130120 “Trust in dreams, for in them is hidden the gate to eternity, Khalil Gibran ”
Bandung, Diri ini merenung sejenak. Tahun ini, tahun yang penuh kebahagiaan, sekaligus menyimpan cerita kesedihannya. Malam itu serasa sendu,sunyi, sepi. Wanita terbaikku sudah tidur di sampingku, dan pikiran ini terbang melayang untuk memaknai apa yang sudah ada sekarang di tahun 2012 ini …
Ada rasa ketidakpastian dalam karir selama 1 tahun terakhir ini, ketidak pastian dalam masa depan, dengan sejuta alasannya. Masih belia, masih muda, ketidak pastian antar-rentang usia. Rantai ketika sedang berputar dalam ketidakpastiannya. Hal – hal yang penuh ketidakpastian terus terjadi, bagaimana sulitnya mengatur kantor yang terkadang masih balita perlu perhatian untuk mencapai kualitas terbaik, bagaimana belajar untuk menerima hasil kerja keras yang sudah dilakukan, hilang begitu saja, dan juga bagaimana meniti, membuat mimpi kita menjadi kenyataan, tidak semudah yang dikira. Diri ini berpikir inilah harga yang harus dibayar untuk sebuah proses menjadi. Untuk menjadi yang terbaik, kita hanya perlu melakukan yang lebih baik, satu persatu. Kata teman terbaikku, semua kerja keras dimulai dari titik, ia ada untuk menjadi garis, sehingga mimpi itu bisa menjadi nyata.
Kesedihan yang amat dalam terjadi ketika kami kehilangan Cherry dalam kehidupan kami, dalam usianya yang masih muda 7 bulan. Laurensia dan diri ini kehilangan Cherry tanpa sebab yang pasti, derai tangis pun terjadi, linangan air mata, rasa sayang yang sudah ada. Semua yang indah dalam hidup bisa hilang dengan begitu saja, kehilangan memang satu proses yang tidak menyenangkan. Diri ini lihat bahwa semua ini memang sudah pada jalan yang terbaik, pelajaran untuk menghargai nafas yang diberikan, dan pelajaran mengenai kehidupan yang luar biasa indahnya dalam kebahagiaan dan kesedihan yang ada. Mungkin ini memang pelajaran yang harus dijalani ole kami berdua.Mengenai hidup bersama, diri ini sudah menikah dengan Laurensia selama 1 tahun, sejak September yang lalu. Dan kami merayakan ulang tahun pernikahan kami yang pertama dengan makan malam sederhana. Kami sendiri bisa makan segala sesuatunya, tidak rewel, dan kehidupan rumah tangga dilakukan dengan biasa – biasa saja. Kesibukkan Laurensia masih sama, masih berpraktek dari sore sampai jam 21.00 , baru pulang jam 21.30, baru kami makan malam. Terkadang ia pergi pagi apabila ada pasien di klinik di dekat rumah kami. Kebersamaan kami didapatkan pada saat – saat malam hari, saat – saat yang teduh. Pada hari sabtu dan minggu terkadang ia menemani ke proyek, apabila pekerjaan meminta waktu kami. Ia pun tidak pernah berkeluh resah, hanya meminta waktu yang lebih, waktu untuk kami bersama, saat – saat terindah dalam hidup. Ucapannya yang selalu mengingatkan ketika sudah saatnya beristirahat, ajakannya untuk makan bersama di saat – saat diri ini lupa waktu dengan segala kesibukan yang ada, adalah penyejuk dalam satu tahun terakhir ini. Terkadang ia bertanya mengenai konstruksi pondasi dangkal ataupun dalam, atau kekakuan balok kantilever sebagai pelindung dari matahari ataupun penahan fungsi balkon diatasnya. Mungkin ada yang sama dengan teori dokter gigi yang dipelajarinya. Terkadang diri ini tersenyum melihat sifat ingin tahunya, juga keingintahuan dirinya terhadap rumah impian kami berdua, kemauannya untuk mengecat pink kamarnya, Wanita ini istri terbaik didunia dan saya pria beruntung bisa bersamanya. Ada berita gembira, ada kado natal terbaik di tahun ini, setelah kehilangan anak kami, Laurensia hamil lagi, saat ini usia bayi kami baru 1 bulan. Saya menjanjikan waktu yang terbaik untuk keluarga kami mulai saat – saat ini. Dalam 1 minggu terakhir ini, diri ini bangun lebih pagi dari biasanya, jam 5 pagi, terkadang diri ini bangun jam 4 pagi, untuk meluangkan waktu untuk berdoa, menulis, dan menyelesaikan pekerjaan yang baiknya diselesaikan. Jam 7.30 pagi, Laurensia sudah mengetuk pintu untuk kita menghabiskan waktu bersama, mengingatkan untuk makan, bersantai, ataukah sekedar jalan – jalan keliling daerah sekitar. Kami menemukan bubur kesukaan kami di pinggir jalan di satu trotoar. Dari saat – saat ini mata seakan – akan dibukakan, udara segar yang kita hirup, matahari pagi yang kita rasakan, badan yang kita punyai, momen – momen yang berharga dengan orang – orang yang kita sayangi. Kita belajar untuk menghargai dan mencintai hidup sebaik – baiknya.
Diri ini ingat jari jemari ini memainkan piano yang dimiliki satu teman rumahku di Elia Mews, daerah Angel di London. Pada waktu itu sore – sore, udara sejuk, tenang, diri ini duduk, dan di sebelahku Laurensia, menyanyikan satu bait lagu :
Disetiap langkahku
Ku kan slalu memikirkan dirimu
Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu …
Kau adalah darahku Kau adalah jantungku Kau adalah hidupku Lengkapi diriku
…
Dedaunan mulai rontok satu demi satu menyisakan dahan yang memang begitu saja ia tegak berdiri, angin dingin menerpa. Setiap musimnya daerah – daerah di kota ini ada begitu cantiknya, setiap musim berganti, berganti pula tekstur kehidupannya. Tangan ini memang tidaklah pernah sempurna memainkan lagu ini, saya pun tertawa dalam kesunyian yang ada, diri ini seperti menemukan satu pasangan sehati sejiwa dalam mengarungi lagu ini. Dan 4 tahun kemudian disinilah aku. Diriku sungguh bersyukur di tahun 2012 ini dengan kebahagiaan dan kesedihannya. Semoga dirimu juga bisa merasakan yang sama, sama seperti diriku yang mulai merasakan cinta yang sesungguhnya.
“One day with life and heart is more than time enough to find a world.” James Lowell
121114 Belitung “If you can look into the seeds of time, and say which grain will grow and which will not, speak then unto me.” William Shakespeare
Belitung, Diri ini melihat hamparan pasir putih yang menghampar indah sekali, dengan batu – batu alam yang menjulang dengan ketinggian luar biasa , sekitar 12meter, memang Belitung terkenal sebagai pantai dengan air yang jernih, dasar air yang begitu jernih bisa terlihat jelas, dan landsekap yang begitu indah dengan bebatuan granit yang tersebar di pantai – pantainya. Diri ini kemudian melihat hutan yang ada, sungai yang berkelok – kelok kecil membelah hutan yang kemudian berakhir di muara kecil. Bebatuan yang ditengah hutan pun memiliki karakternya yang sedikit hitam, dengan teksturnya yang dingin lembab karena rimbunnya pepohonan.diri ini kemudian melangkahkan kaki di titik puncak bebatuan, mencoba mengukur, 11 meter kali 30 meter, cukup lebar, untuk lokasi terbaik adanya tempat menjalin cinta, sebuah kapel untuk menikah. Melihat kebawah, diri ini bisa menikmati karunia Tuhan yang sangat indah, sebuah jalinan yang sangat indah. segala bentuk yang diciptakan alam itu indah rupanya, dari jalinan batu alam, bentuknya yang wajar dan tidak dibuat – buat, bintang laut, rumput laut, pasir yang putih, dan tumpukan kayu yang hadir begitu saja. Suasana ini begitu sunyi. Diri ini seakan terbius dalam alam yang mengajak berjabat tangan begitu eratnya.
Belitung, Diri ini melihat hamparan pasir putih yang menghampar indah sekali, dengan batu – batu alam yang menjulang dengan ketinggian luar biasa , sekitar 12meter, memang Belitung terkenal sebagai pantai dengan air yang jernih, dasar air yang begitu jernih bisa terlihat jelas, dan landsekap yang begitu indah dengan bebatuan granit yang tersebar di pantai – pantainya. Diri ini kemudian melihat hutan yang ada, sungai yang berkelok – kelok kecil membelah hutan yang kemudian berakhir di muara kecil. Bebatuan yang ditengah hutan pun memiliki karakternya yang sedikit hitam, dengan teksturnya yang dingin lembab karena rimbunnya pepohonan.diri ini kemudian melangkahkan kaki di titik puncak bebatuan, mencoba mengukur, 11 meter kali 30 meter, cukup lebar, untuk lokasi terbaik adanya tempat menjalin cinta, sebuah kapel untuk menikah. Melihat kebawah, diri ini bisa menikmati karunia Tuhan yang sangat indah, sebuah jalinan yang sangat indah. segala bentuk yang diciptakan alam itu indah rupanya, dari jalinan batu alam, bentuknya yang wajar dan tidak dibuat – buat, bintang laut, rumput laut, pasir yang putih, dan tumpukan kayu yang hadir begitu saja. Suasana ini begitu sunyi. Diri ini seakan terbius dalam alam yang mengajak berjabat tangan begitu eratnya.
Diri ini teringat pada waktu itu, diri ini diajak untuk ke satu daerah di pulau Bali, daerah yang sunyi senyap. Saya ingat kita berlima pergi ke daerah yang terpencil di Ubud, satu daerah yang memiliki satu bukit, lembah, dengan air terjun, juga mata air yang menjadi pusat kegiatan agama sekitarnya. Diri ini ingat suasana teduh, pepagian dengan suasana orang berdoa, kehidupan di Bali memang menyejukkan dengan auranya yang berbeda. Saya ingat dulu kita ber 5, saya sendiri adalah arsitek yang menemani paman – paman saya, untuk melihat – lihat sekitar, memberikan pandangan. Mereka pria dengan umur 60 – 70 an tahun. Mereka menyebut kelompok mereka satu konsorsium. Berteman bersama, berbisnis bersama, tertawa bersama. Pikiran ini melayang ke satu saat dahulu sewaktu masih kuliah di Sydney. Pada waktu itu diri ini ingat seringnya pergi untuk ke satu teman terbaikku. Diri ini ingat bahwa diri ini punya sepeda, satu sepeda yang sederhana buatan china yang kubeli di toko sepeda di pojokkan perempatan. Untungnya saat itu sedang sale, jadi sepeda itu bisa dibeli cukup murah hanya 75 dollar. Ongkos naik bis satu kali jalan adalah 2 dollar, dengan waktu menunggu yang cukup lama.
Pikiran ini melayang ke satu saat dahulu sewaktu masih kuliah di Sydney. Pada waktu itu diri ini ingat seringnya pergi untuk ke satu teman terbaikku. Diri ini ingat bahwa diri ini punya sepeda, satu sepeda yang sederhana buatan china yang kubeli di toko sepeda di pojokkan perempatan. Untungnya saat itu sedang sale, jadi sepeda itu bisa dibeli cukup murah hanya 75 dollar. Ongkos naik bis satu kali jalan adalah 2 dollar, dengan waktu menunggu yang cukup lama.
Karena sepeda itu, diri ini bisa berkunjung terkadang 3 hari sekali ke tempat teman terbaikku untuk sekedar mengobrol, atau bermain Wii, untuk mengunjunginya, diri ini mengayuh sepeda terkadang melewati perumahan yang senyap di daerah kensington, melewati gereja gothic. Kita mengobrol sesaat terkadang, pada saat itu kita tidak mempunyai pekerjaan yang baik, temanku ini adalah adalah seorang tukang pos, sedangkan diri ini juga sama, tidak mempunyai pekerjaan yang layak, asisten dosen dengan bayaran kecil, atau asisten arsitek dengan pekerjaan jarak jauh, antar negara, dengan jam kerja yang panjang. Kami berdua memimpikan pekerjaan yang baik bagi hidup kami. Seperti biasa diri ini bercerita mengenai mimpi – mimpi yang sungguh tidak terbayangkan, dan dia memberikan masukan – masukkan mengenai bagaimana menata mimpi itu dan bersikap dalam perusahaan.
Terkadang diri ini bercerita mengenai kesibukkan di kuliah dan kita akhirnya akan tertawa – tawa sambil makan malam, ia yang memasak, teman terbaikku ini pintarnya luar biasa dalam memasak. Saya rasa kita juga sedang membentuk kelompok kecil juga. Ada juga teman dari Bangladesh, seseoran yang menemani bermimpi, ia dengan mimpinya di Dhaka dan diri ini dengan mimpinya di Indonesia, dengan tempat kami biasa minum kopi di satu pojok kafe kecil di satu hook di Kensington. Ada lagi teman – teman dari China, teman untuk mengerjakan tugas bersama – sama. Terkadang diri ini juga ikut berbahasa China, yang asal saja keluar dari mulut, apapun itu, yang penting nyambung, dalam benakku. Atau pertemanan yang terjadi begitu saja dengan professor terbaik disini, mengajarkan, membuka cakrawala berpikir. Sydney dengan segala keunikannya, begitu banyaknya orang yang baru disana dengan segala pengharapannya untuk hidup lebih baik.
Diri ini terhenyak, di saat itu, di satu rapat, setelah presentasi satu pembesar dari Jepang berkata, “selamat bergabung di konsorsium kami, ” setelah itu kami pun pergi makan bersama, tertawa bersama, bermimpi bersama, bersama – sama untuk berharap penghidupan yang lebih baik.
Diri ini belajar dari Alan M Weber, bahwa ada 4 hal yang diperlukan untuk menjalani karir yang baik, 4 C : change, connection, conversation and ccommunity. semua pengalaman ini untuk membentuk satu dukungan, jalinan pertemanan. “Manusia itu makhluk ciptaan Tuhan yang hampir sempurna, ia tidak terbatas.” Satu teman terbaikku bergumam, “yang sempurna adalah Tuhan itu sendiri.” oleh karena itu pembatas kita hanyalah rasa takut kita. Diri ini berpikir itu benar apa adanya. Ketakutan – ketakutan selalu menghantui kita setiap saat, ketakutan akan kehilangan kasih sayang, kehilangan kepercayaan, kehilangan identitas. Diri ini berpikir mengenai kala – kala sulit, dimana darimana harus dicari biaya untuk menghidupi kantor desain yang baru berdiri. Setiap bulan, setiap minggu, menghitung, apakah masih bisa, keragu – raguan menerpa dimana kepercayaan pun harus terus menerus dibuktikan. Keragu- raguan itu memang selalu muncul mewarnai hidup kita.
Dimanakah ujungnya ?
Kesunyian ini terpecah pada satu saat, “Saya dulu jualan bubur di Monas.” celoteh satu orang ydi depanku . “saya juga pernah jualan durian di depan RCTI, saya ke Lampung waktu itu bawa mobil pick up, kemudian pulangnya saya angkut durian untuk dijual, perjalanan hidup saya panjang, namun saya tidak pernah takut, Tuhan menciptakan kita hampir sempurna, menurut citranya. Dan dulu juga pernah jualan kayu industri, tapi yang lucu jualan bubur di monas, paling gampang, tinggal nasi dikasih air, sama beli ayam dan bumbu – bumbunya, untung dulu belum punya istri ” Ia pun tertawa lepas, saya pun ikut tertawa, dari kerutan wajahnya, diri ini tahu bahwa pengalamannya banyak makan asam garam kehidupan. Sekarang ia adalah satu orang yang ternama menjadi CEO untuk berbagai jenis industri plastik, karet, perkebunan, industri alumunium. Dan ia tangkas untuk membuat mesin sendiri, dengan sistem yang dirancangnya belajar dari negara Jerman dengan industrinya. Asam Garam yang didapatkan, kami pun tertawa lepas keringat yang dikurasnya, dan resiko – resiko yang dilakukannya membuatnya seperti sekarang ini. Menurut saya, benar adanya, semua orang berusaha dengan keringatnya sendiri, dalam keragu-raguannya sendiri, dalam keterbatasannya ia mencoba untuk hampir sempurna dalam usaha – usahanya. “Saya punya mimpi Pak Realrich, tolong dibantu wujudkan ya” ia pun menyambung. diri ini pun tersenyum, Diri ini bertanggung jawab untuk tidak mengecawakannya. Diri ini berpikir pada satu waktu, adik terbaikku, mengeluh dengan kontribusinya yang tidak banyak, belum maksimal ia berkata. Diri ini tersenyum mengingat ini, bahwa sesungguhnya bukan seberapa besar dirimu mencetak skor untuk tim atau untuk dirimu sendiri,namun bagaimana seluruh waktu, obrolan singkat, perhatian, curahan hati akan berarti begitu besar, seperti dukungannya ke kinerja tim.
“your contribution would be measured not in how many points you scored but in all the ways you contributed to the team winning. ”
Aku belajar untuk ada untuk sesama, dari orang – orang sekitar kita, kita mendapatkan satu kekuatan yang tidak terlihat. Ini magis, aura, keyakinan, kekuatan yang mewarnai kehidupan kita sehari – hari, yang saling menjaga kita dalam jalinan yang luar biasa indahnya. Ini yang saya pikir adanya satu inersia, satu orang bertemu orang lain, bertemu orang lain lagi, dan bertemu orang lain lagi. Tumbuh bersama – sama. Dalam berkerja pun demikian, diri ini juga punya mimpi, orang lain juga punya mimpi, kita mencari orang – orang yang tumbuh bersama – sama, tidak instan. Dalam berteman pun seperti itu, kita mencari orang – orang yang juga tumbuh bersama – sama, memaklumi kesalahan, tertawa dalam ketidak sempurnaan, dan saling bertumbuh dalam dukungan. Begitu pun berkeluarga, kita mencari orang yang tumbuh bersama – sama. seperti Laurensia, Diri ini yang menantikan buah hati kami untuk tumbuh bersama – sama kami.
Semoga cepat diberi, didoakan ya :-)
Aku belajar untuk ada untuk sesama, dari orang – orang sekitar kita, kita mendapatkan satu kekuatan yang tidak terlihat. Ini magis, aura, keyakinan, kekuatan yang mewarnai kehidupan kita sehari – hari, yang saling menjaga kita dalam jalinan yang luar biasa indahnya. Ini yang saya pikir adanya satu inersia, satu orang bertemu orang lain, bertemu orang lain lagi, dan bertemu orang lain lagi. Tumbuh bersama – sama. Dalam berkerja pun demikian, diri ini juga punya mimpi, orang lain juga punya mimpi, kita mencari orang – orang yang tumbuh bersama – sama, tidak instan. Dalam berteman pun seperti itu, kita mencari orang – orang yang juga tumbuh bersama – sama, memaklumi kesalahan, tertawa dalam ketidak sempurnaan, dan saling bertumbuh dalam dukungan. Begitu pun berkeluarga, kita mencari orang yang tumbuh bersama – sama. seperti Laurensia, Diri ini yang menantikan buah hati kami untuk tumbuh bersama – sama kami. Semoga cepat diberi, didoakan ya :-)
Bangkok 11 November 2012, “It matters not what someone is born, but what they grow to be.” J.K. Rowling
Bangkok, Turbulensi tengah menerpa pesawat ini. Pilot baru saja selesai berbicara. Kulihat kumpulan awan tebal di kiri kanan, sesembari sinar matahari masuk diantara sela – sela awan tersebut. ” Saudara-saudaraku, tantangan hidup ini kita hadapi bagaikan seekor rajawali, ia menghadapi tantangan hidup, tembuslah awan itu. ” Satu orang teman terbaikku bercerita dalam khotbahnya suatu saat di pagi yang sendu di goldiers green. Dari minggu ke minggu ada saja yang baru dalam khotbahnya, yang mengisi saat – saat teduh, menciptakan jeda dalam kungkungan waktu sepanjang minggu di sela – sela orang yang datang dan pergi. Saya ingat jumlah kami kira -kira 10 sampai 15 orang. Saya sendiri adalah seorang katolik, ikut membantu teman-teman terbaik dalam kebaktian agama protestan. Bagi saya, agama adalah urusan kita dengan yang kita yakini, Dia yang kita yakini. Tidak ada yang lebih baik, setiap orang punya keyakinannya tersendiri.
Oleh karena itu, tidak apa2 diri ini ikut membantu dalam acara kebaktian, dengan lagu2 yang kita siapkan, menyanyi, bermain gitar, bermain piano, semua dilakukan. Memang lagu – lagu itu begitu indahnya, kadang – kadang saking semangatnya orang2 bisa berlompatan menghayati kebaktian itu. Sama seperti kegiatan buka puasa yang diri ini juga jalani dengan rekan – rekan muslim, semua sama, untuk mengerti orang lain. Yang diri ini ingat makanan yang begitu enaknya sudah menanti di akhir kebaktian, ada soto ayam. Diri ini begitu menikmati jalinan pertemanan yang terjadi di saat itu, “saya mendapatkan komunitas saya.
Yang diri ini tidak mengerti adalah begitu mudahnya sekarang ini kerap terjadi, kerusuhan, kejahatan, dimana begitu mudahnya sakit menyakiti itu terjadi. Mungkin memang sifat manusia yang begitu negatifnya mudah menyakiti orang lain termasuk orang – orang terdekat kita. Dalam sinusoidal hidup, ada kalanya kita di atas ada kalanya kita di bawah, sama seperti saat – saat diri ini pulang dari Australia, untuk mencari pekerjaan, semua ingin maju ke arah yang lebih baik. Begitu pun dengan orang – orang yang ada di sekitar kita. Atau saat – saat diri ini yang sedang ada di Bangkok hanya untuk meluangkan waktu untuk berkerja lebih baik.
Adik terbaikku pernah bertanya,” kak arsitek itu lahir atau dibentuk ? “. Diri ini berpikir Ada orang yang sudah sedemikian lancarnya dilahirkan menjadi seseorang yang diberi talenta rasa, dan rasa seni yang tinggi. Bersyukurlah apabila sudah mendapatkan talenta itu. Namun ada juga yang tidak beruntung, yang perlu kita lakukan adalah belajar bagaimana caranya membentuk diri. Diri ini percaya bahwa setiap orang membentuk dirinya sendiri, sewajar – wajarnya.
Pertanyaannya apakah bakat itu penting ? Apakah kemampuan itu penting ? Ya kita melatih diri kita untuk menjadi mampu di profesi kita masing – masing, dengan berkerja keras. Warren buffet berkata ” ada 3 hal yang terpenting yang tidak diajarkan di Harvard bussiness school, yaitu, menulis, berbicara dan berkomunikasi.” Ada yang berpikir bahwa “saya akan memperkerjakan orang – orang terbaik dari orang – orang terbaik.” Hal tersebut sama berlakunya di perusahaan – perusahaan ternama di dunia. Bagaimana kita menghitung kapabilitas kita dibanding orang lain. 3 hal yang dikatakan Warren Buffett tersebut adalah hal yang berkaitan dengan kapabilitas. Kita seringkali tidak bisa memilih, kita itu dipilih, kita hanya bisa berusaha namun bukanlah kita yang menentukan untuk memulai proses pembentukan kita.
” bayangkan apabila anda semua adalah saham yang akan dibeli oleh orang lain , dari 10 orang dengan kualitas sama, 10 lulusan dengan kualitas sama,bagaimana anda bisa memastikan untuk bisa dipilih ?” Buffet melanjutkan.
Diri ini mendapatkan jawaban justru dari teman – teman terbaikku, kita tidak akan memilih orang yang terpintar, karena kepintarannya sudah cukup, bisa dicari orang yang lebih pintar, dan banyak orang lebih pintar lagi. Ada beberapa hal yang pada akhirnya Kita akan memilih orang – orang dengan karakter yang kita sukai, seseorang yang murah hati, jujur, yang bisa berkerja sama dengan orang lain. Kita akan menghindari orang – orang dengan ego yang berlebih, seenaknya, tidak jujur, tidak memiliki etika, dan ketidakmauan untuk berkerja menjadi satu tim. Semua sebenarnya kita mencari seseorang yang bisa tumbuh bersama.
Diri ini teringat, bagaimana diri ini ditertawakan dengan pekerjaan membuat maket di kantor di Inggris, ditertawakan karena begitu mudahnya mengambil pekerjaan yang bukan tanggung jawab, ditertawakan karena lembur tidak tidur semalam suntuk untuk melakukan tanggung jawab bersama, dimana yang lain sudah beristirahat menghindari tanggung jawab tim. Seolah – olah itu menjadi makanan sehari – hari. Pernah suatu saat diri ini marah sekali, keluar begitu saja ke satu pojok taman untuk melampiaskan kekesalan yang ada. Saya bukan bahan tertawaan. Sambil diri menghentakkan kaki dengan keras.
Pada puncaknya, diri ini kembali juga ditertawakan karena saya berasal dari satu universitas yang tidak dikenal di negara yang sedang berkembang dengan gelar bachelor, S 1 dimana yang lainnya adalah sarjana s2 dari universitas terkenal di seluruh dunia, harvard, princeton, AA, berkeley. Itu terjadi pada saat pemilihan orang yang akan menjadi wakil grup desain di Inggris.
Diri ini punya beberapa teman terbaik, teman berkerja bersama – sama. Mereka juga teman yang bersama2 ditertawakan, membuat maket, ataupun kerja sampai subuh sudah menjadi makanan sehari – hari.
Saya teringat kami satu kelompok begitu mencintai pekerjaan kami, juga dengan wanita terbaik kami masing – masing. kami biasa berjalan bersama, sampai pada akhirnya persahabatan seumur hidup. Saya rasa ini yang terjadi. Diri ini teringat girang luar biasa karena terpilih menjadi wakil grup desain hanya untuk berbicara sejenak dengan Norman Foster, sepertinya waktu memberikan ujiannya dan kemudian memberikan kesempatannya. Diri ini juga ingat pada akhirnya diri ini berkerja, dipindahkan ke salahsatu tim terbaik, dengan prinsipal terbaik, pada akhirnya hal – hal tersebut yang menjadi cerita terbaik dalam fase hidup yang membekas di kantor di sebelah sungai Thames.
Teman – teman terbaikku sekarang sudah menjadi pimpinan biro di tempat mereka berada sekarang, di negaranya masing – masing, ada yang di Spanyol, Hongkong, Korea, Australia, Malaysia, London, Jepang, China, ada yang menjadi dosen juga, ada yang menetap di Inggris menjadi pimpinan grup desain. Namun apabila kita bertemu, kita akan pergi ke satu tempat di daerah leicester square, meminum kopi atau memesan dim sum dan kita akan tergelak – gelak mengingat peristiwa – peristiwa pada waktu itu, membuat maket bersama – sama, lembur suntuk bersama – sama. Kita semua beranjak dengan romansa waktu yang baru, dimensi yang baru, dengan memori yang lama.
Diri ini belajar bahwa Karakter dalam kata lain adalah hal yang terpenting, bukan siapa anda, gelar anda, atau baiknya cv ataupun resume anda. Dan kemudian pembentukan diri itu kemudian dimulai begitu saja. Bukan siapa anda, namun apa yang kita lakukan akan membentuk kita, dari situ kita akan dibentuk sewajar – wajarnya.
Pada akhirnya kita memiliki orang-orang baik yang menjaga kita setiap saat. .Diri ini masih tetap membuat maket dengan anak-anak kantor, berkerja sampai subuh terkadang dengan anak-anak kantor. Semua masih sama. Hanya saja, kenangan – kenangan ini membekas dan semakin dalam teringat.
Baru saja diri ini berkenalan dengan satu professor dari Bangladesh, ia datang dari negaranya untuk ikut seminar di Bangkok, kami bertukar cerita, sehingga ada saja chemistry di antara kami. Ia adalah seorang insinyur teknik sipil, baru saja kita berbincang – bincang mengenai perjalanan ke Dhaka, ibukota Bangladesh, diri ini pernah berjanji kepada satu teman terbaik di Bangladesh untuk berkunjung ke negaranya ke Dhaka. Ya mungkin ini jalinan pertemanan yang baru, mungkin saja ada peristiwa – peristiwa yang menanti, kejutan – kejutannya seperti Tuhan sudah mempersiapkan semua sebegitu indahnya. Dan, diri ini kemudian teringat bahwa harus ke airport, kembali ke Jakarta, sayonara Bangkok. :)
“The only way to be happy is to love. Unless you love, your life will flash by.” Mrs. O’Brien
Pagi ini diriku ada dalam satu perjalanan ke Bandung, kota yang memiliki aura menyejukkan, sabtu ini diri ini bisa rileks sejenak dari kesibukan yang menerpa 5 hari kemarin. Hari ini udara sedikit berkabut dan sejuk, matahari seakan – akan menyembunyikan dirinya dibalik gugusan awan tebal yang menyelimuti perjalanan kami.’ Sambil diri ini tertawa membayangkan saat saat kecil kami.
Diri ini berpikir, sebenarnya ada satu sisi dalam diri yang menyukai hal yang sama berulang – ulang, ingin itu – itu saja, baju itu – itu saja, melakukan yang itu – itu saja. Aku dilahirkan di Surabaya, dengan 4 orang bersaudara, kami lelaki semua. Saya pikir saya yang paling jelek diantara saudara – saudara kami.
Ayah adalah seorang kontraktor bangunan, ia insinyur sipil, dan ibu sendiri adalah seorang ibu rumah tangga. Aku ingat dulu diri ini tinggal di daerah Dukuh Kupang, daerah perumahan yang sepi di gang 13, kami punya pohon mangga yang sering kuambil mangga mudanya untuk sekedar dimakan dengan kecap manis di genteng rumah keluarga kami. Merasakan panasnya talang seng ketika diinjak di terik matahari, ataupun menggergaji triplek menjadi pedang kayu menjadi satu perkenalan dengan arsitektur. Di gang ini aku belajar berbicara , menyapa, bergaul anak – anak yang lain, dengan tetangga, tegur sapa dengan tetangga sering dilakukan, pada waktu itu diri ini ingat, permainan yang populer adalah bermain sepatu roda.
Pada waktu itu akumasih berusia 9 tahun, saat itu adalah saat dimana diri ini ada di satu lingkungan yang baru, Jakarta, bertemu dengan teman -teman yang baru. Diri ini ingat, dengan logat bahasa masih khas suroboyo, medok, sama sekali tidak tahu dengan budaya kota yang berbeda, budaya pergaulan yang berbeda. Saya heran kenapa kalau guru bertanya, kenapa saya yang selalu tunjuk tangan, padahal di Surabaya dulu, kami berlomba – lomba untuk tunjuk tangan, sampai pak Martin satu guru IPA kami bosen melihat diri ini tunjuk tangan. Aku juga ingat ada beberapa orang yagn mengusili terus menerus sampai membuat tidak tahan. Mungkin mereka tertawa juga melihat satu makhluk aneh yang baru, aku waktu itu kelas 4.
[laurensia adalah orang yang mengusiliku ketika aku ada di kelas 4 SD, Tuhan memang punya kejutannya yang tidak pernah diduga]
Atau saat – saat dimana diri ini, sedang senang – senangnya berolahraga tennis meja, dan hampir sebagian besar waktu dihabiskan untuk berlatih sehingga nilai – nilai pelajaran menjadi turun. Ada satu kesenangan yang baru. Atau saat – saat penuh tanda tanya mengapa diri ini selalu jalan – jalan ke satu gedung untuk memotretnya terus menerus setiap pulang berkerja di hari jumat sewaktu ada di Singapore dan London dengan orang – orang yang berbeda – beda, atau saat – saat bermain bulu tangkis dengan teman satu SMA yang dilakukan terus menerus.
Semudah ke satu tempat yang sama terus menerus, melakukan hal yang sama terus menerus, seperti tukang kayu yang belajar menggergaji, tukang batu yang belajar untuk memplester satu permukaan, atau seorang pandai besi yang belajar untuk menempa satu karya. Mereka melakukannya terus menerus, tanpa henti, sampai kamu menjadi tinta, kamu menjadi kertas, semua menyatu dalam nafas, dalam jiwa. Diri ini ingat kehati – hatian wanita terbaikku ketika berkerja, satu bersatu gigi itu dibersihkannya, diobatinya, ada teori – teori yang dijalaninya, seminar – seminar yang diikutinya. Semua pelajaran , latihan itu memerlukan waktu hanya untuk menjadi lebih mampu.
Memang pengalaman – pengalaman di tempat yang baru akan selalu menjanjikan pengalaman yang tak ternilai, berhadapan dengan orang – orang baru, wajah – wajah baru, budaya – budaya baru.
Kayu kelapa terbaik ada di daerah Menado, Sulawesi, karena ia tumbuh secara perlahan – lahan, bukan hibrida, bukan dikatalisasi. Seperti juga kayu bengkirai yang habitatnya ada di Kalimantai atau sama dengan damar laut yang berasal dari Sumatra. atau kayu jati Belanda yang memang tumbuh perlahan – lahan. Seratnya keras, matang, tua, karena teksturnya yang padat, rayap pun enggan menghampiri. Memang di jaman yang kompetisinya sedemikian tingginya menuntut kita selalu untuk berpikir lebih kritis, lebih cepat, lebih dan selalu lebih baik.
Kemudian diri ini teringat pesan dari pak Tisna Sanjaya, untuk tumbuh perlahan – lahan, seperti pohon, berakar kuat, bertajuk rindang, menjanjikan kehidupan untuk makhluk yang diteduhinya melalui alam yang memberikan air, sinar matahari, dan mineral yang didapatnya. Mungkin dalam kehidupan ini kita semampu kita perlu untuk meneduhi seteduh – teduhnya dengan perbuatan, perkataan, dan pikiran kita.
Hari ini diri ini tenggelam dalam romantisme kegiatan berulang – ulang yang itu – itu saja, dan memang inilah yang kunikmati, beserta Laurensia, Keluarga, dan teman – teman terbaikku yang ditemui sepanjang hari..
“Help each other. Love everyone. Every leaf. Every ray of light..”
The woods are lovely, bright and shallow. But I have beautiful promises to keep, and miles to go before I sleep and I don’t want to sleep until I die. Realrich [taken from frost’s poem]
Hongkong, Mengenai Cinta… Dalam perjalanan satu tahun ini, tidak disangka sudah satu tahun diri ini hidup berdua dengan wanita terbaikku, ya usia pernikahan kami sudah 1 tahun umurnya. Kami menikah tanggal 25 September 2011. Di kala – kala kesibukkan yang semakin menerpa, waktu yang semakin menuntut, kami belajar untuk menyelipkan waktu2 untuk terus menghargai kebersamaan kami.
Pada waktu itu Diri ini sedang terjebak macet, terik matahari menerpa di balik siluet jembantan2 beton yang meneduhi, kira2 suhu terik 33 derajat celcius, kota Jakarta memang sedang menunjukkan wajahnya yang problematik dengan transportasi kota yang tidak terencana. Baru saja kemarin sampai pagi di kantor membereskan beberapa dokumen arsitektur yang harus diperiksa satu persatu. Untunglah hari ini diri ini bisa rileks memejamkan mata sejenak dimobil, puji Tuhan ada pak misnu, seorang sopir yang memang sudah seperti keluarga sendiri. Diri ini menghitung sudah 3 jam terjebak kemacetan ini, . Rutinitas yang ada baru – baru ini sungguh cukup menguras tenaga. Ya hidup seperti biasa, diri ini bergumam dalam hati. Seperti biasa diri ini membuat daftar pekerjaan yang harus dikerjakan oleh staff kantor, bedanya anak – anak kantor berkembang lebih banyak dari satu tahun yang lalu sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk berdiskusi satu persatu. Lebih siang terkadang rapat – rapat pembahasan pekerjaan pun menunggu, pembahasan rapat tersebut bisa berlangsung sampai larut malam guna memutuskan keputusan – keputusan desain pada saat itu juga. Mata ini perih ingin menutup pada saat itu, aku lupa pada waktu itu aku belum makan.
Kemudian secara rutin pada hari sabtu diri ini berkeliling untuk melihat proyek – proyek yang sedang dibangun, mengawasi satu persatu detail pekerjaan yang ada. Teringat satu perkataan teman terbaikku.
“Dalam membuat sesuatu harus berhati – hati, apalagi sekarang kamu ada di satu industri. Jagalah nama dan prestasi. “
ya oleh karena itulah, standar kualitas memang harus dijaga untuk konsultan desain yang belum berusia 2 tahun ini. Diri ini berpikir memang masa – masa sekarang adalah masa pembuktian. Sederhananya memang proses seperti ini perlu untuk menjadi dan membentuk kapasitas, sewajar – wajarnya. Diri ini bersyukur diingatkan oleh orang – orang terbaik untuk terus menjaga kepercayaan yang diberikan dalam hal – hal kecil maupun besar.
Siang itu satu waktu telpon berbunyi salah satu teman terbaikku memanggil untuk datang ke kantornya untuk dikenalkan pada saudaranya, perbincangan kami mengalir begitu saja, mungkin ada chemistry yang baik, sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata2, yaitu rasa. Maklum sudah 2 tahun ini kita tidak bertemu, waktu – waktu kita memang semakin padat, ia sebagai seorang developer terkenal dan diri ini sendiri yang sibuk dengan pekerjaan –pekerjaan di kantor. Di sela – sela waktu yang semakin mengukung. Diri ini merasa bahwa memang benar jika akhirnya banyak orang berkata, semakin kita dewasa lingkaran pertemanan kita akan semakin berkurang.
Kira – kira beberapa jam kita berbicara sampai lupa waktu, sampai beberapa gelas minuman sudah habis. Seusai ngobrol teman terbaikku ini pun menanyakan di drop off bilangan Jendral Sudirman. Realrich kamu naik apa, saya bilang naik taxi, karena memang pada waktu itu. Wanita terbaikku membutuhkan kendaraan untuk pergi ke klinik, maka diri ini memutuskan naik taxi saja. “O mau ikut saya ? “dia menawarkan, “kemana ya pak, ” dia pun menyebutkan jalur kendaraan yang tidak satu arah dengan diri ini.Diri ini melihat jam yang sudah mulai larut, namun saya sangat senang sekali ngobrol dengan satu bapak ini, diri ini mengiyakan, oke deh satu jalur, saya bilang. Dalam hati diri ini berkata, “Oke kita pun bisa mengobrol 1 jam lagi di perjalanan.”
“Pak Rich, saya punya project. “demikian dia menyambung akhir pembicaraan kami seketika akan menurunkan saya di trotoar di persimpangan Harmoni, kamu akan saya ajak ya hari rabu depan ke tempat project ini. Sepertinya ini cocok dengan kamu.” diri ini pun terkejut tanpa disangka, project tersebut adalah project yang luar biasa menariknya, memang peristiwa ini mengajarkan arti untuk berbagi dengan orang lain hanya dengan membagi waktu, dan kemudian ia akan membagikan kesempatan – kesempatannya, tanpa disangka – sangka.
Diri ini merenungi waktu dan kesempatan muncul dalam waktunya tersendiri , semua ini seperti terjadi begitu saja.
Diri ini berpikir, kita ini hidup sesuai kebutuhan kita, ada orang yang membutuhkan kasih sayang, ia akan mencari kasih sayang tersebut, ada orang yang membutuhkan materi, ia akan mulai berkerja dan mulai mendapatkan materi. Orang mendapatkan kepuasan karena kebutuhannya terpenuhi…. Waktuku, waktu kita, waktu bersama.
Kehidupan Kampus
2 bulan yang lalu di malam yang dingin di Kiara payung di satu bukit dimana bintang2 terlihat membentang di langit, ada bintang biduk, pengarah jalan para nelayan.Saya ingat dimana pelantikan anggota baru Gunadharma kemarin, dimana semua berlomba – lomba untuk datang ke acara pelantikan ini, ada satu orang yang sudah lulus 10 tahun yang lalu. Ada beberapa yang sudah lulus 5 tahun yang lalu. Untuk apa mereka datang ?
“Hentakkan kakimu sekuat tenaga, begitu engkau melangkah engkau akan dilihat dari bagaimana engkau bertindak terhadap orang sekitarmu diri ini mengingat, totalitas .Engkau, apa hanya engkau ?” teriakku lantang
Diri ini bertanya kepada dua orang peserta di depanku. Mereka bilang demi sebuah kebersamaan. Memang demi sebuah kebersamaan, kita ditempa untuk menghargai kebersamaan, himpunan itu apa ? Sebuah kebersamaan, dimana2 kita selalu bersama – sama dengan orang lain, belajar berhimpun itu pada hakikatnya adalah belajar bersama – sama. Diriku berpikir mengenai misteri mengenai hubungan manusia antar manusia, sebuah nilai yang tak terukur antara rasional manusia yang memiliki nilai individualis tinggi. Ada yang menghitungnya dengan nominal uang yang tinggi, ada juga yang menghitungnya dengan sejumlah tempat yang ia datangi, ada yang menghitungnya dengan prestasi dan pekerjaan yang ia banggakan. Apa yang membuat dirimu bahagia ? Datang ke pelantikan anggota baru Gunadharma seakan – akan mengingat lagi saat – saat yang lampau, berulang kembali, saat – saat yang enerjik, dan tawa yang membahana bersama – sama teman – teman satu angkatan, satu himpunan. Waktu Menjanjikan betapa berbahagianya bisa menikmati saat – saat di Gunadharma.
Best Office in the World
Kantor di dunia mulai menunjukkan kehidupannya, siklus yang silih berganti cukup cepat. Orang – orang datang dan pergi, proyek proyek datang dan pergi. Banyak orang yang belajar, datang dan pergi, mulai ada adik2 yang tinggal lebih lama, datang dan pergi itu pilihan hidup, yang terpenting bekerja untuk belajar, mengekspresikan diri dan menabung.
Diri ini sering terlibat dalam perbincangan dengan beberapa orang mengenai arsitektur, archi tecton ( seni membangun). Ada satu fenomena yang mengherankan, banyak orang bertanya – tanya mengenai jati diri “arsitektur Indonesia”. Mungkin beberapa kali dalam berdiskusi hal ini selalu ada. Pertanyaan seperti ini jarang diri ini temui sepanjang perjalanan karir di beberapa tempat terbaik,
Apa sih jati diri arsitektur morroco, jepang, australia, inggris, bandung,jakarta,Indonesia? Pertanyaan yang sulit. Perlu digali lagi kenapa ini dipertanyakan. Perlu pembahasan dr sudut pandang tertentu, ada satu benang merah dari negara2 ini yang akhirnya mensintesiskan apa yang sudah ada sekarang. Lalu apa ? Untuk apa kita bertanya ?
Mungkin kita ada dalam satu budaya yang hilang, terus menerus bertanya, tanpa tahu jawabannya, terus menerus memprovokasi, dan bingung dibuat oleh pertanyaannya. Oleh karena itu kita mempertanyakannya, Pertanyaannya adalah melalui apa kita mencari ? satu hal yang pasti, bahwa setiap jaman memiliki tandanya tersendiri melalui inovasi teknologi, sistem bangunan, ketersediaan material, dan segala proses sosial, budaya, politis, ekonomi yang melatar belakangi satu karya. Yang diri ini tahu pasti, karya arsitektur indonesia adalah karya terbangun yang ada di Indonesia, oleh karena itu Arsitekturnya arsitektur Indonesia.Mungkin kita sudah kesulitan untuk memilah apa yang perlu dilestarikan, apa yang tidak, keahlian konstruksi mana yang perlu dilestarikan mana yang tidak. Gabungan 2 pendekatan empiris dan rational perlu dilakukan. Menurut saya perlu adanya pendokumentasian hal2 yang menjadi unggulan. Point saya ada di sejarah, dan inovasi di konstruksi, sistem, pendekatan desain supaya menjadi nilai guna, toh arsitektur perlu dikembalikan ke definisinya, seni membangun, membangun yang lebih baik.
Frederich Silaban sependapat dengan saya menurutnya ” tidaklah perlu dicari-cari arsitektur indonesia yang identik dengan bentuk – bentuk tertentu, yang perlu ditransfer adalah nafasnya jiwanya”.
Arsitektur Indonesia itu ada di dalam nafas desain kita, taksu kalau professor yuswadi bilang, ada di tradisi berbuat kita, tunjukkan melalui desain anda, kebolehan anda, inovasi anda, efisiensi anda, estetika anda, sewajar – wajarnya. Dengan melalui desain terbaik di bumi Indonesia, karya terbaik arsitektur Indonesia akan muncul. Diri ini pun masih belajar untuk ini, dalam hati diri ini berdoa supaya bisa berkesempatan untuk belajar.
Pelajaran terbaik,… kejujuran,cinta, integritas
Pada waktu itu siang – siang di hari sabtu, diri ini baru saja pulang dari workshop kantor di daerah Meruya untuk mengawasi tukang – tukang yang berkerja memperbaiki rumah pak Misnu, diri ini menggerakkan tukang2 untuk memperbaiki tempat tinggalnya .
“Kak saya ingin bicara”. Adik di depanku ini adalah orang yang biasanya mengurusi menemani dalam pekerjaan sehari2, iabercerita tentang sistem yang tidak berjalan, dan ada orang – orang yang sulit diajak kerja sama.
“Pak saya ingin bicara.” Paman di depanku ini adalah orang yang biasanya mengkordinasi workshop, pribadi yang menganggukkan kepala ketika diri ini mendorong satu keinginan untuk mencoba sesuatu yang tidak biasa” dalam ketertegunannya, ia bercerita mengenai masalah rumahnya, rumahnya yang digadaikan, dan pinjaman2nya ke tetangganya.
“Kak saya ingin bicara.” Ada juga orang yang baru saja menyapa di lembar facebook, berkenalan lalu becerita ia sedang dalam masalah dengan dosen2nya, penulisan thesisnya, ataupun meminta referensi – refensi yang diri ini juga tidak mengetahui dari mana harus mencari.”
“Pak saya ingin bicara.” Entah kenapa mahasiswa ini punya banyak kendala berhadapan dengan tugas2nya yang tidak terselesaikan dengan baik.
