Kategori
blog

Heavenrich, selamat datang Surga

Ketika Kehamilan Laurensia sudah memasuki minggu ke 38, minggu tersebut adalah minggu kelahiran anak kami. Ini adalah kehamilan yang ke 6 bagi Laurensia. Laurensia sudah terbiasa dengan pulang pergi ke dokter kandungan untuk menanyakan kondisi kehamilan untuk kemudian pulang dengan kesedihan, begitupun kali ini kami pulang dengan ketakutan, takut karena kondisi bayi kami dan masa depan yang tidak bisa terprediksi, kehamilan kedepan, dan persentase keberhasilan yang rendah yang menjadi ketakutan kami.

Miraclerich lah yang mengatakan ke kami bahwa bayi kami adalah laki – laki bukan perempuan seperti USG yang dilakukan ke dokter kandungan ke Laurensia sebelumnya. Setiap malam, ia mendoakan adiknya supaya tetap sehat, di tengah – tengah suntikan yang perlu dilakukan setiap hari ke perut Laurensia, senyum, pelukan, doa Miracle menjadi senyum tersendiri bagi Laurensia. saya percaya bahwa “Tuhan mendengarkan doa dari anak – anaknya.”

Dulu Cherry, anak pertama kami, di dalam ketiadannya menyisakan kesedihan, lubang yang menganga ketika ia tiada. Saya percaya anak Tuhan tetap menjadi malaikat. Mata ini berair ketika mendengar doa Laurensia. “Tuhan apabila masih diberikan kesempatan, berikanlah satu orang malaikatmu untuk menemani kami.”

Berulang kali Laurensia menanyakan tentang nama anak kedua namun saya tidak menjawab karena nama itu muncul karena nama Heaven atau surga itu ibaratnya ada di antara kehidupan dan kematian. Mungkin saya hanya tidak rela kehilangan orang – orang yang saya cintai karena makna ganda tersebut. Saya hanya terlalu jauh berpikir antara makna surga dan dunia. ya nama bayi kami Heavenrich panggilannya even yang berarti begitu ia muncul surga akan datang ke sekitar dirinya. Heaven, heaven, nama yang mengingatkan tempat dimana anak – anak yang menjadi malaikat.

Hari itu, hari rabu pagi kami menginap satu malam dengan protokol COVID, pergi ke rumah sakit Graha Kedoya dengan masker, ia masuk ke kamar operasi jam 06:00 pagi, perawat mempersiapkan dan kami berdoa.

Keesokan dini hari, Laurensia pun dibawa ke ruang operasi dan saya ditemani pak Misnu menunggu di ruang tunggu di depan pintu ruang operasi. Saat – saat itu adalah saat – saat terlama untuk menunggu, waktu sekarang berhenti. Saya ingat Pak Misnu yang sudah ikut keluarga kami dari saya belum lahir, totalnya lebih dari 38 tahun dan sekarang membantu saya dan Laurensia. Ia sudah seperti ayah saya sendiri. Ia ada di dalam kelahiran Miraclerich, ketika saya rapat pertama di dalam perintisan studio, ia menemani menemui klien pertama, menemani proyek terbangun pertama, ia juga yang menemani untuk ikut survei ke daerah Taman Villa Meruya, tempat tinggal kami sekarang. Dan sekarang ia menemani saya lagi. Pak Misnu ada di saat kami sedih dan bahagia. Saat – saat ini saya tidak mau berandai – andai hanya berdoa semoga semua bisa selesai dengan baik.

10 menit berlalu,..

20 menit,…

30 menit,…

45 menit,…

50 menit,..

kemudian ada panggilan

“Pak, bayinya sudah keluar.”

Suster perawat memanggil, dan disitu sudah ada dokter Bertha yang menunggu dan menjelaskan bahwa semua baik – baik saja.

Heavenrich sudah lahir, berkulit putih bersih dengan berat badan 3.3 kg. 1 jam kemudian, Laurensia keluar dan saya pun bersyukur. Hari yang baru untuk keluarga kecil kami. Matahari bersinar cerah, setelah berkat (Miracle) hadir di dalam curahan Tuhan yang berlimpah (rich) kemudian surga pun datang ke dunia, kami adalah orang yang beruntung bisa dititipkan malaikat Tuhan untuk memberikan kidung surga.

Terima kasih Dokter kandungan kami namanya Dr. Raditya Wratsangka. Sungguh saya bersyukur semua bisa selesai dengan baik dan sekilas saya bisa melihat di samping dokter Bertha, Cherry muncul menemani dan menjaga Heaven.

Kamu sudah besar ya nak, papa kangen kamu, terima kasih ya sudah menemani mama dan adikmu.

Kategori
blog lecture

Kebudayaan dan Masa Depan: Merancang Arsitektur Rumah Panggung Masa Depan?

Pada tanggal 9 Maret 2023 kemarin, kami berbagi mengenai pendekatan desain dengan tema “Kebudayaan dan Masa Depan – Merancang Arsitektur Rumah Panggung pada Masa Depan” bersama moderator Kumbang Bernaung yang merupakan lulusan @kampusbudiluhur @arsitektur_ubl didalam rangkaian acara @kanvas_ubl. Kumbang adalah lulusan @omahlibrary yang kami banggakan dan senang sekali kami bertemu dengan dia kembali.

Didalam tema ini saya mencoba memberikan cerita tentang bagaimana saya mencoba melihat Indonesia dari hal yang sangat personal dan juga hal yang sangat publik. Jadi mencoba untuk mempertanyakan banyak hal. Kalau melihat Indoensia terdapat beberapa signery, kalau kita melihat postur badan, setiap orang punya idealnya masing-masing, di dunia juga ada beberapa postur badan. Kenapa hal ini penting? Karena ini kaitannya ke Rumah Panggung, kita tau ada Vitrivius yang gerakannya seperti huruf “V”, kalau kita membentuk huruf “V” yang kita tarik kebelakang kemudian punggung kita sakit, itu berarti kita forward neck.

Jadi problematik tulang belakang seperti rumah panggung, bukanlah tulang itu sendiri, tapi adalah otot yang menyangga tulang tersebut. Kita melihat Vitruvius seperti Architype Yunani Kuno. Kita lihat di India atau China, dimana kebudayaan Indonesia berasal dari migrasi dari laut China selatan. orang yang sedang berlutut memberikan mudra seperti yoga, bersila dan belakangnya rata, nafasnya melalui perut, diam dan perutnya kencang barulah muncul postur yang ideal. Mulai rata dan ada sebuah pelatihan kuda-kuda. Di Indonesia ini, kalau ada foto-foto budaya banyak orang yang jongkok dibawah, mendekatkan posisinya ketanah supaya tidak jatuh. Kalau jatuh pada bangunan iyu adalah fatalitas. Jadi postur itu sendiri ada berbagai macam rupa, tapi pernah tidak kita lihat apakah kita sudah punya postur yang sangat baik atau belum?.

Mempertanyakan kontek Indonesia berarti kita melihat bahwa Indonesia adalah budaya dan iklim yang ada dua musim. Sudut mataharinyapun berbeda, dia ada dari utara dan selatan, beda dengan Paris, Norwegia, ataupun Finlandia ya matahari itu kan dari selatan. Oleh karena itu Hagia Sophia sangat panjang dan tinggi suapaya matahari bisa masuk kedalam inti dari bangunan, makanya ada banyak lubang cahaya. Nah hal-hal seperti ini menjadi penting.

Jadi rumah panggung ada kaitannya dengan cara hidup dan budaya yang ada komunitas didalamnya. Tapi tidak sesimple itu, kamu lihat rumah panggung didalam konteks keadaan kota yang sekarang. Karena kalau semuanya dibikin rumah panggung 1 lantai dengan teman-tema arsitektur vernakular, tidak cukup lahan kita. Jadi pertanyaannya bagaimana?. Saya masih meyakini bahwa konsep rumah panggung adalah salah satu konsep terbaik yang kita punya, yang perlu di kontekstualisasikan dengan arsitektur masa depan. Masuknya buday luar ke Indonesia itu dilihat dari lautan dan dari daratan, karena kita dikelilingi oleh lautan. Tapi rumah panggung yang di daratan dan lautan itu memiliki problematika yang berbeda-beda, dan materialnya juga berbeda-beda, dari pemakain kayu besi, kayu biasa, kayu kecil dsb, itu berarti ada intervensi dari sesuatu yang tidak pada akar kita unutk masuk pada akar kita dan mempengaruhi secara langsung.

Hal tersebut memunculkan beberapa pertanyaan, apakah arsitektur Indonesia lebih baik daripada arsitektur barat? atau sebaliknya. Dan bagaimana posisi Indonesia didalam konstelasi arsitektur timur?. Aslinya Indonesia adalah sebuah negara yang sangat beragam, hibrida, yang akan menjadikan relasi, bagaimana ketakutan-ketakutan kita sebagai bangsa perlu untuk dihindari dan kita menghadapi, apa sih yang kita sedang cari?.

Permasalahan kota itu benar adanya sehingga perlu menempatkan arsitektur panggung pada tempatnya menurut analisis saya pribadi. Jadi permasalahan kota ini tidak bisa dianggap remeh karena sehar-sehari kita menghadapi permasalahan tanah, budget, gempa, banjir. Dan kita butuh justifikasi, apa itu arsitektur panggung?.

Jadi di lecture ini kita akan mencoba menelisik akar-akar arsitektur Indonesia kita. Didalam teori arsitektur oleh dowin numerik, belum tentu arsitektur itu terbentuk dari sebuah proses yang sangat sederhana. Proses untuk menopang siku-siku tenda membentuk segitiga-segitiga yang membentuk sebuah bangunan, dan kemudian bentuk itu bertransformasi, kemudian direvisi lagi menjadi sebuah tren. Tren itu punya sebuah persepsi juga dari publik tentang ekspektasi sebuah arsitektur. Tetapi didalam proses sebenarnya kita perlu merenungkan kembali dari proses menuju satu, menuju kebawa. Dari situlah persepsi kita semua terhadap rumah panggung. Apakah kita malihat rumah panggung hanya sebuah sebagai sebuah tren saja, sebuah bentuk saja, ataukah kita merunut satusatu mana yang penting sebenarnya untuk kita ambil hari ini.

Olah karena itu saya akan membicarakan bagaimana sebuah imaginasi itu mencul melalui hal-hal yang cukup popular dan membawakan nilai yang positif bagi kita. Seperti film-film disney seperti Marvel of united, membawa beberapa inspirasi nusantara kedalam bermacam-macam dunianya dan akhirnya memiliki banyak dunia, banyak tempat, sitsuasi dan kondisi. Dan itu adalah alam imaginasi. Dan sebenarnya pendekatan kita adalah akar kita. Banyak ilustrator dari Marvel of united itu muncul dari Indonesia dengan semua peradabannya. Kita punya 9 kebudayaan besar yang sudah mengakar sampai sekarang, dan terpecah dibanyak pulau. Dan beberapa budaya vernakular itu masih aktif sampai sekarang. Dibeberapa negara di eropa itu sudah tidak aktif lagi.

Di Indoensia, diranah ketertinggalan dan kemajuan kita mendapatkan sebuah referensi budaya-budaya yang masih aktif, masih mengakar, masih diajalankan, dan itu bisa kita rasakan secara langsung. Dan inilah alam imaginasi bersama. Sehingga begitu kita berbicara tentang geografis yang dilaut ataupun didaratan, itupun jadi tidak menjadi persoalan.

Mempertanyakan Rumah Panggung sebagai Masa depan Arsitektur Kita?

Lirik lagi “Panggung Sandiwara – Nike Ardilla”:

Dunia ini panggung sandiwara
Ceritanya mudah berubah
Kisah Mahabrata
Atau tragedi dari Yunani
Setiap kita dapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran wajar
Dan ada peran berpura-pura
Mengapa kita bersandiwara?
Mengapa kita bersandiwara?
Peran yang kocak bikin kita terbahak-bahak
Peran bercinta bikin orang mabuk kepayang
Dunia ini penuh peranan
Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan

Disana Kami belajar bahwa kebudayaan dan masa depan adalah bagaimana menjembatani dan fokus ke hal-hal yang terus mengakar membawa nilai budaya yang semakin kuat, dimulai dari keseharian di dalam berpraktik dan mampu membuat ketakutan dan nilai di dalam diri seseorang menjadi sumber untuk jiwa bertumbuh dan beregenerasi. Rumah panggung di dalam konteks ini hanyalah sebagian cerita dari jembatan – jembatan kehidupan yang kami jalani di dalam waktu yang terbatas.

1001 cerita
Sejuta rasa
Di dalam 99 persen
proses yang tidak pernah selesai

Kategori
blog lecture

Konsistensi Merancang Konsep Desain hingga Perwujudan ?

Tanggal 7 Maret 2023 lalu, saya diundang mengisi kuliah umum studio perancangan arsitektur di @maranathaarsitektur. Tema dari seminar ini “Membangun Konsep Desain Arsitektur yang Konsisten hingga Perwujudan Desain”

Tema ini mengingatkan saya pada proyek Rumah Gading Tower, pada saat itu saya ditelfon oleh klien, beliau menyakan “Mau ya pak mendesain rumah kecil sepeti ini?”. Kadang kami heran, mungkin ada persepsi bahwa yang kita kerjakan adalah proyek-proyek besar semua. Akhirnya saya mendapat empati bahwa pasangan klien ini sangat percaya kepada kami. Setelah itu kami berkomitmen bahwa apa yang dikerjakan disini adalah sebuah kolaborasi antara kami dan klien.

Banyak dari klien kami yang bertanya hal serupa, “Kenapa mau totalitas dalam mendesain rumah diatas lahan yang kecil?”. Menurut kami, bukan masalah mau tau tidak, tapi bagaimana sebuah proyek menjadi ruang untuk bertumbuh bagi klein dan juga kami. Jadi bukan masalah kecil atau besarnya proyek, tetapi apa nilai yang bertumbuh disana.

