Saya pertama kali terinspirasi untuk menjelajahi bidang ini setelah melihat sebuah video di YouTube. Video tersebut menampilkan seorang mahasiswa arsitektur dari ITB yang sedang membagikan pengalamannya dalam membuat maket arsitektur. Saya terpesona oleh kreativitas dan ketelitian yang diperlukan dalam proses tersebut. Video itu membuka mata saya tentang potensi dalam arsitektur untuk menggabungkan seni dan ilmu pengetahuan, dan saya merasa bahwa ini adalah panggilan bagi saya.

Selama kuliah ini, saya berharap dapat mengembangkan rasa percaya diri saya dengan menghadapi tantangan-tantangan akademis dan proyek-proyek kreatif dalam bidang arsitektur. Saya yakin bahwa dengan tekad dan usaha, saya dapat mengatasi setiap hambatan yang muncul.

Kemandirian juga menjadi fokus utama saya. Saya berencana untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan proyek-proyek pribadi dan melibatkan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler yang dapat memperluas wawasan dan keterampilan saya di luar ruang kelas. Ini adalah kesempatan untuk tumbuh sebagai individu yang mandiri dan berdaya.

Selain itu, saya berharap dapat membangun koneksi yang berharga selama masa kuliah. Saya ingin terlibat dalam komunitas arsitektur dan berkolaborasi dengan teman-teman sekelas dan dosen-dosen yang berpengalaman. Saya percaya bahwa menjalin hubungan yang kuat di industri arsitektur akan membantu saya dalam mengembangkan karier saya di masa depan.

Semua ini adalah tujuan yang saya bawa dengan semangat tinggi ke universitas ini, dan saya berkomitmen untuk bekerja keras untuk mencapainya. Saya sangat bersemangat tentang perjalanan ini dan semua yang masih akan saya pelajari dan capai selama kuliah di Universitas Bina Nusantara (BINUS).

Perjalanan saya di BINUS telah membawa saya ke lingkungan yang penuh dengan potensi dan peluang. Saya berharap dapat memanfaatkan waktu saya di sini untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan saya dalam arsitektur, serta untuk membangun hubungan dengan teman-teman sekelas dan dosen-dosen yang berpengalaman. Ini adalah awal yang menarik untuk babak baru dalam hidup saya, dan saya siap menghadapinya dengan semangat dan dedikasi yang tinggi.

Terima kasih telah mengenal saya, Jason Nathanniel Wang. Saya sangat bersemangat tentang perjalanan hidup saya yang akan datang dan semua yang masih akan saya capai. Saya berharap dapat terus berkontribusi untuk menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik bagi semua orang.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Janely Chandra – Get to Know Your Self

Halo, nama saya Janely, Asal kota Medan. Terlahir di keluarga yang lumayan sejahtera. Dengan ayah sebagai pekerja swasta dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Mempunyai mimpi untuk mempensiunkan kedua orang tua. Saya merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara. Dan sekarang saya sedang berkuliah di Bina Nusantara Jurusan Arsitektur.

Mengapa saya memilih jurusan Arsitektur? Saya tertarik dengan pemandangan alan dan bangunan-bangunan. Rasanya keren jika dapat membangun bangunan-bangunan yang terbenam bersama dengan alam. Selain indah untuk dipandang dan nyaman untuk ditempati, ini sekaligus dapat mengurangi polusi dan menekan pemanasan global yang kini masih menjadi permasalahan di seluruh dunia.

Lagu? Saya menyenangi banyak lagu. Mulai dari lagu yang sedih, santai, bahagia hingga lagu DJ. Salah satunya? Silver city oleh Space X, lagu ini merupakan lagu yang menggunakan bahasa mandarin.

Oh ya, Saya merupakan seseorang yang senang berinteraksi dengan orang lain. Namun saya sendiri bukanlah seorang ekstrovert. Saya senang mempunyai banyak kenalan. Kata dosen punya banyak relasi itu penting. Ya memang benar sih, cuman saya tidak hanya berpikir demikian. Menurutku memiliki banyak kenalan dapat membuat seseorang merasa nyaman berada di lingkungan tersebut.

Oh, ingin mendengar cerita saya? Saya kurang ingat cerita yang bahagia. Oleh karena itu tidak ada yang bisa saya ceritakan. Cerita kelam? Nahh, saya sudah melewati dan melupakannya. Saya juga tidak ingin merasakannya lagi.

Hmmm, jadi bagaimana saya menyelesaikan esai 1500 ini ya ? Baik baik, saya punya sebuah cerita.

Selama masa SMA, SMA 1 dan SMA 2, itu dilaksanakan secara online. Karena pandemi covid-19. Dan SMA 3-nya barulah dilaksanakan secara offline. Saya punya seorang teman, kami duduk sebangku. Awalnya kami tidaklah mirip, hanya saja kami berdua senang menggambar. Awalnya kami akrab. Tapi lama-kelamaan saya merasa ingin menjauh.

Kenapa? Pada awal semester saya bertanya kepadanya, “Apakah kamu sudah memilih jurusan untuk kuliah nanti?” “Belum, kayaknya aku bakal milih jurusan hukum”, balasnya.Lalu saya menceritakan tentang keinginan, hobi dan mimpi saya. Setelah itu, beberapa bulan kemudian, saya bertanya kembali. Namun kini jawabannya berbeda, “Jurusan Araitektur”, ujarnya. Saya kesal mendengarnya. Biasanya orang bakal senang jika memiliki teman dengan keinginan jurusan yang sama, Namun tidak demikian saya kepada dia.

Saya punya alasan. Mungkin ini terdengar salah. Tapi semua yang dapat saya lakukan, dia dapat melakukannya lebih baik dari saya. Saya merasa semua bakat yang saya miliki, dimiliki olehnya. Dalam segi menggambar, dia selalu menggambar lebih baik dari saya dan selalu mendapatkan pujian. Dalam segi belajar. jika berbicara dengannya, seakan-akan dia selalu bermain game sama dengan saya. Ketika ujian sudah dekat, Saya belajar dari pagi hingga malam, saya terkadang menanyakan kepadanya tentang progress belajarnya, dia selalu mengatakan “Aku belum sentuh” atau “pasrahkan!”. Tapi apakah kamu tau? Nilainya sangat bagus diatasku. Lalu dalam segi pertemanan, banyak yang mengajaknya berbicara tetapi tidak diriku.

Oleh karenanya, saya mulai merasa kecil dan tidak percaya diri. Hingga ke titik saya merasa lebih baik saya tidak ada disini. Toh semua hal yang bisa saya lakukan bisa dilakukannya. Dia juga lebih disukai orang-orang. Tidak ada gunanya aku berada disini. Sehingga saya mulai menentang beberapa hal yang dia utarakan. Saya tau itu salah. 

Hingga suatu saat kami bertengkar, dan saya memanfaatkan ini untuk menjauhinya. “Aku yang salah”, “Aku tidak akan menggangumu lagi”, itulah yang saya ucapkan padanya. Saya berpikir lebih baik dia tidak berteman lagi dengan orang jahat seperti saya. Dia adalah orang yang baik, lebih baik menjauhi orang jahat.

Setelah itu dia beberapa kali mengajak bicara, selalu saya balas dengan “Kamu tidak ada salah, Tidak perlu meminta maaf”. Dan itu kebenarannya. Saya juga berhenti mengajaknya berbicara lagi. Ketika lulus SMA, Saya memblokir seluruh sosmed yang sering dia gunakan untuk mengkontak saya. “Carilah teman yang lebih baik”.

Saya tidak tau cerita ini terdengar seperti apa di telinga orang, yang saya tahu pasti akulah yang salah, “Kenapa membanding-bandingkan diriku dengan orang lain?”. Can’t help it, she was sitting right besides me. I saw everything, i heard everything. Dan menurut saya, yang telah saya lakukan itu sudah benar, baik bagi diriku maupun dirinya.

Apakah cerita ini sudah cukup panjang? Hahahaha. Sekian dari saya, terima kasih.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Golfei Huang – Get to Know Your Self

Pertama-tama nama saya Golfei Huang, saya lahir di Pekanbaru, 02 Juli 2005. Saya merupakan anak pertama atau anak sulung, dan saya itu dua bersaudara dengan perbedaan umur yaitu 3 tahun dengan saudara saya. Saya juga lahir di keluarga yang sangat mencukupi fasilitas yang saya butuhkan, serta harmonis. Ayah saya merupakan seorang wirausaha dalam bidang kayu dan alat berat, dan Ibu saya menjadi sosok Ibu rumah tangga yang sangat hebat, serta membantu Ayah saya dalam mengelola finansial perusahaan Ayah saya. Akibat atau dampak yang saya rasakan menjadi anak sulung mungkin menjadi lebih tahu sedikit tentang apa itu dunia nyata saat memasuki fase perkuliahan, serta mulai memikirkan kenyataan yang akan saya hadapi. 

Seringkali saya merasa sedih, khawatir dengan porsi yang berlebihan, ketakutan akan rasa gagal di mata orang, dan takut akan rasa saya tidak mampu melanjutkan perjalan saya, serta takut akan rasa saya tidak bisa membahagiakan dan membuat kedua orang tua saya merasa bangga pada anak nya. Namun dibalik semua rasa kekhawatiran saya yang menurut saya itu berlebihan, saya tidak dapat mengontrol semua rasa kekhawatiran yang saya alami, tapi saya selalu bercerita melalui media telfon kepada ibu saya, dan saya selalu diberi pesan yang sangat membantu saya untuk menenangkan hati saya, serta saya selalu diingatkan untuk selalu berserah kepada Sang Pencipta dan berdoa kepada-Nya agar selalu bisa dan mampu menghadapi rintangan yang ada di depan saya dan dapat mematahkan rintangan tersebut untuk mencapai impian saya. Saya juga selalu di ingatkan oleh kedua orang tua saya untuk fokus kuliah, dan harus bisa memanage waktu sebaik mungkin. Dikarenakan waktu tidak bisa diputar kembali, oleh karena itu kita harus bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Saya juga selalu mendapatkan dukungan yang sangat banyak dari kedua orang tua saya yang pengalaman nya jauh lebih banyak dibandingkan dengan saya, yang dimana ayah saya selalu memberi kata kata motivasi untuk membuat saya semangat dan sadar bahwa kesuksesan itu datang tidak secara gampang, harus kita lewati melalui rintangan-rintangan, cobaan yang selalu menjadi penghadang di kehidupan kita. Di luar dari kata-kata motivasi yang disampaikan oleh kedua orangtua saya, saya seringkali terkadang mengalihkan rasa kekhawatiran saya dengan berolahraga untuk menghilangkan kekhawatiran saya, agar saya tidak terlalu memikirkan rasa kekhawatiran yang mungkin belum tentu terjadi dalam kehidupan saya.

Ada beberapa momen dalam hidup saya yang cukup saya banggakan pada diri sendiri yaitu momen hidup besar dan kecil saya. Momen hidup besar yang terjadi pada hidup saya sejauh ini menurut saya itu, saya dapat lulus dari SMA dengan nilai yang cukup tinggi dan mendapatkan beberapa prestasi di beberapa pelajaran, disaat yang bersamaan saya juga menanggap itu momen besar, dikarenakan saya telah satu langkah lebih dekat dalam tahap pendewasaan diri dan menghadapi realita dunia itu seperti apa kondisinya saat saya mulai masuk ke dunia perkuliahan.

Jika momen kecil mungkin ada beberapa, seperti saya mendapatkan juara saat SD,SMP, hingga SMA. Saya juga sempat mengikuti beberapa perlombaan seperti mengikuti tournament PUBGM, mengikuti kejuaraan basket tingkat provinsi KU-18, serta mengikuti Olimpiade tingkat kabupaten/kota Matematika disaat saya duduk di bangku SMP, dan mengikuti Olimpiade Kimia hingga ke tingkat kota/ kabupaten dan akhirnya saya gugur dan gagal mengikuti di tahap berikutnya yaitu di tahap provinsi.

Adapun cerita yang ingin selalu saya sampaikan kepada teman baru maupun teman lama saya itu mungkin tentang pengalaman saya. Seperti waktu disaat zaman COVID-19, disaat saya masih berusia 15 tahun yang duduk di bangku SMA kelas 1, saya masih tergila-gila dengan game hingga saya lupa dengan waktu saya sendiri, namun disaat itu juga saya ada di pro team sebuah game yaitu PUBGM, dan menjadikan hobby main game saya sebagai penghasilan kecil kecilan saya. Hingga pada saat itu saya berfikir, apa saya menjadi seorang proplayer di game PUBGM saja ya? Namun hal tersebut seiring berjalan nya waktu saya menyadari bahwa, hal tersebut tidak bisa saya jadikan sebagai acuan untuk sukses dalam karir entertainment yang saya jalani, dikarenakan teknologi terus berkembang pemikiran manusia juga otomatis lebih berkembang. Maka dari itu game tersebut bisa saja menjadi ketinggalan zaman atau outdated dan semua orang menjadi kurang tertarik atau peminat game tersebut akan berkurang, maka dari itu hal tersebut saya pikirkan tidak bisa menjadi acuan atau batu loncatan untuk menjadi orang yang sukses di bidang entertainment, dan harus mencari jalan yang lebih pasti untuk menjadi orang yang sukses di masa depan.

Selain saya sangat menyukai estetika bangunan, saya juga sangat menikmati mendengarkan musik di sebuah aplikasi yang bernama Spotify, saya sering mendengarkan lebih dari satu genre lagu, yang di antaranya ada pop, rock, jazz, k-pop, dan masih banyak lagi yang masuk ke dalam list favorit genre lagu saya. Namun dari sekian banyak genre lagu ada beberapa lagu yang saya sukai diantaranya lagu yang diterbitkan oleh Coldplay berjudul “Viva la Vida” yang memiliki makna kejatuhan masa kesuksesan seseorang yang dimana saat itu dia sangat sukses namun seiring berjalannya waktu semua orang satu persatu mulai berpaling dari dirinya, dan akhirnya dia pun mengalami masa kejatuhan dari kesuksesan dia. 

Tapi ada satu lagu dari sekian banyak lagu yang menurut saya memiliki makna yang sangat dalam dan berarti bagi saya, dan saya sangat menyukai lagu tersebut, yaitu lagu yang di terbitkan oleh Imagine Dragons berjudul “Whatever it takes”. Lagu yang satu ini memiliki makna bahwa, sebanyak apapun rintangan yang ada di depan kita dan sesusah apapun rintangan tersebut, kita pasti bisa menghadapi nya dan mematahkan rantai-rantai permasalahan yang menghambat kita untuk mencapai tujuan yang kita inginkan.

Jika ditanya apa yang menjadi tujuan hidup kamu untuk diri sendiri dan orang lain? 

Menurut saya, tujuan hidup saya untuk diri saya sendiri itu, mungkin punya uang agar bisa membiayai keluarga tanpa memikirkan nominal tersebut dapat berkurang secara drastis, serta bisa membahagiakan diri sendiri dengan mencapai peak point of my satisfaction dalam melakukan sebuah hal. Jika tujuan hidup saya untuk orang lain mungkin lebih ke arah legacy, atau sebuah hal yang dapat saya tinggalkan di dunia ini yang dapat di nikmati atau dipakai oleh semua orang termasuk keluarga, teman atau kerabat maupun masyarakat sekitar.

Setiap manusia pasti memiliki hal hal yang ditakuti dikarenakan sebuah kejadian yang tidak bisa mereka lupakan dan selalu menjadi bekas di pikiran mereka. Trauma itu merupakan hal yang cukup menggangu pribadi setiap orang dikarenakan trauma setiap orang berbeda-beda, tergantung dari apa yang di alami oleh mereka. Jika ditanya apakah saya pernah mengalami trauma? Mungkin trauma tidak pernah, namun suatu saat bisa jadi akan muncul trauma dalam hidup saya, namun saya hanya bisa berharap bahwa hari itu tidak akan pernah datang ke hidup saya. 

Banyak yang bertanya kepada orang lain di sekitar saya, maupun orang yang langsung bertanya kepada saya namun jawaban setiap orang pastinya berbeda. Jika ditanya kenapa saya memilih kuliah jurusan arsitektur, dikarenakan menurut saya, saya itu hidup hanya sekali di dunia ini, jadi dalam pikiran saya, saya harus bisa meninggalkan sebuah hal atau sering disebut juga “legacy”. Serta saya juga suka dalam melihat sebuah bangunan yang estetik secara bentuk, bermanfaat secara fungsi.

Adapun hal hal yang bisa membuat kita mencintai melakukan sebuah hal misal berolahraga, bermain game dan masih banyak lagi, adapun hal yang menjadi pertanyaan orang yaitu “Sejauh apa sih kamu mencintai arsitektur?”, “Apa sih hal yang membuat kamu cinta dengan arsitektur?”. Jika saya ditanya terkait hal tersebut, jujur saya cukup menyukai mungkin belum bisa dikategorikan dalam hal mencintai, karena saya kurang tahu gimana cara saya mendeskripsikan kecintaan saya terhadap suatu hal, namun ada satu hal yang bisa sampaikan mungkin ini merupakan sebuah hal yang bisa di kategorikan cinta terhadap arsitektur. 

Di saat saya masih kecil, saya menyukai aktivitas menggambar, dan seiring waktu berjalan kesukaan saya terhadap hal menggambar pun berkurang dikarenakan saya sibuk bermain game saat saya masih duduk di bangku SD, SMP hingga SMA. Namun saat SMA, walaupun saya aktif dalam bermain game, saya sering menonton wilayah wilayah dengan bangunan yang estetik, dan saya cukup senang melihat hal tersebut. Saat sudah lulus dari SMA, saya akhirnya melakukan trip dengan teman saya ke kota Bandung dan keliling kota Jakarta. Saya sangat sering memotret bangunan bangunan menurut saya estetik yang ada di Bandung maupun Jakarta, dan semakin lama saya semakin suka terhadap hal yang mencolok di sebuah bangunan. Seiring berjalan nya waktu saat saya masuk perkuliahan, saya ada tugas menggambar namun pada awalnya sebelum masuk perkuliahan di saat SMA kelas 3, saya mulai sering menggambar lagi, dan hasil gambaran saya bisa dibilang biasa saja, pada saat test menggambar untuk masuk Binus University juga saya menggambar. Setiap kali saya menggambar dan saat saya suda selesai saya selalu merasa puas senang terhadap hal yang saya gambarkan di atas kertas, seperti kepuasan saya terpenuhi karena usaha yang saya keluarkan selama berjam-jam dan akhirnya selesai, saya bisa merasakan “wah ini hasil karya saya, akhirnya terbayarkan saya bisa melihat karya saya sendiri”. 

Kesimpulannya saya merupakan orang yang overthinker dan dibalik semua pemikiran yang berlebihan dan rasa kekhawatiran saya yang berlebihan, saya selalu mendapatkan dukungan penuh dari kedua orang tua saya, dan saya menyukai arsitektur yang dimana arsitektur itu bukan sekedar bangunan, namun bangunan dan lingkungan sekitarnya, yang dimana bagus secara bentuk ( estetika ), fungsi dari bangunan tersebut, serta dampak positif atau negatif terhadap lingkungan yang ada di sekitar bangunan tersebut.

Mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan seputar penglaman pribadi saya. Sekian, terima kasih.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Glen Caleb Gunawan – Get to Know Your Self

Perkenalkan, nama saya adalah Glen Caleb Gunawan, dan sekarang saya sedang menempuh perkuliahan semester pertama di Universitas Bina Nusantara yang berlokasi di daerah Kemanggisan, Jakarta. Di universitas ini, saya mengambil jurusan Arsitektur yang berpusat di Kampus Syahdan. Kehidupan saya sebagai seorang mahasiswa adalah sesuatu yang baru dan berbeda dari yang sebelumnya. Saya ditantang untuk mengatasi berbagai macam permasalahan akademis maupun non-akademis. Saya juga ditantang untuk mengatur waktu saya yang dapat saya gunakan secara efisien untuk mengerjakan berbagai macam tugas dan tanggung jawab tanpa mengurangi waktu untuk beristirahat. Meskipun saya bertempat tinggal di Bekasi, saya menyewa sebuah ruangan kos untuk memudahkan akomodasi dan transportasi saya menuju kampus, sekaligus melatih kemandirian saya. Setelah saya melihat kurikulum jurusan Arsitektur di Bina Nusantara, saya merasa yakin bahwa ilmu yang saya dapatkan akan sangat berguna. Sebelumnya, saya berpikir bahwa arsitektur hanyalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang desain dan konstruksi dari sebuah bangunan. Namun, setelah beberapa pemaparan materi dari dosen-dosen, saya menyadari bahwa ilmu arsitektur lebih dari hal-hal tersebut. Saya berharap bahwa Bina Nusantara dapat membantu saya dalam mewujudkan cita-cita saya menjadi seorang arsitek yang mempunyai karakter dan ilmu.

Kehidupan saya dimulai ketika saya terlahir di Jakarta pada 30 Maret 2005 dari kedua orang tua yang sangat menyayangi saya.  Saya adalah anak kedua dari dua bersaudara, dan memiliki seorang kakak perempuan yang terlahir pada tahun 1999. Saya terlahir di keluarga yang berkecukupan, baik dalam kondisi finansial maupun sosial. Dari sejak saya lahir, saya bertempat tinggal di daerah Klender, Jakarta Timur sampai dengan umur 12 tahun, sebelum akhirnya saya pindah dan tinggal di daerah Bekasi Barat sampai dengan hari ini. Ayah saya bekerja sebagai karyawan swasta dan freelancer, sedangkan ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga. Ibu saya sempat bekerja menjadi seorang audit di salah satu perusahaan bank di Indonesia. Menjadi seorang anak bungsu dalam hidup saya membuat saya jadi mempunyai keinginan untuk meneladani kakak saya, dari segi sikap maupun akademis. Bertumbuh besar dengan kakak saya, saya melihat ambisinya dalam mencapai cita-citanya menjadi seorang dokter gigi. Perjuangan tersebut dimulai dari mengikuti les untuk masuk ke dalam perguruan tinggi sampai di masa perkuliahannya, dimana dia menempuh 4 tahun perkuliahan dan 2 tahun koas sebelum akhirnya menjadi seorang dokter gigi. Saya menempuh pendidikan di satu lembaga pendidikan swasta Kristen yang ternama di Indonesia dari TK sampai dengan SMA. Bersekolah di lembaga swasta merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga bagi saya, namun juga menjadi kekurangan karena saya tidak mendapatkan banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan siswa di luar sekolah saya. 

Setelah saya berulang kali mengambil tes MBTI (tes kepribadian), dapat disimpulkan bahwa saya adalah seorang ambivert yang lebih mengarah kepada extrovert.  Terkadang tes MBTI saya menunjukkan kecenderungan saya kepada extrovert maupun introvert, namun perbandingannya sangat tipis, sehingga saya mengklasifikasikan diri saya sebagai seseorang yang suka berinteraksi dengan orang lain, namun saya juga dapat menjadi seseorang yang pendiam dan menjauhi keramaian untuk ketenangan. Saya menyadar bahwa saya adalah orang yang sangat menghargai seni dalam bentuk apapun. Saya menyukai seni abstrak maupun konkret. Di beberapa waktu liburan sekolah, saya pernah menyempatkan diri saya untuk mendatangi museum indoor dan outdoor, dan saya tidak pernah merasa begitu terhubung dan sekagum itu. Selain itu, saya juga sangat tertarik dengan bentuk-bentuk bangunan yang ‘out of the box’, seperti desain bangunan yang tidak mengikuti bentuk dasar, seperti sekedar kotak, persegi panjang, segitiga, dan lainnya. Seni lainnya yang menarik hati saya adalah seni musik. Saya telah mempelajari piano semenjak saya duduk di taman kanak-kanak. Orang tua saya memfasilitasi saya dengan membelikan saya piano dan menyekolahkan saya di salah satu yayasan musik ternama di Indonesia. Hal tersebut menghasilkan 3 kejuaraan yang saya ikuti dalam kurun waktu kurang dari 5 tahun. Salah satu diantaranya adalah saya memenangkan juara 2 pada Yamaha Piano Competition tingkat Nasional ketika saya masih berusia 8 tahun. Saya sangat menyukai bagaimana musik dapat mempengaruhi kondisi pikiran dan jiwa saya. Tidak ada satu hari dalam hidup saya dimana saya tidak mendengarkan musik, baik itu musik kontemporer maupun klasik. Genre yang saya sukai antara lain adalah musik klasik, pop, jazz, dan disco-pop. Fakta unik tentang saya adalah bahwa saya gampang terjebak di dalam suatu fenomena yang sering disebut sebagai ‘earworm’, dimana seseorang menjadi terus terngiang-ngiang akan suatu lagu. Hal tersebut mengakibatkan saya memiliki lagu kesukaan terberat yang berbeda-beda setiap bulannya, bahkan setiap minggu. Salah satu lagu yang berpengaruh  dalam hidup saya adalah “Bohemian Rhapsody” yang dipopulerkan oleh Queen. Lagu-lagu lainnya yang berpengaruh dalam hidup saya adalah “Killer Queen” oleh Queen, “bad guy” oleh Billie Eilish, dan “Flowers” oleh Miley Cyrus. Artis favorit saya sekarang adalah Taylor Swift dan Billie Eilish.

Dikarenakan saya adalah orang yang gampang terinspirasi oleh kesuksesan suatu orang melalui karyanya, saat saya masih duduk di bangku kelas 8 SMP, saya mulai menciptakan, merekam, dan memproduksi sejumlah lagu bersama teman saya sebagai partner penulis lagu. Meskipun saya hanya mempunyai laptop dan microphone dari handphone, saya tetap dapat menghasilkan musik dengan kualitas yang tidak buruk. Tidak pernah terbayang bahwa hari perilisan lagu perdana saya akan menjadi salah satu momen yang melekat dalam hidup saya. Saya mendapatkan pengakuan dan penerimaan yang sangat baik oleh seluruh teman, kerabat, serta pendengar-pendengar saya dari seluruh dunia. Momen yang membahagiakan tersebut ditambah lagi ketika di saat yang bersamaan, saya mendapatkan centang biru di Spotify, serta Music Artist Badge di YouTube.

Terlepas dari hal tersebut, saya harus tetap memikirkan kemana arah kehidupan saya, dimana saya tidak bisa hanya berpegang kepada satu opsi karir. Saya kemudian memikirkan kembali peminatan saya. Satu-satunya hal yang tidak pernah hilang dari diri saya adalah kecintaan saya terhadap arsitektur. Minat saya terhadap arsitektur sudah dimulai dari awal sekolah dasar. Orang tua saya menceritakan bahwa dulu saya memiliki rasa ingin tahu yang lebih tentang arsitektur. Dulu, saya selalu membawa kotak pensil saya kemanapun saya pergi dengan harapan bisa menggambar. Saya pernah beberapa kali menggambar bangunan di balik kertas menu yang ada di meja restoran. Di antara tugas-tugas sekolah dan pekerjaan rumah, saya kerap kali mengisi waktu luang saya dengan menggambar berbagai macam bangunan beserta detailnya, puluhan denah tata kota, dan sebagainya. Beberapa hal yang memperlihatkan kecintaan saya dengan arsitektur adalah seperti mencatat setiap ketinggian bangunan yang ada di dunia dan memasukannya kedalam tabel Microsoft Excel, menyukai pengambilan fotografi arsitektur, dan saya merasa jeli dalam hal detail pada proporsi suatu desain. Hal-hal tersebut mungkin menjadi alasan yang kuat mengapa saya memilih kuliah jurusan arsitektur. Saya ingin mengasah lebih kemampuan saya dalam bidang arsitektur yang sudah ada di dalam diri saya sejak dahulu. Maka dengan itu, saya sangat berharap bahwa jurusan dan perguruan tinggi Bina Nusantara dapat membantu saya dalam mewujudkan hal tersebut. Meskipun saya tertarik dengan arsitektur, saya sebenarnya tidak bisa menilai sejauh apa saya mencintai arsitektur, karena saya tidak bisa dibilang tidak mencintai ataupun terlalu mencintai arsitektur. Saya telah mengetahui hal-hal dasar tentang arsitektur dan memiliki kemampuan visualisasi desain dan ruangan, namun saya belum banyak mengetahui hal-hal teoritis mengenai arsitektur serta hal lainnya yang lebih kritis dan expert seputar dunia arsitektur.

Saya memiliki banyak sekali tujuan hidup yang saya ingin capai, baik itu untuk diri saya sendiri maupun untuk orang lain. Tujuan hidup yang pertama untuk diri saya sendiri adalah menjadi orang yang bahagia luar dan dalam dengan cara apapun itu karena hanya saya sendiri yang dapat membuat diri saya bahagia. Kedua, belajar untuk menjadi orang yang lebih berani dalam berkomunikasi serta meningkatkan kepercayaan diri saya. Dan yang ketiga, seperti salah satu poin dari Binusian Values, saya ingin berusaha untuk mencapai keunggulan (Striving for Excellence). Namun, bersama dengan semua hal tersebut, tujuan hidup yang sekarang saya ingin raih untuk diri saya sendiri adalah menemukan dan menetapkan arah dan jati diri saya, mempertimbangkan keputusan pemilihan karir dan penghasilannya, serta memikirkan tentang kehidupan setelah kuliah, dimana saya tidak bisa bergantung terus kepada orang tua untuk membiayai saya, sehingga saya harus menentukan arah hidup saya sendiri sedari sekarang. Sedangkan, tujuan hidup saya untuk orang lain adalah menjadi orang yang bermanfaat, kontributif, dan menyenangkan, serta menjadi sosok yang disukai dan tidak disegani oleh orang lain. Saya selalu memiliki keinginan untuk menjadi seseorang yang menonjol dalam suatu komunitas namun tetap menjaga kerendahan hati, serta menjadi seseorang yang selalu diingat oleh kerabat dan teman saya. Dalam lingkup pekerjaan, saya ingin menjadi seorang arsitek yang dikenal ramah, memiliki pola pikir yang kompleks, serta memiliki desain yang unik.  Sedangkan, dalam lingkup pertemanan, saya ingin menjadi seorang teman yang membuat ‘ruangan’ menjadi hidup atau ramai dengan kehadiran saya. Dari dalam diri saya, saya juga memang senang sekali menyebarkan kebahagiaan kepada orang lain.

Sampai dengan saat ini, saya memang belum mempunyai cerita yang terbilang unik dan menarik untuk didengar oleh teman saya ataupun cerita yang selalu diminta oleh kerabat saya untuk saya ulangi. Namun, saya adalah tipe orang yang menceritakan/membagikan sesuatu secara berlebihan  (oversharing) ketika ditemukan dalam percakapan dengan seseorang yang saya rasa nyaman untuk berbagi. Hal tersebut menimbulkan munculnya berbagai macam cerita dalam satu perbincangan. Beberapa teman saya pernah menyebut saya sebagai “gudang topik” karena perbincangan yang terus mengalir ketika berbincang dengan saya. Sejauh ini, saya sangat bersyukur bahwa saya tidak mempunyai trauma atau kesedihan dalam kehidupan saya, dan saya berharap dan berdoa hal tersebut tidak mendatangi saya maupun orang lain.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Ghina Syifa Nabila – Get to Know Your Self

Hai, kenalin aku Ghina Syifa Nabila biasa dipanggil Ghina or sipa. Aku lahir di Tangerang, 14 Maret 2005 lebih tepatnya di rumah sakit daan mogot dengan lahir sesar.  Pendidikan tk di tk sejahtera, sd di sdn cipondoh 2, smp di smpn 4 Tangerang, sma di sman 1 Tangerang dan bersyukur banget dapet kesempatan untuk mengeban ilmu di binus jurusan arsitektur. Hobi aku mencoba banyak hal baru. Kekurangan aku adalah bersosialiasi, aku tipe orang yang susah memulai percakapan dan susah untuk dekat dengan orang baru, tapi kata teman aku orangnya friendly. Kelebihan aku adalah aku bisa melakukan banyak hal dan mau mencoba hal baru. Hal yang aku gasuka adalah film horor dan aku masih ga berani tidur sendiri, biasanya tidur sama kakak. Sewaktu kecil aku alergi susu sapi, hingga bunda memberika susu kedelai saja, aku juga alergi seafood, telur, coca cola, ayam negeri. Tapi aku sudah mulai memakannya perlahan lahan agar tidak terlalu terpengaruh. Makanan yang paling aku suka adalah makanan yang aku alergi, minuman yang aku suka sekarang ini jus tomat wortel karna sangat berpengaruh kekulit aku jadi ga gapang jerawatan trus aku suka air kelapa tanpa gula dan es karena air kelapa sangat segar. Buah yang paling aku suka adalah apel, aku juga suka durian, sebenernya aku suka semua buah tapi yang palinga aku suka itu apel. Aku dibilang aneh sama kakak karena kurang suka bakso, aku cuman suka bakso yang mamang garut deket rumah almarhumah nenek, aku lebih suka mie ayam dibanding bakso. Aku suka berbagai macam warna, tapi sekarang lagi suka warna biru. Aku suka melihara hewan, aku punya 3 kucing, 2 kura kura, ikan hias, ikan gurame, ayam ketawa dan 2 burung lover bird. Dulu aku melihata hamster shiria dan kelinci. Hal yang paling aku suka adalah melakuakn berbagai macam olahraga, tapi harus dibatasi karna masalah kesehatan. Aku suka berbagai hal tapi tidak sampai mencintainya, hanya sekedar suka. Seperti suka kpop, anime, drakor, dll tapi tidak sampe mencari tau sedetail itu. Lagu yang paling disuka untuk dinyalakan berulang ulang adalah lagu le sserafiem berjudul antifragel, aku sampai hafal koreografinya dan teman teman aku juga tau klo lagu itu dinyalakan pasti aku langsung mengikuti iramanya karena menurutku lagu ini sangat memberi semangat. Kalau lagu indonesia sekarang lagi suka Tak segampang itu dari Anggi Marito gatau kenapa suka aja dengernya. 

Aku anak terakhir dari 4 bersaudara, kakak pertamaku bernama Ghina Salsabila kuliah di Mustopo kedokteran gigi tahun depan lulus, kakak keduaku bernama Ghina Tasya Nabila baru lulus dari Universitas Bina    Nusantara jurusan managemen sekarang sedang masa percobaan di grup alfa gitu, kakak ketigaku bernama Ghina Nasuha Nabila kuliah di universitas brawijaya jurusan bioteknologi semester 3. Ayah aku PNS di kabupaten selatan, bunda aku wiraswasta konveksi tas dan baju. 

Menjadi anak bungsu itu jadi selalu di kira anak kecil terus. Susah untuk diberikan kepercayaan 100%, aku udh bisa nyetir mobil tapi blom dibolehin nyetir mobil kejalan raya, kalau nganterin bunda ke pasar naik motor aja bunda yang nyetir padahal aku udh punya sim. Trus juga jadi banyak pertimbangan klo memilih, aku tidak bisa memilih dan berjuang ke ptn selain bandung dan malang, gaboleh ngekos jauh jauh. Dan jadi anak bungsu itu selalu di suruh suruh, kaka selalu nyuruh hal sepele kaya ambil barang atau nyuci piring, sering diminta nemenin nenek. Tapi enaknya jadi anak bungsu itu lebih sering dapet perhatian, misalnya: saat makan diluar ayah suka memberikan lauk ke piring aku. 