Kemudian diri ini menerawang ke satu peristiwa saat berbicara dengan salah satu orang yang menjadi klien di kantor, “Rich, dalam kepercayaan terhadap kami kepadamu, sebenarnya ini merupakan satu cerminan dari kebutuhan dan kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, ibaratnya kami perlu jasa kamu dan kami meletakkan kepercayaan kami.” diri ini kemudian berpikir bahwa pada hakikatnya ini tidak hanya mengenai hak dan kewajiban, bahwa dimanapun kita berada, hak kita minta dan kewajiban kita lakukan. Kemudian ternyata ini tidak semudah yang dikira, sistem yang dijalankan terkadang tidak berjalan secara ideal. semua pihak hanya perlu menjalankan hak dan kewajibannya, terkadang hak tidak diberikan dan kewajiban terlalu besar, ada juga hak yang sudah diberikan dan kewajiban tidak ditunaikan, selalu saja ada ketidak sempurnaan dibalik keinginan kita yang selalu mengejar kesempurnaan.
Dimana diri ini berpikir inilah hubungan manusia antarmanusia yang tidak pernah sempurna. lalu beralihkan pandangan ke satu orang adik didepanku, dimana ia bercerita mengenai keadaan yang ada. Dalam hati diri ini bersyukur sekali dikaruniai, diberikan orang – orang yang selalu mengingatkan, Laurensia, Keluarga, orang2 di depanku, ataupun pribadi sehari2 yang diri ini jumpai ini merupakan pemberian titipan Tuhan akan pengingat yang selalu mengingatkan akan langkah – langkah dalam kehidupan ini untuk membagi kebaikan dengan sesama.
termasuk adanya Laurensia, Keluarga, Adik – adik, mahasiswa, dan orang – orang yang diri ini selalu temui sepanjang hari sepanjang waktu. Berkat tidak ternilai ini hadir secara tidak terduga, satu persatu.hidup di dunia ini untuk berbagi, seperti kata guru terbaikku, mas emil diri ini memanggilnya bahwa hidup ini untuk berbagi, diri ini belajar banyak sekali dari beliau, melalui sikap hidupnya.
Laurensia + Cherry
Laurensia sudah pulih dari operasi terakhirnya, diri ini merasa senang sekali, ia sudah mulai pulih seperti sediakala, rutinitas praktik dokterpun sudah dijalaninya dengan teratur. Memang kenangan akan kehilangan Cherry masih terkenang begitu saja, sulit untuk bisa dilupakan. Kita mengingat setelah bulan agustus, bulan september mulai menunjukkan wajahnya, daun – daun kembali menghijau di pekarangan rumah kami di Bandung setelah musim panas yang terik. Bandung memang menyejukkan, .
Ya Laurensia dan diri ini akhirnya punya satu rumah di Bandung, dititik terindah yang kita berdua bisa sediakan untuk Cherry. Laurensia dan diri ini sangat menantikan kehadiran cherry kembali. Di bukit ini, cherry bs berlari – lari untuk menikmati alam bersama – adik2 dengan kantor terbaik didunia, dan desa terbaik didunia. Diri ini dilanda satu mimpi yang indah, mimpi dimana anak – anak bisa tertawa, mimpi dimana studio terbaik di dunia, tempat terbaik di dunia akan muncul. Laurensia mungkin akan membuka tempat praktiknya untuk warga – warga sekitar, diri ini akan berbagi mata air akan ada bagi masyarakat sekitar. Sebuah roseto, a place where the outside rule does not apply, where happiness, perfection in imperfection might happen, the best design might happen, the best place of people within. Mengingat apa yang sudah terjadi satu tahun ini, ada kebahagiaan dan ada juga kesedihan,Semoga hidup ke depan akan semakin baik, teduh, dan indah untuk dijalani.
Mungkin 3 bulan kedepan akan ada lagi kejutan2 terbaik, seperti Laurensia berkata.
“Life is like a piano, the white keys represent happiness and the black show sadness. But as you go through life’s journey, remember that the black keys also create music.”
“Yang tehnya sudah siap, ayo diminum supaya tidak dingin.” selalu Laurensia memanggil mengingatkan. Puji Tuhan. Diri ini pun jatuh cinta lagi di tahun kedua pernikahan kami.
RAW won 1st prize of Kampung Batik National Design Competition. This competition was held by the local government of Semarang to proposed a new design and idea of the “Kampung Batik”. Kampung Batik is located at North Semarang city near the Old Colonial city of Semarang. It expected to become the center of batik , as well as a new tourist destination in Semarang city.
“Batik is a the process of writing a picture or decoration on any media by using the wax as a medium to coloring” (International Batik Convention in Yogyakarta,1997).
Therefore, in designing the “kampung batik”, the design focus on the process, stitching layer upon layer, combining the past and the future, making a harmonious design within cultures, people and the environment meet.
There are several issues during designing this Kampung Batik, they are the complexticity of the residential, lack of open space, and ownership of the building there. The realization of the design is expected to be inexpensive and can benefit all parties.
The design is divided into two phases, where at the first phase, the design propose minimal intervention to a few buildings and the neighborhoods, while continuing to raise funds. The second phase, the proposal offers new identity with the replacement of some buildings, building facades and the addition of a large canopy that stands out for the village. We also made some events proposal to maintain the continuity of the Kampung Batik.
Principal Architect : Realrich Sjarief
Team: Randy abimanyu, David Sampurna, Morian Suspriatnadi, Andhang Trihamdani, Suryanaga, Maria Pardede, Indra DN, Mukhammad Ilham
If there’s two mass, which created a gap, it will make the wind converge together and blows tightly, tighter than without any little gap. The basic principle is the wind will blows tight through a little hole or gap. That’s the purpose of Wind Tunnel System; make the wind blows without using Air Conditioner. There are two holes of Wind Tunnel System, it’s vertical and horizontal. The wind will enter this horizontal hole tightly, trapped inside this room, and to keep this room on it’s comfort temperature, the warm air will be transfered to the outside through the holes where located above the stairs (axis vertical), it’s more like stacking effects.
this is travel log, time with laurensia, showing our trip to England. I was thinking 3 years ago we visited some of the places like cambridge, St. Ives, Penrith, Bath. It was very memorable for us. The ordinary stuffs like meeting new people, visitting new places indeed was such a beautiful journey for us.We met our best friends, Jefferson Barnes, Kuncara and fam, Alvin and fam, Melur,lot of new friends !
We love travelling because not only gives us time for being together but also it’s the moment for looking lot of good people, beautiful places, and another camariderie. like what Nikki Giovanni said that “We love because it’s the only true adventure.”
adventure … I think that we are still making our adventure, till the very end time.
So still that I think , collect your images, you stories, your own butterfly collections…
RAW Office is in Home Decor August 2012 Edition. Home & Decor is the magazine of choice with interior design professionals and retailers launching new shops, collections and projects. We showcase beautiful homes and inspiring decor ideas, combining them with useful advice and a practical approach to decorating. Our wide editorial scope ensures that we appeal to both the aspiring homeowner as well as readers looking to refresh or renovate their homes.
Description :
Home & Decor is the magazine of choice with interior design professionals and retailers launching new shops, collections and projects. The magazine works with various partners to produce booklets and run promotional workshops and contest for our readers too.
To inform
Home & Decor informs you the latest trends in home, decorating, ideas and useful advice so that you can build your own dream home.
To inspire
Home & Decor gives creative thoughts and ideas to help you create and fulfill your imagination wish list of your dream home.
To maintain
Home & Decor is the perfect choice of magazine for those who are looking for up-to-date information about the latest shops, collections and projects so that you can always maintain your wonderful concept of your dream home.
Home & Decor advantage
Home & Decor is the most widely circulated decor magazine. That showcases beautiful homes and inspiring decor ideas, combining them with useful advice and a practical approach to decorating. Our wide editorial scope ensures that we appeal to both the aspiring homeowner as well as readers looking to refresh or renovate their homes.
Now Trends
Exposes products that are new, stunning and trendy.
Now Icon
Educational feature on a famous architect, product designer or interior designer.
Now People
We spotlight on a person or group who is making news in the design industry, such as: product or interior designer, architect, or creative entrepreneur
Now Shopping
Delivers news about a new shop with exciting furniture, accessories or lifestyle items.
Desiner Buzz
The latest buzz in the design field through the form of Q&A or feature-style interview with an international or local designer making headlines or report on major design events.
Design.Com
We troll the World Wide Web for websites that specialise in unusual, good-quality furniture and home accents you can’t find at local stores, and also two other websites that might interest the reader.
Fab Five
We feature five products that are similar in function and style.
Eco Warrior
News, views and ideas for an earth-friendly home and lifestyle.
Big Idea
We share a clever, ingeniously simple and unique design ideas that homeowners can attempt.
Special Focus
Focus on one area of the home. The themes are diverse: Small Spaces, Kitchens, Bathrooms, Garden, etc.
H&D Homes
We showcase the projects of up-and-coming interior designers and architect, and offer you a variety of the latest decor styles.
Food Notes
Delivers information about the latest kitchen products, restaurant reviews, cookbooks and tips from top chefs.
Fix It
Practical how-to tips on selected household topics such as bathrooms, doors, upholstery, furniture care and house pests.
In Store
New shops, products and promos from our advertisers.
Where to Buy
Address of shops featured in the issue.
Fast Forward
A peek into next month’s exciting line-up.
Hope is the thing with feathers that perches in the soul and sings the tune without the words and never stops at all…
Hari itu hari Jumat malam jam 23.30. setelah diri ini berdoa untuk bayi kami, aku pun tersenyum, karena ia begitu cantik, ingin kubawa bayi ini ke Laurensia. Namun petugas sudah akan membawanya pergi untuk memandikannya. Rambutnya ikal, hidungnya mancung, perawakannya mungil,jemarinya lentik dan kulitnya putih bersih. Kukecup keningnya, dan setelah itu diriku pun bergegas untuk menunggu di depan ruang operasi, pintu kamar operasi pun belum terbuka. Diri ini sudah menunggu 1 jam namun operasi belum juga selesai.
Hari itu hari Jumat malam jam 23.30. setelah diri ini berdoa untuk bayi kami, aku pun tersenyum, karena ia begitu cantik, ingin kubawa bayi ini ke Laurensia. Namun petugas sudah akan membawanya pergi untuk memandikannya. Rambutnya ikal, hidungnya mancung, perawakannya mungil,jemarinya lentik dan kulitnya putih bersih. Kukecup keningnya, dan setelah itu diriku pun bergegas untuk menunggu di depan ruang operasi, pintu kamar operasi pun belum terbuka. Diri ini sudah menunggu 1 jam namun operasi belum juga selesai.
Diri ini akui bahwa momen – momen menunggu saat ini tidaklah menyenangkan, aku yang selalu berpikir mengenai bagaimana dokter melakukan operasi terhadap Laurensia, bagaimana ia dibius sampai tidak sadar. Dan bayangan – bayangan yang terbersit mengenai apa saja yang dilakukan dokter di dalam ruang operasi. Ya Tuhan semoga ia baik – baik saja. Untungnya dokter yang menangani Laurensia adalah dokter terbaik di kalangannya, dokter yang cekatan, muda dan masih keluarga dekat, jadi diri ini menyerahkan sepenuhnya kepada tangan terampil dokter yang menanganinya. Dokter Cindy namanya, di rumah sakit Pluit.
Akhirnya satu perawat keluar “Ibu sedang dijahit pak, sudah selesai operasinya, sekarang dokter sedang menunggu kondisi ibu stabil” Satu perawat pun keluar untuk menenangkan. Setelah itu Laurensia pun didorong di atas tempat tidurnya keluar dari kamar operasi, hati ini pun gembira luar biasa. Doa ini terkabul, ia baik – baik saja. Syukurlah. Diri ini berterima kasih luar biasa terhadap dokter yang membantu proses operasi Laurensia termasuk suster dan asisten yang menanganinya.
Satu malam itu aku bisa menghargai kebersamaan kami yang luar biasa di kamar rawat inap rumah sakit. Laurensia pun sudah mulai sadar sepenuhnya dan diri ini pun sangat bersyukur.
3 hari yang lalu, …
Pagi itu hari rabu. Diri ini ingat, masa kehamilan Laurensia sudah 7 bulan, dalam hati yang terdalam, rasa takut selalu ada. Kehamilan adalah proses yang indah dan juga beresiko bagi ibu dan anaknya kata dokter. Dan dalam hati ku selalu berdoa Semoga kehamilan Laurensia baik – baik saja dan tidak ada masalah. Maklum kami belum pernah mengalami ini. Satu pengalaman pertama dalam seumur hidup kami. Ini kehamilan pertama. Pada kehamilan 3 bulan pertama dokter mendiagnosa bayi kami perempuan. Setiap saat aku mendoakan supaya bayi ini bisa menjadi berkat untuk sesama, seperti kebahagiaan yang dibawakannya ke keluarga kami dalam kehamilan Laurensia.
Seperti satu hari biasa, hari itu adalah hari rabu dan diri ini harus berangkat untuk mengajar , rutinitas pun dijalani dengan kesibukan kami berdua yang padat. Diri ini sendiri baru pulang mengajar di Karawaci, baru saja mengobrol bersama rekan – rekan dosen disitu dan juga mahasiswa yang ada di studio arsitektur. Kemudian Diri ini mampir sebentar ke kantor memberikan beberapa masukan terhadap desain yang sedang dikerjakan. Laurensia pun akhirnya masuk ke kantor untuk mengingatkan karena hari sudah malam dan kami punya janji untuk bertemu dengan dokter, untuk cek kehamilan 7 bulan. Kami pun bergegas ke satu rumah sakit di bilangan Jakarta Pusat. Pak Misnu, sopir keluarga pun sudah menunggu.
3 hari yang lalu Wanita terbaikku menanyakan kepada diriku mengapa bayi kami di dalam kandungan tidak seaktif biasanya. Aku menjawab untuk menenangkan istri, tidak apa – apa mungkin ini wajar, kita kan akan ketemu dokter sebentar lagi. Pada waktu itu sekitar jam 9.45 malam dan kami baru masuk ke ruang tunggu setelah lama menunggu, urutan terakhir setelah 1 setengah jam lebih menunggu. Pada waktu itu kami bisa melihat detak jantung bayi kami berdua, ada yang berkedip – kedip di layar USG, rasa khawatir pun menjadi pupus. Ini anaknya baik – baik saja, kata dokter mengiyakan, ketika Laurensia bertanya.
3 hari kemudian
Nama Anak kami adalah Cherry, bagi kami dia adalah satu malaikat yang akan mewarnai orang – orang sekitarnya dengan kasih sayang. Memberikan kebahagiaan setiap saat pada saat ia ada sama seperti ia memberikan kebahagiaan dalam waktunya yang sebentar di dunia ini.
Tidak ada yang bisa membayangkan ketika 3 hari kemudian, pada hari jumat pagi. Cherry meninggal. Ia didiagnosa kehabisan air ketuban, dan Cherry terlambat dikeluarkan oleh karena itu ia meninggal. Tidak ada yang percaya bagaimana ini terjadi dan mengapa ini bisa terjadi pada keluarga kami meski ada beberapa puluh argumentasi dan hipotesa mengapa ia tidak ada, tidak ada gunanya mempersalahkan siapa – siapa. Memang sudah jalannya seperti ini.
Pikiran ini pun kembali ke hari jumat malam pukul 23.30. ketika diri ini sedang menunggu operasi Laurensia untuk mengeluarkan Cherry dari kandungan. Operasi Caesar yang dipimpin dokter Cindy.
Satu berkat ini datang 7 bulan yang lalu, dan kemudian begitu mudahnya ia pergi, satu kebahagiaan ini pergi begitu saja di hari ini. Di bulan ke 7 kehamilan Laurensia. Kami diajar mengenai arti kehilangan dalam kehidupan.
Aku berdoa sepenuh hati, kupeluk Cherry dengan derai tangisan, kesedihan yang tidak tertahankan. Anakku begitu cepat engkau pergi, papa dan mama sudah punya begitu banyak mimpi yang indah bersamamu, sayang sekali Tuhan punya rencana lain terhadapmu nak.
Hanya kurang dari 1 hari,diri ini bisa menyentuh memeluk Cherry untuk pertama kali dan terakhir kalinya namun kini ia pergi. Aku pun merasakannya ketika abu itu ditebarkan di laut, Ia melindungi perbuatan, pikiran, dan perkataan kami berdua dalam cinta kasih terhadap sesama. Hari Jumat pada saat itu adalah hari yang penuh dengan kesedihan, kehilangan dimana kami kehilangan Cherry. Diri ini tidak bisa membohongi siapapun untuk mencoba tegar dan belajar dari kehilangan ini. Namun aku percaya, ia ada di sekitar Laurensia dan diri ini untuk menjaga derap langkah kami.
Diri ini pun tersenyum ketika dalam satu hari setelah operasi, Laurensia sudah pulih kembali , ia sudah mulai bisa berjalan seperti biasa, kemauannya kuat untuk bangkit. Aku berbisik dalam hati. Cherry terima kasih sudah jaga mama. Satu minggu setelahnya, satu teman dari orang tua kami, berbisik. Pada waktu itu, pagi – pagi setelah dimandikan, Cherry ada di rumah duka. Ia melihat Cherry ada di samping kami. Teman dari orang tua kami itu berbisik, ia sudah menjadi malaikat pelindung keluarga.
I hope you do well. I was thinking to write a note, a simple one, to conclude what we have worked on in the class. I was thinking that the effort of practicing architecture needs many hours, much time. I believe there are arguably nobody knows on how much the time that is needed to practice design. I think that is one question we might need to ask our self as designer. How much is needed?
Grumpy architect will say I work too much in architecture, its unfriendly profession, waste too much time. Positive architect will say I still have many things to learn. I wish that we have more than 24 hours in a day, I wish more, hunger for more learning, more thinking, more for thoughtful action.
So I never say that this class as working drawing class only. I would say its thinking drawing – working drawing class. The reason is simple because it involves the understanding of knowledge to build architecture, Knowledge of creating space. I think that we can’t draw one working drawing if we don’t know how to draw, part of it about knowing what you want to draw. It’s about knowledge of understanding the earth, the universe, the universal law to the most detail part of the constructions. The word thinking taught us about our body of knowledge, the knowledge to make a good space. So far we have gone to several built design which was designed by architects, built by builder. We have learnt how to draw one design which was pushed harder not only pragmatic intention but a design that is responding to express the beauty of constructions, the beauty of the material, the beauty of the honesty of covering the structure, the property of the material .To invent the art of building, you need to master the knowledge, the knowledge of the materials, the beauty of it, even higher knowledge that is the beauty of the space which is limitless for architect.
Another part is about exercising your hand to be skillful, on top of the invention of the CAD to answer the market needs in the name of efficiency. I do believe that the center of the practice is the human touch, your hand. I favor one quote from one of my favorite architect he stated
“Works of Architecture are discovered, not designed. The creative process is a path of discovery. The hand makes drawings and arrives at solutions before the mind has even comprehended them. It is very important to me to make buildings that work like instruments. They respond to light, to the movements of the air, to prospect, to the needs of comfort. Like musical instrument, they produce the sounds and the tones of the composer. But I’m not the composer. Nature is the composer. The light and sounds of the land are already there. I just make instruments that allow people to perceive this natural qualities.1
he is Glenn Murcutt, I think it is indeed true in the experience of practicing architecture. The architect’s hand need to be trained from the very beginning. That’s why some of the task given every week during the class drove your hand drawing skill.
I hope what you all learn hopefully can help the understanding the thinking behind the drawing, one tool that is a bridge between our design thinking to the builders. I think it’s not easy in one stage to understand the fingerprints of finishing materials, about the tectonics the construction of the materials, about the economic logic behind using the material, about defining how to use materials gently. It’s one fulfilling experience for architects.
Learning from the past and creating the future are both knowledge we have to master. The process itself is not easy but training your hand, your knowledge and your mind has been always my concern.
I must say congratulations for staying in the class to the willingness to open your architect’s eyes. The eyes of the willingness for opening new idea, like what Bjarke Ingels wrote “YES is more”. I do believe there is one culture above all of the design culture, the culture of creating passion inside us as an architect. You need to train this as it will show in your character, later on it will help shaping your chemistry with your client and your peers.
To the people in the class, thank you for the exploration that you showed, I do hope that you had such great learning curve, like what I had in class with you.
Designed for a prominent bussiness man family, this house was conceived as a modern rationalist house with neo modernist influence. Located in a quiet prestigious residential neighbourhood of Alam sutera, a satelitte city one hour west of Jakarta. The house consists of clustering of buildings arranged by wonderful vistas of the site to the lake. The overall composisiton ties these buildings together in a harmonious arrangement, informed by the chinese belief that nature is at its most beautiful when considered in relation to the man-made. The landscape itself arranged by several vistas and cluster of plantings reflecting the Indonesian tropical Landscape, the landscape of the tropical climate.
The circulation through the building is organised aroung a sequence of views that progressively move in hierarchy to more private area. The attention of to the play of lifht and shadow, created through a combination of materials and artificial and natural light is fundamendal to the design of the house and evokes the quietude of such a retreat house which stated by its gentle architecture.
I just designed one house called cinematic landscape house, what is cinematic ? It’s based on the sequenctial view approach in designing the space. Each corridor has each view to capture. The corridor and the opening relates itself to the openspace which is connect the house to the outside.
The concept of the house focuses on the creating an ecological design of house which is one small design 200 sqm house. The design allow natural fresh air by the design of the green slot which also allow natural indirect lighting coming to the space. The shape itself combine the 2 intentions, first intention is well refined detail using geometric clear partii and second is maximise space through space utilisation. The house is still in 90% nearly finished. Will update soon with many pictures.
For last year’s words belong to last year’s language andnd next year’s words await another voice…And to make an end is to make a beginning. TS Eliot
Diri ini akan membagi – bagi cerita ini menjadi beberapa cerita kecil, sebagai refleksi kehidupan yang begitu indah untuk dijalani, dan menyimpan banyak hal untuk dipelajari.
Malam ini …
Malam ini sunyi sepi, waktu tertera pukul 10. 30 malam, baru saat ini aku bisa menarik nafas untuk melegakan diri dari segala macam aktifitas yang ada di kota Jakarta ini, hari ini hari terakhir tanggal 31, bulan Desember, tahun 2011.
kira – kira sudah 3 bulan berlalu sejak diri ini hidup berdua dengan wanitaku. Diri ini tidak sendiri lagi, kami sudah bersama, dari masa penantian yang terasa sungguh lama, beberapa tahun hubungan jarak jauh yang terasa tak menentu dari perjalanan diri kami berdua antara London, Sydney, Seoul, dan Jepang. Di saat itu waktu – waktu seakan – akan bermain dengan ritmenya sendiri, ia berkata ada perjumpaan ada juga perpisahan, penuh dengan masa penantian antara 2 musim dan 4 musim Negara yang berbeda.
Lalu aku teringat beberapa bulan yang lalu mungkin 2 bulan yang lalu, diri kembali ke London hingga perjalanan ke bagian utara scotlandia. Angin yang meniup perlahan – lahan dengan temperatur yang mulai memasuki musim gugur dimana daun – daun sudah berubah menjadi kuning kemerahan. Oleh karena itu mungkin jalanan di kota Durham menjadi begitu Indah dalam horizon kota medieval yang lengkap oleh menara gereja yang juga merupakan salah satu gereja terbesar di Inggris. Diri ini berdua – dua juga berjalan – jalan ke kota York yang sangat memukau dengan peninggalan – peninggalan bersejarahnya, ilmu pengetahuan yang ada di setiap pojok – pojok kota meninggalkan torehannya dengan buku – buku yang menurut penduduk setempat buku biasa. Namun, itu buku – buku langka.
Masa lalu …
Ada kalanya pikiran ini teringat ketika saat kedua bertemu dengan wanita terbaikku, Laurensia, saat itu kita sedang duduk berdua di tepi pantai St. Ives, salah satu pantai terindah di Inggris bagian selatan. Inggris saat itu sedang dalam cuaca terbaiknya, musim panas dimana suhu 20 derajat ada pada rentang waktu 2 bulan dalam satu tahun. Diri ini duduk di atas bebatuan karang bersama wanita terbaikku. Kami bercerita keseharian kami masing – masing, cerita mengenai jaman sekolah dahulu. Jaman SD SMP SMA Ataupun bagaimana hidupnya sehari – hari di klinik. Aku ingin sekali lebih mengenalnya. Kami tertawa dalam canda dan obrolan, aku menengok keatas ada burung – burung pantai mengelilingi kami. Laurensia dan diri ini kemudian mendaki puncak yang tingginya 50 meter, St. Ives memang indah, ia memliki pantai, namun juga bukit yang sangat indah. Di puncak bukit itu ada mercusuar dimana kita bisa melihat ujung terakhir sisi selatan dari pulau Inggris. Namun Waktu berkata lain, ada perjumpaan ada juga perpisahan. Tawa itu disambut oleh airmata tidak lama pada saat perpisahan itu kembali tiba.
Ada kalanya diri ini teringat untuk pertama kalinya menangis untuk sebuah perpisahan. Hati ini menangis ketika ia pergi.
Aku masih ingat perbedaan waktu kami adalah 8 jam, GMT +8 dengan GMT 00. Wanitaku terbangun jam 4 pagi untuk kita bertemu. Jam 4 pagi berarti di London adalah jam 10 malam, berarti kami punya waktu 2 jam sebab wanitaku akan bersiap – siap untuk pergi ke daerah pinggir Bogor karena ia harus menunaikan masa baktinya ke Negara sebagai bagian dari tugas.
Di Inggris, tergantung tempat kerja, rata – rata orang akan menghabiskan waktu untuk pergi ke tempat kerja selama 45 menit untuk berdesak – desakan di kereta daerah central London ataupun memilih bus dengan jarak yang lebih jauh. Begitupun diri ini, aku biasa bangun pukul 7, untuk kemudian selama 1 jam pergi ke kantor, 1 jam kubutuhkan untuk perjalanan karena jarak kantor dan rumah yang cukup jauh.
Rutinitas itu ada ketika pada saat diri ini berangkat kerja ia akan pulang kerja, pada saat aku mulai berkerja, itulah saat ia tidur. Pada saat diri ini makan siang, itulah saat ia bangun kembali,
Ada kalanya aku akan memanggil dengan telefon selularku di saat – saat makan siang, memanggil dengan telepon skype, telepon yang dibeli di daerah regent street karena paket nya yang murah, layanan itulah yang paling ekonomis, biaya untuk menelpon ke Jakarta luar biasa mahalnya, dan juga kebalikannya. 10 pound untuk satu kali panggilan selama 30 menit. 10 pound identik dengan 2 kali makan siang pada waktu itu.
Hampir setiap siang diri ini akan tertidur di taman Battersea di terik matahari yang merupakan cuaca yang terbaik di bulan July saat itu dengan mengobrol selama 30 menit setiap harinya di musim panas sesambil menikmati makan siang. Diri ini sangat merindukan suara wanita terbaikku,
“yang kamu sudah makan ?, makan apa ?”
kami akan membicarakan kembali soal keseharian, rutinitas yang menyenangkan sehari – harinya.
Ada kalanya waktu aku pulang ke kantor itulah saatnya wanitaku tidur. aku akan pergi makan malam, atau sekedar memasak untuk teman terbaikku di apartment, Jefferson namanya, masakan kesukaannya adalah sambal goreng hati dengan nasi biryani, selain sayuran dengan cah saus tiram tentunya. Pada waktu Jam 12 malam waktu London, aku menghabiskan beberapa saat untuk berkerja sesaat selama beberapa jam lagi, aku akan tidur jam 3 – 4 pagi seperti biasa. Diri ini biasa tidur cukup malam hanya karena itulah, wanita terbaikku sudah bangun dari tidurnya.
Aku teringat sering kali diri ini berangkat ke kantor dalam kondisi kurang tidur, dan berpacu dengan dateline yang keras. Seringkali juga perbedaan waktu menyebabkan, terbalik – baliknya waktu tidur hanya untuk bertemu sesaat. Hal ini berlanjut terus selama beberapa tahun kita bersama, aku hanya bisa menahan diri untuk tidak bersedih dalam penantian dalam perjumpaan, ketika kita terpisah. Senyum pun ada ketika kita berbicara sehari – hari dalam jarak yang mengukung..
Diri ini mengerti hal ini tidak mudah bagi kami berdua, namun kenangan – demi kenangan itupun terasa begitu indah. Diri ini merasa Satu tahap demi satu tahap sudah berlalu, seperti langkah dalam hidup ini, masa lalu meninggalkan kenangan yang manis dengan suka dan dukanya.
Ketika cincin itu saling dipasangkan dan janji pernikahan selesai diucapkan. Aku melihat wanita yang disampingku, dan aku tersenyum, dan bersyukur untuk kesabaran satu orang Laurensia yang terbaik di dunia, dengan kenangan yang terindah yang pernah diri ini dapatkan.
Kehamilan pertama …
Saat – saat yang terbahagia tentunya ketika mengetahui bahwa Laurensia hamil. Puji Tuhan, diri ini melompat kegirangan, diri ini akan menjadi ayah. Waktu seakan – akan terhenti dalam keheningan dan kesukacitaan. Aku sungguh mengucap syukur atas berkat yang diberikan.
Dari dokter, kita mengetahui bahwa usia kandungan laurensia sudah 1 bulan, kemudian 2 bulan, kemudian 3 bulan. Janin tersebut sudah memiliki jantung, tangan, kaki, luar biasa. Aku setiap hari berdoa supaya anak ini akan menjadi anak luar biasa dengan sifat baiknya untuk sesama. Laurensia berkata “yang aku senang seakan – akan ada yang hidup di badanku, meskipun aku pusing dan mual sehari – harinya, namun aku tidak sabar untuk melihat si baby setiap bulannya.” Pada saat itu aku teringat Laurensia muntah hampir setiap harinya, berat badannya pun turun. Wanita yang selalu bersyukur inilah yang aku yakin akan menjadi ibu terbaik bagi bayi ini. Tidak banyak orang seberuntung diri ini untuk memilikinya.
Diri ini berpikir Ayah dengan segala usahanya menempa dirinya sebagai tulang punggung keluarga, namun lebih luar biasa para Ibu dengan segala suka dan dukanya menempa dirinya dengan kasih yang luar biasa melalui proses kehamilan dan kelahiran.
Rutinitas
Ada kalanya aku bangun jam 6 – 7 pagi setiap harinya, untuk makan pagi bersama, mulai berkerja untuk mempersiapkan pekerjaan bagi staff kantor yang datang biasa sedikit siang. Kami akan makan siang setiap harinya, untuk kemudian terkadang aku menghabiskan waktu satu hari di kampus untuk sekedar bertemu dengan mahasiswa, untuk tutor singkat ataupun untuk memberikan kuliah, atau asistensi di studio arsitektur. Malam – malam kira – kira pukul 7 aku akan selesai dengan rutinitas pekerjaan ataupun rutinitas mengajar, dimana terkadang diri ini harus berkerja ekstra sampai tengah malam. Terkadang seperti saat – saat dahulu diri ini harus menahan kantuk untuk berkerja sampai jam 3 – 4 pagi atau tidak tidur sama sekali.
Secara rutin aku akan makan malam bersama setelah laurensia pulang dari klinik. Terkadang aku hanya tinggal di rumah bersama laurensia di hari sabtu dan minggu untuk menikmati kebersamaan di sekitar rumah.
Atau terkadang waktu yang tidak banyak dan kita juga pergi ke tempat yang itu – itu lagi, kegiatan yang sama lagi. Namun semua rutinitas yang terjadi begitu indah, sekali dijalani, ingin diulangi, terus menerus. Hidup ini terasa sangat menyenangkan.
Kantor terbaik di dunia …
Kira – kira setahun yang lalu di bulan November, firma DOT Workshop dibentuk. Suatu waktu diri ini ingat dalam perjalanan pulang dari Foster and Partners, bersama teman terbaikku, Albert namanya, kita bersenda gurau mengenai nama satu studio arsitek, studio arsitek yang baru, nama DOT Workshop pun muncul. Diri ini sendiri juga seringkali tidak menyangka firma arsitek ini bisa bertahan dan sedikit menorehkan prestasi sampai sekarang.
Seperti biasa kantor adalah satu tempat untuk berkerja, adakalanya ia dipisahkan dari kehidupan pribadi orang – perorangannya. Ada kalanya juga ia menjadi ajang pertarungan, kompetisi, pertaruhan karir, tempat eksistensi diri. Diri ini selalu merasakan dimana lingkungan kerja seperti ini, sejauh diri ini melangkah dalam perjalanan dari Singapore, London, Sydney, Jepang, Korea, ataupun di tanah air. Rata – rata diri ini berkerja 12 jam di kantor, ataupun kadang- kadang 16 jam di masa – masa dahulu. Dari kondisi yang ada, mimpi pun mulai ada untuk membuat kantor terbaik di dunia.
Apalah artinya sebuah nama, DOT hanya sebuah titik. Ada kalanya diri ini berkaca kebelakang. Bagaimana kita merintis firma ini dengan orang – orang terbaik. Mulai dari hanya 2 orang, kemudian berkembang menjadi 3 orang, kemudian tengah tahun kita sudah memiliki 6 orang, dan sekarang ada 12 orang di Firma DOT Workshop, seluruhnya orang – orang terbaik dan paling kreatif dengan passion yang sangat luar biasa. Tidak banyak firma yang memiliki keberuntungan dengan adanya orang – orang ini di dalamnya, yang saya tahu Foster and Partners salah satunya, oleh karena itu ia bisa berkembang menjadi 1500 orang dengan tidak mengorbankan ide – ide yang brilian.
Adakalanya diri ini tertawa – tawa dengan segala ide – ide yang kreatif di DOT, saat – saat di kantor menjadi salah satu saat yang terbaik dalam rutinitas yang ada. Di dalam satu tahun terakhir ini, DOT sudah mengerjakan hampir 80 pekerjaan, memenangkan 6 penghargaan desain, berkerja sama dengan developer – developer di Indonesia, mengerjakan beberapa project di Mexico. Kantor berkembang pesat dari 2 menjadi 12 orang. Kantor yang tadinya hanya berupa tempat kosong, menjadi tempat yang diri ini sendiri cintai dengan passion yang ada di dalamnya.
Melihat kebelakang diri ini serasa –tidak percaya dengan segala yang ada, Diri ini hanya bisa mengucap syukur atas segala yang ada, dengan penuh kerendahan hati diri ini mengucapkan terima kasih atas segala perjuangan DOT atas kecintaannya akan profesi yang diri ini juga cintai.
Resolusi Tahun Baru … hidup ini hidup biasa
Untuk menutup cerita di tahun kelima, diri ini akan membagi pengalaman yang tidak terduga, dengan pelajaran terbaik yang justru datang dari seorang supir taxi.
Supir taxi ini mengantarkan Laurensia dan diri ini dengan biaya hanya 50 pound dari kota London ke Stansted yang berjarak 1.5 jam – 2 jam perjalanan. Biasanya, taxi akan mencharge 80 pound. Namun hari itu terasa berbeda. Kami berbicara mengobrol panjang lebar, ia bercerita dirinya yang asal Saudi Arabia, ia adalah seorang muslim. Ia berkata,
Realrich, sekarang banyak orang membunuh orang lain mengatas namakan agama, namun mereka hanya lapar, Agama pun menjadi pelarian. Oleh karena itu setiap kali kami bisa makan sesuatu, kami akan berkata alhamdulilah, mengucap syukur, bersyukurlah karena pada hari ini kamu masih bisa makan.
Dan jangan lupa, berikan sedikit hakmu untuk orang miskin, bagi kamu mungkin itu tidak berarti namun bagi mereka itu akan sangat berarti. Ada dalam perjalanan hidupmu dimana semua menjadi sangat tidak pasti dan timbul keragu – raguan seperti yang dialami oleh banyak orang. Pada saat itu tiba, berderma lah, dan berdoalah, maka jalan akan ditunjukkan kepadamu. Dan itu akan membuka matamu, dan engkau akan menjadi cahaya bagi orang lain.
Dan untuk kekasihmu, jagalah ia, di masa – masa pertama, kalian akan saling menyesuaikan diri, yang terpenting adalah istrimu, [pada saat itu Laurensia tertidur disampingku], apapun yang diperbuat orang lain, apapun keragu – raguan yang muncul dalam hidup, jagalah istrimu, karena hidupmu akan terberkati dan hadiah yang terindah dari Tuhan yakni anak – anak akan tiba pada saatnya dimana kebahagiaan tidak bisa terukur dari uang semata.
Aku seakan – akan bermain – main dengan resiko dalam pikiran dan perbuatan, karir dan pekerjaan, masa lalu – masa depan, puisi masa lalu, dan tantangan masa depan. Pelajaran terbaik seakan – akan muncul begitu saja, tanpa terduga. Ku yakin Tuhan mengirimkan orang – orang terbaiknya untuk saling bertemu.
Diri ini seakan – akan bernostalgia dengan romansa, romansa yang menggebu – gebu di dalam hatiku, romansa dalam keseharian, romansa dalam tutur kata, sikap, dan perbuatan. Aku belajar untuk mencintai seumur hidupku, demi Laurensia. Wanita terbaikku. Aku belajar menghargai waktu, belajar menghargai kebersamaan.
Puji Syukur kuhaturkan akan tahun yang luar biasa dengan berkat yang berlimpah, hadiah natal yang sangat indah, kebersamaan dengan laurensia dan calon bayi merupakan berkat yang tidak ternilai,
Di akhir perbincangan kami, dia pun berkata,
“hey Realrich, do you know that good people meet good people, so don’t worry about life. Just do your best.”
pada waktu itu Aku pun tersenyum, dan bersyukur, saat itu Laurensia pun bangun, dan
aku menatapnya dan jatuh cinta lagi untuk kesekian kalinya.
The studio was joint workshop studio with the team of National University of Singapore led by Wong Chong Thai and team of University of Pelita Harapan consists of Tatyana Kusumo, Kartika Sari, Adi, Maria Vanessa, Raymond, and Jovita led by Realrich Sjarief. There were two reviews arranged in the studio which the first review was hosted by NUS in Singapore by Wong Chong Thai and the second review was hosted in UPH by having David Hutama and Ivan Kurniawan Nasution as guest reviewer.
The research project focused on student’s attention on understanding cities, as they are, the predictability of formal and unpredictability of the informal. The team chose Kampung Luar Batang:a precinct that supports old city centre of Jakarta and Alam Sutera precinct that is new upcoming development as the pilot project of joint collaboration studio. The studio consisted of main key actors of the urban design precincts between government, developer and student as urban designer and architect. In many ways, those locations resemble the location outcomes of business as usual paradigm, which resulted on core precincts, and supporting precincts, which are the area of marginalised worker. It consist mutualism relationship between each other include the marginalised workers require space to live, work and play. In a sense it needs one way to answer how far the equilibrium could be offered by one design scheme to bridge formal – informal, peri – urban, rural – city, desa – kota. The process in the studio was to find the answer of this question.
The first session of the studio was to generate urban design scheme and the second stage was to bring the urban design scheme to architecture proposal which in overall consists generating vision, and implementing the vision into several stages depends on the affordance of the situation addressed. Urban design projects vary in size from new town to more frequently, neighbourhood precincts and blocks of cities. Before the studios turned our minds to how a one scheme could be, sustaining our attention through all hours of the night, th
e act of drawing the diagrams, the grid, the buildings, trees, median strips and pockets of grass invited by the context is well written by the need of the people. The team studied by research the need of the people by interviewing, imagining, and doing research on architect’s paradigm. I believe that the strong argument is based on evidence. So the part of the studio was under standing paradigms that shape the city. In the studio 20 case studies and literatures were discussed to form the thinking of the students. It helps to gain understanding the architect’s paradigm that shape our city which focus on paradigm such as: empiricist, rationalist, neo-traditional, new urbanism, deconstructive city. The studio studies the paradigm that shapes our city from literature study, on site study.
The process of finding the answer is always interesting to see. The more interesting thing happened when the team tried to understand how the people try to adopt change and growth, maintains their sense of community. Finally the successful scheme answered that studio inquiry that there are many chances to blend the informal and formal, the poor and the rich, to collaborate with developer, government; architect should respond to investigate all of the opportunities. Which then I believe by doing so architecture will respond to the beauty of stitching the opposites.
Design Review session at NUS Singapore [Wong Cong Thai’s Team and Realrich Sjarief’s Team]
Team : Kartikasari, Tatyana Kusumo, Jovita Listyani, Maria Vanessa Yulianti, Adi Nugraha, Raymond Aditya
Presenting Kampong City’s scheme for ITDP Seminar
Presentation by Kartika At Jakarta Architecture Triennale 2012
Exhibition at Place Making Exhibition @ Dialogue Art Gallery
Pictures by Raymond Aditya, Ike Puspa, Realrich Sjarief
Features : 300 sqm floor plate integrated house on Ddouble Decker building system, Landscape with communal garden and swimming pool
Appointment: 2013
Construction Start: 2013
Completion: 2014
Area: 1500 m²
Client: Navies Naif
Principal Architect : Realrich Sjarief
Project team : Bambang Priyono, Anton Suryanto, Mahadiyanto Yayan, Donald Aditya, Randy Abimanyu, Andika, Giovanni Libels,
Management Construction : Djoko
Structural Engineer: Edwin Surya Agestha
Tahun 2012, Prodi Arsitektur Universitas Atma JayaYogyakarta (UAJY) genap berusia 30 tahun. Untuk memperingati Lustrum ke VI Prodi Arsitektur, Panitia Reuni dan Pengabdian pada Masyarakat UAJY mengadakan rangkaian kegiatan selama dua hari, mulai dari hari Jumat-Sabtu, 1-2 Juni 2012. Terdapat berbagai acara dalam rangkaian kegiatan ini antara lain Seminar up to 40, Sarasehan, Pemilihan Ketua dan Pengurus Keluarga Alumni, Pengabdian pada Masyarakat dan Ziarah serta Pentas Seni.
Hari pertama, Jumat (1/6) pukul 08.00 WIB dibuka dengan Tari Badui oleh mahasiswa dilanjutkan dengan Seminar “Up to 40” di Ruang Audivisual Gedung Thomas Aquinas UAJY. Seminar ini menghadirkan tiga pembicara yaitu Realrich Sjarief, ST. MUDD. IAI. Serta kedua alumni Prodi Arsitektur UAJY Lim Yu Sin, S.T. angkatan ’94, dan Ben Sarasvati angkatan ’99. Seminar ini mengambil tema “Pandangan Arsitek Muda Indonesia tentang Arsitektur Masa Datang” .
Dalam seminar ini Lim Yu Sing menyampaikan bahwa arsitektur merupakan akar dari konteks tempat (persoalan, potensi, kondisi). Dalam konteks Indonesia, persoalan, potensi atau kondisi menyangkut hal-hal umum (sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, dll) dan hal-hal yang berhubungan dengan arsitektur (persoalan hunian murah. Kampung padat kota, dll). Di Indonesia ini sebenarnya masih banyak potensi dan kekayaan yang belum dikenali, digali, dan dikembangkan. Arsitektur bukanlah hanya tentang proporsi, komposisi, teknis konstruksi tetapi juga tentang menemukan diri seperti budaya yang membantu manusia menemukan integritas bangsa. Konteks-konteks ini dapat menjadi fokus utama yang menentukan arah penggalian desain danpendidikan arsitektur.
Realrich Sjarief memberikan judul presentasinya “Nafas Alam, Nafas Manusia, Nafas Desain”. Kita dapat menciptakan suatu desain karena tiga nafas tersebut. Oleh karena itu ketiganya saling berkaitan. Penggunaan teknologi, pendefisian fungsi public space, dan inovasi strategi perencanaan akan memegang peranan penting di masa depan, terutama pda masyarakat metropolitan.
Berbicara tentang arsitektur Indonesia masa depan, Ben Sarasvati memberi sudut pandang tersendiri. Di indonesia telah mengalami perkembangan jauh sebelum terbentuknya Negara Kesatuan republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Arsitektur Indonesia terdiri dari rangkaian Arsitektur Tradisional sebagai cikal bakal yang kita kenal sebagai Arsitektur Nusantara. Pada masa sekarang, dimana teknologi informasi sudah sangat maju dan berkembang dengan pesat telah membawa perubahan kegiatan, klebutuhan, dan pola pikir masyarakat. Arsitektur ini berkembang menjadi tradisi di masing-masing daerah yang kemudian disatukan dalam satu wilayah politik yang disebut indonesia. Semua ini menjadi alat untuk menggali lebih dalam lagi Arsitektur asli Indonesia dalam proses perpaduan antara budaya satu dengan lainnya maupun perkembangan zaman.
Seminar yang berlangsung selama kurang lebih 3 jam ini membuat peserta menjadi semakin terbuka pikirannya mengenai arsitektur di Indonesia. Dari sini diharapkan kampus dan mahasiswa dapat berperan untuk mendampingi masyarakat sekitarnya agar lestari dan pengabdian arsitektur dpat dilakukan untuk pengembangan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Bare Minimalist is in Home Decor May 2012. Home & Decor is the magazine of choice with interior design professionals and retailers launching new shops, collections and projects. We showcase beautiful homes and inspiring decor ideas, combining them with useful advice and a practical approach to decorating. Our wide editorial scope ensures that we appeal to both the aspiring homeowner as well as readers looking to refresh or renovate their homes.
Description :
Home & Decor is the magazine of choice with interior design professionals and retailers launching new shops, collections and projects. The magazine works with various partners to produce booklets and run promotional workshops and contest for our readers too.
To inform
Home & Decor informs you the latest trends in home, decorating, ideas and useful advice so that you can build your own dream home.
To inspire
Home & Decor gives creative thoughts and ideas to help you create and fulfill your imagination wish list of your dream home.
To maintain
Home & Decor is the perfect choice of magazine for those who are looking for up-to-date information about the latest shops, collections and projects so that you can always maintain your wonderful concept of your dream home.
Home & Decor advantage
Home & Decor is the most widely circulated decor magazine. That showcases beautiful homes and inspiring decor ideas, combining them with useful advice and a practical approach to decorating. Our wide editorial scope ensures that we appeal to both the aspiring homeowner as well as readers looking to refresh or renovate their homes.
Now Trends
Exposes products that are new, stunning and trendy.
Now Icon
Educational feature on a famous architect, product designer or interior designer.
Now People
We spotlight on a person or group who is making news in the design industry, such as: product or interior designer, architect, or creative entrepreneur
Now Shopping
Delivers news about a new shop with exciting furniture, accessories or lifestyle items.