Arsitektur yang kami buat, secara visi bisa untuk banyak hal dan banyak orang. Di proyek ini lucu, kami mengeksplorasi letak tangga yang dipinggir sehingga bisa menjadi efisiensi diatas lahan yang tebatas. Pengolahan bentuk-bentuk jendela setelah lingkaran yang membingkai keseharian ketika sedang memasak dan bisa menjadi tampak bangunan. Dan penempatan lubang-lubang cahaya dan udara yang membuat bentuk kotak padat. Bentuk massa yang tinggi menjadi terbuka sehingga mendapat sirkulasi udara dan matahari secara langsung.

Penyadaran bahwa konsistensi didalam berarsitektur dimulai dari sebuah visi untuk melayani dan bagaimana arsitektur bisa dinikmati banyak orang dan menumbuhkan banyak hal. Dipupuk dari attitude didalam mendengarkan klien, kemudian hal tersebut menumbuhkan kepercayaan diatara klien dan arsitek dan berevolusi menjadi komitmen bersama. Darisana proses yang begitu intensif dimulai, antar designer dan klien, desainer dan crafsman, hingga operasional dengan seluruh stakeholder.

Kategori
blog lecture

Empathy in Architecture – Training the Soul

Hari Kamis, tanggal 23 Februari 2023 lalu saya diundang mengisi kuliah umum studio perancangan 8 oleh Universitas Tarumanegara sceara offline. Tema dari kuliah ini “Empathy in Architecture – Training the Soul”

Kami mencoba menarik akar dari tema tersebut, dari mana sebuah empati bisa muncul?. Di dunia digital saat ini banyak sekali informasi masuk melalui gadget kita, darisana dapat memunculkan sikap simpati yang menunjukkan kepedulian kita terhadap orang lain, kondisi sebuah emosi yang berjarak. Darisanalah empati terasah untuk muncul, berusaha merasakan yang orang lain rasakan lebih dalam dan tanpa jarak. Namun, apakah sikap empati cukup didalam berpraktik arsitektur? Jawabannya tidak cukup. Didalam membangun arsitektur diperlukan lebih dari sekedar emosi, tapi juga action atau kasih sayang berupa tindakan yang penuh dengan keringat dan air mata.

Didalam berpraktik arsitektur dibutuhkan kemampuan beradaptasi seperti bunglon, yang menjadi dasar sebuah brikolase. Brikolase seperti menyamar dan kemudian menjadi bagian dari orang lain, sampai blending. Hal tersebut diperlukan didalam proses desain hingga aktualisasi disain.

Didalam perjalanan panjang berpraktik, kami membagi proses perjalanan ini kedalam 3 fase: Yang pertama art, kedua detailing proses, dan ketiga supervising. Didalam fase Art atau tahap conceptual design, kita akan mengalami 5 kondisi. Dari mulai menghadapi ketakutan atau fear dan munculnya defensif atau perasaan yang muncul akibat menerima kritikan dsb yang menyebabkan munculnya vulnerability atau kerapuhan dari dalam diri. Ibarat lautan, di kondisi seperti ini kesakitan-kesakitan itu muncul hingga membuat kita jatuh kedasar paling dalam. Kondisi-kodisi yang kadang kita anggap sebagai proses gagal inilah yang sebenarnya akan membuat kita tumbuh dan muncul kembali kepermukaan.

Fase yang kedua adalah detailing proses atau tahap aktualisasi dari sebuah art. Fase dimana setiap detail pelaksanaan diimplementasikan dan diperbincangkan, seperti material, waktu, kendala konstruksi, hingga sisi operasionalnya.

Terakhir merupakan fase supervising, dimana ketika kita ke lapangan, kita akan menemukan kondisi-kondisi tidak tertebak atau tidak pasti. Terkadang menemukan kesalahan-lesalahan tukang, klien yang berubah-ubah dsb. Fase ini menjadi sangat penting, kita harus melewati fase detailing proses yang begitu komplek sebelum memasuki fase ini.

Dari mengetahui ketiga fase inilah perasaan lebih dari sekedar empati muncul. Didalam berpraktik, soul, mind and body bekerjasama memberikan kasih sayang kepada tim, client, dan tukang didalam keseharian kami. Begitu juga didalam mengeksekusi tugas-tugas studio perancangan.

Kategori
blog publication

RAW Architecture shares studio culture in Design Anthology Issue 32 | March 2022

Realrich Architecture Workshop featured on Design Anthology

We see architecture as an act of collaboration and deep connection. Enjoying the architectural process filled with memories of all our happiness and struggles. We love being able to share our studio process with lots of people. Luckily in 2022 Simone Schultz, Managing Editor of Design Anthology contacted us and gave us the opportunity to talk about the culture in our studio.

In Design Anthology Issue 32/March 2022 we share how our studio in Guha, has become a broad ecosystem with the presence of the OMAH Library and our experimental workshops in it. Having a wide cross-discipline in Guha from designers, writers, administrators and craftsmen makes our studio more like a campus with many individuals playing various roles, but they can all also be involved in the process of creative exploration and experimentation.

Kategori
Team - Reflection Letter

Muhammad Kemal Haqqy – Universitas Indonesia

Reflection Letter:

Nama saya Muhammad Kemal Haqqy lulusan 2021. Mendapatkan kesempatan untuk magang di RAW merupakan suatu langkah yang sangat penting dalam mengawali perjalanan arsitektur saya. Tanpa pengalaman apa2 di dunia arsitektur sebelumnya, saya masih merasa buta tentang berbagai praktik arsitektur di dunia nyata sebelum saya memulai magang di RAW. Namun meskipun hanya sekitar kurang dari 2,5 bulan, pelajaran arsitektural dan keterbangunan yang diajarkan di RAW begitu compact dan banyak untuk dipelajari. Terlebih gambar2 yang dibuat begitu memerhatikan hingga detail. Saya sangat berterima kasih kepada khususnya kak Rich, kak Yudith, dan kakak kakak yang telah mengajari saya berbagai hal baru serta seluruh tim RAW.

Kategori
Team - Reflection Letter

Jessica Eleora – Universitas Tarumanagara

Reflection Letter:

Jessica Eleora / RAW Internship

I learned of the phrase “a sense of place” in the third year of my university days. I’ve been researching and learning about the term all these years, but during my stay at RAW Architecture, I’ve finally understood what it means. I applied as an intern in RAW Architecture not knowing what I was going into. During this 6 months of internship, I’ve obtained so much, not only in knowledge regarding architecture, but also enrichment in life views to grow as a person. I met a lot of people with different backgrounds and views who are  very kind hearted, smart, open minded, playful, strong headed but at the same time very warm. In life, I’ve always believed that every encounter with someone means something and there is never “nothing we can learn” from our experiences. I hope the best for everybody in RAW, and I hope we may be able to cross paths again one day. My time in RAW with all the amazing people in it is and will always be one of the most valuable experience in my life.

I give my special thanks to Mr.Realrich Sjarief and Mrs.Laurensia Yudith for giving me the opportunity as well as advices and welcome during my stay in RAW Architecture and Workshop. Thank you for all the lead architects who have been always caring and listening as well as looking after all of us, Ci Joanna, Kak Pandu, Kak Timbul, and kak Riyan. Thank you for the amazing mentors who have taught me so much skills and knowledge, Kak Fina, Kak Melisa, Kak Alim, Kak Haykal, Teh Adzlin, Kak Riko, Kak Audy, Kak Vyan, Kak Sofi, Kak Putra. Thank you for the people who’ve always been my support and helping me in various kinds of ways having become very dear friends to me, Tyo, Zikri, Gaby, Evan, Khafyd, Janice, Qealyn, Reva, Manuel, Devi, Nada, Seva & Ippi!

P.s. Thank you Bibi Yanti for always cooking for us and the blue team for always keeping the office clean!

Have a nice day!

Kategori
Team - Reflection Letter

Revania – Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Reflection Letter:

Hi, aku revania, mahasiswa desain interior semester 7 dari ISI Yogyakarta. 4 bulan  magang berlalu juga akhirnya ya. kalo 4 bulan ini jadi judul buku, mungkin judulnya, a serendipity: the coincidence of finding things that you didn’t intend to find before. karena sebelum memantapkan magang di RAW aku dihadapkan oleh dua pilihan. magang nyari sendiri atau magang bersama dosen. dan gatau kenapa kayak ada sebuah bisikan bahwa aku harus di jabodetabek untuk beberapa waktu lagi. jadi aku mantepin untuk nyari magang sendiri.

kata yang pas untuk menggambarkan hari pertama adalah: intimidating. setelah tau bahkan anak anak intern nya aja keren keren bgt, ada beberapa yg udh lulus juga, jadi semakin merasa terintimidasi.  tapi ternyata it does me favors bgt karena di awal awal i ended up menjadi beban anak anak intern karena nanya mulu. 

satu bulan lebih beberapa hari dikit, aku ngerjain bobotoh WKWKWKWK. di situ jujur ngerasa gaenak bgt karena selama itu ngerjainnya. tapi emang dari bobotoh banyak bgt ilmu shortcut, extension, yang didapetin. sampe ditanyain sama jessica, “rev lo ga bosen apa? kalo bosen di bobotoh bilang aja biar lo pindah” sebenernya jawabannya adalah gaenak sih. kayaknya kalo udh memulai ya harus diselesaikan gitu. walaupun akhirnya kak rian kayaknya capek nanyain progres bobotoh jadi aku dipindahin ke rumah christine. di rumah christine dapet project desain akhirnya. disitu aku banyak ngerepotin evan sama kak billy (vyan). sampe akhirnya ngerjain tugas gambar dan occasionally pindah tempat duduk yg diapit kak billy sm kak gaby biar intens belajar autocad. akhirnya hampir tiap menit aku ngerepotin kak billy, dan fix bgt pasti ada hari hari dimana kayak “reva pindahnya kapan sih” 

kalo ditanya apa yang didapet dari RAW, wah i owe this place, these people, a lot. dari yang gapernah pake laptop in daily basis jadi matanya berair pas udh beberapa jam jadi yg bisa tahan 7 jam ke atas, dari yg ngeliat gambar kerja di pc kak billy dan kak gaby rasanya pengen puyeng jadi bisa kayak “ohhh iya mau diapain niih”, dan dari yang ngerjain bobotoh satu bulan jadi ngerjain 3d model rumah citraland dalam sehari. these 4 months have been the most magical dan semoga unforgettable class that i signed up into. terima kasih terutama untuk kak rich dan kak yudith untuk kesempatan magangnya di the most aesthetic kantor in jakbar. terima kasih untuk kakak kakak conceptual, kak rian, kak mel, kak billy, kak haykal, evan, angel. terima kasih juga untuk kakak kakak yg kita pernah bersama walau sebentar bgt, kak tyo atas tangga monyet experiencenya, kak gaby atas spreadsheet lessonnya, kak fina atas tangga servisnya. terima kasih juga kepada teman teman magang; devi, reji, zikri, manuel, jessica, doni, kemal, seva, ipi, rio, qea, nada dan uung!!

balik ke awal, ternyata bangunan guha ini itu adalah jawaban dari dua pilihan kebingungan aku kemarin, magang sendiri atau magang sama dosen. mungkin kalo dijalanin dua duanya, sebenernya pilihannya gaada yg salah. karena yaa kayak bangunan ini, jawabannya bener bener: ada banyak jalan menuju suatu tujuan. dan kalo mau jujur, im really glad that i chose this path.

semoga setelah ini kita tetep bisa jalin silaturahmi ya. jangan sungkan sungkan randomly dm aku karena dm-ku kayak mcdonald’s: buka 24jam. jangan sungkan juga ngajak main, intinya kalo tida mager dan lagi fomo, pasti kita jalan. I can’t wait to be crossed-path with you guys in the very very bright future that we will be in!

Kategori
projects

Project 20 – Hotel Rivoli

Rajutan Rivoli is a Hotel located in crowded area next to Kramat Raya street, east Jakarta, with street’s length of 50 m. It standing on a 1500 sqm land in hook position, with only 16 m width facing south and 97 m length facing west. Within early construction phase, this area had already have existing main stake columns on one floor high construction. The plan was business hotel that yet to be discussed in detail about its program.

The Hotel were designed to inject new design by splitting building masses from north-south side. The splitting achieved by few lightwell corridor, placed in linear manner that allows light to penetrates from transparent roof to first floor. Each lightwell designed in 1.0 m x 4.5 m size, installed on the highest point of the building’s 4th floor, creating a luminous bridge before entering rooms in west side.

West and east side designed to be more introvert. This achieved by a plane that weaved from imaginary line of view, resulted in forming a rationalized balcony with 2.5 m concrete cantilever width and 6.0 m diagonally. This cantilever functioned as room’s eaves that give shade on west side from 3.00 PM at noon until night.

This concrete cantilever also illuminating vista and landscape of south area, which is Kramat Raya street to Tugu Tani street and capital city’s landmark Monas. This cantilever projection also forming a passive design inside planned interior of the hotel.

This hotel designed with module of 21 sqm per room. Each divided by bathroom as 20% and 2 bedroom as 80%. The design totalled of 109 rooms on 4-7-4 m grid section long and 7.7 m width, with briefing area placed on the 1st floor of the building.

Basement area designed to receive natural light and air by cross ventilation system. Hotel corridor also designed to gain same effect from north and south area. Material design were chosen with easy maintenance and accessibility towards minimal cost due to financial situation that available within construction period. This followed by time-challenge on 15 months period, that the architect’s solution is to design building’s structure with prefabrication floor plate technology, to accelerate construction time.

Kategori
blog publication

Guha featured on Monocle Magazine Issue 160 | Feb 2023

Guha featured on Monocle Magazine

During the pandemic, the living room has always changed from a private space to a more communal space. It’s a space that we are passing by every day at Guha. It consists of a round window, landscape with retention, and water filtration system, and connection to the closest library, pantry, and more private space. This living room is the center of the site. That’s why when the editor of Monocle Magazine, Nic Monisse contacted us to feature this space in the magazine, we are super excited and super happy that finally we have seen the publication in our space. This living room at Guha was featured in “50 x sense of places” Monocle Magazine.

Thank you Monocle Magazine and editor Nic Monisse for writing about our Guha.