Aku ingin menceritakan momen saat aku tk hingga sekarang yang aku ingat, karena fyi aku orangnya gampang lupa. 

Momen sebelum tk, waktu itu aku ikut kakak sekolah trus jadi ingin bisa nulis, karena ingin cepat bisa nulis akhirnya tangan aku klo nulis aneh sampai sekarang (gaseperti orang normal pada umumnya). 

Momen saat tk, waktu tk aku orangnya aktif banget dan tomboy sampe pernah manjat pager tk biar bisa main didalem padahal tknya tutup. Setiap pulang tk aku selalu mampir ke rumah nenek karena jaraknya yang dekat atau aku juga sering main kerumah teman tk aku yang disekitar situ. Aku pernah didorong kakak aku dari lantai 2 jatoh ke lantai 1, Alhamdulillahnya gapapa.

Momen saat sd, saat sd kelas 1-6 aku dikagumi banyak orang, mulai dari teman seangkatan hingga guru. Setiap upacara aku selalu tidak kuat berdiri lama karena masalah kesehatan. Ada momen memalukan saat sd yang sampai sekarang aku ingat, jadi waktu itu hari jumat aku diminta untuk menjadi penceramah, tapi saat itu aku sedang pilek dan gakuat berdiri lama, akhirnya aku ngomong dengan cepat dan terengah engah itu bagi aku hal yang memalukan karna tidak memberikan penampilan yang bagus. Saat pulang sekolah sd aku pernah nyoba naik ojek tapi aku gatau alamat rumah dan malah ngasih alamat ngasal (deket pom bensin), untungnya kakak aku ngeliat aku naik ojek jadi kakak aku yang ngarahin arah pulang. Saat pulang sekolah sd juga aku pernah jalan kaki dari sd ke rumah karena ga dijemput, dijalan ketemu anjing karena takut akhirnya aku lewat jalan belakang yang mana lebih jauh dari pada jalan utama. Saat sd aku pernah kehilangan raket bulu tangkis, sangking paniknya aku sampe nyumpahin orang yang nyuri. Saat kelas 5 jam pelajaran olahraga aku pernah bolos dan pas dateng kekelas langsung di hukum. Saat kelas 2 sd aku pernah nangis karena jari aku berdarah kena ujung pensil mekanik. Saat sd kelas 6 aku salah naik angkot pas mau pulang dari les, harusnya naik angkot yang ke ciledug tapi malah naik yang ke tanah tinggi. Saat sd aku mengikuti pencak silat hingga sabuk hijau.

Momen saat smp, saat smp kelas 2 aku langsung dapet ranking 1 padahal sebelumnya gapernah dapet ranking, tapi emang si semenjak smp aku berubah mengikuti lingkungan. Saat smp kelas 3 juga aku ranking 1 dan saat lulus aku ranking 5 pararel. Saat smp kelas 2 aku menang lomba hadang tingkat kota. Saat smp aku selalu ga menang dalam lomba melukis. Saat smp aku mengikut ekskul basket, olahraga tradisional banten (otb), paduan suara, dan ekskul seni.

Momen saat sma, saat saat pandemi dimana sekolah online. Saat sma kelas 3 aku menang lomba tari saman tingkat sekolah juara 2. Saat sma aku mengikuti organisasi mpk. Saat sma aku mengikuti ekskul tari saman, journal sekolah, ekskul seni dan olahraga tradisional banten (otb). Saat kelas 2 sma aku menjadi ketua event (Segi Cinta Zone). Menjadi panitia event sekolah (smancup) dan event mpk lain. 

Momen kuliah, aku ga mengikuti ospek universitas bina nusantara seperti ae, dan wow karena aku gatau ternyata harus hadir. aku salah naik angkot lagi pas mau pulang kuliah, untungnya ga nyasar. 

Aku orangnya tertutup banget tapi klo ngobrol tentang hal hal baru yang aku gatau dan mau aku tau itu sangat menyenangkan, aku suka banget menyoba hal hal baru, seperti menjahit, merajut, melukis, bermain basket, voli, manjat tebing, senam lantai, berenang, main ping pong, badminton, berkemah, bersepedah dan masi banyak lagi. Yang paling teman teman tunggu itu disaat aku menghasilkan suatu karya dari menjahit atau merajut itu. Karena bagi mereka itu menggemaskan. Sekarang aku lagi suka merajut, tapi lagi gasempet merajut karna banyak tugas. Akhir akhir ini juga lagi merawat diri, mulai dari mengenal undertone aku, belajar makeup, warna baju apa yang cocok sama aku, bentuk makeup kaya gimana yang cocok sama aku, dan olahraga dikit dikit dirumah agar badan tetap sehat dan fit. 

Dari hal yang coba coba itu akhirnya aku menemukan apa yang paling aku suka dan aku menikmati prosesnya adalah menggambar, walaupun hasil gambar aku masih kurang bagus tetapi aku suka sekali menggambar. Saat saat aku memutuskan untuk mengambil jurusan arsitektur itu disaat aku merasa aku mampu dalam mata pelajaran matematika, saat itu aku dibangku smp kelas 3. Semenjak itu, setiap melihat bangunan/ rumah/ gedung aku selalu meresapi, berfikir gimana bisa jadi seperti ini. Aku juga menghayati keadaan sekitar rumah, banyak pertanyaan pertanyaan muncul yang saat itu aku tidak tau jawabannya. Tapi pertanyaan pertanyaan itu terjawab ketika aku belajar di binus jurusan arsitektur ini. Karena keluarga aku mendukung aku untuk menekuni arsitektur ini akhirnya saya bersemangat untuk masuk jurusan arsitektur. 

Sebelum masuk univeritas bina nusantara ini aku belum tau apa apa tentang arsitektur, aku hanya menyukai hasil dari karya arsitek dan timnya. Harapan aku semoga dengan aku belajar arsitektur di univeritas bina nusantara ini aku dapat memberi wawasan aku untuk orang banyak dan bermanfaat bagi semua orang. 

Hidup cuman sekali, karena hidup cuman sekali aku ingin menjadi bermanfaat bagi banyak orang. Tujuan aku hidup untuk diri aku sendiri adalah aku ingin belajar arsitektur hingga aku bisa menjadi arsitek agar aku bisa menghasilkan uang yang banyak dan bisa membeli apapun (yang dibutuhkan) tanpa melihat harga. Disamping ekonomi, aku ingin hidup bahagia. Percuma banyak uang tapi tidak bahagia, aku ingin bahagia dengan keluargaku yang sekarang dan membuat  kelurga masa depanku. Disamping bahagia dunia, aku juga ingin bahagia di akhirat. Selain tujuan hidup aku untuk diri sendiri, aku juga punya tujuan hidup untuk orang lain. Pertama banget aku mau bahagiain orang tua aku. Lalu aku mau memiliki keluarga dan membahagiakan anakku dan suamiku, lalu aku ingin ilmu aku bermanfaat untuk orang lain, bisa dengan cara mengajar atau memberi saran, aku juga ingin merancang bangunan yang memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Feren Fresilia – Get to Know Your Self

Nama Lengkap saya adalah Feren Fresilia biasa dipanggil Feren. Saya lahir di Tangerang, 30 Juni 2005. Saya memiliki darah Chinese dan Indonesia dari Palembang. Saya adalah anak bungsu dari 2 bersaudara. Saya lahir dikeluarga kelas menengah, ayah saya adalah seorang kontraktor pemborong, Ibu saya pernah bekerja sebagai stocker manager dan sekarang beliau adalah seorang ibu rumah tangga. 

Saya memiliki severe anxiety yang pernah kambuh lumayan parah sehingga berdampak ke tubuh saya secara fisik. Belum lama ini saya terkena IBS (Irritable Bowel Syndrome) dikarenakan anxiety saya. Saat itu adalah pertama kali saya harus dibawa ke IGD karena mengalami sakit yang cukup parah, hingga membuat saya kesulitan untuk beraktifitas, dan itu adalah pertama kali saya harus mendapatkan infus. Moment itu cukup traumatic bagi saya, dan semenjak kejadian itu saya mulai mencari tahu tentang psikolog atau konseling untuk manage anxiety saya agar tidak berdampak lanjut untuk kesehatan saya.

Lagu favorit saya saat ini adalah Babe by Sugarland ft. Taylor Swift, dan banyak lagu Taylor swift lainnya. Lagu lagu Taylor Swift sangat amat menyentuh perasaan pendengarnya. Dan dua album indie dia yaitu “folklore” dan “evermore” adalah album terbaik untuk didengarkan saat saya mengerjakan tugas – tugas arsitektur saya.

Tujuan hidup saya selalu menjadi seorang seniman, baik melalui jurusan yang saya tekuni yaitu Arsitektur atau hobi saya yaitu menyanyi. Seni adalah cara saya memenuhi kebutuhan diri saya menumpahkan ide atau perasaan saya disaat itu. Tak sering saya post atau sebar luaskan aktifitas hobi dan passion saya, jadi menurut saya ini adalah bagian dari tujuan hidup saya yang sangat membantu diri saya tetap ingat dengan tujuan hidup saya. Dan dari tujuan saya tersebut, bisa di ambil juga dari penjelasan untuk diri saya sendiri. Tujuan hidup saya dapat menjadi apa yang orang lain tau tentang saya disaat saya memilih untuk membagikannya kepada orang lain. Bagaimana orang lain dapat mengerti dari hal-hal yang saya ingin capai.

Latar belakang saya bisa memilih jurusan arsitektur ialah saya selalu suka untuk mendesain sejak saya sd, waktu saya berada di bangku sekolah dasar saya berpikir kalau saya akan menjadi fashion designer atau illustrator. Dan saat saya berada di kelas 4, saya mulai ikut ayah saya untuk mendatangi proyek pembangunan dia, dan saya sangat sering melihat tumpukan gambar gambar rencana dari bangunan yang ayah saya buat dan melihat secara langsung gambar tersebut menjadi bangunan yang nyata. Dari situlah saya  mulai tertarik dengan arsitektur dan saya memilih masuk SMK jurusan DPIB (Desain Permodelan dan Informasi Bangunan) di SMK Negeri 56 Jakarta, dan melanjutkan edukasi di jurusan 

Architecture di Binus University. 

Pada saat saya berada di bangku Sekolah Menengah Kejuruan, saya sudah pernah mengerjakan banyak macam gambar seperti gambar arsitektur mulai dari denah, tampak, dan potongan rumah, denah pola lantai, denah plafon, dll. Gambar struktural yang pernah saya buat seperti denah pondasi, sloof, balok, kolom. Dan lengkap dengan gambar MEP juga, dari semua tugas tersebut saya sangat suka mengerjakan gambar potongan dan detail potongan. Karena di dalam gambar potongan, sangat mudah untuk kita lebih mempelajari semua lapisan yang ada di sebuah bangunan dan material apa saja yang dutuhkan dalam bangunan. Menggambarkan detail tersebut sungguh menarik perhatian saya karna saya dituntut untuk dapat menghitung secara akurat seperti seberapa tinggi anak tangga yang harus saya gambar, dan berapa banyak anak tangga yang saya buat agar hasil bangunan memiliki kemudahan untuk ditinggali.

 Medesign secara tiga dimensi di awal sekolah saya kira akan menjadi hal yang jauh lebih rumit dibandingkan mengerjakan gambar dua dimensi. Persepsi itu dengan cepat hilang setelah saya mulai belajar menggunakan ArchiCAD, software tersebut sangat amat membantu saya membuat gambar melalui AutoCAD karena di ArchiCAD memiliki fitur potongan, dan fitur itu membantu saya memvisualisasikan bangunannya dalam mengerjakan gambar gambar dua dimensi saya selama mengerjakan tugas akhir saya pada saat saya SMK.

Datang dari orang tua yang keuangannya sangat berpengaruh dengan keadaan ekonomi, sering sekali keuangan keluarga saya terasa turun ke kelas bawah disaat ayah saya belum mendapatkan proyek untuk dikerjakan, dan di sisi lain, jika kami sedang mendapat borongan banyak proyek keuangan saya dapat meningkat lumayan tinggi. Ketidak stabilan ekonomi tersebut membuat saya untuk selalu aware terhadap pengeluaran saya, apakah hal yg saya lakukan sekarang benar benar penting atau hanya sekedar keinginan, hal ini membuat saya harus bisa beradaptasi di semua keadaan ekonomi. 

Berbicara tentang hal hal penting tentang hidup saya, bisa saya sebutkan salah satu moment penting di hidup saya adalah bertemu 5 sahabat terbaik saya pada umur 11 tahun melalui grup fanbase selebgram secara tidak sengaja dan kami masih berteman dekat hingga 7 tahun. Pada tanggal 7 September 2023 saya mengantar mereka ke bandara karna mereka memilih kuliah dan kerja overseas, saya sangat berharap hari itu bukanlah hari terakhir saya bisa bertemu mereka.Saya tidak sabar untuk cerita kepada teman lama saya bahwa saya sudah mulai mendapatkan teman yang cocok dan se frekuensi dengan saya. Karena di hari-hari awal perkuliahan saya lumayan anxious terhadap tidak bertemu teman yang cocok dengan saya. Alhasil disaat saya mulai mendapatkan teman yang cocok dengan saya, saya cukup senang bahwa cerita yang saya berikan ke teman lama saya tidak melulu cerita saya selalu menyendiri di lingkungan kampus.

Saya sudah lama menyukai bidang Arsitektur, mungkin dalam segi riset saya kurang tau dalam karakter karakter penting dalam dunia arsitektur, karena dari kecil hal yang buat saya terpukau dengan dunia arsitektur adalah dari penglihatan mata saya sendiri karna langsung terjun ke lingkungan pembangunan tersebut. Tanpa tau dari seseorang yang saya tau melalui internet. Jadi, arsitektur bukan hanya sebuah jurusan atau karir bagi saya, arsitektur adalah bagian besar dari hidup saya karena sebagian aspek finansial hidup saya bisa tercapai karena adanya arsitektur dan pembangunan.

Impian saya untuk menjadi arsitektur bukan hanya semata mata karena saya suka mendesain atau arsitektur adalah pelarian yang lebih memenuhi tuntutan orang tua dibanding memasuki sekolah seni. Niat saya untuk memasuki dunia arsitektur adalah karena saya selalu ingin mempertahankan bisnis ayah saya dan memperluas rana bisnis beliau dan menjadi gabungan arsitektur dan kontraktor. Tentu saja, walaupun impian saya adalah melanjutkan bisnis ayah saya, saya akan menambah ruang lingkup saya dengan bekerja di sebuah studio arsitektur terdaftar di Pulau Jawa. Dalam pilihan saya untuk tetap bekerja kepada orang lain, dapat meningkatkan pengetahuan orang orang baru terhadap bisnis construction ayah saya, dan itu sangat amat membantu membuka lowongan kerja baru untuk tukang tukang yang membutuhkan perkerjaan proyek.

Ayah saya sendiri bukanlah seorang lulusan sarjana, beliau adalah lulusan STM dari jurusan Otomotif dan mulai bekerja di sebuah pabrik furnitur sebagai teknisi mesin, dan mulai mendapat kenalan klien dari jasa membenarkan mesin pada pabrik pabrik besar sehingga mulai terjun perlahan lahan ke bidang konstruksi dengan menawarkan jas finishing bangunan dari ilmu yang dia dapat dari membaca baca buku tentang kosntruksi dan membantu temannya yang juga seorang kontraktor. Ibu saya pernah menjadi stocker manager, beliau sangat pandai dalam menyimpan uang. Keluarga saya bisa tetap mengalokasikan uang disaat ekonomi keluarga saya sedang tidak stabil dari bantuan ibu saya. Karena sangatlah mudah bagi keluarga saya untuk benar benar kehabisan uang di masa masa kritis seperti saat pandemi dan sama sekali tidak ada satupun proyek yg berjalan selama 2,5 tahun. 

Saya memiliki personality type INTP-T(Logician). Saya adalah seorang introvert, dari definisi introvert yg saya gunakan adalah dimana seseorang butuh “recharge” social battery mereka disaat mereka sendiri. Saya pribadi sangat suka untuk hangout bersama teman teman saya, saat saya bersama mereka saya akan mulai merasakan lelah atau terasa drained, tetapi saat saya sudah sendiri baru terasa lebih relax dan mencukupi kembali social battery saya. Dengan memiliki personality INTP-T dapat diartikan bahwa saya adalah seorang yang memiliki rasa penasaran yang tinggi pada bidang yang saya tekuni. Saya pride dalam diri sendiri untuk mencari tahu tentang rahasia isi dunia dan hal hal yang mungkin menurut orang orang itu kurang relevan. Trait tersebut juga sering membuat saya terlalu fokus dengan hal hipotetikal dan membuat saya terpisah dengan kehidupan sosial. Kebiasaan itu bukan suatu hal yang buruk juga karena pribadi saya selalu berpikir dan mengandaikan suatu hal yang sedang menarik perhatian saya. Tetapi kebiasaan itu juga dapat menjadi kelemahan saya jika terus terusan terjadi.

Kelebihan saya adalah

– saya seorang yang analitis saat mengumpulkan suatu detail pekerjaan

– Taking the lead pada fase brainstorming ideas

– Tetap objektif dalam problem solving

    Kelemahan saya adalah 

– sering merasa disconnected karena saya sibuk dengan train of thoughts saya sendiri. 

– Saya sering merasa kurang puas karna selalu menemukan aspek yang bisa lebih ditingkatkan lagi.

– Saya juga seorang yang perfeksionis, hal itu membuat saya sangat kritis mengecek ulang kembali pekerjaan saya dan terkadang akan memperlama proses pengerjaan.

Dalam mencari teman saya bisa dibilang cukup selektif. Saya tidak mau bertahan di suatu circle pertemanan yang hanya memberikan pengaruh buruk kepada hidup saya, dan hubungan pertemanan tersebut hanya sebatas partner untuk hangout. Dalam suatu pertemanan menurut saya harus ada setidaknya 1 atau beberpaa kesamaan opini karna hal itu akan menjadi basic dalam menjalani suatu pertemanan. Untuk perbedaan yang ditemukan di tengah masa pertemanan, hal itu adalah point krusial dalam pertemanan saya untuk berpikir apakah perbedaan pendapat mereka bisa di toleransi atau sangat bertolak belakang dalam kepercayaan saya.

Saya adalah orang yg sangat affectionist. Disaat saya memiliki teman dekat, mereka akan saya anggap seperti bagian keluarga saya sendiri karena adanya rasa sayang dari diri saya kepada mereka. Jika ada teman yang mengkhianati saya, itu akan sangat berpengaruh besar dengan kebahagiaan saya.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Felicia Agus Tan – Get to Know Your Self

Saya Felicia Agus Tan, anak pertama dari tiga bersaudara. Saya lahir di Tangerang dan ada cerita mengenai saya. Saya lahir prematur tujuh bulan di rumah, jadi saat mama saya mengandung saya di usia 7 bulan waktu itu mama saya sedang memasak dan mama harus jongkok untuk mengambil suatu bahan makanan lalu kata mama saya tiba tiba sakit perut dan kepala saya udah mau keluar dan akhirnya saya lahiran di rumah sakit dengan prematur dan untungnya masih bisa bernafas sampai saat ini. Saya tidak mengikuti pendidikan pg dan TK A karena saya sudah les dan sudah bisa baca tulis jadi saya langsung TK B. Pendidikan TK saya di Strada MGR Sugiyopranoto dan lanjut ke Sekolah Dasar di Strada MGR Sugiyopranoto sampai lulus SD. Saat saya SD saya memiliki pengalaman yang cukup buruk karena saya di bully saat kelas 1-2 SD oleh teman kelas saya yang selalu mendapatkan ranking. Dari SD saya sudah mengikuti kegiatan voli dan sering mengikuti lomba dan selalu mendapatkan juara. Namun saat lomba terakhir di SD saya mendapatkan luka jahitan di kaki saya karena kena gelas kaca sehingga saya tidak bisa mengikuti lomba terakhir. Lalu saat SMP saya menemukan banyak teman baru dari banyak sekolah dan saya merasa bebas walaupun orang yang pernah bully saya itu satu sekelolah dengan saya walaupun beda kelas. Saya melanjutkan SMP di Strada juga tepatnya di Strada Bhakti Mulia. Saat jelas 1 SMP atau kelas 7 saya dan teman kelas saya pernah dipanggil BK karena ada yang lapor saya dan teman kelas saya punya grup yang isinya itu kata katanya tidak bisa dijaga. Akhirnya semua orangtua kelas saya dipanggil lalu saat ditanya buktinya nya apa ternyata salah kelas dimana harusnya yang dipanggil BK itu adalah kelas 7B sementara saya kelas 7A. di SMP saya aktif mengikuti banyak kegiatan dari mulai mengikuti Lomba-lomba dari lomba Pramuka, Voli, Matematika, Speech, Dance dan Basket. Saya juga mengikuti berbagai kegiatan seperti menjadi tutor sebaya, paskibra, mengisi acara pentas seni dan lain sebagainya. Saat kelas 8 SMP saya pernah di hukum berdiri di pohon bringin karena tidak bawa kertas dan beberapa teman saya juga tidak membawa akhirnya kami semua ngobrol dan bercanda walaupun di hukum sampai kami membuat grup dari awalny di hukum. 

Menurut saya di masa SMP itu hal yang sangat menyenangkan karena itu masa nakal nya saya dan teman-teman saya. Lalu saat kelas 9 kita semakin akrab satu sama lain karena di kelas 9 banyak sekali kerja kelompok yang anggotanya beda. Di kelas 9 ada lomba 17 Agustus an antar kelas dan saat tiba waktunya kelas saya lomba tarik tambang lawan kelas lain tali tambang nya putus dan kita semua kecewa akhirnya setelah pulang sekolah kita yang kelas 9 buat lomba tarik tambang nya diganti dengan tali rafia dengan syarat hanya menggunakan 2 jari dan yang diperbolehkan itu hanya menggunakan ibu jari dan kelingking yang memenangkan lomba nya itu ditraktir makan sama yang kalah. Lalu saat masuk ke ujiang praktik kelas 9 karena ada virus Covid-19 kita semua diharuskan mengikuti kelas online lewat google classroom dan gmeet, karena komunikasi yang kurang saya dan teman saya membuat chanel discord bareng bareng untuk share informasi dari guru-guru, sampai akhirnya lulus kami memutuskan untuk makan bersama di café yang sering kita kunjungi untuk sekedar ngobrol atau nugas bareng. Masa SMP saya juga diisi dengan ngefangirl saya mengikuti boygroup WANNAONE, BLACKPINK, dan NCT. Awalnya saya tidak menyukai Kpop namun setelah mengetahui lebih dalam mengenai kpop oleh iih saya, saya akhirnya menyukai Kpop sampai sekarang. Grup yang sangat saya sukai adalah  BLACKPINK dan WANNAONE di BLACKPINK saya menykai Jennie dan di WANNAONE saya menyukai Jihoon. 

Lalu saya lanjut sekolah di SMA BPK penabur kota modern, Tangerang. Sekolah saya online sampai kelas 11 dan mulai PTMT kelas 11 akhir sampai lulus, di saat kelas 10 saya sulit mengikuti pembelajaran dengan baik karena saya terbiasa dengan pembelajaran langsung face to face akhirnya nilai saya turun drastis sampai kelas online selesai dan berlaku PTMT atau Pembelajaran Tatap Muka Terbatas. Saya sangat mudah terpecah fokus nya dan saat saya sedang mengikuti kelas di zoom, biasanya ada notifikasi dari idola saya yaitu NCT saya merupakan Nctzen (nama fandom dari NCT) dan bias saya adalah jungwoo. Saat sedang fokus saya bisa tiba tiba menonton live boygroup atau girlgroup kesukaan saya bahkan saat kelas sedang berlangsung, sampai akhirnya sekolah saya menetapkan sistem PTMT selama sebulan. Lalu saat sudah berlaku PTM atau Pembelajaran Tatap Muka tiba tiba ada kelas 10 yang 2 orang kena virus Covid-19 dan akhirnya berlaku lagi PTMT dan terus begitu ganti gantian yang kena virus sampai akhirnya tidak terlau peduli dengan Covid-19 dan tetap memberlakukan PTM sampai kelas 12. Di kelas 12 saya masih tidak terbiasa karena meskipun sudah kenalan dan berteman melalui zoom online kita tidak pernah bertemu diluar jam sekolah dan itu sangat canggung, untungnya saya merupakan orang yang cukup cepat beradptasi dan berteman dengan banyak orang sehingga saya terbiasa dan mempunyai banyak teman. 

Saya dan teman-teman saya saat kelas 12 sering menghabiskan waktu bersama seperti main badminton, billiard, basket, dan juga nonton bioskop bersama. Saya dan teman-teman saya mempunyai jaadwal badminton setiap hari Jumat jam 3 di lapangan dekat sekolah. Dan di setiap jam pelajaran Olahraga biasanya saya dan teeman teman saya setelah mengikuti praktik akan izin untuk selesai lebih cepat dan mendengarkan musik bersama di kelas. Di kelas 12 saya bisa mengikuti pembelajaran karena sudah face to face dan di kelas 12 saya juga mengikuti paskibra dan dance, selama acara pentas seni saya sering tampil untuk dance. Moment paling berkesan di SMA adalah saat promnight pada saat prom disana  kami semua bercanda tertawa bersama dan menangis bersama karena akan melanjutkan pendidikan di tempat yang berbeda bahkan negara berbeda . 

Lalu saya melanjutkan pendidikan saya di Binus Kemanggisan mengambil jurusan arsitektur, saya di Binus bersama teman SMP saya yang mengambil jurusan mobile app, kebanyakan teman saya berada di Binus Alsut. Saat Inaugurasi kemarin saya dan teman saya Abir menjadi perwakilan jurusan  arsitektur. Sebelum Inaugurasi dimulai saya mengikuti gladi di Binus Alam Sutera disana saya bertemu dengan teman teman saya ada yang merupakan teman SMP dan juga teman SMA, selain bertemu dengan banyak teman saya,k saya juga berkenalan dengan beberapa orang yang menjadi perwakilan jurusan juga. Lalu saat Inaugurasi saya berangkat bareng bersama teman-teman saya dan disana kami berpisah karena sangat baanyak orang dan panas. Saya senang yang  hadir saat inaugurasi kemarin adalah Juicy Lucy saya sering mendengarkan lagunya bersama teman-teman saya. Selain itu, itu merupakan konser pertama saya, seru tapi melelahkan. Lalu setelaah inaugurasi ada yang namanya TKH disitu kami para maba arsitektur b27 disambut oleh kakak-kakak Himars disaana kita semua diajari carany menggunakan penggaris atau Stupa 0 dan juga banyak lainnya selain itu kita juga menjadi semakin akrab satu sama lainnya. Tibalah saya merasakanpembelajaran pertama di kelas hari Senin, selama masa perkuliahan banyak asyiknya dan banyak juga lelahnya karena banyak tugas-tugas yang diberikan.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Fathin Maftuh Abdullah – Get to Know Your Self

Nama saya Fathin Maftuh Abdullah. Saya biasa dipanggil Fathin. Saya berumur 17 tahun. Saya lahir dan besar di Jakarta. Saya sangat suka dengan hewan terutama kucing. Saya berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, dengan ayah saya yang berumur 55 tahun dan bekerja sebagai PNS dan ibu saya yang berumur 51 tahun dan seorang ibu rumah tangga. Saya juga memiliki satu kakak laki-laki yang selalu membantu saya dalam banyak hal. Saya memiliki berbagai macam hobi sejak kecil, seperti menggambar, mengerjakan puzzle, bermain game, dll. Akan tetapi yang paling sering saya kerjakan adalah menggambar. Saya sangat senang saat mendesain hal baru dalam gambar saya, meskipun gambar saya kurang bagus. Kesenangan saya dalam mendesain ini menjadi salah satu dorongan saya memilih arsitektur. Saat saya beranjak SMP, saya mulai bertanya akan mimpi dan cita-cita saya. Awalnya, karena saya suka mendesain dan mengerjakan puzzle saya tertarik untuk menjadi puzzle designer. Namun ketika saya mempelajari tentang profesi tersebut lebih dalam, minat saya mulai berkurang. Lalu saya mencari berbagai macam profesi dan jurusan kuliah lain dan akhirnya saya menemukan arsitektur. Saya sangat tertarik dengan arsitektur karena banyak hal. Yang pertama kali menarik pandangan saya kepada arsitektur adalah karya Frank Lloyd Wright yang bernama “Falling Water”. Karya nya sangat indah dan membuat saya tertarik dengan arsitektur. Ketika saya mempelajari lebih mendalam tentang arsitektur saya sangat terpukau dengan luas nya ilmu arsitektur yang mungkin orang awam hanya mengetahui arsitektur sebagai profesi dimana seseorang membangun suatu bangunan saja, tetapi yang saya pelajari arsitek mempelajari yang lebih luas lagi. Dan semakin tertarik lagi ketika saya mengetahui bahwa ayah saya dulu ingin menjadi arsitek, dan mengetahui hal itu ada pikiran yang melintas di kepala saya “betapa keren nya jika saya bisa ber profesi sebagai arsitek dan mendapatkan hal yang ayah saya gagal untuk mencapai.”. 

Saya juga mulai bermimpi untuk meninggalkan sesuatu yang dapat berguna bagi masyarakat di masa depan. Dengan alasan-alasan tersebut dan beberapa alasan-alasan lainnya saya mulai bercita-cita untuk menjadi arsitek. Namun, tidak semua orang setuju akan keputusan tersebut. Ibu saya tidak setuju akan keputusan tersebut. Beliau menginginkan saya untuk menjadi dokter. Jadi selama saya menempuh SMA, saya meyakinkan ibu saya dan diri sendiri akan keputusan untuk mengambil jurusan arsitektur. Meskipun begitu, saya yakin ibu saya hanya menginginkan yang terbaik untuk saya. Dan saya terus berusaha untuk meyakinkan ibu saya bahwa saya serius dalam mengambil arah karir tersebut. Ayah dan kakak saya sangat suportif akan keputusan saya, terutama kakak saya saat saya menceritakan alasan-alasan saya memilih arsitektur sebagai profesi yang saya kejar. Kakak saya terkejut akan keinginan saya yang cukup jauh untuk menempuh profesi arsitektur. Karena keluarga saya mengira keputusan saya itu hanya keputusan setengah matang yang saya tidak pikirkan dalam-dalam sebelum membuat keputusan tersebut. Setelah sekian lama waktu meyakinkan ibu saya dengan dukungan dari akak dan ayah saya, akhirnya ibu saya setuju dengan keputusan saya. Saya menjalankan masa SMA saya seperti siswa pada umumnya. Hanya saja dengan tujuan profesi dan universitas yang lebih matang dari siswa-siswa lainnya. Saya ingin masuk ke Universitas Indonesia (UI) karena namanya yang terkenal dan jarak yang tidak begitu jauh dari rumah saya. Akan tetapi, saya gagal ketika mengikuti SNBT dan harus mencari universitas swasta. Tetapi itu bukan hal yang sulit, karena kakak saya juga sudah berkuliah di Universitas Bina Nusantara (BINUS) yang memang kualitas nya juga sangat bagus nasional dan internasional. Meskipun awalnya saya agak sungkan untuk mendaftar ke BINUS karena biaya nya yang mahal dan saya tidak mau membebani orang tua saya. Tetapi mereka tidak merasa terbebani oleh pilihan itu. Maka dari itu saya mendaftar di BINUS dan mulai menunggu tes masuk yang akan datang. Karena saya memilih jurusan arsitektur yang termasuk dari Fakultas Teknik, saya harus mengambil tes buta warna. Dan ketika saya mengambil tes buta warna, ibu saya juga melakukan pengecekan mata. Dimana ibu saya memiliki katarak di kedua buah mata nya. Dan saat waktu ujian tes masuk telah tiba, kebetulan di hari itu juga ibu saya operasi katarak. Sehingga saya harus melanjutkan tes masuk di rumah sakit dan sepanjang jalan pulang. Meskipun dengan kondisi tersebut, saya tetap diterima. Meskipun saya memiliki tujuan yang terhitung matang dibandingkan orang-orang seumuran saya, saya tetap seperti anak pada umumnya. Saya tetap suka bermain dan berkumpul dengan teman saya. Saya suka bermain game dari segala genre, terutama game dari genre FPS, RPG, Rouge Like, dan lain lain.  suka menghabiskan waktu bermain game online dengan teman-teman saya dalam waktu yang terhitung lama. Saya bukan anak yang termasuk pintar juga, nilai saya ketika disekolah masih berada di rata-rata kelas dan saya juga bukan anak yang termasuk rajin. 

Saya masih harus banyak belajar untuk mengatur waktu saya dan belajar menjadi lebih rajin. Saya suka bermain game online bernama Valorant dengan teman-teman saya. Valorant adalah game FPS (First Person Shooter) taktis multipemain gratis yang dikembangkan dan diterbitkan oleh Riot Games, untuk Microsoft Windows. Pertama kali menggoda dengan nama kode Project A pada Oktober 2019, permainan memulai periode beta tertutup dengan akses terbatas pada 7 April 2020, diikuti dengan perilisan resmi pada 2 Juni 2020. Pengembangan permainan dimulai pada 2014. Saya memiliki beberapa tujuan dalam berkuliah di jurusan arsitektur ini. Yang pertama adalah mencari karakteristik atau ciri khas yang spesifik dengan diri saya. Saya sangat terinspirasi dengan karya Frank Lloyd Wright dan beberapa arsitektur ternama lainnya untuk memiliki ciri khas tersendiri. Saya merasa memiliki ciri khas tersendiri merupakan bagian penting dalam berkarir sebagai arsitek. Dan tujuan yang lainnya adalah mencoba untuk mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Saya ingin melanjutkan pendidikan saya di negara asing. Saya memiliki dua negara yang saya inginkan untuk melanjutkan pendidikan, yaitu jepang dan german. Saya ingin mengambil pendidikan lanjut di ke dua negara tersebut karena kedua negara tersebut terkenal dengan teknik nya yang bagus. 

Saya yakin dengan melanjutkan pendidikan di kedua negara tersebut saya akan mendapatkan ilmu yang lebih mendalam. Dan tujuan yang lainnya adalah untuk dapat menerapkan sustainable architecture dengan baik dalam semua proyek saya. Saya sangat tertarik dengan subjek sustainable architecture karena saya merasa bahwa menerapkan sustainable architecture itu adalah tahap yang paling penting dalam menjaga lingkungan untuk lingkungan di sekitar bangunan dan masa yang akan datang. Sustainable Architecture bagi saya merupakan ilmu yang seluruh arsitek harus memulai untuk menerapkan dalam proyek nya. Dan saya juga tidak melupakan mimpi saya untuk menjadi arsitek ternama. Dengan beberapa tujuan itu saya memiliki arahan selama berkuliah di BINUS. Ada beberapa hal lain yang saya ingin lakukan selama di BINUS. Salah satu nya adalah mengumpulkan relasi sebanyak mungkin agar bila suatu saat saya berniat membuka bisnis atau memulai entrepreneurship maka saya akan memiliki jalan yang lebih mudah. Mengumpulkan relasi akan saya terapkan paling kuat di saat saya mengikuti enrichment program. 