Desiner Buzz
The latest buzz in the design field through the form of Q&A or feature-style interview with an international or local designer making headlines or report on major design events.
Design.Com
We troll the World Wide Web for websites that specialise in unusual, good-quality furniture and home accents you can’t find at local stores, and also two other websites that might interest the reader.
Fab Five
We feature five products that are similar in function and style.
Eco Warrior
News, views and ideas for an earth-friendly home and lifestyle.
Big Idea
We share a clever, ingeniously simple and unique design ideas that homeowners can attempt.
Special Focus
Focus on one area of the home. The themes are diverse: Small Spaces, Kitchens, Bathrooms, Garden, etc.
H&D Homes
We showcase the projects of up-and-coming interior designers and architect, and offer you a variety of the latest decor styles.
Food Notes
Delivers information about the latest kitchen products, restaurant reviews, cookbooks and tips from top chefs.
Fix It
Practical how-to tips on selected household topics such as bathrooms, doors, upholstery, furniture care and house pests.
In Store
New shops, products and promos from our advertisers.
Where to Buy
Address of shops featured in the issue.
Fast Forward
A peek into next month’s exciting line-up.
About
An Architecture, Interior Design and Life Style Magazine
Description
Based at Jakarta, Indonesia… We try to bring newest information and trends in architecture, interior design and life style on each of our edition every month. And since January 2012, we come to you with a new concept “DISCOVER LOCAL AND GLOBAL LIVING TREND”
RAW Won 1st Prize Lombok Epicentrum Square. Here is the note of the committee : Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Lombok bekerja sama dengan Varindo Lombok Inti mengelar Sayembara Master plan dan desain pra rencana “Lombok Epicentrum Square. Perencanaan Master Plan dan Pra-Rencana Lombok Epicentrum Square diharapkan menjadi solusi terbaik, oleh karenanya akan dilaksanakan melalui Sayembara Desain. Hasil penyelenggaraan sayembara desain ini perlu mencapai parameter yang lebih dari sekedar memenuhi standar minimal saja, tetapi harus dapat memberikan banyak alternatif desain yang inovatif.
Sayembara Master Plan Lombok Epicentrum Square Sayembara Master Plan dan Desain Pra Rencana Lombok Epicentrum Square 2012
Desain harus mampu membentuk lingkungan hidup yang lebih baik di dalam tapak maupun dengan sekitarnya dalam skala waktu jangka panjang, tembus generasi, bertahan lama, dan historikal. Visi arsitektur yang jauh ke masa depan perlu mempertimbangkan perkembangan bangunan pada tapaknya sendiri dan pada lingkungan kota. Desain arsitektur terbangunnya harus mampu menjadi katalis membangun komunitas urban yang sehat dan mampu menghadapi transformasi budaya.
Arsitektur sangat mempertimbangkan faktor estetika, kenyamanan dan kemudahan, di samping juga wajib mengikuti standar teknis bangunan yang menyangkut keamanan sosial, kehandalan bangunan, dan keselamatan manusia. Oleh karena itu kepatuhan desain terhadap semua peraturan perlu dijaga dengan tetap mendorong inovasi dalam meningkatkan kualitas estetika, kenyamanan dan kemudahan.
Program sayembara ini ditujukan untuk menghasilkan Masterplan dan Pra-Desain yang informatif, sehingga bisa ditindak lanjuti dengan DED (Detail Engineering Desain) oleh siapapun. Untuk itu desain yang dihasilkan perlu mengadaptasi kepentingan rekayasa membangun dengan metode yang dipersyaratkan oleh Panitia Sayembara untuk menjamin keterbangunannya terhadap konstruksi bangunan dikemudian hari.
Untuk informasi selanjutnya mengenai Sayembara Master plan dan desain pra rencana “Lombok Epicentrum Square ini, silahkan kunjungi website resmi panitia sayembara http://iai-ntb.org/
Realrich is in collaboration for Bayu Prasetyo’s Silent Cry To The Saviour Angels Installation at Tembi Rumah Budaya Together with other 2 artists, Susan Mayasella (visual arts), Anggitasari Mumpuni (fashion designer).
Here is the description by Media :
After winning a local poetry, storytelling and music competition in Surakarta (1993), his passion ignites from an early age. Since then on Bayu Prasetyo committing himself to arts as a medium of his contribution to the society. This chosen path unravels to be not without struggles, Bayu identifies himself as “Kalanglarik” in his dedication. In the same passion and struggles Bayu managed to complete his M.A. in Film Making from London International Film School (2006).
Silent Cry To The Saviour Angels is a selection of Kalanglarik’s notes. Without giving too much,kalang means horizons/limitations and larik from the word lyrics/words. In respect of every colors in one’s life journey, this installation celebrates the shades of grey in parallel to time. Moments where sincere offerings have no place, underrated despair, feelings of abandonment that forced us to questions our faith in The Saviour Angel’s existence -all that is hidden from our day to day survival functionalities.
An explorative piece, Bayu dedicates a space to deliver his poems through various separate installations that correlates with each other. Done by orchestrating all elements within that space, may it be props, sound, light and many others, Silent Cry To The Saviour Angels is transforming a room designed to trigger our sensory receptions and memories. An opportunity for other people to interact and engaged in the process of creating their own personal stories.
Although different, yet its creative approach is similar to film-making, which is to integrate, support and enhance the process of story-telling. Worked in close collaboration with three other artists, Susan Mayasella (visual arts), Anggitasari Mumpuni (fashion designer), Realrich Syarief (architect), along side the support of British Council Indonesia and many others, Silent Cry To The Saviour Angels is visitable at TeMBI Rumah Budaya: Jalan Gandaria I/47B, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Private viewing (by invitation only) on Friday 13th April 2012 at 7.30PM.
For media coverage purposes, we welcome your confirmation:
0818 180 848 (Anggit) or a.mumpuni@gmail.com
Open to public, free admission, from 14 – 28 April 2012.
Mon-Friday 10AM – 9PM & Sat 10AM – 6PM
RAWi in Finalist of IAI Award 2012. The committee nominated Bare Minimalist owned by Charles Wiriawan as finalist of IAI Award 2012. The Bare Minimalist Residence responds its context of the potential of the site by 3 main design intentions into one narrow site: 8 m x 24 m facing south side. The intentions are: First, by exposing building that avoid west side because of the heat of direct sunlight of tropical climate which can expose the temperature to 33 degree Celsius, second, by designing a building envelope that responds to sunlight angle during 11 am o clock until 3 pm o clock the whole year. The third is mechanical electrical plumbing design, which allow fresh air flows to the space by having special design of air conditioner unit, potable water system, and usage of minimum capacity of lighting equipment. The design of the building then conclude that the building need to face east at its widest sun exposure to facade, north, and south, but then, the cantilevered concrete prevents direct sunlight the whole year.
The void In the middle of the house functions as air chimney to respond air-stacking effect at its design core. The design of the opening grill, main door allows cross air ventilation to happen in the building by having gab 10 cm opening. The chimney allows hot air flows out through the gab. In the afternoon the layout design allows natural lighting coming in so the user doesn’t need to use artificial light. For facade of the house was designed with bare concrete and GRC to ease maintenance.
The layout of Bare Minimalist Residence use open plan concept, which allows living room and kitchen combined into open room. In the first floor, the space inside is used for guest bed room which more private space for master bedroom 3.5 x 4 m and 2 more bedrooms 3m x 3m for the kids are on the second floor. The floor to ceiling is designed by having 3 m height to get more spacious space. The public area is designed clear to be seen while the visitor come into the house, several space such as guest room, dining room, and kitchen combined into one informal space which has efficiency corridor 20 % of the total area and general space 80 % of the total area. Bare Minimalist is the first residential project which is designed by Realrich.
Location : Jalan Teknologi
Architect : Realrich Sjarief
Team : Bismo Prakoso, Silvanus Prima, Anastasia Widyaningsih
Builder : DOT Workshop
Total area : 225 m2
Cost : 1.00 M
Tulisan ini dipublikasikan untuk Majalah Ruang edisi ke 4
Saya tiba di NewYork dengan kapal laut sebagai seorang remaja, imigran dan seperti orang orang yang lain, saya terkesan dengan patung liberti dan horizon gedung gedung kota manhattan. Saya tidak pernah melupakan kesan tersebut. Dan proyek ini adalah mengenai kesan saya yang tidak pernah saya lupakan.
Itulah paragraph yang dibuat Daniel Liebeskind dalam narasi pembuka skema Word Trade Center yang dia menangkan dalam kompetisi Internasional yang diikuti oleh 5200 orang.
Dalam perjalanan hidupnya, seorang arsitek belajar untuk merasakan, mengatur, ataupun mencipta ruang dimana kemampuan tersebut seiring berjalannya waktu akan semakin terasah. Diskusi akan menjadi dalam apabila kita membahas latar belakang arsitek per-arsitek atau desainer per desainer. Desainer arsitektur atau architectural designer, ini padanan istilah apabila seseorang tidak mempunyai sertifikat sebagai seorang arsitek. Kita tidak akan membahas mengenai legal seorang arsitek namun latar belakang factual. Kita berhipotesa bahwa ada satu benang merah yang dialami oleh para arsitek tersebut. Benang merah yang bisa membuat kita belajar, tulisan ini pun adalah menjadi dasar untuk thesis selanjutnya, batu pondasi kalau ia bisa dianalogikan dalam satu bangunan.
Model lain yang cukup dikenal diambil dari 7 arsitek yang mempelopori deconstructivist architecture, dimulai dari sebuah pameran di museum of modern art yang dikuratori oleh Philip Johnson. Frank O Gehry peraih pritzker prize di tahun 1989. lahir di Kanada kemudian berangkat untuk bersekolah di University of Southern California school of architecture dan meneruskan di Harvard Graduate school of design. Lain dengan frank o gehry, Zaha Hadid lahir di Badhdad, belajar di bawah bimbingan Rem Koolhass di Architectural Association (AA) di London, berkerja di OMA kantor Rem Koolhas selama beberapa tahun sebelum ia menjadi partner dan membuka kantor sendiri. Salah satu figur lainnya dari 7 arsitek tersebut, Rem Koolhas lahir di Roterdam di tahun 1944, belajar di Architectural Association London sebelum mendirikan OMA bersama Elia, Zoe Zenghelis dan Madelon Vriersendrop. Kemudian arsitek lainnya Bernard Tschumi lahir di Lausanne, Switzerland, belajar di paris dan ETH Zurich dimana ia memenangkan kompetisi parc de la villete di tahun 1982. Arsitek – arsitek tersebut memiliki satu pola yang sama. pola hidup nomaden, berpindah – pindah untuk belajar kemudian terkulminasi dalam satu titik di hidupnya. Mereka lahir di suatu tempat untuk kemudian belajar atau berkerja di tempat yang memiliki budaya yang berbeda termasuk 2 arsitek lainnya Wolfgang Prix yang mendirikan coop himmeblau bersama Helmut Swiczinsky and Michael Holzer dan juga Peter Eisenman sebagai salah satu dari 7 arsitek tersebut. Meskipun ada arsitek – arsitek jenius yang memang bisa menetap di satu tempat dan kemudian benar – benar mendalami budaya, material lokal, dan pengetahuan membangun yang kemudian disintesiskan menjadi karya terbangun yang orisinal namun dari pengamatan singkat, perjalanan nomaden tersebut memberikan satu dampak signifikan dari perkembangan karir tiap – tiap arsitek. Pengembangan karir tersebut bisa dilakukan dengan berjalan – jalan, bersekolah, ataupun berkerja pada biro luar negeri, sebuah perjalanan nomaden untuk membuka mata.
Patut dicatat bahwa krisis ekonomi ada pada tahun 1987 dan 1988 yang kemudian berulang setiap 10 tahun dalam siklus krisis ekonomi. Krisis di tahun 1987 ini berkaitan dengan gerakan Dekonstruksi yang digaungkan pada akhir tahun 1980. Ada sebuah celah kesempatan setelah krisis moneter. Ketika ekonomi sudah mulai pulih, kesempatan – kesempatan bisnis datang dan peluang untuk arsitek untuk berkarya menjadi besar. Hal ini juga berlaku setelah krisis 1997 – 1998 dimana setelah perekonomian pulih, banyak biro – biro baru yang kemudian memiliki portfolio yang unik dan baru pada jamannya dilengkapi dengan brand marketing yang mampu diserap pasar, seperti kemunculan BIG, Lava, REX. Juga di Indonesia terdapat satu biro seperti Urbane Indonesia yang karyanya progresif dalam waktu kurang dari lima tahun menyabet peringkat 10 besar BCI Asia dan memenangkan beberapa kompetisi nasional. Uniknya orang – orang di belakang BIG, Lava, REX, atau Urbane Indonesia mengalami sebuah perjalanan dalam hidupnya yang kurang lebih sama dengan 7 arsitek desconstructivist. Yakni kesempatan untuk belajar , bekerja, dan berjalan – jalan di sebuah tempat yang berbeda budayanya dengan tempat kelahirannya dan mengalami hidup nomaden.
Satu Arsitek yang patut dicatat karena tidak memiliki latar belakang formal pendidikan arsitektur adalah Tadao Ando, peraih pritzker prize tahun 1995. Jauh sebelum menjadi arsitek ia adalah petinju, ia menghabiskan waktu – waktunya untuk mempelajari arsitektur barat dengan berjalan – jalan berkeliling dunia, menjadi nomaden dalam rentang umurnya 24 sampai dengan 28 tahun. Dalam kemiskinan ia bepergian ke moskow, finlandia, spaniel, italia, Marseilles, Madagascar, India, paris, vienna dimana ia melihat karya alvar alto dan michaelangelo sebagai sumber inspirasi. Ia kemudian ia memberanikan dirinya membuka prakteknya yang berkonsentrasi dalam perancangan rumah kecil dan sederhana. Di usia 35 Tadao ando kemudian mendapatkan penghargaan tahunan dari institute arsitek di jepang, sebuah penghargaan yang diberikan pertama kalinya untuk proyek rumah berskala kecil sebesar 65 m persegi. Pengalaman belajar menikmati arsitektur dari tempat – tempat di luar jepang dalam rentang waktu 4 tahun memberikan pengaruh yang besar dalam kesuksesannya tadao ando. Proyek nya berkembang dari rumah kecil menuju bangunan publik seperti museum ataupun baungan komersial tidak hanya di Jepang namun tersebar di Texas sampai Perancis dan Abu Dhabi.
Satu Arsitek yang patut dicatat karena tidak memiliki latar belakang formal pendidikan arsitektur adalah Tadao Ando, peraih pritzker prize tahun 1995. Jauh sebelum menjadi arsitek ia adalah petinju, ia menghabiskan waktu – waktunya untuk mempelajari arsitektur barat dengan berjalan – jalan berkeliling dunia, menjadi nomaden dalam rentang umurnya 24 sampai dengan 28 tahun. Dalam kemiskinan ia bepergian ke moskow, finlandia, spaniel, italia, Marseilles, Madagascar, India, paris, vienna dimana ia melihat karya alvar alto dan michaelangelo sebagai sumber inspirasi. Ia kemudian ia memberanikan dirinya membuka prakteknya yang berkonsentrasi dalam perancangan rumah kecil dan sederhana. Di usia 35 Tadao ando kemudian mendapatkan penghargaan tahunan dari institute arsitek di jepang, sebuah penghargaan yang diberikan pertama kalinya untuk proyek rumah berskala kecil sebesar 65 m persegi. Pengalaman belajar menikmati arsitektur dari tempat – tempat di luar jepang dalam rentang waktu 4 tahun memberikan pengaruh yang besar dalam kesuksesannya tadao ando. Proyek nya berkembang dari rumah kecil menuju bangunan publik seperti museum ataupun baungan komersial tidak hanya di Jepang namun tersebar di Texas sampai Perancis dan Abu Dhabi.
Salah satu karya tadao Ando, Church of light
Kalau kita lihat dari lokasinya bahwa Indonesia adalah Negara khatulistiwa dengan 2 musim yang suhu udaranya konstan sepanjang tahun. Sebuah Negara yang sangat beruntung dengan posisinya di equator dan memiliki tanah yang subur dengan kekayaan hutan tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Siapapun akan mengetahui Hal Ini sungguh berbeda dengan kota, letak architectural association, sebuah sekolah avant – garde penghasil arsitek kelas dunia yang ada di London, Inggris dimana cuaca yang ada tidak bersahabat dengan terpaan angin kencang sehingga musim dingin kita selalu merasakan wind chilled effect, dan sinar matahari hanya datang untuk menerpa suhu diatas 20 derajat hanya tidak lebih dari 4 bulan dalam satu tahun. Ada satu benang merah dari bagaimana letak geografis dan kondisi iklim satu Negara bisa memberikan sebuah masa adaptasi yang luar biasa, sense of survival saya rasa. Hidup di luar negeri menjanjikan pola hidup yang baru, lepas dari kultur bangsa kita sebagai bangsa Indonesia. Pola Hidup tersebut mengasah pola berpikir untuk bisa beradaptasi yang kemudian memberikan satu titik positif luar biasa dalam pengembangan diri pribadi. Selain itu Dalam percampuran budaya di tempat yang baru , para arsitek juga mendapatkan jaringan pertemanan yang luar biasa yang kadang kala akan saling terhubung dalam jaringan bisnis . Bjarke angels pernah berkerja di MVRDV, Zaha Hadid yang pernah berkerja di OMA, Prince Joshua Ramus yang pernah berkerja di OMA, Ole Schrehen yang juga pernah berkerja di OMA sebelum mereka membuat biro sendiri. Dalam Ikatan Arsitektur Indonesia prose’s untuk mendapatkan sertifikasi arsitek dibedakan menjadi 3 tahap, pratama dengan 3 tahun pengalaman, madya dengan lima tahun pengalaman, dan utama dengan 12 tahun pengalaman . Pengalaman tersebut menunjukkan kematangan arsitek. Seorang arsitek mengalami program sarjana, bachelor arsitektur di Indonesia 4 tahun ataupun di luar negeri selama 3 tahun, dimana rata – rata akan lulus di usia 23 sampai 25 tahun. Setelah seorang arsitek itu lulus ia membuka mata dan memulai perjalanannya.
Baik atau buruk hidup di luar negeri, menjanjikan satu fase dalam hidup yang signifikan dalam perkembangan karir seorang arsitek. Belajar untuk memulai perjalanan membuka mata.
RAW won 2nd prize WWF station for Orang Utan. World Wildlife Fund for nature (WWF) Indonesia has long been recognized as an international non-governmental organization working on issues regarding the conservation, research and restoration of the environment. The station for Orang Utan Research facility provides the research lab for preserving habitat of orang Utan. It design responds to rational for specific research, encouraging intercommunication and providing flexible, light filled working spaces in which research teams can expand and contact with ease.
The area is 12 hours drive continues by 1.5 hours transport by long boat, in total almost 900 km distance from Pontianak, the nearest city. Thedesign synthesized called for close proximity between laboratories, core support areas, offices, and Bedroom. Two organic wings and one ore frame a linear configuration formed by repetition of triangular shape which we called a practical form which is easy to construct and cheap on the budget wise. This is a philosophy beyond the functionalism which synthesized wood as the only sustainable material which has to be used.
Looking at the extinction of orang utan species, Together with the implementation of this station for research these buildings in the initial proposal hopefully will bring beautiful impact on the architecture of research facilities around the world. Not only have they set new technical standards but they represent an exciting new research environment to live with.
Principal Architect : Realrich Sjarief
Team member : Indra Dwinugraha, David Sampurna, Silvanus Prima, Andhang Trihamdhani, Bayu Prayudhi, Morian Saspriatnadi, Anastasia Widyaningsih
Archworx: “urban, human, architecture” January 16th-21st 2012 is presented by HIMARS Binus University. We presented workshops and expo that showing architecture binus student’s creation. There were also architecture’s software workshops, a lot of competitions, and talkshow architecture “Peran Arsitek dalam Pembangunan dan Penataan Infrastuktur Kota” with the inspiring speakers: Realrich Sjarief (Principal of DOT Workshop), Ir. Achmad Deni Tardiyana, MUDD (URBANE), Dirjen PU, IAI, and Danny Wicaksono (JongArsitek!).
Here it is, the publication of one of our work titled Tropical open house by the process.
The house is nearly finished. It has such a paradigm of rational way of thinking. One might say, it’s well thought by analyzing the lot of the land, the orientation of the sun and the issues of concern in daily life such as privacy, safety and the most important part, beauty. It’s a hard work of Singgih Suryanto as the leader of the builder, humbleness and kindness of Charles Wiriawan as the owner, and the total builders’ crew as main part of the collaborator. We feel fortunate to be architect of this project. Thank you for all the the best quality of the process.
We planned the trip to several cities in the United Kingdom. We traveled to Malaysia first before arrived at Stansted Airport. This airport is one of the magnificent works by Norman Foster that showed integrative architecture innovation. Foster and Partners-designed MEP structure was placed below the ground floor, so the idea opened the roof to be light and exposed. It was constructed as a modular umbrella.
This tree-like module is well integrated with the MEP system from water plumbing, HVAC, and electric piping. I saw the structure reminded me this approach of architecture over and over needs well-integrated engineering. In Indonesia, we don’t have this engineering ecosystem. Is it possible to exercise the lower technology using an empirical approach? This approach is a way to form new design thinking.
We arrived there at the nighttime, around 07.00 pm. I checked the public transport that there was no bus to the nearby hotel that We booked so we went there by black cab. We arrived at the hotel; the hotel is unique with its gable roof and modular structure. The bathroom was small but functional. We loved the linen because it’s hand-stitched. It looks like the owner put her heart into operating and designing this hotel. We were tired and slept that night. It was a good start, nice hotel, innovative airport, slept with crafty linen.
In the morning, we strolled to nearby lawns and areas and thinking of coming back for our last day in the United Kingdom. After that, we met the owner, she drove us to the nearby rail station. We commuted to London. I had booked several musical shows for Laurensia, such as Lion King, Billy Elliot, and Wicked the extraordinary green witch (the show that we always love).
We spent our day eating good food and meeting old friends. In the evening, finally I had a chance to meet with Jefferson and introduced Laurensia to him. He was my housemate in Stockwell. We were in the same group, same graduation show, same prayer group, and same house. We shared many good memories; he likes to cycle from office to studio, which I prefer walking. Sometimes he walks with me. We often had lunch together, English breakfast, chicken Tikka Masala, salad, Chinese food, junk food, or Indonesian food that I cooked for him.
Finally, he met Laurensia, and we talked about his experience in Foster and Partners. I shared some experiences in the garage studio. He was a great and passionate man in architecture. He dreamed about going back to the United States and shared his brother, who became coastal patrol. After two years, I Had not met him; he was still the same, like old Jefferson. I wish that I could visit him in his hometown, Connecticut.
Meeting Jefferson
We spent our day eating good food and meeting old friends. In the evening, finally I had a chance to meet with Jefferson and introduced Laurensia to him. He was my housemate in Stockwell. We were in the same group, same graduation show, same prayer group, and same house. We shared many good memories; he likes to cycle from office to studio, which I prefer walking. Sometimes he walks with me. We often had lunch together, English breakfast, chicken Tikka Masala, salad, Chinese food, junk food, or Indonesian food that I cooked for him.
Finally, he met Laurensia, and we talked about his experience in Foster and Partners. I shared some experiences in the garage studio. He was a great and passionate man in architecture. He dreamed about going back to the United States and shared his brother, who became coastal patrol. After two years, I Had not met him; he was still the same, like old Jefferson. I wish that I could visit him in his hometown, Connecticut.
Vol.3
Friendships
In London, I met many Indonesian Architect friends working for outstanding architects bureaus such as Design International, Zaha Hadid Architect. They are Kuncara Wicaksana and Alvin Triestanto, their couple also coming, Sally and Evelyn. A few years back, I remember I stayed at Elia Mews at Angel, near the small river with a beautiful modern apartment. I used to come there to sketch and enjoy the chill time. We are four people who stayed at Elia Mews. Andrew Tirta, who worked for Mark Barksfield, designed London Eye; Kuncara, Charlie, who worked for Accenture; Wisnu, and Melur, who studied economics and PR. I seldom meet them because of the challenging times with Foster and Partners. I spent much of my time at the workplace, showering at the office, working till late, and organizing work. They are good now and pursuing their dream. Interestingly I met Ronald, who was our junior high school friend. I hope we can meet again sometime in the future
Before this trip, Shyuan Kuee, my fellow friend at Foster and Partners came to our wedding with her husband. She was talented architect who found her firm kuee architects in Ipoh. I also hope the best for her. We are three with William who started our work in london and meet in the first time.
We traveled to York, Durham, and Edinburgh. In York and Durham, there are many ruins, castles. I got a book by Lewis Mumford there. There are many exciting books in some old shophouses about the city and its theory and case studies. I found out that the trip was relieving and relaxing. Then we went to Edinburgh, it’s a beautiful city on hills and connected by Nelson monuments and castles on top of its hills.
There is Scottish Parliament below the hill at the corner designed by Enric Miralles. This design is entirely arbitrary; it consists of small parti like leaves flowing around the hall. It’s like forming a plan of a traditional British city. It Reminded me of vernacular shophouses in Cambridge or bath.
The massing has skylights like leaves. The space inside is bright; the design can be predicted by looking and entrances that the door connects the flow with feels like a jungle. The sequence ended in the parliament seatings. The parliament was damn beautiful with its industrial joineries; it has the craft of glue-laminated timber forming flying buttresses. The detail repeated the leaf forms. The seatings were designed with timber as based, and it’s integrated with its centrifugal setting.
There is Scottish Parliament below the hill at the corner designed by Enric Miralles. This design is entirely arbitrary; it consists of small parti like leaves flowing around the hall. It’s like forming a plan of a traditional British city. It Reminded me of vernacular shophouses in Cambridge or bath.
I can feel the rebellion of forms in justifying flying canopy, a combination of dry and wet technique, and pattern facades like collisions of patterns. It’s interesting that somehow the pattern was disconnected, not in a predictable order. It’s actually the ability to combine stereotomic and tectonic. The tectonic is driven by multiple attempts of experimentation. And the stereotomic is about making a composition of natural form superimposed by axial lines that make specific shapes.
I can feel the rebellion of forms in justifying flying canopy, a combination of dry and wet technique, and pattern facades like collisions of patterns. It’s interesting that somehow the pattern was disconnected, not in a predictable order. It’s actually the ability to combine stereotomic and tectonic. The tectonic is driven by multiple attempts of experimentation. Meanwhile, the stereotomic is about making a form composition inspired by a natural shape. In the design, both two ways are superimposed by axial lines that make specific shapes.
I can interpret architecture from a regional point of view. It’s a combination of tangible and intangible aspects. Composition of plan that for the master plan is intangible. It’s like a work of art. But when you see the tectonic detail, how Miralles put the effort to crack down the form, space, and tectonic. It showed that this project is tangible.
I came out from this building wondering how regional, cultural, vernacular can be an inspiration for producing such avant-garde work that can symbolize Scottish.
Too bad I could not take many pictures, but here is the article was written by David Langdon. here
Then, we came back to London. Every moment that income To London, I always checked in to British Museum. It’s a courtyard with the library at the center, covered by modular triangulate biophilic form. The unique thing is how the form flows to the channel. The water and it’s still In the module. To execute this kind of project, Foster needed to calculate the construction, details, integration to other engineers.
Transit in Malaysia
We booked the not-so-expensive tickets, and we stayed in Kuala Lumpur for a day. We strolled at Petronas and ate many desserts. We love to eat small portions of food and tried many exciting foods.
Just Arrived at Stansted- be ready for the trip
This is when we arrived at the hotel in Stansted and had breakfast before enjoying the lawn. The hostel is at the center of the lawn, farm, river. It’s in the suburb. After that we went to London, luckily we met the hotel owner, and she drove us to the station which was quite far. The trip was about to start. Let’s go.
Flower to my Laurensia
London + Durham + York – with Laurensia
We spent few days in London before heading to York and went to Durham. We went to see the park, monuments, ate good food and enjoyed the Musicals.
Then we went to Edinburgh
Edinburgh – with Laurensia
Edinburg is interesting because it is adjacent to the sea and has a hill on the other side. It has a beautiful castle and plentiful parks. The climate is cold, and the scenery, city view was absolutely gorgeous.
Visiting Miralles’s work
Stansted – with Laurensia
We came back to Stansted and stayed in the same small—hotel as on day one. We felt hungry and tried to find food, and we walked for several kilometers on foot just to explore. Finally, we found this fine dining far restaurant.
Jewel at Stansted
We came back to Stansted and stayed in the same small—hotel as on day one. We felt hungry and tried to find food, and we walked for several kilometers on foot just to explore. Finally, we found this fine dining far restaurant.
The food was excellent, the best food ever that I had tried in the United Kingdom. It reminds me of my mom’s cook in English way of cooking.
This trip really made me love Laurensia, the little details that she had. She took care of me and enjoyed the travel. We bought a scarf for our parents, some souvenirs. I bought her a flower just to show my respect and give love to her for her care. She prepared many souvenirs to give to our relatives. She would put a note and did checklists for that. She kept asking me, “What are other architecture that you want to see ?” She knew that I couldn’t bear to not explore architecture in this new place. Even though I had been to London and several cities that we went to. It’s still new, and there are many things to learn.
This trip opened up my eye that there was something that drove Miralles. I believe that the design approach from his transformational. Architect Must deal with the city, he was born, which is Barcelona, so. Next time the next journey will be about retracing the Biophilic experience in Barcelona.
"Batik is a the process of writing a picture or decoration on any media by using the wax as a medium to coloring" (International Batik Convention in Yogyakarta,1997).
Therefore, in designing the “kampung batik”, the design focus on the process, stitching layer upon layer, combining the past and the future, making a harmonious design within cultures, people and the environment meet.
This competition was held by the local government of Semarang to proposed a new design and idea of the “Kampung Batik”. Kampung Batik is located at North Semarang city near the Old Colonial city of Semarang. It expected to become the center of batik , as well as a new tourist destination in Semarang city.
There are several issues during designing this Kampung Batik, they are the complexticity of the residential, lack of open space, and ownership of the building there. The realization of the design is expected to be inexpensive and can benefit all parties.
The design is divided into two phases, where at the first phase, the design propose minimal intervention to a few buildings and the neighborhoods, while continuing to raise funds. The second phase, the proposal offers new identity with the replacement of some buildings, building facades and the addition of a large canopy that stands out for the village. We also made some events proposal to maintain the continuity of the Kampung Batik.
Team Leader : Realrich Sjarief
Team: Randy abimanyu, David Sampurna, Morian Suspriatnadi, Andhang Trihamdani, Suryanaga, Maria Pardede, Indra DN, Mukhammad Ilham
World Wildlife Fund for nature (WWF) Indonesia has long been recognized as an international non-governmental organization working on issues regarding the conservation, research and restoration of the environment. The station for Orang Utan Research facility provides the research lab for preserving habitat of orang Utan. It design responds to rational for specific research, encouraging intercommunication and providing flexible, light filled working spaces in which research teams can expand and contact with ease.
The area is 12 hours drive continues by 1.5 hours transport by long boat, in total almost 900 km distance from Pontianak, the nearest city. Thedesign synthesized called for close proximity between laboratories, core support areas, offices, and Bedroom. Two organic wings and one ore frame a linear configuration formed by repetition of triangular shape which we called a practical form which is easy to construct and cheap on the budget wise. This is a philosophy beyond the functionalism which synthesized wood as the only sustainable material which has to be used.
Looking at the extinction of orang utan species, Together with the implementation of this station for research these buildings in the initial proposal hopefully will bring beautiful impact on the architecture of research facilities around the world. Not only have they set new technical standards but they represent an exciting new research environment to live with.
Team Leader : Realrich Sjarief
Team member : David Sampurna, Indra Dwinugraha, Silvanus Prima, Andhang Trihamdhani, Bayu Prayudhi, Morian Saspriatnadi, Anastasia Widyaningsih
The meaning from ministry of Public Works (PU) symbol translated into the most primitive stability form “triangle” as a thesis and the inverted triangle form as antithesis to show the dynamic of this form.
In designing process, PU symbol become the main form that applied into all aspect in the design, not only the form of the gate but also the paving of the pedestrian.
This competition was held by ministry of Public Works (PU) to collect fresh idea for new improvement in future ministry of Public Works office area. There are several issues that considered in this competition, they are the gate character that can united with all building in the site and green design.
As the green design aspect we design main gate which have function as water collector and energy generator. For the pedestrian area we design shelter and public furniture which also based on PU symbol form. This pedestrian is designed with nodes which can accommodate event and activities around ministry of Public Works (PU) not only regular activities like jogging and biking but also annual event like bazar and festival.
Team Leader : Realrich Sjarief
Member team: Maria Pardede, Randy abimanyu, David Sampurna, Morian Suspriatnadi, Andhang Trihamdani, Suryanaga, Indra DN, Mukhammad Ilham, Septrio Effendy, Gavin Gunawan
Our marriage is the marriage between families, so we leave the preparation to our parents. They like to be responsible for the trial, such as food tasting, choosing the place for receptions what Laurensia and I focused on things that were close to us. Laurensia searched the bridal house that she liked, and she chose the one which is a simple and professional designer. It does not need to be a famous bridal house.
She picked her gown and asked me about her opinion. She liked the simple one, and it was a perfect fit for her. I spent days accompanying her to see her wearing the wedding gown. She settled the dress, booked the receptions, and set the holy matrimony with priests. Now, we need to take the pre-wedding days to document memories.
We took a picture on our pre-wedding day in place of our daily activities, her dental clinic, the garage office, and the street, including empty land near my parent’s house. Our preparation was straightforward and modest. I love the moment that captured our life because it shows the real us in daily routines.
Architect in Dentist Clinic 01
Dental Clinic
In her parent’s house, there is a small clinic. The common practice in Indonesia is the clinic is inside the dentist’s house. It’s private practice. Laurensia inherited her skills from her parents. Her father and mother are a dentist. They worked for the government until they were retired. Before I went back to London, she would check my teeth and prepared a medicine for anticipating when something went wrong in my health. She cared about the people around her, and she put extra miles into expecting things that could go wrong.
Architect in Dentist Clinic 02
Leave it to her
After I went back to Jakarta, I visited and drove her home after she closed her clinic. We would have a simple dinner, discussing works, friends, and new people we encountered that day. Each of the days brings details that we try to respond to with positivity.
Architect in Dentist Clinic 03
My lovely dentist
This is the picture that I like most taken by Javier and Kian. I dream about my everyday life, daily routines with my dentist. As long as my dentist is happy, I am so glad. We cherished this moment. She did make-up in this shoot, wore a dentist’s uniform, and a simple dress. I wore the yellow sweater that I used to wear in London. It’s our everyday life. When the dentist is happy, then I am glad.
In front of White House.
Usual day at our parent house
After that, we took the picture at my parent’s house. My parent’s house was unique because it has a combination of a traditional and contemporary home. The roof is a combination of the Joglo roof and gable roof.
The gate was white and had a particular entry on one side. Its architecture is open, warm, and ordinary, which makes Us like to picture ourselves here. Laurensia is going to move into my parent’s house because of the culture of the family. She is a dentist, will be a housewife, care for her family, and be the best mother in the world. Heaven is on every mother’s feet, so my mother will teach Laurensia how to help manage the family and our life.
In the middle of us, there is a dog named Maru or Happy. Laurensia’s dog accompanies her all of the time, greeting her in the morning, befriend her sleeping or eating. When there is Laurensia, there is Maru in her house. Maru is a toy puddle. In total, there are 4 puddles inside Laurensia’s home. In my home, there was a golden retriever. I had a Pomeranian dog before. From Maru, we can learn how to give genuine love without expecting anything in return.
In front of her, there is The hedgehog in picture, Syahrini lived in my architect studio. The cage was put at the corner, I would open the door, and the hedgehog will crawl out the cell at the knight time. It is a nocturnal animal. In the morning time, it would climb the cage and enter it from the top. We breed the hedgehog with a white one. And a few months later, Syahrini was pregnant and delivered an albino hedgehog baby named snowy.
We live by animals around us, from the fishes, dogs, rabbits, hedgehogs, turtles, tortoises, chickens. The animals become our daily friends and become sweet memories.
SummerEveryday 2011
Relaxing
2011
Mrs. and Mr. Smile 2011
LaughingHammock 2011
Enjoying Time 2011
Architecture World
The Garage Office
The architect’s studio is inside my parent’s garage. It has a unique door. This door consists of traditional Chinese shophouse joineries. I used inspiration from my grandfather’s shophouse in Lampung, Teluk Betung. We can open it, panel by panel. I peek from inside, and it has symbolical, triangle, circle, and combinations of rectangles forming T. The handle is white, and its symbol is created letter D O T. Every line starts from the dot and ends by the dot. It has the black circle from using traditional hinges like in the vernacular house. Its hinge used to be in a primitive cage which is functional and straightforward joineries. The garage is small, only 3 m x 10 m. It has black tiles, a gypsum ceiling, white-washed walls.
I repositioned the layout, doing experimentation, adding new kinds of stuff every week. In this small space, there are limitations. We changed The floor material from simple black 300 x 300 tiles, lighter paint on the ceramic, carpet, and later wood. I changed it layer by layer in consideration if we moved out, the condition could be back to normal. At this moment, I feel that limitation without losing ground. I love that, and we cherish that condition. Laurensia waited for me outside in this picture. When you open the door, it still resembles the circle. The circle means a family.
Outside the office, there was a red table tennis table. The line was white. I drew the outline of the cities in the acrylic panel as a net. In the background, there are sketches, panels, pinup board, materials. I realized it is the culture of the architect’s studio. We put Syahrini The Hedgehog cage at the corner of the studio.
Laurensia and Me | Time at the Studio
Time at the Studio
I spent much time in the studio. The studio’s background was showing the activity. The studio space can be my desk, meeting room, presentation room, exhibition room, library, or even room for chill out. It has profound memories. I would spend more than 12 hours here. Sometimes Laurensia just came to bring food, and we talked in the studio. She was around me, I felt happy.
WHAT’S YOUR FAVOURITE INSPIRATIONS ?
Architecture Life
MUCH TIME IN STUDIO
I spent much time in the studio. The studio’s background was showing the activity. The studio space can be my desk, meeting room, presentation room, exhibition room, library, or even room for chill out. It has profound memories. I would spend more than 12 hours here. Sometimes Laurensia just came to bring food, and we talked in the studio. She was around me, I felt happy. We took the pictures in our architecture studio, showing time-lapse that doing architecture is a marathon, and she is waiting for all of the time with patience and love.
I love to read and write. Under the book, you can see many small pictures of my assistants in the studio. I framed them and put them inside the studio. I love them and would like to see them growing. On the left, you can visit our fishes, Ariel and Luna. The room has a unique window seat, I put carpet so people can sleep, step on it, and it evolved to be a small working space with corridors behind. The room is small but lovely. I love the intimate corners. I collected architecture books because I believe much wisdom that I can get from distance learning. We would relax in the studio, chatting, discussing, and talk about our activity. She reminded me every day, made me remember that I have to go out and see another thing other than in-studio that architecture is so beautiful outside. Many inspirations are waiting to be seen.
We changed clothes into formal ones and took a picture. This moment of making me grounded is what made us laughed that time is limited. We wore white, and Laurensia’s dress was beautiful. It’s simple, neat, elegant, and casual. She has a beautiful tiara.
She has prepared a balloon from the local seller in front of our high school. Javier and Kian said, “let’s go out!”
Time is limited. She is the one that made me down to earth…
Outside Dentist and Architect’s Studio
Outside World with Colourful Balloon
After that, we spent the evening playing with balloons and folded bicycle from my mother. Javier and Kian, the photographer, took pictures of us. We picked the corner that is quite far and tranquil, so the neighbors looked at us and stared at us wh we weird looking. “This couple taking pre weed on the street.” It’s uncommon, and that’s what I like about it. My mother is the leader of the district. She is swamped helping people daily. She had a meeting with another leader to discuss flood, landscape, neighborhood farm, maintaining security. She has an inclusive attitude with other people, and you can see the street is clean and well organized because she kept it as her own garden. It’s the background of our pictures.
The setting was beside a small river in our neighborhood. The picture idea was about us catching dreams and giving harmony. In this picture, Laurensia pulled me to the ground, and We drove the bike together, only both of us. We learn cycling by learning to do it repeatedly, then we can do it and never forget it. It’s quite the same in doing relationships. We keep improving, to be better couple day by day.
Now it’s our world. We took several pictures, Javier and Kian did some Magic, capturing expression, and the result was priceless. I remember when I did sky diving in London. I need to prove that I am able to walk outside my comfort zone, but at this time, I do it together with Laurensia.
Now it’s our world. I remember when I went sky diving in London. We took several pictures, Javier and Kian did some Magic, capturing expression, and the result was priceless. I need to prove that I can walk outside my comfort zone, but at this time, I do it together with Laurensia.
At the end of our work time, we talked at the dining table, discussing several matters such as friends, works, and things that we like to explore and travel. We had the idea to set the picnic at the treetop in front of the studio. It was a lovely and timeless moment. We have beautiful pictures; what made it enjoyable was the moment captured in our parents, including her very close dog. One is a heartwarming experience. We want to experience it repeatedly, and it feels like I know her from the past life. I love her.
This week, I have been really busy day by day for sorting what needs to be done for our marriage. today I’m so grateful because I’ve just finished designing website for laurensia. Visit the link www. real-laurensia.com if you have time to see it. I’ve been learning how to make this last week. even though not perfect enough, have a look and give us comment, we will be very happy. Other part is, I’m really busy sorting the invitation for our marriage and putting together pictures for our ceremony, writing the label by label inviting friends, family who are like brothers and sisters to me.
just really tired, probably it’s time to go to bed, tomorrow morning at 6.00 am have to accompany laurensia to doctor for check up.
Culture, which we have seen in our daily life sometimes is just taken with no granted. everybody should accept it, more people said that we have to remember our culture to avoid faceless community, one community without any culture. That is arguably true but sometimes we forget behind culture, there should be love that becomes signifier of what we’re doing. We’ve got so many problems in our life. Problems of relationship, your career, your dream.
I believe in one truth, which is …. give the unconditional love to everybody. The world is going to be more wonderful place and beautiful place for all of us.
this is a really beautiful clips. See it and what do you think ?
Jim Collins wrote wonderful text, hopefully this will colour your vacation happy holiday …
“Apakah anda termasuk landak atau rubah ?
dalam karangannya yang terkenal”The Hedgehog and the Fox”, Isaiah Berlin membagi dunia menjadi landak dan rubah, berdasarkan pada dongeng yunani kuno, “Rubah mengetahui banyak hal, tetapi landak mengetahui satu hal yang besar.” Rubah adalah makhluk yang cerdik dan licik, mampu menyusun banyak sekali strategi yang kompleks untuk menyelinap dan menyerang landak. Selama berhari – hari rubah mengelilingi sarang landak, menunggu saat yang tepat untuk menerkam. Cepat, rapi, cantik, kakinya cekatan, dan ahli rubah tampak sepertinya pasti menang. Landak, sebaliknya, adalah makhluk yang lebih tidak rapi, tampak seperti perpaduan genetis antara porcupine (semacam landak) dan armadillo kecil.
Landak berjalan dengan badan bergoyang – goyang, melewatkan hari – harinya yang sederhana, mencari makan siang dan memelihara rumahnya.
Rubah dengan cerdik menunggu dalam keheningan pada waktunya di jalan setapak. Landak memikirkan urusannya sendiri, mengeluyur langsung ke jalur rubah. “Aha, aku mendapatkanmu sekarang!” pikir rubah. Dia melompat keluar, berlari, secepat kilat. Landak kecil mencium bahaya, mengangkat kepala dan berpikir, “mulai lagi, apakah ia pernah belajar?” menggulungkan diri dengan sempurna menjadi seperti bola kecil, landak menjadi seperti bola dengan duri tajam , ke semua arah. Sang rubah, sedang melompat ke arah mangsanya, melihat pertahanan landak dan mengentikan serangan. Mundur kembali ke dalam hutan, rubah mulai memikirkan serangan baru. Setiap hari, beberapa versi dari pertempuran antara landak dan rubah ini terjadi, dan walaupun rubah menjadi semakin cerdik, landak selalu menang.
Michael kamu, anak muda jaman sekarang, berbisnis, tanpa etika, tanpa nilai …
Kalimat ini terlontar dari nada bicara diri ini yang meninggi di suatu malam jam 11 di minggu pertama di bulan agustus tahun ini. Klinik gigi laurensia sedang ada masalah.
Ibaratnya…
ada seorang tukang mie, ia merintis dari awal, di daerah yang kosong tanpa ada tukang mie sedikitpun. Ia mengurus ijin dengan preman setempat kemudian meracik mie khas buatannya sendiri. Resep diolahnya dari pengalaman bertahun – tahun dengan keringat dan resiko. Setelah beberapa tahun, lapak mie itu menuntut untuk diperbesar ia pun menambah orang dan menambah stok bahan dasar mienya tanpa mengurangi kualitasnya. Namanya pun mulai tersebar kemana – mana dan klinik itu pun semakin ramai. Ia pun bersyukur, sama seperti tukang mie tersebut laurensia pun bersyukur.
Lapak mie semakin besar, permintaan pun bertambah, kemudian tukang mie tersebut memutuskan untuk mendidik satu anak muda. Ia tertarik mendidiknya karena kejujuran anak muda ini. Setidaknya tukang mie tersebut mendapatkan impresi tersebut dari anak muda ini. Beberapa bulan berlangsung seperti biasa, anak muda ini semakin ahli dan tukang mie tersebut bangga dengan anak muda ini. Ia pun dididik bagaimana berhubungan dengan preman – preman setempat. Namun suatu waktu tukang mie tersebut memutuskan untuk membuka cabang baru, anak muda ini menolak untuk ditempatkan di cabang yang baru. Tanpa disangka – sangka anak muda ini mendapatkan investor kemudian mencoba menggusur tukang mie tersebut dengan melobi preman lapangan parkir tempat tukang mie tersebut berada. Ada satu pertanyaan
“kenapa harus menggusur tukang mie tersebut ? bukan di tempat lain.“ ada 1000 tempat baru di seluruh kota ini… kenapa harus di lapak ini.