The article highlighted how flexible the space in the middle of our studio is. A form of adaptation and expression from a living room to a library of materials, where we meet clients, to a private study room, and all of this is done in just a 4×8 m area. We are hoping to extend and redefine this space to be more hybrid, practical, and adaptive to more positive transformation. It’s like believing that architecture is always transforming with time and functions.

Kategori
blog publication

Otten Coffee Experience published on ArchDaily

Otten Coffee Experience published on ArchDaily

There is good news from one of our projects, Otten Coffee Experience, Bandung is published on ArchDaily. Thank you to all of the people involved in RAW Architecture.

Otten Coffee Experience is located at Pasir Kaliki Street, Bandung, West Java. In the design process, we applied the concept of a Bandung locality which is similar to Gesamtkunstwerk, which means total work of art in German. We make local craftmanship a common thread by elaborating 6 materials to summarize the craftmanship experiments at the Realrich Architecture Workshop such as: brick, bamboo, gypsum, stone, concrete and steel. This results in a fresh artistic shape with repetition of exposed cement brick arches and natural lighting plus artistic lighting and design layout..

Here is the full coverage:

Otten Coffee Experience / Realrich Architecture Workshop | ArchDaily

Kategori
blog publication

Stupa House featured on designboom

Stupa House featured on designboom

Cited from website: “RAW architecture crowns Indonesian house with six tapered skylights. RAW architecture brings peculiarity to the alam sutera neighborhood at the outskirts of jakarta with its house of skylights called ‘stupa’. characterized by a traditional tapered design, the residence stands as a small castle that honors local culture while providing thermal insulation and breathability amid the hot and humid local climate. effectively, each skylight features tiny gaps that let in natural light and ventilation without comprising internal temperatures.

Here is the full coverage:
https://www.designboom.com/architecture/raw-architecture-stupa-house-alam-sutera-indonesia-02-01-2022/

Kategori
blog publication

Sarang Nest House published on ArchDaily

Sarang Nest House published on ArchDaily

It’s a huge achievement for our team, Sarang Nest House is published on ArchDaily. Thank you to all of the people involved in RAW Architecture.

Located in a residential area, Taman Buana Permata house complex, West Jakarta. With an area of 250 sqm, Sarang Nest House consists of 2 generations of families living together, this underlies a centralized circulation and creates a micro-environment through a spatial arrangement with different angles. This angle creates distance between the perimeter of the house and the neighbors thereby allowing air to flow freely around the building while maintaining privacy between spaces. Each room has its own outdoor space. Light enters the room through perforated walls, crevices, windows, and skylights. The shape of this house is tilted to make it more efficient as well as a response from the corner of the building.

Here is the full coverage:

Sarang Nest House / Realrich Architecture Workshop | ArchDaily

Kategori
Team - Reflection Letter

Stefanus Wardhana – Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Reflection Letter:

Bagi saya, 3 bulan berkesempatan menjadi bagian dari Realrich Architecture Workshop (RAW) seperti mengikuti sebuah loka karya, di mana saya dapat belajar tentang craftsmanship dan leadership pada arti yang lebih mendalam serta dilatih untuk berpikir secara kritis dan sistematis.

Berbekal pengetahuan yang biasa-biasa saja, saya disambut hangat oleh lingkungan yang suportif dan harmonis sehingga mejadikan proses adaptasi saya terasa lebih ringan. Saya belajar bahwa relasi antar personal yang mendalam —dapat saling mengenal satu sama yang lain dengan baik— menjadi akar dalam membangun tim yang solid dan kolaboratif. Saya menganggap mereka adalah mentor-mentor saya, tidak ada habisnya bagi saya untuk belajar sesuatu yang baru, baik secara teknis, non-teknis, verbal, dan nonverbal. Saya mempunyai tendensi untuk bersikap observatif, sehingga saya juga dapat belajar dengan mengamati gerak-gerik mereka seperti bagaimana cara bersikap, bagaimana cara memimpin, bagaimana cara berhubungan dengan pihak luar, bagaimana mereka memandang sebuah permasalahan, dan masih banyak hal yang tidak bisa saya sebutkan. Saya menyadari bahwa pendekatan dan cara kerja yang dilakukan oleh masing-masing dari mereka pun berbeda, menjadikan apa yang dapat saya pelajari menjadi komprehensif.

Suatu pencapaian bagi saya untuk dapat belajar kepada Kak Realrich Sjarief, salah satu arsitek inspiratif dan role model bagi saya. Saya belajar mengenai proses desain yang sistematis dan filosofis, tentang bagaimana beliau membuahkan sebuah narasi yang menaungi setiap artikulasi yang terkandung pada setiap desain. Sebuah intuisi yang dilandasi dengan argumentasi yang logis, menjadikan sebuah desin tidak hanya bersifat subjektif namun juga bersifat objektif. Ketelitian, kecepatan, dan kerapihan dalam bekerja menjadi nilai yang dijaga dan dituntut untuk konsisten.

Sungguh sebuah pengalaman 3 bulan yang terasa singkat namun terasa begitu dinamis, membuahkan perkembangan yang masif bagi saya. Besar harapan pengalaman ini menjadi bekal yang luar biasa bagi saya untuk melanjutkan perjalanan tiada henti saya di masa mendatang.

Life is a never-ending journey, stay in the incessant quest for the imagined things and keep being the best, RAW!

Salam Hormat,
Stefanus Wardhana

Kategori
Team - Reflection Letter

Andriano G. S. Rumbajan – Universitas Sam Ratulangi Manado

Reflection Letter:

Thank you RAW!


Ada di tempat ini merupakan suatu hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Saat pertama kali ditawari oleh RAW untuk bergabung, jarak antara Manado – Jakarta seakan terasa dekat. Tanpa ragu saya langsung menerima tawaran untuk belajar di tempat ini. Mendapatkan kesempatan untuk belajar, bertumbuh, dan berproses di RAW merupakan salah satu pencapaian terbesar yang pernah saya raih
sampai saat ini. Untuk itu saya sangat bersyukur bisa mendapat ruang untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang-orang yang hebat.

Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Kak Realrich, Kak Yudith dan Tim Realrich Architecture Workshop yang telah menerima dan memberikan kesempatan untuk belajar di sini. Banyak pelajaran berarsitektur dan pelajaran kehidupan yang bisa saya dapatkan di tempat ini yang kiranya dapat saya aplikasikan di dalam kehidupan berarsitektur di masa depan.

Ada di lingkungan ini menyadarkan saya betapa pentingnya Kerjasama tim, komunikasi, koordinasi, jujur, kerja keras dan semangat yang harus diingat dan diaplikasikan di dalam kehidupan. Belajar di tim Design dan Build merupakan suatu kesempatan emas yang saya dapatkan karena banyak hal yang tidak pernah saya pelajari selama kuliah namun saat saya bergabung dengan tim Build, saya bisa mendapatkan pelajaran-pelajaran baru yang dapat menjadi bekal saya kedepan untuk itu saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Ka Tyo yang telah
memberikan pelajaran dan pengalaman lapangan dan telah menjadi ketua geng anak magang dan menjadi senior paling bisa bergaul dengan anak-anak intern tidak lupa untuk ka Audy yang sangat baik yang telah berbagi pengetahuan tentang plumbing yang sebelumnya belum pernah saya ketahui. Dan tentunya terima kasih banyak kepada teman-teman yang ada di Build. Dan Makasi banyak untuk Ka Riyan yang telah membimbing dari awal masuk RAW hingga saat akan meninggalkan RAW dan telah menjadi orang yang menjembatani segala keperluan yang ada. Tidak lupa untuk tim design Ka Alvyan, Ka Melisa, Angel, Ka Haykal dan Evan yang telah menjadi tempat belajar paling lama selama di RAW. Dan Banyak terima kasih sekali lagi untuk my
bestfriend Evan yang selalu siap untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan selama di RAW untuk itu sekali lagi banyak terima kasih Tim Design & Build.

Belajar di RAW membuka kesempatan dan semangat saya untuk terus mengejar cita-cita yang saya impikan, dan belajar di tempat ini membawa saya untuk semakin yakin untuk menjadi seorang Arsitek di masa depan dan menyadarkan saya betapa luasnya pengetahuan arsitektur. Belajar disini bukan hanya tentang Arsitektur tetapi tentang
Kehidupan yang harus mempunyai tujuan dan konsistensi, itulah yang saya dapat selama di RAW dengan harapan kiranya dapat saya aplikasikan di dalam kehidupan saya.

Tidak Lupa untuk berterima kasih kepada anak-anak magang yang paling top se meruya Reva, Zikri, Kemal, Doni, Qealin, Satrio, Nada, Reji, Manuel dan Ippi, Makasi Reva telah menjadi orang terasik, ter-bonding, ter-stylist dan paling bisa mengimbangi jokes saya dan paling baik selama di RAW, Makasi juga buat mas Zikri sebagai teman paling usil tapi baik, Kemal dan Doni yang menjadi teman magang yang sangat baik selama di RAW dan Qeaa walaupun hanya sebentar tapi kita bisa
membuat suatu vocal group terima kasih atas kebaikannya.

Pengalaman selama di RAW akan menjadi pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan, terutama kebaikan Ka Realrich dan Ka Yudith yang telah memberikan kesempatan dan membantu saya hingga bisa menyelesaikan Internship selama 2 bulan. Untuk itu saya banyak meminta maaf jika ada kesalahan yang telah di buat selama ada di RAW dan harapan terbesar saya kiranya masih ada kesempatan untuk bertemu dengan Ka Realrich, Ka Yudith dan Tim RAW lainnya di lain kesempatan.
Semoga RAW makin sukses dan tetap menjadi “Best office in the world.”


Tuhan Berkati


Andriano Gabriel Shevchenko Rumbajan

Kategori
Project Bioclimatic House

Bioclimatic Home 21 – Tresno House

Located on the outskirts of Tangerang, Karawaci, one of the cities next to Jakarta, Tresno is the design of a simple tropical house in Jakarta. It’s simultaneously designed by the Geomancy principle creating 9 squares of the grid which forbids and allows some functions in the zoning such as the area of the north is for master bedroom and south for the kid’s bedroom. The squares consist of the 3.6 m x 3.6 grid in 9 square boxes with cantilevered space to allow pool, garden, and connection from ground floor to 1st floor flows from service level on the ground floor to living level on 1st floor and at the end to more private level on the 2nd-floor plan. The orientation of the sunlight is studied so the exposure is minimum from the west side facade by having a solid wall and minimum opening. the ground floor and 1st-floor functions to open to the garden. The landscape of “The Pucuk Merah trees” functions as barrier sunlight, and creating a microclimate in the periphery of the site providing microclimate.

At the center of the house, there is a skylight design based on the elaboration of the Tumpang Sari technique which was done in Guha. Basically it is a way to provide air stacking effect to cool the inside atrium space. The atrium connects bedrooms, kitchen, living room. Tumpang Sari is a form of traditional Architecture in Java, that the house is an act of prayer towards life for positive contribution, no pretension, life learning. In this case, the learning curve of understanding the basic needs of grids, modules, and atrium functions are key aspects.

The design uses craftsmen who polished the concrete from the previous projects such as The Guild project before with module 600 mm width x 1200 mm, length to avoid cracking between joints. The steel welder who comes from Subang, West Java combines the lightness of perforated metal and crafted to create a layer of shadow and privacy. The perforated steel is positioned as wall and floor plate in the indoor mezzanine level and outdoor balcony. An idea is a functional approach plus expression raw, rough, and honest material in combination with steel, concrete, and wood plus landscape and lighting and at the end in a combination of tradition.

Kategori
Project Bioclimatic House

Bioclimatic Home 20 – House of Bukit Golf

New project ongoing at Bukit Golf BSD #RAWongoing. We design houses for three-generation families. The shapes of walls form the views of the golf course in South Jakarta and create airflow, natural lights, water catchment, and a series of landscapes that define bioclimatic architecture.

Kategori
Project Bioclimatic House

Bioclimatic Home 19 – Bioclimatic Tube House

One of the RAW Architecture #RAW99%finished. It’s a 3-story house with a compact, technological design with solar panel integration and a north-south opening.

The layout is separated by 3 simple grids. The shape is like a tube with a bridge in the middle – the result of efforts to incorporate air and light into the bedroom and living room.

Kategori
Project Bioclimatic House

Bioclimatic Home 18 – Chimney House

Chimney House is one of RAW Architecture’s works in Tangerang. The design proposes free-curve variants to respond to lights, air movement, views, and programs. The design makes use of natural lighting through skylights above the stairs, corridors, and bathrooms. Opening and skylight in the center of the building are a response to getting enough natural light and allowing air movement.
.
The open plan concept that combines outdoor and indoor spaces provides a limitless space experience and maximizes space quality. The transparent room provides unlimited views and panoramas that can be enjoyed while relaxing inside the house.

Kategori
Project Bioclimatic House

Bioclimatic Home 17 – Lumintu House

New project ongoing at Pantai Indah Kapuk, North Jakarta. #RAWongoing . We designs bioclimatic architecture by study on how industrial and handcrafted details can collaborate to break through the details of normal architectural stereotypes.

Kategori
Project Bioclimatic House

Bioclimatic Home 16 – Platonic Home

Kali ini saya mau cerita tentang satu proyek di jakarta. Untuk klien sudah lama saya kenal, perbincangan dengan beliau memberikan kesan yang hangat tanpa kehilangan respek terhadap profesionalitas. Beliau adalah seseorang pencari nilai keluarga sekaligus seorang strukturalis yang memiliki prioritas nilai yang tergambarkan juga di program kebutuhan ruang.

Ruang-ruang bawah dibuat terbuka dengan posisi perpustakaan dan ruang kerja di massa yang paling belakang, di lantai atasnya diletakkan ruang keluarga yang fleksibel terbuka dengan akses ramp melalui luar. Aksesnya memutar dari sisi samping dan void ruang terbuka membuka cahaya dari keempat sisi bangunan. Lantai teratas adalah zona ruang tidur yang memiliki ruang berkumpul bersama.

Ruangannya optimal sekaligus lega. Tidak sabar buat rumahnya selesai dan bertransformasi kembali. Untuk tipologi rumah tinggal pribadi menjadi salah satu tipologi yang menantang karena sisi psikologi klien yang perlu diselami. Sekaligus mengolah keahlian mengolah ruang, detail, komposisi, dan kesadaran akan lingkungan yang sehat.