Saya ingin mengumpulkan relasi di saat saya berada di lingkungan kerja dan membuat relasi dengan orang yang lebih berpengalaman daripada saya. Dan relasi tersebut mungkin akan membantu saya untuk melanjutkan karir saya meskipun bukan entrepreneurship. Dan saya ingin mengikuti organisasi kemahasiswaan (OK) untuk mendapatkan relasi dan lebih mendalami minat saya. Dan ada juga OK seperti Himpunan Arsitektur (HIMARS) yang dapat membantu saya dalam mengumpulkan relasi dan pengalaman sekitar lingkungan arsitektur yang pasti akan sangat berguna untuk saya, terutama untuk portfolio. Saya juga memiliki tujuan untuk setelah saya lulus dari perkuliahan. Saya akan mengikuti PPAr (Program Pendidikan Arsitektur) dan akan melanjutkan bekerja hingga saya dapat mengikuti ujian untuk mendapatkan gelar arsitek. Dan selain itu saya juga menginginkan untuk melanjutkan pendidikan saya hingga S2 dan melanjutkannya di luar negeri. Atau jika saya mendapatkan beasiswa saya akan langsung melanjutkan pendidikan saya ke S2 dan melakukannya sambil bekerja di waktu luang saya. Saya juga ingin membantu membalas budi segala hal yang telah dilakukan dan diberikan oleh orang tua saya. Saya sangat berterimakasih kepada mereka karena telah mengurus dan membimbing saya hingga saya dapat melanjutkan perkuliahan. Tanpa mereka saya tidak akan jadi apa-apa. Dan saya juga ingin membantu kakak saya yang selalu mendukung saya. Saya juga ingin berkeluarga dan memiliki keturunan yang dapat mencapai cita-citanya. 

Jika saya sukses saya juga ingin membangun rumah untuk diri saya dan keluarga saya. Saya juga ingin mempunyai teman yang dapat hadir saat saya membutuhkan mereka. Saya juga ingin mempunyai animal shelter karena saya sangat menyukai binatang dan ada banyak binatang yang membutuhkan pertolongan diluar sana. Saya juga ingin dapat memiliki harta yang tidak hanya cukup untuk diri pribadi tapi juga untuk memberi kepada yang membutuhkan. Saya juga ingin membuka usaha sendiri agar saat tua nanti saya dapat pensiun dengan tenang. Saya tidak mau hidup kesepian karena tidak ada gunanya jika saya memiliki banyak harta tapi saya tifak memiliki siapapun untuk membagikan harta tersebut. Saya ingin sehat sampai saya tua nanti agar dapat beristirahat dengan tenang. Saya ingin memiliki keturunan yang juga peduli dengan saya dan tidak akan pernah lupa akan saya. Saya ingin menghasilkan sesuatu yang apabila orang lain melihat akan tau bahwa yang menghasilkan itu adalah saya. Saya juga ingin selama masa kuliah saya dapat untuk melaksanakan nya dengan baik tanpa meninggalkan kewajiban di tempat-tempat lain dan tanpa meninggalkan hobi dan teman teman saya. Tetapi segala harapan itu masih tetap hanyalah sekumpulan harapan yang tercapai atau tidak nya masih tidak ada yang tau. Yang saya bisa lakukan sekarang adalah tetap berusaha agar bisa mencapai segala cita-cita, mimpi dan harapan tersebut.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Farrell Tsafiq Rayhan Abbas – Get to Know Your Self

Nama aku Farrell Tsafiq Rayhan Abbas, aku tinggal dan lahir di Jakarta Bersama ayah dan bunda. Aku adalah anak sulung dari dua ber saudara aku dan adik aku Fathan, ayah bekerja sebagai karyawan swasta dan bunda bekerja sebagai ibu rumah tangga. Selama aku di Jakarta masa-masa yang aku kenangi adalah masa – masa sma ku, msasa – masa dimana yang paling asik dan menyenangkan walaupun dua tahun pandemi tetapi satu tahun di sam itu cukup menyenangkan. disana aku bertemu banyak teman, kita sering main bareng, nongkrong bareng, dan terkadang kita suka bercurhat satu sama lain. 

Tujuan hidupku cuman satu yaitu orangtua ku, hanya karena mereka aku bisa sampai di titik ini, karena mereka aku merasa bisa melakukan apa saja, mereka sudah menemani dan mambantu ku dari kecil jadi yang aku ingin adalah hanya mereka bisa bangga karena aku.

Tentang kepribadian aku, aku suka lagu berbagai genre, semacam pop, classic, rock, dll. Tapi sekaranga ku suka mendengar lagu tulus berjudul “1000 tahun lamanya”. Hobby aku saat ini adalah bermain music, semacam piano dan gitar walaupun belom jago tapi aku suka. Saat aku sd aku mempunyai kenagan yang sangat tidak disukai,

Aku memilih  arsitek karena dulu waktu kecil aku suka manggambar gedung – gedung, dan aku  suka sekali bermain game yang Bernama “Minecraft” disana aku suka sekali membuat rumah yang terisi di imajinasi ku seperti rumah melayang, hotel, dan yang paling aku suka itu membuat caffe dan perternakan, disaat itu aku sangat bermimpi bisa menjadi arsitek yang terbaik.

Itu cerita tentang aku sekian dari saya terimakasih.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Dzaki Ahmad Saputra – Get to Know Your Self

Cerita saya menjadi mahasiswa sebelum nya saya tidak ingin kuliah, di karenakan ayah dan ibu saya kuliah mau ga mau saya juga harus kuliah, sebelum nya saya ingin sekali berkuliah di kampus ITS yang berlokasi di Surabaya karena saya tidak lolos jalur SNBT lalu juga UTBK dan yang terakhir itu.

Seleksi Mandiri Dan pada akhirnya saya mencoba kuliah di binus dan saya alhamdulillahnya keterima di Binus University.

Lalu saya langsung mencari kos kos an yang agak jaun tetapi mempunyai harga yang harganya lumayan murah saya rasa cukup untuk untuk saya di karenakan saya juga berpikir kehidupan di Jakarta lumayan mahal untuk saya dari situ lah saya menggambil tempat yang murah lalu saya di hari awal saya masuk di kampus anggrek saya piker saya akan di sana dan ternyata saya di kampus syahdan itu juga muter muter jadwalnya terkadang di kampus anggrek terkadang di kampus syahdan tetapi mayoritas di kampus syahdan.

Lalu saya mengikuti TKH bagi saya acaranya seru dan juga asik di situ saya belajar gimana cara menggambar dan juga membuat maket teryata arsitek tidak se mudah yang saya bayangkan saya berpikir tugas saya hanya menggambar ternyata tidak hanya itu saja ada membuat maket gambar tampak dan juga isometri yang saya paling takuti membuat maket dan isometri bagi saya isometri itu susah di karenakan harus simetris jika tidak simetris maka gambar saya akan tidak bagus saya membuat gambar isometri bisa enam jam padahal hanya kamar kos yang tewrbilang kecil.

Untuk selama ini saya baru belajar mengambar yang tadinya saya tidak bisa mengambar mungkin kali ini saya sudah mulai bisa lumayan daripada sebelumya saya saya yang tidak bisa sama sekali lalu saya juga suka hewan contohnya kucing saya beri nama milky karena berwana putih bersih, kadal saya beri nama jerry karena tubuhnya kecil dan lincah dan masih ada lagi hobi saya meniram tanaman ada bayak tanaman yang saya tanam contohnya monstera alocasia bagi say aitu tanaman yang menambah estetika di kamar maupun rumah saya.

Rumah saya di Bekasi saya selalu pulang setiap minggu intinya setiap hari libur di karenakan saya kangen rumah saya ibu dan ayah serta adik adik saya saya kengen kehidupan sebelum kuliah di sini saya di kost bingggung mau makan dll akhirnya saya pulang saja tidak hanya itu saja saya juga memotong rumput di taman depan dan di taman belakang rumah saya di karenakan tidak ada yang mengurusnya lalu saya juga bersih bersih kamar saya di karenakan jika tidak di bersihkan akan mudah sekali berdebu padahal ventilasi sudah saya tutup dan candela tidak terbuka saya sangat heran sekali. Ketika saya pulang di situ saya merasa Bahagia sekali dan juga rasanya tenang adem tugas tugas rasanya bebas pening hilang semuanya saya sangat Bahagia sekali bebas sekali.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

DZAIKRA TAQQIY – Get to Know Your Self

Saya adalah dzakra taqqiy seorang anak yang berumur 18 tahun yang dibesarkan seperti malika…..dan saya ini dari kecil anaknya cengeng tapi tetep lucu si tapi ya walaupun kaya gt saya soleh banget ko karena saya selalu kembali kepaada yang maha kuasa setelah apapun hal terjadi dan saya sangat ga tegaan anaknya jadi kek saya orangnye apa yah bisa dibilang sih anu apa ya kek baik banget sih terus kek saya tuh ga sombong….ga deng becanda terus tapi asli deh saya sebenrnya asik banget ko dan saya supel lah kumayan walaupun saya mentalnya g kuat kuat banget sih sebenernya tapi yaaaa over all saya adalah anak yang jujur tapi suka boong dikit walaupun g sebohong orang orang di komisi II di dpr jadi yaa masi lumayan soleh lah terus saya mau cerita fiiit lagi nih sebelum deadline jadi bapa saya tuh ga lama tuh baru pensiun di jabatannya terakhir 4B di bea dan cukai karena dia sakitt aduh hadi sedih deh tapi tetep kek dia tetap semangat banget bisnisnya apa aje di libas bisnisnya semasih halal emang bapak saya ter the best brow terus dia tuh takut banget sama istrinya padahal dia nyuruh gue masuk unpad farmasi karena gue keterima disana kan tapi tetep kata nyokap gue gue ga boleh nge kost karna takut bandel dann gue juga jujur belom siap bebas banget sih hidupnya karena masih mau merasai nikmat disayang dan diperhatikan ortu jadi oleh karena itu saya di binus deh mgambil arsitek dan memang saya suka mendesign sih dari dulu walauoun designnya jarang di apreciatr karena duku jarang ada yang ngerti jadi ya semoga ilmu saya di arsitek ini bermanfaat dan semoga bisa mendapat ridhonya allah dan rasulnya serta ridho rang tua dan guru jadii yaaa semoga aja saya sukses deh jadi ilmu arsitek ya berguna

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Dina Elfiyana – Get to Know Your Self

Nama saya dina elfiyana saya anak pertama lahir di aceh pada tanggal 25 bulan juni 2005, saya mempunyai dua adik laki laki dan perempuan, pekerjaan ayah saya wiraswasta dan ibu saya ibu rumah tangga, saya suka mendengarkan musik disaat saya belajar, bersih bersih, dan lain lain. dan saya kurang menyukai lagu yang sedih karna membuat semangat saya turun. saya menyukai coklat dan saya tidak suka keju, saya tidak menyukai makanan luar seperti pizza, burger, pasta tapi saya menyukai maklube, maklube berasal dari turki, saya mulai menyukainya disaat saya masih SMA di sekolah saya sering menghidangkan maklube, saya suka nonton anime seperti one piece, naruto, the promised neverland, jujutsu kaisen, black cover, attack on titan, dan studio ghibli. aku suka main lego.

 Aku suka kpop aku stan grup black pink, enhypen, NCT, dan TXT. aku juga suka main uno bersama teman teman jika ada waktu senggang. saya pelihara landak mini saya beri nama chori ( macho berduri) karna dia jantan. aku suka rendang, teri balado, ikan baldo. saya suka anak kecil saya suka disaat mereka memelukku, saya merasa tenang disaat mereka memeluk saya. saya suka donasi di unicef dan saya kadang juga di bulan ramadhan sering membagikan makanan untuk orang orang yang berhak mendapatkannya. saya suka laut saya juga suka sunset, karna disaat saya melihat laut membuat hati saya tenang,alasan saya memilioh arsitektur adalah saya ingin bangunan bangunan yang di indonesia ini bertahan lama dan terstruktur. maaf jika ada kekurangan dan salah kata, makasih banyak pak.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Danis Ramadhan Putri – Get to Know Your Self

Halo perkenalkan aku Danis Ramadhan Putri, semua orang manggil aku Danis, aku lahir di Jakarta, aku anak terakhir dari 3 bersaudara dan aku lahir di keluarga yang sangat harmonis dimana ayah sering bikin aku tertawa dan mamah baik bangett gapernah marah, oh iya masakan ayah aku juga enak bangett ahahah tapi meskipun ayah bisa masak aku malah gabisa masak ahaha, mamah dulu juga gabisal masak terus akhirnya diajarin masak sama ayah, sampai sekarang setiap hari libur mamah sama ayah selalu masak bareng didapur dan aku menjadikan itu list yang harus aku lakukan juga ketika aku punya pasangan nanti.

Untuk hal yang paling berkesan waktu aku ngambil rapot SMP haha, nilai aku banyak banget yang C dan D bahkan B nya cmn 2 atau 3, A nya cuman 1 di pelajaran seni budaya. Tapi meskipun nilai aku gituu mamah ga marahhh mamah kayak udah tau aku emang ga jago soal mtk, terus bukannya marah mamah malah ngajak aku makan  di kantin bawaa aku inget banget waktu itu makan soto hehe. Pokonya setiap sampai aku sma nilai tertinggi aku pasti selalu ada di seni budaya dan prakarya haha. 

Aku sekarang kuliah ambil jurusan arsitektur di universitas bina nusantara, aku ambil arsitektur karna aku suka ngedesign yang berawal dari main game the sims 4, dibanding mainin kehidupan manusia the sims aku lebih suka ngedesign rumahnya doang. 

Aku berharap banget jruusan yang aku pilih sekarang bisa membuat semua impian aku tercapai, bisa bikin mamah sama ayah seneng, bisa jalam jalan bareng sama mamah ayah dan sama pasangan aku (kalo nanti udah punya) HAHAHA. Ohh aku pengen banget punyaa rumah di usia 20an aku mau punya rumah yang bisa aku design sendiri ruang dalemnya, aku mau beresin rumah aku sendiri haha aku suka banget beres beres rumah bahkan karna suka beres beres aku dulu mau ambil jurusan perhotelan ahaha tapi ga dibolehin sama mamah katanya “emang kamu mau beres beres mulu”

Harapan kedepannyaaa aku bisa lulus S1 arsitekturr tepat waktu yaitu 4 tahun, semoga sikap aku terus sayang aku ke mamah sama ayah gapernah berubah, semoga aku juga ga bakal bikin mamah sama ayah sedih dan aku bisa nyenengin semua orang termasuk diri aku sendiri.

Untuk beberapa minggu setelah kuliah di binus ini aga bikin shock yahh dari tugasnya yang setiap saat ada, dan deadlinenya 1 minggu doang terus juga ujian pake bahasa inggris ppt bahasa inggris mana aku gabisa bahasa inggris haha takut bangettt, makanan dI deket syahdan juga enak enakk BANYAKKK MAKANAN AKU SUKA AKU SUKA 

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Daffa Tyora Hamedya – Get to Know Your Self

Perjalanan masa remaja biasanya menjadi kisah yang lekat di memori setiap orang. Mulai dari manis hingga pahit pengalaman hidup satu per satu mulai dilalui dalam rangka pendewasaan untuk menempuh hidup yang lebih bermakna di kemudian hari. Menjadi mahasiswa baru adalah salah satunya, walaupun dalam kasus saya, Universitas Bina Nusantara adalah gerbang kedua yang saya masuki setelah sebelumnya pernah menempuh pendidikan dalam jenjang yang setara di manca negara, lebih tepatnya negara Jerman.

Kehidupan seorang mahasiswa tentu berbeda dari yang pernah dialami selama sekolah dasar. Menempuh pendidikan di universitas bukan sekedar memperdalam ilmu atau mencari gelar hanya untuk mengejar status akademik yang dinilai tinggi bagi kebanyakan orang. Lebih dari itu, sejatinya kita sebagai individu membiasakan diri untuk mengolah pikir dan rasa demi dipergunakan untuk kebermanfaatan sosial dan memaknai hidup yang lebih baik. Menyambungkan pula dari terjemahan dasar filsafat, induk dari segala ilmu, yaitu mencintai kebijaksanaan. Maka dalam teori dan praktiknya, salah satu indikator keberhasilan utama sebagai mahasiswa adalah seberapa berpengaruh dampak baik yang dapat diberikan untuk perkembangan ilmu pengetahuan yang mengarah pada majunya peradaban manusia.

Tulisan ini saya mulai dengan sudut pandang pribadi mengenai makna menjadi seorang mahasiswa. Lalu dilanjutkan perkenalan diri dan rekam jejak singkat dari beberapa titik pengalaman yang menjadi milestone dalam kehidupan saya pribadi. Poin terkait tujuan hidup dan bidang arsitektur akan menjadi sorotan utama demi menjaga arah tulisan yang sesuai dengan topik Introduction to Architecture. Di samping itu, saya menambahkan beberapa hal terkait Sustainable Development Goals sebagai contoh yang akan dikaitkan langsung dengan ilmu STEM. 

Nama saya Daffa Tyora Hamedya, akrab dengan sapaan Daffa atau bisa juga dipanggil Hamedya. Saya lahir pada tanggal 12 April tahun 2002, di Kota Malang, salah satu kota besar di Jawa Timur yang terletak di selatan Ibu Kota Provinsi Surabaya. Saya anak tengah dan satu-satunya laki-laki dari 3 bersaudara. Ayah saya seorang dokter, konsultan bedah lebih spesifiknya. Ibu saya seorang karyawati di salah satu institusi keuangan di Indonesia. Sedari kecil, sekitar usia 10 tahun,  saya biasa hidup sehari-hari hanya bersama ibu, kakak, dan adik saya, karena ayah saya berdinas di rumah sakit di luar kota yang cukup jauh, sehingga hanya bisa pulang di akhir pekan. Sayangnya, tepat ketika saya memulai studi di luar negeri, ayah saya pindah kerja di Kota Malang dan bisa berkumpul bersama keluarga inti kembali. Keadaan ini seakan menjadi garis waktu yang tidak menyenangkan karena kebersamaan yang tidak bisa saya dapatkan sebagai bagian dari sebuah keluarga. Dari kondisi ini pula, saya seperti tidak memiliki sosok panutan yang bisa dicontoh secara langsung untuk berkembang khususnya sebagai seorang laki-laki yang baik.

Lompat jauh pada pengalaman hidup rantau di negeri asing. Sendiri sudah menjadi hal yang lumrah bagi saya, bahkan menjadi salah satu ciri kepribadian. Namun demikian, tetap saja mandiri adalah hal yang berbeda. Bertahan hidup di suatu tempat yang asing bersama orang-orang asing pula memberikan banyak pelajaran kehidupan berharga. Jika perlu diringkas, maka hal paling penting bagi saya adalah bagaimana dalam proses ini selalu mengarah pada hasil kemajuan terhadap kecerdasan emosional. Ketika kita sebagai manusia meluangkan waktu yang cukup untuk mengenali diri sendiri dan sekitar, pada waktu itulah kita bisa menyadari tujuan hidup masing-masing yang sebenarnya. Hal ini bisa dimanifestasikan untuk pribadi maupun ke orang lain dalam konteks berempati.

Adapun menurut saya pribadi, salah satu cara untuk bisa membantu menentukan tujuan hidup adalah dengan memaknai nama diri kita sendiri. Hal tersebut didasarkan oleh keyakinan bahwa nama yang diberikan oleh orang tua adalah doa atau harapan yang diamanahkan kepada kita ketika lahir ke dunia ini. Sebagai contoh nama saya sendiri secara singkat artinya pembela kebenaran atau kebaikan. Dari nama ini, apapun hal yang menjadi target dalam hidup saya akan dilandasi oleh sikap menjunjung tinggi nilai kebenaran dan kebaikan. Kemudian, hal abstrak ini dapat saya urai kembali pada konteks inteligen atau kecerdasan secara umum. Benar dan salah dalam ranah kecerdasan intelektual. Baik dan buruk dalam lingkup kecerdasan emosional. Maka dari itu, tujuan hidup saya adalah untuk mencerdaskan diri sendiri dan orang lain secara intelektual dan emosional sebagai upaya untuk memajukan peradaban manusia yang penuh dengan manfaat.

Dari uraian sebelumnya, mengetahui tujuan hidup memang membuat saya lebih terarah dalam menentukan aktivitas yang perlu dikerjakan sehari-hari. Namun, bukan berarti jalan untuk mencapainya menjadi mudah, karena selalu ada ujian baru yang berada di depan. Titik terendah sebetulnya saya alami ketika mencoba menggapai tujuan tersebut. Pada waktu usia 19 tahun ketika berkuliah di Jerman, saya mulai mendirikan organisasi independen bernama COM, akronim dari company and community. Organisasi ini bertujuan untuk menjadi wadah bagi mahasiswa Indonesia khususnya agar dapat berelasi tanpa batas wilayah sebagai opsi sarana pengembangan diri di luar kegiatan akademis pada umumnya. Lebih spesifik yaitu company dalam bidang kewirausahaan (ekonomi bisnis) dan community dalam bidang kepemimpinan (politik hukum). Ada saat di mana saya bersama kurang lebih 150 orang yang tergabung dalam tim telah selesai dalam merumuskan setiap target yang ingin dicapai dalam program kerja masing-masing. Namun,  masalah muncul dalam tahap eksekusi. Pada puncaknya, terjadi perpecahan besar yang dipicu oleh beberapa hal dan saya pribadi menerima efek buruk secara langsung karena semuanya otomatis menjadi tanggungjawab saya sebagai pemimpin. Singkatnya, hal ini berefek pada kehidupan saya pribadi sampai kepada kondisi kesehatan yang menjadi sangat buruk baik fisik maupun mental. Hingga pada akhirnya, karena kondisi kesehatan yang sangat parah dan telah melalui serangkain proses medis di Jerman, saya terpaksa mengambil keputusan untuk kembali pulang dan melanjutkan perawatan di Indonesia. Alasan paling sederhana yang bisa saya ungkapkan adalah bahwa saya tidak ingin memberi beban terlalu berat pada keluarga yang selalu  khawatir ketika menunggu kabar dari jauh dan tidak bisa berbuat apapun secara langsung.

Satu tahun di Indonesia, saya berada dalam kondisi medis khusus dan hanya bisa melakukan aktivitas yang terbatas sembari perlu rutin mengonsumsi obat. Dokter juga mengharuskan saya berada dalam kondisi yang tenang, karena fungsi tubuh saya berkurang secara drastis. Perlu waktu dalam hitungan bulan untuk bisa mengembalikan kemampuan berpikir saya secara normal. Karena semua hal tersebut, ada satu keputusan yang diberikan bahwa saya tidak boleh melanjutkan kuliah atau kegiatan yang perlu berpikir sedemikian rupa untuk sementara waktu. Hal ini membuat saya seakan kehilangan motivasi dan intensi untuk menggapai tujuan hidup saya. Dunia akademis yang sangat saya pedulikan harus terhenti untuk waktu yang lama.

Pada pertengahan tahun 2023 barulah saya bisa kembali memulai aktivitas dalam standar normal manusia. Tanpa berpikir panjang, saya memutuskan untuk kembali masuk jenjang perkuliahan dan tibalah sekarang saya menjadi bagian dari Universitas Bina Nusantara. Saya memilih jurusan arsitektur berdasarkan tujuan jangka panjang pribadi untuk mampu mendalami ilmu filsafat lingkungan. Dimulai dari ilmu tata ruang atau planologi dan lebih spesifik terhadap ranah arsitektur. Sehingga dalam perjalanan saya di arsitektur, green building menjadi salah satu hal yang ingin saya pelajari secara mendetail. Ketertarikan saya terhadap arsitektur juga dilandasi alasan kecocokan pribadi terhadap bidang ilmu yang bersifat lebih general dibanding spesifik. Menjadi seorang yang expert generalist lebih sesuai dengan prinsip saya dalam menempuh pendidikan tingkat lanjut.

Perihal ilmu yang bersifat lebih horizontal dibandingkan vertikal juga saya terapkan selaras dengan pengetahuan saya terhadap Sustainable Development Goals. Menurut analisa saya dalam beberapa bulan ke belakang, ada setidaknya 10 dari 17 poin SDG yang berkaitan erat dengan ilmu STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics). Poin-poin yang saya maksudkan adalah Zero Hunger; Good Health and Well-Being; Clean Water and Sanitation; Affordable and Clean Energy; Industry, Innovation and Infrastructure; Sustainable Cities and Communities; Responsible Consumption and Production; Cilmate Action; Life Below Water; Life on Land.  STEM sendiri adalah ilmu yang erat kaitannya dengan ilmu lingkungan atau ilmu pasti yang menjadi minat dan bakat saya sejak awal. Jika melihat dari sudut pandang makro misalnya, dari segi tata ruang kita tidak hanya berfokus pada poin spesifik terkait pemerataan pembangunan, tapi juga bagaimana kita mengatur agar sektor-sektor vital bisa diposisikan di tempat yang sesuai. 

Pada kesempatan kedua saya untuk berkuliah ini, saya yakin ilmu dan pengalaman yang pernah saya dapatkan bisa menjadi  modal utama dalam jalan kesuksesan yang saya pilih lewat arsitektur. Saya percaya bahwa bukan tujuan hidup saya sebelumnya yang salah, hanya masalah prioritas untuk bisa lebih efisien dan efektif dalam menyelaraskan kegiatan akademis dan non-akademis. Saya bertekad untuk memodifikasi organisasi independen yang saya dirikan sebelumnya agar lebih bisa mendukung pilihan saya di program studi arsitektur. Tujuan dan nilai organisasi saya rumuskan berdasarkan poin-poin STEM yang tercantum dalam Sustainable Development Goals. Riset, pengembangan, dan proyek akan dilakukan beriringan dengan kurikulum yang telah ditetapkan oleh Universitas Bina Nusantara. Strategi dan inovasi dibuat dalam rangka memberikan solusi atas permasalahan yang ada pada dunia arsitektur, tata ruang, dan lingkungan hidup.

Sebagai penutup dari essay singkat ini, kembali saya ingin menuliskan simpulan singkat. Bahwa menjadi mahasiswa, artinya kita berusaha untuk selalu aktiv dalam proses mengolah pikir dan rasa untuk digunakan ilmunya dalam rangka memajukan peradaban manusia. Pengertian ini searah dengan tujuan hidup saya yang didedikasikan dalam dunia ilmu pengetahuan, khususnya untuk berkontribusi dalam perkembangan kecerdasan intelektual dan emosional. Hal ini akan saya capai melalui kurikulum akademis program studi arsitektur Universitas Bina Nusantara. Dan sebagai tambahan, saya sebagai mahasiswa akan bersikap proaktiv dalam menginisiaisi dan merealisasikan ide serta konsep yang pernah dan akan terus saya kembangkan bersama sesama rekan terkhusus dalam bidang arsitektur, tata ruang, dan lingkungan hidup.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Crystal Rudd – Get to Know Your Self

Setengah tahun yang lalu, saya mengalami stroke pertama saya. Di bulan Maret 2023, ketika saya sedang berusaha tidur di jam 2 pagi, saya mulai merasakan kesemutan pada setengah badan kanan saya. Dari situ perlahan saya mulai bingung dan kehilangan kesadaran serta pusing ketika tiduran. Bagian badan saya yang kesemutan pun mati rasa dan susah untuk digerakkan. Pengalamannya sanagat melekat pada ku karena aku mikir ga banyak orang yang mengalami stroke, apa lagi di umur saya. Experience yang unique. Itu terjadi beberapa kali lagi setelah pertama kali nya, dan sekarang saya sedikit masa bodo tentang itu.

Aku tidak punya cerita menarik untuk diceritai.

Lagu favorit I belakangan ini adalah On An Evening In Roma by Michael Buble. Lagunya bergenre jazz dan terdengar sangat adem di kupingku. Aku lumayan menyukai lagu apa pun sebenarnya, music taste aku cukup versatile, jadi banyak lain pilihan lagu ku tetapi lagu ini yang aku sedang dengarkan ketika menulis essay ini.

Tujuan hidup saya untuk diri sendiri sekarang adalah menjadi orang berkecukupan secara finansial dan bahagia. Keluarga ayah saya datang dari finansial yang sangat amat cukup, tetapi mereka mengalami kebangkrutan di masa sebelum ada saya. Kebangkrutan itu terjadi karena keegoisan dan ego masing-masing orang, terlepas ayah saya. Ayah saya salah satu orang yang pekerja keras di keluarganya. Dan sekarang keluarga mereka membebani finansial kita. Mereka pun tidak terlalu baik sama kami, tetapi ayah ku merasa iba dengan keluarga nya sendiri, wajar lah. Tetapi saya tidak ingin menjadi orang seperti mereka.

Tujuan hidup saya untuk orang lain adalah menjadi orang yang baik, bermanfaat dan bisa membantu orang lain. Saya ingin untuk terus melakukan hal baik pada orang maupun binatang. Tidak segala hal akan bisa ku bantu, tetapi sebisanya akan dilakukan karena aku juga sempat ada di masa dimana saya butuh bantuan tetapi tidak ada yang membantu. Aku ingin memiliki banyak teman yang bisa saling membantu, dan mengenal banyak orang sehingga pengetahuan ku pun meluas.

Aku lahir di Jakarta Utara dan sampai sekarang masih tinggal disitu, tapi untuk kuliah menyewa kos. Aku datang dari keluarga yang berfinansial biasa aja, tidak terlalu tentram atau harmonis juga secara hubungan. Aku adalah anak pertama dari 2 bersaudara, adik ku salah satu manusia yang aku sangat sayang. Dari kecil keluarga aku sedikit toxic, dari physical, mental dan verbal abuse. Dulu aku di seret turun tangga, dan sereing di usir dari rumah. Pernah juga di tinggal di depan panti asuhan. Mungkin jika orang lain seumuran saya dengar, mereka Cuma berpikir, semua anak kecil begitu. Tapi dari kecil pun orang tua saya tidak terlalu peduli dengan keadaan atau kesehatan aku. Dan terus dipaksa untuk melakukan hal yang aku tidak inginkan. Sepertinya, menurut beberapa orang yang sudah aku ceritakan tentang masa kecilku, ini jauh lebih parah dari sekedar di pukuli karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah, tapi menurutku pun itu tidak bisa dibenarkan. Tetapi perlahan orang tua ku bertumbuh dan keluar dari siklus toxic itu. Aku menjadi orang yang lebih empatis dengan keadaan orang lain, dan mungkin sedikit menutup diri. 

Aku juga dibebani toko warisan keluarga, dimana itu saya berharap bisa lanjuti karena memang warisan dari opa saya yang meninggal 3 tahun yang lalu. Sedangkan aku tidak mengerti apapun tentang toko itu. Sebagai kakak dari adik perempuan saya, saya berharap dia bisa tumbuh tanpa beban atau pressure dari saya maupun orang tua ku dengan jalan hidup dan tujuan dia di masa depan, asal tidak melakukan apapun jahat atau pun merugikan orang lain. Aku ingin menaikkan keuangan keluargaku sehingga mereka tidak perlu mencari uang lagi dan hidup dalam ketenangan finansial. Aku benar-benar demen kerja dan produktif, walaupun tidak terlalu terlihat seperti itu. Tiap saya memiliki hari atau liburan kosong, saya mencari part-time atau freelance purely karena aku ingin menyibuki dan menghibur diri sendiri dengan mempergunakan waktu ku untuk bekerja dibanding berpergian. Tapi menurut ku kerjanya juga membuahi, dari segi experience dan uang yang didapati. Ga banyak nominal duitnya, tapi merasakan nabung duit hasil kerja dan tenaga sendiri jauh lebih enak dibanding berpergian ke Bali, menurutku.

Salah satu trauma atau kesedihan di hidup saya yang aku ingat adalah ketika saya berumur 16 atau 17, aku sempat mengobrol bercanda sama mama aku. Ngobrol bercanda panjang tentang hidup saya sekarang dan apa yang sudah terjadi di masa lalu. Tidak mengobroli apapun terlalu serius sehingga kita santai. Dan seumur hidup saya pun hidupku tidak jauh-jauh dari ajarannya, maksudnya tidak pernah terlalu membangkang dari omongannya atau suruhannya. Dia tiba-tiba ngomong, “mami dulu sempet mikir antara mau bunuh diri atau bunuh lu” mengindikasi bahwa dia sangat lelah mengurusi aku sehingga dia ingin mengambil nyawa nya atau nyawa aku. Sampai sekarang aku tidak tau konteks omongan itu apa. Setelah dia ngomong begitu, badan aku gemeteran dan lemes mendengarnya. Mungkin dia bercanda. Mungkin dia tidak bermaksud untuk omongannya begitu.

Aku memilih jurusan arsitektur karena saya ditekan untuk mengambil jurusan yang berunsur seni. Ayah aku sangat mendorong untuk mengembangkan bakat seni dalam diri saya, dan dia menekan saya untuk mengambil jurusan dengan menggambar-gambar. Aku juga merasa bahwa jurusan arsitektur itu menarik dan menantang, maka dari situ aku memilih arsitektur. Dan setelah mencari tau lebih banyak sepertinya prospek kerjanya juga ga buruk untuk dijalan

i.

Aku belum mencintai arsitektur segimanapun tetapi sejauh ini saya enjoy menjadi orang produktif dan cukup menyibukkan diri kuliah dan mengerjakan tugas. Tugasnya tidak menyenangkan dan membuat cape tapi aku cukup enjoy.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Christina Odilia Silalahi – Get to Know Your Self

Nama saya Christina Odilia Silalahi, biasa dipanggil Christy. Saya merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara. Saya memiliki seorang kakak laki-laki yang berumur 27 tahun dan adik laki-laki berumur 12 tahun. Kakak laki-laki saya adalah seorang dokter dan adik laki-laki saya adalah siswa SMP yang memiliki mimpi dan menyukai teknik mesin. Saya adalah anak perempuan yang dijaga ketat dan spesial. Saya adalah bayi tabung. Saya adalah bayi tabung yang dilakukan di Malaysia sekitar tahun 2005. Saya bercita-cita menjadi seorang arsitektur sejak saya berusia 10 tahun. Latar belakang pendidikan saya adalah, saya menempuh taman kanak-kanak dan sekolah dasar di Pangudi Luhur. Kemudian melanjutkan sekolah menengah pertama di St. Vincentius. Setelah itu saya menempuh sekolah menengah atas di St. Antonius. Saya melanjutkan pendidikan S1 di Bina Nusantara Univeristy jurusan arsitektur. Saya sangat menyukai jurusan yang saya pilih karena ini adalah mimpi saya. 

Saya sudah menyukai menggambar sejak saya berusia 10 tahun. 