Ahh ini saya berpikir, mungkin karena peluh keringat yang dihindarinya, resiko yang diminimalkannya, uang yang jadi prioritasnya dan hubungannya dengan tukang mie tersebut yang tidak lagi dianggap penting. Saya kita anak muda tersebut hilang arah.
Saya rasa ini sama seperti diri ini membuka biro konsultan arsitek pertama kali. Dulu diri ini pernah berkerja di Urbane selama satu tahun kemudian selama hanya 3 bulan menjadi kembali untuk membantu disana. Diri ini juga pernah berkerja di DP Architects Singapore, tempat satu perusahaan tersebut banyak mendesain mall – mallnya di Indonesia. Diri ini juga pernah berkerja untuk Norman Foster di inggris.
Saya sendiri pernah merasakan pedihnya mencari – cari pekerjaan semasa pulang dari luar negeri, ataupun masa2 selepas keluar dari Urbane beberapa bulan kemarin. Laurensia menemani untuk ke bogor pada suatu ketika, dimasa itu proyek yang ditangani di kantor hanya hitungan 1 sampai 3 jari dengan keuntungan yang sangat rendah, saya sendiri tidak digaji pada waktu itu malah berhutang kesana kemari. Dari bogor kita tidak mendapatkan apa – apa. Kita menghubungi relasi – relasi berpuluh – puluh kali dan kita juga tidak mendapatkan apa – apa. Dengan pengalaman berkerja dari Bandung, Jakarta, Singapore, Inggris, australia tidak pernah diajarkan bagaimana mulai membuka usaha. Dan semua berbuah nol.
Pencerahan datang justru dari teman – teman lama dan developer2 lama yang bertemu mendadak di jalan, tidak memiliki kepentingan apa – apa. Satu demi satu relasi bisnis terbentuk melalui good will dan good quality sampai dengan 100 lebih pekerjaan ditangani dari titik nol dalam jangka waktu kurang dari 10 bulan sejak awal terbentuk. Melihat perjalanan dari titik nol tidak pernah saya mendatangi klien – klien dari perusahaan tempat saya berkerja dahulu untuk menggusur pekerjaan urbane, dp architect ataupun foster and partners. Saya percaya setiap orang sudah ada rejekinya, sudah ada hubungannya tersendiri, dan memiliki caranya tersendiri. Wajib hukumnya ketika bertemu satu pekerjaan, kita bertanya, apakah sudah ada arsiteknya ? sama seperti dokter, yang memiliki kode etik, harus menghormati dan menghargai kolega kita sendiri berdasar satu kode etik yang sama. apabila sudah memiliki arsitek, selesaikan dulu perjanjian anda dengan arsitek sebelumnya, baru kita bicara kerja sama. Sebaiknya tidak pernah sedikitpun kita berbisnis tanpa etika. Hubungan dengan perusahan – perusahaan tempat kita bekerja dahulu pun berlangsung dengan baik.
Di masa sekarang ini dimana manusia sudah hilang nilai dan terbutakan oleh mata uang, kita kehilangan nilai – nilai moral yang menjunjung tinggi penghargaan atas sesama, mimpi untuk kebersamaan yang indah dengan sesama.
“Orang harus punya etika.” Dari situ ia bisa dipercaya ketulusannya, “orang harus punya integritas.” Dari situ ia bisa memiliki nilai diantara sesamanya. Saya rasa banyak hal seperti ini terjadi dimana – mana. Hanya saja kebetulan peristiwa ini yang terjadi pada laurensia, pada akhirnya aku pun tertunduk sedih melihat satu orang di hadapanku satu malam itu, michael, dokter gigi yang dihadapi laurensia.
Diri pun angkat berbicara, setelah beberapa saat diam. Aku berbicara kepada anak muda di hadapanku
“mungkin hubungan kita sedang ada dipersimpangan dimana memang saatnya kamu harus memilih, hubungan yang tulus, teman setulusnya atau hubungan yang didasarkan pada untung rugi. Dan pada akhirnya. Michael kamu anak muda, baru lulus, mau berbisnis, tanpa etika, tanpa nilai.. sampah.
Dua malam setelah itu, setelah tangisan demi tangisan, laurensia bilang ke diri ini, “sayang aku kasihan liat dia, apa ya isi pikirannya. Dia ngga punya ayah, mungkin dia butuh bimbingan.” Dalam hati aku menghela nafas, “benar juga” namun,.. aku bersyukur sekali punya malaikat kecil satu ini, laurensia.
Malaikat yang akan mewarnai hari – hari ke depan diri ini, sepenuhnya. Puji Tuhan. … terima kasih Tuhan…
ketika manusia menghargai keindahan, ketulusan dan kebaikan dengan penuh kesabaran dan usaha, kita semua percaya pasti akan ada jalannya..dengan doa dan penuh pengharapan…
the office is really busy at the moment, we’ve got numeruous commissions from several clients. They have been supporting the office so far. But in terms of architecture, I was thinking our design should be fresh. it refers to idea. yes, the idea should be fresh. what is fresh, fresh is innovations, dare to change, dare to lose, dare to invest. I was thinking about the the rational of Murcutt’s idea of responding the climate to architecture, one that shouldn’t be missed that is the inspiring space within. I think every people deserved for a great place to do anything in any circumstances. And I think it’s our obligation, to rethink, to inspire people not only by words but also fundamentally by real works.
we are working on two resort at Bali at the moment. If we look at Bali, the place has deep culture laid among the people. Even though we are now in the present colored by rationalism and modernism which has generic quality, and faceless culture, in Bali we feel the spirit of the place which make we love the place, and the culture preserved.
we just won 1st prize of limited competition office of Bank Indonesia at Mataram. Working with such creative people in the office creates the incredible happens.
Kami mencoba melihat realitas yang ada, pencarian sebuah kondisi dan pertanyaan, di manakah klien yang mau untuk dibuatkan rumah tanpa pintu, dan yang memang tidak mempunyai pintu di dalam rumahnya.
Melalui diskusi yang intensif dalam iterasi desain kami menduga bahwa pasti ada rumah yang secara harfiah tidak menggunakan dan mempunyai pintu. Bahwa kemungkinan rumah tanpa pintu tersebut ada di daerah informal karena mereka ada di daerah ruang publik, tanah yang tidak mereka punyai.
Kami melakukan penelusuran ke kawasan informal di daerah Jakarta. Penelusuran mencakup daerah jembatan, daerah pembuangan sampah, dan daerah pinggir rel kereta api. Setelah observasi yang dilakukan dan wewancara. Kami menarik kesimpulan bahwa memang sudah ada rumah tanpa pintu, yaitu rumah yang dekat dengan kemiskinan. Memang ia tidak memiliki pintu tapi ia juga memiliki salah satu syarat untuk tidak memiliki pintu yaitu memiliki aspek kemiskinan.
Menurut Oscar Lewis “Kemiskinan didefinisikan sebagai gaya hidup yang bersifat integral, di mana terjadi bentuk-bentuk tertentu dari penyesuaian dan partisipasi terhadap dunia yang ada di sekelilingnya.” (Oscar Lewis). Oleh karena itu kami meyakini bahwa masyarakat miskin adalah masyarakat yang kreatif, dalam keterbatasannya mereka tetap mampu menginterpretasikan lingkungannya. Mereka bisa tinggal di tempat-tempat yang tidak terpikirkan sebelumnya, atau di tempat-tempat berbahaya. Mereka memanfaatkan berbagai hal yang mudah mereka dapatkan untuk membantu kehidupannya. Pola ide bertahan hidup seperti inilah yang menjadikan kemiskinan adalah sebuah kebudayaan, yang banyak berkembang di perkotaan.
Kita ambil contoh kota Jakarta, kota yang menjadi tujuan banyak orang dari desa untuk mengadu nasib. Sebagian besar penyebab kemiskinan di Jakarta adalah urbanisasi. Karena keterbatasan modal dan mahalnya biaya hidup di ibukota, mereka akhirnya menempati rumah, jika-boleh-dikatakan-rumah, temporer di sudut-sudut kota. Tempat huni ini biasa berada dekat dengan air, dekat dengan sumber pencaharian, atau di ruang-ruang sisa.
Melalui berbagai observasi, kami menemukan rumah tanpa pintu. Rumah dimana mereka benar – benar tidak memiliki pintu. Mereka tidak memiliki kuasa untuk mempunyai pintu. Ruang itu terjadi begitu saja. Terbentuk dari barang yang ada. Sebagai potret realitas kota besar Jakarta.
Bahkan eksistensi mereka pun dipertanyakan, Inilah proyek yang akan kami buat, kami menemukan klien. Sebutlah nama mereka Pak Ari dan Bu Sri. Mereka punya dua orang anak, dengan penghasilan dibawah 50000 rupiah satu hari, mereka tidak mendapatkan tunjangan dari pemerintah, dan mereka mencoba bertahan hidup untuk bisa makan setiap hari.
Yang penting bagi mereka adalah rumahnya murah, mudah dibangun, dan hemat energi. Lahan mereka cukup besar karena merupakan lahan bersama dengan kerabat yang lain. Mereka ingin rumahnya dapat digunakan oleh kegiatan bermain anak-anak kerabat atau tetangganya. Untuk itu tanpa pintu menjadikannya mudah dimasuki dan memberi kesan “mempersilakan”. Bagi mereka, dunia publik dan privat hanya ada pada waktu buang air.
Proposal ini menciptakan kondisi dari beberapa opsi desain dan kondisi dimana ruang yang sangat efisien, dan hanya 1 tipe studio dengan 1 kamar tidur dengan beberapa akses. Penghuni rumah ini bertindak sebagai penjaga rumah dimana tidak ada ruang tamu. Hanya 1 buah kamar tidur. Tidak ada isu keamanan.
Proses pencarian ini membuat kami untuk melakukan refleksi mengenai kehidupan dan pesan moral terhadap proses hidup kita sebagai manusia.
Lobang Kayu is in Archinesia 3rd Edition : Does Architecture shape the city or vise versa ?
Does Architecture Shape the City or Vice Versa ?
When we first set foot on a city, the first objects we are aware of are the buildings standing on it, because architecture is a visual object that most strongly shape the face of any city. Then, inevitably, the question arises in our minds: “Does architecture shape the city, or vice versa?” We asked the question to several urban experts and they all said that a city is not only shaped by its architecture, but also by its government policies, politics, economy, capital, people, transportation, and even by events held inside it. Although—undoubtedly—architecture is often used and exploited in pursuit of the ambition to create a memorable city, so much so that many cities in the world race to invite world renowned architects—or star architects, if you will—to design a number of awe inspiring urban objects or architecture. And oftentimes these constructions are nothing more than display ‘objects’, or will someday become one.
In this volume, ARCHINESIA Bookgazine observes and discusses cities in their relation to architecture. Jakarta is recently criticized by its own governor as a city bereft of identity with ‘faceless’ and generic buildings standing on it, making it identical with thousands of other cities in the world. But is identity truly the most important thing to develop in a city that is often considered grievously ill by its own citizens? We invited seven experts to give an answer about the architecture of Jakarta. Post-war Cambodia is also interesting to peruse. This Southeast Asia country is currently rebuilding its cities in the aftermath of a long fought war. On the other hand, London is changing the face of its eastern parts after the Olympic Games. Melaka, a city recognized as a world heritage city, is struggling to conserve its old architecture. Singapore, on the other hand, invited world renowned architect to design and construct a new iconic building on the Marina Bay Sands area in an attempt to fulfill the ambition to be among the top cities in the world. Almere, a small town in the Netherlands built several eye-catching buildings to grab the attention of not only the world, but also its own citizens.
The minuscule observations of the abovementioned cities are of course insufficient to answer all our questions about cities and architecture. But they will at least try to give you an idea of how the relation between a city and its architecture can affect each other, how architecture may fill a void, or even have its functions questioned and contested, since, in essence, architecture is meant to improve the quality of the people that conducted their activities inside it.
RAW won 3rd prize of Nursery Faculty University of Indonesia. This project is located in University of Indonesia area, Depok. The programming of the function keeps high constraint of the building’s density for 8 storey height. The problems then synthesized the solution to have a place to be social. RAW proposed the hexagon form which then responds to the activity of the people using the place, a function that is encouraging 2 ways of learning, for the students and for the lecturer. The hexagon proves to be aesthetically challenging, efficient in plan, and could be built module by module.
The design proposed a unique atrium proposing a concept of vertical neighborhood which encourages interaction between people, remembering this is an education facility, and this place should be a place for people learning from people, people sharing for people, and people keep relationship with people. The terracing balconies extruded from the façade creates self-shaded device which the combination creates roof garden that is the place for people for enjoying fresh air.
The concept of allowing the fresh air to circulate divided by 2 concepts, the first one is creating cross air circulation through the opening of the roof garden and the second, is allowing air stacking system by introducing chimney at the top floor.
The façade designed carefully by studying what does work for preventing direct sunlight. The solution is specifically located by open the wall to the certain size horizontally then the expression is purely functional and beautifully crafted by nature. Thank you for Andhang as a leader for team. It is such fantastic work.
Principal Architect : Realrich Sjarief
Team : Andhang Trihamdhani, Indra DN, Bayu Prayudhi, Silvanus Prima, MorianSaspriatnadi, David Sampurna, Anastasia Widyaningsih.
Vocational UI, a competition winner scheme which won by Realrich Sjarief and team is published in Arsitektur 4D. The book consists of development of architecture education in Indonesia; volume commemorating the 45th anniversary of Dept. of Architecture, Fac. of Engineering, University of Indonesia.
Arsitektur 4D : 72 karya + 10 sayembara arsitektur Universitas Indonesia.
Author: Gramedia Pustaka Utama, PT.; Universitas Indonesia. Jurusan Arsitektur.
Publisher: Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2011.
Edition/Format: Book : Indonesian
Database: WorldCat
Summary:
Development of architecture education in Indonesia; volume commemorating the 45th anniversary of Dept. of Architecture, Fac. of Engineering, University of Indonesia.
Material Type: Internet resource
Document Type: Book, Internet Resource
All Authors / Contributors: Gramedia Pustaka Utama, PT.; Universitas Indonesia. Jurusan Arsitektur.
ISBN: 9789792271386 9792271384
OCLC Number: 746489843
Description: 288 p. : ill. ; 24 cm.
We have several activities in the office and celebrate every moments whatever it is. That moments make our life valuable, that’s what we live for. what do you think
Valentine 2010 : Celebrate love
Love Everywhere, Everytime – Entertain people with music
You know me so well – music is for all people
Meeting with bahasa sunda
Pecha Kucha at Bandung Organised by Deddy Wahjudi and crews
This project is located in University of Indonesia area, Depok. The programming of the function keeps high constraint of the building’s density for 8 storey height. The problems then synthesized the solution to have a place to be social. DOT Workshop proposed the hexagon form which then responds to the activity of the people using the place, a function that is encouraging 2 ways of learning, for the students and for the lecturer. The hexagon proves to be aesthetically challenging, efficient in plan, and could be built module by module.
The design proposed a unique atrium proposing a concept of vertical neighborhood which encourages interaction between people, remembering this is an education facility, and this place should be a place for people learning from people, people sharing for people, and people keep relationship with people. The terracing balconies extruded from the façade creates self-shaded device which the combination creates roof garden that is the place for people for enjoying fresh air.
The concept of allowing the fresh air to circulate divided by 2 concepts, the first one is creating cross air circulation through the opening of the roof garden and the second, is allowing air stacking system by introducing chimney at the top floor.
The façade designed carefully by studying what does work for preventing direct sunlight. The solution is specifically located by open the wall to the certain size horizontally then the expression is purely functional and beautifully crafted by nature. Thank you for Andhang as a leader for team. It is such fantastic work.
Team Leader : Realrich Sjarief
Team : Andhang Trihamdhani, Indra DN, Bayu Prayudhi, Silvanus Prima, MorianSaspriatnadi, David Sampurna, Anastasia Widyaningsih.
I’m writing this as a compliment for all of the efforts given by all of the most talented assistants, internship, seniors at my office who assist me in past projects. They were the people at the design firm that leaving the firm which I named R A W [Real Architecture Workshop] Architecture.
“People come and go”. People learn and practice. People known and make camaraderie.
They will go to the new place, it’s a journey to the unknown. Not everybody does that, one people might stay and live with the office, enrich the office to bloom even bigger but some people would choose to go because their particular personal reason or their future career. Some people will work in Singapore, Thailand, Hongkong, Malaysia, or Indonesia, or even United States, United Kingdom, Europe, wherever we work, it’s one adventure, it’s priceless.
To be honest I couldn’t let everybody go, the memory of all of the people collaborate is always a treasure. I really hope that this office can grow bigger as the pure intention is to give the best place for live, work, and play for the staff inside whatever your background is.The intention is to get the best person collaborate here and they are the best. It’s a roseto.
That’s why some people said I always said not about one single person in one architect firm but the best asset of the firm is the people.
It makes me contemplate on what’s the meaning of the office then ? while it can’t provide the long lasting learning of the staffs here, people might go anyway ? or probably it’s a journey of every person in this universe might call. At the end my firm is just a place for learning. I hope it’s the best learning place in the world for you all where it stays humble, stay passionate like a fresh students, and stay connected like what the dots mean. An absurd place like what we believe in einstein’s quote.
Thank you for your best effort which is not only done for me but for yourself. Please stay connected, hope we can work together again. I’m sad but life must go on, go and break the leg :) Let me know if someday you need my help.
My Dream Team, spread your wings :
Meirisa Trinkawati, Elvira Sandjaya, Satria Putra, Dicke Nazzary Akbar Lubis, Tika Novis, Primaldy Perdana, Anastasia Widyaningsih, Silvanus Prima, Lia Kurniadewi, Morian Saspriatnadi, Indra Dwinugraha, David Wibowo, Suryanaga, Bayu Prayudhi, Tony Hartanto, Refano Citra, Bismo Prakoso, Andhang Trihamdhani, Rudiyanto, Soraya Khaerunisa, Emmy Ulfah, Randy Ramadhan, Maria Vania, Christiandy Pradangga, Donald Epiphanius, Apriani Kurnia Sarashayu.
Intern : Indria Nidya Fatmala Warganegara, Winda Herliana Januar, Iduy Abdullah, Vincent Edson, Endy, Liana Sastro, William Sutanto, Gery Dwi Samudra, Andhika Putra Perdana, Giovanni Libels, Hardianto Agung Nugroho, Amanda Gracia, Devina Cinthya Pratiwi, Galih Adityas, Okta Lieftiani, Cornellia Debrina, Haryo Ruriandi, Harry Kevin, Lioner Octo Gurusinga, Gavin Gunawan, Fransiska Yuanita.
Designing mixed use is not easy. It’s arguably one of the most difficult projects in architecture especially if it contains more than 2 components like retail or apartment or hotel or office stacked into vertical mixed use. In order to succeed we have to think for each function. We need to know each pattern for each function then trying to make those works by arranging into beautiful site plan. Beside aesthetic need there are also important components, one is circulation, another is open space and the third is function. By submitting the final work, and finish the real high quality works like I have seen, all of you already have passion in Design. The mark which was given to you represented hard works result and product works, be proud!
Train yourself, and be patience to be good architect, the good result might follow you, learning architecture needs time. It’s different that other discipline, it’s not purely rational like mathematic or physics, and it’s not purely emotional like art or making poet or drama class, it’s magical. You have to experience it! In this case some architects failed the brief because of the will to show a signature without solving the real problem. Remember beside the entire your own individual signature thingy, the objective rational has to come forward, the reason and the background of each design decision is the most important!
Some of you probably will work in prestigious architect firm in Indonesia or Asia or even world class architecture firm. Some of you have produced more than you can produce, maximize your limit, and aim to get highest result in your work in whatever cost with positive attitude. Those certain attitudes will carry you to be a really good architect and bright future. Those positive attitudes also will carry you forward with your work attitude with your senior, peers or even your own clients.
A Studio is like only simulation of real world which brought forward with the highest standard from real empiricist experience or sometimes an experimentation of ideas. To be experimental is good and to be thoughtful is a must! To be thoughtful architect is not easy, it consists of thousands times of trying what works and what does not work. Some architects decide to be empiricist or rationalist. It’s a decision made by yourself, whatever you decide, you work will affect people that use the space, everyday started from the project finished built so you have social obligation as well. Don’t forget it
Individual Comments
Mario, you have really strong technical skill which I consider you have one of the best technical skill among your peers. It will be great advantages for your future career. You have also unique way delivering your product which that make you really special student Your creativity has been seen during the design process in problem solving. Sometimes there were tendencies to show certain signature which arguably appropriate for design optimization. Do Learn, and be proud of what you have done.
Yuni, you have a real good passion in design. It showed from design studio process which I appreciate it really much. For architect, we need times of learning and thousand times of trying what works and what does not work.You have a excellent foundation of self long life learning. You have tried to study your building in terms of rational dan empiricist world. The must do is solving the real problem which we always innovate to bring in creativity to architecture.
Daniel, you have to compare your first model to your latest scheme. You have progressed so much. Be proud! You have a strong and unique skill of form making, some architect can call it sexy form, special signature, or else. Above all of that the invention of finding the rational behind the each design solution is the most important. By looking your latest design, you have understood the logic of how mixed use typology works.
Michele, you have a strong set of positive attitude and strong logic in your design. Good mixed use is a mixed that works in terms of retail planning and other functions. Rida sobana congratulate you for your scheme because your clear understanding about rational that forms your scheme. I congratulate you with big A mark for your final scheme and process. You have the most progressive process among your peers, that is the best. I hope you always do this in every design process you might have. Be proud Michele,
Yusuf, you have good rational in forming your scheme. You have tendency to neglecting design process at the beginning but at the end you perform really well. Be proud! You have solved the problem of the city by introducing bold idea in your open space, good. Even though there were critics that showing your design is too bold but in terms of rational paradigm, that is the right way to do. I believe you have learnt set of rational during the design studio, always improve that. And open yourself to your own long life self learning. Learning Architecture takes time.
Vincent, you gave a gesture of wildness or uncontrollable design decision during the first month of your design studio. We need a logic to form a design in mixed use planning because the complexity of the program. Look at the various mixed use precedents! Remember this. Nevertheless you have progress so much, you have found the rational in your latest design. Even though the retail planing is arguably works but it shows a progressive idea that could be a cutting edge mixed use. Remember all of your effort and progress, it’s huge progress and fruitful at the end.
Liana, you struggled from the beginning until the end of the process but at the end you prove that the design could works. It’s one of the most difficult approach among your peers, but you solved the design elegantly.remarkable. The hard works resulted. Even though You have weakness in your technical skill that you have to overcome , improve it your design will be more thoughtful. You have a good emotional and positive attitude on your design progress, believe me it will be your cutting edge skill to your competitiveness.
William, no doubt that you have a strong set of skill to be thoughtful architect. The design has been brought forward to the real high quality. It works in term of retail planning and good concept of overall scheme. From massing to detail. Rida sobana gave you a real good applause, be proud and enjoy your hard works. I gave u big A mark for you effort of process and product.Learning architecture takes time, no special skill to learn it, find a good place to learn, enjoy it like you love it. Hopefully you will become someone you are master of thought and keep your positivity.
Handoko, you are the one who gave the correct approach of mixed use at the beginning. Even though you have difficulty if technical skill but you have a good attitude to improve your skill. I am surprised of your progress, I believe this design studio will create a good understanding foundation for your skill. always remember about the precedents, how to take the best use of the precedents.
Diri ini teringat betapa sudah beberapa puluh anak – anak yang ada di studio, dari dahulu hingga sekarang menemani malam – malam pembuktian yang panjang dan jam – jam workshop yang melelahkan. Saya seringkali menanyakan apa saja yang akan membuat orang- orang terbaik untuk tinggal di studio. Professor Danisworo membisikkan suatu waktu di acara archiworx, “Realrich, arsitek itu dasarnya adalah makhluk yang independen. “Pada saat itu pak Danis bercerita mengenai pengalamannya pada waktu membentuk Encona dan PDW dan dikelilingi oleh orang –orang terbaiknya yang datang dan pergi.
Pada waktu itu diri ini diselimuti pertanyaan kira – kira apa yang membentuk biro arsitek ini seharusnya. Budaya apa ? berpikir melalui kepala ini tidak keluar juga ? merasakan dengan hati juga tidak ada hasilnya ? menurut saya cerita ini justru muncul dengan adanya satu pencarian, refleksi mengenai apa sih rahasianya. Apa sih rahasia yang terbaik untuk meracik satu studio desain, selain tentu saja pengetahuan membuat ruang penuh filosofi, dan functionally beautiful dengan dimensi akan aktivitas dan performance yang terbaik dari aktifitas tersebut. Salah satu kunci bertanyalah pada batu bata, sensitiflah pada material, begitu catatan Kahn dalam intonasinya secara filosofis.
Pada bulan ini Maret 2012, seluruh pegawai kantor berjumlah 18 orang. Tidak termasuk dengan tukang – tukang kayu ataupun tukang listrik, tukang batu yang digaji perharian. Sangat kontras dari dua tahun yang lalu yang kita baru berjumlah 2 orang. Pada saat ini baiknya kita merenungkan sejenak apa cerita dibalik layar dari studio kecil ini. Diri ini mencoba berhitung secara total kira – kiraada 180 pekerjaan dalam satu tahun setengah ini. Sebuah angka yang terjadi dalam waktu yang tidak singkat membutuhkan beribu – ribu jam untuk bisa menyelesaikannya. Pekerjaan ada yang datang dan ada yang pergi, begitupun dengan tim yang selalu berubah. Dinamis lincah bergerak seperti awan membawa kesedihan dan kegembiraan di langit yang biru.
Aku teringat betapa diri ini harus berterima kasih sedalam – dalamnya kepada para designer yang ada di kantor ini. Dari kenakalan – kenakalan yang akhirnya membuahkan video klip singkat mengenai satu dan dua lagu yang sedang ngetrend pada saat itu, dengan orang- orang jenaka seperti wiwid, imal, Silvanus, Lia, Morian, dan Dicke dengan K – pop alirannya. Ataupun David dengan keisengannya yang fenomenal memasukkan tokoh doraemon kedalam salah satu desain bangunan yang sedang dikerjakannya ataupun masa ospek di kantor yang dijalaninya dengan hukuman membuka dan memimpin rapat dengan bahasa jawa timuran.
Herannya, Surya dan David yang asal Surabaya ini, seringkali datang pada waktu sabtu atau minggu, mungkin saja kantor sudah menjadi rumah kedua bagi mereka yang anak perantau, jauh – jauh datang dari kampung halaman hanya untuk membuka mata dengan suasana Jakarta yang membisingkan. Banyak dari anak – anak di kantor adalah perantauan yang hidup nomaden, berpindah – pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Di dalam hati diri ini tersenyum apabila tempat ini bisa menjadi rumah kedua mereka.
Yang memukau juga kesediaan anak – anak kantor untuk selalu membuka diri akan pertanyaan, apakah ada yang lebih baik ?, Hal seperti ini sangat sulit untuk dilakukan bagi seorang designer. Diskusi demi diskusi dilakukan dengan jenaka, lontaran – lontaran celetukan yang menghidupkan suasana studio seakan – akan membuat design progress dan design produk yang fresh from the oven. Dari sketsa ke workshop. Adalagi tim sayap kiri dengan Adit, Randy, Hamu yang siap mengacau suasana dengan berceloteh atau berkomentar tentang teman – temannya yang pada akhirnya akan membuat riuh rendah di kantor, yang terkadang suaranya sampai ke jalan raya depan kantor, untungnya ibu saya adalah ketua RT di neighbourhood, jadi keributan ini bisa dimaklumi oleh tetangga . Memang berguna hal – hal seperti ini. He he…
Tim sayap kiri ini salah satunya adalah tipe yang disukai wanita dengan pesonanya celetuk anak – anak yang lain, yang satu adalah pemancing suasana, dan yang satu adalah arsitek melankolis dengan kemampuan lapangan yang luar biasa tajamnya. Sayang sang Jendral Workshop, Indra namanya, sudah keluar kota, keluar kantor maksudnya, kalau tidak tim sayap kiri ini akan semakin piawai dalam membuat keributan terutama kalau si jenderal baru saja memakan kambing yang membuat dirinya high.
Kita juga memiliki beberapa tipe rapat yang spontan saja dilakukan, sejak jaman wiwid, Imal, Sil, Toni, Morian, Lia, Bayu, . Dari rapat di hari valentine, rapat dengan bahasa sunda, ataupun berguling – guling di pantai Anyer. Mereka semua orang – orang terbaik yang fenomenal yang sekarang sudah terbang keluar kantor, keluar pulau, keluar kota ataupun keluar negeri.
tim sayap kanan juga tidak ketinggalan dengan passionnya yang tekun menerus, satu persatu dengan hati – hati seluruh project dikerjakannya. Andhang, Raras, Emmy, Maria, meski dengan mata merah menahan kantuk seringkali, dan stress menarik garis yang tidak kunjung selesai untuk menuruti kemauan saya yang selalu meminta hal yang lebih baik dan lebih baik lagi, dateline yang menerpa setiap minggunya dengan masih sempat – sempatnya tertawa dalam penat yang diri ini tahu terkadang sulit mengusirnya.
Dan lagi terkadang Kita terkejut – kejut Andhang bisa muncul tidak terduga di hari – hari libur dan datang di hari kerja membawa foto – foto yang luarbiasa mengenai karya – karya kantor.
Ini semua Outstanding, tim terbaik di dunia sudah mulai menampakkan batang hidungnya, saya tidak pernah melihat tim selengkap ini.
Belum lagi mas bambang yang dikenal sebagai magical man dan Mas Rudi Yanto yang dipanggil mas padahal ialah yang termuda, mewarnai keteknikan tim studio yang terlalu fluid dan melayang diatas awan. Awan itu pada akhirnya harus turun dan membumi, dari merekalah sentuhan itu tajam. Ada lagi menurut saya yang harus disebut dengan kredit yang luar biasa, tim – tim awal studio seperti Meirisa, wiwid, Reinard, Refano, Sapta, Meilani, Bismo, Lia, Toni, dan anak – anak yang melakukan internship di Studio ini dalam gelak tawanya sendiri. Total kami sudah memenangkan dua digit kompetisi nasional sejak terbentuknya, dan dua digit project yang akan terbangun di tahun ini.
Setiap studio desain tentu saja memiliki kekuatan ide yang spesial di setiap langkah – langkahnya. Dengan pendekatan empiricism atau rationalismnya. Ide bisa dicari – cari dimana – mana, termasuk dengan menatap alam pun kita bisa mendapatkan ide yang tak terhingga banyaknya. Gabungan antara art dan teknik itulah yang membentuk arsitektur kata Ruskin. Herannya diri ini merasakan mengenai gairah dan kekuatan penghargaan di arsitektur. Saling menghargai di dalam tim studio adalah satu harta yang priceless.
Diri ini tidak tahu apa yang ada di dalam kantor ini, kesedihan ketika satu persatu anak kantor ini pergi juga kegembiraan begitu ada yang bergabung menjadi keluarga. Namun salah satu asset yang paling berharga dalam >O+ Workshop adalah pada saat kita tertawa bersama – sama karena satu hal yang biasa – biasa saja.
Ada juga satu anak, Lisa namanya, yang gemar untuk berceloteh untuk mengomentari teman – temannya,di siang bolong ataupun di saat – saat malam – malam lembur, ia membantu untuk menimbulkan celoteh yang lain, yang pada akhirnya ia menjadi pusat perhatian untuk dicelotehi. Sehingga ia mendapatkan title celoteh Lisa untuk sesi celotehnya untuk menjadi satu superstar di warga perkampungan >O+
Ada juga yang tidak mau memperkenalkan kekasih hatinya kepada anak – anak kantor dan diakhiri dengan anak tersebut dikejar – kejar sampai ia lari terbirit – birit begitu kekasihnya datang membawa helm dan meminta kekasihnya menunggu 200 meter jauhnya dari kantor di satu pos satpam. Ada – ada saja kelakuan anak – anak ini.
Dan saya pun baru menyadarinya ternyata selama ini harta studio yang paling berharga adalah kebahagiaan dalam tawa. Ketika kita tertawa,
The secret is the laughter… oleh karena itu mungkin besok kita akan canangkan bagaimana motto kanto Gaul Asik Cool Professional bisa lebih melekat tentunya untuk membentuk kantor arsitek terbaik di dunia dengan passion terbaik di dunia. Mulai Besok banyak – banya tertawalah dikantor, karena itulah rahasia utamanya …
[RS]
diri ini kemudian juga teringat akan bingkisan kalimat yang diberikan IP.
Pak Realrich Sjarief and family members
Simple dream, simple act, great impact
In here I learn
Work in family
Work with care
Work with fun
Work with laugh
Work in good mood
Work with love
It’s not office
It’s home
It’s not duty
It’s a pleasure
Then,
Attitude
Responsibility
Respect
Dicipline
Will be created by itself
It’s pleasure and honor to meet these amazing and creative family
I call this house Tropical white house, simply because of it’s color, white. The colour that has no intention, pure, simple, neutral. Sometimes judgement by color is really personal, but for white, it is absolute.
I remember one of the architect who likes white really much, American Architect, Richard Meier. He states that
” Where other colors have relative values dependent upon their context, white retains its absoluteness… white is alone, it is never just white… that is itself being transformed by light and by everything changing in the sky, the clouds , the sun , the moon. whiteness perhaps , is the memory and the anticipation of color”.
We always like white as a symbol of purity, reflection of expression. Fine to call it subjective judgment, we just love it.
This is the condition before
The client is a single family couple with 2 sons. They bought the old house 1,2 billion IDR (equal to 120000 USD, the construction cost 70000 USD including architectural finishes and interior finishes. While new house in the same area With the same gross floor area 275 Sqm cost 280000 USD which then makes this project, fantastic cost benefit to the client.
even though we are redesigned the whole plan, but the structure was carefully reexamined and preserved allowed the client to save 30 percent of the building cost construction.
One room was changed to the non permanent room, allowing change the function to become multiple,we call it play room, second living room or even study room, Then, this strategy allows fresh air to circulate and sun to light the interior space by dual aspect configuration with both opening to south and north side. After the opening, the room will be bright, and comfortable to live.
looking at the name, “tropical white house”. We aim this design to be A tropical house, is what where direct sunlight is minimized as minimum as possible to the inside space.
White house is as white as pure as nothing. It just a statement of nothing than the function i
tself. It’s response of the appropriatenessof design thinking which if we look to the process, it is unforgettable. We will release the other pictures soon. The interior designer is mondrich syarif
The real talented Photographer is Andhang Trihamdhani, one of our designer
Client : Winson Mangkujaya + Cecillia Law Mei Tjoe
“Yuk, hari ini kita ke shopping mall kata seorang ibu kepada anak perempuannya. Kemudian dia menjinjing tas hermes, tas dari gerai toko terkenal di dunia. Sang anak pun mengiyakan, sejenak kemudian, ibu tersebut menelpon suaminya, pa kita ketemu di mall ya, sambil makan siang, setelah itu ke kidzania, anak kita mau main di mall.”
Kehidupan berkota di jakarta mau tidak mau memang diwarnai dari kehidupan satu mall ke mall yang lain. Ruang terbuka hijau yang semakin kecil dengan target yang bisa dipenuhi oleh pemerintah daerah DKI Jakarta sebesar 9,7 persen dari 13 persen yang ditargetkan (Antara 2009). Kehidupan berkota yang introvert,mandiri, serasa tidak bergantung satu sama lain, egois. Dari segi arsitektur kota shopping mall adalah sebuah nodes. Hal yang digaris bawahi kevin lynch sebagai elemen pembentuk ruang kota. Kevin lynch “pola pola pembentuk ruang kota terdiri dari beberapa elemen pembentuk ruang kota seperti, paths, districts, nodes, edges, landmarks ” lynch. Shopping mall sendiri adalah sebuah nodes dalam elemen pembentuk ruang kota.
Menurut Yayat Supriatna, sekertaris jenderal ikatan ahli planer (IAP), Jakarta memiliki jumlah mall terbesar di dunia mencapai 130 mall, tetapi hanya mempunyai empat taman kota. Pertanyaan mengenai mengapa mall bisa sebegitu banyaknya dan himbauan para intelektual kepada pemerintah untuk bisa membatasi jumlah shopping mall juga terjadi. Di lain pihak para developer selalu jeli untuk mencium kesempatan dalam pertumbuhan properti yang tinggi di jakarta. Jakarta sedang ada dalam paradigma Bussiness as usual yang kuat.
Namun Bagaimanapun juga tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran shopping mall memberikan suntikan ekonomi yang positif terhadap perekonomian satu kota. Shopping mall menyediakan oase bagi penduduk jakarta ditengah makin tergerusnya ruang terbuka hijau. Posisinya sebagai nodes sama seperti konsep pasar tradisional yang selalu berdekatan dengan alun – alun kota, pusat peribadatan, pusat pemerintahan di kota – kota seperti Semarang, Bandung, Cilacap, dan kota – kota indonesia lainnya.
Kita kemudian teringat pada pasar tradisional yang pada hakikatnya merupakan tempat bertransaksi, menawar harga, berinteraksi, bersenggolan, bersentuhan, berpeluh keringat, mencium wewangian rempah. Tempat yang menurut Edward T Hall adalah tempat yang intim. Seperti ruang yang terdapat di Pasar Johar semarang dimana koridor hanya sebesar 1 meter dan bahkan ada yang lebih kecil dengan lebar pundak manusia sebesar 60 cm maka otomatis saat kita berpapasan dengan orang lain, kita akan bersenggolan dengan orang lain. Alih – alih tersenggol karena emosi, dari bersenggolan itu sepanjang kita merasakan kehangatan. Ada senyuman ibu ibu yang tersenggol Atau bapak yang cuek-cuek saja sambil meliukkan tubuhnya menghindari senggolan. Hal ini berbeda dengan shopping mall dengan korridor selebar minimum 3 meter yang memberikan jarak untuk kita tidak bersenggolan sebagai dampak untuk memenuhi kebutuhan privasi dan kenyamanan. Keragaman pola aktifitas “pattern language” yang ada ini tentunya yang menurut saya berharga.
Pola kehidupan dari jarak koridor 3 m mencerminkan gaya hidup yang cenderung individualistis. Hal ini tercermin dengan kiasan shopping mall yang identik dengan big box, kotak yang tertutup, dan dikondisikan dengan air conditioner. Shopping mall ini sering diasosiasikan dengan kehidupan kaum sub urban di America. Dimana tercipta kehidupan pergeseran kehidupan berkota dari jalan – jalan yang bersifat tradisional menjadi interaksi di dalam shopping mall yang diakibatkan oleh keamanan, kenyamanan, hiburan yang sudah tidak didapatkan lagi dari jalan – jalan kota.
Sama seperti yang terjadi di Amerika, hal ini terjadi di Jakarta, dari sepanjang jalan Harmoni sampai Kota tua memiliki kualitas pedestrian yang sangat buruk. Pedestrian yang sempit dengan permukaan yang sudah hancur juga minim peneduh untuk pengguna pedestrian.
Dalam perencanaan sebuah shopping mall, perhitungan efisiensi luasan kotor bangunan yang tinggi mensyaratkan desain untuk dapat memberikan luasan retail semaksimal mungkin untuk bisa dijual kepada gerai gerai toko eksklusif seperti hermes, louis vuitton, channel, gucci, prada, dsb. Hal ini menimbulkan kompleksitas desain yang tinggi dengan kecenderungan menggabungkan beberapa fungsi bangunan seperti kantor, hotel, convention centre, exhibition centre, cinema, shopping mall, dan apartment menjadi tipologi mixed use sebagai akibat dari harga nilai tanah yang tinggi.
Melihat densitas yang tinggi dalam mixed use, ada potensi untuk membuat pengembangan yang kompak, teintegrasi berorientasi ke arah vertikal, seperti senayan city, rasuna epicentrum, pacific place, ataupun st.moritz. Ada pula kesempatan untuk membuat pengembangan yang berbasis transit oriented development, pola pengembangan yang berbasis dari infrastruktur transportasi. Banyak sekali kelebihan potensi dari pengembangan yang berbasis mixed use ini. Singapore sebagai salah satu preseden yang sukses dalam menempatkan shopping mall yang terintegrasi dengan sarana transportasi. Lagi – lagi kordinasi antara pemerintah kota DKI dengan pihak developer yang memiliki shopping mall menjadi penting.
Kontrol terhadap pengembangan densitas disuatu wilayah harus diskenariokan dengan cermat. Karena posisi dan densitas tersebut akan mempengaruhi arus lalu lintas, pola peruntukan lahan, dan keberlangsungan ruang terbuka hijau. Sehingga paradigma business as usual bisa memiliki kontrol. Dan yang berhak mengontrol itu adalah pemerintah kota DKI sebagai kepanjangan tangan dari penduduknya.
Dari sudut pandang arsitektur, dalam perencanaan elemen pembentuk shopping mall terdiri dari 3 bagian terpenting yaitu koridor, atrium dan retail. Koridor dalam sebuah mall pun sebenarnya adalah edge dimana terdapat tempat duduk duduk saling berhadapan untuk orang bercengkrama. Ada baiknya apabila koridor ini tidak hanya berfungsi sebagai sirkulasi saja namun juga tempat berkumpul. Koridor ini sebaiknya juga tidak gelap, akan lebih baik kalau memiliki kaca yang transparan di sisi luar di ujung ujung koridor supaya cahaya luar bisa memasuki ruangan. Sisi yang menghadap toko”retail” seharusnya bisa dibuka selebar lebarnya untuk membantu penyewa toko mendapatkan keuntungan semaksimal mungkindari kegiatan menjual, memamerkan barang dagangannya. Sebaiknya juga perancangan koridor ini tidak kalah dengan perancangan museum museum terkenal seperti museum di dunia. Karena pada hakikatnya kegiatan yang ditampilkan kurang lebih sama yaitu ruang pamer.
Sedangkan Atrium adalah tempat orang berkumpul, tempat yang mengingatkan agora sebagai tempat berkumpul warga yunani di jaman dahulu, courtyard pada keraton jogja, rumah tradisionak jepang, rumah tradisional hanook. Terkadang ada fungsi tempat berkumpul, tempat untuk bercerita, tempat untuk menonton pertunjukkan seni, melalui media ataupun pertunjukkan langsung. saya teringat dengan aklung saung udjo. Bagaimana ia membagikan pengetahuan mengenai nilai – nilai tradisional mengenai angklung. Atrium hendaknya juga adaptif terhadap pergantian fungsi.
Retail hendaknya adaptif terhadap penyediaan fungsi gudang yang memakan ruang, ruang restaurant pun harus dirancang dengan mempertimbangkan fungsi koridor untuk servis. Ada baiknya jam tutup shopping mall diperpanjang, supaya orang – orang bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan berinteraksi dengan orang lain, meski melalui berbelanja. Ada juga penambahan fungsi tempat peribadatan di dalam shopping mall. Dimana saya kira ini hal yang baik untuk dilakukan di jakarta. Tempat anak – anak bersekolah pun bisa dilakukan di dalam shopping mall. Konsep ini sesuai dengan neighbourhood unit yang dicetuskan oleh clarence perry, dimana pada saat itu, pengembangan masih ke arah horisontal dan sekarang kita ada di era kepadatan yang tinggi dengan pengembangan ke arah vertikal.
Meskipun ekses negatif yang ditimbulkan oleh shopping mall. merupakan salah satu realitas kota Jakarta merupakan masa depan kota Jakarta. Banyak pekerjaan rumah yang dibebankan ke pemerintah kota DKI Jakarta dan banyak Pekerjaan moral dibebankan ke pihak swasta. Ada banyak jalan untuk menyatukan realitas kota menjadi sebuah potensi positif, dan shopping mall memiliki masa depan yang cerah untuk memperbaiki juga merusak kota Jakarta. Pemerintah, swasta, dan pengguna memiliki tanggung jawab moral untuk membuat Jakarta kota yang nyaman ditinggali penggunanya dengan realitas, positif dan negatif dari ada shopping mall. Sebagai kalimat penutup, saya akan mengutip kalimat dari Ir. Robi Sularto Sastrowardojo dalam essay yang dipresentasikan dalam pertemuan ikatan arsitek se dunia di tokyo tahun 1980.
“Most of the architectural works are a local mirror of one culture as it is today. Professionaly there is nothing might be nothing wrong with these works, possibly when excellence… Architecture it seems to me should be considered as a dharma, a social obligation, instead of a commision. When architecture is considered, as a dharma, then more architects will realise that architecture is born, not made.”
Inilah yang seharusnya kita menyadari. Bagaimana kita melihat realitas kota, dan berbuat yang terbaik dari apa yang bisa kita buat sebagai salah satu penghuninya.
Ini katalog dari buku – buku yang saya kumpulkan dan tujuannya, mungkin bisa membantu apabila teman – teman ada yang mencari buku – buku ini, bisa meminjamnya ataupun membacanya di kantor atau rumah saya. Buku – buku ini berkisar dari arsitektur, urban desain, sampai desain furniture, dan beberapa mengenai seni.
A.1.
Arsitek Luar Negri
A.1.1.
Norman Foster Work 1.
A.1.2.
Norman Foster Work 2
A.1.3.
Norman Foster Work 3.
A.1.4.
Norman Foster Work 4
A.1.5.
Catalogue Foster + Partners
A.1.6.
Foster 40 Projects and 40 themes
A.1.7.
Graduation Show Foster + Partners
A.1.8.
YTL Headquarter kuala lumpur, malaysia schematic design report sustainability and climate engineering
A.1.9.
Copy of books foster works
A.1.10.
Strategic Brief for YTL Corporation Berhad New Headquarters, Serviced Apartments and Mixed use Podium
A.1.11.
Alvar Aalto
A.1.12.
Many Masks : a Life of Frank Lloyd Wright
A.1.13.
Architectural Principles
A.1.14.
Castles : an Introduction to The Castles of England and Wales
A.1.15.
Frank Lloyd Wright Glass
A.1.16.
Beyond Bava : Modern Masterworks of Monsoon Asia
A.1.17.1
Kengo Kuma Complete Works – Kenneth Frampton
A.1.18.1
WOHA
A.1.18.2
Woha Selected Project Vol.1
A.2.1.
Marzorati Rochatti 2004 Patrizio Corno
A.3.1.
Louis I Kahn by Robert Mc Carter
A.3.2
Louis I Kahn Conversations with Students
A.4.1.