Konsep ruang-ruang privat dan publik rumah ini terdiri dari 4 sisi yang saling berhadapan dengan sisi-sisi yang transparan. Sehingga mendapatkan cahaya matahari tidak langsung yang menerus di sepanjang harinya. Hasil dari bayang-bayang menciptakan lorong-lorong udara yang membelah massa-massa bangunan. Lorong cahaya dibentuk dari 40 pola arsitektur di lorong pintu masuk.

Kategori
Project Bioclimatic House

Bioclimatic Home 15 – House of Harris Tiffany

Rumah ini merupakan proyek renovasi bangunan di atas lahan 8 x 20 yang mempertahankan sebagian dinding dan pondasi eksisting. Renovasi didesain memiliki bentuk unik sesuai kebutuhan (2 kamar anak, 1 kamar utama, ruang keluarga dengan sarana pendukung). Klien kami adalah pasangan yang sederhana, mendambakan rumah yang memiliki estetika yang baik sekaligus tidak mahal.

Saya mengenal salah satu dari mereka dari sejak kecil, kami bertetangga dan sering berpapasan. Justru kemudian pasangannya secara kebetulan mengetahui referensi dari klien kami. Mereka adalah pasangan yang rasional, empatik sekaligus senang dengan seni. Mereka bisa membuka dirinya, sehingga proses desain bisa berjalan lebih lentur dan eksploratif.

Strategi arsitektur dimulai dengan membuka pandangan ke arah belakang dengan memanfaatkan struktur yang digunakan untuk menopang struktur baru. Penambahan lantai menumpu diatas pondasi telapak sesuai dengan perhitungan beban dan kondisi tanah eksisting sekaligus dibuka untuk mendapatkan ruang yang fleksibel.

Celah Antar kiri kanan dan cerobong cahaya berfungsi untuk memasukkan udara segar sekaligus cahaya. Meskipun rumah terdiri dari 2 lantai dan berbatasan dengan dinding tetangga samping tidak menjadi penghalang agar rumah mendapat pencahayaan dan sirkulasi udara yang baik. Tampak depan yang memiliki bagian balkon kantilever dan rongga ruang di samping kanan kiri sehingga menampilkan kesan ringan dan ramping. Kantilever berfungsi sebagai naungan pintu masuk yang ada di bawahnya. Rongga ruang samping ini juga berguna agar semua area mendapat cahaya dan sirkulasi udara yang baik. Pintu masuk didesain dengan bentuk bulat sehingga menampilkan kesan artistik di dalam komposisi arsitektur yang optimal.

Kategori
Project Bioclimatic House

Bioclimatic Home 14 – Morahai House

Rumah ini memiliki dua sisi, ia privat juga ada sisi publik. Sisi kamar tidur berisi permainan bentuk lengkung-lengkung yang menerus seperti terasering. Massa bangunannya seakan-akan diangkat untuk mengakomodasi daerah komunal-perpustakaan-dan daerah tempat tinggal. Ada tangga disisi ujungnya yang dikelilingi oleh bukaan kotak-kotak. Kebetulan suami dari sahabat saya, suka berkomunitas. Rumah ini adalah cerminan dua sisi komunitas dan keluarga yang saling bertolak belakang. Explorasi kombinasi bentuk lengkungan dan kotak pada bentuk dan fasad bangunan didesain untuk memberikan aliran udara yang sehat dan menghadirkan cahaya udara alami kedalam ruang.

Istri dari klien kami adalah sahabat lama saya dari SD. Dulu Saya bertemu dia lagi kira-kira 12 tahun yang lalu dan baru 3 tahun yang lalu bertemu kembali dan menjadi klien kami. Kali ini Pekerjaan kayu-kayu, kisi-kisi depan dan kayu ulin yang sudah terpasang.

Layouting didalam rumah rumah ini menyediakan dua jenis zona privasi, publik dan privat karena klien kami menginginkan setiap kerabat yang berkunjung bisa merasa seperti rumah mereka sendiri.

Kategori
blog

Tahun ini saya berumur 41

.

Tahun ini saya berumur 41, saya mengucapkan banyak harapan untuk kita semua, terutama orang-orang terdekat saya. Ulang tahun kali ini saya merasakan lebih untuk mensyukuri kebahagiaan yang ada dan melihat refleksi bagaimana bisa punya dampak yang baik untuk orang lain.

Terima kasih untuk @laurensiayudith yang sudah menemani saya sejauh ini, mendoakan, dan mempersiapkan vitamin C setiap harinya. Juga pelukan, senyuman, tawa setiap hari dari Miracle, dan Heaven yang selalu adorable dan lucu. Juga semua tim, keluarga besar studio, juga kawan-kawan semua.
.
Semoga pikiran, badan, dan perkataan ini bisa lebih berguna di tahun ini untuk banyak orang. Doa saya untuk kesuksesan kita semua, kebahagiaan, kedamaian, mimpi-mimpi, dan keceriaan yang menjadi nyata. Di balik rambut yang memutih, perut yang membesar dan mengecil, kerutan yang nampak, ada keceriaan anak-anak, gelak tawa, dan keharuan yang tidak pernah terlupakan. Big Hugs

Picture by @_yophrm@luil_mn@meinnamelani, thank you ya guys, juga seluruh saudara-saudara, kawan-kawan tercinta, dan keluarga RAW Architecture @realricharchitectureworkshop

Happy Birthday 16 jan 2023
Happy 41st birthday Kak Realrich
Kategori
blog

Platonic Bioclimatic Home

.
Kali ini saya mau cerita tentang satu proyek di jakarta. Untuk klien sudah lama saya kenal, perbincangan dengan beliau memberikan kesan yang hangat tanpa kehilangan respek terhadap profesionalitas. Beliau adalah seseorang pencari nilai keluarga sekaligus seorang strukturalis yang memiliki prioritas nilai yang tergambarkan juga di program kebutuhan ruang.
.
Ruang-ruang bawah dibuat terbuka dengan posisi perpustakaan dan ruang kerja di massa yang paling belakang, di lantai atasnya diletakkan ruang keluarga yang fleksibel terbuka dengan akses ramp melalui luar. Aksesnya memutar dari sisi samping dan void ruang terbuka membuka cahaya dari keempat sisi bangunan. Lantai teratas adalah zona ruang tidur yang memiliki ruang berkumpul bersama.
.
Ruangannya optimal sekaligus lega. Tidak sabar buat rumahnya selesai dan bertransformasi kembali. Untuk tipologi rumah tinggal pribadi menjadi salah satu tipologi yang menantang karena sisi psikologi klien yang perlu diselami. Sekaligus mengolah keahlian mengolah ruang, detail, komposisi, dan kesadaran akan lingkungan yang sehat.
.
Konsep ruang-ruang privat dan publik rumah ini terdiri dari 4 sisi yang saling berhadapan dengan sisi-sisi yang transparan. Sehingga mendapatkan cahaya matahari tidak langsung yang menerus di sepanjang harinya. Hasil dari bayang-bayang menciptakan lorong-lorong udara yang membelah massa-massa bangunan. Lorong cahaya dibentuk dari 40 pola arsitektur di lorong pintu masuk.
.
Thank you, clients (IS), builders, engineers, and the teamwork @realricharchitectureworkshop team, @timbulsimanjorang@joanaagustin@gabymarcelina@vyaanasss, and others (Ali, Dini). Architecture is a long process and collaborative effort.
.
#RAWongoing#RAWprogress#Platonichome#PlatonicBioclimaticHome#house#home#details#bioclimatic#architecture#architecturedetails#architectureproject#workingonprogress#dezeen#archdaily#arsitektur#arsitekturindonesia


Kategori
blog

Artisanal Bioclimatic Home

.
Rumah ini merupakan proyek renovasi bangunan di atas lahan 8 x 20 yang mempertahankan sebagian dinding dan pondasi eksisting. Renovasi didesain memiliki bentuk unik sesuai kebutuhan (2 kamar anak, 1 kamar utama, ruang keluarga dengan sarana pendukung). Klien kami adalah pasangan yang sederhana, mendambakan rumah yang memiliki estetika yang baik sekaligus tidak mahal.

Saya mengenal salah satu dari mereka dari sejak kecil, kami bertetangga dan sering berpapasan. Justru kemudian pasangannya secara kebetulan mengetahui referensi dari klien kami. Mereka adalah pasangan yang rasional, empatik sekaligus senang dengan seni. Mereka bisa membuka dirinya, sehingga proses desain bisa berjalan lebih lentur dan eksploratif.

Strategi arsitektur dimulai dengan membuka pandangan ke arah belakang dengan memanfaatkan struktur yang digunakan untuk menopang struktur baru. Penambahan lantai menumpu diatas pondasi telapak sesuai dengan perhitungan beban dan kondisi tanah eksisting sekaligus dibuka untuk mendapatkan ruang yang fleksibel.

Celah Antar kiri kanan dan cerobong cahaya berfungsi untuk memasukkan udara segar sekaligus cahaya. Meskipun rumah terdiri dari 2 lantai dan berbatasan dengan dinding tetangga samping tidak menjadi penghalang agar rumah mendapat pencahayaan dan sirkulasi udara yang baik. Tampak depan yang memiliki bagian balkon kantilever dan rongga ruang di samping kanan kiri sehingga menampilkan kesan ringan dan ramping. Kantilever berfungsi sebagai naungan pintu masuk yang ada di bawahnya. Rongga ruang samping ini juga berguna agar semua area mendapat cahaya dan sirkulasi udara yang baik. Pintu masuk didesain dengan bentuk bulat sehingga menampilkan kesan artistik di dalam komposisi arsitektur yang optimal.

Thank you, clients (H+T), builders, engineers, and the teamwork @realricharchitectureworkshop team, @joanaagustin@timbulsimanjorang@alimhanz, and others (Vivi, Ali, Aga). Architecture is a long process and collaborative effort.
.
#RAWongoing#RAWprogress#HarrisTiffanyHouse#house#details#bioclimatic#architecture#architecturedetails#architectureproject#workingonprogress#dezeen#archdaily#arsitektur#arsitekturindonesia


Kategori
Team - Reflection Letter

Renadi Mohammad Rediansyah – Universitas Tarumanagara

Reflection Letter:

Enjoy the Process – Renadi Mohammad Rediansyah

Selama magang saya banyak mengambil pelajaran arsitektur sampai kehidupan. Mulai dari percaya tidak ada yang tidak mungkin jika mau berusaha dan mencoba. Belajar dan bekerja langsung dengan seorang arsitek menjadi katalis dalam berpikir dan mendapatkan cara pandang yang lebih luas. Bekerja dengan Kakak-kakak yang menanamkan nilai ketepatan, ketelitian, dan kecepatan agar hasil maksimal. Dan yang tidak kalah penting adalah harus menikmati proses perjalanan yang sedang atau akan ditempuh.

Tahun 2018 mengunjungi The Guild atau Guha, Pameran Tugas Akhir Arsitek, saya meninggalkan jejak testimoni yang tertempel di dinding Guha sampai hari ini. Hadir di guha saya merasa kagum dan terbesit pemikiran, menarik jika suatu hari nanti dapat bekerja di RAW. Saat kuliah saya jatuh hati dengan arsitektur karya Louis Kahn. Bentuk lengkung dan lingkaran bukaan guha mengingatkan saya pada Kahn, seakan beliau meninggalkan jejak disini. Tahun 2022 saya mendapatkan kesempatan untuk bisa magang di RAW.

Bekerja dengan seorang arsitek, Kak Realrich Sjarief, sangat menginspirasi dan menyemangati saya dalam berarsitektur. Tiga bulan magang disini saya terhitung berpindah sebanyak tiga kali. Saya diperlihatkan ruang temporer, selalu berpindah, tidak ada yang tetap tetapi terus berkembang. Saat saya absen 2 minggu magang, guha sudah menambahkan mezanin pada ruang makan dan memulai pengerjaan jembatan dengan material kayu bekas.

Penambahan yang signifikan, Guha terus berkembang dan berubah, menurut saya ini adalah never ending project Kak Rich.

Saya melihat RAW sebagai payung hangat praktek arsitektur, tempat untuk belajar yang diisi oleh orang-orang yang profesional. Ketelitian, kecepatan, dan kerapihan dalam bekerja menjadi nilai yang dijaga dan dituntut untuk konsisten. Dibimbing Kak Rich dan dimentori oleh kakak-kakak yang asik, seru, penuh canda tawa dan juga memiliki keahlian dan ketelitian dalam bekerja. Terciptanya suasana bekerja yang mengandalkan nilai, kualitas, komunikasi, dan kerjasama tim untuk menghasilkan pekerjaan yang maksimal.

Tujuan magang saya jadikan untuk mendalami praktek dan melihat suasana kerja pada kantor arsitektur. Saya menjadikan magang ini sebagai proses pencarian perjalanan arsitektur. Banyak kejadian tidak terduga dan saya merasa beruntung dapat magang pada waktu yang tepat. Salah satunya ketika saya dapat bertemu dan berdiskusi dengan dua tokoh yang konsisten dalam bidangnya, Kak Rich dan Pak Sunaryo, pada hari yang sama. Cerita singkatnya saya bertanya kepada dua tokoh sumber energi dalam bekerja atau berkarya. Tidak disangka jawaban kedua tokoh ini sama. Jawabannya adalah menikmati. Menikmati momen, menikmati proses, menikmati rasa, fokus untuk berkarya.

Motivation Letter:

Perkenalkan saya Renadi M. Rediansyah, ingin mendaftarkan diri pada program magang di Realrich Architecture Workshop (RAW) untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman dalam berarsitektur. Saya merespon lamaran ini berdasarkan Instagram. Sebagai lulusan S1 Arsitektur Universitas Tarumanagara, saya memiliki ketertarikan untuk menyelami praktek arsitektur. Saya melihat RAW memiliki praktek yang luas karena tidak hanya mencakup desain praktek arsitektur tetapi juga literasi arsitektur.