Papa saya ialah seorang teknik sipil. Papa adalah seorang teknik sipil yang bekerja menjadi PNS. Beliau bekerja di Kementerian PUPR untuk pembangunan jalan dan jembatan. Bakat menggambar yang saya miliki diturunkan dari papa saya. Papa sudah mengajarkan dan menngarahkan saya sejak kecil kepada hal-hal yag berbau menggambar struktur bangunan ataupun jembatan. Papa saya dan saya memiliki topik pembahasan yang nyambung antara satu sama lain. 

Mama adalah seorang yang mengajarkan saya hal-hal di luar pendidikan. Beliau banyak mengajarkan pelajaran kehidupan. Bagaimana saya dapat menjadi manusia. Bagaimana saya harus hidup semestinya dan sebaik-baiknya. Papa dan mama saya jelas memiliki perannya masing-masing dalam mendidik dan menjaga saya. Orang tua saya sangat mendukung dan memfasilitasi saya untuk menggapai mimpi saya. Orang tua saya sudah menyediakan tablet untuk saya gunakan untuk membentuk denah rumah secara digital sejak kecil. Dengan begitu, saya menemukan dan memahami keinginan hati saya untuk cita-cita saya.

Saya sadar bahwa saya menyukai suatu bangunan. Saya menyukai menghias bagian dalam sebuah ruangan, memilih warna yang cocok antara dinding satu dengan dinding yang lainnya, menata meja, kursi, lemari, dan segala benda yang terdapat di dalam ruangan, dan lain-lain. Sejak itu saya menyadari bahwa saya ingin menjadi seorang arsitek. Saya menemukan kecocokan antara diri saya dan arsitektur, saya mengerti bagaimana membangun dan merencakan suatu lahan kosong yang tidak terdapat apa-apa, lalu saya mulai membangun dan merencakan suatu bangunan dengan struktur yang kokoh dengan bentuk yang indah dan juga menarik. Bagaimana saya menata keadaan di luar gedung dan di dalam gedung agar indah dipandang. Bagaimana saya memberikan kondisi yang nyaman dan aman bagi orang lain. Bagaimana saya menata interior dan eksterior bangunan agar terlihat serasi dan indah dipandang. Semua hal-hal tersebut saya temukan di arsitektur. Di luar hal-hal tersebut, tentu banyak kesulitan yang sedang dan akan saya hadapi. Segala kesulitan dalam arsitektur pasti dan akan saya hadapi. Namun saya tau saya mampu melewati hal tersebut karena ini adalah mimpi saya. Hati saya sudah melekat pada arsitektur. Jadi, kesulitan apapun itu saya hadapi dan saya tidak akan menyerah. Saya akan belajar menikmati rasa kesulitan tersebut. Sesulit apapun yang akan saya hadapi, namun saya akan menikmati kesulitan tersebut. Terlebih lagi, bakat dan minat saya sudah sejak lama melekat pada arsitektur. 

Tujuan hidup saya adalah saya dapat menjadi seorang arsitektur ternama dan sudah merancang bangunan bangunan tinggi dan kokoh, dengan gaya saya sendiri dan dengan bentuk yang luar biasa dan indah. Saya ingin menjadi seoarng arsitektur yang sukses dan berhasil. Saya memiliki target dan tujuan di masa perkuliahan ini. Saya memiliki target yang utama untuk lulus tepat waktu. Saya berharap dan berusaha agar saya jug mendapatkan nilai yang cukup dan memuaskan di tiap mata kuliah. Saya ingin membanggakan orang-orang di sekitar saya, terkhususnya diri saya sendiri. 

Saya adalah anak yang tertutup. Saya terbiasa memendam semua hal yang saya rasakan ataupun terjadi pada saya. Saya tidak suka untuk membicarakan hal-hal yang terjadi pada saya, terkhususnya hal-hal yang negatif. Saya sulit menjelaskan dan membahas emosi yang saya rasakan dengan orang lain. Saya lebih sering menunjukkan emosi yang saya rasakan dengan menangis atau marah-marah. Saya sulit untuk bercerita kepada orang lain. 

Saya adalah anak perempuan satu-satunya. Saya dididik dan dituntut untuk menjadi seorang perempuan yang mandiri dan tangguh. Saya harus bisa melakukan pekerjaan rumah tangga, namun saya juga harus bisa mandiri agar bisa berdiri di atas kaki sendiri. Saya biasa dituntut untuk bisa melakukan segala hal sehingga saya tidak mudah dijatuhkan oleh orang lain. 

Saya suka menggambar sejak kecil. Saya sering menggambar dan melukis. Saya senang melukis langit dan menggambar hewan. Saya sangat menyukai langit, baik langit senja, fajar,  malam, maupun pagi. Saya senang menggambar burung merak.

Hobi saya adalah berolahraga, saya sangat suka basket. Saya biasa bermain dengan teman-teman saya. Posisi saya biasa defense. Saya menjaga bola dari rebutan lawan dan merebut bola dari lawan. Saya senang bermain basket bersama teman-teman saya. 

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Chalvin Tri Ananta – Get to Know Your Self

Rangkuman jawaban beserta kesimpulan:

  1. Kehidupan saya sebagai anak kepala sekolah alasannya karena sangat berperan penting terhadap kehidupan saya selama saya hidup yang saya akan ceritakan dipengalaman pendidikan.
  2. Kabar dan pengalaman saya selama merantau dijakarta karena dari sayanya sendiri, saya selalu merasa kesepian walau saya sendiri banyak memiliki kenalan dan saya sangat suka untuk berinteraksi sosial.
  3. Shadow Moses – Bring Me The Horizon pada albumnya sempiternal, lagu ini bergenre metalcore pada tahun 2013 yang bermakna tentang dunia akhirat yang tanpa diketahui semua mahluk hidup sekaligus menanyakan keberadaan sang pencipta itu ada atau tidak ada.
  4. Tujuan saya hidup diri saya adalah terus bertumbuh menjadi lebih baik setiap harinya dengan belajar dari pengalaman serta lebih mempersiapkan sesuatu dengan matang alasannya saya ingin meninggalkan diri saya yang lama dan saya tidak pernah berhap dengan adanya pengalaman akan menguatkan diri saya secara mental maupun fisik.
  5. Saya ingin karya atau legacy yang saya ciptakan bisa berdampak besar secara positif pada lingkungan dan dunia karena saya ingin ketika sudah saya tidak ada, saya ingin orang- orang merasakan hal positif dari karya-karya yang telah saya buat selama saya hidup.
  6. Saya merupakan orang asli kalimantan barat lebih tepatnya didaerah pontianak, keluarga saya merupakan kalangan menengah keatas, ayah saya sekarang merupakan pegawai negri sipil dan ibu saya sebagai kepala sekolah. Saya merupakan anak terakhir/ anak bungsu dari 2 bersaudara perempuan yang berprofesi sebagai dokter umum, sehingga saya sering dibandingkan diri saya dengan kakak dan orang tua saya dari keluarga hingga lingkungan sosial yang terdekat dengan saya.
  7. Ya tentunya setiap manusia memiliki trauma dalam hidupnya, termasuk saya memiliki trauma terhadap apa yang telah terjadi pada hidup saya dari sebelum saya kuliah hingga sekarang tetapi saya mencoba untuk melawan rasa trauma tersebut dengan cara menjalani dengan cara hidup stoicsm yaitu menjalani hidup dengan tidak pernah peduli apa yang telah terjadi atas kehidupan dimasa lalu.
  8. Alasan saya ingin masuk arsitektur karena saya ingin memahami kebutuhan dari lingkungan dan mahluk hidup sekitarnya serta dunia ini yang memiliki kekurangan apa yang dibutuhkan.
  9. Saya mencintai arsitektur bukan karena saya bisa menggambar/mendesign bangunan saya tetapi saya suka untuk berempati terhadap lingkungan dan mahluk hidup disekitar saya, yang dimana lingkungan yang saya tinggalin khususnya DKJ ini sudah hampir tidak layak untun ditinggal akibat ulah manusia yang angkuh dan seharusnya pada tahun 1965 jakarta ingin memiliki ide yaitu “rentjana pola hidjau” yang seharusnya terlaksanakan dari dulu, tetapi mengapa baru sekarang manusia memikirkan masalahnya? Terlepas dari itu semua intinya saya ingin mengembangkan diri saya menjadi lebih baik dari orang lain dan setidaknya saat saya sudah tidak adapun orang-orang masi mengenal saya sebagai Arsitek yang pernah berdampak pada dilingkungan sekitar, mahluk hidup, maupun didunia. 
  10. (NOTE : jujur dari sayanya sendiri tidak suka menceritakan kesedihan tetapi ya hidup saya dari awal mungkin tidak semua anak layak dengan kehidupan yang saya jalani dan untuk bercerita tentang hal yang sifatnya privasi kehidupan saya bahkan dengan orang tua saya sendiri tidak pernah saya ceritakan kehidupan saya secara pribadi karena saya tau ini akan menyakitkan hati mereka tetapi karna ini adalah tugas dari bapak Realrich maka saya akan menceritakan tentang kehidupan diri saya dimulai saya lahir hingga kedepannya tujuan karir saya diarsitektur dan terakhir saya berharap bapak bisa mengerti untuk tidak disebar luaskan demi privasi saya). 
  11. Perkenalan : Nama saya Chalvin Tri Ananta atau orang terdekat saya lebih suka memanggil diri saya dengan sebutan Aping, saya lahir 22 januari 2005, Pontianak, Kalimantan barat , saya memiliki hobby bermain game/mainan yang berhubungan dengan passion saya yaitu mendesign sesuatu seperti mainan clay dan lego untuk game saya lebih suka bermain minecraft dan the sims, selain itu hobby saya bermain game/mainan, saya juga suka olahraga seperti gym dan basket, dan terakhir saya memilki hobby yaitu photographer Saya merupakan anak bungsu dari 2 bersaudara yang berprofesi sebagai dokter umum untuk sekarang dan saya memilki perbedaan umur yang cukup jauh dengan kakak perempuan pertama saya yaitu 8 tahun serta kakak perempuan saya yang ke-2 yaitu 6 tahun perbedaannya. Ibu dan Ayah saya memiliki legacy yang terkenal dilingkungan sosial sehingga saya terlahir diwajibkan untuk menjaga nama baik mereka yang dimana saya gagal untuk sekarang dan saya mencoba untuk memperbaikinya sekarang. 
  12. Pengalaman keluarga : Sejak kecil saya hidup dengan keadaan orang tua yang lengkap serta diberkati dengan keadaan yang memumpuni secara ekonomi dan lain-lain. Orang tua saya mengajarkan saya banyak mengajarkan seperti tatakrama yang baik dan pengalaman mereka itu sendiri. Kakak pertama saya dulu hingga sekarang merupakan anak yang sangat teladan jadi dia merupakan tulang punggung keluarga yang dimana untuk sekarang dia mengejar karir yaitu ke dokter spesial. Sementara yang ke-2 kakak sedang melakukan magang karena dia baru saja wisuda tahun ini, Ayah saya bekerja sebagai pegawai negri sipil dibagian rektor dan sebentar lagi akan pensiun, Ibu saya bekerja sebagai kepala sekolah di pontianak yang sebentar lagi pun akan pensiun di umur yang sudah tua.
  13. Pengalaman menguntungkan dalam kehidupan saya dari kecil hingga sekarang : Saya dari kecil besar memiliki keuntungan dikeluarga yang cukup memumpuni jadinya saya bisa banyak mengeksplor lebih tentang passion dan karir saye sendiri seperti bisa memilki gadget diumur 8 tahun dan orang tua saya mereka memilki banyak kenalan sehingga saya mendapatkan pengalaman yang banyak dari networking mereka dan saya juga mendapatkan beasiswa 100% dari binus karena networking dengan ibu saya, serta pengalaman selama saya hidup hingga saya bisa survive sekarang yaitu saya pernah hampir kecelakaan yaitu menabrak trotoar saat speeding dengan kecepatan 80km lalu saya juga hampr pernah ditabrak tronton saat berkendara, yang terakhir pengalaman yang benar-benar masih melekat pada diri saya adalah diskriminasi akibat norma-norma dilingkungan sekitar say sendiri
  14. Pengalaman pendidikan, pengalaman trauma, dan kesimpulan dari awal hingga sekarang : Dari saya memulai pendidikan saya merupakan anak yang memilki kespesialan yang tidak semua anak sekolah umum miliki yaitu saya merupakan anak kepala sekolah yang berbeda. Disaat anak guru/kepala sekolah lain belajar saya sibuk dengan mencari pengalaman yang seharusnya saya tidak pernah cobai seperti saya lebih memilih bermain dan berinteraksi terhadap lingkungan daripada belajar untuk menjaga legacy orang tua mereka, sehingga dampak yang saya pun lakukan membuat saya sering diremehkan dan didiskriminasi oleh lingkungan sosial saya itu sendiri hingga berdampak pada kesehatan fisik dan mental saya. Jujur ini agak sensitif yaitu saya berusaha untuk melakukan bunuh diri dengan cara apapun karena tekanan menjaga legacy orangtua saya yang memiliki dampak sangat besar dilingkungan sosial. Saya sendiri merasakan tekanan untuk menjaga nama baik ibu saya yaitu sering dibilang “kau ni beh anak kepala sekolah lulus jalur orang dalam” atau segala sesuatu yang berhubungan dengan keluarga saya dan ada banyak yang jujur membuat saya sakit hati dengan pendapat orang lain sehingga saya memendamnya yang membuat kesehatan mental saya semakin hari semakin memburuk, tetapi terlepas dari semua itu saya menjalaninnya dengan apa yang menurut saya layak dengan kehidupan yang saya ingin jalani, sempat disma saya merokok dan ugal-ugalanan dijalan raya demi menghilangkan stress dan jujur disitu saya naif banget. Saya sendiri tidak pernah ke psikiater untuk mengobati mental saya, tetapi saya menjalani hidup saya dengan mendengarkan sekaligus curhat kepada kakak saya yang memilki pengalaman yang serupa, terutama yang kakak saya yang pertama dan saya hidup sekarang mencari kebahagiaan dengan usaha sendiri bukan menunggu keajaiban muncul, karena yang saya mencintai waktu dan pengalaman yang membuat saya terus bertumbuh, mungkin sang pencipta memberikan saya pengalaman kehidupan yang susah untuk saya bisa bersyukur dan beradatasi dengan pengalaman hidup yang telah terjadi didalam kehidupan yang saya jalani sekarang dan sekian dari saya pengalaman kehidupan pribadi saya yang untuk sekarang masih saya jalani dengan seluruh kemampuan saya sendiri.

Tentang karir kedepannya yaitu arsitek : saya sendiri memilih arsitektur dengan tujuan saya ingin menjaga dan mempertahankan stuktur alam yang masih bisa dirawat. 

Perkenalan arsitektur : dari awal saya hobby menggambar karakter atau objek animasi yang saya suka dari kelas 2 SD sampai kelas 4 SD saya berhenti menggambar karena saya rasa sudah cukup di bidang itu sehingga orang tua saya merekomendasikan saya ke arsitek, setelah itu saya pun mulai mengeksplorasi dunia arsitek seperti dari hobby saya yang kecil saya yaitu bermain mainan/game yang berhubungan dengan design dan creativity, saya memilki hobby yaitu photographer, saya sangat menyukai memfoto suatu objek yang belum saya pernah saya liat sebelumnya, saya juga suka untuk mengeksplor atau berjalan2 didaerah yang belum pernah saya eksplor. Saat itu saya belum benar2 mendalami ilmu arsitek secara detail sehingga yang saya pikirkan tugas arsitek cuma menggambar dan mendesign rumah, sampai dimana saya telah mendengar quote dari alamarhum pak Eko Prawoto yaitu ternyata membangun rumah bukan seorang arsitek sendiri, beliau menganalogikan arsitek sebagai bidan yang membantu persalinan, yang beliau maksud disini adalah seorang arsitek sendiri harus memahami bagaimana kebutuhan lingkungan, mahluk hidup, serta urban yang ada di tempat itu sendiri atau secara singkat yang semua arsitek butuhkan yaitu EMPATI. Setelah saya mendengar pernyataan beliau saya pun mulai mendalami ilmu arsitektur dengan cara saya berkuliah di fakultas teknik arsitektur, sayapun bertekad untuk menjaga lingkungan, mahluk hidup, dan dunia yang sudah sang pencipta berikan kepada kita.

 Penutup sekaligus kesimpulan karir arsitek : tentunya saya sebagai mahasiswa dari awal sudah memiliki rencana untuk mengikuti event sayembara tingkat kampus untuk melanjutkan karir saya di bidang arsitektur secara profesional serta saya ingin mendapatkan portofolio.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Brian Hugo Tan – Get to Know Your Self

Nama saya Brian Hugo Tan, Biasa di panggil Brayen/Brian. Saya Berasal dari Kalimantan Timur Dari Kota Balikpapan, tanggal lahir saya adalah 18 September 2005. Saya berasal dari keluarga yang sederhana. Saya di besarkan dengan penuh perhatian dan kasih sayang.

Nama Ayah saya adalah Budi Santoso Tan dan Nama ibu saya adalah Nurhayati. Pekerjaan Ayah saya adalah Pekerja Kantoran di sebuah Perusahaan di Balikpapan dan Pekerjaan ibu saya adalah ibu rumah tangga. Latar belakang saya saat ini adalah Mahasiswa. Saya adalah anak bungsu dari 3 bersaudara. 

Jarak kelahiranku dan kedua kakakku memang terbilang jauh. Kakak yang pertama lahir pada tahun 1998, kakak yang kedua lahir pada tahun 2001, sedangkan saya lahir pada tahun 2005. Kakak Pertama ku Bernama Dessy yang sedang bekerja di perusaan wings sebagai seorang karyawan Kakak Kedua ku Bernama Vincent yang saat ini masih menjalani perkuliahan nya di Semester 7 di Universitas Balikpapan (UNIBA) yang mengambil jurusan K3 keselamatan dan Kesehatan kerja.

Perjalanan sekolah kami memiliki jalan yang berbeda beda, untuk perjalanan awal kami (sekolah dasar) sekolah di tempat yang sama yaitu SD PATRA DHARMA 1 BALIKPAPAN, menjenjang Sekolah Menengah kami memiliki pilihan yang berbeda beda Kakak pertama saya masuk SMA PATRA DHARMA2, Kakak kedua saya masuk SMP 6 Balikpapan dan saya masuk SMP PATRA DHARMA 1 BALIKPAPAN. Untuk Sekolah Menengah Atas, Kakak pertama saya masuk SMA 2 BALIKPAPAN, kakak kedua saya masuk SMA PATRA DHARMA 1 BALIKPAPAN dan begitupun juga saya masuk SMA PATRA DHARMA 1 Balikpapan.

Jadi Jalan saya dalam Sekolah saya telah di sekolah kan selama 12 tahun di sekolah swasta.

Menjenjang ilmu perguruan tinggi kakak pertama saya masuk ke Universitas Trisakti, kakak saya masuk Universitas Brawijaya akan tetapi tidak diambil karena akreditas dalam fakultas nya masih B, Untuk Kakak kedua saya masuk perguruan tinggi swasta (UNIBA) begitu juga dengan saya masuk perguruan tinggi swasta (BINUS) alasan saya masuk binus itu sendiri karena binus memiliki fasilitas yang lengkap dan juga binus merupakan salah satu perguruan tinggi terbaik yang ada di Indonesia. Yang memiliki Akreditas yang Bagus, Binus sendiri dapat mendapatkan banyak penghargaan di akademik saya percaya jika saya belajar banyak di binus akan membuat jalan yang menjanjikan kedepan nya.

Lagu Hits yang saya sukai adalah Dmasiv, Ungu, Armada Dan banyak lagi Lagu yang saya sukai, saya akan mendengarkan lagu Ketika waktu saya luang, karena jika saya mendengarkan lagu Ketika melakukan kegiatan seperti belajar saya malah menjadi tidak konsen untuk belajar karena terpikat pada lirik dari lagu itu sendiri. Lagu yang saya sukai tidak hanya lagu Indonesia akan tetapi saya juga menyukai  lagu dari luar itu sendiri seperti lagu lagu yang sedang hits di zaman sekarang. Dengan adanya lagu lagu tersebut saya akan mencoba untuk memahami arti Bahasa asing yang di ucapkan tentang lagu tersebut. Dengan kemauan untuk mendengarkan lagu asing tersebut akan membuat saya melatih secara ototidak tentang baha tersebut.

Momen kecil yang tidak pernah saya lupakan adalah mendapatkan rangking 1 pertama kali dalam hidup saya Ketika masih SMP, hal ini menjadi cukup special bagi saya karena dari dulu saya tidak pernah mendapatkan rangking sama sekali seumur hidup saya, saya memiliki pengetahuan yang kurang dari dulu dan secara tiba tiba saya dapat mendapatkan rangking 1 untuk pertama kalinya. Dan bertepatan dari pengambilan rapot dan mendapatkan rangking 1 saya jalan jalan kebeberapa tempat wisata seperti berwisata bali , Yogyakarta berwisata ke candi candi, Jakarta berwisata ke kabun Binatang (puncak), Monas, mall, taman bermain dan sebagai nya. 

Lalu momen kecil lain nya adalah momen dimana saya ingin berubah menjadi lebih baik,dari momen tersebut saya melihat karakteristik saya yang buruk diawal karena suka melawan orang tua, suka berkata kasar, suka mengikuti ego sendiri dan lain lain. Semenjak saya menyadari kejelekan saya tersebut saya mulai merubah diri dan ingin menjadi lebih baik dari sebelum nya sampai sekarang dengan selalu belajar hal baru tetap konsisten dan juga berusaha yang terbaik dari momen kecil ini saya menyadari memiliki perubahan yang sangat besar dalam hidup saya.

Yang menjadi tujuan hidup saya untuk diri sendiri adalah ingin menjadi orang yang dapat membanggakan kedua orang tua dan dapat mengurangi beban orang tua, saya memiliki tujuan untuk Sukses Dunia dan Akhirat. Pentingnya dari kesuksesan ini harus dilakukan denga kemauan yang tinggi dan konsisten. Saya harus memprioritaskan hal penting agar kedepan nya menjadi orang yang lebih baik dan mencapai kesuksesan itu sendiri karena kesuksesan itu sendiri tidak dapat di gapai jika orang yang bermalas malasan. Tujuan hidup tidak hanya untuk dunia akan tetapi juga untuk akhirat dimana bekal kita nanti jika nanti kita sudah tiada. Kita tidak harus mengejar ilmu segila mungkin akan tetapi juga harus sadar dengan sang pencipta.

 Tujuan saya untuk orang lain adalah untuk menjadi orang yang berguna untuk orang lain dalam berbagai hal, dengan berguna nya diri sendiri utuk orang lain dapat meningkatkan kualitas hidup dalam Masyarakat dan juga lingkungan sekitar itu sendiri, dengan bergunanya diri kita untuk orang lain pastinya aka nada timbal balik dari orang yang kita bantu, bantuan yang dating pun bisa dating berupa bantuan fisik ataupun nonfisik, dan juga dengan bergunanya diri sendiri untuk orang lain pastinya kita bisa mendapatkan rezeki dari hal tersebut missal nya kita memiliki kemampuan untuk di berikan kita turunkan pada orang yang sedang kita ajarkan sekaligus menolong orang dalam mencari ilmu kita juga di bayar dengan ajaran yang telah kita ajarkan tersebut seperti seorang developer.

 Jika ada Cerita yang tidak sabar  saya ceritakan ke teman baru atau cerita yang selalu diminta oleh teman lama  atau pasangan saya sendiri adalah cerita bagaimana proses saya bisa sampai tahap ini, itu bisa dari berbagai hal cerita misal nya bagaimana saya bisa memahami semua tentang hal dasar atau bagaimana saya menyehatkan dan menguatkan tubuh saya, bagaimana saya bisa melewati semua rintangan hidup ini, semua hal tersebut bisa terjadi karena adanya pengalaman dan juga kemauan untuk turun tangan dan terlibat dalam banyak nya kegiatan yang ada dengan adanya keterlibatan dengan hal hal baru ataupun tidak secara tidak langsung itu melatih pengetahuan kita secara tidak langsung, dari pembelajaran tersebut kita tidak akan tidak mengetahui masalah apa yang kita hadapi, bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut? Dan juga sebagai nya. Tahapan saya bisa sampai di tahap ini juga di bantu dengan pola pikir kita sendiri bagaimana kita melihat hal yang baik dan buruk oleh karena itu kita harus selalu belajar dan terus belajar dan juga di dampingi dengan moral agama untuk membantu jalan kedepan nya.

Saya memiliki hal Trauma yaitu trauma dalam mengendarai kendaraan, pada suatu hari saya sedang mengendarai sebuah motor di kecepatan 60 km/jam dan secara tiba tiba motor yang di depan saya berhenti mendadak karena di berhentikan polisi yang sedang mengatur lalu lintas, pada akhirnya saya rem mendadak akan tetapi pengereman itu pun tidak cukup dan saya menabrak motor itu dari belakang di depan polisi, saya berpikir polisi tersebut akan menilang saya. Akan tetapi dibiarkan saja dan di bantu. Jadi kedepan nya saya lebih berhati hati dalam membawa kendaraan dan menjaga jarak pada pengendara lain dan juga mengatur kecepatan dalam mengedarai motor. Karena hal ini walaupun saya sudah berhati hati banyak orang yang suka curi jalan, rem mendadak, dan lain lain masih saja terjadi dan ini sudah kesekian kalinya hapir terjadi, terlebih lagi saya baru pindah untuk kuliah di luar kota dan pergi ke kota yang padat.

 Alasan saya masuk Arsitektur adalah karena Arsitek terkait gambar dan bangunan, saya dari kecil sudah suka menggambar dan saya suka merancang sesuatu seperti bangunan itu sendiri, awal saya memulai adalah Ketika saya bermain dengan mainan lego, dari lego tersebut saya banyak belajar tentang bentuk dan merancang lego tersebut saya telah banyak membangun dengan bentuk yang berbeda beda dan saya senanga akan hal merancang hal tersebut beranjak saya dewasa dan memasuki bangku sma saya sudah di haruskan untuk memiliki jurusan apa yang mau saya masuki, dari situ saya mulai berpikir dari kelas 10 untuk jurusan apa yang harus saya pilih dan dari hal tersebut saya sudah membuat list jurusan yang mau saya masuki, dengan penuh pertimbangan saya memutuskan untuk memasuki antara arsitektur dan juga dkv, dan pada akhirnya saya memilih arsitektur karena jika saya masuk dkv saya rasa skill saya cukup kurang untuk memasuki jurusan tersebut dimuai dengan gambar secara realistis dan juga hal lain. Dengan adanya kemampuan menggambar ini saya ingin menyalurkan hobi ini ke dalam arsitektur dan saya tertarik untuk merancang suatu bangunan dan juga dengan adanya hal ini saya ingin mempelajari tentang bagaimana arsitek membangun bangunan itu sendiri dengan aturan aturan tertentu. Dalam Arsitek sendiri Pelajaran nya tidak hanya tentang gambar dan bangunan tetapi juga mencakup banyak hal, contoh nya arsitek itu berkaitan dengan lingkungan, tata letak pada bangunan, keindahan dalam bangunan, fungsi dari bangunan, kekokohan bangunan, bagaimana dampak dari arsitektur itu sendiri, dan juga sebagainya. Jadi dalam arsitektur itu tidak hanya belajar tentang gambar tapi hamper seluruh dari yang ada.

Untuk Sejauh mana saya mencintai Arsitektur adalah Sebatas “menyukai”.

Mengapa sebatas menyukai? Karena saya memiliki banyak hal lain juga untuk dicintai bisa dari segi mana pun, baik mencintai hobi, mencintai keluarga dan juga mencintai agama, dengan adanya menyukai arsitek ini akan membantu kita untuk tidak terlalu stress dengan jurusan apa yang kita pilih , we just enjoy it. untuk mendapatkan kemudahan kita harus paham dengan struktur dari jurusan arsitek yang kita pilih . 

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Brandon Joshua Haholongan Nainggolan – Get to Know Your Self

I have heard the story of my birth countless times. 18 years ago, at around 2 o’clock in the morning, my father was enjoying the game of ‘gran turismo’ on the first Playstation. All of a sudden, my father had to switch from speeding in game into speeding in real life. My mother felt that it was almost time to give birth. Hence, they rushed to the hospital. After a few hours there, on June 1st 2005, at around 10 o’clock, I was born. My parents have told that story countless times I was born into a family with a very loving and very caring parents. Each parent would show their love and care in different ways. My mother would show her love by making sure her children are well taken care of in a practical sense. This means she makes sure all our necessities such as food, clothes, etc. are prepared well. She cares so much to the point where she worries about little things that her children can take care for themselves. For example, sometimes she still thinks about what I would wear the next day even though that is something I can come up with on the spot on said day. My father would show his love through valuable character lessons and getting into the things that his children enjoy. For example, my father would always talk about perseverance and he would watch movies with his children. I believe that this a great parent-children dynamic for me as their child. I am very grateful for them, and I wish to be the best child I can be to them.

Only a year after I was born, on September 30th 2006, my first sister was born. With such a small age gap, we practically grew up together. She became the first person of my age that I meet. Because of this, from we became each other’s companion and from her I learned to socialize and how to act with people my age. Six years after I was born, on June 23th 2011, my second sister was born. This time, the age gap is much bigger than before. With this difference in age, I learned more about taking care of other because I was already more capable of doing so at 6 years old. For my sisters I am grateful as well, and I wish to be the best brother I can be to them.

My name is Brandon Joshua Haholongan Nainggolan. I enjoy watching movies/series, collecting figurines, sports, photography, and listening to music. I watch all kinds of movies/series from different genres such as action, horror, mystery, thriller and a lot more. I collect figurines of the characters that I like from said movies/series The sports I enjoy are basketball, cycling, and swimming. As for photography, I enjoy taking pictures of nature, city landscapes, other similar things, and my figurines as well. I also listen to a lot of music genres such as R&B, Pop, hip-hop, rock, etc. My favourite artist would be Bruno Mars, with my current favorite song being Versace on The Floor.

When I reached high school, it was time for me to think about what major I want to take in university. While doing so, I remembered the stories my parents would tell of me as a child. They would say how I always enjoyed looking at buildings. They also told me that I always play with toys similar to legos to create buildings. They said that I was able to copy my father’s office in playgroup with building blocks. Because of these stories, I started looking into architecture. When doing so, I enjoyed looking at all the buildings I can find in the internet. I tried drawing buildings with tutorials from the internet and I enjoyed that too. When I look for other majors to take, none of them felt as suitable for me as architecture. Hence, I chose architecture as my major. Looking at all the creative and abstract buildings designed by famous architects in the world, I wish to be able to create one of my own. I also enjoy it when a building is very comfortable for its users and surrounding, which is what I aspire for my design to be. In my studies, I hope to learn to able to design the right balance between artistic design, comfort, and sustainability.

About a year ago, on September 1st 2022, my father passed away. It was sudden and devastating for my family. As a father, he taught me a lot of valuable lessons about being a good person. The lesson that would stick with me the most is the lesson of not giving up and giving the best that you can in whatever you do. The lesson of not giving up on what you do stuck with me because I completely agree with it and I believe that it is important for anyone doing anything.  The lesson of giving the best I can stuck with me because I believe that is where I lack. Often, whenever I want to do something, it is always delayed or even stopped by my laziness. For example, I would delay doing homework because I would rather just relax in bed. I would even delay something I enjoy such as basketball and just relax and do nothing. However, since my father passed away, his lessons stuck with me more and it motivates me to be able to do what he taught me. Being only a high school student when my father passed away, I don’t think I’ve shown him fully what I can do. My father did not get to see me grow up and do something with my life. This is why I want to be the best me that I can be, for myself and to not fail my father. 

I want to grow into my full potential. I want to be someone who is successful for myself and also bring a positive influence to my surrounding. I hope that I will be able to give I best to become what I aspire to be

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Benjamin Lusvi Kusumo – Get to Know Your Self

Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam Untuk Bapak Realrich Dan Ibu Lulu Selaku Dosen & Asisten Dosen Pelajaran Introduction To Architecture.

Pertama-tama Saya Ingin Memperkenalkan Diri Saya Nama Saya Benjamin Lusvi Kusumo Bisa Dipanggil Dengan Ben Saya Adalah Binusian 2027 Dengan NIM 2702315785.

Background Saya Di Dunia Pendidikan Sebenarnya Tidak Banyak Yang Bisa Diulas Karena Saya Bersekolah Dari TK A&B Sampai Kelas 2 SD Di Daerah Jakarta Utara Nama Sekolahnya Santa Cicilia Itu Adalah Sekolah Swasta Katholik ,Masuk Ke Kelas 3SD Hingga Kelas 12/SMA 3 Saya Pindah Sekolah Ke Sekolah Di Daerah Jakarta Barat Dengan Nama SAN MARINO itu Adalah Sekolah Swasta Kristen & Katholik. Alasan Saya Pindah Sekolah Dikarenakan Tuntutan Kerjaan Ayah Saya Karena Ayah Saya Membuka Kantor Kecil Di Daerah Jakarta Barat. Saya Tinggal Di Perumahan Citra Garden . Saya Memikiki Seorang Kakak Yang Umurnya Hanya Beda 3 Tahun Dengan Saya,Walaupun Terkadang Kami Bisa Berantem,Cekcok tetapi kakak saya selalu sayang sama saya. saya sudah 11 Tahun Tinggal Di Sini Sebelumnya Saya Tinggal Di Sunter Dekat Pengadilan Negeri Jakarta Utara Yang Sekarang Lebih Di Kenal Dengan JIS(Jakarta International Stadium) Kurang Lebih Jika Berjalan Kaki Jaraknya 700Meter -1Kilometer Dari Rumah Saya Ke Stadiumnya.

Hobi Saya Adalah Mendengarkan Musik Klasik Jika Lagu Biasanya Saya Mendengarkan Lagu Dari Tahun 1920-1990,Terkadang Saya Juga Mendengarkan Musik Klasik Era Rennaissance&Baroque.

Alasan Saya Kuliah Mengambil Jurusan Arsitektur Adalah Karena Sebelum Saya Masuk Saya Melakukan Tes Bakat Sebanyak 5x Dan Semua Hasilnya Mengarah Ke Arsitektur.

Ayah Saya Bekerja Di Dunia Property Mungkin Bisa Dibilang Sudah Lumayan Lama Berkisar 25-30Tahun Saya Lupa Persisnya Dikarenakan Sebelum Masuk Dunia Property Ayah Saya Sempat Bekerja Di Dunia Perbankan Untuk Beberapa Saat ,Sedangkan Ibu Saya Bekerja Di Dunia Perbankan Sudah 28Tahun.

Kesedihan Dalam Hidup Saya Adalah Ketika Orang Yang Kita Sayangi/Kerabat Yang Kita Sayangi Meninggal Dunia.

Tujuan Hidup Saya Buat Saya Pribadi Adalah Dengan Membuat Orang Tua Kita Bahagia.