Elcroquis Foreign Office Architects 1996-2003
A.5.1.
Renzo Piano Building Workshop Complete work volume 1
A.5.2.
Renzo Piano Building Workshop Complete work volume 2
A.5.3.
Renzo Piano Building Workshop Complete work volume 4
A.5.4.
Renzo Piano Te Neues
A.6.1.
Kohn Pedersen Fox Architecture and Urbanisem 1997-2003
A.6.2.
Kohn Pedersen Fox the first 22 years
A.7.1.
Tadao Ando (1991-2001)
A.7.2.
Tadao Ando, Conversations with students
A.8.1.
Architecture and interiors design Studio GAIA
A.9.1.
Denton Crooker Mashall-Rule Playing and the ratbad element
A.10.1.
Santiago Calatrava
A.11.1.
Richard Meier Architect’s
A.12.1.
SLW Slamet Wirasonjaya Program studi arsitektur ITB
A.12.2.
Karya Arsitek Indonesia
A.12.3.
Work and projects of young indonesian architects (1997-2002)
A.12.4.
Raul Renanda 99 untuk arsitek
A.12.5.
Adi Purnomo: Relativitas
A.12.6.
Rumah Baja Terbang
A.12.7.
Arsitek Soejoedi: membuka selubung cakrawala
A.12.8.
Imelda Akmal : IAI Jakarta Awards 2
A.12.9.
Handinoto, Arsitektur dan kota-kota di jawa pada masa colonial
A.12.10.
Imelda akmal : Indonesian Architecture Now 2
A.12.11.
Rumah modern karya arsitek Indonesia
A.12.12.
Arsitektur 4D
A.12.13.
Baskoro Tedjo: Extending Sensibilities Through Design (Architectural Works 1997-2012)
A.12.14.
A.12.15.
Design fever URBANE
A.12.16.
Arsitektur yang membodohkan: Pursal
A.12.17.
Avianti Armand: Arsitektur yang lain
A.12.18.
New Regionalism in Bali Architecture by Popo Danes
A.13.1.
Paul Rudolph
A.14.1.
Elcroquis Herzog & De Meuron 1981-2000
A.15.1.
Retail DP Architect Pte Ltd
A.16.1.
informal cecil Balmond
A.17.1.
In progress Fumihiko Maki Overseas
A.17.2.
Fumihiko Maki
A.18.1.
Office Metropolitan of Architecture [Rem Koolhas] Elcroquis
A.19.1.
Glenn Murcut: Thinking Drawing/Working Drawing
A.19.2.
The Architecture of Glenn Murcutt
A.20.1.
BIG: Yes is More
A.21.1.
Carlo Scarpa
A.21.2.
Carlo Scarpa Taschen
A.22.1.
SCDA Architects
A.22.2.
DIA GETZ Architecture prize for emergence architecture in ASIA : SCDA
A.23.1.
Super Potato Design
A.23.2.
Jean Nouvel
A.24.1.
Profile
A.24.2.
Louis I Kahn, Architecture at Rice 26
A.25.1.
Bedmar and Shi in Five
A.26.1.
Peter Zumthor Thinking Architecture
A.26.2.
Peter Zumthor Atmospheres
A.27.1.
Richard Rogers
A.28.1.
Enric Miralles The Scottish Parliament Parlamaid na h-Alba
A.28.2.
Enric Miralles Creating a scottish parliament – alan balfour
A.29.1.
First impressions Frank Llyod Wright –Susan Goldman Rubin
A.30.1.
Small Projects Kevin Mark Low
A.31.1
Zaha Hadid: The Complete Buildings and Projects
A.32.1
Eduardo Souto De Moura: The 2011 Pritzker Architecture Prize
A.33.1
Andrew Bromberg of Aedas-Recent Works: Architecture & Sensuality
A.34.1
Bohlin Cywinski Jackson: Farrar
A.35.1
Ken Yeang: Eco Skyscrapers, Volume 2
A.36.1
Wang shu Building a different world in accordance with principles of nature
A.37.1.
Thomas Heatherwick Making
A.38.1.
Kerry Hill – Creating Modernism
B.1.
`
B.1.1.
Architects data
B.1.2.
Data arsitek
B.1.3.
Super bangunan alumunium distributor
B.1.4.
Basic Material, Hegger. /Drexler/Zummer
B.1.5.
Persyaratan Teknis aksesibilitas banungan umum dan lingkungan
B.1.6.
Teknik Pencahayaan dan tata letak lampu
B.1.7.
Perancangan tata ruang dalam
B.1.8.
Illustrasi desain interior
B.1.9.
Jurnal Harga satuan bahan bangunan konstruksi dan interior
B.1.10.
Dimensi estetika pada karya arsitektur dan desain
B.1.11.
Ilmu konstruksi bangunan kayu
B.1.12.
struktur statis tak tentu
B.1.13.
Struktur (schodek)
B.1.14.
Plan and section drawing (thomas C.wang)
B.1.15.
Akustik Lingkungan (lea preasetio, Leslie L. Doelle)
B.1.16.
Buku sumber konsep
B.1.17.
Ilmu Bangunan Gedung (x2)
B.1.18.
Handbook of sports and recreational Building Design
B.1.19.
Designing to sell
B.1.20.
Lecture notes utilitas bangunan (sugeng triyadi)
B.1.21.
Rancangan Tapak dan Pembuatan detail konstruksi (theodore D walker)
B.1.22.
Standard toilet umum indonesia
B.1.23.
Structure systems
B.1.24.
Arsitektur berkelanjutan tantangan abad XXI
B.1.25.
Tabel Profil Konstruksi Baja (Ir. Rudy Gunawan)
B.1.26.
Membangun Toilet Umum dengan Mudah
B.1.27.
Hospital Metric Handbook
B.1.28.
Struktur dan konstruksi bangunan tinggi jilid 14
B.1.29.
Struktur dan konstruksi bangunan tinggi jilid 2
B.1.30.
Pedoman Pembangunan Rumah Sakit
B.1.31.
Tradisionalitas dan modernitas tipologi Arsitektur Masjid
B.1.32.
Green Architecture
B.1.33.
Building Construction Illustrated
B.1.34.
Eco Resorts – Planning and Design for The Tropics
B.1.35.
Instrumen akreditasi sekolah menengah atas
B.1.36.
Perangkat akreditasi SMP/MTs
B.1.37.
Perangkat akreditasi SD/MI
B.1.38.
The Complete Hafele
B.1.39.
Interior Architect Architectural Detail Series : Single Family Houses Bathroom Volume eight n
B.1.40.
Keterampilan Kejuruan Konstruksi Kayu
B.1.41.
Structure systems Heino Engel
B.1.42.
Building Structure Illustrated (Patterns, System & Design)
B.1.43.
Detail Serie 1999,3
B.1.44.
Detail Serie 2006,10
B.1.45.
Detail Vol. 2008,1
B.1.46.
Detail Vol. 2008, 4
B.1.47.
Detail Vol. 2011,2
B.1.48
Dimensi Manusia & Ruang Interior
B.1.49.
Basic Design & Living
B.1.50.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
B.1.51.
Pokok-Pokok Teknologi Struktur untuk Konstruksi dan Arsitektur
B.1.52.
Ilustrasi Konstruksi Bangunan Edisi 3
B.1.53.
Seri Perencanaan Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C
B.1.54.
Akustika Bangunan
B.1.55.
Seni Konstruksi
B.1.56.
Morfologi Bangunan dalam Konteks Kebudayaan
B.1.57.
Metode Perancangan Arsitektur
B.1.58.
Pengantar Metodologi Penelitian Budaya Rupa
B.1.59.
Rumah Sakit 2009
B.1.60.
Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek Ikatan Arsitek Indonesia
B.1.61.
International Conference
B.1.62.
Virginia McLeod: Encyclopedia of Detail in Contemporary Residential Architecture
B.1.63.
Plans of Architecture: Building Details
B.1.64.
Sistem bentuk struktur bangunan
B.1.65.
Ilmu konstruksi struktur bangunan
B.1.66.
Ilmu konstruksi bangunan bambu
B.1.67.
Ilmu fisika bangunan
B.1.68.
Dasar-dasar arsitektur ekologis
B.1.69.
Arsitektur ekologis
B.1.70.
Model baru perancangan kota yang kontekstual
B.1.71.
Life Between Walls: Kota Gede
B.1.72.
Soetomo Wongsotjitro: Ilmu Ukur Tanah
B.1.73.
Ir. Heinz Frick: Arsitektur dan Lingkungan
B.1.74.
Ir. Heinz Frick: Mekanika Teknik 2 Statika dan Kegunaannya
B.1.75.
Sakti A. Siregar: Instalasi Pengolahan Air Limbah
B.1.76.
Ngakan Ketut Acwin Dwijendra: Tokoh Arsitek Dunia dan Karyanya
B.1.77.
Ir. Rudy Gunawan: Pengantar Ilmu Bangunan
B.1.78.
Detail: Interior + Architecture 2
B.1.79.
Plans of Architecture: House Details
B.1.80.
Desain Pondasi Tahan Gempa
B.1.81.
Sisi Lain Arsitektur, Sipil, & Lingkungan: Iden Wildensyah
B.1.82.
Cara Tepat Menghitung Biaya Bangunan: Wulfram I. Ervianto
B.1.83.
Cara Cepat Menghitung Kebutuhan Material dan Pekerja Dalam Membangun Rumah: Gatut Susanta
Design dari Rumah Sakit Akademik UGM ini terinspirasi dari analogi peredaran darah dalam tubuh manusia, dimana pusat dari site diibaratkan sebagai jantung yang merupakan pusat kegiatan rumah sakit Universitas Gadjah Mada dan jalinan sirkulasi manusia sebagai struktur pembuluh darah utama yang membentuk sirkulasi di dalam massa bangunan. Kriteria rancangan yang ingin dicapai ada 3 , 1) Mengambil tema yang dekat dengan dunia kedokteran dan akademis menimbang fungsinya sebagai Teaching Hospital, 2) konfigurasi bangunan yang tropis, dan 3)mengakomodasi fungsi – fungsi sesuai dengan standar – standar yang berlaku.
Gagasan Rancangan Rumah Sakit Akademik (RS Akademik). Sebagai sebuah RS Akademik mengemban dua peran sekaligus yaitu memberikan pelayanan kesehatan umum (Standar Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas B yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina pelayanan Medik Direktorat Pelayanan Medik dan Gigi Spesialistik Tahun 2005) serta peran sebagai center for excellent dengan menggunakan forum program pendidikan dan penelitian. RS Akademik UGM akan dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis UGM. Melalui Unit Pelaksana tersebut, RS Akademik UGM siap dikelola dan berorientasi kepada tercapainya kinerja operasional dan finansial rumah sakit yang baik dengan tetap mengedepankan fungsi sosial sebuah rumah sakit.
Disamping RS Akademik UGM sebagai RS pelayanan kesehatan umum juga sebagai RS pelayanan spesialis (misal : Pelayanan Jantung dan Kardo Vaskuler Invasive, Pelayanan Ginjal, Pelayanan Bedah Jantung, Pelayanan Mata spesialistik).
Orientasi Bangunan didesain dengan menggunakan arah orientasi bangunan Utara – Selatan. Keadaan ini meminimalisasi cahaya matahari langsung dari arah barat masuk ke bangunan dalam konteks area yang ada di daerah tropis. Pemilihan bentuk atap massa bangunan hunian menggunakan atap joglo untuk menonjolkan budaya jawa dan konteksnya untuk memenuhi konstruksi yang efisien dan mengakomodasi iklim tropis. Mengingat besarnya KDB, mengakibatkan lahan yang bisa terbangun hanya maksimal 20%, sehingga massa bangunan dipecah-pecah menjadi massa kecil. Pemecahan massa bangunan ini juga dimaksudkan untuk memaksimalkan cahaya matahari yang masuk dan penghawaan alami. Dengan memecah massa bangunan menjadi kecil maka didapat pengaturan optimum single loaded corridor.
Secara Umum, daerah hunian yang berisi rawat inap dan asrama dipisahkan dengan fungsi publik didesain secara berdekatan namun dengan pemisahan vertikal yang jelas. Fasilitas rawat inap diletakkan di lantai 2 dan fungsi public diletakkan di lantai dasar dan lantai 1. Potensi site memiliki 2 akses masuk dari sisi barat dan timur. Strategi yang di pakai untuk akses sirkulasi pemisahan daerah public di sisi barat dan daerah yang privat di sisi timur dengan pertimbangan sisi barat yang memiliki densitas lebih tinggi untuk kendaraan bermotor, Jalan sebelah barat memiliki lebar lebih besar, 12 meter, sedangkan jalan sebelah timur, 9meter. Oleh karena itu, jalur masuk utama atau umum diletakkan disebelah timur sedangkan jalur privat dan emergency masuk dari sebelah timur. Fungsi Layanan konsultasi rawat jalan diletakkan di sisi barat bangunan. Di daerah sisi barat diletakkan fungsi pelayanan poliklinik umum, poliklinik gigi, pelayanan spesialis dan radiologi. Hal ini menyebabkan daerah public diletakkan di sisi barat. Fasilitas yang terdapat di sisi timur termasuk instalasi bedah, laboratorium dan beberapa fasilitas penunjang. Fasilitas penunjang yang terdapat di sisi barat termasuk auditorium, bangunan penerima dan fungsi pelayanan. Di dalam fasilitas pelayanan sendiri terdapat poliklinik umum, poliklinik gigi, pelayanan spesialis dan radiologi. Auditorium diletakkan di daerah sisi area karena akses publik yang langsung dan dimungkinkan untuk mengakomodasi fungsi – fungsi public yang membutuhkan akses lebih cepat dan lebih besar. Fungsi Layanan konsultasi rawat jalan diletakkan di sisi barat bangunan. Pemulasaran Jenazah diletakkan di sisi belakang site, beserta dengan sirkulasi privat menuju daerah belakang seperti asrama, perpustakaan. UGD di diletakkan dekat terhadap jalan masuk darurat untuk mempermudah akses langsung mobil ambulance ke instlasai gawat darurat.
Landsekap dan ruang public terbuka.
Ruang – ruang taman diletakkan di dalam podium sebagai pelataran dalam yang dirasakan oleh pengunjung begitu memasuki Rumah Sakit Akademik Universitas Gajah Mada. Ruang taman ini juga sebagai tempat untuk membudidayakan taman obat tropis Indonesia dan selain berfungsi untuk meneduhkan , taman ini juga berfungsi sebagai tempat penelitian herbal.
Ruang terbuka publik diletakkan di lantai 2 [atap podium] sehingga menciptakan ruangan relaksasi bagi pasien dan plaza terbuka di atas langit. Dengan cara ini rumah sakit menjadi rumah sehat yang mendorong orang untuk sehat dari kegiatan relaksasi yang didiukung oleh segi arsitektural.
Principal : Realrich Sjarief
Collaborator : Meirisa Trinkawati, Mondrich Sjarief
DOT is in Shortlisted nomination of National library competition. The scheme offers a respond to national monument to the heart of the building. The zoning is distributed vertically where one stop shopping is placed on the 3rd floor. The Bulkiness of the massing is solved by splitting it into two thin slabs where sunlight comes into the inner courtyard in between. The discussion table has each view to the national museum which creates splendid experience for the meeting room. These approach composed a breathing building, a library which offers unique, creative function inside and monumental icon which based on function and historical context. Congratulation to the other team, our collegues who has won this competitions.
Desain galeri nasional ini terinspirasi indahnya langit dan hangatnya bumi, dengan intensi senafas dengan bangunan pusaka yang ada di tengah kompleks area Galeri Nasional Indonesia. Bangunan pusaka ini dibingkai dengan galeri yang merupakan representasi dari bumi dengan ekspresi tanaman, dan dilatarbelakangi langit yang adalah gedung perkantoran / administrasi dari bangunan nasional. Lobby diletakkan di gedung pusaka dimana keluar masuk pengunjung harus melalui gedung ini dengan menempatkan jembatan [skybridge] yang menghubungkan gedung galeri dengan gedung pusaka. Plaza penerima ditempatkan di sisi barat Galeri Nasional Indonesia membuka pedestrian masuk ke sisi sungai ciliiwung, disini konsep art plaza ditempatkan sepanjang axis barat – timur yang dilengkapi dengan art store di sisi utara dan selatan.
Perancangan Galeri Nasional ini didasarkan pada intensi untuk menjaga citra dari bangunan heritage dimana lebar muka lahan yang kecil yakni sebesar 70 m dibandingkan dengan lebar bangunan pusaka yakni sebesar 22 m. Oleh karea itu intervensi desain yang dipilih yaitu landsekap sebagai arsitektur sisi museum yang mengapit bangunan heritage. Konektifitas dipertahankan dengan akses publik dari monas [jalur bawah tanah] ke art shop yang terdapat pada ruang tengah galeri. Di dalam masterplan, isu keterhubungan ini berlanjut ke sisi sungai ciliwung sehingga memungkinkan adanya aktifitas seni di samping sungai. Secara umum pembangunan masterplan terbagi 2 tahap, tahap pertama berfokus pada bagian utama yaitu area galeri nasional. Pada tahap pertama diasumsikan pembebasan lahan masih dalam proses, sehingga pembangunan difokuskan pada pengembangan galeri nasional saja. Tahap pertama dapat berjalan secara mandiri yaitu sebagai fungsi pokok dari galeri nasional . tahap kedua dilakukan pada engembangan berikutnya saat pembebasan lahan sudah terlaksana. Pada tahap kedua, pembangunan dilakukan sebagai pendukung fasilitas galeri. Gedung konvensi, auditorium, dan hotel diletakkan di sisi utara dengan eksposure ke arah monas dan stasiun gambir.Massa bangunan secara umum, merespon 2 aksis utama. Aksis monumen nasional dan bangunan eksisting galeri nasional yang terhubung dengan stasiun gambir. Axis terhadap monas direalisasikan dengan jalur bawah tanah. Bagian depan dan belakang galeri nasional merupakan plaza terbuka yang dibhubungkan sebagai respon terhadap kawasan monas [depan] dan sungai ciliwung[belakang].
Secara umum Galeri Nasional Indonesia ini menggambarkan kesederhanaan arsitektur Indonesia yang selaras dengan alam tempat bersatunya bumi dan langit.
Galeri Nasional Indonesia#6
Bumi bertemu Langit
Principal Architect: Realrich Sjarief
Team Member : Happy Marfianta, Apriani Sarashayu, Septrio Effendi, Tatyana Kusumo, Miftahuddin Nurdayat, Maria Vania, Muhammad Iqbal Zuchri, Christiandy Pradangga, Donald Aditya, dan Mukhamad Ilham
Karya ini dipublikasikan pada bookgazine Archinesia volume 4. Cross-Border Architecture
Realrich Sjarief is in 50 Indonesian architects + Emergings book by Imelda Akmal Architecture Writer. Here is the description by Jakarta Post : Over the past decade, Indonesian architects have redefined and rediscovered Indonesian architecture. By consistently building and experimenting, they have created a new face for contemporary Indonesian architecture.
Their efforts have paid off. Now the world has begun to recognize the remarkable work of Indonesian architects, many of whom have won several contests.
Indonesians have also begun to acknowledge architecture by adoring tall buildings and skyscrapers that flourissh in cities across the country that have been designed by local architects.
No doubt Indonesian architects have shaped this country and its society. Through the distinctive character of Indonesian architecture that they have brought to the surface, they have changed the perspective about Indonesian architecture and changed society to be the part of architecture as well.
But who would care to write about the people who were in charge of constructing dreams in the concrete jungle? It could only be Imelda Akmal.
Local architects should give a toast to Imelda for publishing another architecture book, 50 Indonesian Architects + Emergings. Once again, she has proven her passion for architecture by publishing books. Earlier, she published Indonesian Architecture Now and Indonesian Architecture Now 2.
Imelda is one of a few architects who enjoy careers as architectural writers. With her team members at the Imelda Akmal Architectural Writers Studio (Studio IAAW), she has published over 70 architectural works, though she said that there were numerous Indonesian architects who had a tremendous amount of work experience who should write about architecture.
“It doesn’t mean that they can’t write. They just haven’t wanted to, though I think they are competent to write architectural reviews or probably architectural critiques. That’s why I always encourage my colleagues to start writing. I hope this book also can be a trigger,” Imelda said at the book’s launch at The Dharmawangsa, South Jakarta.
Her new book is comprised of 50 short profiles of well-known Indonesian architectural firms and 13 new architectural firms (the “emergings”), who are considered influential on Indonesian architecture these days.
Imelda and her team separated the groups based on their years of experience. The Indonesian Architects group was dominated by architectural firms that were formed at least five years ago, while the Emergings category has profiles of new firms established less than five years ago.
Those 13 young names on the Emergings list include 12akitek, Aboday, Avianti Armand, Boy Bhirawa, DX6, HMP Architects, Labo, Made Dharmendra, Parametr architecture, Realrich sjarief, SUB Studio, Suwardana Winata, and Zenin Adrian, while the 50 Architects category included big names such as Andra Matin, Baskoro Tedjo, Grahacipta Hadiprana, PTI Architects, Sardjono Sani, Urbane and Yori Antar.
Diri ini teringat betapa sudah beberapa puluh anak – anak yang ada di studio, dari dahulu hingga sekarang menemani malam – malam pembuktian yang panjang dan jam – jam workshop yang melelahkan. Saya seringkali menanyakan apa saja yang akan membuat orang- orang terbaik untuk tinggal di studio. Professor Danisworo membisikkan suatu waktu di acara archiworx, “Realrich, arsitek itu dasarnya adalah makhluk yang independen. “Pada saat itu pak Danis bercerita mengenai pengalamannya pada waktu membentuk Encona dan PDW dan dikelilingi oleh orang –orang terbaiknya yang datang dan pergi.
Pada waktu itu diri ini diselimuti pertanyaan kira – kira apa yang membentuk biro arsitek ini seharusnya. Budaya apa ? berpikir melalui kepala ini tidak keluar juga ? merasakan dengan hati juga tidak ada hasilnya ? menurut saya cerita ini justru muncul dengan adanya satu pencarian, refleksi mengenai apa sih rahasianya. Apa sih rahasia yang terbaik untuk meracik satu studio desain, selain tentu saja pengetahuan membuat ruang penuh filosofi, dan functionally beautiful dengan dimensi akan aktivitas dan performance yang terbaik dari aktifitas tersebut. Salah satu kunci bertanyalah pada batu bata, sensitiflah pada material, begitu catatan Kahn dalam intonasinya secara filosofis.
Pada bulan ini Maret 2012, seluruh pegawai kantor berjumlah 18 orang. Tidak termasuk dengan tukang – tukang kayu ataupun tukang listrik, tukang batu yang digaji perharian. Sangat kontras dari dua tahun yang lalu yang kita baru berjumlah 2 orang. Pada saat ini baiknya kita merenungkan sejenak apa cerita dibalik layar dari studio kecil ini. Diri ini mencoba berhitung secara total kira – kiraada 180 pekerjaan dalam satu tahun setengah ini. Sebuah angka yang terjadi dalam waktu yang tidak singkat membutuhkan beribu – ribu jam untuk bisa menyelesaikannya. Pekerjaan ada yang datang dan ada yang pergi, begitupun dengan tim yang selalu berubah. Dinamis lincah bergerak seperti awan membawa kesedihan dan kegembiraan di langit yang biru.
Aku teringat betapa diri ini harus berterima kasih sedalam – dalamnya kepada para designer yang ada di kantor ini. Dari kenakalan – kenakalan yang akhirnya membuahkan video klip singkat mengenai satu dan dua lagu yang sedang ngetrend pada saat itu, dengan orang- orang jenaka seperti wiwid, imal, Silvanus, Lia, Morian, dan Dicke dengan K – pop alirannya. Ataupun David dengan keisengannya yang fenomenal memasukkan tokoh doraemon kedalam salah satu desain bangunan yang sedang dikerjakannya ataupun masa ospek di kantor yang dijalaninya dengan hukuman membuka dan memimpin rapat dengan bahasa jawa timuran.
Ada juga ketercenganan dari Surya namanya yang membuat desain dengan segala sambung kayu, besi dan bautnya. Herannya, Surya dan David yang asal Surabaya ini, seringkali datang pada waktu sabtu atau minggu, mungkin saja kantor sudah menjadi rumah kedua bagi mereka yang anak perantau, jauh – jauh datang dari kampung halaman hanya untuk membuka mata dengan suasana Jakarta yang membisingkan. Banyak dari anak – anak di kantor adalah perantauan yang hidup nomaden, berpindah – pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Di dalam hati diri ini tersenyum apabila tempat ini bisa menjadi rumah kedua mereka.
Yang memukau juga kesediaan anak – anak kantor untuk selalu membuka diri akan pertanyaan, apakah ada yang lebih baik ?, Hal seperti ini sangat sulit untuk dilakukan bagi seorang designer. Diskusi demi diskusi dilakukan dengan jenaka, lontaran – lontaran celetukan yang menghidupkan suasana studio seakan – akan membuat design progress dan design produk yang fresh from the oven. Dari sketsa ke workshop. Adalagi tim sayap kiri dengan Adit, Randy, Hamu yang siap mengacau suasana dengan berceloteh atau berkomentar tentang teman – temannya yang pada akhirnya akan membuat riuh rendah di kantor, yang terkadang suaranya sampai ke jalan raya depan kantor, untungnya ibu saya adalah ketua RT di neighbourhood, jadi keributan ini bisa dimaklumi oleh tetangga . Memang berguna hal – hal seperti ini. He he…
Tim sayap kiri ini salah satunya adalah tipe yang disukai wanita dengan pesonanya celetuk anak – anak yang lain, yang satu adalah pemancing suasana, dan yang satu adalah arsitek melankolis dengan kemampuan lapangan yang luar biasa tajamnya. Sayang sang Jendral Workshop, Indra namanya, sudah keluar kota, keluar kantor maksudnya, kalau tidak tim sayap kiri ini akan semakin piawai dalam membuat keributan terutama kalau si jenderal baru saja memakan kambing yang membuat dirinya high.
Kita juga memiliki beberapa tipe rapat yang spontan saja dilakukan, sejak jaman wiwid, Imal, Sil, Toni, Morian, Lia, Bayu, . Dari rapat di hari valentine, rapat dengan bahasa sunda, ataupun berguling – guling di pantai Anyer. Mereka semua orang – orang terbaik yang fenomenal yang sekarang sudah terbang keluar kantor, keluar pulau, keluar kota ataupun keluar negeri.
Para wanita sayap kanan juga tidak ketinggalan dengan passionnya yang tekun menerus, satu persatu dengan hati – hati seluruh project dikerjakannya. Andhang, Raras, Emmy, Maria, meski dengan mata merah menahan kantuk seringkali, dan stress menarik garis yang tidak kunjung selesai, dateline yang menerpa setiap minggunya dengan masih sempat – sempatnya tertawa dalam penat yang diri ini tahu terkadang sulit mengusirnya.
Dan lagi terkadang Kita terkejut – kejut Andhang bisa muncul tidak terduga di hari – hari libur dan datang di hari kerja membawa foto – foto yang luarbiasa mengenai karya – karya kami.
Ini semua Outstanding, tim terbaik di dunia sudah mulai menampakkan batang hidungnya, saya tidak pernah melihat tim selengkap ini.
Belum lagi mas bambang yang dikenal sebagai magical man dan Mas Rudi Yanto yang dipanggil mas padahal ialah yang termuda, mewarnai keteknikan tim studio yang terlalu fluid dan melayang diatas awan. Awan itu pada akhirnya harus turun dan membumi, dari merekalah sentuhan itu tajam. Ada lagi menurut saya yang harus disebut dengan kredit yang luar biasa, tim – tim awal studio seperti Meirisa, wiwid, Reinard, Refano, Sapta, Meilani, Bismo, Lia, Toni, dan anak – anak yang melakukan internship di Studio ini dalam gelak tawanya sendiri. Total kami sudah memenangkan dua digit kompetisi nasional sejak terbentuknya, dan dua digit project yang akan terbangun di tahun ini.
Setiap studio desain tentu saja memiliki kekuatan ide yang spesial di setiap langkah – langkahnya. Dengan pendekatan empiricism atau rationalismnya. Ide bisa dicari – cari dimana – mana, termasuk dengan menatap alam pun kita bisa mendapatkan ide yang tak terhingga banyaknya. Gabungan antara art dan teknik itulah yang membentuk arsitektur kata Ruskin. Herannya diri ini merasakan mengenai gairah dan kekuatan penghargaan di arsitektur. Saling menghargai di dalam tim studio adalah satu harta yang priceless.
Diri ini tidak tahu apa yang ada di dalam kantor ini, kesedihan ketika satu persatu anak kantor ini pergi juga kegembiraan begitu ada yang bergabung menjadi keluarga. Namun salah satu asset yang paling berharga dalam studio kami adalah pada saat kita tertawa bersama – sama karena satu hal yang biasa – biasa saja.
Ada juga satu anak, Lisa namanya, yang gemar untuk berceloteh untuk mengomentari teman – temannya,di siang bolong ataupun di saat – saat malam – malam lembur, ia membantu untuk menimbulkan celoteh yang lain, yang pada akhirnya ia menjadi pusat perhatian untuk dicelotehi. Sehingga ia mendapatkan title celoteh Lisa untuk sesi celotehnya untuk menjadi satu superstar di warga perkampungan >O+
Ada juga yang tidak mau memperkenalkan kekasih hatinya kepada anak – anak kantor dan diakhiri dengan anak tersebut dikejar – kejar sampai ia lari terbirit – birit begitu kekasihnya datang membawa helm dan meminta kekasihnya menunggu 200 meter jauhnya dari kantor di satu pos satpam. Ada – ada saja kelakuan anak – anak ini.
Dan saya pun baru menyadarinya ternyata selama ini harta studio yang paling berharga adalah kebahagiaan dalam tawa. Ketika kita tertawa,
The secret is the laughter… oleh karena itu mungkin besok kita akan canangkan bagaimana motto kantor Gaul Asik Cool Professional bisa lebih melekat tentunya untuk membentuk kantor arsitek terbaik di dunia dengan passion terbaik di dunia. Mulai Besok banyak – banya tertawalah dikantor, karena itulah rahasia utamanya …
[RS]
diri ini kemudian juga teringat akan bingkisan kalimat yang diberikan IP.
Pak Realrich Sjarief and DOT’s family members
Simple dream, simple act, great impact
In DOT Workshop I learn
Work in family
Work with care
Work with fun
Work with laugh
Work in good mood
Work with love
It’s not office
It’s home
It’s not duty
It’s a pleasure
Then,
Attitude
Responsibility
Respect
Dicipline
Will be created by itself
It’s pleasure and honor to meet these amazing and creative family
IP
membuat diri ini bersyukur akan adanya tempat ini
RAW is finalist of Pasar Johar Semarang Competition. Here is the description of the scheme : Ini adalah kompetisi arsitektur yang sangat menarik karena konteks budaya dan keterbatasan lahan di lokasi yang sangat prestisius di pusat kota Semarang. Sebuah pengembangan dimana suasana di lantai dasar memiliki peranan penting. Suasana lantai dasar dimana anak – anak kecil bisa bermain, warga bisa berolahraga, dan adanya sentuhan alam dan budaya yang kuat, jajanan pasar, dan permainan olahraga tradisional. Vista yang terbentuk dengan koridor budaya yang ada di pasar johar akan membentuk retail walk yang membujur dari sisi utara ke selatan dimana suasana tradisional market akan dijaga. Sebuah aset dari kota semarang
Alun – alun sendiri sejarahnya merupakan sebuah tanah lapang luas yang digunakan para jama’ah dan merupakan halaman depan dari keraton / pusat pemerintahan. Konsep ini merupakan solusi jalur perdaganan dimana keraton, tempat ibadah, dan pusat keramaian berada pada satu tempat. Alun – alun Semarang pada tahun 1935 berlokasi di depan masjid Kauman. Walau memang daerah tersebut memiliki banyak permasalahan seperti banjir, rob, kemacetan dan banyaknya pedagang yang berdagang dan membuat kemacetan namun aktivitas tersebut merupakan aset sejarah dan budaya yang sangat berharga untuk tetap dijaga dan dilestarikan. Konsep desain pasar Johar ini berbasis pada usaha pengembalian fungsi alun – alun sebagai respon dari minimnya Ruang terbuka hijau di kawasan pasar johar yang sekarang hanya berkisar 6 % dengan mengakomodasi keberadaan pedagang. Alun – alun pasar Johar sebagai Jantung Kota Semarang.
Disini konsep pengembangan Pasar Johar didasarkan pada paradigma Neo Modernis dengan perpaduan bentuk yang rasional dengan keinginan untuk menciptakan design yang berpusat pada pembentukan courtyard untuk menciptakan cross air ventilation, dan memasukkan cahaya kedalam bagian tengah massa yang relatif dalam.
Team Leader/Principal Architect : Realrich Sjarief
Team Member : Anastasia Widyaningsih, Lia Kurnia Dewi, Refano Citra, Silvanus Prima
Artikel dibawah ini sangat menarik, untuk oase di tengah – tengah kesibukan yang menghampiri. terkadang memang kita membutuhkan dorongan, terutama dari orang – orang terbaik di sekitar anda :)
Olimpiade 1992 di Barcelona, Spanyol menampilkan banyak hal yang sangat menakjubkan bagi para pengamatnya. Tayangan ulang salah satu pertandingan atletik selalu hidup dalam kenangan saya. Atlet Derek Redmon dari inggris memiliki hasrat seumur hidup untuk memenangkan medali emas dalam lomba 400 meter. Peluangnya untuk meraih mimpi itu meningkat ketika letusan pistol menandai dimulainya babak semifinal di barcelona. Redmon berlari dengan baik sekali, dan garis finish sudah di depan mata ketika ia berbelok di ujung yang jauh dari penonton. Tiba – tiba musibah itu datang. Ia merasakan nyeri yang dahsyat sekali di bagian belakang kakinya. Ia tersungkur di lintasan, muka terlebih dahulu, dan mengalami cedera pada otot hamstring sebelah kanan.
” Tidak banyak yang lebih dahsyat di dunia ini selain dorongan yang positif. Sebuah senyum. Sepatah kata tentang optimisme dan pengharapan. Sebuah ungkapan “kamu bisa” ketika kesulitan sedang melanda. ” Richard M. Devos
Olimpiade 1992 di Barcelona, Spanyol menampilkan banyak hal yang sangat menakjubkan bagi para pengamatnya. Tayangan ulang salah satu pertandingan atletik selalu hidup dalam kenangan saya. Atlet Derek Redmon dari inggris memiliki hasrat seumur hidup untuk memenangkan medali emas dalam lomba 400 meter. Peluangnya untuk meraih mimpi itu meningkat ketika letusan pistol menandai dimulainya babak semifinal di barcelona. Redmon berlari dengan baik sekali, dan garis finish sudah di depan mata ketika ia berbelok di ujung yang jauh dari penonton. Tiba – tiba musibah itu datang. Ia merasakan nyeri yang dahsyat sekali di bagian belakang kakinya. Ia tersungkur di lintasan, muka terlebih dahulu, dan mengalami cedera pada otot hamstring sebelah kanan.
Berikut ini laporan tentang kejadian itu yang ditulis oleh Sports illustrated:
Sewaktu para petugas medis menghampirinya, Redmond berjuang untuk berdiri sendiri. “itu naluri hewani,”
katanya belakangan. Ia melompat – lompat dengan sebelah kakinya dalam upaya mati – matian untuk menyelesaikan lomba. Ketika ia tiba di lintasan lurus menjelang finish, seorang lelaki tinggi besar mengenakan T – Shirt keluar dari barisan penonton, menyingkirkan seorang petugas keamanan yang mengahalangi, langsung berlari mendekati Redmond dan memeluknya. Orang itu Jim Redmond, ayah Derek. ” Kamu tidak harus melakukan ini,” katanya kepada putranya yang terisak. “Aku harus, ” sahut Derek. “Kalau begitu,” kata jim,” kita menuju ke finish bersama – sama.”
Mereka berlari bersama – sama. Kendari harus bersikeras dengan petugas keamanan, sambil kadang – kadang membiarkan kepala anaknya bersandar pada pundaknya, mereka tidak meninggalkan lintasan menuju ke garis finish. Para penonton ternganga, kemudian bangkit dan bersorak sorai dengan keharuan yang mendalam.
Sungguh pemandangan yang dramatis! Derek Redmond gagal mendapatkan medali emas, tetapi ia meninggalkan Barcelona dengan sebuah kenangan sangat indah tentang seorang ayah yang segera meninggalkan bangku penonton untuk ikut menanggung penderitaan yang dialami oleh sang putra. Bersama – sama mereka akhirnya sampai ke garis finish.
Tidak ada orang hidup yang belum pernah mengalami kekecewaan ketika harapannya tidak tercapai. Kenyataan tidak selalu terwujud seperti yang kita rencanakan dalam upaya meraih cita – cita kita. Hambatan – hambatan tidak diharapkan, kejadian – kejadian tidak terduga, atau situasi di luar kendali dapat membuyarkan semangat kita. Betapa cepat lunturnya pengharapan kita ketika tiba – tiba kita menemui kegagalan, rasa malu dan celaan.
Sebuah ungkapan yang membesarkan hari ketika kita sedang mengalami kegagalan lebih berharga daripada hujan pujian sehabis mengalami keberhasilan. Orison Swett Marder berkata, ” Tidak ada obat seperti harapan, tidak ada insentif begitu besar, tidak ada obat kuat seperkasa ungkapan harapan bahwa esok segalanya akan lebih baik.” Anda dapat menjadi pembagi harapan yang akan membebaskan seseorang dari beban masa sekarang dan mengantarnya ke kemungkinan – kemungkinan dimasa mendatang.
Memahami betapa cepat momentum yang dapat ditimbulkan oleh suatu musibah mendadak dapat meningkatkan kepekaan kita terhadap perasaan orang lain ketika kekecewaan merusak peraihan mimpi – mimpi mereka. Ada saat seperti itulah orang memerlukan seseorang yang peduli kepada mereka dan bersedia meluangkan waktu untuk menemani mereka. Tunjukkan kepada mereka bahwa anda menyertai dan menemani mereka. Tawarkan pundak anda untuk mereka sandari ketika mereka kelelahan atau menahan nyeri. Mereka mungkin tidak mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan, tetapi mereka tidak pernah pernah melupakan orang yang mengangkat mereka ketika sedang jatuh. dan itu sangat layak untuk dilakukan
ya memang kita setiap orang memerlukan orang – orang terdekat kita untuk selalu mendukung segala jalan yang kita tempuh. Dan aku bersyukur dan beruntung bahwa aku memiliki orang – orang terdekat yang selalu mendukung segala langkah ini.
Ini adalah kompetisi arsitektur yang sangat menarik karena konteks budaya dan keterbatasan lahan di lokasi yang sangat prestisius di pusat kota Semarang. Sebuah pengembangan dimana suasana di lantai dasar memiliki peranan penting. Suasana lantai dasar dimana anak – anak kecil bisa bermain, warga bisa berolahraga, dan adanya sentuhan alam dan budaya yang kuat, jajanan pasar, dan permainan olahraga tradisional. Vista yang terbentuk dengan koridor budaya yang ada di pasar johar akan membentuk retail walk yang membujur dari sisi utara ke selatan dimana suasana tradisional market akan dijaga. Sebuah aset dari kota semarang
Alun – alun sendiri sejarahnya merupakan sebuah tanah lapang luas yang digunakan para jama’ah dan merupakan halaman depan dari keraton / pusat pemerintahan. Konsep ini merupakan solusi jalur perdaganan dimana keraton, tempat ibadah, dan pusat keramaian berada pada satu tempat. Alun – alun Semarang pada tahun 1935 berlokasi di depan masjid Kauman. Walau memang daerah tersebut memiliki banyak permasalahan seperti banjir, rob, kemacetan dan banyaknya pedagang yang berdagang dan membuat kemacetan namun aktivitas tersebut merupakan aset sejarah dan budaya yang sangat berharga untuk tetap dijaga dan dilestarikan. Konsep desain pasar Johar ini berbasis pada usaha pengembalian fungsi alun – alun sebagai respon dari minimnya Ruang terbuka hijau di kawasan pasar johar yang sekarang hanya berkisar 6 % dengan mengakomodasi keberadaan pedagang. Alun – alun pasar Johar sebagai Jantung Kota Semarang.
Disini konsep pengembangan Pasar Johar didasarkan pada paradigma Neo Modernis dengan perpaduan bentuk yang rasional dengan keinginan untuk menciptakan design yang berpusat pada pembentukan courtyard untuk menciptakan cross air ventilation, dan memasukkan cahaya kedalam bagian tengah massa yang relatif dalam.
Credit to team member of D O T (Design Oriented Territory) : Anastasia Widyaningsih, Lia Kurnia Dewi,
Sudah 43 tahun sejak Ian Mcharg mempublikasikan hasil risetnya design with nature pada tahun 1967 mengenai kerusakan lingkungan dan adanya degradasi lingkungan di dunia. Istilah – istilah seperti green, ecological design, sustainable design pun mulai muncul dan sebenarnya memiliki artian yang sama dan terkadang menyesatkan dengan banyaknya publikasi dan tulisan mengenai istilah – istilah tersebut.
Istilah sustainable sendiri mulai diperbincangkan sejak brundtland commision menuliskan definisi dari sustainable development di tahun 1980. Yang kemudian diikuti oleh kesepakatan bersama di rio summit di tahun 1992. Dimana sustainable didefinisikan sebagai “sebuah pengembangan untuk memenuhi kebutuhan masa sekarang dengan tidak mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. “ Steele (2005:6)
Definisi arsitektur pun berkembang dari definisi pertama yang ditengarai oleh John Ruskin dan William morris bahwa arsitektur adalah penggabungan antara Building dan Art. Di saat sekarang ini , Conway Roesnich(1994:8). Arsitektur sendiri tidak bisa lepas dari teknologi untuk memaksimalkan kinerja system bangunan khusnya pada bangunan bertingkat tinggi. Oleh karena itu definisi Arsitektur bisa saja berubah menjadi perpaduan antara building + art + teknologi. Debat dan argumentasi bagaimana kita mendesain untuk meminimalisasi dampak bangunan terhadap lingkungan terus bergulir dalam berbagai macam studi salah satu studi yang patut untuk diberi catatan yaitu studi yang dilakukan oleh Malcolm B. Wells di dalam thesisnya Gentle Architecture mengenai dampak suatu bangunan yang ada didalam satu lingkungan. Ia memperbandingkan antara performa bangunan kantor (suburban design lab) yang ada di dalam tanah / basement (lihat figur 2) dengan 3 tipe lahan yang lain yaitu : Hutan Belantara, lahan pertanian kosong, dan tengah kota manhattan, Wells(1971:92-97).
Suburban design Lab adalah sebuah bangunan dengan fungsi kantor yang diletakkan di dalam tanah / basement dengan bukaan void untuk memasukkan cahaya matahari di iklim sub tropis karena suhu udara yang didapatkan terbukti relatif konstan dan ideal, efek pemanasan yang terjadi relatif kecil di kala terik yang ekstrim, dan tidak dibutuhkan perawatan ruang luar dengan menjadi ruang atap dan ruang luar seperti di hutan belantara. Perlu dicatat bahwa suburban research lab berdiri di iklim subtropis dimana memiliki perbedaan suhu ekstrim. Salah satu kelemahan dari skema ini adalah biaya inisiasi yang mahal. Studi yang dihasilkan membuktikan bahwa meskipun suburban research lab didesain dengan memaksimalkan efisiensi energi. Meksipun efisiensi yang dihasilkan maksimal namun performa yang dihasilkan masih sangat jauh dibandingkan dengan performa hutan belantara. Studi ini dilakukan pada tahun 1969. Thesis ini membuktikan bahwa usaha terbaik untuk menjaga alam dengan tidak menyentuhnya sama sekali.
Namun harus diingat bahwa di tahun 1969 Suburban research lab tidak mampu mengolah air kotor menjadi air bersih, tidak mampu menyerap energi matahari, tidak mampu mendaur ulang sampahnya. Seperti kita lihat itu yang terjadi di tahun 1969 karena teknologi pada saat itu tidak mampu untuk melakukan hal tersebut
Pertanyaannya adalah apa yang bisa dilakukan di masa depan ?
Penggunaan teknologi, pendefinisian fungsi ruang komunal, dan inovasi strategi perencanaan akan memegang peranan penting di masa depan, terutama pada masyakarakat metropolitan. Di negara maju terjadinya perubahan pola kerja masyarakat modern karena dampak industrialisasi disebabkan pertumbuhan teknologi informasi yang terjadi sepanjang tahun 1960 – 1970 mengakibatkan kebutuhan untuk berkerja lebih lama di kantor. Sehingga pola ini menuntut sebuah kebutuhan untuk berinteraksi dan menggunakan ruang komunal di area . Kebutuhan akan ruang – ruang komunal inilah kemudian yang diakomodasikan ke dalam tower pencakar langit. Istilah yang disebut ken yeang, Bio climatic tower. Ide ini diwujudkan pada tahun 1992 menjadi dengan bangunan menara mesin niaga yang memiliki taman gantung diatas setinggi 3 lantai yang ditanamai oleh tanaman lebat. Foster and partners memiliki inovasi sebelum adanya istilah bioclimatic tower dari Ken Yeang melalui konsep taman gantung dalam desain Hongkong and Shanghai Bank Headquarters yang dibangun pada tahun 1979 – 1986. dimana bentuk massa dari HSBC tower masih berbentuk dual aspect slab (massa dua sisi terbuka). Yang merupakan turunan dari konsep Le Corbusier dalam Radiant city , City for tomorrow ataupun L unite d habitation dengan strategi untuk membuka kedua sisi bangunan dengan bukaan untuk membiarkan cahaya matahari dan udara segar dengan kedalaman sebesar kurang lebih 24 m.
konsep dual aspect slab ini disempurnakan oleh Commerzbank Headquarter di Berlin, dimana ini diklaim sebagai world’s first ecological tower yang dibuat pada tahun 1991 sampai dengan 1997 dimana setiap lantai kantor mendapatkan pencahayaan alami. Dengan jendela yang bisa dibuka membuat penggunanya mampu mengontrol iklim mikro. Dengan hal tersebut nyata – nyata mampu menurunkan konsumsi energi yang ekuivalen dengan setengah dari konsumsi energi desain kantor konvensional. Taman gantung di atas langit ini memainkan peranan untuk memasukkan cahaya matahari, udara segar, dan menyediakan tempat untuk relaksasi ketika jam istirahat.kantor . Di lantai dasar terdapat restaurant dan café yang memiliki relasi dengan ruang terbuka dengan meminjam konsep borrowed landscape dari konsep arsitektur jepang.