Selama 4 tahun kuliah, saya memiliki kesempatan untuk belajar merancang, memimpin bidang himpunan dan acara, dan magang di bidang manajemen konstruksi. Selain belajar, riwayat organisasi selama kuliah membawa saya untuk berkontribusi pada bidang sayembara dengan menyusun Terms of Reference (TOR) ruang kota ramah anak berupa rancangan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). Pada tahun berikutnya dilanjutkan dengan mengadakan sayembara nasional dengan tema hunian yang mengangkat isu harga tanah yang tinggi. Magang di manajemen konstruksi pada proyek bangunan tinggi mengajarkan saya untuk membaca gambar kerja dan melihat langsung kualitas hasil pekerjaan dan cara menyikapinya.

Hadirnya pandemi Covid-19 memaksa saya untuk tetap dirumah, mengisi waktu membaca literatur dan mulai ada ketertarikan untuk menulis. Waktu luang ini juga saya manfaatkan untuk merancang kafe dengan fokus memaksimalkan area pengunjung dan menerapkan sistem cross ventilation pada rancangan bangunan beserta visualisasinya. Masih banyak ruang yang bisa dikembangkan dari diri saya.

Magang di RAW dapat menjadi momentum memulai kembali petualangan saya dalam berarsitektur.Rekam jejak saya menunjukkan pengetahuan dan pengalaman selama kuliah dan masa pandemi. Saya memiliki ketelitian terhadap detil, dapat bekerja secara individu atau kolektif, dan mampu bekerja di berbagai macam lingkungan. Bekerjasama dengan banyak orang dari berbagai macam latar belakang bukan hal yang baru untuk saya. Modal ini akan saya maksimalkan untuk memperluas keterampilan di masa yang akan datang.

Potensi dan bakat harus diasah dan dikembangkan untuk menggapai mimpi dan cita-cita menjadi arsitek. Memiliki seorang mentor dapat mengkatalisasi potensi dalam belajar dan dibimbing dalam berpikir, bekerja, dan berkarya. Selain menjadi arsitek, minat untuk membaca dan menulis membawa saya bermimpi untuk menulis buku saya sendiri suatu hari nanti. Saya berharap RAW dapat menjadi tempat yang tepat untuk belajar dan memberikan pandangan praktek berarsitektur dalam berkarya tidak hanya dalam bentuk ide, gambar, dan fisik tetapi juga dalam bentuk literatur.

Saya ingin merasakan budaya desain praktek arsitektur secara empiris. Ingin memperluas pandangan dari desain dan arsitektur. Ingin melihat padu-padan antara konsep, detil desain, budget, dan eksekusi di lapangan. Untuk menjadi konsisten dalam berpikir, merancang, dan berkarya. Dalam arsitektur, saya juga tertarik dan ingin mendalami research by design untuk mencari relevansi.

Ada jarak antara dunia akademis dan praktisi yang perlu dikejar untuk menyeimbangkan ilmu dan praktek. Pengalaman dalam desain praktek adalah potongan yang hilang dan perlu saya lengkapi dalam petualangan berarsitektur. Ingin terus bekembang, belajar, dan mencari arti dari desain, arsitektur, dan desain arsitektur. Saya berharap dengan magang ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman untuk meningkatkan keterampilan diri saya sendiri dan memberikan nilai dan kontribusi untuk RAW dalam berkarya.

Terlampir curriculum vitae (CV) dan portofolio sebagai bahan pertimbangan bapak/ibu untuk saya dapat magang di RAW. Jika ada pertanyaan, saran, atau masukan saya dapat dihubungi melalui WhatsApp +62 8131 8989 725 dan email rreji1202@gmail.com (email utama). Atas perhatian dan waktu bapak/ibu saya ucapkan terima kasih.

Salam Hormat,

Renadi M. Rediansyah

Kategori
Team - Reflection Letter

Manuel Hendru – Universitas Multimedia Nusantara

Reflection Letter:

Hello! My name is Manuel Hendru who is usually called El in RAW. I’m a 7th semester student at Multimedia Nusantara University, Tangerang who got the opportunity to be able to contribute to the work being done at RAW Architecture as an intern student for 6 months (which initially only planned for 4 months HAHA). Before deciding to do practical work in the office that I will apply for, there are many considerations as well as the expectations that I can get when I do my internship in that office. One of them is that I want experience in working and expanding relationships in the office. So, apart from the firm work being convincing, the work environment is also very influential and is a big consideration for me in choosing an internship place.

RAW Architecture has become one of the offices that I have known since I first entered college. Kak Rich himself once gave a seminar on my campus, which at that time I was very impressed with his presentation. The way the presentation was deep and fun made me enjoy learning about what Kak Rich was presenting at that time. Because of that, I’ve also started to recognize the building designs produced by RAW and I love them. What’s more, I also saw several posts from ig @guhatheguild which feature dynamic and exciting office life too. Long story short, I finally decided to apply to RAW Architecture as one of the agencies I wanted to learn more about architecture and open relationships because of these three factors.

When I first entered the studio, I was immediately greeted by Kak Rich and also the working staff through a brief self-introduction. In that short introduction, we joked a lot and laughed together. It was at that moment that I immediately thought that I was not mistaken in choosing RAW Architecture to be the office I was assigned for my internship for 4 months from 20 June – 22 October.

During those 4 months, I really learned and was happy to get to know many things that are far deeper than what I got at college. In fact, several times I was also often invited to go to the field and learn directly about building construction. However, 4 months was not enough time for me to learn many things in the built field. So, I finally decided to extend. My decision to extend was also not easy for me and it took me quite a while to think about it until I made a unanimous decision on d-1 the day before I ended my internship and contacted Kak Rich and the admin that I wanted to extend until December 23. To be honest, on that day, I was quite afraid that this decision would not be the best for me because I had to divide my time more between work and college. The course I was taking at that time was a research seminar that determined my Tugas Akhir. And yes, in the end I took a lot of time off to take care of my seminars in my extended days. But, even though I’m on leave, I still get a lot of knowledge in built that I really want and I don’t once regret the decision to extend it.

Of course, I would like to thank Kak Rich for giving me the opportunity to contribute a little as an intern student. I am very happy to know Kak Rich as a leader who is very humble and I really look up to him.

Big thanks to Kak Mei, Mas Alim, Kak Fina, and Sofi for “accepting” me in their team to help with some work on the built project that I’m working on hehe

Thank you also to Tyo who has become my 911 in RAW both in work and other life and open Tyo-Tour and Travel on Saturdays/Sundays to Bandung, cool.

To Ms. Riyan, who taught architectural concepts for the first time to me and other staff members or interns who have colored my monochrome life every day.

Until finally, I can say that doing an internship at RAW is a valuable experience that I can’t forget until I’m old. Because at RAW, I don’t only get knowledge of architecture and construction, but also laughter from all of you who have given meaning and added to my collection of precious moments in my life. For me, RAW is not only “The Best Office in The World” but also “The Best Home in The World” where we can feel the warmth of everyone in it.

Sending hugs and the best wishes for each of you MUAH xixi

Best Regrads,

Manuel Hendru

Motivation Letter:

Perkenalkan saya Manuel Hendru, seorang mahasiswa arsitektur semester 6 di Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Tangerang. Saya memiliki ketertarikan yang mendalam terhadap proyek-proyek yang sudah ataupun sedang dikerjakan oleh Studio RAW Architecture, terutama pada desain arsitekturnya, pengolahan pengalaman ruang yang luar biasa, dan juga pemakaian jenis material lokal dan tektonik yang unik. Saya sendiri tertarik untuk mempelajari mengenai pengolahan material menjadi bentuk ruang yang memberikan pengalaman berbeda. Dengan ketertarikan mendasar tersebut, saya bermaksud untuk mengajukan permohonan kerja praktik di Studio RAW Architecture mulai dari bulan Juni 2022 selama lima sampai enam bulan.

Saya sangat menyukai semua hal tentang arsitektur dan desain. Sebagai mahasiswa arsitektur, saya mencoba untuk mengembangkan kegemaran tersebut dan menyelesaikan beberapa mata kuliah terkait, seperti Perancangan Arsitektur, Teknologi Bangunan, Fisika Bangunan, Bangunan Berkelanjutan, Utilitas Bangunan, Komunikasi Digital, Seni Rupa, dan masih banyak lagi mata kuliah yang membekali saya pengetahuan berguna untuk diterapkan di dunia nyata sehingga beberapa dari karya-karya saya tersebut mendapat penghargaan berupa perancangan terbaik. Saya juga sedang menjalani mata kuliah Interior yang mempelajari tentang perancangan ruang dalam pada rumah ataupun café. Saya sangat ingin untuk memperluas wawasan dan juga menerima tantangan baru berupa kesempatan menjadi arsitek kerja praktik pada perusahaan ini.

Bekerja menjadi anggota tim Studio RAW Architecture merupakan salah satu impian terbesar yang ingin saya capai sejak awal menduduki bangku kuliah. Oleh karena itu, saya sangat berharap untuk mendapat kesempatan dalam membantu proyek-proyek Studio RAW Architecture sebagai bagian dari tim serta memperluas koneksi sosial dan juga pengalaman saya sebagai bekal di kemudian hari. Saya dapat mempertimbangkan untuk bekerja secara daring ataupun luring saat ini. Atas perhatian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Kategori
blog

Morahai House

.
Rumah ini memiliki dua sisi, ia privat juga ada sisi publik. Sisi kamar tidur berisi permainan bentuk lengkung-lengkung yang menerus seperti terasering. Massa bangunannya seakan-akan diangkat untuk mengakomodasi daerah komunal-perpustakaan-dan daerah tempat tinggal. Ada tangga disisi ujungnya yang dikelilingi oleh bukaan kotak-kotak. Kebetulan suami dari sahabat saya, suka berkomunitas. Rumah ini adalah cerminan dua sisi komunitas dan keluarga yang saling bertolak belakang. Explorasi kombinasi bentuk lengkungan dan kotak pada bentuk dan fasad bangunan didesain untuk memberikan aliran udara yang sehat dan menghadirkan cahaya udara alami kedalam ruang.
.
Istri dari klien kami adalah sahabat lama saya dari SD. Dulu Saya bertemu dia lagi kira-kira 12 tahun yang lalu dan baru 3 tahun yang lalu bertemu kembali dan menjadi klien kami. Kali ini Pekerjaan kayu-kayu, kisi-kisi depan dan kayu ulin yang sudah terpasang.
.
Layouting didalam rumah rumah ini menyediakan dua jenis zona privasi, publik dan privat karena klien kami menginginkan setiap kerabat yang berkunjung bisa merasa seperti rumah mereka sendiri.
.
Thank you, clients (G+J), contractor, and the teamwork, architecture is collaborative work
@realricharchitectureworkshop , @timbulsimanjorang@alimhanz, and many other people involved, hugs 🤗
.
#RAWongoing #RAWprogress #Morahaihouse #house #details #bioclimatic #architecture #architecturedetails #architectureproject #workingonprogress #dezeen #archdaily #arsitektur #arsitekturindonesia

Kategori
blog

Tan Tjiang Ay + Yuswadi Saliya

Barusan hari ini di akhir tahun 31 Desember 2022, saya berkesempatan bertemu Om Tan Tjiang Ay dan Pak Yuswadi Saliya.
.

Dari om Tan saya belajar keseharian berpraktik yang realistis, optimal, dan detail. Saya berpraktek karena keterpaksaan, ia berujar.
.
“Masa sih pak keterpaksaan, menurut saya bukan keterpaksaan, tapi memahami keterbatasan melalui penyelesaian permasalahan.” Jawab saya.

“Tapi yang saya selesaikan, adalah permasalahan lapangan yang sehari – hari. Yang tidak mahal, yang praktis.”Ujarnya.

“Itu salah satu aspek yang bisa dijawab arsitektur pak, permasalahan sehari – hari, dan juga diperlukan oleh banyak orang. Mungkin juga detail, solusi yang sederhana bisa menjadi inspirasi oleh publik.” Jawab saya

Perbicangan seperti ini berjalan berjam – jam lamanya. Sampai satu saat saya menanyakan benang merah berkarya. Ia menjawab, wah wah pertanyaan berbahaya itu, sambil terkekeh- kekeh. Ia bercerita saya menimpali, itulah kenikmatan tersendiri di dalam memahami om Tan yang sudah berpraktek 50 tahun lamanya. Tempat kerjanya ada di dalam sebuah bangunan yang sudah berdiri dari tahun 1920, disesuaikan ulang, di tambah – tambah dan juga dikurang – kurangi. Umur struktur bangunan tersebut sudah 102 menuju 103, dari situ kita bisa belajar soal sikap menghargai, ya attitude adalah awal dari proses perencanaan, sebelum filosofi, sebelum teori, sebelum metode, dan ilmu – ilmu lapangan.
.


Dari Pak Yus kita bisa belajar memahami perspektif yang lebih dalam dari permukaan.
Ia melihat perspektif perlu didukung oleh data, sehingga polanya bisa terbaca, ia menyebutnya taksonomi atau pengelompokkan. Arsitektur pun demikian.
.
Data itu penting yang dipergunakan untuk memetakan langkah – langkah ke depan, ia mengulangi berkali – kali.
.
Dari kedua legenda hidup tokoh arsitekur ini, saya belajar kedalaman perspektif dan sikap hidup sehingga perbincangan berjam – jam menjadi taksonomi desain. Memang langkah pertama dari kreativitas adalah membuka diri dari situ kita hanya warana(alat) dan wahana(kendaraan) yang indah untuk sekitarnya.
.
Pak ini resep awet muda, saya berkelakar, mereka pun tertawa.

“Untuk Om Tan saya siapkan anggur, untuk menemani malam tahun baru.” Saya berkelakar.