Sedangkan Tujuan Saya Untuk Orang Lain Adalah Saya Bisa Berguna Bagi Orang Lain Selama Itu Nilai Plus Buat Orang Lain Dan Selama Itu Hal Yang Positive.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Benedicta Nathania Aurbrey – Get to Know Your Self

Saya Benedicta Nathania Aurbrey biasa dipanggil nania atau nan, saya lahir di Semarang pada tanggal 7 Agustus 2005. Saya dari kecil tinggal di Serang, Banten sampai kelas 4 SD, lalu pada saat naik ke kelas 5 SD saya pindah ke BSD, Tangerang Selatan. Alasan saya dan keluarga saya pindah ke BSD adalah ingin menjalani hidup di tempat yang baru dan saat itu kakak saya naik ke kelas 7 SMP, jadi dia juga ingin pindah ke lingkungan sekolah yang baru. Saya adalah anak bungsu dari 2 bersaudara, kakak saya laki-laki berumur 21 tahun saat ini. Umur kami hanya berjarak 3 tahun, sehingga saya dan kakak saya cukup dekat karena selisih umur kami yang tidak jauh berbeda. Saya lahir di keluarga yang utuh, tetapi papa kerja di luar dari saya umur 5 tahun sampai sekarang, papa hanya pulang setiap beberapa bulan sekali. Karena saya ditinggalin papa dari kecil, saya jadi kehilangan sosok papa dan saya hanya dibesarkan oleh mama yang juga bekerja. Kedua orang tua saya bekerja, sehingga itu menuntut saya dan kakak saya untuk menjadi pribadi yang lebih mandiri dan lebih dewasa.

Saat TK sampai SD kelas 4 saya bersekolah di sekolah swasta yaitu Evfia Land School Serang, Banten. Sekolah ini adalah sekolah national plus dengan kurikulum pembelajaran sekolah yang menggabungkan kurikulum nasional dan kurikulum internasional. Kelas 5 SD sampai lulus SMA, saya melanjutkan di sekolah swasta Stella Maris BSD. Sekolah ini merupakan sekolah katolik yang menggunakan kurikulum nasional. Sejak saya pindah ke BSD, mata saya menjadi terbuka tentang pertemanan. Ada banyak sekali hal yang saya dapatkan dari pertemanan saya semasa SMP hingga SMA.

Momen dalam hidup yang menurut saya dapat menjadi pelajaran hidup adalah tentang persahabatan saya dengan teman SMP. Ketika saya SMP saya memiliki dua sahabat yang menurut saya asik dan sefrekuensi, kami bertiga selalu bareng-bareng di sekolah, kami saling sharing keluh dan kesah di sekolah maupun diluar sekolah, suatu saat saya menawarkan teman saya untuk menggunakn uang saya dulu untuk membeli makan, karena dia tidak membawa makanan dan tidak membawa uang. Lama-lama dia semakin sering minjam uang saya untuk membeli makannya. Seiring berjalannya waktu pada saat kelas 9, sahabat saya ini hutangnya sudah menumpuk dan sudah lama sekali tidak membayar hutangnya, padahal dia berjanji untuk membayarnya tapi dia malah pura-pura lupa saat diingatkan dan pura-pura tidak tahu. Menurut saya pertemanan saya ini cukup toxic karena mereka sering sekali membicarakan orang lain dan menjelek-jelekan orang lain, terkadang saya sampai merasa risih karena perlakuan mereka ke orang lain.

Saat mulai SMA kami selalu bareng juga, tetapi entah kenapa saya selalu merasa ditinggalin sama mereka dan seakan-akan saya tidak ada. Mereka juga sudah tidak pernah bercerita ke saya dan hanya asik berdua saja, kalau mereka hangout berdua , saya tidak diajak dan saya seperti dilupakan. Mereka mengajak saya ikut jika mereka membutuhkan tumpangan untuk menuju tempatnya, jadi saya hanya menjadi supir. Saya pikir mereka seperti itu karena mereka sefrekuensi, sesama anak guru dan keduanya memiliki hobi yang sama yaitu bermain musik, menari, dan lain-lainnya. sedangkan saya bukan anak guru dan saya juga ga pandai bermain musik, saya juga ga pandai menari. Jujur saya sedih karena kami sudah berteman dari kelas 6 SD sampai kelas 12 SMA. 

Suatu saat setelah beberapa hari acara graduation SMA, mereka pergi tetapi tetap saja tidak mengajak saya. Di hari ulang tahun saya juga mereka tidak mengucapkan selamat tetapi teman-teman saya yang lainnya mengucapkan. disitu saya pikir kalau mereka hanya memanfaatkan saya saja, setelah saya capek dengan perlakuan mereka ke saya, saya langsung memutuskan untuk cut off hubungan dengan mereka karena menurut saya tidak ada gunanya berteman dengan orang toxic seperti mereka, yang ada saya malah selalu merasa sedih dan terlupakan.

Saya sangat suka bila ada orang yang ingin bercerita pengalaman atau kehidupannya ke saya, tentu saya juga akan meresponnya dengan baik. Tetapi setelah pengalaman saya dan sahabat saya, saya jadi tidak terlalu terbuka dengan orang lain dan menjadi lebih berhati-hati bila ada orang baru. Saya biasanya cerita tentang kehidupan saya sehari-hari yang lucu dan menarik ke teman yang saya percayai atau pasangan saya. Sebenarnya saya lebih banyak bercerita ke mama, bercerita tentang pertemanan, perkuliahan dan kehidupan saya sehari-hari. Saya merasa lebih nyaman untuk bercerita ke mama karena tentu dia lebih berpengalaman dibanyak hal dibandingkan saya sendiri, dia juga lebih mengerti saya dibandingkan orang lain.

Pengalaman trauma atau kesedihan yang pernah saya alami kebanyakan dari hubungan dengan pasangan atau pacar. Saya selalu memberikan yang terbaik untuk orang lain tetapi lama-lama hubungan saya dan mantan pasangan saya menjadi semakin toxic karena mereka yang hanya bermain-main dan saya dipermainkan. Makanya sekarang saya menjadi lebih hati-hati juga bila ada yang tiba-tiba dekat dan punya maksud untuk menjadi lebih dari teman. Menurut saya lebih baik berteman dibandingkan harus berpacaran, karena berteman tidak perlu menggunakan perasaan. Tetapi semuanya tegantung individu masing-masing, ada orang yang tidak suka berpacaran atau lebih baik berteman, ada orang yang lebih baik berpacaran dibandingkan berteman.

Lagu kesukaan saya sampai saat ini berjudul ’10 Years Ago – FKJ’ saya sangat suka dengan lagu ini karena melodinya yang unik dan calming. FKJ adalah musisi dan DJ yang berasal dari Prancis, nama aslinya adalah Vincent J. Fenton, saya sangat suka dengan karyanya karena lagu-lagunya yang sangat calming dan enak didengar. Saya orangnya cukup panikan bila ada sesuatu yang mendadak, seperti tugas dadakan dan lainnya. Lagu-lagu seperti ini bisa membuat saya lebih tenang pada saat saya panik dan membuat saya lebih fokus pada saat belajar. Lagu yang biasa saya dengarkan pada saat saya belajar atau tidur adalah lagu-lagu instrumen saja seperti lo-fi dan jazz. Sebenarnya ada beberapa genre lain yang saya sukai seperti jazz, lo-fi, rnb, hiphop dan lain-lainnya. Tidak hanya genre musik jazz dan lo-fi yang saya sukai, terkadang saya suka lagu yang dapat membangkitkan semangat saya seperti musik yang bergenre hiphop. Menurut saya selera musik saya cukup bagus dan bisa diterima oleh orang-orang terdekat, banyak teman-teman saya yang suka dengan selera musik saya.

Saya memiliki hobi yaitu melukis, menggambar dan bermain game. Sebenarnya saya tidak terlalu pandai melukis dan menggambar, saya hanya bisa dan senang jika melakukan aktivitas tersebut. Dari kecil saya suka mewarnai dan menggambar, mama saya cerita dulu saat kecil saya selalu membawa buku mewarnai dan pensil warna ke gereja lalu duduk diam sambil mewarnai.  kelas 1 SD saya sangat suka DIY atau membuat prakarya seperti membuat gantungan kunci dari clay, membuat gelang dan kalung dari manik-manik dan juga membuat dompet dari kain perca. Kelas 5 saya mulai suka menggambar, mulai dari menggambar mandala, ikut club batik dan ikut ekskul lukis.

Saat saya duduk di bangku SMP saya sangat tertarik di bidang fashion, saya suka menonton Runway Fashion Week di youtube dan di TV. Makanya dari situ saya memiliki cita-cita ingin menjadi fashion designer. Pada waktu itu di sekolah ada lomba mendesain baju pesta, lomba ini dilakukan secara berkelompok. Saya dan teman-teman saya sekelompok tidak ada persiapan sama sekali saat ingin mengikuti lomba ini, tapi kami akhirnya menang peringkat pertama lomba mendesain baju pesta. Hadiah dari memenangkan lomba ini adalah mendapatkan beasiswa untuk sekolah basic fashion design di paris de la mode yang berada di gading serpong. Selain ketertarikan saya di bidang fashion, saya juga tertarik dibidang fotografi, menurut saya mengambil sebuah gambar sangat asik dan biasanya dari foto-foto itu, ekspresi seseorang bisa tersampaikan.

Pada saat liburan semester kelas 10, papa mengajak saya, mama dan kakak untuk berlibur ke UAE tepatnya ke Abu dhabi dan Dubai, saat berlibur saya melihat banyak sekali gedung-gedung dan monumen yang sangat bagus. Saya mengunjungi Louvre Museum, Abu Dhabi, yang ternyata bentuk museum tersebut sangat menarik. Bentuk atap dari museum ini seperti piring cekung yang terbalik ke bawah dengan pattern pentagon yang ditumpuk, sehingga terlihat cahaya matahari yang menembus dari lubang-lubang bentuk pentagonnya. Museum ini sangat besar dan terlihat seperti dibangin di tengah-tengah perairan, di dalam museum ini juga terdapat hasil karya seni yang sangat indah dan beragam. Hasil karya seni itu berasal dari berbagai negara, memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing.

Saya juga melihat beberapa landmark di Dubai, seperti Burj Khalifa, Burj Al Arab, Sheikh Zayed Mosque dan Istana Raja. Semua landmark ini tentu membutuhkan arsitektur untuk mendesign semua bangunanya. Saat saya melihat Burj Khalifa, saya jadi ingin bekerja di EMAAR. EMAAR merupakan salah satu perusahaan real estate yang terkenal di Dubai, dan gedung-gedung yang mereka miliki sangat menarik dan mencolok. Saya mulai tertarik untuk belajar dan bekerja dibidang arsitektur, saya ingin tau cara mendesign dan membangunnya, sehingga pada akhirnya saya kuliah di jurusan arsitektur.

Tujuan hidup saya untuk diri saya sendiri adalah saya ingin sukses di usia muda, saya ingin menikmati hari tua nanti dengan santai, tidak perlu bekerja banting tulang sehingga waktu saya menjadi berkurang untuk orang-orang yang sayangi yaitu keluarga saya. Selain tujuan saya hidup untuk diri sendiri, saya juga memiliki tujuan hidup saya untuk orang lain. Saya sangat ingin menjadi orang yang bermanfaat dan tidak merugikan orang lain. Maksud dari menjadi orang bermanfaat adalah saya ingin saat bekerja, saya dapat memberikan yang terbaik sehingga orang lain puas engan hasil kerja saya. Saya juga ingin merujudkan permintaan klien bila mereka menginginkan desain sebuah bangunan dan lainnya yang sesuai dengan Ia inginkan.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Benedict Zefanya Adrevin Sambang – Get to Know Your Self

Perkenalkan namaku Benedict Zefanya Adrevin Sambang. Aku lahir di Sintang 29 September 2005 dari keluarga yang berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sebagai anak sulung, aku dibesarkan dan dididik tegas dari sepasang orang tua yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Di Sintang aku tinggal bersama keluargaku di rumah yang seadanya bisa dibilang sederhana. Aku tinggal di Sintang sebab orang tuaku yang bekerja di sana. Di sini aku tinggal tidak hanya bersama kedua orang tuaku tetapi juga bersama seorang asisten rumah tangga yang membantu untuk mengasuhku. Aku juga mendapat banyak teman bermain tidak hanya anak-anak sebayaku tetapi juga orang yang lebih besar dariku. Aku tinggal di Sintang hingga umurku 2 tahun setelah itu aku dan orang tuaku pindah ke Pontianak ibukota Provinsi Kalimantan Barat. Di Pontianak tepatnya di Kecamatan Pontianak Selatan. Kami tinggal di rumah orang tua ibuku. Di kota inilah aku mulai besar dan bersekolah.

Pada saat menginjak umur 3 tahun aku dan keluargaku sudah memiliki rumah pribadi di Pontianak tepatnya kecamatan Pontianak Tenggara cukup jauh dari rumah orang tua ibuku. Jadi kami tidak tinggal di rumah orang tua ibuku lagi. Di umur 3 tahun aku mulai masuk ke dunia persekolahan yaitu TK atau Taman Kanak-Kanak. Di sana aku mulai mengenal lebih banyak dan berteman dengan anak yang umurnya sebaya denganku. Di TK aku pernah dijahili tapi aku tidak peduli dengan itu dan jujur aku juga pernah berkelahi mungkin lucu juga perkelahian antar anak kecil. Di TK ini aku juga belajar pelajaran kurikulum di TK yang sebenarnya lebih ke belajar sambil bermain. Di sini juga gurunya asyik-asyik. Kantin menjadi salah satu tempat favoritku karena aku bisa jajan makanan yang aku suka dan penasaran. Oh iya di TK aku juga sering dijaga sama pembantuku tapi dia hanya menunggu di luar area sekolah. Beliau mungkin tepatnya sepupu dari nenekku yang tak lain juga bakal mengasuhku di rumah apabila orang tuaku sibuk dengan pekerjaan mereka. Beliau sudah sering mengasuh tidak hanya aku tetapi juga anak dari keluarga besarku. By the way di TK aku bukanlah seorang anak yang berprestasi tapi aku juga bukan yang dalam “bodoh” mungkin pertengahan.

Tidak hanya di persekolahan, di lingkungan rumah aku juga memiliki teman mungkin lebih tepatnya sambil bersahabat. Sebelum kuceritakan pertemananku, aku akan menceritakan di mana aku tinggal di Pontianak. Aku tinggal di sebuah komplek perumahan di area pinggiran kota Pontianak. Walaupun pinggiran kelak area ini merupakan salah satu area dengan area kuliner, fasilitas umum, pendidikan yang cukup lengkap di Pontianak. Baik aku akan menceritakan pertemananku. Di sebelah rumahku aku berteman dengan anak tetangga, kalau yang namanya anak kecil mau berteman dengan siapa pun mau gendernya berbeda ya berteman, berteman saja. Ya dia anak perempuan tapi tak lama aku berteman dia sudah pindah dari komplek perumahan tersebut. Setelah itu aku mendapatkan teman baru lagi, anak laki-laki yang rumahnya hanya berjarak 2 rumah dari rumahku. Setelah berteman dengannya kami mulai berteman dengan anak-anak lainnya yang ada di komplek perumahan tersebut. Di sini aku bersahabat dan kami menjadi empat orang sahabat yang ceritanya akan kulanjutkan setelah ini.

Setelah lulus dari TK aku melanjutkan persekolahanku yaitu SD atau sekolah dasar di sekolah dekat rumahku yaitu SD Gembala Baik 2. Mengapa ada “2” di nama sekolahnya? Karena sekolah ini merupakan cabang yang dari sekolah yayasan ini yang cukup jauh dari rumahku. Baik, di SD aku mulai bertemu dan mengenal lebih banyak orang lagi tidak hanya anak-anak sebayaku tetapi juga guru yang lebih beragam dan pelajaran yang lebih banyak. Banyak kejadian menarik yang terjadi selama SD ini tidak hanya hal-hal jahil atau lucu tapi mungkin juga cinta monyet pertamaku mungkin.

Di kelas 1 SD aku mulai mengenal namanya nakal tapi nakal anak kecil pada kala itu, soalnya nakal anak kecil sekarang agak berbeda. Aku di SD sendiri tepatnya pada kelas 1 SD merupakan anak yang aktif dalam hal pelajaran maupun sosial. Ya walau bukan yang terpintar dan 3 besar secara akademik tapi aku memiliki nilai yang cukup baik. Ada kejadian-kejadian lucu saat kelas 1 ini. Mulai dari hukuman di kunci pintu kelas tetapi anak-anak lain pada keluar melawati jendela dengan melompatinya padahal tempat mereka mendarat cukup tinggi mungkin satu setengah meter, cukup berani untuk seorang anak kelas 1 SD. Tidak hanya itu, guruku tepatnya wali kelasku pada saat itu Bu Eka sering mengancam aku dan teman sekelasku dengan akan memberikan atau menyempal kami dengan cabai rawit apabila kami ribut dan nakal di kelas. Selain itu juga, pernah saat akan di Imunisasi ada pemisahan murid yang sudah pernah di vaksin sama yang belum. Pada saat itu merupakan imunisasi difteri kalau tidak salah, nah pada saat itu saya belum pernah divaksin difteri karena takut akan disuntik jadi saya masuk ke kelompok yang sudah divaksin. Ketika itu saya ketahuan belum divaksin jadi saya akan disuntik karena takut saya menangis dan ketika hal itu terjadi guru menelepon ibu saya dan saya disuntik sambil menangis di samping ibu saya.

Masuk ke kelas 2 SD, pada saat ini saya mulai menjadi siswa yang lebih aktif lagi dalam hal akademik. Pernah saat itu ada tes perkalian menyebutkan perkalian satu hingga sepuluh apabila tidak bisa akan di jemur di lapangan upacara. Pada saat itu saya bisa menjawab tetapi ada beberapa teman saya yang tidak bisa. Di kelas dua mulai bisa memilih ekstra kurikuler atau ekskul, saya memilih ekskul bina iman sejenis ekskul perkumpulan anak-anak sekolah minggu tetapi ini di sekolah. Saya mengikuti ekskul tersebut hingga kelas 5 SD, soalnya saya bingung mau pilih ekskul apa. Di kelas 2 ini mulai diperkenalkan pelajaran bilingual seperti pelajaran matematika tetapi ada bahasa inggrisnya. Ada 1 kejadian lucu dan memalukan atau lucu kali ya, saya pernah berak di kelas pada saat itu saya tiba-tiba saja sakit perut dan mules karena tidak tahan jadi terbuanglah di kelas karena tidak mau ketahuan saya akhirnya ke toilet dan lama di sana. Karena hal itu, saya di cari di toilet dan guru menelefon orang tua saya. Di toilet bukannya membawa lagi celana dalam tetapi saya malah membuang celana dalamnya. Setelah kejadian itu saya langsung pulang dan dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa ternyata saya sakit tipes. Saya tidak rawat inap hanya di rumah saja dan tidak masuk sekolah saja. Di kelas 2 ini mungkin pertama kalinya saya mengenal yang namanya cinta monyet haha. Saya suka dengan anak perempuan yang di kelas saya dia merupakan anak yang berprestasi selalu peringkat 1 dari kelas satu hingga tamat SD. Di kelas 2 ini saya pernah menjadi peringkat kedua di kelas peningkatan dari kelas 1 yang sebelumnya peringkat sembilan.

Mungkin cerita berikutnya lebih ke cerita lucu dan menarik. Masuk ke kelas 3 SD, di sini ada kejadian lucu di mana dulu saya sangat takut dengan anjing karena pernah dikejar oleh anjing. Nah pada saat itu ada yang namanya les tambahan seperti pelajaran tambahan setelah pelajaran utama, biasanya hanya sedikit saja yang mengikuti kelas tambahan. Pada saat itu tiba-tiba anjing yang memang anjing sekolah tiba-tiba masuk ke kelas. Nah karena ketakutan saya sampai naik ke atas meja dan saya jadi bahan kejahilan, saya ditakut-takuti oleh teman saya. Dan saya pernah ribut saat pelajaran komputer jadi saya tidak boleh masuk ke lab saat hari itu.

Naik ke kelas 4, mungkin tidak banyak yang bisa di ceritakan tetapi pada saat kelas 4 saya mendapatkan guru sekaligus wali kelas yang mungkin merupakan guru terbaik yang pernah saya dapatkan. Beliau memiliki nama Pak Yayan. Beliau tidak hanya mengajar pelajaran seperti biasanya tetapi beliau memiliki sikap tegas tapi juga perhatian sama anak didiknya. Walaupun sering marah dan perawakan yang keras tetapi kami murid-muridnya masih tetap respek kepadanya hingga sekarang. Di kelas 4 mungkin saya mungkin juga pentolannya ya nah pernah saat itu saya dengan teman sekelas saya menjahili mungkin kalau sekarang bahasanya bully seorang anak dengan kata “bekantan” hingga lanjut ke kelas 5.

Di kelas 5 saya pernah peringkat satu di kelas dan saya terkejut soalnya saya tidak sangka. Nah lanjut dari kasus bully tersebut. Pada saat itu mungkin karena murid lainnya juga pada risih, saya dan teman-teman saya di laporkan ke wali kelas saya. Lanjut di kelas 6 pernah suatu kejadian karena saya terkejut saya tidak sengaja berkata “anjing” karena hal itu saya di keluarkan dari kelas selama 1 minggu. Jelas saya banyak ketinggalan pelajaran, jadi saya belajar lebih giat dan pada akhirnya masuk ke-3 besar. Saya juga pernah ikut lomba bahasa mandarin tapi hasilnya cukup buruk karena apa yang saya pelajari jauh dari apa yang keluar. Pada itu masih ada yang namanya ujian nasional walau dicap anak yang memiliki prestasi akademik saya tidak masuk ke dalam 10 besar dengan nilai tertinggi di UN tetapi pada saat juara umum (rata-rata nilai tertinggi dari kelas 4 hingga 6) saya menduduki peringkat ketiga. Jadi selama SD saya merupakan anak yang berprestasi tapi secara kelakuan saya cukup nakal kalau di sana saya sering dibilang “pintar tapi sakau”.

Setalah lulus SD saya masuk SMP yang masih 1 yayasan yaitu SMP Gembala Baik. SD sampai SMA saya bersekolah di yayasan tersebut. Di SMP banyak kejadian yang lucu dan tak terduga. Mulai dari berkelahi dengan anak SMA walau cuman datang dan menonton saja. Ada kasus anak perempuan yang membagikan foto “nude”-nya ke media sosial hingga ada beberapa guru gatal kali ya sebutnya. Di SMP saya mungkin suka sama seseorang tapi tidak ada niatan lebih tetapi teman saya sering menjahili saya dengan dia. Di SMP saya pernah sakit DBD dan itu merupakan pengalaman pertama kalinya dirawat inap di rumah sakit. Di SMP saya mungkin sudah tidak seaktif SD dalam hal akademik tapi branding saya “pintar tapi sakau” masih melekat ke saya. Karena berbeda dengan anak-anak pintar lainnya yang berteman dengan sesama pintar atau nerd to nerd. Saya lebih sering berteman dan bermain dengan anak yang dicap nakal dan bodoh. Di SMP saya mendengarkan sebuah lagu yaitu “Celengan Rindu” lagunya Fiersa Besari, di lagu ini mungkin tidak hanya menceritakan rasa rindu sepasang kekasih tetapi juga bisa menceritakan rasa rindu seseorang dengan orang terdekat mereka.

Pada saat itu mulai ada pandemi Covid-19. Yang katanya libur 2 minggu tetapi malah jadi 2 tahun karena hal itu dalam skill sosial saya jadi berkurang karena ya jarang ketemu siapa pun. Pada saat pandemi saya hanya bermain game online saja. Masuk SMA dengan suasana pandemi jelas tahun pertama dan kedua hanya kelas online saja itu menjadi hal baru di hidup saya mungkin juga di hidup banyak orang. Mungkin hanya kehidupan yang flat selama pandemi. Masuk ke tahun ketiga sudah mulai tatap muka pembelajarannya.

Saya masuk ke kelas pada hari pertama. Mungkin karena diam dan penampilan yang cukup dikira nerd kalau yang tidak kenal saya mungkin tanggapan pertama mereka ke saya, saya merupakan goodboy yang ambisius dan nerd di pelajaran. Tetapi ketika di lingkungan sekolah banyak yang heran “kok bisa kenal dan akrab dengan anak-anak itu ya?” maksud dari anak-anak itu istilah sekarang mungkin “popular or star”-nya. Yap branding “pintar tapi sakau” muncul kembali. Di SMA mungkin saya tidak seterbuka SD atau SMP. Banyak kejadian lucu dan menarik serta berkesan yang dikemas dalam waktu singkat selama kurang dari 1 tahun. Mulai dari retret kelas, tidak bayar makanan kantin bareng, bolos keliling kota, satu kelas nyontek saat ujian, nyanyi bareng di kelas sambil gitaran, tidur bareng 1 kelas serta acara lainnya. Saat SMA selain “pinta tapi sakau”, saya juga sering dibilang “cocok di circle mana pun” ya mungkin gak semua orang bisa cocok di lingkungan pertemanan atau harus berubah menyesuaikan diri dengan orang lain. Karena hal itu aku jadi tahu banyak tipe manusia. Setelah lulus SMA, aku memang berencana keluar kota karena agak bosan dan ingin tahu dunia luar. Pada awalnya aku berencana teknik informatika tapi karena merasa ada cita-cita dari kecil yaitu menjadi arsitek saya mengubah rencana saya. Saya mengikuti SNBP dan SNBT tapi karena kelalaian dan malas saya, jadinya saya tidak lulus di PTN atau Perguruan Tinggi Negeri. Karena pada saat itu saya sudah ada backup beberapa PTS jadinya saya memilih salah satu PTS yaitu BINUS University. Di BINUS saya awalnya memilih ComSci tapi karena melihat di BINUS ada jurusan Aristektur jadinya saya memilih jurusan tersebut. Cinta saya terhadapt arsitektur jujur saja dangkal. Selain ingin mewujudkan cita-cita saya, saya juga ingin membanggakan orang tua saya dan membuat mereka tersenyum dengan kesuksesan saya kelak nanti.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Azyra Setiawan – Get to Know Your Self

I would like to start off by saying… life’s tough. Having been brought up in a household where tough love is greatly encouraged and having to deal with its consequences, it’s appropriate to say that life has indeed been one big rollercoaster of emotions. That being said, my name’s azyra and i was born in a city located on the southwest coast of the sulawesi island also famously known as makassar… i was also raised by two parents who are quite the polar opposite… but then again, let’s stick to the basis. my father works corporate job, my mother on the other hand, is a stay at home mom. i’m the youngest out of two children. how has it affected me ? believe me, it’s quite the challenge. Growing up, i would often find myself gravitating towards the world of architecture. As a child i remember taking all the real estate brochures i could find so that i could stare at them. To say the least, it is something that i have always been interested in. Getting older it seems as though the love has gradually increased… so much so that a few months ago i decided to turn down an offer to study at one of the most prestigious university in the country. The reason being? well, i wanted to major in something different and that is architecture. Furthermore, In relation to finding the purpose of life, i’ve always known at heart that it is within my best interest to live one that’s full of compassion, which i’m hoping to be able to achieve through being an architect. To wrap it all up, no i don’t reckon i have a favorite song nor do i have any stories i’m excited to share.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Aura Stevany Sing’ An – Get to Know Your Self

Hallo, perkenalkan nama saya Aura Stevany Sing’ An. Saat ini saya adalah mahasiswa baru di Universitas Bina Nusantara atau dengan kata lain Binusian27. Saya berumur 18 tahun, dan saat ini tinggal di Binus Square. Saya merupakan anak pertama ( sulung ) dan memiliki dua adik perempuan yang manis. Sejak dahulu, saat saya bersekolah saya selalu pindah dari sekolah yang satu ke yang lain karna pekerjaan orang tua sehingga saya telah mengunjungi beberapa provinsi seperti Bali, Makassar, Jakarta, dan Solo. 

 Saya tidak sabar bercerita tentang berbagai provinsi yang pernah saya kunjungi dan keseruannya. Walaupun saya tidak melakukan banyak aktivitas di luar rumah karena kecemasan orang tua saya dan memilih untuk menghabiskan waktu luang saya di rumah saja sehingga saya sadar bahwa saya menjadi seorang introvert. Namun itu bukanlah suatu masalah bagi saya, karna saya memiliki rasa nyaman saat tinggal di rumah. Namun seiring waktu, saya suka memperhatikan suatu tempat dengan mata yang berbinar-binar karena estetika tempat tersebut. Sehingga saat SMA saya memutuskan untuk memilih jurusan arsitektur saat berkuliah. Saya memiliki tujuan menjadi seorang yang hebat di masa depan, dan bisa bekerja dengan maksimal di suatu perusahaan arsitek   serta bekerja sama dengan arsitek terkenal di indonesia dengan projek yang lumayan besar ( seperti rumah ).

Tujuan hidup saya untuk orang lain adalah dapat membangun suatu tempat tinggal yang nyaman dan sesuai harapan klien dan sesama. Tidak hanya itu, saya juga berharap bahwa saya dapat membangun suatu bangunan yang tidak merusak lingkungan, tetapi dapat melestarikan nya. Juga suatu bangunan yang tidak hanya memiliki 1 fungsi saja.

Terima kasih.

Kategori
Teaching Tugas 2 - Reflection

Adelia Fransisca Wulansari – Reflection

Bagi saya, memahami Nous dari segi arsitektur adalah konsep yang sangat penting dan penting. Nous, berasal dari konsep filosofis kuno, mengacu pada kapasitas intelektual seseorang untuk berpikir, memahami, dan bernalar secara rasional. Dalam dunia arsitektur, Nous mempunyai empat unsur utama yang menjadi landasan pemahaman dan perilaku, yaitu Sophia, Techne, Pronesis dan Episteme.

Nous adalah kapasitas seseorang untuk membangun wawasan, kecerdasan, dan kemampuan untuk memperoleh kebijaksaan intelektual. Nous adalah konsep dalam filsafat Yunani kuno yang merujuk pada akal budi atau kebijaksanaan yang mendalam, dan dalam konteks arsitektur, ini menjadi fondasi penting dalam merancang dan memahami bangunan. Dalam arsitektur, “nous” bisa merujuk pada pengetahuan, kebijaksanaan, atau pemahaman yang diterapkan dalam desain dan konsep arsitektur.

Episteme atau ilmu pengetahuan memiliki porsi paling besar, karena didunia pendidikan kita lebih banyak belajar dengan mendengarkan. Phronesis merupakan kecerdasan taktikal dalam bertindak, namun di dunia pendidikan yang didominasi oleh gaya balajar mendengarkan, ruang untuk melatih kecerdasan taktikal sangat sedikit. Hal ini menimbulkan gap antara pelaiaran di universitas & dunia praktik. Beruntungnya di dalam dunia pendidikan ada techne, yang disimulasi kedalam studio desain, yang diperkuat dengan kuliah praktik dan profesi. Walaupun pembelajaran ini terhitung optional, dalam kata lain kebijakan atau gaya pembelajaran setiap universitas bisa berbeda- beda. 

Sophia merupakan ranah yang lebih personal yang membentuk keberanian & kecintaan dalam berkarya. Keseimbangan keempat kecerdasan ini membentuk sebuah Nous. Kadar Nous dapat berbeda-beda pada setiap orang.Sophia dalam arsitektur (kebijaksanaan): Sophia dalam arsitektur mengacu pada pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip universal yang mendasari arsitektur dan bangunan. Hal ini mencakup pemahaman tentang konteks estetika, fungsional, keberlanjutan dan budaya arsitektur. Sophia menginspirasi para arsitek untuk belajar dengan antusias dan keinginan untuk memahami misteri. Hal ini mencakup pemahaman tentang sejarah arsitektur, konsep desain dan ide-ide yang mendukung proses kreatif. Sophia mengacu pada kebijaksanaan atau pengetahuan yang mendalam. Dalam arsitektur, Sophia menggambarkan pemahaman mendalam tentang sejarah arsitektur, prinsip-prinsip desain, dan konsep-konsep yang telah diterapkan oleh arsitek terdahulu. Ini memungkinkan arsitek untuk memahami warisan arsitektural dan memadukan elemen-elemen klasik dengan inovasi kontemporer. Dikutip dari https://omahlibrary.org/2021/11/09/cermin-arsitek/ Shopia merupakan ranah yang membentuk keberanian dan kecintaan dalam berkarya. Bagi saya setiap orang pasti memiliki ide-idenya tersendiri, jadi setiap ide-ide yang kita miliki kita harus mempunyai keberanian untuk merealisasikan ide-ide tersebut. Sophia (kebijaksanaan) mencakup pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai budaya, estetika, dan makna dalam desain arsitektur. Ini membantu arsitek dalam mengembangkan pandangan yang lebih luas dan kontekstual terhadap proyek mereka.

Techne en Arsitektur (Seni): Techne dan arsitektur terdiri dari pembelajaran keterampilan teknis yang diperlukan untuk desain dan konstruksi bangunan. Ini mencakup pemahaman tentang teknik konstruksi, pemilihan material, dan keterampilan praktis seperti pemodelan dan menggambar 3D. Dalam kehidupan konferensi arsitektur, Techne memainkan peran penting dalam mengajarkan kita keterampilan teknis yang penting. Kami belajar membuat gambar teknis yang akurat, merancang arsitektur, dan memahami perilaku material. Techne yang berarti keahlian (seni, keterampilan, kerajinan, kerajinan tangan, suatu sistem atau metode pembuatan atau pengerjaan sesuatu). Istilah ini menunjuk kepada pengetahuan dan penerapan prinsip-prinsip yang diperlukan dalam menghasilkan objek-objek dan menyelesaikan tujuan -tujuan khusus. setiap orang pasti memiliki keahliannya masing-masing pada setiap bidangnya, keahlian dapat dicapai jika kita terus belajar dan terus mencoba. Techne (keterampilan teknis) adalah kemampuan teknis yang melibatkan pengetahuan tentang material, konstruksi, dan teknologi yang digunakan dalam arsitektur. Ini penting untuk menerjemahkan ide-ide desain menjadi bentuk yang dapat diwujudkan. Techne juga adalah keterampilan atau keahlian teknis. Dalam konteks arsitektur, Techne mencakup pengetahuan tentang materi, teknologi, dan konstruksi bangunan. Arsitek perlu memahami berbagai bahan bangunan, teknik konstruksi, dan teknologi terkini untuk merancang bangunan yang aman, fungsional, dan estetis.