Usaha untuk meminimalkan dampak terhadap alam terutama untuk tipologi bangunan berskala kecil dan berlantai rendah terlihat dalam desain Glenn Murcutt dimana terdapat beberapa kecenderungan dari pengambilan keputusan desain seperti : 1. meminimalkan bidang yang bersentuhan dengan tanah dengan konsep pilotis. 2. Memaksimalkan view ke arah luar. 3. memanfaatkan sirkulasi udara didalam bangunan. 4. Penggunaan kulit bangunan 3 lapis yang bisa diatur posisinya oleh pengguna.
Sistem bangunan yang ada bersifat sangat sederhana dengan prinsip – prinsip yang rasional namun mampu menampilkan kualitas melalui penemuan – penemuan Glenn yang diakuinya ada di perjalanan desain bersama klien yakni pendekatan desain yang strategi perencanaan yang rasional, efisien dan responsif terhadap terhadap iklim, kondisi eksisting lahanseperti aliran air, kondisi matahari, geomorfologi lahan.
Ada satu Quote dari Glenn Murcutt dalam pameran hasil karya beliau di Museum of Sydney di bulan Desember 2009 yang menurut saya sangat menarik untuk dipikirkan,
“Works of Architecture are discovered, not designed. The creative process is a path of discovery. The hand makes drawings and arrives at solutions before the mind has even comprehended them. It is very important to me to make buildings that work like instruments. They respond to light, to the movements of the air, to prospect, to the needs of comfort. Like musical instrument, they produce the sounds and the tones of the composer. But I’m not the composer. Nature is the composer. The light and sounds of the land are already there. I just make instruments that allow people to perceive these natural qualities. ‘Glenn Murcutt.
Penutup
Seorang arsitek tidak bisa menyelesaikan permasalahan ekologi lingkungan keseluruhan, namun arsitek bisa mendesign bangunan yang memiliki efisiensi energi tinggi sehingga penggunaan energi dalam bangunan bisa ditekan serendah mungkin. Selain dari desain dan hal ini bisa diterapkan dari segi peraturan yang bersifat sertifikasi. Cara – cara ini sudah dicoba oleh beberapa lembaga seperti USGBC (united States Green Building Council) adalah dengan membuat peringkat penghargaan untuk bangunan – bangunan yang mampu melakukan efisiensi energi dengan predikat Platinum, Gold, Silver. Banyak Negara – Negara di dunia yang sudah memiliki peringkat penghargaan seperti ini (Green Rating) seperti Amerika dengan LEEDS, Inggris dengan BREAAM, Australia dengan Nathers, BASIX, Green Star. Dan GBCI dikabarkan sedang menyusun sebuah green code untuk Indonesia. Ada baiknya apabila sebuah sertifikat tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk menilai namun juga sebagai alat untuk mendesain yang apabila diikuti maka akan mendapatkan sertifikasi penghargaan yang tentu saja menghasilkan bangunan yang memiliki respon sangat baik terhadap alam.
sebagai penutup Mcharg pernah menulis dalam Design with Nature, “I hope that in the 21st centure the largest accomplishment of art will be to restore the earth.” Mungkin saja harapan Mcharg akan menjadi kenyataan setidaknya di abad ini.
Referensi :
Conway, H. Roesnich, R. 1994, Understanding Architecture, Routlege, London, pp. 8
Murcutt, G. 2008, Thinking Drawing / Working Drawing, TOTO shuppan, Japan, pp. 91 – 92
Mcharg, I. 1992, Design With Nature, John Wiley & Sons, Inc, Canada, pp 180
Steele, J. 2005, Ecological Architecture: a critical history, Thames & Hudson, London, pp. 6
Wells, M.B.1971, ‘The absolutely constant, inconstestably stable architectural value scale,’ Progressive Architecture, vol.52 no 3, pp 93
Tidak Berbuat apapun bagi sesama berarti tidak berbuat apapun bagi diri sendiri. Kita harus dengan sengaja bersikap ramah dan murah hati kecuali bila kita ingin menyia – nyiakan bagian terbaik dari keberadaan kita. Hati yang direlakan berkarya akan mendapatkan kepenuhan dalam kebahagiaan. Inilah rahasia dari kehidupan di bawah permukaan Kita berbuat yang terbaik bagi diri sendiri dengan berbuat sesuatu bagi orang lain. Horace Mann
Pada suatu masa, Tanah persia pernah diperintah oleh seorang syeh bijaksana dan sangat dicintai rakyatnya. Syeh ini peduli sekali kepada rakyatnya dan keinginannya hanya berbuat yang terbaik bagi mereka. Rakyat Persia tahu bahwa syeh mereka mau menangani masalah – masalah mereka secara pribadi dan memahami pengaruh keputusan – keputusannya bagi hidup mereka. Secara berkala ia menyamar dan berkeliling ke jalan – jalan, mencoba menyaksikan hidup melalui cara pandang mereka.
Pada suatu hari ia menyamar sebagai seorang penduduk desa yang miskin lalu pergi ke tempat pemandian umum. Di sana banyak orang yang sedang menikmati saat – saat santai sambil bersosialisasi. Air di pemandian itu dihangatkan dengan api dari sebuah tungku di gudang bawah tanah, dan di situ ada seorang laki – laki yang bertanggung jawab mengusahakan agar tingkat kehangatan air di pemandian tetap nyaman. Syeh sengaja pergi ke ruang bawah tanah untuk menjenguk lelaki yang tanpa kenal lelah menunggui api.
Kedua orang itu makan bersama dan syeh berhasil menjalin persahabatan dengan lelaki yang kesepian itu. Hampir setiap hari sampai berminggu – minggu, penguasa negeri tersebut berkunjung ke tempat kerja sang penunggu api. Dalam waktu singkat orang asing itu menjadi terbiasa dengan sang tamu karena seringnya ia datang ke situ. Belum pernah ada orang lain yang menunjukkan perhatian atau kepedulian semacam itu kepadanya.
Pada suatu hari sang syeh menyingkapkan jati – dirinya yang sebenarnya . Ini sebuah langkah yang berisiko, sebab ia takut orang tadi akan meminta hadiah atau pemberian istimewa darinya. Namun diluar dugaan, teman baru sanga pemimpin itu hanya memandang ke dalam matanya sambil berkata, “Yang Mulia bersedia meninggalkan kenyamanan istana dan kemuliaan yang mulia untuk duduk menemani saya di ruangan gelap yang seperti penjara bawah tanah ini. Yang Mulia bersedia makan makanan saya yang tidak lezat dan dengan tulus menunjukkan kepedulian atas hidup yang saya jalani. Kepada orang lain Yang Mulia mungkin telah menganugerahkan uang atau barang berharga, tetapi kepada saya Yang Mulia telah memberikan yang terbaik, Yang Mulia telah memberikan diri Yang Mulia sendiri.
Selama ribuan tahun, orang telah mencoba menggali apa saja yang mendasari hubungan antar manusia. Dengan semua falsafah , teori, dan spekulasi itu, hanya satu prinsip yang tampaknya tampil paling menonjol. Prinsip itu bukan barang baru sama sekali. Sesungguhnyalah, prinsip itu hampir sama tuanya dengan sejarah sendiri. Prinsip itu telah diajarkan di Persia lebih dari tiga ribu tahun yang lalu oleh para pendeta Zoroaster kepada para pemuja api yang percaya kepada mereka. Konfusius menekankan prinsip ini di Cina dua puluh empat abad yang lampau. Di lembah Han hidup para pengikut Taoisme. Pemimpin mereka, Lao – Tzu mengajarkan prinsip yang sama dengan sungguh – sungguh. Lima ratus tahun sebelum Masehi, Buddha mengajarkannya kepada murid – muridnya di tepi sungai suci Gangga, Naskah – naskah Hinduisme mengangkat prinsip yang sama lebih dari seribu lima ratus tahun sebelum masehi. Sembilan belas abad yang alalu, Yesus mengajarkan prinsip yang juga sama kepada murid – murid dan pengikutnya. Ia meringkasnya dalam satu ungkapan:”Perbuatlah kepada orang lain apapun yang engkau ingin orang lain perbuat kepadamu.”
Sikap tidak mementingkan diri sendiri yang memungkinkan kita memberikan diri kepada orang lain barangkali tidak akan menjadi pelajaran yang diutamakan dalam pendidikan di sekolah – sekolah masa kini. Kendatipun kita hidup dari apa yang kita dapatkan, ganjaran yang sejati kita peroleh dari apa yang kita berikan. Anda tidak akan menikmati hari – hari yang memuaskan, bahkan meskipun Anda mungkin tergolong sukses menurut tolak ukur yang berlaku di masyarakaat, kecuali bila Anda telah berbuat sesuatu bagi seseorang yang tidak akan pernah mampu membalas perbuatan baik Anda.
Ditengah hiruk pikuk kegiatan dalam dunia yang sangat kompetitif ini, luangkan waktu dalam beberapa hari mendatang untu merenungkan pemikiran Harold Kushner : ” Tujuan hidup ini bukan untuk menang. Kita hidup agar berkembang dan saling berbagi. Anda akan mendapatkan kepuasan lebih banyak dari kebahagiaan yang Anda datangkan ke dalam hidup orang lain daripada yang akan Anda dapatkan ketika Anda mengungguli dan mengalahkan mereka.
Saya berpikir bahwa tulisan dari Glenn ini akan mewarnai kehidupan kita untuk saling berbagi dan menghargai sesama, sama seperti diri ini yang masih jauh dari sempurna untuk menjalai kehidupan yang menciptakan perubahan dalam hidup sesama.
“Jika Anda ingin orang lain menghormati Anda, Anda harus menunjukkan hormat Anda kepada mereka… Setiap orang ingin merasakan bahwa ia diperhitungkan, bahwa ia penting bagi orang lain. Pada umumnya, orang akan memberikan kasih sayang mereka, rasa hormat mereka dan perhatian mereka kepada orang yang memenuhi kebutuhan tersebut dalam dirinya.
Kepedulian kepada orang lain umumnya mencerminkan kepercayaan kepada diri sendiri dan kepercayaan kepada orang lain” Ari Kiev
Ketika menengok ke masa silam, Anda akan menemukan bahwa saat – saat ketika Anda merasakan hidup dalam kepenuhan adalah saat – saat ketika Anda telah berbuat sesuatu dalam semangat kasih. Henry Drummond.
Selamat menikmati hari Minggu terbaik dalam hidup anda, God Bless You All.
Architectonic Formation is in Elle Decor 8th Edition
Established as the international home style magazine, it is the only truly global brand in the sector of home and interior magazines. Upscale and contemporary, its mission is to encourage readers to express themselves an their tastes through their surroundings. As a source of inspiration and practical ideas, it combines aspiration with achievable and stimulates the desire for style and quality throughout the home. It is the authoritative guide on a multitude of styles, from cutting-edge innovations to the classics in interior design, it anticipates future trends and showcases designers from all over the world. Each edition is a local magazine create Indonesian edition was launched on February 2010.
Publishing HousePT TRINAYA TIRTA
Language INDONESIAN
City JAKARTA
Type of media CONSUMER MAGAZINES
Editorial content HOMEINTEREST
Geographic Coverage NATIONAL/SEMI-NATIONAL
Published MONTHLY
RAW is finalist of Landscape Centrum University of Indonesia Competition. Here is the description of the scheme, Eco Centrum. Desain Proyek ini terinspirasi dari apa yang ada di sekitar daerah centrum dan apa yang ada di dalam daerah centrum, mulai dari batas lahan, yakni lahan sebesar 25 hektar dengan potensi sabuk hijau hutan karet sebesar 3 hektar dan potensi sabuk biru danau kenanga sebesar 5 hektar,
Konsep perancangan centrum UI kemudian didasarkan dari superimposisi terhadap potensi alam dan potensi node – node yang mampu mengaktivasi daerah ini sehingga mempunyai impian supaya lansekap centrum UI menjadi daerah yang memiliki respons yang baik terhadap isu berkelanjutan lingkungan
Konsep yang pertama, daerah UI difokuskan menjadi area pejalan kaki dan pengendara sepeda dengan pengembangan superblok. Konsep yang kedua, area pengembangan memfokuskan pada isu konektivitas node – nodel transportasi dengan jalur pedestrian dan jalur sepeda dengan jarak maksimum 200m. Konsep yang ketiga menghubungkan hutan karet di sisi barat dan timur untuk membentuk sabuk hijau yang menjaga habitat alami khususnya pepohonan karet dan habitat rayap, dengan pengembangan centrum UI lebih lanjut pepohonan karet akan diteruskan dari sisi selatan ke utara, membentuk sabuk hijau sehingga akan membentuk hutan seluas 6.5 ha dan setara dengan 650 parkir. Dan menurunkan suhu sebesar 3 sampai 5 derajat celcius. Konsep yang keempat, meningkatkan konktifitas tata air dengan tempat penampungan air sementara dengan sistem pintu air, untuk membentuk sabuk biro yang menjadi tempat berkumpulnya kalangan UI, Konsep yang kelima yaitu mengaktivasi daerah centrum dengan memaksimalkan potensi alam dan eksisting dengan program – program kreatif seperti kafe – kafe terbuka, galeri – paviliun terbuka, taman bunga, tempat pemancingan mahasiswa, toko buku penerbit ui dikombinasikan dengan toko buku komersial, ,toko cinderamata UI. Dengan jarak minimum 200 m satu sama lain.
Keseluruhan jalur transportasi berpusat di tengah menuju bioklimatik tower yang merupakan pusat dari jalur sepeda dan jalur pedestrian sekaligus sebagai menara observasi, pusat daur ulang, ruang mekanikal elektrikal dari daerah centruk ui dengan integrasi jalur listrik dan penempatan turbnin angina dan solar photo voltaic untuk mendukung fungsi riset terhadap energi terbarukan. Penempatan tanaman dibedakan ke dalam 6 karakter lahan berbeda membentuk warna – warni dalam struktur eco centrum sebuah pengembangan yang berbasiskan, keberlanjutan lingkungan dengan memaksimalkan konektifitas dan mengaktifasi centrum UI dengan program – program kreatif menuju kondisi ideal, carbon zero campuss.
Team Leader : Realrich Sjarief
Team : Anastasia Widyaningsih, Lia Kurniadewi, Silvanus Prima Prayektianto
Konsep desain kompleks vokasi UI ini didasarkan pertimbangan atas 3 aspek, pertama, desain bangunan yang sesuai dengan iklim tropis. Kedua, desain bangunan yang kontekstual dengan pencitraan ui, dan ketiga, desain bangunan yang mampu memanfaatkan potensi lahan semaksimal mungkin. Penataan masterplan didasarkan dari penempatan ‘learning promenade’ di axis utama lahan yang menghubungkan node potensial transit oriented development dari Universitas Indonesia di titik selatan dengan node potensial titik wisata air amphi teater yang ada di sisi utara. Di sepanjang learning promenade ini diletakkan fungsi – fungsi untuk mengaktifasi kehidupan kampus vokasi. Di sini ada mahasiswa yang membaca buku di perpustakaan linear sepanjang learning promenade, disini ada juga café untuk para mahasiswa dan dosen berinteraksi, potensi landsekap yang mengikuti kontur juga bisa di optimalkan.Daerah kompleks vokasi ini juga akan rimbun akan pepohonan diantara massa yang menghadap utara dan selatan sehingga bayangan yang ada akan mereduksi panas dari sinar matahari di lantai dasar. Vista yang terbentuk ketika memasuki kompleks vokasi dari arah selatan terbentuk dari 3 elemen yaitu : vista menuju amphiteater air, vista transparansi massa gedung perpustakaan di sisi barat juga vista café menuju sungai dengan wisata air, dan vista di sebelah barat berupa alokasi lahan untuk taman obat untuk program kedokteran.
Ide perancangan dari kompleks Vokasi UI merupakan rangkaian dari 3 noda utama yaitu, – Kondisi eksisting yang berbatasan dengan sungai yang membelah dari utara ke selatan yang menjadi bagian interaksi dengan air, – Jalan disisi selatan yang merupakan titik pusat perhentian bus kampus dan – Jalan di sisi barat yang merupakan area servis GKU dan parkir belakang. Pembagian ini didasarkan dari pembagian fungsi-fungsi terbesar dengan anggota terbesar, seperti kedokteran dengan p’rodi baru, hokum, dan vokasi campuran. Hirarki ini juga didasarkan dari pengelompokkan dari ilmu manusia [kedokteran], ilmu etika [hukum], dan ilmu – ilmu umum dengan menghubungkan keseluruhan fungsi dengan gedung kuliah umum. Susunan pengelompokkan diatur berdasarkan besaran ruang yang diestimasikan dengan jumlah mahasiswa di tahun 2013 sejumlah 11700 orang.
Bangunan – bangunan penunjang seperti massa lobby utama diletakkan sepanjang boulevard yang diperuntukkan untuk galeri utama. Massa – massa dihubungkan dengan selasar yang dilengkapi dengan kanopi sedangkan di sisi selatan, diletakkan akomodasi hunian mahasiswa berlantai tingkat rendah dengan aksesibilitas menuju ke kampus vokasi UI. Daerah landsekap didesain sesuai eksisting dari kampus UI dengan orientasi aktifitas terhadap sungai dengan menghubungkan sisi timur sungai dengan lahan melalui rangkaian jembatan untuk akses pejalan kaki. Lahan parkir diletakkan di sisi barat kompleks Vokasi UI.
‘Bangunan – bangunan di kompleks Vokasi UI juga didesain dengan menggunakan arah orientasi bangunan Utara – Selatan yang sesuai dengan iklim tropis. Keadaan ini meminimalisasi cahaya matahari langsung yang masuk ke bangunan. Bangunan ini menggunakan konstruksi baja, penggunaan solar panel pada sisi atas bangunan, dan wind turbine di sisi dalam bangunan. Penggunaan batu bata juga mendinginkan suhu bangunan disamping meminimalisasi carbon foot print dengan penggunaan bahan yang re-usable.
Glenn Murcutt “The light and sounds of land are already there I just make the instrument make the instruments that allow people to perceive these natural qualities.” Perencanaan vokasi ini yaitu berusaha menjawab sebaik mungkin apa yang dibutuhkan oleh program studi Vokasi UI dengan tepat melalui pengolahan potensi konteks lingkungan yang ada.
Principal Architect : Realrich Sjarief
Team : Dicke Nazary Akbar Lubis
Juri : Prof. Gunawan T, Baskoro Tejo, A.Tardiyana, A.Hery Fuad dan Syahrir AR
Realrich is in roundtable discussion with Adi Purnomo, Ario Danar Andito (Parametr), Ary Indra (Aboday), Ridwan Kamil (Urbane), Endy Subijono (Head of National Indonesian Institute of Architect ), Her Pramtama (Head of Jakarta Indonesian Institute of Architect), Danny Wicaksono, Deddy Wahyudi,Achmad Tardiyana (lecturer at ITB and architect from Urbane) and Imelda Akmal (IAAW).
Archinesia Bookgazine edisi perdana dirilis dalam bentuk hard cover dengan 208 halaman (ukuran 30 x 24 cm), memuat sekitar 160 foto arsitektur (110 foto diantaranya adalah hasil bidikan fotografer Sonny Sandjaya), 35 gambar arsitektur render 3D (upcoming projects dan pemenang berbagai kompetisi arsitektur di Indonesia), serta 50 potongan gambar, denah maupun site / floor plan. Keseluruhan disuguhkan dengan komposisi yang memukau dan inspiratif, disertai ulasan khas Imelda Akmal dan beberapa kontributor Archinesia lainnya.
Cover story Archinesia Bookgazine edisi perdana dengan tema ” Penghargaan, Sayembara, Dan Pameran Arsitektur ” membuka cakrawala pembacanya untuk lebih memahami dan mengapresiasi berbagai penghargaan, sayembara maupun pameran arsitektur di Indonesia yang kebanyakan masih dimotori oleh para insan kreatif di bidang arsitektur sendiri. Berbagai peran, manfaat, prestasi maupun kendala dalam kegiatan penghargaan, sayembara dan pameran arsitektur yang ada di Indonesia saat ini, dikupas secara mendalam dalam Archinesia volume 1 ini.
Tidak tangung-tangung, Archinesia Bookgazine pun mempersiapkan secara khusus dalam menggarap tema besar ini dengan mengadakan round table discussion bekerjasama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta dan IAI Nasional yang berlangsung pada tanggal 13 September 2011 lalu. Diskusi tersebut menghadirkan berbagai pakar di bidangnya seperti : Adi Purnomo, Ario Danar Andito (Parametr), Ary Indra (Aboday), Ridwan Kamil (Urbane), Endy Subijono (Ketua IAI Nasional), Realrich Sjarief, Her Pramtama (Ketua IAI Jakarta), Danny Wicaksono, Deddy Wahyudi, dengan moderator Achmad Tardiyana (Dosen Arsitektur ITB dan praktisi arsitek Urbane) dan Imelda Akmal.
Pendapat para pakar dari round table discussion maupun berbagai tulisan dan liputan khusus seputar kegiatan sayembara, kompetisi dan pameran arsitektur yang dimuat pada Archinesia Bookgazine edisi perdana, sungguh mengugah dan menginspirasi siapa pun yang terjun di sektor kreatif, terutama dalam menyikapi berbagai kegiatan sayembara, kompetisi maupun pameran yang berkaitan dengan bidang pekerjaan masing-masing.
Desain Proyek ini terinspirasi dari apa yang ada di sekitar daerah centrum dan apa yang ada di dalam daerah centrum, mulai dari batas lahan, yakni lahan sebesar 25 hektar dengan potensi sabuk hijau hutan karet sebesar 3 hektar dan potensi sabuk biru danau kenanga sebesar 5 hektar,
Konsep perancangan centrum UI kemudian didasarkan dari superimposisi terhadap potensi alam dan potensi node – node yang mampu mengaktivasi daerah ini sehingga mempunyai impian supaya lansekap centrum UI menjadi daerah yang memiliki respons yang baik terhadap isu berkelanjutan lingkungan
Konsep yang pertama, daerah UI difokuskan menjadi area pejalan kaki dan pengendara sepeda dengan pengembangan superblok. Konsep yang kedua, area pengembangan memfokuskan pada isu konektivitas node – nodel transportasi dengan jalur pedestrian dan jalur sepeda dengan jarak maksimum 200m. Konsep yang ketiga menghubungkan hutan karet di sisi barat dan timur untuk membentuk sabuk hijau yang menjaga habitat alami khususnya pepohonan karet dan habitat rayap, dengan pengembangan centrum UI lebih lanjut pepohonan karet akan diteruskan dari sisi selatan ke utara, membentuk sabuk hijau sehingga akan membentuk hutan seluas 6.5 ha dan setara dengan 650 parkir. Dan menurunkan suhu sebesar 3 sampai 5 derajat celcius. Konsep yag keempat, meningkatkan konktifitas tata air dengan tempat penampungan air sementara dengan sistem pintu air, untuk membentuk sabuk biro yang menjadi tempat berkumpulnya kalangan UI, Konsep yang kelima yaitu mengaktivasi daerah centrum dengan memaksimalkan potensi alam dan eksisting dengan program – program kreatif seperti kafe – kafe terbuka, galeri – paviliun terbuka, taman bunga, tempat pemancingan mahasiswa, toko buku penerbit ui dikombinasikan dengan toko buku komersial, ,toko cinderamata UI. Dengan jarak minimum 200 m satu sama lain.
Keseluruhan jalur transportasi berpusat di tengah menuju bioklimatik tower yang merupakan pusat dari jalur sepeda dan jalur pedestrian sekaligus sebagai menara observasi, pusat daur ulang, ruang mekanikal elektrikal dari daerah centruk ui dengan integrasi jalur listrik dan penempatan turbnin angina dan solar photo voltaic untuk mendukung fungsi riset terhadap energi terbarukan. Penempatan tanaman dibedakan ke dalam 6 karakter lahan berbeda membentuk warna – warni dalam struktur eco centrum sebuah pengembangan yang berbasiskan, keberlanjutan lingkungan dengan memaksimalkan konektifitas dan mengaktifasi centrum UI dengan program – program kreatif menuju kondisi ideal, carbon zero campuss.
ini bisa dicapai dengan tim yang istimewa, yang tentu saja berkerja dengan hati. :)
Team Leader : Realrich Sjarief
Team : Anastasia Widyaningsih, Lia Kurniadewi, Silvanus Prima Prayektianto
I met this man few months ago when I just started MUDD course in University of New South Wales Sydney. it was memorable moment. He gave us quiz and I couldn’t answer any of them. Then I laughed over loud to this old man. and he said, I don’t like people laughing at me and then he smile and said, “but I like people who try to answer the question.” Every time I laughed and this man got even angrier at me, but at the end he is always smiling.
what he taught is about how to create place for the people with his extensive knowledge of ways of thinking for not getting lost in your thinking. You have to know where your mind set is in extensive information about urban design theories, city growth, and issues of concern that is coloring everyday life.”You must know what you are doing” that’s what he said. Many student felt he is grumpy professor but everybody knows he is such a lovely man. He is still the admirable professor that every student will respect him.
In his world, there is no me, “never say I design. say the design proposed, because when we’re designing we are making proposal for people which based on several scenarios” he says. This view which I think is nonsense before joining MUDD because architecture plays with originality of idea which has genius loci on its context. But in several way empiricist thinking has a rational that is true to achieve certain quality of affordance.
He put the way to bring originality in rationalism and the way to look at the past in empiricism. And he is an empiricist which this world I haven’t experienced before. I learnt to deepen the strategy which is original and brings it into a way that people could understand. Like Mies van de Rohe says, “less is more”. make it simple and beautiful but like what Robert Venturi says, “less is bore”. Rational and empiricist are the two way of looking paradigm. which like we have to know which one good is and we ought to know which one the bad is. this two way is like a contradictions like how people seeing things. He taught us about the contents of lot of beautiful cities in the world aesthetically, which part of the world is failed and which one succeeded, what the good city is. he taught us a method on looking the way around us with theoretical framework.
In his view, he has pure objective on assessing works based on each criteria. He has deep knowledge about urban design in American experience and case studies around the world. his works includes :
Urban Design: A typology of Procedures and Products. Illustrated with over 50 Case Studies, Creating Architectural Theory: The Role of the Behavioural Sciences in Environmental Design, American Experience, Designing for Human Behaviour: Architecture and the Behavioural Science , A Concise History of Modern Architecture in India, Designing for Human Behaviour.
I think today, when he retired from MUDD. I put a tribute to him, a great scholar. It wasn’t a big loss for MUDD, but Jon’s thinking will make new blossoms for his legacy. I am honoured to be taught by this person, a truly dedicative person. Thank you Jon Lang, salute!
Di akhir tahun ini aku berpikir mengenai apa yang sudah terjadi di tahun 2009 dan apa yang ingin diraih di 2010. Ada orang – orang yang punya mimpi , cita – cita, dan resolusi tahun baru, ada juga yang menganggap ini hal yang biasa – biasa saja, dan berjuang sehari – harinya. Namun kita semua selalu mengharapkan hidup yang lebih baik di tahun yang baru ini, tahun 2010. Apa arti 2010 ini ? Apa mimpimu ?
Kehidupan
Pikiran ini melayang ke rencana di bulan Maret tahun depan, sekolahku akan berakhir, gelar akan diraih. Orang – orang banyak yang menanyakan di akhir tahun ini. Untuk kemana langkah ini akan dilangkahkan setelah selesai kuliah master ? Ingin bekerja dimana ? Menetap dimana ? Apa akan kembali berkerja di london lagi ? Atau ke Abu Dhabi ? Atau ke singapore ? Atau tetap di Sydney ? Atau pulang ke Indonesia ? Apa rencana jangka pendek ? Apa rencana jangka panjang ?
Pikiran ini melayang, kemana angin membawa, aku pergi, rasanya hidup ini memang tidak pernah pasti,
Terkadang Angin itu tidak diharapkan, membawa kesialan orang bilang, membawa bencana. Terkadang angin itu tenang, dan diharap2kan oleh semua orang. seperti kita mengharapkan sirkulasi udara silang dalam desain rumah tinggal maupun bioclimatic tower. Dimana udara bergerak dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang rendah, dari temperatur yang dingin ke panas.
Aku berbincang – bincang terakhir dengan salah satu arsitek senior dengan 40 tahun pengalaman, ia berkata, “Rich, bagi saya apapun yang terjadi dalam hidup, saya tidak takut, karena itulah hidup, mencari jawaban dari masalah yang ada.” tambahkan dengan bersyukur dan berdoa.
Ada satu cerita dimana keponakanku akan menjalani operasi besar dan membutuhkan darah , saat itu aku baru saja pulang dari Sydney untuk keperluan perkerjaan dan Pengalaman pertama menjadi donor darah sungguh berkesan. Aku melihat – lihat sekitar di daerah PMI jl Keramat, banyak orang hilir mudik, orang tua yang berada di sampingku berkata, “ini bukan apa – apa kalau malam lebih ramai lagi”.
Mereka semua sibuk mencari darah untuk sanak keluarganya yang membutuhkan. Aku belajar bahwa darah maksimal yang bisa diambil dari tubuh manusia adalah 450 cc dan untuk 3 bulan baru bisa mendonor kembali. Aku juga baru tahu bahwa ada penghargaan pula untuk orang – orang yang sudah mendonorkan darahnya selama 100 kali untuk diberikan piagam penghargaan dan kesempatan bertemu presiden RI.
Sedemikian besarnya arti darah untuk orang lain. Senyum ini pun muncul melihat satu paragraf di kartu merah donor darah, “darah anda berarti bagi sesama.” berbagi kehidupan melalui darah. Tuhan, Semoga keponakan ku bisa kembali sehat seperti semula.
Bersyukur akan kehadiran orang tua
Dalam liburan natal dan Tahun baru ini, aku sempat untuk berbincang – bincang dengan ayahku. Aku mendapatkan banyak hal dari berdiskusi dengan beliau. Beliau adalah tempat aku bertanya, dalam hal – hal besar maupun hal – hal kecil di masa depan maupun pengalamannya di masa lalu. Terkadang nada bicara bisa meninggi namun terkadang biasa – biasa saja. Aku selalu berpendapat sebelumnya bahwa berjalan – jalan melihat sekitar akan menajamkan empati kita terhadap lingkungan dan orang lain. Namun ada sebuah cerita,
“Andrew was always kind and thoughtful to his grandparents. He talked to them. Asked them questions. Listened to their experiences. These were four elderly people from two sections, of Italy, born at the start of the twentieth century, when people traveled by hose and cart, with no electric light, no radio, when diseases that have long since been eradicated were killers and family members an neighbors never made it past the first few grades in school and news from outside the village reached them by word of mouth… Andrew grew up listening to the people around him and continues that practice to this day. There’s saying that you broaden your horizons through travel, but if you are curious enough to listen to other people , you can broaden your horizons without leaving your backyard.” – Larry king
Dari keseharian yang biasa – biasa saja, kita pun bisa mendapatkan hal yang sama. Orang tua itu sendiri adalah harta paling berharga dari keluarga. Di negara Jepang, Toyota bisa maju di industri otomotif karena menjaga orang – orang senior untuk saling berbagi terhadap anak – anak buah yang junior sampai usia 75 tahun. Jadi teknologi dan ilmu pengetahuan yang sudah dipelajari bisa terus ditingkatkan sehingga era fabrikasi dan penggunaan robot bisa dilakukan secara kontinu. apakah kita bisa belajar dari toyota ?
Bersyukur untuk masalah
Di awal 2010 ini, aku percaya keoptimisan itu harus diciptakan, optimis akan menghasilkan sikap yang baik dan kesempatan… di tahun yang baru ini semoga kita semua bisa diberikan kesempatan untuk selalu berkarya.
Ketika aku melihat kebelakang kubersyukur
akan Tuhan yang memberikan seluruh hal yang sungguh indah untuk dijalani
akan nafas yang diberikan setiap waktu untuk membuat hidup itu ada,
akan air, akan alam dan peradaban arsitektur yang menarik untuk di amati
akan orang tua, keluarga, gadis yang kucintai dan teman – teman ada
akan kehidupan yang cukup, akan pekerjaan,akan ketidaknyamanan, akan resiko dalam hidup, dan akan masalah yang ada, karena itu semua yang membuat resolusi di tahun 2010 ini melihat diri untuk lebih bersyukur dengan apa yang sudah ada dan berusaha lagi dengan segala kesempatan yang ditemui.
Aku bersyukur dikaruniai orang – orang yang sungguh berbakat di sekitar seperti dua orang arsitek muda berbakat yang baru saja kutemui 2 bulan kemarin dan satu orang arsitek berbakat, ku berkerja bersama selama satu tahun belakangan ini, untuk bisa berdiskusi, berkarya, dan berbuat bersama untuk keseharian perkerjaan. Mungkin di bulan – bulan kedepan cerita yang lebih menarik akan muncul.
“Seberapa jauh perjalanan anda dalam hidup ini bergantung pada apakah anda bersikap lembut kepada yang lebih muda, bersikap kasih kepada yang lebih tua, bersimpati kepada yang harus berjuang lebih keras dan bertenggang rasa kepada yang lemah dan yang kuat, karena suatu hari dalam hidup ini, anda akan menjadi salah satu diantaranya “ George Washington Carver
Semoga beberapa bulan ke depan, hidup akan semakin baik dan semakin berwarna untuk dijalani
Kyoto, 091128 , Japan, a country with endless story about culture, history, and nature.
Tinggalkan pikiran – pikiran dunia, merunduklah. Dengarlah suara teko air teh yang mendidih, dengarlah suara alam, burung – burung yang berkicau, suara air yang menetes, suara kaki orang yang berjalan, alam sesungguhnya berbicara, rasakan kesempurnaan dalam ketidak sempurnaan, mata ini menatap ke arah huruf kaligrafi jepang yang ada di depanku, kemudian wanita di depan ku berkata, prinsip ini melandasi budaya Jepang pada upacara minum teh, yaitu Simple dan Rustic.
Tak heran semua yang ada di Jepang terlihat begitu sederhana dalam kesehariannya meskipun jejak – jejak modernisasinya juga terasa dimana – mana. Konstruksi Detail – detail kuil yang terbawa dari jaman dinasti Tang China, berubah menjadi sederhana dan tampil apa adanya.dengan warna – warna alam. Berbeda dengan China yang menggunakan warna – warna cerah untuk kuil – kuilnya. Di Kyoto, kuil2 dijaga kelestariannya, di jaga kesempurnaannya setiap 30 tahun, mereka tetap berbicara dengan alamnya dengan kondisi yang terbaik untuk anak cucu mereka untuk melestarikan budaya.
Musim gugur, di bulan november, saat yang sangat indah dimana pepohonan mulai menunjukkan warna-warninya. Gingko dengan warna kekuning-keemasannya, Mapple degan warna merah kekuningannya, maupun Sakura yang berwarna kecoklatan. Berjalan – jalan ke 4 kota yang berbeda, Tokyo, Nagoya, Kyoto, Osaka. Tokyo, Nagoya, Osaka dengan densitas yang sangat tinggi. Karya maestro – maestro designer Jepang yang bertaburang antara kota2 ini menjadikan kota ini menarik sebagai objek arsitektural ataupun relasinya denga tata ruang kota. Juga Kyoto, kota yang sangat indah dengan kuil2 shinto dan buddha, menunjukkan transisi dari artifisial ke alam.
pikiran ini beralih ke satu saat di studio NIT [Nagoya institute of Technology] ‘Hey apa yang kalian berdua lakukan, tanyaku, kepada kedua orang teman jepang yang ada di tim desain, mereka terlibat dalam debat yang cukup lama, saat itu sudah jam 5 pagi di studio workshop, satu bernama yuki, satu lagi bernama Ban, mereka masih berdiskusi tentang desain di saat sepagi ini sedangkan besok adalah waktu untuk presentasi jam 1 siang.. Aku juga baru tahu ternyata mereka sudah beberapa hari ini tidur hanya 1 ataupun 2 jam di studio workshop. Saat itu Teman – teman dari Australia pun sudah pulang.Bagi mereka berkerja sepagi ini di luar persepsi, dua dunia yang sungguh berbeda. Satu mengejar kesempurnaan dan satu mengejar kenyamanan..
Setelah kita berdiskusi sampai jam 6 pagi, 3 jam setelah itu mereka menyelesaikan gambar dan siap untuk presentasi.
Frank llyod Wright mendapatkan inspirasinya bentuk arsitekturnya pun dari jepang, cara ia bermain dengan bidang – bidang horisontal, Pola atap, proporsi massa dengan mengambil prinsip planning beaux art Perancis. Jepang sendiri secara jelas memamerkan budayanya pada saat World Columbian Exposition 1893, semenjak itu arsitektur jepang mulai menginspirasi banyak arsitek amerika dan dunia pada waktu itu. Diri ini terinspirasi oleh karya wright di imperial hotel dan school of free spirit, dimana ia bermain dengan planning split level untuk menghasilkan ruang – ruang yang mengalir dengan permainan bukaan dari permainan yang terlihat sangat sederhana namun sangat cerdik. Pola – pola detail artikulatif yang terus berulang yang konsisten dari tampak besar ke tampak kecil selebar 1 – 3 cm yang saling berbicara satu sama lain. Gedung imperial hotel ini hanya lobby yang tersisa, kamar – kamar dan ruang makan sudah dihancurkan. Saat itu aku bertanya kepada kyoko, salah satu mahasiswa jepang, kenapa dihancurkan ? Satu sebabnya, adalah gempa yang menyebabkan bangunan ini rusak parah, pertanyaan kedua , kenapa tidak direstorasi ? Kyoko pun menjawab, terlalu mahal. Aku pun tersenyum, diri ini kembali teringat pada Jon Lang, satu kata yang harus kita ingat, affordance. Seberapa terjangkau satu karya bagi satu negara, satu kota, satu komunitas, satu keluarga, orang per orang.
Desain juga bersentuhan dengan affordance meskipun ia adalah karya sebuah maestro arsitek.
Dari Jepang aku belajar lebih mencintai budaya, alam dan kesungguhan untuk berkarya. Dari totalitas yang ada, belajar untuk mengembangkan rasio dan rasa, pikiran dan perbuatan untuk menghasilkan karya terbaik. Di balik rasio yang kudapat dari Australia, aku mendapatkan pelajaran rasa dari Jepang, negara yang cantik, dan indah dalam keseharian.
dan 3 bulan lagi aku akan menyelesaikan studi di Australia, pertanyaan menarik ketika aku bepikir kemana aku akan melangkah selanjutnya… aku percaya 3 bulan ini adalah bulan yang paling kutunggu – tunggu…
Dan Aku pun berkata kepada teman – teman di Jepang, 2 tahun lagi aku akan kembali ke Jepang, karena pelajaran ini masih belum selesai , dengan wanita terbaikku…
Dan Aku pun berkata kepada teman – teman di Jepang, 2 tahun lagi aku akan kembali ke Jepang, karena pelajaran ini masih belum selesai , dengan wanita terbaikku…
Just after the Olympics, Iron demand, steel output and oil imports all continued to increase at double digit annual rates. 1 million people are moving from the countryside to the cities each month, the oil prices which rose to almost 10 percent since 2008 which have led to shortages of fuel and electricity, and China stock markets have crashed over the past year. Shanghai stock exchange fell 53 percent at the end of 2008. Unsold automobile inventories rose 50 percent to a four year high in June 2008. Foster (2008:55).
1)introduction to Beijing
The writing begins with the introduction of the Beijing old city planning, development reality behind Olympic 2008, and situation after that. To describe Beijing in simple word is not easy. It has an amazing fabric, planning hierarchy principle based on class hierarchy principle. Rose also stated the city is practically a diagram of imperial china’s coherent and comprehensive idea statement… it is a succession of concentric quadrangles. Rose (2008:8). It’s a well integrated city with grid planning and courtyard housing which was built in 3 different dynasties. The mountain Area southwest of Beijing was the home of Peking man some 500,000 years ago. In the 11th century B.C. became Jicheng (the city of Ji). It was the capital of the state of Yan of the Warring States period (475-221 B.C.). The city grew and in the mid 12th century. The Jin Dynasty made it its capital calling it Zhong Du (central capital). A century later it was made the Yuan dynasty capital of Kublai Khan, who named it Dadu (Great Capital). In the early 15th century the Ming dynasty rebuilt the city and named it Beijing (northern capital). Yongqing (1980:4).
Wu in his book Rehabilitating the old city of Beijing explained that Beijing is different than most of its predecessors, which perished at the end of the dynasties in which they were created, Beijing evolved through the last three dynasties of the Yuan, Ming, and Qing. It has become the ultimate example of ancient Chinese city planning. Liangyong (1999:3). Paris as a comparison with Beijing in figure 1 on the page 2 can be seen as a small portion of Beijing. While from 800 until 1800 Beijing hasn’t grown so drastically. Wu stated that Beijing was the largest city in the world in the period between AD 1450 and 1899 in terms of population size (except during the period between AD1650 and 1700, when Constantinople overtook it by a small margin. Liangyong (1999:4) It shows that Beijing has a rich and complex urban growth that is been existed for 2000 years.
In 1978, London times correspondent David Bonavia pictured Beijing as a monotonous socialist city, lacking in vice and urban life. Twenty-six years later, Chinese blues singer and writer Liu Sola pints the chaotic landscape of an alienated megalopolis… in the swirl of global consumerism. Broudehoux (2008:1). In 2008 when the Olympic was happening in Beijing, it consist of not only a city staging but it was a country staging to the world to show the world that China showing it’s economic power through Olympic in Beijing. The city has been going into huge changes in the Mao era and its progression on 1990s and The Olympics undoubtedly was a catalyst of urban growth in Beijing.
The structure of the writing is:
1)Introduction
2)Urban landscape developed pursuing Olympic 2008
3)Urban landscape After Olympic 2008
4)Conclusion
In This essay, the scope and time line is limited to before and after 2008. Chapter 1 is the introduction about Beijing. Chapter two is the chapter of to seek an answer about the image construction in Beijing pursuing Olympic 2008, and how the government role and commercial role take in charge of inventing architecture as agent of change of reshaping new image of Beijing. Chapter 3 seeks for current condition to know about recent situation. It is the chapter to understand the current Beijing’s economic situation and what is happening on government’s strategy on reshaping urban landscape. Statistics and literature study will be chosen as methods for achieving data. These 2 chapters develop specific points which provide the foundations upon which the hypothesis conclude. Chapter 4 is the conclusion which demonstrates summaries of the essay and provides the answer of the hypothesis above.
2) Urban landscape developed pursuing Olympic 2008
Rose as stated in the book called Solutions for a modern City, Arup in Beijing that Beijing is’ the greatest single work of man on the face of the earth”. The city is practically a diagram of imperial china’s coherent and comprehensive idea statement… it is a succession of concentric quadrangles. The basic unit of Beijing was the siheyuan, a four sided single storey residence for an extended family with an open courtyard at its centre… were packed neatly in a grid of streets aligned to the points of the compass… Forbidden city follows the same rules as the domestic architecture: courtyards within courtyards…’ Rose. S. (2008:8). It also has the orientation from north to south from the Gate of Eternal stability to the south, passing Tiananmen Square through centre of the Forbidden City, and beyond it to ceremonial bell and drum towers, in the north of the city. See figure 2
Figure 2 Arup’s project in Beijing (2008:9)
In 2008, Arup as a international engineering firm has been closely involved in many of the iconic and monumental projects commissioned to support the Olympics, the project consists of The national Aquatics centre, ‘Birds nest’ The Beijing National Stadium, The fencing hall/ National convention center, Beijing Capital International Airport’s new terminal 3, the new headquarters of China Central Television (CCTV) which is a triumphal arch and 70 storey skyscraper… the client called for an iconic building and this one characteristically mixes its understated metaphors,…’ Jencks, C (2007:60), others are China World Trade Center Phase 3 (tallest building in Beijing), Beijing South rail station (starting point for high speed rail services to the regions of Tianjing and Shang Hai), Beijing Parkview Green (largest sustainable architecture projects), Nokia china’s new headquarters (also known as the Nokia green building).Arup (2008:62-63).
The number of the projects is more than 9 that consisting multi billion projects. The number depict a reality at time of pursuing 2008 that it deals with a buildings, a public realm, and undoubtedly money. The 9 projects that are mentioned above is just a small portion of what’s really happening in Beijing.
Olympic as a catalyst of city’s growth in Beijing is not a new story, It happened in several cities and countries such as ‘… Rome, host of the 1960 Olympiad, where highway, airport, and urban landscape improvements were implemented in advance of the event…1964 Summer Olympic Games, Tokyo built two new underground rail lines, expanded its metropolitan highway network,… public housing, sewer infrastructure, and harbor facilities. Munich’s Olympic Village was designed to be a community for moderate-and low income residents after the games, and hosting the ill fated 1962 Games was the impetus for restoring the historic city center… Campanella (2008:125)
Beijing has been in a phase to exploit its material fabric of the city through architecture and urbanism. One of the official concepts of the Beijing organizing committee of the Olympic Games underscores the concept of showing china’s economic advancement through a high tech Olympics showcase. BOCOG stated the mission of Beijing Olympics that : ‘The Beijing 2008 Olympic Games Sponsorship Program shall abide by the Olympic Charter and adhere to the Olympic Ideals and the three concepts of ‘Green Olympic Games, High-tech Olympic Games and People’s Olympic Games’; assist in the promotion of the Olympic Movement, the promotion of the Olympic image and brand awareness of the Beijing Games and COC in and outside China; ensure financial sufficiency and stability, and reliable technical and service support for the staging and operation of the Beijing 2008 Olympic Games; provide a unique Olympic marketing platform for both Chinese and foreign enterprises and encourage the broad participation of Chinese business entities to enhance their corporate image and brand awareness through their Olympic association, and provide quality services to sponsors and maximize the return on their investments while helping them forge long-term partnerships with the Olympic Movement in China.’ BOCOG (2009)
The government highlighted several keywords: green, high tech, and people. For a month in 2008 a city of 15 million permanent residents and 4 million from elsewhere in the country will receive more than 2.5 million visitors, including 17,600 athletes and officials and at least as many members of the press, Marving (2008:233). By 2008, there will be a total of 800 hotels with 1300000 rooms compared to 458 hotels with 84812 rooms in 2005 (Owen 2005, 13-14). 31 sport venues are mandated for Beijing and six more for the host cities of Qing Dao, Hong Kong, Tianjin, Shanghai, Shenyan, and Qinhuang Dao. 16 of this are completely new; all but three will be upgraded. Marving (2008:233).