“Wah ini harus sedikit – sedikit nih, supaya santai dan diam – diam, nanti ngga boleh gaul sama ibu” Ia pun balas berkelakar sambil tertawa terbahak – bahak.
.
“Untuk pak Yuswadi saya siapkan buah, ini resep umur panjang.”

istri pak yus datang, dan beliau tertawa,

“aduh ini kita suka sekali.” Ia berkata, dan pak Yus tertawa lepas.”Jangan pulang dulu kita masih bisa ngobrol dan diskusi.” Saya pun duduk 30 menit lagi sebelum istri saya telp karena sudah mulai malam.
.
“Pak saya pamit dulu ya, soalnya saya mau nemenin istri dan anak – anak makan.” Saya berpamitan.
.
“Pak saya foto ya buat kenang – kenangan.”
.
“Hayuuuukk.” Katanya.
.
Memang tawa para legenda arsitektur ini tidak bisa dilepaskan dari pasangannya, dua legenda romantis yang sayang akan cinta sejatinya dan kehidupannya yang dijalaninya dengan seksama.
.
Ini hanya refleksi singkat dari pertemuan dengan para legenda hidup arsitektur. Doa dari keseharian, meneruskan pesan untuk merajut jiwa. 2023 yuk jalan.

Kategori
blog

Guha, The Heart of The Family

Tahun ini penuh dengan refleksi kehilangan dan kelahiran kembali. Kami kehilangan akan kematian ayah kami, dan juga rasa bersyukur kami akan orang – orang terdekat yang terus bisa menjaga tali silahturahmi.

.

Kira – kira 3 bulan yang lalu, saya dipanggil oleh ibu saya untuk mengajak bicara Dad (panggilan kami ke ayah). Dad ada di satu pojok meja makan sedang terdiam begitu saya masuk ke pintu ruang keluarga. Dalam hati saya bertanya – tanya apakah beliau sedang ngambek ? Apa karena ia dipaksa makan ? ataukah ada kalimat – kalimat dari sekitarnya yang tidak sengaja muncul menyakiti hatinya ? .

Saya mencoba duduk di sampingnya selama 45 menit untuk mencoba mengajaknya bicara, dan akhirnya beliau berkata,

“Dad mau ke kamar, mau tidur!”

Di satu sisi ruangan saya melihat ibu saya, yang terduduk lemas, karena terkuras energinya untuk mengurus Dad. Ibu saya adalah orang yang sangat aktif, ia adalah ketua RT. Baginya aktifitas itu penting, dan ia sangat cinta pada ayah saya. Saya tahu di dalam hati Mom takut kalau ayah makin kurus, atau jatuh sewaktu berjalan, atau sesimpel ia kuatir begitu dad diam saja tidak mau berinteraksi dengan sekitarnya karena Parkinson. Mom adalah orang yang berjaga – jaga terus, mengantisipasi begitu banyak kemungkinan karena rasa sayangnya untuk Dad.

Dad kemudian berjalan ke kamar, dan saya mengikuti beliau. Ia masih bisa berjalan lancar. Ia kemudian merebahkan diri dan memejamkan mata. Saya duduk di sebelah beliau dan mencoba mengajaknya berbicara, ia seketika membuka mata dan sadar.

Ia tiba – tiba berkata :

“Sorry ya yal(panggilan Dad ke saya) … Daddy, kena penyakit Parkinson, maaf kalau Dad ngga bisa mengatur pikiran Dad sendiri, dan kadang penyakit ini bikin Dad ngga bisa makan, karena ngga bisa nelen.” Ia sambil menangis berbicara seperti itu.

Saya menanggapi :

“Di, ngga apa2, namanya penyakit orang tua, yang sabar ya di, kita temenin Daddy.”

Saya mendengar dari cerita – cerita orang sekitar, banyak orang menjauhi orang – orang tua yang sakit, karena ketakutan orang tersebut sendiri, dan tidak tega melihat penderitaan orang sakit. Tapi saya sangat sayang ke Dad, dan pengalaman melihat orang tua sakit adalah pengalaman pertama saya, kedua orang tua kami (saya dan Laurensia) masih lengkap.

Situasi sudah larut malam, saya mau pamit pulang karena saat itu sudah hampir tengah malam, saya menghampiri Dad.

“Dad, Real mau pulang dulu, besok Real main lagi kesini, saya jemput kita jalan – jalan ke proyek.”

Seketika ia bicara

“Kamu jangan pergi, Dad mau peluk kamu”, dan seketika itu air mata saya menetes, dan saya memeluk Dad untuk pertama kalinya sesudah begitu lama. “Real sayang Daddy, yang sabar ya Di.” Dari situ saya sudah berpikir bahwa waktunya sepertinya sudah dekat. Saya mempersiapkan diri untuk menjaga Mom karena energinya pasti akan terkuras, fisik dan mental.

Saya sempat membawa Dad untuk menginap di rumah kami di Guha karena saya melihat Mom sedang capai – capainya, dan saya punya tenaga yang bisa yang membantu beliau sembari dirawat. Anggap saja Mom perlu istirahat sementara. Kemudian setelah beliau tinggal beberapa hari saya baru sadar, bahwa Dad mencari Mom, cinta sejatinya.

Saya sempat membawa Dad untuk menginap di rumah kami di Guha karena saya melihat Mom sedang capai – capainya, dan saya punya tenaga yang bisa yang membantu beliau sembari dirawat. Anggap saja Mom perlu istirahat sementara. Kemudian setelah beliau tinggal beberapa hari saya baru sadar, bahwa Dad mencari Mom, cinta sejatinya. Pertanyaannya sekitar, mana Mom ? Mom jangan cape2 dia banyak yang diurusin. Dari situ juga saya belajar bahwa, di pikiran Dad sebenarnya Mom adalah prioritas untuk dia jaga. Secinta itu Dad sampai Ia yang orang sakit pun menjaga Mom, orang yang sehat. Kemudian kita berbincang – bincang dan saya terkadang menimpali perbincangan dia, meyakinkan dirinya kalau ia bisa dimengerti oleh lawan bicaranya. Beberapa hal yang dibicarakan adalah seputar proyek, klien, kawan – kawan tenisnya, dan menanyakan apa kabar mereka semua.

Pertanyaannya sekitar, mana Mom ? Mom jangan cape2 dia banyak yang diurusin. Dari situ juga saya belajar bahwa, di pikiran Dad sebenarnya Mom adalah prioritas untuk dia jaga. Secinta itu Dad sampai Ia yang orang sakit pun menjaga Mom, orang yang sehat.

Kemudian kita berbincang – bincang dan saya terkadang menimpali perbincangan dia, meyakinkan dirinya kalau ia bisa dimengerti oleh lawan bicaranya. Beberapa hal yang dibicarakan adalah seputar proyek, klien, kawan – kawan tenisnya, dan menanyakan apa kabar mereka semua.

Dulu dari sejak 20 tahun yang lalu, Dad adalah orang yang sungguh setia, ia adalah orang yang setia menelpon kawan – kawannya 1 – 2 jam sebelum acara main tennis dimulai. Ia adalah seorang pencatat. Di Permata Buana ia menghabiskan waktu – waktunya 2 – 3 kali seminggu di lapangan tennis. Beliau menghabiskan waktu 6 tahun di lapangan tenis yang lama di depan komplek sampai pindah ke lapangan baru di komplek baru selama 10 tahun setelahnya. Ia adalah orang yang menjadi bendahara sekaligus pencatat, saya kadang menemani beliau untuk membeli bola tenis untuk kawan – kawannya.

Dulu dari sejak 20 tahun yang lalu, Dad adalah orang yang sungguh setia, ia adalah orang yang setia menelpon kawan – kawannya 1 – 2 jam sebelum acara main tennis dimulai. Ia adalah seorang pencatat. Di Permata Buana ia menghabiskan waktu – waktunya 2 – 3 kali seminggu di lapangan tennis. Beliau menghabiskan waktu 6 tahun di lapangan tenis yang lama di depan komplek sampai pindah ke lapangan baru di komplek baru selama 10 tahun setelahnya. Ia adalah orang yang menjadi bendahara sekaligus pencatat, saya kadang menemani beliau untuk membeli bola tenis untuk kawan – kawannya. Di dalam lingkup batas yang kecil, Dad mengajarkan ke kami semua bahwa hidup yang terbatas ini perlu untuk berkontribusi dan jangan merepotkan orang lain. Ia juga percaya bahwa hidupnya adalah untuk membuka jalan kemungkinan berkembang untuk orang lain, dan juga menjaga teguh nama baik keluarga. Dia menjalani kehidupan yang luar biasa, a great dad, pribadinya adalah pribadi yang sederhana dan teguh akan prinsip – prinsip yang diyakininya.

Di dalam lingkup batas yang kecil, Dad mengajarkan ke kami semua bahwa hidup yang terbatas ini perlu untuk berkontribusi dan jangan merepotkan orang lain. Ia juga percaya bahwa hidupnya adalah untuk membuka jalan kemungkinan berkembang untuk orang lain, dan juga menjaga teguh nama baik keluarga. Dia menjalani kehidupan yang luar biasa, a great dad, pribadinya adalah pribadi yang sederhana dan teguh akan prinsip – prinsip yang diyakininya.

Kira – kira 10 tahun yang lalu, kami mengalami pengalaman kehilangan anak kami, pada waktu itu, saya dan Laurensia tidak bisa berkata – kata apa – apa. Sampai dalam keseharian kami memilih untuk menutup diri dan mencoba datar atau tidak memiliki emosi apa – apa karena kesedihan kami yang begitu dalam. Di balik kesedihan yang muncul begitu berat saat itu, kami bertanya – tanya kenapa, kenapa hal tersebut bisa terjadi ?

Kira – kira 10 tahun yang lalu, kami mengalami pengalaman kehilangan anak kami, pada waktu itu, saya dan Laurensia tidak bisa berkata – kata apa – apa. Sampai dalam keseharian kami memilih untuk menutup diri dan mencoba datar atau tidak memiliki emosi apa – apa karena kesedihan kami yang begitu dalam. Di balik kesedihan yang muncul begitu berat saat itu, kami bertanya – tanya kenapa, kenapa hal tersebut bisa terjadi ?

Dad hanya berpesan supaya kami sabar, dan fokus untuk terus mencoba. Kami mendapatkan jawabannya dengan kelahiran anak kami Miraclerich dan Heavenrich. Bahwa ada pesan dalam kehidupan kami bahwa supaya kami tidak lupa bahwa kami perlu menjaga generasi muda.

Dalam kesehariannya juga Dad adalah pribadi yang luar biasa, ia tidak pernah sama sekali merepotkan, dan punya integritas sangat tinggi. Ia menjauhi konflik dan biasa memendam hal – hal yang menjadi kegusarannya di benaknya saja. Ia juga tidak pernah berteriak sakit, ataupun mengeluh. Bahkan ketika 2 bulan yang lalu ketika tulangnya patah, dan tidak ada yang menyadarinya, dan ia juga tidak mengeluh, sampai 1 bulan kemudian kami mengetahuinya justru dari dokter home care.

Dalam kesehariannya juga Dad adalah pribadi yang luar biasa, ia tidak pernah sama sekali merepotkan, dan punya integritas sangat tinggi. Ia menjauhi konflik dan biasa memendam hal – hal yang menjadi kegusarannya di benaknya saja. Ia juga tidak pernah berteriak sakit, ataupun mengeluh. Bahkan ketika 2 bulan yang lalu ketika tulangnya patah, dan tidak ada yang menyadarinya, dan ia juga tidak mengeluh, sampai 1 bulan kemudian kami mengetahuinya justru dari dokter home care. Kami membawanya ke laboratorium untuk rontgen dan baru saat itu saya mendengar ayah saya menangis, karena kesakitan ketika badannya dibalik – balik untuk memudahkan foto Rontgen. Hari keesokannya Dad dioperasi oleh Dokter William, dokter di Rumah Sakit Puri Indah. Keadaan baik – baik saja setelah itu, dan beliau bisa pulang. Berat badan beliau berangsur – angsur meningkat. Dan saya benar – benar bersyukur melihat senyumnya. Ia masih bisa berdiskusi meski kesulitan berbicara mungkin karena terhalang selang NGT yang dipasang untuk memudahkannya makan. Operasi tulang tersebut adalah salah satu jalan juga untuk memasukkan selang NGT supaya beliau bisa makan, karena parkinson dideritanya membuat otot menelannya bermasalah, jadi beliau sering tersedak dan kesulitan makan. Begitulah yang saya pahami bahwa, penyakit parkinson menyerang sarang yang semakin degeneratif dimana satu saat pikiran tidak bisa berkordinasi lagi dengan gerakan badan.

Saya kadang bertanya, “Dad, kenapa ngga ngomong kalau sakit ? ” Ia hanya diam. Dad seperti dad yang dulu, ia hanya tidak mau memberatkan kami semua di sekitarnya.

Kami membawanya ke laboratorium untuk rontgen dan baru saat itu saya mendengar ayah saya menangis, karena kesakitan ketika badannya dibalik – balik untuk memudahkan foto Rontgen. Hari keesokannya Dad dioperasi oleh Dokter William, dokter di Rumah Sakit Puri Indah. Keadaan baik – baik saja setelah itu, dan beliau bisa pulang. Berat badan beliau berangsur – angsur meningkat. Dan saya benar – benar bersyukur melihat senyumnya. Ia masih bisa berdiskusi meski kesulitan berbicara mungkin karena terhalang selang NGT yang dipasang untuk memudahkannya makan. Operasi tulang tersebut adalah salah satu jalan juga untuk memasukkan selang NGT supaya beliau bisa makan, karena parkinson dideritanya membuat otot menelannya bermasalah, jadi beliau sering tersedak dan kesulitan makan. Begitulah yang saya pahami bahwa, penyakit parkinson menyerang sarang yang semakin degeneratif dimana satu saat pikiran tidak bisa berkordinasi lagi dengan gerakan badan.

Satu waktu saya sedang dalam perjalanan rapat, jam 17.35 ada telp masuk dari kakak ipar saya. Kalau ada sampai telp masuk ke saya biasanya adalah masalah serius soal Dad.

“Real, Daddy sesek.”

Saya kemudian membatalkan rapat pada hari itu dan langsung bergegas ke rumah Dad. Saya melihat Dad meringkuk dan kesulitan bernafas. Kemudian saya menghubungi Nurul (anak pak Misnu, perawat). “Nurul tolong ke tempat Opa (Dad) , Opa sesek, tolong cek kita bisa ada stok oksigen.” Saya pun menghubungi Laurensia. “Dith(nama belakang Laurensia), Dad sesek, ke sini buat rembuk kita perlu antisipasi.”