Pronesis dan Arsitektur (Kecerdasan Praktis): Pronesis dan konstruksi adalah kemampuan mengambil keputusan yang tepat dalam situasi praktis. Hal ini mencakup kemampuan merespons tantangan di lapangan, beradaptasi terhadap perubahan, dan memahami kebutuhan pemangku kepentingan. Dalam kehidupan sebagai mahasiswa arsitektur, Pronesis membimbing kita dalam mengambil keputusan yang bijaksana untuk menghadapi tantangan yang muncul selama proses perencanaan dan konstruksi. Kami mempertimbangkan faktor-faktor praktis seperti anggaran, dukungan dan keamanan, sambil mempertahankan visi organisasi yang kuat. Phronesis adalah semacam kelihaian bersiasat secara bijaksana yang berlatar pengetahuan dan nilai-nilai luhur, yang mempertimbangkan kepentingan diri sendiri sekaligus kepentingan khalayak. Sebagai kemahiran berstrategi, Phronesis hanya dapat terwujud dalam tindakan yang bersifat situasional. Phronesis berkaitan dengan kemampuan mempersepsikan situasi secara akurat, yang diikuti dengan kemampuan menilai situasi tersebut secara bijak. Berdasar penilaian tersebut, manusia mengambil keputusan tindakan apa yang perlu dilakukan untuk kemudian direalisasikan dengan segenap kapasitasnya dalam suatu perbuatan nyata. Pronesis (kebijaksanaan praktis) berkaitan dengan kemampuan dalam membuat keputusan etis dan praktis dalam proses perancangan, mengingat dampaknya pada lingkungan dan masyarakat. Pronesis adalah kebijaksanaan praktis atau kecerdasan dalam mengambil keputusan. Dalam arsitektur, Pronesis penting dalam merancang bangunan yang memenuhi kebutuhan fungsional dan kontekstual. Arsitek harus mampu menilai situasi secara holistik, memahami kebutuhan klien, serta mempertimbangkan aspek sosial, budaya, dan lingkungan dalam perancangan.

Episteme dan arsitektur (pengetahuan ilmiah): Episteme dan arsitektur merupakan ilmu pengetahuan yang digunakan dalam merancang dan membangun bangunan. Ini termasuk pemahaman prinsip-prinsip matematika, ilmu material dan teknologi konstruksi. Dalam kehidupan akademis, sastra merupakan landasan pendidikan arsitektur. Kami mempelajari konsep arsitektur, arsitektur dan pengetahuan ilmiah yang mendukung desain dan konstruksi bangunan yang aman dan sehat. Episteme (pengetahuan ilmiah) adalah pengetahuan yang didasarkan pada riset dan teori, yang membantu arsitek dalam memahami prinsip-prinsip dasar dan inovasi terbaru dalam bidang arsitektur. Episteme merujuk pada pengetahuan ilmiah dan teoretis. Dalam arsitektur, Episteme mengacu pada pemahaman yang mendalam tentang teori-teori arsitektur, prinsip-prinsip desain, dan metodologi penelitian. Ini membantu arsitek untuk mengembangkan gagasan-gagasan inovatif dan mendalamkan pemahaman mereka tentang disiplin ini. Karna Episteme merupakan pengetahuan atau kecakapan untuk berpikir lurus, tepat, dan teratur. Jadi, pada element ini kita dapat menganalisis sesuatu hal untuk memperoleh ilmu atau pengetahuan. Untuk contoh sehari-hari kita secara tidak sadar selalu menggunakan element ini, misalnya disaat kita baru memulai kelas dan mendapatkan materi-materi baru yang sebelumnya kita belum pernah ketahui, mendapatkan tugas menganalisis untuk membuat tugas-tugas yang diberikan atau disampaikan oleh dosen.

Dalam kehidupan perkuliahan arsitektur, keempat elemen Nous ini sangat penting. Sophia membantu mahasiswa untuk memahami tanggung jawab etis dalam desain. Techne memberikan keterampilan teknis yang diperlukan untuk merancang dan membangun bangunan. Pronesis membantu mahasiswa dalam pemecahan masalah dan pemahaman konteks proyek. Episteme memberikan dasar teoritis yang diperlukan untuk mengembangkan pemahaman mendalam tentang arsitektur. Dalam dunia perkuliahan arsitektur, empat elemen yang Anda sebutkan, yaitu “sophia” (kebijaksanaan), “techne” (keterampilan teknis), “pronesis” (kebijaksanaan praktis), dan “episteme” (pengetahuan ilmiah), sering dianggap penting karena mereka membentuk dasar pemahaman dan pendekatan dalam merancang dan memahami arsitektur.

Dalam kehidupan konferensi arsitektur, Nous dan keempat elemennya memainkan peran penting dalam membentuk pendekatan dan pemahaman kita tentang arsitektur. Sophia membantu kami mengembangkan visi dan pengetahuan mendalam dalam desain bangunan. Techne membantu kita mempelajari keterampilan teknis yang dibutuhkan dalam praktik arsitektur. Pronesis memandu kita dalam mengambil keputusan yang tepat dalam menanggapi permasalahan yang muncul selama proses desain dan konstruksi. Episteme memberi kita landasan ilmiah yang mendukung cara kita mengembangkan bangunan yang aman, sehat, dan berkelanjutan. Dalam kehidupan akademis, Nous juga mendorong kita untuk terus tumbuh dan mengembangkan visi kreatif kita. Kita tidak sekedar belajar untuk mendapatkan gelar, tapi juga untuk menjadi arsitek yang berkontribusi positif dan menciptakan ruang-ruang yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Kami mengembangkan pemahaman mendalam tentang bagaimana desain bangunan dapat mempengaruhi kualitas hidup dan kelestarian lingkungan.

Keempat unsur ini saya gabungkan dalam diri saya dan dalam kegiatan belajar saya. Sophia membantu kami menciptakan ide-ide unik dan berwawasan luas. Techne membantu saya menerapkan keterampilan teknis saya untuk membuat gambar teknis dan model 3D. Pronesis memandu kita dalam mengambil keputusan bijak mengenai prioritas, anggaran, dan kebutuhan pelanggan. Episteme memberi kita landasan ilmiah yang mendukung organisasi dan efisiensi. Dengan penggabungan keempat elemen Nous ini, mahasiswa arsitektur dapat merancang dan membangun bangunan dengan pendekatan yang holistik, mempertimbangkan aspek estetika, fungsi, keberlanjutan, dan keamanan. Mereka juga dilengkapi dengan kemampuan berpikir kritis, reflektif, dan inovatif, yang penting dalam dunia arsitektur yang terus berkembang.

Dengan demikian, Nous dan elemen-elemennya tidak hanya memengaruhi tetapi juga membentuk landasan kehidupan perkuliahan arsitektur, membantu mahasiswa menjadi profesional yang sukses dan berkontribusi dalam menciptakan lingkungan binaan yang berkualitas. Dengan memahami Nous dan keempat elemennya, kita dapat merancang bangunan yang lebih baik, memahami peran arsitektur dalam masyarakat, dan menerapkan pendekatan yang holistik dalam setiap proyek. Selain itu, ini juga mempersiapkan kita untuk menjadi arsitek yang berkontribusi positif pada dunia sekitar dan menerapkan nilai-nilai kebijaksanaan, keterampilan teknis, kecerdasan praktis, dan pengetahuan teoretis dalam karier arsitektur kita.

Selain itu, Nous juga memberikan pemahaman mendalam tentang sejarah arsitektur dan nilai-nilai budaya yang mempengaruhi desain. Kami belajar menggabungkan elemen intelektual ini dengan teknologi dan keterampilan praktis dalam pekerjaan nyata. Dalam proses ini, Nous membantu kami mengembangkan identitas yang kuat dan desain yang inovatif. Di masa yang terus berubah, peran Nous dalam kehidupan home conference sangatlah penting. Kita harus mampu mengintegrasikan Sophia, Techne, Pronesis dan Episteme dalam seluruh aspek praktik arsitektur kita. Kami tidak hanya ahli dalam aspek teknis, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang prinsip arsitektur, prinsip estetika, keberlanjutan, dan praktik yang baik. Mengintegrasikan keempat elemen ini membantu menciptakan arsitek yang berpengetahuan luas, sensitif terhadap lingkungan dan budaya, serta mampu menghasilkan desain yang lebih bermakna dan berkelanjutan.

Bagaimana keempat elemen ini berpengaruh pada kehidupan perkuliahan arsitektur kita? Mereka membentuk dasar yang kuat dalam pembelajaran arsitektur. Sophia memungkinkan kita untuk menghargai sejarah dan warisan arsitektural, Techne mempersiapkan kita dengan keterampilan teknis, Pronesis membantu kita dalam mengambil keputusan yang bijaksana dalam perancangan, dan Episteme memberikan landasan teoretis yang kokoh. Dalam perkuliahan, ini berarti memahami teori-teori arsitektur, belajar tentang teknologi terkini, dan mengaplikasikan pengetahuan ini dalam proyek-proyek desain.

Kesimpulannya, Nous adalah konsep filosofis yang menjadi dasar arsitektur dan sangat berpengaruh dalam kehidupan perkuliahan arsitektur. Keempat elemen Nous, yaitu Sophia, Techne, Pronesis, dan Episteme, bekerja bersama untuk membentuk arsitek yang komprehensif, yang tidak hanya memiliki pengetahuan teknis tetapi juga pemahaman etis dan teoritis yang kuat dalam disiplin ini. Dengan memahami dan menerapkan Nous dalam pembelajaran arsitektur, mahasiswa dapat menjadi arsitek yang lebih kompeten dan beretika dalam menciptakan lingkungan binaan yang berarti. 

Bagi saya, memahami Nous dari segi arsitektur adalah konsep yang sangat penting dan penting. Nous, berasal dari konsep filosofis kuno, mengacu pada kapasitas intelektual seseorang untuk berpikir, memahami, dan bernalar secara rasional. Dalam dunia arsitektur, Nous mempunyai empat unsur utama yang menjadi landasan pemahaman dan perilaku, yaitu Sophia, Techne, Pronesis dan Episteme.

Nous adalah kapasitas seseorang untuk membangun wawasan, kecerdasan, dan kemampuan untuk memperoleh kebijaksaan intelektual. Nous adalah konsep dalam filsafat Yunani kuno yang merujuk pada akal budi atau kebijaksanaan yang mendalam, dan dalam konteks arsitektur, ini menjadi fondasi penting dalam merancang dan memahami bangunan. Dalam arsitektur, “nous” bisa merujuk pada pengetahuan, kebijaksanaan, atau pemahaman yang diterapkan dalam desain dan konsep arsitektur.

Episteme atau ilmu pengetahuan memiliki porsi paling besar, karena didunia pendidikan kita lebih banyak belajar dengan mendengarkan. Phronesis merupakan kecerdasan taktikal dalam bertindak, namun di dunia pendidikan yang didominasi oleh gaya balajar mendengarkan, ruang untuk melatih kecerdasan taktikal sangat sedikit. Hal ini menimbulkan gap antara pelaiaran di universitas & dunia praktik. Beruntungnya di dalam dunia pendidikan ada techne, yang disimulasi kedalam studio desain, yang diperkuat dengan kuliah praktik dan profesi. Walaupun pembelajaran ini terhitung optional, dalam kata lain kebijakan atau gaya pembelajaran setiap universitas bisa berbeda- beda. 

Sophia merupakan ranah yang lebih personal yang membentuk keberanian & kecintaan dalam berkarya. Keseimbangan keempat kecerdasan ini membentuk sebuah Nous. Kadar Nous dapat berbeda-beda pada setiap orang.Sophia dalam arsitektur (kebijaksanaan): Sophia dalam arsitektur mengacu pada pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip universal yang mendasari arsitektur dan bangunan. Hal ini mencakup pemahaman tentang konteks estetika, fungsional, keberlanjutan dan budaya arsitektur. Sophia menginspirasi para arsitek untuk belajar dengan antusias dan keinginan untuk memahami misteri. Hal ini mencakup pemahaman tentang sejarah arsitektur, konsep desain dan ide-ide yang mendukung proses kreatif. Sophia mengacu pada kebijaksanaan atau pengetahuan yang mendalam. Dalam arsitektur, Sophia menggambarkan pemahaman mendalam tentang sejarah arsitektur, prinsip-prinsip desain, dan konsep-konsep yang telah diterapkan oleh arsitek terdahulu. Ini memungkinkan arsitek untuk memahami warisan arsitektural dan memadukan elemen-elemen klasik dengan inovasi kontemporer. Dikutip dari https://omahlibrary.org/2021/11/09/cermin-arsitek/ Shopia merupakan ranah yang membentuk keberanian dan kecintaan dalam berkarya. Bagi saya setiap orang pasti memiliki ide-idenya tersendiri, jadi setiap ide-ide yang kita miliki kita harus mempunyai keberanian untuk merealisasikan ide-ide tersebut. Sophia (kebijaksanaan) mencakup pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai budaya, estetika, dan makna dalam desain arsitektur. Ini membantu arsitek dalam mengembangkan pandangan yang lebih luas dan kontekstual terhadap proyek mereka.

Techne en Arsitektur (Seni): Techne dan arsitektur terdiri dari pembelajaran keterampilan teknis yang diperlukan untuk desain dan konstruksi bangunan. Ini mencakup pemahaman tentang teknik konstruksi, pemilihan material, dan keterampilan praktis seperti pemodelan dan menggambar 3D. Dalam kehidupan konferensi arsitektur, Techne memainkan peran penting dalam mengajarkan kita keterampilan teknis yang penting. Kami belajar membuat gambar teknis yang akurat, merancang arsitektur, dan memahami perilaku material. Techne yang berarti keahlian (seni, keterampilan, kerajinan, kerajinan tangan, suatu sistem atau metode pembuatan atau pengerjaan sesuatu). Istilah ini menunjuk kepada pengetahuan dan penerapan prinsip-prinsip yang diperlukan dalam menghasilkan objek-objek dan menyelesaikan tujuan -tujuan khusus. setiap orang pasti memiliki keahliannya masing-masing pada setiap bidangnya, keahlian dapat dicapai jika kita terus belajar dan terus mencoba. Techne (keterampilan teknis) adalah kemampuan teknis yang melibatkan pengetahuan tentang material, konstruksi, dan teknologi yang digunakan dalam arsitektur. Ini penting untuk menerjemahkan ide-ide desain menjadi bentuk yang dapat diwujudkan. Techne juga adalah keterampilan atau keahlian teknis. Dalam konteks arsitektur, Techne mencakup pengetahuan tentang materi, teknologi, dan konstruksi bangunan. Arsitek perlu memahami berbagai bahan bangunan, teknik konstruksi, dan teknologi terkini untuk merancang bangunan yang aman, fungsional, dan estetis.

Pronesis dan Arsitektur (Kecerdasan Praktis): Pronesis dan konstruksi adalah kemampuan mengambil keputusan yang tepat dalam situasi praktis. Hal ini mencakup kemampuan merespons tantangan di lapangan, beradaptasi terhadap perubahan, dan memahami kebutuhan pemangku kepentingan. Dalam kehidupan sebagai mahasiswa arsitektur, Pronesis membimbing kita dalam mengambil keputusan yang bijaksana untuk menghadapi tantangan yang muncul selama proses perencanaan dan konstruksi. Kami mempertimbangkan faktor-faktor praktis seperti anggaran, dukungan dan keamanan, sambil mempertahankan visi organisasi yang kuat. Phronesis adalah semacam kelihaian bersiasat secara bijaksana yang berlatar pengetahuan dan nilai-nilai luhur, yang mempertimbangkan kepentingan diri sendiri sekaligus kepentingan khalayak. Sebagai kemahiran berstrategi, Phronesis hanya dapat terwujud dalam tindakan yang bersifat situasional. Phronesis berkaitan dengan kemampuan mempersepsikan situasi secara akurat, yang diikuti dengan kemampuan menilai situasi tersebut secara bijak. Berdasar penilaian tersebut, manusia mengambil keputusan tindakan apa yang perlu dilakukan untuk kemudian direalisasikan dengan segenap kapasitasnya dalam suatu perbuatan nyata. Pronesis (kebijaksanaan praktis) berkaitan dengan kemampuan dalam membuat keputusan etis dan praktis dalam proses perancangan, mengingat dampaknya pada lingkungan dan masyarakat. Pronesis adalah kebijaksanaan praktis atau kecerdasan dalam mengambil keputusan. Dalam arsitektur, Pronesis penting dalam merancang bangunan yang memenuhi kebutuhan fungsional dan kontekstual. Arsitek harus mampu menilai situasi secara holistik, memahami kebutuhan klien, serta mempertimbangkan aspek sosial, budaya, dan lingkungan dalam perancangan.

Episteme dan arsitektur (pengetahuan ilmiah): Episteme dan arsitektur merupakan ilmu pengetahuan yang digunakan dalam merancang dan membangun bangunan. Ini termasuk pemahaman prinsip-prinsip matematika, ilmu material dan teknologi konstruksi. Dalam kehidupan akademis, sastra merupakan landasan pendidikan arsitektur. Kami mempelajari konsep arsitektur, arsitektur dan pengetahuan ilmiah yang mendukung desain dan konstruksi bangunan yang aman dan sehat. Episteme (pengetahuan ilmiah) adalah pengetahuan yang didasarkan pada riset dan teori, yang membantu arsitek dalam memahami prinsip-prinsip dasar dan inovasi terbaru dalam bidang arsitektur. Episteme merujuk pada pengetahuan ilmiah dan teoretis. Dalam arsitektur, Episteme mengacu pada pemahaman yang mendalam tentang teori-teori arsitektur, prinsip-prinsip desain, dan metodologi penelitian. Ini membantu arsitek untuk mengembangkan gagasan-gagasan inovatif dan mendalamkan pemahaman mereka tentang disiplin ini. Karna Episteme merupakan pengetahuan atau kecakapan untuk berpikir lurus, tepat, dan teratur. Jadi, pada element ini kita dapat menganalisis sesuatu hal untuk memperoleh ilmu atau pengetahuan. Untuk contoh sehari-hari kita secara tidak sadar selalu menggunakan element ini, misalnya disaat kita baru memulai kelas dan mendapatkan materi-materi baru yang sebelumnya kita belum pernah ketahui, mendapatkan tugas menganalisis untuk membuat tugas-tugas yang diberikan atau disampaikan oleh dosen.

Dalam kehidupan perkuliahan arsitektur, keempat elemen Nous ini sangat penting. Sophia membantu mahasiswa untuk memahami tanggung jawab etis dalam desain. Techne memberikan keterampilan teknis yang diperlukan untuk merancang dan membangun bangunan. Pronesis membantu mahasiswa dalam pemecahan masalah dan pemahaman konteks proyek. Episteme memberikan dasar teoritis yang diperlukan untuk mengembangkan pemahaman mendalam tentang arsitektur. Dalam dunia perkuliahan arsitektur, empat elemen yang Anda sebutkan, yaitu “sophia” (kebijaksanaan), “techne” (keterampilan teknis), “pronesis” (kebijaksanaan praktis), dan “episteme” (pengetahuan ilmiah), sering dianggap penting karena mereka membentuk dasar pemahaman dan pendekatan dalam merancang dan memahami arsitektur.

Dalam kehidupan konferensi arsitektur, Nous dan keempat elemennya memainkan peran penting dalam membentuk pendekatan dan pemahaman kita tentang arsitektur. Sophia membantu kami mengembangkan visi dan pengetahuan mendalam dalam desain bangunan. Techne membantu kita mempelajari keterampilan teknis yang dibutuhkan dalam praktik arsitektur. Pronesis memandu kita dalam mengambil keputusan yang tepat dalam menanggapi permasalahan yang muncul selama proses desain dan konstruksi. Episteme memberi kita landasan ilmiah yang mendukung cara kita mengembangkan bangunan yang aman, sehat, dan berkelanjutan. Dalam kehidupan akademis, Nous juga mendorong kita untuk terus tumbuh dan mengembangkan visi kreatif kita. Kita tidak sekedar belajar untuk mendapatkan gelar, tapi juga untuk menjadi arsitek yang berkontribusi positif dan menciptakan ruang-ruang yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Kami mengembangkan pemahaman mendalam tentang bagaimana desain bangunan dapat mempengaruhi kualitas hidup dan kelestarian lingkungan.

Keempat unsur ini saya gabungkan dalam diri saya dan dalam kegiatan belajar saya. Sophia membantu kami menciptakan ide-ide unik dan berwawasan luas. Techne membantu saya menerapkan keterampilan teknis saya untuk membuat gambar teknis dan model 3D. Pronesis memandu kita dalam mengambil keputusan bijak mengenai prioritas, anggaran, dan kebutuhan pelanggan. Episteme memberi kita landasan ilmiah yang mendukung organisasi dan efisiensi. Dengan penggabungan keempat elemen Nous ini, mahasiswa arsitektur dapat merancang dan membangun bangunan dengan pendekatan yang holistik, mempertimbangkan aspek estetika, fungsi, keberlanjutan, dan keamanan. Mereka juga dilengkapi dengan kemampuan berpikir kritis, reflektif, dan inovatif, yang penting dalam dunia arsitektur yang terus berkembang.

Dengan demikian, Nous dan elemen-elemennya tidak hanya memengaruhi tetapi juga membentuk landasan kehidupan perkuliahan arsitektur, membantu mahasiswa menjadi profesional yang sukses dan berkontribusi dalam menciptakan lingkungan binaan yang berkualitas. Dengan memahami Nous dan keempat elemennya, kita dapat merancang bangunan yang lebih baik, memahami peran arsitektur dalam masyarakat, dan menerapkan pendekatan yang holistik dalam setiap proyek. Selain itu, ini juga mempersiapkan kita untuk menjadi arsitek yang berkontribusi positif pada dunia sekitar dan menerapkan nilai-nilai kebijaksanaan, keterampilan teknis, kecerdasan praktis, dan pengetahuan teoretis dalam karier arsitektur kita.

Selain itu, Nous juga memberikan pemahaman mendalam tentang sejarah arsitektur dan nilai-nilai budaya yang mempengaruhi desain. Kami belajar menggabungkan elemen intelektual ini dengan teknologi dan keterampilan praktis dalam pekerjaan nyata. Dalam proses ini, Nous membantu kami mengembangkan identitas yang kuat dan desain yang inovatif. Di masa yang terus berubah, peran Nous dalam kehidupan home conference sangatlah penting. Kita harus mampu mengintegrasikan Sophia, Techne, Pronesis dan Episteme dalam seluruh aspek praktik arsitektur kita. Kami tidak hanya ahli dalam aspek teknis, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang prinsip arsitektur, prinsip estetika, keberlanjutan, dan praktik yang baik. Mengintegrasikan keempat elemen ini membantu menciptakan arsitek yang berpengetahuan luas, sensitif terhadap lingkungan dan budaya, serta mampu menghasilkan desain yang lebih bermakna dan berkelanjutan.

Bagaimana keempat elemen ini berpengaruh pada kehidupan perkuliahan arsitektur kita? Mereka membentuk dasar yang kuat dalam pembelajaran arsitektur. Sophia memungkinkan kita untuk menghargai sejarah dan warisan arsitektural, Techne mempersiapkan kita dengan keterampilan teknis, Pronesis membantu kita dalam mengambil keputusan yang bijaksana dalam perancangan, dan Episteme memberikan landasan teoretis yang kokoh. Dalam perkuliahan, ini berarti memahami teori-teori arsitektur, belajar tentang teknologi terkini, dan mengaplikasikan pengetahuan ini dalam proyek-proyek desain.

Kesimpulannya, Nous adalah konsep filosofis yang menjadi dasar arsitektur dan sangat berpengaruh dalam kehidupan perkuliahan arsitektur. Keempat elemen Nous, yaitu Sophia, Techne, Pronesis, dan Episteme, bekerja bersama untuk membentuk arsitek yang komprehensif, yang tidak hanya memiliki pengetahuan teknis tetapi juga pemahaman etis dan teoritis yang kuat dalam disiplin ini. Dengan memahami dan menerapkan Nous dalam pembelajaran arsitektur, mahasiswa dapat menjadi arsitek yang lebih kompeten dan beretika dalam menciptakan lingkungan binaan yang berarti. 

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Arviani Riskya Putri – Get to Know Your Self

Halo selamat pagi, selamat siang, selama sore, dan selamat malam kapan pun tulisan ini dibaca. Namaku Arviani Riskya Putri dan aku lebih senang dipanggil Arvi / Ar / Vi dibanding menyebutkan nama lengkap awalku secara langsung karena terasa aneh saja untuk aku dengar. Saat ini aku berusia 18 tahun dan menjalankan kuliah di Universitas Bina Nusantara yang berada di Kemanggisan, Jakarta Barat. Aku baru saja menyelesaikan FYP yaitu acara orientasi di Binus akhir Agustus kemarin dan sekarang sudah menjalankan kuliah sesuai jadwal di prodi arsitektur ini. Di hari pertama perkuliahan saya bertemu dengan mata kuliah Design Thinking 1 dan Architectural Design 1. Disana saya mengetahui bahwa buku Francis D.K. Ching berjudul Form, Space, & Order adalah buku pedoman atau kitab bagi mahasiswa arsitektur. Pada mata kuliah Arcitectural Design 1 kami diberikan tugas pertama untuk membuat denah ruang studio kami pada kertas A2. 

Tugas ini cukup memusingkan diawal karena kita harus mengjitung panjang setiap benda yang ada di studio dan menggambarkannya menjadi denah namun saya belum begitu mengetahui cara untuk membuat denah yang baik seperti notasi-notasinya harus bagaimana, cara untuk membuat tembok di denah harus seperti apa, dan beberapa permasalahan lain. Tapi dosen pembimbing saya memberitahukan untuk mengerjakan sepengetahuan kami saja untuk tugas pertama ini. Setelah tugas pertama ini kami mendapatkan tugas untuk membuat isometrik dan denah dari kamar kami masing-masing. Selama menjalani kuliah selama seminggu ini saya rasa hal yang cukup membuat lelah adalah ketika harus mengejar kelas yang mengharuskan kami untuk berpindah dari kampus satu ke kampus yang lain. Contohnya adalah mata kuliah saya di hari Sabtu yang mengharuskan saya pindah dari Kampus Syahdan lalu ke Kampus Anggrek dan kemudian kembali lagi ke Syahdan. 

Berpindah dari kampus satu ke kampus yang lain sebenarnya tidak memakan banyak waktu tetapi ketika perpindahan ini ada di jam makan siang dan kami hanya mendapatkan 20 menit istirahat menurut saya ini cukup merepotkan karena di jam ini saya harus melakukan shalat, makan dan berjalan menuju kampus yang lain. Kalau dilihat mungkin tidak memerlukan banyak waktu, namun saat dijalankan ternyata cukup membuat keteteran terlebih saat dosen tidak menyelesaikan mata kuliahnya sesuai waktu yang ditentukan. Mungkin segitu saja untuk cerita saya selama seminggu menjadi mahasiswa, selanjutnya saya akan menceritakan lebih lanjut jawaban yang saya tuliskan dari pertanyaan-pertanyaan di google form ini. Yang pertama “Momen apa dalam hidup Anda, besar atau kecil, yang melekat pada Anda?” Momen yang cukup melekat untuk saya adalah ketika saya dan keluarga saya bertamasya ke Dunia Fantasi atau yang kita kenal dengan Dufan yang berada di Ancol. Dulu setiap akhir tahun bunda selalu mendapatkan tiket untuk mengunjungi Dufan dari kantornya. 

Bermain kesana tidak pernah terasa membosankan walaupun wahana yang dinaiki setiap tahunnya tidak banyak berubah. Ada satu wahana yang ketika kecil saya tidak bisa naiki karena belum memiliki tinggi yang cukup. Nama wahana itu adalah Niagaragara. Saya hanya bisa melihat saja ketika yang lain menaiki wahana itu dan itu cukup membuat saya sedih. Tapi beberapa tahun setelah itu akhirnya saya bisa juga merasakan menaiki wahana itu, saya sangat puas sekali. Sedihnya sekarang bunda tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan tiket lagi dari kantornya dan akhirnya kami tidak pernah bertamasya ke sana lagi. Satu hal yang cukup saya sayangkan adalah saya belum pernah mencoba menaikin roller coster yang membuat kita berputar 360°. Pertanyaan selanjutnya yaitu “Cerita apa yang tidak sabar untuk Anda ceritakan kepada teman baru atau cerita yang selalu diminta oleh teman lama atau pasangan Anda untuk Anda ulangi?” Untuk pertanyaan ini saya akan hal yang selalu saya ceritakan kepada teman dekat dan adik saya. Saya suka sekali menceritakan tentang game yang saya mainkan, terutama tentang karakter favorit saya. Saya pernah mengabiskan setengah hari menceritakan lore cerita dari karakter kesukaan saya. Kalau kepada orang baru saya senang jika bisa bertemu orang yang mememainkan game yang sama dengan saya dan saling membagikan cerita tentang kejadian selama bermain. 

Pertanyaan ketiga adalah “Apa Lagu Hits Terhebat Anda?” Saya orang yang tidak terlalu hidup dengan musik dan tidak apa-apa jika melakukan suatu aktivitas tanpa ditemani suara lain, namun ada beberapa lagu yang sangat senang saya dengarkan yaitu lagu-lagu dari Yoasobi dan Eve dari Jepang. Lagu-lagu mereka mudah sekali untuk terekam di otak saya sehinga saya tidak bosan untuk mendengarkannya berulang-ulang. Kalau lagu Indonesia dan Barat ada juga beberapa lagu yang saya suka namun hanya saya ingat saat mendengar lagunya tersebut, saya tidak pernah mengingat judul lagunya. Pertanyaan keempat dan kelima adalah “Jelaskan tentang apa yang menjadi tujuan hidup anda untuk diri sendiri?” dan “Jelaskan tentang apa yang menjadi tujuan hidup anda untuk orang lain?” Kalau diminta menjelaskan tujuan hidup saya sendiri yang pasti saya ingin untuk bahagia di dunia dan juga di akhirat. 

Saya berkeinginan untuk mendapatkan pekerjaan yang bisa untuk membahagiakan diri saya sendiri dan juga orang tua saya. Bunda selalu mengatakan untuk selalu menentukan apa yang belum bisa dilakukan sekarang tapi akan bisa kita lakukan nanti. Tujuan hidup saya untuk orang lain adalah saya berharap bisa menjadi tempat yang membuat orang lain merasa aman dan bisa menjadi tempat mereka untuk menceritakan keluh kesah mereka. Saya akan selalu menjadi pendengar yang baik untuk mereka. Pertanyaan selanjutnya yaitu “Jelaskan mengenai biografi anda, dari kecil lahir dimana, di keluarga yang seperti apa, apa pekerjaan ayah dan ibu, apakah anda anak sulung / anak tengah / anak bungsu, apa akibatnya dalam hidup anda?” Di awal tadi saya sudah menyebutkan, nama saya Arviani Riskya Putri. Saya lahir di Jakarta, tepatnya di Rumah Sakit Harapan Kita yang ada di Jakarta Barat pada tanggal 16 Juli 2005. 

Saya laihr pada pukul 4 dini hari disaat matahari masih belum terbangun dan di dekat waktu shubuh. Keluargaku seperti keluarga pada umumnya saja, ada ayah, bunda, dan abangku. Ayahku seorang wiraswasta dan bundaku adalah seorang pegawai di salah satu Bank BUMN. Saya adalah anak kedua dari dua bersaudara, namun saya adalah kakak juga untuk adik-adik sepupuku. Abangku baru saja menyelesaikan program studi S1 nya di awal tahun ini dan sedang menunggu untuk jadwal wisudanya. Saat ini abangku membantu nenekku berjualan di Pasar Tanah Abang. Saya sangat menyayangi keluarga saya. 

Pertanyaan ketujuh adalah “Apakah anda pernah mengalami trauma/ kesedihan dalam hidup anda?” Sejauh saya ingat, saya tidak pernah mengalami trauma yang membekas di hidup saya. Kalau sesuatu yang membuat sedih pastinya ada, namun hanya sepintas saja lalu kamudian hilang, saya tidak ingat karena saya cenderung melupakan hal yang tidak menarik perhatian, jarang dibahas dan saya lihat. 

Pertanya kedelapan yaitu “Kenapa Anda memilih kuliah jurusan arsitektur?” Pada awalnya saya tidak terpikirkan dengan jurusan arsitektur. Saya sangat senang menggambar walaupun tidak yang saya banggakan sekali, namun untuk masuk ke jurusan yang berhubungan langsung dengan itu saya merasa tidak pede dan mampu setelah mengetahui tipe=tipe tugas di jurusan tersebut. Kemudia terpikirkan untuk masuk ke teknik sipil karena saya sedikit senang hitungan, tapi itu tidak berlangsung lama ketika saya mengetahui apa saja yang akan dipelajari di jurusan tersebut. Akhirnya saya bertemu dengan jurusan arsitektur yang sangat cocok dengan keinginan saya. Bukan berarti arsitektur itu sesuatu yang mudah dipelajari dan dikerjakan, namun saya memiliki keyakinan untuk bisa bertahan dan lulus di jurusan ini. 

Jadi saya sangat yakin ini adala tempat saya dan tidak sala jurusan. Mengeluh karena tugas itu wajar saja, tapi saya sangat senang saat mengerjakan tugas terutama tugas AD dan BT. Pertanyaan yang terakhir adalah “Sejauh mana Anda mencintai arsitektur?” Jawabannya adalah sangaatt cinta sekali, semua jalur mulai dari SNBP, SNBT, dan mandiri yang saya cobai tidak terlepas dari arsitektur. Walau saya tidak masuk jurusan arsitektur dari jalur-jalur penerimaan tersebut saya sangat bersyukur bisa masuk ke jurusan arsitektur Binus.

Saya berharap saya bisa selalu melakukan yang terbaik untuk lulus di jurusan ini. Pertanyaannya sudah habis tapi saya belum mencapai ketentuan 1500 kata jadi saya akan mencoba menceritakan hal yang lain untuk mencapai ketentuan tersebut. Saat ini suda pukul 02.55 AM disaat saya mengetik dibagian ini. Seharusnya bisa tidak sampai di jam segini tapi saya ingin saja karena minum kopi itu sangat nikmat. Hari ini, 22 September tidak ada perkuliaan jadi saya bisa melanjutkan istirahat saya nanti. Kemarin pagi saat bangun tidur saya langsung mengerjakan tugas kelompok membuat power point sampai di jam 12.00 PM. Kemudian mengumpulkan motivasi kembali untuk mengerjakan tugas ini dan akhirnya saya mulai di pukul 07.00 PM. 

Kesan pesan saya mengerjakan tugas ini pada awalnya saya kira 1500 kata tidak terlalu tapi ternyata banyak juga ya huhu. Tetapi tugas ini membuat saya jadi lebih tahu tentang diri saya sendiri. Seperti yang saya bilang sebelumnya, walau saya mengeluh saat melihat tugas yang datang tanpa berhenti namun saya sangat enjoy menjalankannya (kadang sambil ngomel sendiri sih) karena saya sangat senang bisa berada di jurusan ini. Warna favorit saya adalah merah, karena saya merasa merah adalah warna yang sangat percaya diri dan berani. 

Saya tidak terlalu suka dengan warna oren, namun karakter anime ataupun game yang saya suka selalu saja memiliki unsur warna oren entah kenapa. Saya juga suka melukis di kanvas, walau lukisan terakhir saya adalah di hari ibu tahun kemarin, aku menghadiahkan bunda lukisan seekor anak bebek dengan induknya. Bunda sangat senang dengan hadiahku hehe. Setelah mengsubmit tugas ini saya berencana untuk tidur dan kembali melanjutkan tugas yang lain ketika saya bangun nanti. Terimakasih sudah membaca Get To Know My Self!