The strategy of urbanism consist developing transportation, open space, and quality of the environment. The public transportation was improved, older buses and taxis have been replaced with new ones that run on compressed natural gas (CNG) or comply with the municipal vehicle emissions standards, enforced in the recent years by the city of Beijing. ‘Out of total operating fleet of 60,000 taxis and 19000 buses, more that 47,000 old taxis and 7,000 old diesel buses had been replaced or refitted by the end of 2006. New buses powered by compressed natural gas (CNG) were introduced to replace old buses: 2,795 CND buses are now running in Beijing.’UNEP (2007: 18). It also consist a transportation projects such as Tibet-Qinghay railway (The world’s highest) and the three gorges dam (the world’s largest). Marvin (2008:230).
Green space is also developed, ‘green coverage in Beijing, and has expanded to more that 50 percent of the city’s area. Beijing has created three different ecological zones in the mountain, plains and urban area to create a green shelter for the city. At the end of 2006, the three ecological zones were nearly completed, including a total of 20 natural reserves to protect forests, wild plants and animals, wetlands, and geological formations. ‘ UNEP (2007:20)
Beijing was doing well based on the assessment from UNEP Report in setting the environmental goals. During the candidature phase in 2000, Beijing set ambitious environmental goals to show the world its commitment to sustainable development. Beijing’s municipal Government and government of China outlined 20 key projects to improve Beijing’s environment, and an overall investment of US$ 6.6 million in 2003-2007 under the Beijing sustainable development plan. The project areas range from addressing air and water quality and waste management to including environmental considerations in new infrastructure development. According to official data, 4.13 million tons water were produced in 2006 in the eight central districts, while the overall processing capacity was close to 3.98 million tons water, giving a processing rate to 96.5 percent , UNEP(2007:14,20)
Nevertheless the extinction of China’s dolphin also known as Baiji which usually lives in Yang Tze River underlined that at some points this development has a significant effect to the environment. The dolphin’s population had plummeted from about 400 in the late 1980s to less than 100 in the mid-1990s.The last search for the animal, in 1997, yielded 13 sightings. But none has seen them since 2004, Lovgren (2009). This extinction of the Baiji resulted from heavy pollution that happened in the yang Tze River.
Additionally, there are thousands of major commercial and government projects in China. It has the same completion day which is August 2008. With so many big projects ending at that month it may cause a down turn to global economy as the demand of construction will suddenly falls.
3) Urban Landscape after Olympic 2008
Beijing has already achieved many of its bid commitments, for example on waste water treatment, water source protection and waster management, and appears to be well on the way of fulfilling all of them. In UNEP’s view, this is an achievement in itself, especially considering that the organizing committee of the previous Olympic summer games failed to follow up their environmental promises. UNEP (2007:20)
Beijing has used the Olympic Games for a catalyst of the economy growth to show the power of China. It does come to the nationalism to the heart of the people if we come back to the previous mission of Beijing Olympic Games that has 3 mission: green, high tech, and people. The number of the statistic is worrying. To talk about the people, Yuann and inch underlined that China exports just about anything and everything, from products to outsourced services, therefore it can be said to drive the economy forward. It also becomes basic of the fundamental of the economic driver. The fundamental are the three primary growth drivers – trade, investment, and consumption. Yuann and Inch (2008:69). The first that has to be concerned by the government is the exports. China is heavily depends on the West market, but since the economic crisis hit in the middle of 2009. The numbers of the trade, investment, and consumption started to decline. Demand from Western economies is the slow but steady appreciation of the Yuan and China’s own efforts to raise interest rates and stem shipments of resource-intensive products like aluminum and steel have hit exporters. Looking at the figure 3.
Figure 3 Trade plunge in China’s economy Source from Chinability 2003
The foreign trade continued to drop sharply with a slight decrease of trade surplus. The total value of imports and exports for the first half was US$ 946.1 billion, down by 23.5 percent year-on-year. The value of exports was US$ 521.5 billion, down by 21.8 percent, and the value of imports was US$ 424.6 billion, down 25.4 percent. The trade surplus was US$ 96.9 billion, a decrease of US$ 2.1 billion over the same period last year.
Figure 4 Price of Oil International Energy Agency (2009:42)
The second is energy prices. China’s oil imports as a proportion of its overall import bill rose to almost 12 percent in the spring from around 8 percent at the start of 2008. China’s predicament is made worse by an unholy mess of price caps and subsidies in its domestic energy markets, which have led to shortages of fuel and electricity. EIA (2009)
Just after the Olympics, Iron demand, steel output and oil imports all continued to increase at double digit annual rates. 1 million people are moving from the countryside to the cities each month, see figure 5. The oil prices which rose to almost 10 percent since 2008 which have led to shortages of fuel and electricity, and China stock markets have crashed over the past year. Shanghai stock exchange fell 53 percent at the end of 2008. Unsold automobile inventories rose 50 percent to a four year high in June 2008. Nevertheless China’s government are dealing a dilemma of focusing on fighting inflation which was running over 7 percent in June 2008 or they look forward to stimulate a slowing economy. Foster (2008:55).
The consistency of the government was trialed by the down turn in global financial crisis to maintain a good economic growth. The economic growth is what Chinese government offer to make euphoria of good life. Broudehoux stated that current approaches to city marketing and urban image construction in Beijing are highly unsustainable and may actually be counter productive, she then made a basic proposition that there are a clash between two visions of the city: the abstract space imagined by state and its planners, and the lived space experience on a daily basis by the masses. Broudehoux (2008: 244-245).
The number of vacant space started to soar, 500 million square feet of commercial real estate has been developed in Beijing since 2006, an amount larger than all of the office space in Manhattan. In 2009,100 million square feet of office space is vacant — a 14-year supply if it filled up at the same rate as in the best years, 2004 through 2006, when about 7 million square feet a year was leased in Beijing. Demick (2009) Government is also spending money to the maintenance of the parks, According to a latest survey by the Horizon Group, one of China’s leading strategic researches and consultancy, China has invested about 150 billion Yuan (US$ 22 billion) in 2,500 theme parks across the country. 70 percent of them are not doing well now, and only 10 percent have paid back their initial investments.China daily(September 2009).
Conclusion
In reality, it’s true that urban image construction was instrumental in fostering urban growth. The urban image construction also carries positive long term effects as a vehicle for important transformations in Chinese society. It could act as a catalyst in promoting potential social change by provoking the creation of an urban public sphere.
I started my hypothesis from asking a simple question. Does Beijing need to slow down ? To answer this question is complex. China depends heavily on its exports. let me illustrate with a simple example. The immigration is about 1 million per month. People also need housing and job. The global crisis happened and the demand of the exports declining and there has been a down turn to China economic growth. Can Beijing slow down if the dream of the people is coming to Beijing to have a better life? If Beijing slows down would it show to the people that Beijing is declining? The government just doesn’t’ have any choice to slow down. One of the ways is to reduce the dependence to the exports. Another way is to reduce the migration to Beijing to slow down the urban growth of Beijing. The development always has positive and negative impacts. Nevertheless as Olympic is a catalyst of the urban development, it will increase the speed, scale, spectacle, sprawl, segregation, and on a final, hopeful note – sustainability Campanella (2008:281). I will end this essay with a picture of an old man sitting under a pine tree drawn by Ma Yuan consist of symbol of longetivity. Olympic is one of the miles stone that in the part of symbol longetivity for Beijing.
Paper in University Of New South Wales 2009, by author
Bilblio graphy
image 1 source from g’heyde’s photostream
Arup, 2008, ‘Solutions for a modern city Arup in Beijing’, Black dog, Italy, pp 62,63
BOCOG.2007. Beijing 2008 Olympic Marketing Plan Overview. The official Web Site of Beijing Olympic Games – Beijing 2008, One World one Dream, Updated August 24,2008 . Available at http://en.beijing2008.cn/bocog/sponsors/n214077622.shtml (accessed September 25, 2009).
Broudehoux,A.M. 2004,’The making and Selling of Post-Mao Beijing’,Routledge, London,pp 1, pp 244-245
Campanella, T. J.2008,’The concrete dragon : China’s urban revolution and what it means for the world’, Princeton Architectural Press , New York, pp 125,pp281
Chinadaily, 70 percent of theme parks in the red ,last updated: 2009-08-10 16:32, Available at http://www.chinadaily.com.cn/china/2009-08/10/content_8550933.htm
(accessed September 25, 2009).
Demick, B. Beijing’s Olympic building boom becomes a bust Last updated February 22, 2009 available at http://articles.latimes.com/2009/feb/22/world/fg-beijing-bust22
(accessed September 25, 2009).
Foster, K. 2008,’ A shared dilemma for Beijing and beltway policy makers,’ American Metal Market, Vol 117 issue 9, pp.55
IEA(International Energy Agency) Key status 2009, page 42, Available at http://www.iea.org/textbase/nppdf/free/2009/key_stats_2009.pdf
(accessed September 25, 2009).
Jencks,C. 2007, ‘Critical Modernism’, Wiley-Academy, Great Britain, pp 60
Lovgren,S.’ China’s Rare River Dolphin Now Extinct’ for National Geographic News
Last updated December 14, 2006 available at http://news.nationalgeographic.com/news/2006/12/061214-dolphin-extinct.html
(accessed September 25, 2009).
Marving,C. 2008,’All Under Heaven Megaspace in Beijing’, in Price,M.E., Dayan,D.2008,”Owning the Olympics’,Michiga press, Michigan, pp 230, 233
Rose, S.’ Solutions for a modern city’ in Arup, 2008, Solutions for a modern city Arup in Beijing’, Black dog, Italy, pp 8, 9
Liangyong, W. 1999, ‘Rehabilitating the old city of Beijing: a project in the Ju’er Hutong neighbourhood’, UBC Press, Vancouver, pp3,4
UNEP (United Nations Programmes )environmental assessment report 2008, updated September 2008. pp 14, 20 Available at http://www.unep.org/Documents. Multilingual/Default.asp? DocumentID=519&ArticleID=5687&l=en (accessed September 20,2009)
Yuann, J.K., Inch,J., ‘Supertrends of Future China’, World Publishing, Singapore, pp 69
Yongqing, Z. 1980, ‘fifteen cities in China’, China reconstructs, Beijing, pp 4
170909, Sydney.. 4 am ” Far and away the best prize that life offers is the chance to work hard. Theodore Roosevelt (1858 – 1919)
Mata ini terasa sakit, ingin untuk menutup, lidah ini terasa kelu, mungkin aku hanya butuh memejamkan mata sejenak. Tanganku kembali menulis satu paragraf demi satu paragraf. Sekarang sudah jam 4 pagi, baru saja satu pekerjaan dari Indonesia selesai dikerjakan, di antara pekerjaan – pekerjaan yang masih menunggu dan artikel – artikel tugas kuliah yang tertumpuk di kasur. Aku bergumam, besok mungkin aku harus ke perpustakaan dan semua ini harus selesai. Aku tertunduk lesu, duduk di depan meja gambar, dan terdiam saja. Tenagaku benar – benar terkuras, lembar demi lembar sketsa bertebaran di lantai, kamar studio ini sudah seperti kapal pecah. Kalau diingat – ingat sudah beberapa minggu ini keadaan sudah seperti ini, selebih lagi beberapa hari terakhir ini dimana dateline berdatangan. Untungnya beberapa minggu terakhir ini sudah ada rantangan yang datang setiap harinya, membantu untuk hidup lebih teratur. Senyum ini mulai muncul.
Kerja keras …
Aku ingat sering teman terbaikku bertanya, untuk apa kamu bekerja sekeras ini, untuk uang dan kebanggaan ? Aku pun terdiam. Aku belajar dari tahun-tahunku bekerja dulu meskipun semua orang selalu berlomba – lomba naik promosi ke jabatan yang lebih tinggi, kita terkadang juga berlomba – lomba untuk menolak tanggung jawab lebih. Orang berlomba – lomba untuk tidak bekerja keras meskipun mereka juga ingin hidup sempurna..ada kalanya di masa kaderisasi di Bandung, ketika aku sudah menjadi alumni , aku hanya mengamati bagaimana tingkah laku para senior dan junior… aku selalu teringat kejadian yang selalu berulang selama 9 tahun terakhir, menyuruh – nyuruh, memaki – maki, mengumpat, mencaci maki ketidak sempurnaan orang lain. Dunia ini tidak sempurna diantara bayang – bayang manusia yang tidak sempurna yang mencaci ketidaksempurnaan … Aku ingat pada waktu aku bekerja dulu, biasanya hanya 10 % orang – orang yang tinggal di studio workshop, bekerja di akhir minggu untuk hanya sekedar menyempurnakan pekerjaan, menyelesaikan gambar atau berkorespondensi dengan klien melalui email… dari bekerja kita mendapat uang dan kebanggaan. Semua orang butuh uang dan kebanggaan, uang untuk makan, dan kebanggaan akan profesi yang dicintai. Namun itu bukan segalanya. kalau dunia sesempit itu, kita tidak butuh kerja keras. lalu untuk apa?
setiap minggu wanita terbaikku selalu berangkat ke kliniknya, termasuk hari sabtu pagi.
Dari hari senin sampai kamis ia harus ke puskesmas, dari pagi jam 6 pagi sampai jam 9 malam. juga hari jumat dan sabtu. Terkadang kemudian kita bercerita hal – hal yang biasa, namun selalu membuat hal – hal yang biasa menjadi luar biasa dengan tertawa. Ternyata kita masih bisa tersenyum dibalik kesibukan yang luar biasa.
Pikiran ini melayang ke liburan satu minggu kemarinyang baru terlewat, aku bangun lebih pagi dari biasa, dan tidur lebih malam dari biasa.
Ada kalanya bersama teman – teman kampus ku pergi ke pantai yang hanya 30 menit jauhnya dari daerah ku tinggal . Pantai dimana langit begitu biru dan aku bisa menatap horizon untuk sekedar duduk dan menikmati alam, atau bermain lempar frisbee tanpa aturan yang jelas. Setelah itu ada kalanya diri ini bersepeda untuk hanya ke perpustakaan atau toko buku bekas untuk mencari buku – buku murah, membaca, dari satu pojok ke pojok yang lain. ya buku,
Buku itu yang bisa membuat kita menjadi mengerti akan mimpi, pendapat, dan sejarah ilmu pengetahuan. Semoga masih banyak anak yang ingin menjadi astronot, ilmuwan, sastrawan, arkeolog demi ilmu pengetahuan, demi penemuan yang baru. Keseluruhan sistem kehidupan yang berbasiskan bisnis dan perputaran uang belaka, sungguh membuat miris kehidupan anak2. Semoga saja anak – anak tidak berhenti untuk bermimpi untuk ilmu pengetahuan. Semoga tidak lebih banyak anak – anak yang duduk di depan tv dan menonton sinetron yang hanya berisi karakter sampah, mimpi sampah dan euforia sampah tanpa ilmu pengetahuan.
3 tahun yang lalu Aku teringat akan perkataan teman terbaikku, sore – sore Bandung yang rintik2. Waktu itu hanya seminggu sebelum aku berangkat ke London. Rich, semoga suatu saat nanti, kamu bisa sekolah dan mengerti apa kamu dapat dari sekolah lagi.
Pada saat ini aku berpikir mengenai mimpi, kerja keras, dan proses untuk menjadi tahu.
Aku bersekolah demi menjadi tahu, dan aku bekerja untuk menjadi tahu,. Mencoba sempurna untuk tau apa itu ketidaksempurnaan. Dengan bekerja sekeras mungkin, berpikir sekeras mungkin mungkin pada akhirnya nanti, anak – anakku sendiri akan melihatku, seperti aku melihat ayahku bekerja keras bagaimana Aku sungguh bangga akan ayahku yang selalu berusaha dengan kerja keras. Ia selalu tersenyum, mengingatkan untuk terus berusaha meski keadaan tidak berpihak kepadanya di keadaan yang sulit. Aku sangat bersyukur aku bisa melewati minggu – minggu ini untuk selalu belajar menikmati hidup dengan kerja keras. aku pun tersenyum kembali dan saatnya aku bekerja lebih keras lagi.
akhir kata Selamat Lebaran saudara – saudara muslim, selamat idul fitri, semoga diberikan berkat berlimpah dan bisa berkumpul menikmati kebersamaan dengan keluarga. mari kita kerja lebih keras lagi untuk merubah hidup menjadi lebih baik. Rich
He Lives In You
Ingonyama nengw’ enamabala [Here is a lion and a tiger]
Night, And the spirit of life, Calling,..Mamela [Listen] And a voice,With the fear of a child, Answers..
Wait, There’s no mountain too great Hear the words and have faith He lives in you, He lives in me He watches over, Everything we see Into the water, Into the truth In your reflection He lives in you
Terima Kasih Tuhan, kau telah memberikan orang – orang yang luar biasa untuk mendampingi hidup ini :)
“Nothing is as simple as we hope it will be.” Jim Horning
Free your mind like butterfly flying
Jari ini menari – nari, seiring dengan pikiran ini yang tidak kunjung berhenti untuk berpikir. Tanpa disadari Tubuh ini terasa penat, total perjalanan ke Korea berlangsung selama 36 jam, berada di dalam pesawat dalam perjalanan Jakarta, Perth, Sydney, Singapore,Korea – Incheon. Perjalanan yang penat namun memberikan waktu untuk kembali berpikir.
Cuaca kali ini sedang kurang bersahabat, terlihat dari jendela pesawat. Kemudian aku teringat akan sebuah cerita pada saat masa kecil dulu. Waktu itu guru agama kami memberikan sebuah soal, ada 10 orang di dalam pesawat, pesawat sedang mengalami kerusakan dan hanya bisa menyelamatkan 5 orang, siapakah yang anda pilih ?
Di antara 10 orang tersebut ada yang berprofesi sebagai dokter yang bisa menyelamatkan ribuan nyawa,ada pula politisi yang dalam misi perdamaian Negara – negara yang sedang berperang, ada lagi misionaris yang akan mencerahkan orang – orang untuk berbuat baik, selain beberapa orang luar biasa, ada juga orang yang biasa – biasa saja, ada ibu rumah tangga , ada anak kecil, ada juga bapak yang berprofesi sebagai arsitek, tukang kayu, ahli computer.
Aku hanya bisa menghela nafas, apabila Tuhan menginginkan 10 orang itu untuk selamat ia akan selamat, apabila 10 orang akan meninggal ia pun akan meninggal. Hanya terkadang kita dihadapkan pada pilihan sulit yang tidak hanya menentukan diri ini sendiri namun juga orang lain.
Semoga ketika nanti dihadapkan pada pilihan sulit, akan tahu kemanakah aku harus memilih. Ahh aku sadar, pikiran ini melantur saja,
Guncangan pesawat semakin keras, memang cuaca semakin tidak menentu, mungkin ini sisi negatif terbang di malam hari, kumpulan awan dari laut yang relatif dingin di malam hari mengakibatkan guncangan perbedaan tekanan dari pesawat. Aku duga sekarang sudah berada di pertengahan jalan dari pulau Jawa dan benua Australia.
Pengolahan parti dan porche adalah satu teori bentuk arsitektur yang terbaik yang didapat selama satu tahun terakhir ini. Sensitifitas itu ternyata tidak berasal dari hati, namun dari kayanya ilmu pengetahuan. Dari tidak tahu menjadi tahu. Ingat juga apa kata Jon Lang, “kalian harus tahu apa yang kalian bicarakan, terlalu banyak ide – ide generic akan kalian kenal, dan kembali pergunakan, ide itu bisa berasal dari orang lain ataupun ide yang sudah bersifat generic, namun ingat, ide itu harus punya konteks”. Konteks terhadap angin, matahari, kelembapan, suhu, kenyamanan manusia, dan konteks terhadap program.
Un Studio, the galleria, satu koridor setelah itu
Di Korea aku bertemu teman – teman lama juga teman – teman baru. Aku ingat malam itu kita duduk ber 4 untuk hanya sekedar minum kopi.., kita pun saling tertawa ketika membicarakan cinta, hidup, kejadian – kejadian lucu selama ini. Dan Arsitektur pun dibicarakan.. aku baru sadar kalau mereka adalah orang – orang yang pernah berkerja di OMA, BIG, Snohetta, dan Foster + Partners dari New York , Pennsylvania, London sampai Copenhagen. Kita kemudian Saling bercerita bagaimana kerasnya jam bekerja, mengalami banyak hal positif, belajar banyak hal dari tempat – tempat terbaik dan akhirnya ada kerinduan untuk pulang ke Seoul. Kita ber 4 pun terdiam, .. mereka bertiga sudah ada di korea, dan melihat bahwa mereka bersyukur sekali atas hidup mereka sekarang. Kemudian kita pun tertawa, menertawakan kenapa kita bisa bertemu disana,mereka sendiri pun sudah lama tidak bertemu satu sama lain.
setelah itu kita beranjak melihat studio mereka,
studio itu berukuran kecil hanya 2.5 meter kali 6 meter, didalamnya ada mesin pemotong maket, ada tempat tidur satu buah, ada shower box transparan, lantainya pun dari karpet dengan pemanas ruangan dibawahnya, sepanjang sisi 6 meter terdapat meja panjang dengan puluhan maket dan puluhan kertas sketsa, ada 2 laptop disitu. Dari Sketsa, maket yang bertumpukan satu sama lain ada, studio mereka, project2 mereka yang dimulai dari awal . Mereka tidak hanya tergantung dari nama besar portfolio mereka ketika pernah bekerja di biro – biro luar biasa. Mereka melangkah maju, dari bawah, tanpa henti, mereka terus berlari.
Aku menyadari aku bertemu orang – orang yang luar biasa, Dong wook, Katy, Jang hee, kutunggu beberapa tahun lagi kalian menjadi arsitek – arsitek muda terbaik korea. Kuyakin saatnya akan tiba.
Laurensia pegang yang kencang, saatnya kita berlari lebih cepat lagi, melihat teman2 di Korea..Apa yang menanti, usaha, doa, usaha, doa, berlari lagi Laurensia.. Tarik nafas lagi, satu semester ke depan mulai berjalan lagi.
Saat ini juga aku teringat akan keluargaku dan Laurensia yang ada di Jakarta, masa depan, apa yang ingin kulakukan untuk tahun – tahun mendatang, diri ini berpikir mengenai banyak rencana untuk hidup, karir, pencapaian, Laurensia, ia biasa membantu aku untuk berdiskusi, menenangkan untuk mengambil keputusan secara pasti. Di setiap Negara sekarang sedang menghadapi masa – masa yang sangat sulit, Indonesia, Australia, Singapore, United Kingdom, tempat – tempat terbaik. Masa depan masih belum jelas terlihat untuk kemana aku melangkah. Biasanya aku menggunakan 200 % dari tenaga ku, maka ini saatnya berlari lebih kencang lagi, lebih kencang, lebih kencang. Apabila waktu ini hanya 24 jam, aku percaya aku bisa dengan doa dan usaha,
tiba2 teringat quote dari salah satu teman terbaikku dulu, ia menuliskan kalimat ini
“look up, reach the sky coz eventhough you fall down you will still be between the stars .” berlariiiii, menengokkk ke atasssss
” We now accept the fact that learning is a lifelong process of keeping abreast of change. And the most pressing task is to teach people how to learn.” Peter Drucker (1909 – 2005)
Konsep desain kompleks vokasi UI ini didasarkan pertimbangan atas 3 aspek, pertama, desain bangunan yang sesuai dengan iklim tropis. Kedua, desain bangunan yang kontekstual dengan pencitraan ui, dan ketiga, desain bangunan yang mampu memanfaatkan potensi lahan semaksimal mungkin. Penataan masterplan didasarkan dari penempatan ‘learning promenade’ di axis utama lahan yang menghubungkan node potensial transit oriented development dari Universitas Indonesia di titik selatan dengan node potensial titik wisata air amphi teater yang ada di sisi utara. Di sepanjang learning promenade ini diletakkan fungsi – fungsi untuk mengaktifasi kehidupan kampus vokasi. Di sini ada mahasiswa yang membaca buku di perpustakaan linear sepanjang learning promenade, disini ada juga café untuk para mahasiswa dan dosen berinteraksi, potensi landsekap yang mengikuti kontur juga bisa di optimalkan.Daerah kompleks vokasi ini juga akan rimbun akan pepohonan diantara massa yang menghadap utara dan selatan sehingga bayangan yang ada akan mereduksi panas dari sinar matahari di lantai dasar. Vista yang terbentuk ketika memasuki kompleks vokasi dari arah selatan terbentuk dari 3 elemen yaitu : vista menuju amphiteater air, vista transparansi massa gedung perpustakaan di sisi barat juga vista café menuju sungai dengan wisata air, dan vista di sebelah barat berupa alokasi lahan untuk taman obat untuk program kedokteran.
Ide perancangan dari kompleks Vokasi UI merupakan rangkaian dari 3 noda utama yaitu, – Kondisi eksisting yang berbatasan dengan sungai yang membelah dari utara ke selatan yang menjadi bagian interaksi dengan air, – Jalan disisi selatan yang merupakan titik pusat perhentian bus kampus dan – Jalan di sisi barat yang merupakan area servis GKU dan parkir belakang. Pembagian ini didasarkan dari pembagian fungsi-fungsi terbesar dengan anggota terbesar, seperti kedokteran dengan p’rodi baru, hokum, dan vokasi campuran. Hirarki ini juga didasarkan dari pengelompokkan dari ilmu manusia [kedokteran], ilmu etika [hukum], dan ilmu – ilmu umum dengan menghubungkan keseluruhan fungsi dengan gedung kuliah umum. Susunan pengelompokkan diatur berdasarkan besaran ruang yang diestimasikan dengan jumlah mahasiswa di tahun 2013 sejumlah 11700 orang.
Bangunan – bangunan penunjang seperti massa lobby utama diletakkan sepanjang boulevard yang diperuntukkan untuk galeri utama. Massa – massa dihubungkan dengan selasar yang dilengkapi dengan kanopi sedangkan di sisi selatan, diletakkan akomodasi hunian mahasiswa berlantai tingkat rendah dengan aksesibilitas menuju ke kampus vokasi UI. Daerah landsekap didesain sesuai eksisting dari kampus UI dengan orientasi aktifitas terhadap sungai dengan menghubungkan sisi timur sungai dengan lahan melalui rangkaian jembatan untuk akses pejalan kaki. Lahan parkir diletakkan di sisi barat kompleks Vokasi UI.
‘Bangunan – bangunan di kompleks Vokasi UI juga didesain dengan menggunakan arah orientasi bangunan Utara – Selatan yang sesuai dengan iklim tropis. Keadaan ini meminimalisasi cahaya matahari langsung yang masuk ke bangunan. Bangunan ini menggunakan konstruksi baja, penggunaan solar panel pada sisi atas bangunan, dan wind turbine di sisi dalam bangunan. Penggunaan batu bata juga mendinginkan suhu bangunan disamping meminimalisasi carbon foot print dengan penggunaan bahan yang re-usable.
Glenn Murcutt “The light and sounds of land are already there I just make the instrument make the instruments that allow people to perceive these natural qualities.” Perencanaan vokasi ini yaitu berusaha menjawab sebaik mungkin apa yang dibutuhkan oleh program studi Vokasi UI dengan tepat melalui pengolahan potensi konteks lingkungan yang ada.
Team Leader : Realrich Sjarief
Team : Dicke Nazary Akbar Lubis
Juri : Prof. Gunawan T, Baskoro Tejo, A.Tardiyana, A.Hery Fuad dan Syahrir AR
International Urban Design Student Competition of Song do New City, Incheon, South Korea
This scheme for Sector 11 in Song do new city is an unprecedented hybrid neighborhood which combine ubiquitous core to afford ubiquitous life in Song do. It is built entirely on a section of previously reclaimed land on East Song do waterfront immediately at the corner of Song do development. Korea’s commercial and business-driven information technology legacy has generated a rich creative energy. Hybrid City defines Ubiquitous design as cores, linkages, and hybrid neighborhood. Ecology defines this project to be sustainable as its part to cycle of the bird migration. This project will consolidate Korea’s reputation as a cultural destination while providing an iconic architectural image for the city. Objectives for the project are understood in terms of accessibility (transportation system), configuration of land use and activity of the site which is in the water front. First, the design aims to enhance urban connections, reduce the traffic congestion and create a convenient transportation system with high accessibility. Secondly, the design aims to attract more foreigners to invest in Songdo by providing more world-class ubiquitous infrastructures such as schools and hospitals. Thirdly, the design aims to focus activities along the waterfront and utilize sustainable strategies to protect water quality. Finally, the three objectives should refer back to the sustainable design aims to provide wetland as the habitat for the shorebirds. The planting of the mangrove and ecology of shore birds that needs mature trees to create the impression of a natural environment lying at the seaside edge. A water amphitheatre forms the focus of the districts southern edge. At seventy-three stories, Bioclimatic Tower is the ecological office tower and the second tallest building in Songdo that communicates with Incheon tower to create beautiful skyline of Songdo. It explores the nature of the office environment, developing new ideas for its ecology and working patterns. Central to this concept is a reliance on natural systems of lighting and ventilation. These developments at first 30 levels provide research center as a core from existing Songdo Research Park . At the heart of the tower lays series of hanging garden rising up to the sky with restaurants, cafes and spaces for social and cultural events. It will be the beacon of the ecology rising up to the sky.
Here is the translation to korean, I got help from my very best friend, Yung A Kim that works for Foster and Partners. Thank you Yung.
하이브리드씨티 – 편재하는생태
송도 신도시 11섹터의 계획은 도처에 존재하는 송도의 라이프를 공급하기 위해 편재하는 코어를 결합시키는 전례없는 하이브리드 지역 형태이다. 대지는 온전히 송도개발의 코너에 위치한 매립지 구역인 송도 동쪽 워터프런트에 있다. 한국의 상업, 비지니스 중심의 정보, 과학 유산은 풍부한 창조 에너지를 일으키고 있다. 하이브리드 씨티는 어디에서나 볼 수 있는 응집, 연결, 합성의 지역형태로써의 디자인을 정의한다. 더하여 생태환경은 이 프로젝을 철새의 이동에 있어 한 싸이클의 부분을 이룸으로써 자연친화적인 개념을 명시한다.
이 프로젝의 목적은 크게 접근성 (교통 시스템), 워터프런트로써의 대지사용의 형태와 워터프런트에서 일어날 각종 활동에 대한 조항등으로 이해될 수 있다. 첫째, 교통의 밀집을 줄이고 편리한 대중 교통의 창조하여 도시의 연결을 원활하게 돕는다. 둘째, 학교와 병원등 국제적 수준의 인프라스트럭쳐를 제공함으로써 송도에 더 많은 외국 투자자본을 이끌어낸다. 셋재, 수자원을 보호할 수 있는 자연친화적인 전략을 적극 활용, 워터프런트에 일어날 활동들에 집중한다. 마지막으로, 앞서 말한 모든 디자인 컨셉은 이곳에 서식하는 새들에게 공존할 수 있는 환경을 제공하기 위한 노력에 관계해야 할 것이다. 즉, 맹그로브의 조성과 물가에 서식하는 새들의 생태는 해안가에 나무들로 가공하지 않은 자연환경의 인상을 창조함으로써 조성될 것이다.
칠십삼층의 바이오클라이믹 타워는 생태 오피스 타워로 송도의 두번째 높은 빌딩이 될 것이며 인천타워와 함께 송도의 아름다운 스카이라인을 만들 것이다. 이 타워는 사무환경의 본질과 작업환경의 패턴, 생태에 대한 새로운 아이디어 발전을 탐구한다. 이 컨셉의 중심에는 통풍과 빛의 사용에 있어 자연적 시스템에 의존함에 있다. 첫 30층은 기존의 송도 리써치파크에서부터 도출된 핵심으로써의 리서치센터를 제공한다. 타워의 심장부 역할로 위치한 일렬의 스카이 가든은 까페, 레스토랑 그리고 각종 사회, 문화적 이벤트들을 포용할 수 있는 공간을 조성함으로 생태환경을 하늘로 끌어올리는 등대가 될 것이다.
I‘m always amazed by Steve Jobs with his speech at stanford, please enjoy your reading.
I am honored to be with you today at your commencement from one of the finest universities in the world. I never graduated from college. Truth be told, this is the closest I’ve ever gotten to a college graduation. Today I want to tell you three stories from my life. That’s it. No big deal. Just three stories.
The first story is about connecting the dots.
I dropped out of Reed College after the first 6 months, but then stayed around as a drop-in for another 18 months or so before I really quit. So why did I drop out?
It started before I was born. My biological mother was a young, unwed college graduate student, and she decided to put me up for adoption. She felt very strongly that I should be adopted by college graduates, so everything was all set for me to be adopted at birth by a lawyer and his wife. Except that when I popped out they decided at the last minute that they really wanted a girl. So my parents, who were on a waiting list, got a call in the middle of the night asking: “We have an unexpected baby boy; do you want him?” They said: “Of course.” My biological mother later found out that my mother had never graduated from college and that my father had never graduated from high school. She refused to sign the final adoption papers. She only relented a few months later when my parents promised that I would someday go to college.
And 17 years later I did go to college. But I naively chose a college that was almost as expensive as Stanford, and all of my working-class parents’ savings were being spent on my college tuition. After six months, I couldn’t see the value in it. I had no idea what I wanted to do with my life and no idea how college was going to help me figure it out. And here I was spending all of the money my parents had saved their entire life. So I decided to drop out and trust that it would all work out OK. It was pretty scary at the time, but looking back it was one of the best decisions I ever made. The minute I dropped out I could stop taking the required classes that didn’t interest me, and begin dropping in on the ones that looked interesting.
It wasn’t all romantic. I didn’t have a dorm room, so I slept on the floor in friends’ rooms, I returned coke bottles for the 5¢ deposits to buy food with, and I would walk the 7 miles across town every Sunday night to get one good meal a week at the Hare Krishna temple. I loved it. And much of what I stumbled into by following my curiosity and intuition turned out to be priceless later on. Let me give you one example:
Reed College at that time offered perhaps the best calligraphy instruction in the country. Throughout the campus every poster, every label on every drawer, was beautifully hand calligraphed. Because I had dropped out and didn’t have to take the normal classes, I decided to take a calligraphy class to learn how to do this. I learned about serif and san serif typefaces, about varying the amount of space between different letter combinations, about what makes great typography great. It was beautiful, historical, artistically subtle in a way that science can’t capture, and I found it fascinating.
None of this had even a hope of any practical application in my life. But ten years later, when we were designing the first Macintosh computer, it all came back to me. And we designed it all into the Mac. It was the first computer with beautiful typography. If I had never dropped in on that single course in college, the Mac would have never had multiple typefaces or proportionally spaced fonts. And since Windows just copied the Mac, its likely that no personal computer would have them. If I had never dropped out, I would have never dropped in on this calligraphy class, and personal computers might not have the wonderful typography that they do. Of course it was impossible to connect the dots looking forward when I was in college. But it was very, very clear looking backwards ten years later.
Again, you can’t connect the dots looking forward; you can only connect them looking backwards. So you have to trust that the dots will somehow connect in your future. You have to trust in something — your gut, destiny, life, karma, whatever. This approach has never let me down, and it has made all the difference in my life.
My second story is about love and loss.
I was lucky — I found what I loved to do early in life. Woz and I started Apple in my parents garage when I was 20. We worked hard, and in 10 years Apple had grown from just the two of us in a garage into a $2 billion company with over 4000 employees. We had just released our finest creation — the Macintosh — a year earlier, and I had just turned 30. And then I got fired. How can you get fired from a company you started? Well, as Apple grew we hired someone who I thought was very talented to run the company with me, and for the first year or so things went well. But then our visions of the future began to diverge and eventually we had a falling out. When we did, our Board of Directors sided with him. So at 30 I was out. And very publicly out. What had been the focus of my entire adult life was gone, and it was devastating.
I really didn’t know what to do for a few months. I felt that I had let the previous generation of entrepreneurs down – that I had dropped the baton as it was being passed to me. I met with David Packard and Bob Noyce and tried to apologize for screwing up so badly. I was a very public failure, and I even thought about running away from the valley. But something slowly began to dawn on me — I still loved what I did. The turn of events at Apple had not changed that one bit. I had been rejected, but I was still in love. And so I decided to start over.
I didn’t see it then, but it turned out that getting fired from Apple was the best thing that could have ever happened to me. The heaviness of being successful was replaced by the lightness of being a beginner again, less sure about everything. It freed me to enter one of the most creative periods of my life.
During the next five years, I started a company named NeXT, another company named Pixar, and fell in love with an amazing woman who would become my wife. Pixar went on to create the worlds first computer animated feature film, Toy Story, and is now the most successful animation studio in the world. In a remarkable turn of events, Apple bought NeXT, I returned to Apple, and the technology we developed at NeXT is at the heart of Apple’s current renaissance. And Laurene and I have a wonderful family together.
I’m pretty sure none of this would have happened if I hadn’t been fired from Apple. It was awful tasting medicine, but I guess the patient needed it. Sometimes life hits you in the head with a brick. Don’t lose faith. I’m convinced that the only thing that kept me going was that I loved what I did. You’ve got to find what you love. And that is as true for your work as it is for your lovers. Your work is going to fill a large part of your life, and the only way to be truly satisfied is to do what you believe is great work. And the only way to do great work is to love what you do. If you haven’t found it yet, keep looking. Don’t settle. As with all matters of the heart, you’ll know when you find it. And, like any great relationship, it just gets better and better as the years roll on. So keep looking until you find it. Don’t settle.
My third story is about death.
When I was 17, I read a quote that went something like: “If you live each day as if it was your last, someday you’ll most certainly be right.” It made an impression on me, and since then, for the past 33 years, I have looked in the mirror every morning and asked myself: “If today were the last day of my life, would I want to do what I am about to do today?” And whenever the answer has been “No” for too many days in a row, I know I need to change something.
Remembering that I’ll be dead soon is the most important tool I’ve ever encountered to help me make the big choices in life. Because almost everything — all external expectations, all pride, all fear of embarrassment or failure – these things just fall away in the face of death, leaving only what is truly important. Remembering that you are going to die is the best way I know to avoid the trap of thinking you have something to lose. You are already naked. There is no reason not to follow your heart.
About a year ago I was diagnosed with cancer. I had a scan at 7:30 in the morning, and it clearly showed a tumor on my pancreas. I didn’t even know what a pancreas was. The doctors told me this was almost certainly a type of cancer that is incurable, and that I should expect to live no longer than three to six months. My doctor advised me to go home and get my affairs in order, which is doctor’s code for prepare to die. It means to try to tell your kids everything you thought you’d have the next 10 years to tell them in just a few months. It means to make sure everything is buttoned up so that it will be as easy as possible for your family. It means to say your goodbyes.
I lived with that diagnosis all day. Later that evening I had a biopsy, where they stuck an endoscope down my throat, through my stomach and into my intestines, put a needle into my pancreas and got a few cells from the tumor. I was sedated, but my wife, who was there, told me that when they viewed the cells under a microscope the doctors started crying because it turned out to be a very rare form of pancreatic cancer that is curable with surgery. I had the surgery and I’m fine now.
This was the closest I’ve been to facing death, and I hope its the closest I get for a few more decades. Having lived through it, I can now say this to you with a bit more certainty than when death was a useful but purely intellectual concept:
No one wants to die. Even people who want to go to heaven don’t want to die to get there. And yet death is the destination we all share. No one has ever escaped it. And that is as it should be, because Death is very likely the single best invention of Life. It is Life’s change agent. It clears out the old to make way for the new. Right now the new is you, but someday not too long from now, you will gradually become the old and be cleared away. Sorry to be so dramatic, but it is quite true.
Your time is limited, so don’t waste it living someone else’s life. Don’t be trapped by dogma — which is living with the results of other people’s thinking. Don’t let the noise of others’ opinions drown out your own inner voice. And most important, have the courage to follow your heart and intuition. They somehow already know what you truly want to become. Everything else is secondary.
When I was young, there was an amazing publication called The Whole Earth Catalog, which was one of the bibles of my generation. It was created by a fellow named Stewart Brand not far from here in Menlo Park, and he brought it to life with his poetic touch. This was in the late 1960’s, before personal computers and desktop publishing, so it was all made with typewriters, scissors, and polaroid cameras. It was sort of like Google in paperback form, 35 years before Google came along: it was idealistic, and overflowing with neat tools and great notions.
Stewart and his team put out several issues of The Whole Earth Catalog, and then when it had run its course, they put out a final issue. It was the mid-1970s, and I was your age. On the back cover of their final issue was a photograph of an early morning country road, the kind you might find yourself hitchhiking on if you were so adventurous. Beneath it were the words: “Stay Hungry. Stay Foolish.” It was their farewell message as they signed off. Stay Hungry. Stay Foolish. And I have always wished that for myself. And now, as you
“Life without love is like a tree without blossoms or fruit”- Khalil Gibran
Do you believe in faith ? Love? Good will? I don’t know if you do, but I really do.
Today is Thursday. The day almost ends today’s scenario. It’s winter time in the middle of the night. I was wondering about what love might be in people opinion,
how about you? Sometimes I have seen the sincerity between people eyes in between strangers and friends in relationship, how would you determine love?
I will tell story about my experience of love and sincerity. What makes me grateful today that everyday, I will be trying to live with sincerity and love. Let me be personal in this writing. Everyone has their own story and here is my story.
Her name is Laurensia, She has the same age of me. She went to the same elementary school with me, the same senior high school with me, but we went to different university. She went to university in Jakarta while I went for my bachelor degree in Bandung. Bandung and Jakarta is 2 different cities, has different life style, different climate, but same solstice as the location approximately in same latitude. I had not much time to know her, since that time. 8 years after that, she is a Dentist and I am an Architect.
My life was so fast at that time, “a lonely ranger”, I would say. After I graduated, I worked in Bandung, Singapore, London, while sometime fly to Banjarmasin to help my brother’s business. It had been a wicked time for work alcoholic time with almost 40 design competitions and design built works across south East Asia, Middle East and China. I spent a year in one place and another year in another place.
The one thing that I still remember I really like to have a cup of hot sweet tea and 2 half done eggs just to work until morning. There was no ending story for projects. After office hour, I would take another competition and another competition again because we lived in the same dream as an architect and Urban designer. Like what Jon Lang said “Urban Designer designs”. Time flied pass by, leaving good memories about one place to another place, I did take a picture, be a tourist in the beautiful cities in the world to capture movement, another life, another culture just to survey the world. Cities were so much different than my hometown. Every frame and second was really a good memory. Playing piano is a way respect tranquility of my time despite I didn’t have much time left for myself. Oh I got another thing that is music, a tone that always starts my day with smile in the noise of foot step in London Subway. So what else?
010108-New year’s eve’Waterloo Bridge, I remember time passed by really fast, 1 year was like only yesterday,
I am really grateful now. For myself, time is stopping when first time I met her few years ago, realized how fast life was and It should not be like those time. Time should be respected, Since that I started to remember every moment without matter. If you have so many memories about the past, which one you want to remember? Love is a clue for my life that I have to live life with love. Love can make everything that is wrong to be right and in opposite. If life is a decision so would you dare to take your chance for you love? if you are together with me, raise your hand and we can dance and sing together.
After I met her, Time is back with me, it is just so slow and a moment never be passed, She has an honesty of truth, respectful to people. She gave me confident of creating vision when she said “you can do that, just believe on yourself because I have prayed so”. My tears fall for her in happiness and sadness, my vision broaden, my believe strengthen,
Life just stays the same as before, even I had more projects that I had not expected before. I still had a cup of hot sweet tea and 2 half done eggs just to work until morning. But I worked with love, play with love, and sing with love. A “U”curve is always drawn on my face and, life has changed. If I can end the writing in conclusion, I believe that Love, is just one word, but it is about your life, I think every people need to have this word,
a word to make your time in this world to smile. Don’t lose it. I will not lose mine.
Finally, my waiting day is over. I can meet my lovely Laurensia. She was in tour to Europe and ended in London. She traveled to Netherland before, before joining the Europe tour. So the plan was, her coming to London and coming back to Netherlands to do her tour. I prepare flower for her, I bought the flower at the battersea road, where I usually eat vietnamese food there. The stall was very beautiful, and so is the flower. My co-workers surprised when I brought the flower to the office. I asked my senior for 1/2 day off, because I worked quite hard, and it’s been a week doing overtime. She approved it, and I smile, walked outside office. some of close friends, congratulates me that I will meet my girlfriend.
I was quite surprised, why they were quite strange to see person carrying flower. I thought It’s normal. I waited her for quite long at the airport. My heart beat went high, and finaly I met her, and I hug her closely. We finally fulfil our first objective. It’s only took like one day for her to stop at London, before joining her tour to Europe.
I remember, she tidied up my clothes, and rooms without asking. That day, I felt closer with her. It’s like meeting old one, feeling like knowing her for long time.
After her tour to Europe. I took her for trip to St. Ives, Penrith. It’s beautiful town. It has beach and hill with light house.
This is the picture where we stand at the hill of St. Ives
Here is at St. Ives beach Here is in the one of the house at St. Ives.
” If there is anything I would like to be remembered for it is that I helped people understand that leadership is helping other people grow and succeed. To repeat myself, leadership is not just about you. It’s about them.” – Jack Welch
New York Times bestselling author Mark Albion’s 3-minute animated movie Based on Mark’s book, More Than Money. “The Good Life”
Ready or not, some day it will all come to an end. There will be no more sunrises, no minutes, hours, or days. All the things you collected, whether treasured or forgotten, will pass to someone else.
Your wealth, fame and temporal power will shrivel to irrelevance. It will not matter what you owned or what you were owed. Your grudges, resentments, frustrations and jealousies will finally disappear.
So too, your hopes, ambitions, plans and to-do lists will expire.