Dari diskusi dengan seluruh keluarga, kakak, adik, kami menanyakan ke Mom yang sudah pasrah dengan keadaan Dad. Laurensia waktu itu menelpon Dokter Home Care, yang merupakan teman satu SMA kami, dokter Anton. Ia datang membawa alat penyedot lendir, dan menambah oksigen, supaya Dad tidak sesak.

Anton : “Dith, Yal (nama panggilan kami berdua), baiknya dibawa ke rumah sakit, karena peralatan lebih lengkap, dan pasti beliau lebih ngga sakit dan lebih tenteram.”

kami memutuskan malam itu juga dimasukkan ke Rumah Sakit, karena saturasi oksigen menurun sampai ke 70. Di UGD, kami mengatur skedul jaga, dan saya mendapatkan tugas pagi – pagi supaya bisa bertemu dokter dan mengantisipasi apa saja yang perlu dilakukan.

Pagi satu hari setelahnya saya bergegas untuk menemui Dokter Margareta, dan membicarakan kemungkinan apa yang bisa dilakukan. dari diagnosa beliau Dad mengalami sesak nafas karena pita suaranya tertutup karena gerak saraf untuk menggerakkan pita suara tersebut terhambat oleh Parkinson. Sekaligus ada penumpukan lendir di tenggorokan. Beliau berbicara mengenai satu – satunya kemungkinan adalah Trakeostoma, melubangi membuka jalan udara dari leher. Trakeostoma ini, sangat dihindari oleh ibu saya, yang tidak menginginkan adanya penderitaan dari Dad. Dan kami anak – anaknya menghormati keputusan ibu.

Pagi satu hari setelahnya saya bergegas untuk menemui Dokter Margareta, dan membicarakan kemungkinan apa yang bisa dilakukan. dari diagnosa beliau Dad mengalami sesak nafas karena pita suaranya tertutup karena gerak saraf untuk menggerakkan pita suara tersebut terhambat oleh Parkinson. Sekaligus ada penumpukan lendir di tenggorokan. Beliau berbicara mengenai satu – satunya kemungkinan adalah Trakeostoma, melubangi membuka jalan udara dari leher. Trakeostoma ini, sangat dihindari oleh ibu saya, yang tidak menginginkan adanya penderitaan dari Dad. Dan kami anak – anaknya menghormati keputusan ibu.

Sekaligus Ia pun mengecek kembali beberapa saat setelahnya ternyata ada pnemonia besar di paru – paru. Dan juga memberikan antibiotik. Dari tenggorokan bermasalah dan dari paru – paru pun bermasalah.

Dokter Margareta berkata, “Sepertinya dengan keputusan yang diambil, kita tidak bisa melakukan apa – apa. Dan kita persiapkan supaya beliau dimonitor terus memasuki fase DNR (A do-not-resuscitate order, or

(Note : DNR order, is a medical order written by a doctor. It instructs health care providers not to do cardiopulmonary resuscitation (CPR) if a patient’s breathing stops or if the patient’s heart stops beating.)

Pada saat itu, air mata saya tidak terbendung lagi, dan saya menangis di pojok ruangan. Dan seketika itulah, saya bersiap – siap untuk menjaga Mom dan menyampaikan kabar ini, bahwa kita semua bersiap – siap.

Kemudian saya mencoba berpikir taktis, strategis, mencoba bersiap – siap tanpa perasaan apapun supaya kesehatan orang. – orang yang menjaga Dad bisa stabil di dalam memasuki fase yang genting.

Saya menulis di Wa keluarga seperti ini.

Kesepakatan jaga daddy 

Kriteria : 1.realrich (aku prefer di pagi karena bisa cek dokter bareng yudith) dan winson baiknya di pagi atau malam alasan ketemu dokter atau buat nganter mami pulang (koko win/saw2 noni perlu banyak ngobrol sama mami ) dan mami ngga boleh tidur di rumah sakit karena dia udah tua dan berumur. Tekanan mentalnya berat kalau liat daddy. 2.richman prefer siang sambil bisa kerja remote di studio 3.winson bisa malam tp menurutku ngga boleh jaga malam 4.realrich sama mondrich kadang2 ada rapat di siang 

Skema 1 (mondrich off) 07.00 – 12:00 (4-5) realrich 12:00 – 17:00  (4-5) richman 17:00 – 22:00  (4-5) winson. Skema 2 (realrich off) 07.00 – 12:00 (4-5) winson 12:00 – 17:00  (4-5) richman 17:00 – 22:00  (4-5) mondrich. Skema 3 (richman off) 07.00 – 12:00 (4-5) realrich 12:00 – 17:00  (4-5) mondrich 17:00 – 22:00  (4-5) winson. Skema 4 (winson off) 07.00 – 12:00 (4-5) realrich 12:00 – 17:00  (4-5) richman 17:00 – 22:00  (4-5) mondrich

Suster khusnul jam 07.00-19:00 Perawat Rivaldo jam 19:00 – 07.00. Perawat datang dalam kondisi sudah makan. Semua kebutuhan vitamin dsb bisa kordinasinsama realrich atau yudith buat perawat. Mom akan drop makan siang untuk suster. 

Kondisi off: 1.Koko winson / richman perlu cek toko ke luar jakarta, 2.Sakit dari salah satu, 3. Ada urgent di studio Realrich / Mondrich4. Rotasi skedul. Rotasi tetap kecuali ada item 1-3 kita backup lagi. Sabtu : Mondrich off Minggu : Winson off Senin : Realrich off Selasa : Richman Off Rabu : mondrich off Kamis : winson off Jumat : richman off. Note : Realrich bisa gantian sama Laurensia (Yudith) jd sementara gini dulu jd ada waktu istirahat.

Saya menganggap kordinasi seperti ini seperti menyusun program ruang di dalam arsitektur. ada SOP, protokol yang dilakukan dengan evaluasi terus menerus.

Fase – fase menjaga Dad ini berjalan intensif, saya belajar untuk fokus sisi keluarga besar, Mom, kakak2, dan adik saya, bahwa mereka perlu ditemani, dijaga. Di tahap ini saya merasa bahwa saya juga sudah tidak enak makan, seperti makan udara saja cukup. Waktu tidur, dan waktu bertemu Laurensia yang sejenak menjadi saat istirahat cuma 3 – 4 jam sebelum masuk ke rotasi skedul untuk menjaga Dad.

Sampai satu hari di hari minggu, Mom berjaga – jaga, ia kerap kali menangis. Ia bilang Dad mau pulang,

“apa kita ajak pulang saja ya.”

Saya meyakinkan rumahnya Dad disini bersama keluarganya di rumah atau di rumah sakit, kalau di rumah sakit akan lebih baik. Beliau lebih tenteram. Saya mengerti bahwa Mom sangat sedih waktu itu. Saya mengajak Mom dan Laurensia untuk berdoa. Kemudian kakak ipar pun datang, dan kami melakukan doa Rosario.

Setelah doa rosario selesai. Laurensia berbisik,

“Yang, itu tadi ada kelupaan doa koronkanya, aku mau doa dulu ya.” Kemudian setelah doa itu selesai, kami berdiri. Dan saya menelpon seluruh saudara, karena Dad sudah seperti tidak sadar. Setelah saudara berkumpul,

Kakinya dingin, nafasnya pun melambat. Dad pun pergi meninggalkan kami.

Satu demi satu tangisan pun muncul, dan tidak disadari air mata saya deras menetes, dan mengingat 3 bulan yang lalu, kehangatan yang muncul, pelukan, momen, kenangan membasahi dengan air mata.

Hati kami remuk diitinggal beliau, dengan menyadari bahwa kenangan yang terbentuk seakan – akan pecah.

Kita semua yang ditinggalkan adalah pribadi yang rapuh karena proses kehilangan seseorang yang kita cintai. Dari situlah ucapan bela sungkawa, bunga – bunga, dan tegur sapa menjadi sebuah proses indah yang menyatukan kami kembali dalam satu keluarga yang utuh untuk saling menjaga.

Di dalam perjalanan kita semua, setiap keluarga memiliki keindahan prosesnya masing – masing, dan kami hanya bisa berterima kasih dengan membalas doa yang sudah disampaikan melalui doa dan harapan sentuhan kehangatan untuk menemani perjalanan kita semua di dalam waktu terbatas. Sebuah proses yang indah sekaligus memanusiakan, dari debu kembali ke debu menuju Bapa di Surga.

.

Beberapa minggu kemudian, saya menelpon Roby salah satu komposer dari Yogya. “Rob ini ada 8 pergantian di dalam lagu yang kamu buat.” pada saat itu kami sedang membuat video dokumenter tentang RAW Architecture Studio Garasi. saya berkata. “4 bagian tentang Daughter, 4 bagian tentang Dad, sebuah proses kehidupan. Kelahiran, dewasa, menua, dan kehilangan, dan lahir kembali, sebuah Supernova yang diberikan mereka berdua, ledakan kasih yang tidak terhingga batasnya.

Renjana artinya di antara rindu dan cinta kasih, dari ayah untuk ayah. Sisi diri ini yang kehilangan Cheri dan ayah saya, menarik saya di antara dua dunia, dua generasi yang berbeda. Saya teringat akan figur Basudewa, ayah dari Kresna yang dikenal sebagai penjaga nilai – nilai kebaikan. Pesan ayah akan bagaimana menjaga tali silahturahmi antara yang muda dan tua akan saya teruskan di antara dua dunia, dua generasi. Air mata saya menetes ketika mengingat Dad dan Cheri.

I miss them all so much. Mereka hadir di sekitar kami, menemani jalan kami, di studio, di rumah, di perjalanan. Kehadiran mereka menjaga langkah – langkah kami untuk membantu sesama dan menciptakan surga bagi orang lain. Studio kami juga terus berkembang, masih kecil seperti sebelumnya, penuh dengan kawan – kawan yang terus berprogress bersama. Ayah saya adalah mentor abadi yang terus membimbing, ajarannya terus melekat sampai sekarang. Ajaran terutama beliau, adalah belajar dari orang yang lebih berpengalaman sembari membagikan pengalaman ke yang lebih muda sepenuh hati, sepenuh jiwa.


.
Barusan hari ini di akhir tahun 31 Desember 2022, saya berkesempatan bertemu kawan, mentor, sekaligus tempat berkaca-Pak Tan Tjiang Ay dan Pak Yuswadi Saliya. Dari om Tan saya belajar keseharian berpraktik yang realistis, optimal, dan detail. Dari Pak Yus kami belajar memahami perspektif yang lebih dalam dari permukaan. 

Tahun 2022 adalah waktu berdua – dua, sebuah saat untuk melekatkan diri dengan pasangan sejiwa. Tahun 2023 adalah tahun berkomunitas, tempat merajut impian bersama. Di depan kami terlihat berdua namun di belakang kamj, ada begitu banyak jiwa yang membantu, mendorong, mewujudkan impian untuk saling mensejahterakan.
.
Saya mendoakan kawan-kawan semua diberkati dengan kesehatan, impian, dan kawan seperjalanan yang bisa terus membuat kebahagiaan itu nyata setiap harinya. Terima kasih untuk 2022, selamat datang 2023 membuka keajaiban baru memberikan surga untuk banyak orang.

Selamat datang 2023, mari melangkah.

Guha, The Heart of The Family

Judul Lagu : Guha, The Heart of The Family, Karya : Roby Framelens

Chapter 1 : Our Daughter

Jantung hati kunantikan

Sewaktuku berdoa

Buah hati kurindukan

Sewaktuku berdoa

Satu doa kudengar detak itu degup nelangsa ku bahagia ku,

ketika kurasa tendangan kecilnya

menyentuh raga ku terharu

Satu saat kudengar detak itu degup nelangsa kubahagiaku,

ketika kurasa tendangan kecilnya

menyentuh sukma ku terharu

Reff :

Nak anakku berkembang dalam doa

Nak anakku berkembang dalam doa

ku anakku ku berkembang dalam asa

ku anakku ku berkembang jiwamu

Chapter 2 : Our Father

Prelude :

Dalam surga, ada bapa, ada pesan, ada doa, dalam surga ada tawa ada pesan ada doa.

Sakitmu kurasakan

dalam langkahku langkahmu, menjalani ragamu dan aku ku dirimu, bertemu surgamu surgaku.

Kategori
blog

Selamat Natal 2022

.

Kami sekeluarga mengucapkan Selamat Natal 2022 dan Tahun Baru 2023. Semoga berkat berlimpah untuk kita semua di dalam kedamaian dunia yang indah ini.
.
Semoga hidup lebih sehat dan bahagia, sukses juga untuk kita semua. Selamat liburan ya ^^
.
🙏🙏🙏❤️

Kategori
blog

Sunaryo dan Ronchamp Chapel 


.
Di Ronchamp Chapel karya Le Corbusier ada permainan cahaya dengan tampak menghadap utara selatan sehingga cahaya pagi didesain untuk menerangi altar utama. Sedangkan daerah selatan didesain untuk altar terbuka dengan bukaan-bukaan dengan pola besar kecil.

Kami tinggal di satu penginapan, salah satu keluarga donatur Ronchamp yang memiliki hotel di pinggir sungai yang bercabang ke sungai Le Rahin. Pada saat makan pagi bersama, ia berkata Ronchamp sendiri dibangun untuk membiayai ekonomi kota, bersama warga. Bentuknya yang tidak biasa terkadang membuat orang bertanya-tanya, bagaimana bisa karya seperti itu hadir di puncak bukit.

Bulan lalu saya bertemu Seniman Sunaryo di Selasar Paviliun, di pameran Le Corbusier. Saya menyapa beliau ketika melihat beliau duduk istirahat di rumput. Saya bertanya ke beliau “Apa itu arsitektur ?”

Menurut beliau bangunan dan seni adalah satu, tidak terpisahkan, itulah arsitektur lalu Ia bertanya pendapat saya “Apakah memang karya Le Corbusier yang di Ronchamp punya nilai yang baik?” Ia sendiri punya rasa penasaran terhadap pameran Le Corbusier di Selasar Paviliun.