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Aristia Winanti Adam – Get to Know Your Self

Nama saya adalah Aristia Winanti Adam dan biasa dipanggil dengan panggilan Cici. Saya lahir di Ternate, Maluku Utara tanggal dua Bulan Juli Tahun 2006. Umur saya enam belas tahun. Saya sedari kecil sudah sangat sering mengunjungi Jakarta karena keluarga saya kebanyakan di sini. Saat saya SMP saya pindah ke Jakarta dan bersekolah di SMP  Boarding School Insan Cendekia Madani di Tangerang Serpong. Saya lalu SMA dia SMA Boarding School International Islamic High School di Bekasi. Saya dari SMP sampai SMA sudah bersekolah di boarding school atau bisa disebut dengan asrama. Oleh karena itu, saya sudah terbiasa hidup mandiri. 

Saya sekarang tinggal di Pondok Gede, Bekasi. Saya melakukan perjalanan kurang lebih 1 jam tiap harinya untuk pergi ke Binus University yang berada di Kemanggisan, Jakarta. Momen yang sangat lekat pada memori saya adalah ketika saya berulan tahun tiap tahunnya karena selalu dirayakan oleh orang tua saya. Menurut saya perayaan ulan tahun tiap tahun oleh orang tua dapat membuat saya merasa disayang dan diperhatikan. Saya berasal dari keluarga yang harmonis dan saling menyayangi satu sama lain. Saya adalah anak pergama dari empat bersaudara. Dampaknya, saya menjadi orang yang lembut. Orang tua saya adalah PNS, papa saya sangat jarang berada di rumah, dia bisa di rumah cuman 2 minggu sekali dan itu pun hanya 1 malam dan langsung pergi kerja lagi, makanya saya kurang dekat deng papa saya. 

Cerita yang selalu saya ceritakan pada teman teman saya adalah cerita waktu saya berusia kalau tidak salah 6 tahun. Saya menaiki kapal bersama orang tua saya dan adik-adik saya, lalu saat tengah malam kapal itu tersakngkut di sesuatu tanaman di tengah laut dan tidak bisa bergerak. Kami lalu mengucapkan doa memohon perselamatan dan akhirnya diselamatkan okeh sebuah kapal yang lewat. Jantungku berdetak dengan sangat cepat karena ketakutan waktu itu. Saya kurang suka mendengar lagu jadi kurang tau lagu apa yang sedang hits akhir akhir ini. Saya ingin menjadi seorang arsitek atau developer dan menghasilkan banyak uang. 

Saya juga ingin membanggakan orang tua saya dan orang sekitar saya. Saya sebagai manusia sudah pasti pernah mengalami trauma atau kesedihan. Saya memilih jurusan arsitektur karena tertarik. Saya mencintai arsitektur. Hobi saya ada menonton di Netflix, membaca cerita, menggambar, dan tidur. Saya suka hampir semua buah seperti mangga, manggis, anggur, dah strawberry. Saya sangat menyukai makanan dan minuman yang asam. Saya saat SD pernah pindah 3 kali karena pekerjaan papa saya, karena itu saya mempunyai banyak teman dari SD yang berbeda. Saya pernah berpikir untuk menjadi dokter gigi saat SD karena saya terinspirasi dari kakak sepupu saya yang adalah seorang dokter. Cita cita saya yang menjadi seorang dokter berlangsung sampai saya menginjqk kelas 2 SMP. Saya berhenti men cita citakan dokter gigi karena saya sudah tidak minat lagi. Di semester 2 kelas 2 SMP mulailah karantina karena ada virus corona. Saat memasuki tingkat SMA, saya terdesak untuk memilih jurusan karena saya sekolah akselerasi dan hanya SMA selama dua tahun saja.

Saya merasa bisa gambar dan juga terinspirasi dari tante dan om saya yg juga seorang arsitek. Saya tadinya ingin mengambil fashion design tapi saya lebih berminat di bidang arsitektur. Saya juga sempat ingin memilih jurusan bisnis manajemen. Saya dari kecil sudah sering dan suka berjualan. Saat saya kelas satu SD menumpuk kertas HVS lalu men staples tengahnya lalu saya gambar buah buah di kertasnya dan saya jual sebagai buku mewarnai. Lalu saat kelas empat saya membuat mainan slime dan menjualnya. Saat kelas enam SD saya menjual squishy yang saat itu sedang sangat tren. Lalu saat SMP saya masih menjual squishy dan juga saya mulai menjual stiker yang saya buat sendiri. Gambar stikernya ditentukan oleh pembeli lalu saya print di ruang BK sekolah saya menggunakan kertas stiker. Stiker saya sempat sangat laku sekali karena sangat banyak yang tertarik, mulai dari angkatan saya angkatan adik kelas saya dan angkatan kakak kelas saya bahkan angkatan kakak kakak SMA saat itu juga banyak yang tertarik dan membeli. Usaha stiker saya terpaksa berhenti karena adanya pandemi. Saat karantina berlangsung, saya juga menjual baju dan celana tie dye yang saat itu sedang sangat viral. Saya jual itu secara online. Lumayan banyak yang membeli jualan saya saat itu terutama teman teman saya karena mereka sangat supportive. Keluarga saya juga ada beberapa yang membeli jualan saya. 

Saat saya masuk SMA, saya menjual mainan anak anak slime bersama teman teman kamar saya. Kami waktu itu hanya gabut dan membuat slime tapi tiba tiba kami terpikir untuk menjual slime yang kamu buat ke teman teman lain untuk hiburan. Slime kami benar benar laku keras. Hampir setiap kamar membeli slime kami. Rasanya sangat seru dan bahagia. Lalu saat lulus dan dapat beberapa bulan libur, saya menjual baju baju saya yang masih sangat bagus tapi sudah tidak atau tidak pernah saya pakai secara online. Jualan saya saat itu juga lumayan laku keras.

Kategori
Teaching Tugas 2 - Reflection

Albert Agung – Reflection

Bagi saya, Episteme merupakan ilmu pendidikan (Knowledge) yang merupakan bagian terbesar dalam hidup saya. Setiap manusia, sejak kecil sudah memasuki Episteme bahkan sejak lahir, mulai dari pengetahuan tentang bagaimana cara memakan, bernafas, merangkak, berjalan, dan masih banyak hal yang dipelajari. Sejak kecil saya memiliki pengalaman yang tak terlupakan tentang matematika. Papa saya pintar dan suka matematika, tidak heran bila ia ingin mewariskan ambisi dan pengetahuannya kepada anaknya. Karena hal tersebut. Sejak saya kelas PlayGround (PG) saya mulai diajari matematika yang seharusnya belum saya pelajari. Lalu pada saat TK, saya mulai masuk les bernama “Kumon” mungkin tidak familiar bagi anda karena kumon merupakan les yang bagus dan ternama. Suasana saat TK awal” ambisius dan rajin, tetapi semakin lama, semakin diberi tekanan dan PR semakin banyak, saya memiliki 10 lembar PR/hari dulunya. Bayangkan saja sebuah anak TK mengerjakan sebanyak itu. Lalu saya di press terus untuk matematika. Saya berhenti Kumon pada kelas 2, dimana di sekolah saya masih belajar perkalian, tetapi saya sudah mendapatkan ilmu di kelas 5-6. Alhasil saya selalu mendapatkan 100 dan saya tidak menyesal karena telah di press seperti itu. Saya masuk-keluar kumon total 3 kali sepanjang hidup, dan itu semua karena tekanan dan waktu, tetapi saya tetap bersyukur bisa mendapat ilmu yang belum saya pelajari pada waktunya. Dari situ saya belajar bahwa ilmu (Episteme) itu sangat penting dan berharga. Ilmu itu seperti udara, kita dapat mencarinya dan menemukannya dimana saja. Sejak itu saya mulai mengeksplor dunia luar, seperti mengobrol pada orang” asing. Mempelajari hal-hal yang baru, itu semua membuat saya senang berada di dunia ini. Efeknya, dalam dunia perkuliahan saya lebih menyadari bahwa ilmu pengetahuan itu harus dieksplor sebanyak mungkin. Terdapat ribuan buku tentang arsitektur, ribuan orang yang berprofesi sebagai arsitektur di seluruh dunia. Kita dapat mewawancara siapa saja, mencari buku dimana saja dan membaca kapanpun. 

Dalam Episteme ini kita tidak dibatasi akan ilmu, kita mempunyai kebebasan dan hak untuk mengeksplor sebanyak mungkin. Apalagi generasi sekarang sudah diberkahi oleh berbagai software dan komputer yang memadai sehingga memudahkan proses perkuliahan dan dunia kerja nantinya. Ada sebuah pesan yang saya ingat dari narasumber yang saya wawancarakan, dimana ia berpesan kepada anak muda bahwa “Kalian itu beruntung dan enak, software komputer dimana-mana, google sudah lancar dan menjangkau berbagai ilmu, kalian harus gunakan itu sebaik mungkin, jangan sampai kalian mensia-siakan hal tersebut”. Dari situ semangat belajar saya semakin naik dan semakin paham akan pentingnya Episteme ini.

Phronesis merupakan kecerdasan taktikal dalam bertindak, tetapi sesuai fakta yang ada, terdapat gap antara sekolah/universitas dan dunia praktik yang tak dapat dipungkiri. Sesudah kuliah, maka baru akan mengalami bagian dari Phronesis. Menerapkan phronesis dalam kehidupan dapat mengarah pada pengambilan keputusan yang lebih baik dan dapat dimulai dengan kesadaran diri dimana memahami keyakinan, dan prioritas yang saya punya. Renungkan yang benar-benar penting dalam hidup dan apa tujuan jangka panjang yang akan dicapai.

Techne merupakan skill/dunia praktik/kuliah praktik sesuai profesi yang kita pilih. Sejak kuliah, kita difasilitasi studio desain dan materi perkuliahan yang memadai dan mendukung profesi yang akan kita tuju, memang gaya pembelajaran setiap universitas berbeda-beda, tetapi yang saya suka dari Binus, mereka memberi kita kesempatan untuk mengeksplor dunia arsitektur dan menerapkannya dalam studio desain. Pada semester 6-7 kita akan diberi kesempatan untuk magang dimana hal tersebut berkaitan dengan Techne. Kita akan lebih mengerti suasana dan situasi dalam dunia kerja, dan semester awal serta magang ini akan sangat membantu untuk dunia kerja yang akan kita jalani nanti. Penerapan Techno dapat berupa banyak macam dan bentuk. Pertama adalah Identifikasi Tujuan dan Kebutuhan spesifik apa yang ingin dimiliki yang dapat ditingkatkan melalui teknologi. Ini bisa dilakukan dari meningkatkan produktivitas, tetap terhubung dengan orang yang dicintai, mengelola kesehatan, atau hanya tetap mendapat informasi mengenai kemajuan teknologi, tren, dan inovasi terbaru. Ini dapat dilakukan melalui banyak sumber. Pelajari Cara Menggunakan Teknologi. Luangkan waktu untuk mempelajari cara menggunakan teknologi dan software yang mendukung. Banyak sumber daya tersedia, termasuk panduan pengguna, tutorial online, dan forum komunitas. Pembelajaran berkelanjutan sangat penting dalam dunia teknologi yang terus berkembang. Tak bisa dipungkiri bahwa kita sangat membutuhkan teknologi dalam kehidupan apalagi di masa yang akan mendatang. Meskipun teknologi dapat bermanfaat, penting untuk mengelola waktu layar dan menjaga keseimbangan dengan interaksi dunia nyata. Kita perlu menyeimbangkan interaksi dunia nyata dengan waktu yang kita habiskan pada teknologi, karena seperti pada dasarnya, Arsitek tidak akan mendapat pekerjaan jika tidak berinteraksi dengan Client lain. 

Dan Sophia sendiri merupakan kecintaan kita terhadap Arsitektur. Sophia sendiri berpengaruh pada apa yang akan kita capai nantinya, sejak kecil kita membuat cita cita sesuai apa yang kita kagumi dan inginkan. Saya sendiri sejak kecil sangat menyukai gambar, bangunan, dan seni. Ayah dan kakek saya juga merupakan insinyur dan saya sejak kecil dibentuk agar mendapatkan bekal pada saat mengambil jurusan Arsitektur nanti. Dan saya sekarang sudah mengambil perkuliahan arsitektur. Dari keempat unsur tersebut, yang saya dapatkan dari NOUS adalah perbekalan, proses, hasil, dan kecerdasan dalam membagi waktu. Nous adalah kecerdasan pikiran. Ketika diterapkan pada kehidupan, “Nous” dapat memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan pertumbuhan pribadi.

Kategori
Teaching Tugas 2 - Reflection

Andika Jantoni- Reflection

Bagi saya, dalam perjalanan manusia menuju kebijaksanaan dan keunggulan intelektual, konsep Nous ini menjadi pijakan penting dalam memahami akal budi atau intelek yang membedakan manusia dari binatang. Khususnya dalam pendidikan arsitektur, konsep ini memperkenalkan mahasiswa seperti saya pada dimensi filosofis dan moral dalam merancang dan membangun ruang lingkup manusia. Dalam konteks ini, keempat kebajikan Nous, yaitu Episteme, Phronesis, Sophia, dan Techne menjadi pedoman esensial bagi mahasiswa arsitektur dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka, serta memahami peran etika, moralitas, dan seni dalam praktik arsitektural. 

Episteme adalah pengetahuan praktis atau kebijaksanaan yang berkaitan dengan tindakan manusia. Dalam arsitektur, episteme ini tercerminkan dalam penyelidikan rasional dan logis berdasarkan pada bukti dan argumen dalam mengembangkan konsep, teori, dan kritik arsitektur. Episteme ini juga mencakup pengetahuan tentang sejarah, konteks, dan perubahan arsitektur. 

Episteme sebagai bentuk pengetahuan praktis ini memperkenalkan kepada saya sebagai mahasiswa mengenai landasan teoritis dan praktis arsitektur. Dalam kelas, saya diajarkan oleh dosen mengenai konsep-konsep fundamental, mulai dari sejarah arsitektur hingga teknologi terkini. Melalui kajian ini, mahasiswa membangun pemahaman mendalam tentang perubahan budaya, sosial, dan teknologi yang membentuk arsitektur. Saya juga belajar menerapkan logika rasional dan metodologi berbasis bukti untuk merancang dan memahami bentuk arsitektural secara lebih mendalam. Selain dalam bentuk pelajaran di kelas dengan dosen, techne ini juga tercerminkan dalam kegiatan membaca buku mengenai konsep bangunan yang dibuat oleh seorang arsitek ataupun materi mengenai arsitektur, bisa melalui pameran seni arsitektur di mana para desainer atau arsitek memamerkan hasil karya mereka dengan media kertas ataupun maket, kunjungan ke bangunan bersejarah dan mempelajari bangunan tersebut, serta berinteraksi dengan dosen atau bahkan arsitek yang berpengalaman, entah itu bertanya tentang proses menjadi arsitek,  membahas proyek – proyek yang dilakukan oleh arsitek di dunia ataupun sekedar menanyakan tips berkarir dan menghadapi arsitektur. Semua ini menjadi dasar pengetahuan yang kuat dan dapat saya bawa dalam proyek desain nantinya. Namun, episteme tidak hanya sebatas pada pengetahuan teoritis. Episteme ini juga mencakup penerapan pengetahuan dalam konteks praktis, seperti melalui proyek-proyek desain dan simulasi kehidupan nyata. Saya sebagai mahasiswa diajak untuk merancang solusi berbasis bukti yang relevan terhadap masalah-masalah arsitektur kontemporer. Inilah yang memberi mereka keterampilan praktis yang kuat, yang merupakan dasar bagi pengalaman belajar yang holistik 

Contohnya sendiri adalah saat saya mewawancarai pak Baskoro Tedjo. Pada wawancara dengan pak Baskoro Tedjo tersebut, saya mendapatkan sangat banyak pengetahuan, mulai dari bagaimana arsitektur di zaman dulu yang pada saat itu belum ada software untuk modelling, kemudian mengenai arsitektur – arsitektur terkenal di dunia mulai dari Indonesia hingga Jepang, juga mengenai pengalaman pak Baskoro Tedjo sebagai arsitek dan prosesnya mulai dari alasan beliau menjadi arsitek dan hal apa saja yang beliau lakukan saat menjadi pelajar. Pak Baskoro juga mengutarakan pendapat – pendapatnya mengenai arsitektur di Indonesia, serta buku – buku yang sering beliau baca saat menjadi seorang arsitek, yang di mana beliau sering kali membaca buku yang ditulis oleh arsitek Jepang. Beliau juga menjelaskan kepada saya hal yang dilakukan oleh Jepang, yang bisa diaplikasikan ke Indonesia. Beliau menjelaskan bahwa Jepang, meskipun luas negaranya sendiri kecil, mereka mampu memanfaatkannya dengan baik. Mereka mampu memanfaatkannya untuk membuat perumahan yang efisien, dan juga membangun perkonomian negara mereka maju seperti saat ini. Pak Baskoro Tedjo mengatakan itu adalah salah satu hal yang bisa dipelajari Indonesia dari Jepang, yaitu memanfaatkan ruang dengan baik dan efisien. 

Phronesis adalah pengetahuan pengetahuan praktis atau kebijaksanaan yang berkaitan dengan tindakan manusia. Dalam arsitektur, phronesis diaplikasikan dengan membuat keputusan yang tepat dan bermoral dalam situasi yang dihadapi oleh arsitek dan pengguna atau pemilik bangunan. Phronesis juga mengandung nilai – nilai etis, sosial, dan budaya yang menjadi landasan arsitektur.  

Dalam situasi kehidupan nyata, arsitek dihadapkan pada berbagai dilema etika yang melibatkan tanggung jawab terhadap lingkungan, masyarakat, dan budaya. Phronesis membimbing untuk mengembangkan kemampuan membedakan antara keputusan yang etis dan yang tidak etis, serta memahami implikasi jangka panjang dari setiap keputusan yang diambil dalam konteks arsitektur. Melalui studi kasus, perdebatan etika, dan proyek-proyek yang menekankan nilai-nilai sosial dan budaya, mahasiswa dapat memahami kompleksitas moralitas dalam arsitektur. Di mana mahasiswa diajak untuk menggali pertanyaan-pertanyaan fundamental seperti bagaimana arsitektur dapat mendukung keberlanjutan lingkungan, mempromosikan inklusivitas sosial, dan menghormati warisan budaya. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya menjadi perancang yang terampil tetapi juga agen perubahan sosial yang bertanggung jawab. 

Contohnya sendiri saat saya menemani teman saya untuk mewawancarai arsiteknya, saya ada ikut bertanya mengenai pendapat beliau mengenai pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Saya bertanya apa tanggapan beliau mengenai pemindahan tersebut, dan beliau menjawab banyak sekali hal yang harus dipertimbangkan dalam pemindahan ibu kota ini, jadi sangat sulit dilakukan. Kita harus mempertimbangkan sirkulasi manusia, jalur pipa, para investor, bangunan apa saja yang dibutuhkan dan lain sebagainya. Mereka harus memikirkan bagaimana membuat kotanya tidak terasa panas dan sempit, bagaimana membuat sistem air kota tersebut baik dan masih banyak lagi. Nah ini merupakan pencerminan dari phronesis, di mana mereka harus memikirkan keberlanjutan kota tersebut. 

Contoh lagi di luar arsitektur, saya ada membuka komisi, yaitu menjual jasa menggambar entah itu digital atau tradisional. Pada komisi ini saya harus memikirkan apa yang diinginkan oleh customer. dia mau pose yang bagaimana, warna yang bagaimana, dan style yang bagaimana. Saya juga harus memilih mana komisi yang saya terima dan tidak, karena terkadang ada saja customer yang menginginkan gambar tidak senonoh, dan tentu saja saya tolak. Ini merupakan contoh dari phronesis di mana saya mempertimbangkan dampak dari karya saya kedepannya. 

Sophia adalah kebijaksanaan tertinggi yang mencakup pengetahuan tentang hal – hal ilahi dan manusiawi serta keberanian pribadi. Dalam arsitektur, sophia tercerminkan dengan menggabungkan pengetahuan ilmiah dan teoritis (Episteme) dengan pengetahuan praktis dan bermoral (Phronesis) dalam merancang dan membangun ruang – ruang yang harmonis, indah, dan bermanfaat bagi manusia dan lingkungan. 

Dalam praktiknya, ini berarti memahami hubungan antara manusia dan alam, dan mencari cara untuk membangun bangunan yang berinteraksi secara ramah lingkungan. Mahasiswa diajak untuk menjelajahi pendekatan-pendekatan inovatif seperti desain berkelanjutan, arsitektur hijau, dan integrasi teknologi terbaru untuk menciptakan lingkungan binaan yang ramah lingkungan. Dengan menggabungkan kebijaksanaan ilmiah dan nilai-nilai manusiawi, mereka menghasilkan rancangan yang tidak hanya estetis tetapi juga berdaya tahan dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Sophia ini juga mencakup keberanian kita dalam mendesain, di mana kita bereksplorasi membuat bentuk – bentuk yang unik tanpa menghilangkan fungsinya. 

Techne adalah pengetahuan tentang cara membuat atau melakukan sesuatu dengan baik. Dalam arsitektur, techne tercerminkan dalam penguasaan keterampilan, seni, atau kerajinan yang diperlukan untuk mewujudkan ide – ide arsitektural menjadi kenyataan. Techne juga melibatkan pemahaman teoritis tentang prinsip – prinsip, metode, dan teknik yang mendasari proses kreatif arsitektur. 

Dalam lingkungan pendidikan arsitektur, saya sebagai mahasiswa diberdayakan untuk mengembangkan keterampilan teknis dalam menggunakan perangkat lunak desain, memahami teknologi konstruksi terbaru, dan menguasai teknik pembuatan model fisik. Saya diajarkan untuk mengeksplorasi berbagai media, dari gambar tangan tradisional hingga desain grafis dan simulasi 3D, sehingga mereka dapat menyampaikan ide-ide mereka secara efektif.  Contohnya adalah saat mengerjakan tugas Pavilion. Di mana kami ditugaskan untuk membuat isometri, potongan, tampak dan perspektif dari desain yang kami buat, serta membuat maket dari desain kami tersebut. Selain itu juga kami ada ditugaskan untuk meniru denah, tampak dan potongan, memperbaiki apa yang salah dari contoh tersebut dan mempelajari strukturnya. 

Selain menggambar tangan, saya juga ada ditugaskan oleh dosen membuat model bangunan di komputer. Mulai dari yang 2D hingga 3D. Kami dibebaskan untuk menggunakan software yang ada untuk modelling arsitektur. Meskipun saya baru ditugaskan untuk mengikuti langkah – langkah yang ada di buku, tetapi tetap saja saya belajar dan melatih keterampilan saya. Ini adalah contoh pencerminan dari Techne, di mana saya melatih keterampilan menggambar dan modelling. 

Dalam keseluruhan, konsep Nous dengan empat kebajikan utamanya yaitu Episteme, Phronesis, Sophia, dan Techne, memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk pendidikan arsitektur. Kadar Nous ini pastinya akan berbeda pada setiap diri mahasiswa, meskipun begitu Nous ini tetap berperan penting bagi mahasiswa. Mahasiswa arsitektur dipersiapkan untuk menjadi arsitek yang tidak hanya terampil dalam merancang bangunan, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang sejarah arsitektur, etika dalam desain, peran arsitektur dalam masyarakat, dan keterampilan teknis yang kuat. 

Pentingnya konsep Nous dalam pendidikan arsitektur adalah bahwa itu tidak hanya menciptakan arsitek yang kompeten, tetapi juga individu yang memiliki pikiran terbuka, bertanggung jawab secara sosial, dan kreatif. Mahasiswa arsitektur yang memahami keempat kebajikan Nous mampu menggabungkan pengetahuan, etika, kebijaksanaan, dan keterampilan untuk menciptakan bangunan yang tidak hanya fungsional dan indah, tetapi juga memiliki dampak positif pada masyarakat dan lingkungan. 

Ketika mereka merancang bangunan, mereka mempertimbangkan aspek keberlanjutan, merancang untuk masa depan yang lebih baik. Mereka juga memahami pentingnya memelihara warisan budaya dan sejarah dalam desain mereka. Dengan demikian, mereka membawa konsep Nous ke dalam praktik mereka, menciptakan bangunan yang mencerminkan pengetahuan, etika, kebijaksanaan, dan keterampilan mereka. 

Dalam dunia yang terus berubah, di mana tantangan lingkungan dan sosial semakin mendesak, arsitek yang terlatih dengan prinsip-prinsip Nous memiliki peran yang sangat penting. Mereka bukan hanya merancang bangunan, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif. Mereka menghubungkan masa lalu dengan masa depan, membawa kebijaksanaan Nous ke dalam karya mereka, dan menciptakan dunia yang lebih baik bagi semua. Dengan pemahaman mendalam tentang Episteme, Phronesis, Sophia, dan Techne, mahasiswa arsitektur tidak hanya siap menghadapi tantangan dunia nyata, tetapi juga memiliki potensi untuk mengubah dunia melalui desain dan kontribusi mereka pada masyarakat dan lingkungan. Prinsip-prinsip Nous menjadi panduan yang kokoh dalam membimbing generasi arsitek masa depan menuju kebijaksanaan dan keunggulan intelektual yang sejati. 

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Angelina Dara Poskiparta – Get to Know Your Self

Nama saya Angelina Dara Poskiparta, panggilan saya Angel, saya anak pertama dari kakak beradik berdua, adik saya laki-laki dan beda 6 tahun dengan saya, saya lahir di Jakarta pada dua puluh sembilan Oktober dua ribu lima tetapi saya hidup di Bali sejak umur 3 tahun. Saya sejak kecil bisa dikatakan memiliki kehidupan yang nyaman. Ibu saya dari Solo dan adalah seorang kontraktor, ayah saya dari Finlandia, sebelum dia pensiun sempat menjadi Presiden Direktur Nokia cabang Jakarta. Pada zaman ketika Nokia masih merek besar, tidak seperti sekarang yang sudah terkalahkan merek-merek handphone lainnya. Ayah ibu saya sangat menyayangi saya dan selalu suportif dalam apapun yang saya lakukan. Saya bersyukur diberikan hidup yang bahagia selama ini dengan masalah minim, namun kalau ditanya apakah saya ada kesulitan hidup seringkali saya sendiri yang membuat sulit hidup saya. 

Sejak kecil saya ada kesulitan berteman, rasa cemas yang agak keterlaluan membuat saya berpikir keterlaluan, atau dengan kata lain sering “overthinking” ketika melakukan apapun. Sudah sejak muda itu menjadi kebiasaan yang buruk. Tapi ada bagusnya sedikit, overthinking itu, antara faktor-faktor lainnya menjadikan saya orang yang perfeksionis, walau kadang bisa termasuk keterlaluan.

Akibat sulit bersosialisasi, saya menjadi anak yang sangat rumahan dan baru saat kelas 3 SMA saya baru mulai merasa bisa keluar tanpa merasa aneh, merasa percaya diri, berani menjadi diri sendiri, dan belajar sosialisasi. Tapi saya rasa progress saya sejak itu tidak buruk. Saya nyaman dengan public speaking dan bersosialisasi dengan syarat saya sudah tahu sebelum saat itu kapan dan dengan siapa saya akan berbicara dengan, demi mempersiapkan mental. Bila tidak, saya adalah orang yang masih mudah panik, dan paniknya tidak hanya seperti “Aduh, bagaimana ya ini..” tetapi bisa parah sampai keluar tangisan. Namun, saya sedang berusaha berubah, janji. 

Bila ditanya apakah saya ada trauma atau kesulitan hidup, itu tidak bisa saya jawab dengan yakin. Seperti yang saya sebut sebelumnya, saya dari dulu memiliki hidup yang nyaman, kesedihan terberat saya saya rasa tidak “valid” karena pada saat itu saya mengidap penyakit yang memang bisa mengefek perasaan dan mental, hingga sekarang setelah sembuh perasaan sedih itu sudah tidak pernah saya rasakan walau saya masih bisa dikatakan lebih sensitif dari orang biasanya.

Bagi saya momen yang melekat pada saya salah satunya akan selalu menjadi ketika saya bersama keluarga pergi hiking di Norwegia demi sampai ke danau besar di tengah-tengah  pegunungan untuk mancing ikan salmon. Saat itu ayah saya mendapat ide untuk pergi memancing bersama, dia memang menyukai kegiatan memancing dan kebetulan ada kakak setengah saya jadi ayah saya semakin semangat untuk pergi bersama-sama. Kakak setengah saya maksudnya anak ayah saya dari ibu yang berbeda. Sebelum ke danau itu, kami harus mendapat izin memancing dulu. Di Norwegia harus memiliki izin memancing bila ingin mancing ikan salmon atau di danau yang agak terpencil seperti yang kami datangi. Izin itu kami akhirnya terima di hari sama kami pergi ke danau. Kami mulai jalan jam 9 malam dan sampai di danau jam 12, saat itu sedang musim panas jadi walaupun sudah tengah malam matahari masih cerah. Perjalanan menuju danau itu sangat melelahkan, hutan dan hujan diterjang, nyamuknya lebih parah lagi. Tidak hanya lebih besar nyamuk disana dibandingkan yang biasa ditemui di Indonesia, mereka lebih agresif pula. Jadi ketika jalan harus mengenakan topi khusus yang ada jaring menutupi wajah. Tapi, ketika akhirnya kami sampai danau itu, segala perjuangan dan kerja keras yang dilewati sama sekali tidak sia-sia. Tengah malam saat musim panas membuat langit terlihat seperti matahari terbenam sepanjang malam. Indah sekali tidak terlupakan. Danau yang bersih jernih, merefleksikan langit jernih indah malam itu, dikelilingi oleh bukit-bukit dan pemandangan pegunungan. Tidak hanya itu udaranya juga jauh berbeda, tidak sama sekali seperti di Jakarta. Sebelum disadari ternyata sudah jam 3 pagi dan harus segera balik. Diterjang balik hutan dan padang rumput yang hampir seperti rawa yang ada disana. Seru juga mancing malam musim panas. Saya dan adik saya berlomba-lomba mendapat ikan terbanyak, namun mancing lebih sulit dari yang kami kira, dan saya mengsaya adik saya yang lebih banyak dapat ikan. Meskipun tidak banyak jumlah ikan yang dibawa pulang,mayoritas ditangkap oleh kakak setengah saya, perjalanan tersebut tetap akan selalu menjadi momen yang tidak terlupakan. 

Banyak sekali cerita yang bisa saya ceritakan, namun tidak satupun yang kepikiran bila ditanya langsung. Jujur, saya memang pelupa tapi sepertinya baru-baru ini bertambah parah.

Sejujurnya, saya belum tahu apa tujuan hidup saya. Bisa dikatakan saya masih mencari-cari. Namun, saya tahu goal saya sehubungan dengan passion saya. Saya memiliki passion dalam seni dan menggambar, saya berniat bisa menguasai segala jenis seni visual yang saya mampu, misal melukis, seni tanah liat, menggambar manusia, hewan, dll. Karena itu juga saya memilih masuk arsitektur, supaya saya bisa memiliki kemampuan untuk menggambar dan mendesain gedung dan bentuk bentuk lain segala macam. Mungkin terpikir, kenapa saya tidak masuk jurusan DKV saja? Secara sederhananya, saya ragu dengan masa depan setelah lulus kuliah. Seperti apa kerja yang bisa saya lakukan, seberapa sulitnya mencari kerja itu, ditambah ditakut-takuti orangtua mengenai apa yang akan datang bila saya memilih DKV. Kembali ke goal saya, sehingga saat ini belum satupun bentuk seni visual yang saya benar-benar kuasai, tapi setidaknya saya sudah bisa banyak. Better a jack of all trades than master of only one.

Sebelumnya tujuan hidup untuk diri sendiri, sekarang tujuan hidup saya untuk orang lain saya rasa sejauh ini hanya untuk menolong sebisanya. Memang terdengar sangat “basic” jawaban saya, saya mengaku, tapi saya bermaksud sungguh-sungguh. Saya ingin menjadi teman yang selalu bisa didatangi untuk diminta bantuan, saya ingin mampu membantu keluarga saya dengan cara apapun kapanpun, ataupun membantu orang lain. Mungkin saya masih belum sepenuhnya mampu untuk membantu kapan saja dalam apa saja  tapi saya berusaha.

Saya memilih jurusan arsitektur untuk kuliah ada beberapa alasan pertama-tama berhubungan dengan yang sudah saya sebut mengenai tujuan hidup untuk diri sendiri diantara faktor lainnya, saya ingin memiliki kemampuan untuk menggambar dan mendesain gedung-gedung. Sekaligus mencari tahu lebih tentang gaya arsitektur apa yang saya sukai, apa nama gaya ini yang saya tertarik dengan, pertanyaan-pertanyaan yang saya miliki tentang mendesain dan membangun gedung busa terjawab dengan lebih detail diluar jawaban dari ibu saya. Memperluas wawasan dan memperluas pengalaman. Selain itu karena faktor keluarga, ibu saya, seperti yang sudah saya sebut sebelumnya, adalah seorang kontraktor, jadi saya sudah ada hubungan dari dalam mengenai dunia arsitektur dan bangun-membangun. 

Meskipun sudah kenal lama, cinta saya untuk arsitektur masih bisa dikatakan baru sedikit di bawah permukaan. Memang dari dulu saya suka melihat arsitektur yang berbagai macam, dan seringkali saya berhenti dan hanya memandang gedung-gedung atau bentuk-bentuk yang saya kira sungguh indah atau menarik, sebagai bentuk apresiasi. Namun, bila saya ditanya siapa arsitek kesukaan saya, atau gaya arsitektur apa yang saya sukai belum bisa saya jawab dengan yakin. Saya merasa belum mengetahui cukup mengenai arsitektur untuk bisa menjawab itu.

Untuk menutup saya ingin menceritakan tentang lagu kesukaan saya, atau dengan kata-kata dari formnya Pak Realrich, “lagu hits terhebat” saya. Menurut saya lucu penamaan itu. Jadi, lagu itu adalah Blueprint oleh grup kpop Stray Kids. Saya mengatakan ini dengan jujur saja. Mungkin saya dikira aneh memilih lagu Korea, mungkin terpikir pasti saya tergila-gila Korea. Tidak juga, saya memang menggemari grup ini tapi itu tidak satu-satunya alasan saya memilih lagu ini, saya memang benar-benar menyukai lagu ini. Dari melodinya, iramanya, arti yang dipegang, sampai orang-orang di baliknya yang sudah kerja keras membuat lagu ini. Blueprint menceritakan tentang perjuangan yang dimiliki dalam hati untuk mencapai segala impian dan keinginan diri sendiri. Misal dari liriknya “I always dream of my blueprint coming true / I’ll proudly achieve my dream” blueprint berarti suatu rencana tergambar biasanya berisi instruksi untuk membangun sesuatu, baik mesin, benda mekanis lainnya, atau bangunan. Dalam kasus ini blueprint melambangkan segala rencana, keinginan, dan impian yang sampai saat ini dipegang oleh diri. Bermimpi saat ketika blueprint itu akhirnya diselesaikan. “The bright dream shines upon me / It excites me, it always makes me smile / I’m going to keep running without stopping / I’m not going to get tired, I’ll keep running” Kapanpun saya merasa tidak bisa terus berjalan maju, tidak memiliki motivasi, dan merasa lebih baik untuk menyerah, lagu ini bisa dengan mudahnya menarik saya kembali untuk tetap bergerak. Melodi lagu ini menurut saya menenangkan sekaligus membuat saya bersemangat, kalau didengar pasti langsung mengerti maksud saya. 