Saya bertanya “Bagaimana cara untuk mengutuhkan arsitektur melalui seni?”. Pak Sunaryo menjelaskan bahwa penguasaan teknik menjadi langkah awal, kemudian disusul oleh pertanyaan untuk siapa kamu berkarya, yaitu untuk orang lain melalui dirimu sendiri.

Setiap karya arsitektur dari segi skala, memiliki tingkat kesulitan, pertimbangan, taktik eksekusi yang optimal dan efisiensi yang berbeda-beda. Yang menarik adalah bagaimana karya itu menggerakkan perekonomian kota dari masa waktu dibangun sampai setelah dibangun. Kerja tersebut pasti melelahkan. Hal itu berulang di dalam desain gereja Firminy dilanjutkan dari sketsa Corbusier. Oubrerie, asisten yang menemani Corbusier di dalam berkarya menjadi desainer dari gereja tersebut dengan banyaknya turunan teknik desain. Jadi energi beliau, berlanjut, merintis dan berkembang dari benih satu ke selanjutnya, beliau menjadi jembatan seperti Pak Sunaryo dengan program selasarnya yang menjadi jembatan untuk seniman muda berpameran.
.
Jembatan kasih untuk tahun 2023, pas :p

#RAWinspirasi
.

Kategori
blog

Variant of Free Curves 


.
Chimney House is one of RAW Architecture’s works in Tangerang. The design proposes free-curve variants to respond to lights, air movement, views, and programs. The design makes use of natural lighting through skylights above the stairs, corridors, and bathrooms. Opening and skylight in the center of the building are a response to getting enough natural light and allowing air movement.
.
The open plan concept that combines outdoor and indoor spaces provides a limitless space experience and maximizes space quality. The transparent room provides unlimited views and panoramas that can be enjoyed while relaxing inside the house.
.
#RAW99%finished #Chimneyhouse#house#bioclimatic#architecturedetails#details#architecture#architectureproject#realricharchitectureworkshop#realrichsjarief#archdaily#archistudent#architect#architecture#dezeen#indonesia#indonesianarchitecture#brikolase#dotworkshop

Kategori
blog

Bioclimatic Tube House 


.
One of the RAW Architecture #RAW99%finished. It’s a 3-story house with a compact, technological design with solar panel integration and a north-south opening.

The layout is separated by 3 simple grids. The shape is like a tube with a bridge in the middle – the result of efforts to incorporate air and light into the bedroom and living room.
.
@realricharchitectureworkshop
.

Rendering by @enomuvisual

.
#RAW99%finished #Rumahtabung#henderafanihouse#house#Banten#details#bioclimatic#architecture#architecturedetails#architectureproject#realricharchitectureworkshop#dezeen#archdaily#arsitekturindonesia

Kategori
Team - Librarian and Researcher Team - Tier 4

Wahyu Prasetyo

Associate Researcher, Librarian, and Curator

Affiliation Universitas Negeri Sebelas Maret

Kategori
Team - Designer Team - Tier 4

Janice Elvina Williem

Associate Designer

Affiliation University of Melbourne

Kategori
Team - Reflection Letter

Devi Angraini – Universitas Multimedia Nusantara

Hello, I’m Devi, a 7th-semester architecture student from Multimedia Nusantara University, Tangerang. Just being a student and hearing my lecturers talk about working in architecture makes me wonder what it feels like to be in a real architecture field and what would be different from what I got at university. That is why, during my inter-semester break, I decided to apply for an internship at several architectural bureaus and RAW is one of them. RAW’s projects shown by Kak Rich in my several campus webinars amazed me with how the projects are different from others. It made me want to analyze and learn more about that in some of my assignments and become the reason why I chose RAW as my intern office.

But the thing is, I have no clue at all about the culture and how the people work in RAW since my seniors on campus never do internships or work there. So I asked Kak Gaby who is a former intern at RAW about that, looked for the information on Guha The Guild’s Instagram which showed that Kak Rich usually gathers the team and talks not just about architecture but also about life which interests me, and hoped it will be “The best office in the world”, just like what they say.

On the first day of entering Guha, I already know that I can learn a lot here just by looking at the unique doors it has. Then after meeting the team and starting to work here, I am more than convinced that this is indeed the best office in the world. The people here are so warm, humble, willing to share their knowledge about everything, and also patient when teaching us. I learn a lot about architecture in depth by understanding details that I didn’t get much before, communicating with a team, learning new architecture software which I’ve never used before, and making a design from scratch than making it real. Not only about architecture, but I also learned about a lot of aspects of life such as friendship, relationships, work, education, and many more by hearing people’s various interesting and funny stories. By this, for me, Guha feels like a second home where you can get the warmth from the people and get every information you need to face the wild world out there.

Four months here feels not enough to gain and learn all the knowledge that RAW’s team and the project have but I’m really grateful for having a chance to do an internship here, thank you to Kak Rich. I also want to thank Kak Rich for sharing many insights about architecture and advice on how to become a better person in every meeting, being humble, and appreciating every little thing. Thank you to all the team, Kak Pandu, Kak Riyan, Kak Timbul, Kak Tyo, Kak Al, Kak Rico, Kak Alim, Kak Haykal, Kak Gaby, Kak Putra, Kak Melisa, Kak Khafyd, Kak Kirana, Kak Audy, Kak Vyan, Kak Fina, Kak Sofi, Ci Mei, and Evan for every knowledge, stories, and time that you share with me. Also thank you to my intern friends, Manuel, Nanda, Damas, Zyadi, Ryan, Akmal, Janice, Jessica, Reji, Zikri, and Reva for accompanying me during my internship. It is such a blessing to get to know amazing people like you. I hope the best to RAW and every one of you in every journey of your life. I hope we can meet or work again together in the future.

Kategori
Team - Administration Team - Tier 4

Fransisca matanari

Associate Finance

Affiliation STMIK Triguna Dharma Medan

Kategori
Team - Designer Team - Tier 4

Evanjelicel Tamio Dimpudus

Associate Designer

Affiliation Universitas Pelita Harapan

Kategori
Team - Librarian and Researcher Team - Tier 4

Arlyn Keizia

Associate Researcher, Librarian, and Curator

Affiliation Universitas Agung Podomoro

Kategori
Team - Designer Team - Tier 4

Audy kiranaputri ramadewa

Associate Designer

Affiliation Universitas Diponegoro

Kategori
Team - Librarian and Researcher Team - Tier 4

Aryo Phramudhito

Associate Researcher, Librarian, and Curator

Affiliation Institut Seni Indonesia Denpasar

Kategori
Team - Librarian and Researcher Team - Tier 4

Maylani Tiosari

Associate Researcher, Librarian, and Curator

Affiliation Master : Institut Teknologi Bandung, Bachelor : Universitas Trisaksti

Kategori
blog

Poetic Space In Three-Generation Home 

.
New project ongoing at Bukit Golf BSD #RAWongoing. We design houses for three-generation families. The shapes of walls form the views of the golf course in South Jakarta and create airflow, natural lights, water catchment, and a series of landscapes that define bioclimatic architecture.
.
@realricharchitectureworkshop
.
#RAWongoing #RAWprogress #Wangkarhouse #bukitgolf #house #details #bioclimatic #architecture #architecturedetails #architectureproject #workingonprogress

Kategori
blog

Taman Hutan Raya Bandung 

Taman Hutan Raya
.
Kemarin kami berkunjung ke Taman Hutan Raya. Lokasi Tahura yang tidak jauh dari pusat kota dan berdekatan dengan @Piyandeling membuatnya mudah diakses, di dalamnya ada Gua Belanda, Gua Jepang, kandang kelinci. Setiap ke Bandung kami biasa berangkat jam 4 pagi, dan pulang lagi keesokan harinya, saya sendiri mengontrol kerja tim kami di Bandung jam 7-8 di Bandung sebelum bersiap – siap menemani Laurensia dan anak – anak. Dulu waktu saya sekolah di Bandung, kadang – kadang saya naik ke atas ke Tahura di tengah – tengah kesibukan untuk sekedar duduk – duduk di bawah pohon.
.
Di Tahura, kami menghabiskan waktu dengan hal – hal yang sederhana seperti berjalan di tengah – tengah pepohonan, makan jagung, pisang, kelapa, ketan, bertegur sapa dengan pengunjung lain.
.
Miracle terus bertanya ke pengunjung yang lain, “mas / mbak dimana gua Belandanya ?” Dijawab “Masih jauh satu belokan lagi.” Begitupun berulang – ulang, sampai akhirnya sampai.
.
Akhirnya kami sampai ke Gua Belanda, menemui guide dan dijelaskan banyak hal tentang sejarah gua tersebut, jalur logistik, cara konstruksi gua. Saya yakin guide ini sudah menjelaskan hal yang serupa ribuan kali sampai ia berbicara sedemikian fasihnya.
.
Begitupun juga keseharian, terus berulang mulain dari pertanyaan dan perjalanan untuk mencari jawaban, sebuah proses untuk mencari kefasihan.
.
Have a nice weekend all ❤️

Kategori
blog

Arsitektur Regionalisme yang Reflektif 

Kampono House

Hari jum’at saya diundang di event tahunan @titiktemu_2022 program studio arsitektur Universitas Muhammadiyah Banjarmasin. Tema dari seminar ini adalah “Arsitektur kini”.

Kami merefleksikan tema tersebut bahwa diantara arsitektur kini ada arsitektur dulu dan nanti. Arsitektur kini berkiatan dengan hal-hal mendasar yang menjadi kebutuhan manusia, seperti air, cahaya, dan udara.

Tantangannya adalah bagaimana kebutuhan dasar tersebut terintegrasi kedalam faktor-faktor yang mempengaruhi arsitektur masa kini, seperti sinergi dengan kondisi alam yang berubah-ubah, kondisi ekonomi yang fluktuatif, dan space yang semakin terbatas. Ketiga hal tersebut menjadi faktor yang membedakan cara hidup seseorang yang pada akhirnya akan mendasari pendekatan desain yang diambil oleh arsitek dan klien menuju masa depan atau arsitektur nanti.

Karena faktor tersebut desain bangunan memiliki jiwa yang bisa dikembangkan dari waktu kewaktu, terus berubah sehingga menjadi bahan refleksi nilai-nilai kehidupan. Dari sana muncullah judul seminar ini “Arsitektur Regionalisme yang Reflektif”.

Di tingkatan selanjutnya, pertanyaan lanjutan muncul tentang dari mana datangnya keunikan di dalam arsitektur. Apakah dari kebiasaan mendesain, tren, fantasi dan imajinasi?. Apa saja hal yang memantik keunikan dibalik ruang yang juga di bayangi fungsi yang harus diperhatikan? Ada stimulus proyek-proyek tertentu yang memiliki pendekatan yang khas.

Seperti di dalam foto ini, Kampono House. Di dalam proses iterasi desain yang terjadi bisa membuat hal yang tidak terduga menjadi kenyataan. Dimulai dari hal sederhana, orientasi terhadap matahari dan pohon existing, penempatan skylight pinggir dan tengah. Beberapa material yang memiliki volume besar seperti beton, bata, dan acian kami gunakan karena mudah didapatkan, tidak mahal, dan memiliki ketahanan. Permainan bentuk, seperti bidang lengkung di ujung untuk membingkai pandangan sekaligus menangkap cahaya dan angin.

Architect: @realricharchitectureworkshop
Photograph: @eric dinardi
Thank you @mirzakampono @adhistykampono

RAW99%finished #Dancerhouse #Kamponohouse #house #bioclimatic #architecture #architectureproject #realrichsjarief #arsitek

Kategori
blog

Lumintu House 

New project ongoing at Pantai Indah Kapuk, North Jakarta. #RAWongoing . We designs bioclimatic architecture by study on how industrial and handcrafted details can collaborate to break through the details of normal architectural stereotypes.
.
@realricharchitectureworkshop
.
#RAWprogress #PIK #Lumintuhouse #house #details #bioclimatic #architecture #architecturedetails #architectureproject #workingonprogress

Kategori
blog

Sarang Nest House is published in @archdaily 

It’s a huge achievement for our team, Sarang Nest House is published in @archdaily . Thank you @henry_yen , and all of the people involved in RAW Architecture | @realricharchitectureworkshop , captured by @ericdinardi
.
Located in a residential area, Taman Buana Permata house complex, West Jakarta. With an area of 250 sqm, Sarang Nest House consists of 2 generations of families living together, this underlies a centralized circulation and creates a micro-environment through a spatial arrangement with different angles. This angle creates distance between the perimeter of the house and the neighbors thereby allowing air to flow freely around the building while maintaining privacy between spaces. Each room has its own outdoor space. Light enters the room through perforated walls, crevices, windows, and skylights. The shape of this house is tilted to make it more efficient as well as a response from the corner of the building.
.
Further Credit:
.
Clients: Henry Kusuma Family
Lead Architects: Realrich Sjarief
Design and Project Team: Realrich Sjarief, Agustin, Erick Fei, Riswanda Setyo, Tirta Budiman, Septrio Effendi, Miftahuddin Nurdayat, Regi Kusnadi
Supervisor In Charge: Singgih Suryanto, Sudjatmiko, Muhammad Enoh, Eddy Bahtiar, Endang Syamsudin
Construction Manager: Singgih Suryanto, Agustin
Structure Engineer: John Djuhaedi, Singgih Suryanto
Mechanical And Electrical Engineer: Hamin MEP
Master Craftsmen: Tata Pirmansyah, Aep, Aep Syapuloh, Nari , Solehudin Grandong, Syaipuddin, Dicky, Bonari, Tohirin, Nur Hidayat, Rudi Setiawan
Interior + stylist: Cindy Sumawan + team
Management: Laurensia Yudith, Reffi Nurkusuma, Nurul
Plan, Illustration Team: Lu’luil Ma’nun, Andriyansyah Muhammad Ramadhan, Satria A. Permana, Agustin, Riswanda Setyo Addino
Photo Credits: Eric Dinardi
Videographer: Muhammad Farhan Nashrullah
.
#rawarchitecturepublication
.
#Sarangnesthouse#ArchDaily#realrichsjarief#realricharchitectureworkshop#arsitekturindonesia#house#residential

Kategori
projects

Project 19 – Sarang Nest House