Kemudian mengenai orang-orang yang menciptakan lagu ini. Biasanya dalam kpop tidak sering anggota suatu grup membuat sendiri lagu-lagu yang mereka tampil. Stray Kids termasuk salah satu grup yang menciptakan lagu-lagu mereka sendiri dengan bantuan minimal dari luar anggota sendiri. Dari menulis lirik, membangun melodi, irama, komposisi, aransemen, setiap lagu mereka ada bagian dalam proses penciptaannya. Terutama dalam menulis lirik, semua lagu-lagu mereka liriknya benar-benar ditulis oleh anggotanya sendiri, bahkan bila ada kolaborasi mereka tetap ikut campur saat menulis lirik, bukan produser lain. Jadi, lagu-lagu yang diciptakan mereka benar-benar dari perasaan-perasaan mereka sendiri tanpa campur tangan dari pihak lain. Faktor itu untuk saya hanya membuat setiap lagu mereka menjadi semakin berharga. Segala kesulitan dan kerja keras yang mereka lewati demi sampai titik ini, perasaan-perasaan mereka terasa nyata dalam lagu yang dibuat. Bagi saya perjuangan mereka menjadi inspirasi dan motivasi yang besar untuk melewati hambatan apapun.

Jadi, begitulah tentang diri saya. Saya telah saya telah bertumbuh, saya telah belajar, dan saya telah melalui banyak pengalaman. Dan saya tidak akan berhenti sekarang.

Kategori
Teaching Tugas 1 - Get to Know Your Self

Angelie Jasmine – Get to Know Your Self

Masa SMA yang dijalani di tengah maraknya permasalahan COVID-19 membuat masa-masa SMA kurang menarik. Sampai pada pertengahan SMA, semuanya mulai membaik dan mulai ada momen-momen yang terangkai indah. Tetapi waktu sudah sangat terbatas dan momen pada saat perpisahan adalah momen yang paling berpengaruh kepada diri saya. Ketika saya harus berpisah, untuk sementara, dengan mereka yang sudah memberikan memori dan pelajaran hidup dalam waktu yang singkat. Cerita SMA, dimana semua terasa berjalan begitu cepat, tetapi sudah harus memulai cerita baru dalam masa perkuliahan.

Hari-hari terakhir sekolah, kami mengadakan acara perpisahan yang diadakan di sekolah diawali dengan membuat hal-hal yang kami harapkan bagi diri kami dalam 20 tahun yang akan datang. Saya menganggap hal itu adalah sebuah doa dan target yang harus saya capai, dimana saya tidak lupa mencatat “menjadi arsitek yang sukses” dalam catatan time-capsule saya. Setelah mencatat, kami pun bersama-sama menguburkan toples time-capsule di depan sekolah, dan pada saat itu juga saya baru menyadari bahwa “this is it”, sebentar lagi kami semua akan berpisah dan memulai lembaran kami yang baru masing-masing. Memori-memori baik hanya tinggal dalam gallery, sedangkan yang buruk hanya bisa disyukuri dan dikubur jauh-jauh. Saya sadar, mungkin minggu depan kami sudah pura-pura tidak kenal atau menyapa sekedarnya saja. Hari itu tidak berhenti sampai itu saja. Kami pun mengadakan BBQ night. Malam itu adalah malam yang sangat menyenangkan bagi saya. Malam dimana semuanya akrab seperti semuanya berteman baik dan tidak ada kelompok-kelompok. Malam dimana kami semua makan malam bersama, menari dan menyanyi bersama, begitu harmonis. Angkatan kami adalah angkatan yang beruntung bisa merasakan prom night. Malam dimana saya bisa merasakan keakraban antar 2 angkatan dan sangat menyenangkan. Masa SMA pun tidak lupa ditutup dengan graduation yang membuat cerita SMA yang tadinya sangat hambar menjadi terdengar sangat menarik dan sempurna. Hari dimana kami benar-benar harus berpisah dan memulai yang baru. Hari-hari itu pun tinggal menjadi memori saja, hingga tiba di hari saya harus mulai merantau ke Jakarta dan memulai semuanya dari awal lagi. Lain daripada itu, saya pun menjumpai dan melihat orang-orang yang sangat menghargai kehadiran saya, dan saya pun yang sangat bersyukur dapat bertemu dengan mereka. Dihari saya mulai merantau, saya melakukan perjalanan dari Riau ke Jambi. 

Perjalanan yang ditempuh selama 8 sampai 9 jam melalui darat. Dalam perjalanan tersebut saya berjumpa dengan orang-orang baru dan saya mulai belajar untuk membangun komunikasi saya. Setelah bertegur sapa dengan orang-orang disana, saya pun melanjutkan perjalanan saya ke Palembang. Dimana saya bertemu dengan sahabat lama saya, dan itu adalah salah satu momen yang paling mengharukan bagi saya. Kami saling bertukar cerita dan bermain bersama. Lalu, setelah merangkai memori-memori indah, saya pun melanjutkan perjalanan saya ke Lampung untuk mengunjungi keluarga yang sudah lama tidak saya jumpai. Sebuah momen mengharukan pun kembali terangkai. Disanalah saya berjumpa dengan orang-orang yang turut mendoakan dan mendukung perjalanan saya untuk memulai pengalaman saya yang baru. Dan untuk menutup perjalanan panjang saya, saya pun berangkat dari Lampung ke Jakarta melalui pesawat. Saya sangat bersyukur dengan melihat perjalanan saya sangat diterima baik oleh banyak orang, dan juga dinanti-nantikan. Menurut saya, ini adalah langkah yang bagus dalam memulai pengalaman saya. Ditengah proses itupun saya belajar untuk berani berbicara dan membiasakan diri saya bertemu dengan orang-orang baru. Saya belajar banyak hal baru dan mengerti proses-prosesnya.

Lagu Taylor Swift – “you're on your own now” adalah lagu yang paling bisa menggambarkan perjuangan dan perjalanan saya dalam memulai kehidupan perkuliahan. Seorang anak perempuan yang merantau sendiri ke tempat yang baru, menjadi kekhawatiran bagi orang tua saya, tetapi saya pun berusaha membuktikan dan mempertahankan kepercayaan orang tua saya bahwa saya dapat berdiri sendiri walaupun masih dalam proses yang panjang pula. Membuat orang tua saya bangga adalah salah satu alasan saya untuk pergi merantau dan menjadi anak yang mandiri demi mendapatkan Pendidikan kuliah yang unggul. Bagi saya, “being on my own” adalah awalan yang menakutkan dan menarik dalam waktu yang sama. Menakutkan karena saya harus memulai semuanya sendiri lagi di tempat yang baru. Menarik karena saya bisa keluar dari zona nyaman saya, mendapat teman-teman yang baru dan seru, mendapatkan ilmu-ilmu yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya.

Selama menjalankan kehidupan perkuliahan Semester 1 sebagai mahasiswa Arsitektur di BINUS University, saya berjumpa dengan banyak hal. Saya berani untuk memulai percakapan dengan orang baru, memberikan ide-ide menarik yang saya miliki, menghargai pendapat, kehadiran, dan bantuan orang lain, dan bertanya mengenai mata kuliah yang tidak saya mengerti, entah itu kepada, kakak tingkat, dosen, maupun teman baru. Ditengah kesibukan kuliah, saya pun giat mencari tahu tentang UKM dan ke-Organisasian jurusan, dan juga mendaftar kerja sebagai education counselor sebagai kegiatan sampingan saya. Saya memilih mencari kesibukan yang kiranya dapat membuat saya tetap produktif walaupun dalam jam-jam kosong agar saya tidak menjadi orang yang malas-malasan. Disamping itu, saya pun belajar banyak untuk mengatur waktu saya, bersikap bijak dalam mengatur waktu dan keuangan, menjaga diri saya agar tetap sehat dengan makan yang teratur dan makan makanan sehat, juga melatih komunikasi saya dengan berjumpa orang baru melalui kuliah dan kerja. Dalam kehidupan yang singkat dan penuh tantangan ini, saya ingin menjadi "the best version of myself". Saya berprinsip untuk mengambil semua kesempatan yang ada dan berusaha untuk "memenangkannya" dengan memberikan seluruh "effort" saya, sesuai dengan porsi dan kemampuan saya.

Lebih baik gagal daripada tidak mencoba sama sekali. "I wanna be the best and survive" adalah motto dan motivasi saya agar terus berjuang. Bertahan hidup tidak selamanya menjadi yang terbaik, dan menjadi yang terbaik tidak selamanya bisa bertahan. Sehingga keduanya adalah dua hal yang sangat penting dan harus bisa dijalankan secara bersamaan. Selain itu, belajar dari kegagalan pun sangat penting. Saya yakin dari setiap kemenangan dan kegagalan pasti ada nilai yang dapat kita syukuri dan pelajari demi menjadi sosok yang lebih baik lagi.

Dalam jalan kehidupan, saya percaya, keberadaan diri saya tidak hanya untuk keegoisan diri saya sendiri, tetapi juga untuk mereka yang membutuhkan kehadiran saya. Saya sadar akan waktu yang sangat terbatas. OIeh karena itu, saya ingin berguna bagi orang lain dan lingkungan sekitar saya, bukan hanya melalui materi ataupun uang, tetapi juga melalui waktu dan tenaga yang bisa saya berikan kepada mereka. Hal ini menjadi salah satu alasan saya mengapa saya masuk arsitektur, yaitu karena saya ingin membantu menciptakan tempat tinggal ataupun bangunan-bangunan yang indah, nyaman dan dapat membantu perkembangan kehidupan manusia menjadi lebih baik.

Saya adalah Angelie Jasmine. Seorang mahasiswa jurusan Arsitektur di BINUS University. Saya adalah alumni SMAS Mutiara Harapan International School di Pangkalan Kerinci. Saya lahir di Pekanbaru dalam keluarga yang berkecukupan. Ayah saya bekerja sebagai pekerja kantoran dalam Complex dan Project Management di sebuah perusahaan. Sedangkan, ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga dan pebisnis. Mereka yang sangat menanti-nanti kelahiran seorang anak Perempuan pertama dalam keluarga kecil dan besar saya. Seorang anak perempuan yang menjadi anak satu-satunya dalam keluarga kecil ini, dan cucu perempuan satu-satunya dan terakhir dalam keluarga besar. Saya lahir menjadi anak yang dimanja dan sangat amat dicintai.

Dalam 18 tahun kehidupan saya ini, tentu saya pernah mengalami trauma. Pada saat saya SMA, ketika saya ingin menyampaikan pendapat saya, ada seorang teman saya yang pasti selalu menentang perkataan saya dan mementingkan pendapatnya sendiri, dan yang lain pun sontak mendukungnya, padahal sebenarnya hal itu terjadi karena masing-masing dari mereka memiliki maksud yang terselubung. Hal tersebut membuat saya menjadi sangat takut dalam berbicara dan memberikan opini saya. Saya menjadi seseorang yang takut salah ngomong dan memilih untuk tidak berpendapat sama sekali. Saya menjadi dikenal sebagai anak yang pendiam dan sampai pada akhirnya saya menyadari bahwa saya mulai kehilangan skill saya dalam berkomunikasi. Saya menjadi sulit untuk merangkai kata dan sering sekali tidak tahu harus bilang apa atau bagaimana cara menjelaskan sebuah hal simple karena saya berpikir terlalu tinggi dan banyak, sehingga membuat diri saya sendiri menjadi stress dan anxiety. Hal ini terjadi karena saya menjadi orang yang takut salah ngomong dan terkadang saya rela untuk diam daripada memberikan pendapat saya. Tetapi, saya menyadari bahwa saya harus bisa mengubah dan memperbaiki hal itu dan keluar dari zona nyaman saya, agar saya dapat berkembang dan menjadi “the best version of me”. Terlepas dari ayah saya yang merupakan sarjana arsitek, saya memilih arsitek dalam perkuliahan saya karena saya ingin seni bangunan saya dapat dipakai, digunakan, dan disukai oleh orang banyak. Ilmu arsitek sangatlah luas, tidak hanya seni dan matematika yang bagus, tetapi juga fisika, struktur, material, dan berbagai soft dan hard skills. Cara berfikir dan skills seorang arsitek pun adalah sangat mahal. Skills seperti komunikasi, kepemimpinan, mengatur waktu adalah hal-hal yang sangat dibutuhkan dalam apapun bidang kerja yang pada akhirnya dipilih. Saya ingin menjadi mengembangkan diri dan cara berfikir saya menjadi arsitek dikenal banyak orang. Saya ingin mendapatkan sertifikat legal membangun sebagai arsitek, agar saya dapat mengimplementasikan ide-ide saya ke dalam dunia nyata. Bagi saya, seorang arsitek yang berhasil itu adalah mereka yang membuat bangunan yang dapat mendukung keberlangsungan kehidupan manusia, hewan, tumbuhan, dan bumi secara utuh, sambil menciptakan suasana yang nyaman dan aman. Arsitek yang berhasil adalah mereka yang berhasil menarik perhatian orang dan bangunannya dihargai oleh orang banyak.

Saya kagum dan tertarik untuk mengetahui lebih jauh logika-logika dan konsep arsitektur, dan juga cara berpikir kritis dan kreatif seorang arsitek-arsitek terkenal. Dalam setiap bangunan yang saya pernah kunjungi, saya pasti selalu melihat sebuah bangunan dari sisi arsitekturnya dan bagaimana seorang arsitek bangunan tersebut menciptakan feel yang menarik dan suasana yang nyaman. Setiap kali memasuki sebuah ruangan, ruangan, dan lingkungan, saya bisa melihat nuansa dan memori yang tempat-tempat itu tinggalkan.

Kategori
Teaching Tugas 2 - Reflection

Angelie Jasmine – Reflection

Bagi saya, selama kurang lebih 3 bulan masa perkuliahan berlangsung, Introduction to Architecture adalah salah satu kelas yang mengajarkan saya tentang makna memilih karir sebagai arsitektur yang lebih luas dan dalam. Mata kuliah Introduction to Architecture telah memberikan saya tempat dan kesempatan, untuk bisa memahami dan mengaplikasikan cara berpikir dan bertindak sebagai mahasiswa, maupun sebagai arsitek di masa depan. Saya belajar banyak, tidak hanya melalui teori, diagram, maupun pandangan arsitek dan peneliti luar, tetapi juga melalui tugas-tugas yang dipercayakan kepada saya, seperti tugas mewawancarai salah satu arsitek wanita di Indonesia. Tugas ini membawa saya kepada pemahaman Teori “5 Virtues of Thoughts” dari buku “Nichomachean Ethic Book IV by Aristotle”, yang sangat luas dan variatif dalam kehidupan seorang arsitek.

BINUS University menjadi tempat dimana saya bertumbuh dan mengembangkan diri saya. Hal ini dikenal sebagai “Nous”. Universitas adalah wadah bagi saya dalam membangun kapasitas dalam pandangan dan cara berpikir, kapabilitas, kebijakan intelektual, bahkan juga etika. Bagi saya, universitas tidak hanya menyajikan ilmu pengetahuan di kelas, tetapi juga kesempatan bagi diri saya untuk keluar dari zona nyaman saya dan mencoba hal-hal baru. 

Saya mengenal banyak rekan-rekan mahasiswa dari berbagai jurusan, asal, dan latar belakang. Dengan sifat introvert yang saya miliki, saya harus bisa memberikan effort yang lebih dalam berkomunikasi dengan mereka, dan memberikan impresi yang baik kepada mereka. Hal ini terjadi karena rasa keingintahuan saya untuk mengenal mereka lebih jauh dan dalam lagi. Melalui hal ini saya dapat mengenal cara pandang mereka terhadap suatu hal, cara mereka menghadapi sebuah situasi, dan kapabilitas mereka dalam berpikir mengenai suatu masalah. Bagi saya, hal ini penting bagi seorang arsitek untuk mengobservasi klien mereka agar dapaat memenuhi dan mewujudkan kebutuhan klien mereka. 

Peran Nous itu sendiri, menurut pandangan saya, bukan hanya menjadi tempat, tetapi juga pengetahuan dan cara berpikir kita yang awal, atau biasa dikenal dengan “original mind”. Hal ini menjadi peran yang penting, karena menjadi tahap awal dalam pola pikir dasar seseorang secara rasional dan masih berasal dari ingatan memori asalnya. Dalam tahap awal ini, seseorang bisa mendapatkan kesadaran diri dalam mengukur kelebihan dan kekurangan, demi menembus batas diri kita di masa lalu. Berada di tempat yang baru, bersama orang-orang yang baru, menjadikan memulai komunikasi dan membangun relasi adalah hal yang sangat penting bagi diri saya. Begitu juga dalam arsitektur, seorang arsitek diwajibkan untuk memiliki skill komunikasi yang baik, baik dalam design, literasi, maupun dalam berbicara dengan orang baru, terutama klien, dan juga di depan umum. 

Nous dapat dipahami sebagai mandala, tolak ukur awal seseorang dalam mendalami sebuah profesi. Lingkungan dunia profesi, universitas, yang seseorang pilih dapat sangat mempengaruhi masa depan seseorang, baik dari segi gaya hidup sosial, ekonomi, maupun budaya. Oleh karena itu, titik mulai setiap orang dalam sebuah perjalanan karir itu berbeda-beda. Setiap orang datang dari latar belakang yang berbeda-beda yang membuat mereka menjadi diri mereka yang sekarang. 

Universitas sebagai wadahnya, tentu menyajikan ilmu pengetahuan bagi mahasiswanya. Dalam quadran Episteme, ilmu pengetahuan memiliki porsi yang paling besar yang seorang mahasiswa dapatkan. Hal ini dikarenakan, dunia pendidikan yang menerapkan sistem belajar dengan mendengarkan dan membaca yang lebih dominan. Akan tetapi, menurut saya, hal ini adalah sama pentingnya dengan praktikum, karena disinilah saya bisa mempelajari konsep-konsep dasar dan latar belakang sebuah praktek. Dalam kesempatan ini pun, mahasiswa dapat saling bertukar pikiran dan mendiskusikan pandangan mereka mengenai suatu masalah arsitektur. Bagi saya, ilmu pengetahuan yang berdasarkan atas pedoman arsitek, merupakan panduan utama bagi seorang mahasiswa dalam mengenal sebuah bidang. Hal ini dilakukan untuk menyatukan pemahaman setiap orang mengenai sebuah teori. Oleh karena itu, ilmu arsitek sangatlah luas. 

Selain Episteme, universitas pun menyajikan Techne. Quadran tersebut diambil dari ilmu pengetahuan yang diperoleh dari kelas yang menerapkan cara belajar praktik, seperti simulasi studio dan kuliah praktik dan profesi yang sifatnya opsional. Memilih arsitektur tentu merupakan langkah yang besar bagi saya. Dibalik latar belakang saya, keinginan saya untuk membangun sebuah bangunan utuh, dengan kesenian yang tinggi, dan dapat berguna bagi banyak orang, adalah cita-cita utama saya. Keinginan menjadi arsitek artinya saya memiliki komitmen yang besar untuk tidak berhenti sampai Sarjana 1 (S1) saja. Dalam perkuliahan S1, saya hanya akan mendapatkan pendidikan yang disimulasikan kedalam studio desain, dan hal itu tidak menjadikan saya seorang arsitek. Oleh karena itu, saya harus melanjutkan dan memperkuat ilmu pengetahuan saya dengan kuliah praktik dan profesi. Tetapi perjalanan menjadi seorang arsitek adalah proses dan usaha yang panjang, sehingga dimulai dengan masa perkuliahan dengan simulasi studio adalah permulaan yang baik. Hal ini adalah untuk merangsang pengetahuan, keterampilan, dan motivasi menjadi arsitek. 

Lebih daripada itu, melalui simulasi praktik dan studio ini mahasiswa dapat mengasah skills mereka dalam membayangkan dan menggambarkan sebuah desain dalam bentuk maket, maupun gambar sketsa. Mereka dilatih untuk mengasah keterampilan dalam common senses dan logically thinking mereka dalam menentukan fungsi, bentuk, ukuran, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, mahasiswa pun mempelajari menggunakan aplikasi-aplikasi untuk mendesain 2D, 3D, hingga rendering. Dalam kelas studio ini, mahasiswa tidak hanya diajarkan mengenai teori, tetapi juga mengasah soft dan hard skills mereka. Mereka dituntut untuk dapat membagi waktu dan mengumpulkan tugas-tugas dan ujian mereka dengan baik, teliti, dan tepat waktu. Seorang arsitek pun tidak akan bekerja sendiri di masa depan. Mereka akan bekerja sama dengan pekerja teknik yang lain juga, seperti teknik sipil, mekanikal, elektrikal, dll. Sehingga, dari masa perkuliahan ini mahasiswa diajak untuk bisa berdisksi dan bekerja sama, agar ilmu pengetahuan seorang arsitek bisa mengikuti ilmu pengetahuan dari berbagai bidang tersebut. 

Setelah menjalankan Quadran Techne, adapula Quadran Phronesis yang harus dijalani oleh mahasiswa arstiketur. Adapun Quadran Phronesis ini merupakan taktikal seseorang dalam bertindak di sebuah bidang pekerjaan. Di dunia arsitektur, hal ini tidak bersifat wajib bagi mereka yang tidak ingin melanjutkan karir nya dalam merancang dan memiliki legalitas untuk membangun bangungan. Bagi saya, memiliki sertifikat legalitas sebagai arsitek merupakan sebuah kunci pencapaian yang utama saya memilih arsitektur dari awal perkuliahan, dan dengan itu saya dapat benar-benar mengaplikasikan talent, skills, dan effort saya ke dalam dunia yang nyata. Hal ini pun dapat menghasilkan hasil yang bervariatif, dikarenakan sistem setiap universitas berbeda-beda. Akan tetapi, ketersediaan ruang untuk melatih kemampuan dan pengetahuan taktikal dalam masa perkuliahan sangat sedikit. 

Walaupun begitu, bagi saya, kuliah praktik dan profesi adalah penting untuk dijalankan. Nilainya bukan karena untuk bisa membangun, tetapi untuk menyatakan keinginan dan keselamatan manusia maupun lingkungan atas bangunan yang terbangun di masa depan. Menurut saya, hal ini adalah sesuatu yang harus dipertanggung jawabkan seorang arsitek ketika berbicara mengenai “sustainable world”. Tidak hanya keindahan bangunan, tetapi juga kontribusinya kepada orang dan alam sekitar. Saya percaya, menjadi arsitek bukanlah hal yang mudah. Menjadi arsitek bukan hanya menggambar, tetapi arsitek memegang kunci dari keindahan, kedalaman makna, kemajuan dan perkembangan dunia di masa depan. Dari kuliah praktik dan profesi inilah kita akan memahami secara nyata, usaha, waktu, dan tenaga dalam menjalankan suatu proyek kecil maupun besar. 

Hal-hal itu semua adalah penting adanya, dan semuanya dimulai dari diri kita sendiri. Quadran Sophia adalah korelasi keutamaan intelektual seseorang secara kebijakan teoritis dengan pengetahuan atas kebenaran tertentu yang dirinya miliki. Oleh karena itu, saya mengartikannya dengan perasaan yang ada didalam diri seseorang, yang berasal dari pemahamannya mengenai suatu hal dan keyakinannya terhadarap dirinya, sehingga menciptakan pribadi yang berani dan mencintai karya, bidang atau kegiatan yang dirinya usahakan. Sophia merupakan awal dari keyakinan diri seseorang untuk berani memulai sebuah karya. Dari pengertian ini, saya dapat mengerti bahwa hasil dari quadran ini sifatnya dapat bervariasi, karena setiap orang memiliki latar belakang mereka masing-masing, dimana hal yang telah mengubah cara berpikir mereka berbeda-beda. 

Dari Quadran Sophia, saya mengetahui bahwa ada faktor yang menyebabkan seseorang dapat berani dan mengambil keputusan. Faktor tersebut adalah berupa tekanan dan kegagalan. Sebuah hal yang sangat umum, karena dalam setiap proses perjalanan hidup, kedua hal itu adalah sesusatu yang membuat kita belajar dan bangun. Ditahap itulah seseorang dapat menjadi berani dan mencintai sebuah proses, bukan hanya sebuah usaha lagi. Seiring berjalannya waktu, seseorang memiliki goal, memberikan effort, mendapatkan feedback, dan tetap fokus dalam prosesnya. Akan tetapi, hal tersebut tidak akan bisa berjalan dengan lancar jika kita tidak menyeimbangkan waktu kita untuk beristirahat dan bersenang-senang sejenak. Dengan demikian, seseorang dapat fokus dalam mengembangkan skills mereka dan bekerja mencapai goals mereka. Dengan melakukan talent dan skill secara bersamaan, ditambah dengan effort, seseorang dapat mencapai achievement. 

Melalui pertemuan saya dengan Ibu Mei Mumpuni, saya belajar mengenai banyak hal. Mendapatkan kesempatan untuk bertemu salah satu arsitek wanita di Indonesia adalah kesempatan yang sangat besar bagi saya, untuk mengetahui pengalamannya bergerak dalam bidang arsitektur. Salah satu quadran yang Ibu Mei ajarkan adalah Quadran Sophia. Dalam perjalanan Ibu Mei sebagai arsitek, beliau mengatakan bahwa beliau tidak memiliki support system. Beliau bermodalkan pengetahuannya, kemampuannya dalam menggambar, dan keyakinan dan keberaniannya sendiri untuk mengambil langkah tersebut. Beliau pun mengatakan bahwa jika passion atau keinginan kita sudah benar dan kita menikmati melakukakannya pasti bisa dijalankan dengan baik, tanpa stress. Hal ini pula yang menyakinkan saya dalam memilih arsitek.

Dalam perbincangan kami, Ibu Mei pun bercerita tentang bagaimana pada masa beliau kuliah, beliau tidak turut aktif dalam kegiatan himpunan. Tetapi beliau juga mengatakan bahwa tidak ada salahnya mengikuti kegiatan himpunan, semuanya tergantung dengan diri kira masing-masing. Jika kita membutuhkan himpunan sebagai jembatan kita untuk menjalin relasi dan melatih kemampuan komunikasi kita, hal itu adalah sangat penting. Tetapi bagi Ibu Mei, ia sanggup untuk berkomunikasi dengan baik tanpa harus berkecimbung dalam kegiatan berorganisasi. Keyakinan Ibu Mei dalam hal ini sangat membuat saya tertarik untuk mengenal lebih dalam. Sampai pada saat ini, Ibu Mei aktif ikut serta dalam sayembara, dan darisitulah beliau dikenal banyak orang dan memiliki relasi. Hal ini adalah bentuk keberanian Ibu Mei yang sangat menginspirasi bagi saya. 

Selain itu, Ibu Mei juga mengatakan bahwa kita tidak boleh hanya membaca buku, tetapi kita juga perlu langsung mengujungi tempat-tempat dengan bangunan-bangunan arsitektur yang menginspirasi. Hal ini dapat berada dalam Quadran Episteme, dimana kita mempelajari ilmu pengetahuan arsitektur, tetapi dalam hal ini secara langsung. Dalam mandala perjalanan atau Nous pun kita dapat mengerti bahwa dengan mengeksplor bangunan-bangunan arsitektur yang memiliki arti yang dalam, sejarah yang menarik, dan seni arsitektur yang luar biasa, kita dapat merasakan secara langsung kekayaan dalam bangunan tersebut. Begitu luas dan beragam ilmu arsitektur yang harus dipelajari dan dikembangkan.

Kategori
Teaching Tugas 2 - Reflection

Angelina Dara Poskiparta – Reflection

Intuition. “an ability to understand or know something immediately based on your feelings rather than facts” (Cambridge Dictionary) This is an ability which every human has, in fact it is an ability every human needs considering that every human is born with no knowledge of the world. Intuition is what saves them from doing things which possess various possibilities of harming them, whether mentally or physically. Intuition is a feeling which can be trained and grown using knowledge and experiences. To the point in which most often, humans don’t remember why something must be done or must be avoided yet they know that it must be that way no matter what. Intuition is what make sense of the world when facts fail to reveal itself, as it is more often than not, purely based on feelings and human moral psychology.

Ironically, this definition goes against the great philosopher, Aristotle’s, way of thinking about intuition. Aristotle categories intuition as something logical and metaphysical. From here he divides it again in parts, one of which is nous or understanding. 

Nous is “a virtue of thought concerned with first principles of scientific knowledge; not action. While partly built up through experience, people also seem to have an intuitive ‘natural consideration, comprehension and judgement’” (Jun 2021, Kristjánsson) From this statement one can understand that understanding (nous) is not a purely feeling based thing, like intuition, in fact it is something built upon scientific factual knowledge. However, it can and is affected by intuition. As it is vice versa as well, intuition can be affected by knowledge and understanding, understanding can be affected by intuition.

In life, this is unavoidable, as humans never stop trying to understand and learn anything and everything around them nor do they stop trying to survive. This is the way in every setting including, if not especially, during one’s university studies. This is the time in life when people face various new experiences and issues for the first time ever. Constantly learning and understanding new things, whether academically or generally. How to live on one’s own, how to handle stressing situations alone, how and what to learn for one’s studies, how to handle one’s new teachers and each of their specific characters, how to do this and that and this and that. So, how do these moments in life connect with nous?

As per Aristotle’s “Nichomachean Ethic Book IV”, Nous is made into four parts. Those four parts being: Episteme meaning knowledge, Phronesis meaning practical knowledge/wisdom, Techne meaning craft or art, and Sophia meaning wisdom. 

Firstly, dissecting the meaning of episteme. Episteme may also be translated as scientific knowledge at times, however in this context, scientific does not hold the same meaning it usually does. Instead the word is there to stress that the knowledge is certain, perhaps even factual. Episteme in the setting of the university experience is the academic knowledge which one receives. This plays a majorly large part in university since the main reason one goes there is to further one’s studies. One’s episteme can be sharpened and grown by keeping on learning and learning. A few forms of learning sources one would come across include books, textbooks, verbal teachings, presentations, seminars, coursemates helping out each other for a variety of questions because they hadn’t remembered to ask the teacher. The entire world becomes one’s library, it’s incredible, truly. 

In actuality, this applies not only to episteme but to phronesis as well. Phronesis as mentioned before is practical knowledge. So, whereas episteme is “textbook” knowledge, phronesis is knowledge which one can apply directly to life. It ties closely with techne, which means craft, as to put in practice techne one first needs phronesis. Without knowledge on how to do something in what way would one do anything? Yet, they are still two distinctly different points. Through understanding Aristotle’s teachings, it is found that since both phronesis and techne are points “which deal with contingent reality, form (scil. true) opinions. In the case of technê, the opinions are the basis for production; and in the case of phronêsis, the opinions are the basis for living well” (Parry,2003). Once again comparing in a university setting, phronesis would mean knowledge for living, for survival. Every waking moment becomes a phronesis learning moment. How to do one’s own laundry, how to manage one’s time as best as possible for each day, how to plan regular meals with no fail, these are only very few of the many examples. During university is the period when people mature the most, when they learn the most, preparing for adulthood and all its challenges. Not to mention the academic aspect of phronesis, this would include the gap between knowledge received from classes and in real life practices. Although, it’s not very broad as university classes are dominated by theoretical learning.

Expanding more on techne, as it is the form of craft, it is the work of bringing something into existence. Producing so to have tangible progress and results. Most times without realising it, this is happening all the time. Anything that is done which can or will affect other aspects of the world even in the smallest ways means that one is partaking in techne, because the results are always tangible. If one can sense the difference using any of the five senses then it is the result of techne. But perhaps it’s better to narrow it down for now, to a university setting. Techne is prevalent during studio simulations, practising doing actual work based on the knowledge acquired so far. In the architecture major for example, techne is when one is practising drawing site plans and structural work, as well as a model for the building(s) one designed. Another example of techne in university, unspecific to any major, could be when given assignments which involve other people, such as interviews, surveys, socializations, and so on and so forth. 

Finally, regarding sophia, which means wisdom. “Aristotle considered sophia to be theoretical wisdom.”(Dennison,2013). This would mean while just “wisdom” holds meaning closer to “common sense” and “good judgement”, sophia would hold closer meaning to “scientific knowledge, combined with intuitive reason, of the things that are highest by nature” (Aristotle, Nicomachean Ethics VI) or in simpler words, based on personal understanding, proven logic. This means sophia ties closely with episteme, as through theoretical knowledge one can acquire theoretical wisdom. 

 Once again, this point is prevalent in the university experience. Sophia is mainly used during discussions and forming opinions. In university, being the breeding grounds for new opinions and constantly creating new discussions, it is surely with no doubt people use sophia everyday. That is, if those participating truly use proven logic in their arguments, instead of just throwing things out there with no basis whatsoever.

University is surely a difficult yet fun period of time for most and the sudden change in environment can, and do, affect previously high school students quite a lot. Many even ending up needing more time to finish or even finally dropping out entirely.

 In a less general note, students who have had to go through school during the COVID-19 pandemic are surely some of the most impacted people by the transition to university from high school. From once not being able to even step outside of home to do anything let alone learn, to suddenly anything is able to be a learning possibility. However this impact isn’t one hundred percent positive for them, experiencing a wide variety of learning methods and practical assignments for the first time also means that they are not used to these methods and assignments creating more difficulty in adapting to university life. Unlike the students who were lucky enough to experience these new learning methods and assignments gradually, through smaller scale, before stepping into university, the students born of the pandemic have their work cut out for them. 

Personally, I am a victim of this. Going through the pandemic, never allowed to leave home, schooling only being done online, and finally when we were allowed back offline it was only for a very short time, not to mention having strict parents which made it even more difficult to get out and about at the time. However, there is also a silver lining to this. I am now more excited than ever to face the world head on, perhaps even more than students who didn’t experience the pandemic’s heavy impact. Despite university life having it’s ups and downs, I don’t mind them and instead embrace them. I truly am happy to be able to experience all this, even though it’s only been a short while, it has given me the experiences which I have craved during my high school years. Learning using practical methods like that of making models, going out with friends which I was never able to do before the way I do now, my newfound freedom and knowledge of the world and the environment around me. It has truly been exhilarating.

To conclude, by understanding and utilising the mentioned four points, university students can learn to be able to get through and handle any challenge university life may throw at them, as well as in life after university. Episteme for academic knowledge and understanding, Phronesis for non theoretical knowledge or “street smarts”, Techne to apply the newfound knowledge in real life, and finally Sophia to aid in making the best decisions possible using proven logic and not just instinct. These are the four points of Nous.