The wins and losses that once seemed so important will fade away. It won’t matter where you came from or what side of the tracks you lived on at the end. It won’t matter whether you were beautiful or brilliant. Even your gender and skin color will be irrelevant.
So what will matter? How will the value of your days be measured?
What will matter is not what you bought, but what you built; not what you got, but what you gave. What will matter is not your success, but your significance. What will matter is about what you learned as well as what you taught.
What will matter is every act of integrity, compassion, courage or sacrifice that enriched, empowered or encouraged others to emulate your example.What will matter is not your competence, but your character.What will matter is not how many people you knew, but how many felt good when they were around you and how you served them.
What will matter is not your memories, but the memories that live in those who loved you.What will matter is how long you will be remembered, by whom and for what. Living a life that matters doesn’t happen by accident. It’s not a matter of circumstance but of choice.-coach bay
Choose to live a life that matters. – Michael Josephson
This was so old story to be told to. It show a principle how we deal with the most important thing in our life. Choose one that can make you satisfied, pick that, smile. It is in your heart, Rich.
“The greatest pleasure in life is doing what people say you cannot do.” Walter Bagehot (1826 – 1877)
Sudah kira – kira setengah tahun, diri ini urung untuk menulis, entah kenapa pikiran ini melayang terus tanpa bisa berhenti untuk kemudian bernafas.
Apa karena derap waktu Jakarta dan London yang berubah menjadi begitu cepat ? atau diri ini yang memang berasumsi kalau waktu ini tidak bisa dihentikan. Baru saat ini, badan ini duduk dan mulai menulis, satu kata demi satu kata mulai mengalir…
Apa yang bisa diuraikan di tulisan 6 bulan terakhir ini. kalau ada kata – kata yang terpenting, itu adalah obsesi, kebanggaan, dan harapan.
Aku masih ingat kira – kira 3 minggu yang lalu, dengan suara keras salah satu guru terbaikku berkata “You have to be proud of yourself”. Ini lah kalimat yang selalu terngiang – ngiang dalam kupingku setiap hari. Dalam kesendirian di negeri ini. Apa yang sebenarnya kucari disini. Apakah ini hanya obsesi untuk mencoba hal yang baru. Satu tahun di bandung, satu tahun di Singapore, hampir 2 tahun di London, dan sekarang di Sydney. Apa yang sebenarnya aku cari ? ini yang selalu jadi pertanyaan setiap orang ketika bertemu. Obsesi apa lagi ini. *….
Apa yang kamu cari ? Apa yang aku cari ? salah satu temanku kembali bertanya di satu pagi. Ada dua kata, Kesempatan dan persiapan.
Pikiran ini melayang pada saat itu , pagi – pagi di hotel Copthorne London. Jam 8 pagi, pada saat itu cuaca sedang dalam musim dingin. Kita bisa melihat orang kemana- mana menggunakan coat panjang, sayangnya salju jarang turun di London, sejauh ini hanya 3 sampai 7 hari dalam 1 tahun. Pagi – pagi itu aku termenung, dan terdiam, satu detik, satu menit, satu jam berlalu… kemudian aku berjalan kaki ke gereja di dekat Hotel Copthorne, hanya sekitar 1 blok , 200 meter jauhnya.Aku berdoa, dan kembali terdiam.
Kemudian aku tersadar. Ya apakah yang aku ambil. Diantara 2 jalan yang tersedia… bertanya, apa yang sebenarnya aku inginkan. Pertanyaan ini pun sudah pernah kulontarkan ke diriku sendiri. Pilihan pertama menawarkan kesempatan yang tiada duanya, segala kebanggaan, jabatan dan uang berlimpah, pilihan kedua adalah impianku dari dulu untuk kembali bersekolah.
“Kita melompat ke masa 2 tahun sebelumnya ketika aku baru saja pulang bekerja dari Singapore. Pada waktu itu surat resign sudah kukirimkan. Euphoria kebebasan dan masa – masa resign yang kembali teringat. Dimana diri ini kembali bebas untuk terbang. Masa – masa yang terbaik dalam hidupku.”
Pagi itu aku telah selesai berdoa, waktu itu, aku berkata pada diriku sendiri. Untuk kali ini, aku akan melakukan, apa yang ingin aku lakukan… aku masih muda, sekarang atau tidak sama sekali.
Chairil Anwar dahulu berpuisi, “Kalau sampai waktuku, Ku mau tak seorang kan merayu, Tidak juga kau, Tak perlu sedu sedan itu, Aku ini binatang jalang. Dari kumpulannya terbuang. Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli.
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Di sela – sela perhentian di Indonesia, pikiran ini selalu berkecamuk,. Kulihat dari berbagai peristiwa Begitu mudahnya orang menikam dan menerjang orang lain dengan tertawa. Ada kalanya orang berkata – kata berbusa – busa tanpa ada perbuatan. Ada kalanya politik negeri bingung itu begitu bingung Aku berkeyakinan Hidup itu berisi dari perbuatan dengan kata2 yang dipuisikan dari perbuatan – perbuatan Oleh perbuatan – perbuatan itulah hidup kita menjadi bermakna.
Pada waktu itu aku membuka arsip – arsip ku, kutemukan lukisan yue min jun. yang berjudul bayoneting.
Disini semua orang berwajah sama, menusuk orang di bawahnya dengan bayoneting yang tidak tampak, semua orang tertawa, semua orang berwajah sama, mereka tertawa, mereka berwajah sama.
Inilah realitas hidup, aku sadar. Tanganku ini memegang bayonet yang tidak terlihat. Mukaku ini selalu tersenyum dan berwajah sama. Setiap orang akan mempunyai muka yang sama. Inilah kutukan peradaban egois yang bermuka manis. Pada waktu itu aku tertegun, pikiran ini melayang,ini konyol.
Ada saatnya aku kembali ke bandung, dikala perhentian beberapa waktu yang lalu di Indonesia. Kota kecil Bandung menempati peringkat pertama dalam buruknya pelayanan publik, di Bandung semua orang sudah menyerah dengan tata kotanya yang amburadul namun, ia meninggalkan kenangan yang membekas, kemahasiwaan yang dinamis, cuaca yang menyenangkan, jajanan yang luar biasa enaknya, dan kenangan akan masa lalu di kota kembang ini . Kupandang Jejak jejak langkah ini, aku tersadar aku ada di titik nol kembali, melihat jajaran pepohonan dari kawasan atas Bandung. Tempat aku dulu menghabiskan waktu di hari sabtu atau minggu. Aku bersyukur karena aku bisa membuat pilihan, untuk kembali kesini. Tuhan apabila Kau berikan aku jalan, aku ingin selalu berharap untuk bisa selalu berkarya untuk orang – orang yang kucintai dan untuk itu kita butuh rencana. Pada akhirnya hidup itu pertemuan antara kesempatan dan persiapan. Aku kembali lagi berlari, untuk mengejar impian yang masih tak nampak.
Aku pun terbangun kembali di saat satu hari menjelang keberangkatan ke negeri yang baru. Harapan itu selalu ada, Terkadang waktu itu sedemikian sempit hanya menyisakan ruang sedikit ruang untuk bernafas.saat ini aku sangat bersyukur, di sela – sela kesibukan bersekolah. Pekerjaan terus berdatangan, hasil dari perlombaan – perlombaan yang cukup untuk menyambung hidup 3 bulan kemarin. Pekerjaan yang dilakukan dari jarak jauh, kebersamaan dengan wanitaku, menyambung kembali komunikasi melalui email. Sungguh memang semua sudah direncanakan dengan apik. Aku tidak pernah percaya akan kebetulan, yang kupercaya adalah kekuatan doa dan usaha.
Jari – jariku kuletakkan di tuts piano, denting – denting piano mulai terdengar memainkan lagu tembang alit yang memang bagiku sungguh sulit untuk bisa diselesaikan, partiturnya pun sudah kudapat kira – kira 2 tahun yang lalu namun itu belum juga selesai. Lagu ini mengalir, seperti hidup itu mengalir, setiap kali memainkan lagu ini, nafas kita berirama untuk senada. Inilah jalan yang kutempuh. Aku memasuki kembali aura pulau jawa dan Kalimantan yang menghipnotis, saat itu waktu terasa begitu lambat sehingga bulan februari pun kembali datang untuk kembali lagi mulai dari awal di kota yang baru.
Disela – sela aku mengetik ini, ketel uap sudah mulai berbunyi, pesan dari wanita terbaikku sudah mulai muncul, ketika itupun sup ayam sudah siap. Dan aku akan berkata. Inilah saat yang terbaik dalam hidupku. “Sayang tunggu sebentar ya aku masih ngetik.”
Yue Min Jun, sayangnya muka ini bukan muka tertawa yang sama. Mukaku ini milikku.
When I came back for a holiday to Jakarta, we had dinner several times, until a week before I went back to London. I felt that I wanted to spend time with her as a couple, not a friend anymore. Because my time is limited, only a week before going back to England.
I love her because I can see my life in the future with her. I love her because of how she appreciates her family, her friends, her staff, her colleagues. I love her because she has passion and care for her job and spending time with me, asking about my activity, asking about my work, my family. That care feeling made me love her naturally because she is a loving, adorable, soft, and loveable person.
I say to her, “I love you. Do you want to be my girlfriend ?” And that day made me believe I had my priority, and we were a couple. Then, We spent a week together before me going back to London, and doing long distance. The challenge was real, and my tears dropped when I left her in Jakarta. I had to go back to London. It was the first time to say I love you, being a couple for a week and living long-distance relations.
After I went back to London, I felt that I had to do something. If I missed her, she must have regarding the same. She can suppress her feeling. I talked to Albert, my roommate, and asked him to come with me to china town. I had prepared writing and asked Albert to take a picture of me. Then I texted her, come to London, and we can spend time together here. And we planned for it, and we have our first goal in our relations. First, to save money to have a vacation. Second, asking permission from her parents. Third, learning that our relationships need time to mature.
Here is the picture that we took during my short break.
Tepatnya seratus hari aku berkutat dengan buku – buku, seratus ribu menit dihabiskan dengan menatap kertas yang nampak tak terselesaikan. Teringat oleh kuliah gubahan bentuk yang pernah diadakan, pada pagi yang sendu, dan embun yang baru menetes. Waktu itu waktu menunjukkan pukul 07.00, seorang dosen berkata untuk selalu ingat kalimat ini,”selalu kalian harus ingat ini, semua mengenai arsitektur, di dalam setiap bentuk, … ada makna.” Itulah pak Riyadi, pengajar kebanggaanku.
This work was represented twice, first when It was for Final project studio in January 2005 and second when I presented this scheme to Lord Norman Foster in Foster and Partners Graduation show December 2007.
Tisna Sanjaya is a prominent Indonesian contemporary artist, who works primarily to portray the contemporary drama of Indonesia. Following the controversial destruction on 2005 of his master piece ‘Special Prayer for the Dead’ criticized and insulted government. Special Prayer for the Dead’ is a ship of composition of prayers that Tisna brings into being as tragedies took place in the world. The tragedy of Sarajevo, the September 11 tragedy, the war in Iraq, the bomb in Bali, the civil wars in Timor and Aceh.
Located at Cigondewah, Bandung, Indonesia, This Project is an art centre belongs to Tisna Sanjaya. The main issue is how to transform Tisna Sanjaya spirit to the space which is a building in reality. In order to solve this issue, Metaphor was used to channel ‘ Special Prayer for the Dead’ to Architecture. It is defined by a diagonal wall to establish the journey in the museum, the first corner shows nadir and the other corner shows zenith of the journey.
Short quote from original writings :
Konsep ruang dan bentuk bangunan Galeri Seni Tisna Sanjaya ini dirancang dengan pendekatan terhadap perjalanan seni Tisna Sanjaya dimulai dari awal perjalanan dari seniman grafis, etsa, dan pelukis hingga ia menemukan suatu titik yang klimaks yaitu seni instalasi, Special prayer for the death. Pada akhir prosesnya Ruang tersebut mengajak manusia untuk berkontemplasi, merenung untuk membuat suatu evaluasi terhadap dirinya. Pemikiran ini menghasilkan ruangan – ruangan mengalir yang memiliki tema – tema grafis, etsa, lukisan dan instalasi.
Every time I went home from Overseas, I always send a text to Laurensia, called her. I did that because I like to share things with her. She was an indifferent world to me, and I had been friends since I was ten years old. We were friends because I knew that she had a boyfriend. But in London, I was single, and I did not care about relations, one thing that I am sure that I am pretty lonely. One time I got the reply email from Laurensia that I sent years before.
We conversed by email, and I knew that she was single, she broke up with her boyfriend. We shared life around us, and I knew that she worked so hard. She went to the rural areas in the mountain to practice, serving the government every day. In Indonesia, to obtain a license, a young dentist needs to fulfil the service to the government. It took three years for her to do things like that. It took hours to travel, and the need to change transport several times, from cars, mini can, and motorcycles. Her life was tough, and she was consistent in fulfilling her service to the government.
We conversed by emails and texts several times, noting that when I went back to Jakarta, I wanted to ask her for dinner. I wanted to see her in person. My curiosity grew because She lived in two routines, in the morning, she did service to the government in the rural area, and in the evening, she worked in her dental clinic. She worked so hard, and I can see that I am in love with her hard work. I did my hard work as well as an architect, working overtime and living morning and evening work. I saw her hard work as reflection of my life, how we are different but her story fill my heart.
I often questioned myself, have I changed since school, university. I am now in my formative years. Am I still having my ground? Having her beside me actually answered that question. Talking to her it’s like talking to a long-lasting friend that in every moment we speak, it’s effortless. I would spend hours preparing emails for her, dream for my words, and waiting for a break in Foster and Partners for me to take days off to visit her in Jakarta. I feel that she is my missing piece, and always excited when I met her virtually.
RAW won 1st prize of Teaching Hospital at Sleman, Central Java. Design dari Rumah Sakit Akademik UGM ini terinspirasi dari analogi peredaran darah dalam tubuh manusia, dimana pusat dari site diibaratkan sebagai jantung yang merupakan pusat kegiatan rumah sakit Universitas Gadjah Mada dan jalinan sirkulasi manusia sebagai struktur pembuluh darah utama yang membentuk sirkulasi di dalam massa bangunan. Kriteria rancangan yang ingin dicapai ada 3 , 1) Mengambil tema yang dekat dengan dunia kedokteran dan akademis menimbang fungsinya sebagai Teaching Hospital, 2) konfigurasi bangunan yang tropis, dan 3)mengakomodasi fungsi – fungsi sesuai dengan standar – standar yang berlaku.
Gagasan Rancangan Rumah Sakit Akademik (RS Akademik). Sebagai sebuah RS Akademik mengemban dua peran sekaligus yaitu memberikan pelayanan kesehatan umum (Standar Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas B yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina pelayanan Medik Direktorat Pelayanan Medik dan Gigi Spesialistik Tahun 2005) serta peran sebagai center for excellent dengan menggunakan forum program pendidikan dan penelitian. RS Akademik UGM akan dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis UGM. Melalui Unit Pelaksana tersebut, RS Akademik UGM siap dikelola dan berorientasi kepada tercapainya kinerja operasional dan finansial rumah sakit yang baik dengan tetap mengedepankan fungsi sosial sebuah rumah sakit.
Disamping RS Akademik UGM sebagai RS pelayanan kesehatan umum juga sebagai RS pelayanan spesialis (misal : Pelayanan Jantung dan Kardo Vaskuler Invasive, Pelayanan Ginjal, Pelayanan Bedah Jantung, Pelayanan Mata spesialistik).
Orientasi Bangunan didesain dengan menggunakan arah orientasi bangunan Utara – Selatan. Keadaan ini meminimalisasi cahaya matahari langsung dari arah barat masuk ke bangunan dalam konteks area yang ada di daerah tropis. Pemilihan bentuk atap massa bangunan hunian menggunakan atap joglo untuk menonjolkan budaya jawa dan konteksnya untuk memenuhi konstruksi yang efisien dan mengakomodasi iklim tropis. Mengingat besarnya KDB, mengakibatkan lahan yang bisa terbangun hanya maksimal 20%, sehingga massa bangunan dipecah-pecah menjadi massa kecil. Pemecahan massa bangunan ini juga dimaksudkan untuk memaksimalkan cahaya matahari yang masuk dan penghawaan alami. Dengan memecah massa bangunan menjadi kecil maka didapat pengaturan optimum single loaded corridor.
Secara Umum, daerah hunian yang berisi rawat inap dan asrama dipisahkan dengan fungsi publik didesain secara berdekatan namun dengan pemisahan vertikal yang jelas. Fasilitas rawat inap diletakkan di lantai 2 dan fungsi public diletakkan di lantai dasar dan lantai 1. Potensi site memiliki 2 akses masuk dari sisi barat dan timur. Strategi yang di pakai untuk akses sirkulasi pemisahan daerah public di sisi barat dan daerah yang privat di sisi timur dengan pertimbangan sisi barat yang memiliki densitas lebih tinggi untuk kendaraan bermotor, Jalan sebelah barat memiliki lebar lebih besar, 12 meter, sedangkan jalan sebelah timur, 9meter. Oleh karena itu, jalur masuk utama atau umum diletakkan disebelah timur sedangkan jalur privat dan emergency masuk dari sebelah timur. Fungsi Layanan konsultasi rawat jalan diletakkan di sisi barat bangunan. Di daerah sisi barat diletakkan fungsi pelayanan poliklinik umum, poliklinik gigi, pelayanan spesialis dan radiologi. Hal ini menyebabkan daerah public diletakkan di sisi barat. Fasilitas yang terdapat di sisi timur termasuk instalasi bedah, laboratorium dan beberapa fasilitas penunjang. Fasilitas penunjang yang terdapat di sisi barat termasuk auditorium, bangunan penerima dan fungsi pelayanan. Di dalam fasilitas pelayanan sendiri terdapat poliklinik umum, poliklinik gigi, pelayanan spesialis dan radiologi. Auditorium diletakkan di daerah sisi area karena akses publik yang langsung dan dimungkinkan untuk mengakomodasi fungsi – fungsi public yang membutuhkan akses lebih cepat dan lebih besar. Fungsi Layanan konsultasi rawat jalan diletakkan di sisi barat bangunan. Pemulasaran Jenazah diletakkan di sisi belakang site, beserta dengan sirkulasi privat menuju daerah belakang seperti asrama, perpustakaan. UGD di diletakkan dekat terhadap jalan masuk darurat untuk mempermudah akses langsung mobil ambulance ke instlasai gawat darurat.
Landsekap dan ruang public terbuka.
Ruang – ruang taman diletakkan di dalam podium sebagai pelataran dalam yang dirasakan oleh pengunjung begitu memasuki Rumah Sakit Akademik Universitas Gajah Mada. Ruang taman ini juga sebagai tempat untuk membudidayakan taman obat tropis Indonesia dan selain berfungsi untuk meneduhkan , taman ini juga berfungsi sebagai tempat penelitian herbal.
Ruang terbuka publik diletakkan di lantai 2 [atap podium] sehingga menciptakan ruangan relaksasi bagi pasien dan plaza terbuka di atas langit. Dengan cara ini rumah sakit menjadi rumah sehat yang mendorong orang untuk sehat dari kegiatan relaksasi yang didiukung oleh segi arsitektural.
Team Leader : Realrich Sjarief
Anggota tim : Meirisa Trinkawati, Mondrich Sjarief
(Di dalam tubuh yang sehat, tersimpan jiwa yang kuat)
“Ini adalah sayembara yang sempet diikuti sewaktu pulang dari London, selesai berkerja dari Foster and Partners di bulan Desember 2008 sebelum berangkat lagi ke Australia bulan February 2009. Memang hidup selalu penuh kejutan, pada waktu itu aku termenung, dan sadar bahwa jalan ini memang sudah benar,… .“Radisson Hotel, Jogjakarta 20 December 2009
Design dari Rumah Sakit Akademik UGM ini terinspirasi dari analogi peredaran darah dalam tubuh manusia, dimana pusat dari site diibaratkan sebagai jantung yang merupakan pusat kegiatan rumah sakit Universitas Gadjah Mada dan jalinan sirkulasi manusia sebagai struktur pembuluh darah utama yang membentuk sirkulasi di dalam massa bangunan. Kriteria rancangan yang ingin dicapai ada 3 , 1) Mengambil tema yang dekat dengan dunia kedokteran dan akademis menimbang fungsinya sebagai Teaching Hospital, 2) konfigurasi bangunan yang tropis, dan 3)mengakomodasi fungsi – fungsi sesuai dengan standar – standar yang berlaku.
Gagasan Rancangan Rumah Sakit Akademik (RS Akademik). Sebagai sebuah RS Akademik mengemban dua peran sekaligus yaitu memberikan pelayanan kesehatan umum (Standar Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas B yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina pelayanan Medik Direktorat Pelayanan Medik dan Gigi Spesialistik Tahun 2005) serta peran sebagai center for excellent dengan menggunakan forum program pendidikan dan penelitian. RS Akademik UGM akan dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis UGM. Melalui Unit Pelaksana tersebut, RS Akademik UGM siap dikelola dan berorientasi kepada tercapainya kinerja operasional dan finansial rumah sakit yang baik dengan tetap mengedepankan fungsi sosial sebuah rumah sakit.
Disamping RS Akademik UGM sebagai RS pelayanan kesehatan umum juga sebagai RS pelayanan spesialis (misal : Pelayanan Jantung dan Kardo Vaskuler Invasive, Pelayanan Ginjal, Pelayanan Bedah Jantung, Pelayanan Mata spesialistik).
Orientasi Bangunan didesain dengan menggunakan arah orientasi bangunan Utara – Selatan. Keadaan ini meminimalisasi cahaya matahari langsung dari arah barat masuk ke bangunan dalam konteks area yang ada di daerah tropis. Pemilihan bentuk atap massa bangunan hunian menggunakan atap joglo untuk menonjolkan budaya jawa dan konteksnya untuk memenuhi konstruksi yang efisien dan mengakomodasi iklim tropis. Mengingat besarnya KDB, mengakibatkan lahan yang bisa terbangun hanya maksimal 20%, sehingga massa bangunan dipecah-pecah menjadi massa kecil. Pemecahan massa bangunan ini juga dimaksudkan untuk memaksimalkan cahaya matahari yang masuk dan penghawaan alami. Dengan memecah massa bangunan menjadi kecil maka didapat pengaturan optimum single loaded corridor.
Secara Umum, daerah hunian yang berisi rawat inap dan asrama dipisahkan dengan fungsi publik didesain secara berdekatan namun dengan pemisahan vertikal yang jelas. Fasilitas rawat inap diletakkan di lantai 2 dan fungsi public diletakkan di lantai dasar dan lantai 1. Potensi site memiliki 2 akses masuk dari sisi barat dan timur. Strategi yang di pakai untuk akses sirkulasi pemisahan daerah public di sisi barat dan daerah yang privat di sisi timur dengan pertimbangan sisi barat yang memiliki densitas lebih tinggi untuk kendaraan bermotor, Jalan sebelah barat memiliki lebar lebih besar, 12 meter, sedangkan jalan sebelah timur, 9meter. Oleh karena itu, jalur masuk utama atau umum diletakkan disebelah timur sedangkan jalur privat dan emergency masuk dari sebelah timur. Fungsi Layanan konsultasi rawat jalan diletakkan di sisi barat bangunan. Di daerah sisi barat diletakkan fungsi pelayanan poliklinik umum, poliklinik gigi, pelayanan spesialis dan radiologi. Hal ini menyebabkan daerah public diletakkan di sisi barat. Fasilitas yang terdapat di sisi timur termasuk instalasi bedah, laboratorium dan beberapa fasilitas penunjang. Fasilitas penunjang yang terdapat di sisi barat termasuk auditorium, bangunan penerima dan fungsi pelayanan. Di dalam fasilitas pelayanan sendiri terdapat poliklinik umum, poliklinik gigi, pelayanan spesialis dan radiologi. Auditorium diletakkan di daerah sisi area karena akses publik yang langsung dan dimungkinkan untuk mengakomodasi fungsi – fungsi public yang membutuhkan akses lebih cepat dan lebih besar. Fungsi Layanan konsultasi rawat jalan diletakkan di sisi barat bangunan. Pemulasaran Jenazah diletakkan di sisi belakang site, beserta dengan sirkulasi privat menuju daerah belakang seperti asrama, perpustakaan. UGD di diletakkan dekat terhadap jalan masuk darurat untuk mempermudah akses langsung mobil ambulance ke instalasi gawat darurat..
Landsekap dan ruang public terbuka.
Ruang – ruang taman diletakkan di dalam podium sebagai pelataran dalam yang dirasakan oleh pengunjung begitu memasuki Rumah Sakit Akademik Universitas Gajah Mada. Ruang taman ini juga sebagai tempat untuk membudidayakan taman obat tropis Indonesia dan selain berfungsi untuk meneduhkan , taman ini juga berfungsi sebagai tempat penelitian herbal.
Ruang terbuka publik diletakkan di lantai 2 [atap podium] sehingga menciptakan ruangan relaksasi bagi pasien dan plaza terbuka di atas langit. Dengan cara ini rumah sakit menjadi rumah sehat yang mendorong orang untuk sehat dari kegiatan relaksasi yang didiukung oleh segi arsitektural.
Team Leader : Realrich Sjarief
Anggota tim : Meirisa Trinkawati, Mondrich Sjarief
This work is submitted during the exhibition of Indonesian architect in Helar Festival in Bandung Indonesia at 23rd until 31st August 2008. The project is named “Looking up, achieving dreams”. The idea is to give perspective from different view in city planning. By raising football court to the sky, this project gives challenge to make public space in the sky and be a landmark for generating city icon. The objective is to create most romantic city in Indonesia with love. At the end, “Looking up, achieving dreams “gets most favorite entry award in the exhibition.
Konsep menegakkan impian ini ada dalam rangka berpartisipasi dalam pameran Reinventing Bandung “intervensi arsitektur di ruang – ruang hilang Bandung” pada tanggal 23 – 31 agustus 2008. Konsep yang disajikan diharapkan memberikan nuansa yang berbeda dari sudut perencanaan kota Bandung dimana bisa menjadi contoh untuk pengembangan kota berskala sedang yang memiliki integrasi dengan isu ekonomi, ekologi dan sosial. Diharapkan dengan ini bisa mencerdaskan kehidupan masyarakatnya dimulai dari sebuah kegiatan yang sangat sederhana. Yakni kegiatan sehari - hari, dimulai dari bangun, beraktifitas, dan beristirahat. Keseluruhan konsep yang ditampilkan ini, akan membuat Bandung, menjadi kota dunia yang romantis dan tidak akan terlupakan sejak kaki ini melangkah di satu telapak pertama.
1. adanya Lapangan Sepakbola di langit dengan standar internasional diletakkan di angkasa sebagai ekspresi dari keterbatasan lahan yang ada di Bandung. Lapangan ini kan menjadi Landmark dari satu - satunya lapangan Sepakbola yang ada di langit di dunia. dari sini kita bisa melihat huruf Bandung di pegunungan parahyangan.
2. Galeri Seni Urang Internasional Bandung, menampilkan karya seni seniman Bandung. Tempat ini akan terbuka untuk publik dan mengasah sensitifitas masyarakat untuk apresiasi seni. Di Tempat ini akan diadakan pameran seni internasional setiap tahunnya dengan jadwal yang padat.
3. Pusat Daur Ulang Nasional, sebagai tempat penelitian sampah - sampah dan pusat daur ulang. Bangunan ini berkesan futuristik dan bersih sebagai ekspresi yang kontras dengan sampah dan menunjukkan pentingnya pengelolaan sampah bagi dunia.
4. Taman Langit Ketujuh, taman publik dengan orang - orang yang melakukan petak umpet, petak patung, petang jongkok, Galasin, dll. Juga dengan kegiatan yang membuat jantung kita berdebar - debar seperti Bungee Jumping. Melompat dari angkasa dengan mata terbuka ditambah dengan atraksi Balon udara.
5. Pasar Seni Bandung Internasional, tempat yang menjual barang - barang kerajinan dan furniture dan merupakan pusat Pedagang Kaki Lima, disini juga terdapat pusat dari Organisasi Pedagang Kaki lima Indonesia dan menjadi salah satu wisata unggulan wisata internasional.
6. Stasiun Monorail Cikapundung, stasiun dengan gaya arsitektur parahyangan yang menghubungkan daerah Cikapundung dengan stasiun Dago, Soekarno Hatta, Setia Budi, Dll. Sehingga strategi transportasi kota bandung akan menjadikan angkutan publik yang sangat nyaman dan berkelas internasional sebagai potensi wisata.
7. Adu Kambing Tahunan Internasional, ajang internasional yang akan disejajarkan dengan pertunjukan matador di Spanyol menarik wisatawan dariseluruh dunia dimana di ajang ini kambing - kambing internasional akan didatangkan untuk berlaga dan memperebutkan trofi bergilir setiap tahunnya.
8. Pembangkit Listrik Tenaga Angin, pemenuhan tenaga listrik akan juga didukung oleh sistem kincir angin yang diletakkan di daerah pegunungan sekitar bandung. Cara ini dipakai menanggapi langkanya BBM di tahun - tahun mendatang dan membuat kota yang ramah lingkungan dimulai saat ini, berpikir lebih jauh untuk bumi kita.
9. Sungai Pembuktian Cinta, disini adalah tempat anak muda dan orang tua berkumpul dan bernostalgia mengenai masa dahulu. Suara Gemercik air yang membuat hari ini berdebar - debar dan tidak bisa meninggalkan romantisme ketika mereka mengatakan I love you pada saat pertama kali.
Credit to : Jefferson Barnes : is friend from United States, He graduated from RPI, I met him while I was working in Foster and Partners London, currently he is working for Masdar University, Abu Dhabi in Foster and Partners, Ribkazelia : is a graduate Art Management student of Northumbria Newcastle University, currently she is the representative of Indonesia in Children Creativity Exhibition in Finland.
01 June 2008 – London “di pagi yang sepi, ditemani secangkir teh manis hangat”
Aku akan mulai banyak menggunakan kata – kata aku, karena mungkin egoisitas diriku mulai timbul. Dimana keinginan untuk tidak menggunakan kata subjek pada tulisan – tulisan yang sebelumnya sama sekali tidak mempertanggungjawabkan apa yang kutulis. Itulah hal yang akan kusampaikan pada beberapa kalimat kedepan. Aku dan aku dan aku mulai menemukan diriku kembali setelah 3 tahun ini.. Penggunaan kata aku ini berasal dari keberanian untuk bisa mempertanggungjawabkan apa yang kita bicarakan maupun apa yang kita pikirkan dengan hati yang jujur. Baru kali ini, seakan – akan pikiran ini tidak pernah berhenti berputar. Mencari ide – ide baru. Aku serasa lepas dan bebas. Pada akhirnya aku akan belajar untuk menemukan jejak langkahku sendiri. Dimulai dari hari ini. satu orang akan berkata “kamu itu mirip dengan seseorang” namun aku juga tidak ambil peduli. Karena aku bukan orang lain, dan aku akan menggunakan aku untuk mendobrak batas – batas yang ada.
Satu tahun berada di Kota London ini. Seakan berlalu begitu saja, dengan sebegitu banyak pengalaman yang didapat. Waktu seakan – akan pergi hanya dengan satu jentikan jari. Yang tertinggal hanyalah beberapa bekas kenangan saja. Sudah saatnya aku berangkat mencari sesuatuyang baru lagi untuk dipelajari. Satu tahun di tahun 2005 di Bandung. Satu tahun di tahun 2006 di Singapore dan satu tahun di tahun 2007 di London. Satu tahun terakhir ini, Aku melihat banyak hal yang baru. Orang – orang dengan berbagai macam karakter. mataku seperti terbuka untuk melihat lebih dalam, mendengar lebih seksama, menebak melalui tingkah laku.. Ketika sebuah pelajaran itu juga berisi berbagai sifat dan perangai orang yang di dalamnya, Satu dan dua hal itu mengajarkan banyak hal untuk bisa mengerti sifat – sifat orang lain. Yang menarik dari pengalaman satu tahun ini, Begitu banyak harapan dan pemikiran yang disampaikan dari banyak orang.
Ada yang skeptis namun ada juga yang menyegarkan.
Ada juga yang memakai topeng dibalik topeng.
Memang dunia ini seperti sebuah panggung
dengan sebegitu banyaknya topeng.
Pada saat ini lah aku akan bercerita mengenai kehidupan sehari – hariku. Bukan sisi yang lain, namun hanya sisi yang biasa. Ada kalanya aku menghabiskan malam minggu hanya dengan dentingan piano dengan permainan yang biasa – biasa saja, dan nyanyian yang sungguh terdengar indah dari teman terbaikku ya dengan mereka aku biasa menghabiskan waktu hanya untuk melantur.
Ada kalanya kadang2 aku pergi ke taman –taman yang sungguh menarik disini, ada sungai, ada hamparan rumput yang begitu luas, ada gundukkan rumput yang memang sudah seperti itu adanya, ada pohon ratusan tahun umurnya, semua dibiarkan tumbuh dengan tertata.Ada juga kadang – kadang bagaimana kekonservatifan yang ditata seakan – akan berintegrasi dengan pepohonan dan taman – taman yang ada. Tidak ada filosofi yang jelas yang mendasarinya, hanya saja itu serasa tumbuh dengan semangat konservasi terhadap alam.. Sungguh berbeda dengan ironi babakan siliwangi di bandung, ya itu masih diperdebatkan memang… Hal ini membuat sedikit banyak sadar, bahwa negeriku sungguh tidak tertata. Setiap hari aku akan bangun tepat pada jam 7 pagi, pada saat jam 7 pagi, pada setiap hariku, ada panggilan dari Indonesia, aku tidak akan mengangkatnya karena itulah panggilan bangun pagiku.. ada juga terkadang perbincangan tengah malam Hari.Kadang kala aku tertidur di depan komputerku, hanya karena email yang kutulis setiap harinya….atau beberapa email yang hanya kubiarkan di inbox tidak terbalas karena waktu memang sungguh mengukung. Hari minggu kuhabiskan dengan bermain piano membantu untuk perayaan ibadah. Kehidupan yang sederhana. Namun apabila ada tiga aspek yang terpenting dalam arsitektur, ada jalan2, ada pemikiran dan ada karir / pekerjaan. Pemikiran ada di urutan teratas, kemudian jalan – jalan ada ditengah dan kemudian barulah karir / pekerjaan ada di bagian terakhir. Pengalaman itu ada bukan hanya dalam satu garis CAD drawing. Namun ada pada saat kamu berjalan – jalan. Ketika kamu berempati terhadap lingkungan sekitar. Membuka mata lebih jelas dan mendengar lebih seksama
Arsitektur dan karir. Karir itu ada di dalam hidup tapi Hidup itu tidak ada di dalam karir dalam artian langsung. Karir itu satu dari beberapa aspek dalam hidup. Karir itu penting karena itu berkaitan dengan bagaimana kita bertindak terhadap sekitar kita. Karir tidak akan memahat karakter kita begitu dalam. Karir itu hanya hitungan jam dan hasil. Seperti seorang arsitek yang bekerja dengan diagram dan bangunan. Apapun hasil nya, karir hanyalah seperti itu, ada dalam hitungan jam dan hasil. Perdebatan akan berlangsung sangat sengit apabila kita berbicara mengenai karir, karena sedikit banyak itu akan menyerempet aspek terpenting kita, yaitu harga diri. Ya itu bagaimana kita dilihat oleh orang lain. Bagaimana tingkatan kita dimata orang lain. Bahkan hati pun tidak akan berbicara kalau idealisme pemikiran kita tercoreng begitu saja. aku secara aku ngga pernah berharap untuk bisa ada di tempat ini, aku disini bukan karena aku. Tapi karena orang – orang yang ngedukung, kita ada di jalinan rantai yang saling dukung mendukung. Semua tergantung pikiranmu sendiri. Semua tergantung apa maumu. Apabila kamu menginginkan sesuatu, dapatkanlah, persiapkanlah.Segala yang kita dapat bukan hanya satu jentikkan jari.
Tapi kehilangan akan semua usaha kita bisa dalam satu jentikkan jari.. semua yang kita raih sekarang, bisa aja hilang. Kalo itu hilang. Aku ngga akan pernah ngerasa hilang…
Banyak arsitek yang terdikte oleh karir mereka. Mereka tenggelam dalam kesendiriannya dalam ide – ide yang akan merubah dunia. Semua itu butuh pengorbanan antara idealisme arsitek dan dorongan kapitalis. Sungguh miris, arsitek yang pendeta dalam perubahan perkotaan yang lebih baik, harus tunduk dalam kungkungan waktu dan idealisme yang akan merusak hidupnya. Kita ada di era yang semakin cepat dan teknologi yang semakin handal. Arsitektur itu pada akhirnya boleh saja dihayati seperti keyakinan yang teguh. Namun pada akhirnya, hidupmu bukan sebatas bentuk yang elegan dan gestalt bentuk. Yang aku rasain, disini hambatan begitu besar, mungkin ngga semudah yang dikira. Seringkali harus tunduk dalam stigma – stigma kebaratan dan rasialisme di kantor. Kata buktikan kembali muncul bahwa kita harus bisa. Banyak orang dan aku sendiri memang belum sampai ke tahap itu. Namun pada saat itu aku akan punya wanitaku untuk hanya ada. Arsitek itu seharusnya orang yang paling bahagia dalam hidupnya. Dia harus punya respek terhadap orang – orang sekitar. Dan orang yang akan berkompromi dengan sekitar. Karena dia akan merubah segala sesuatu yang ngga baik dalam tatanan perkotaan dan mempunyai visi untuk bisa mengubah tatanan. Arsitek seharusnya bukan orang autis. Ia harus sensitif terhadap orang lain. Itu dulu yang terutama. Bukan aku, tapi kita dalam hanya satu jentikkan jari. Hanya satu.
Meninggalkan Kota ini akan terasa berat, dimana semua seakan – akan sebegitu baiknya dan amannya. Kubisa mendapatkan apa yang ku mau disini. Kata “kebanggaan yang melekat” serasa seperti topeng yang menipu, seperti pisau yang memiliki dua sisi. Meninggalkan semuanya untuk mengambil keputusan yang tentu saja tidak biasa sungguh sulit. Ada kalanya kita seperti ada di satu pengadilan dalam masyarakat. Dimana kamu dinilai dari keputusan yang kamu ambil. Namun pada akhirnya aku kembali sadar, bahwa kita tidak hidup dari aku itu sendiri. Kamu hidup untuk orang – orang yang terpenting dalam hidupmu. Aku tidak pernah ambil peduli terhadap pandangan umum, jadilah terang asal itu wajar kemudian tertawakan dirimu dalam masa depan. Itu satu hal yang sungguh baik untuk dijalani.
Ada kalanya mendengar pemblokiran site oleh pemerintah karena satu buah video. Sebuah cara yang sangat tidakmasuk diakal. Terkadang kita berpikir kerdil. Membuat solusi yang konyol dengan isu yang lebih besar tidak terselesaikan. Informasi itu ada dimana –mana sementara ini, kita hanya bisa jujur menghadapi informasi… tidak ada yang bisa kita lakukan untuk mencegah pemblokiran informasi. Cepat atau lambat itu akan sia – sia . Semua ini membuatkita hanya bisa menghela nafas..Ada kalanya ku mendapat email mengenai peristiwa 23 mei yang sungguh mungkin untuk terulang. Sungguh pedih rasanya ketika mendengar kembali peristiwa itu. Ketika bencana – bencana kembali berulang dan mengakibatkan banyak korban jiwa.Ada saja orang – orang yang berbicara dan bertindak demi perutnya sendiri. Sungguh miris bagaimana seringkali kita dipermainkan oleh system yang kita buat sendiri. Manusia membuatnya dan manusia jugalah yang mempermainkannya. Mari kita tunggu akan jadi apa segala kondisi dalam tahun – tahun ke depan.
Aku berdoa semoga bulan – bulan ke depan akan semakin menarik dijalani dan dipahami.
Dan cerita kemarin sudah usai dan cerita esok akan kembali dimulai mengenai apa yang terjadi… nanti.
29 April 2008 “Di dalam satu cerita, satu paragraph, satu skenario. Semua menunjukkan satu keterkaitan dalam ritme yang berbeda “
Adakalanya terdapat beberapa kata dan ada kalanya juga terdapat beberapa titik, beberapa perhentian, beberapa jeda dan beberapa koma.. Semua terbagi menjadi 3 bagian. Saat kata itu ada, saat jeda itu ada dan saat titik itu ada. Saat titik itu ada menandakan kita akan berhenti untuk kemudian ada jeda dan memulai kembali dengan kata yang baru.
Saat – saat menemani Albert dan Mamanya yang berkunjung ke London. Adakalanya terdapat beberapa kata dan ada kalanya juga terdapat beberapa titik, beberapa perhentian, beberapa jeda dan beberapa koma.. Semua terbagi menjadi 3 bagian. Saat kata itu ada, saat jeda itu ada dan saat titik itu ada. Saat titik itu ada menandakan kita akan berhenti untuk kemudian ada jeda dan memulai kembali dengan kata yang baru.
Ada kalanya waktu mengajarkan kita kesabaran dan ketidakpastian. Seperti proses penulisan kata – kata yang terlihat sederhana dan dan diulang – ulang. Lihatlah Pandai besi yang menempa besi. Dari mata orang biasa, ia sedang mengulangi kegiatan yang sama. Palu menempa, tetapi orang yang mengerti tahu setiap pandai besi mengangkat palunya, dan menempa besi itu. Intensitas dari tempaaannya berbeda. Tangan mengulangi gerakan yang sama, ketika tangan itu menempa mendekati. Ia akan mengerti bahwa ia mengerti untuk menekan dengan kurang atau lebih tekanan. Itu sama dengan repetisi. Itu terlihat sama namun berbeda. Suatu ketika saat itu akan tiba ketika kamu tidak lagi berpikir tentang apa yang kamu lakukan. Kamu menjadi kertas, kamu menjadi tinta , kamu menjadi kata – kata. “. Setiap orang dari kita memiliki jalan yang berbeda – beda, pribadi kita dan keahlian kita masing – masing. Ya sebenarnya kita sedang menempa diri dengan lingkungan dan keadaan yang membatasi kita.. kita sedang belajar menjadi seorang pandai besi. Yang melakukan kegiatan repetisi dan terus menerus. Terlihat sama setiap hari, terkadan dari luar begitu membosankan, begitu tidak menarik, ..namun saat kita bisa menjadi kertas dan tinta itulah saat kita memiliki kebanggaan sepenuhnya..
Ada satu cerita tentang Seorang teman terbaik dari Negara Amerika. Ia bercerita dimana dia sekarang memiliki kondisi yang berbeda, ia seakan – akan tidak mempunyai apa – apa untuk diperjuangkan. Ia berkerja dalam satu tim yang merupakan project terbesar yang pernah ditangani di kantor. Ia terus menerus melakukan repetisi yang sama karena fase desain yang sudah relatif selesai dan ia hanya perlu menggambar dan memproduksi gambar. Karena itu ia ingin sekali bisa kembali mendesain konsep – konsep seperti sewaktu dahulu di kampus.. dan kembali menikmati masa – masa kuliah yang penuh dengan ide – ide. Kemudian kita pun bercerita mengenai bagaimana masa – masa kuliah dulu. Hal yang menarik terjadi ketika kita berbicara mengenai ambisi dan mimpi. Ambisi itu berbeda dengan mimpi. Ambisi adalah nafsu dan keinginan kita, ketika kita berbicara mengenai ambisi, mata kita akan liar, dan nafas kita akan tersengal – sengal… namun ketika kita bercerita mengenai mimpi, saat – saat itu akan teduh, dan cerita itu tidak akan ada habisnya..dua hal hampir sama namun jelas berbeda. Aku percaya bahwa kita harus mengejar dan mewujudkan mimpi kita. apapun yang sedang dan akan terjadi, itu berarti kuyakin selalu bahwa kita harus mencintai apa yang kita kerjakan dan perbuat.
Semua ini kembali berulang, ada kerinduan untuk kembali ke masa – masa penuh pencobaan, dimana semua masih terasa tidak pasti. Masa – masa 3 bulan pertama di tahun pertama, kedua dan ketiga. Ku tahu, sekali kumelepaskan semua yang ada disini, aku akan kembali lagi berada didalam suasana yang baru. Pertanyaaannya adalah apakah masa yang sekarang itu sudah cukup…. “waktu itu berbicara dalam berbagai macam dimensi, waktu berbicara dalam dimensi detik menit jam dan hari – hari yang akan atau telah lewat “ namun pengalaman untuk belajar itu akankembali dalam kemauan dirimu itu sendiri untuk belajar, bahkan jika perlu waktu itu akan tunduk kedalam kekuatan keinginan. Mungkin waktu 1 bulan, 3 bulan ,6 bulan 1 tahun akan tidak cukup, namun bisa juga itu sudah lebih dari cukup. Tidak ada yang pernah mengerti akan kekuatan keinginan. Jangan pernah menghitung dan membatasi dirimu sendiri. Saat hati kita sudah bekerja, apa yang tidak mungkin akan menjadi mungkin. Saat ini kerinduan yang amat sangat untuk bisa kembali meneruskan studi di tempat – tempat terbaik sudah begitu terlihat…
kata kebanggaan mulai sirna dan kata ketiadaan akan mulai menghampiri… sekali jalan sudah terbuka, dan kaki mulai melangkah maka tidak ada kata kembali…
Mengenai Jejak – jejak langkah Kita selalu menemukan jejak – jejak langkah orang lain dalam hidup ini. Jejak langkah orang tua, kakak, orang – orang panutan. Jejak – jejak itulah yang akan membimbing kita, seperti menemukan beberapa panutan untuk membantu mengarahkan kita ke arah yang baik. Jejak langkah itu ada yang besar , ada yang terlihat jelas, ada juga yang terlihat samar – samar. Alih – alih dari jejak langkah yang sudah dijelaskan… Jari jemari ini mulai bergerak. Tidak tertahankan untuk menulis beberapa paragraph mengenai cinta. Cinta itu sebuah misteri. Misteri itu datang dari pribadi wanita. Wanita menjaga misteri dan membukanya dan mengajarkan mengenai arti bagaimana berbuat dalam hidup.. Satu dan lain hal kita merasa tak pernah sempurna tanpanya. aku belajar mengenai tulusnya menghargai, aku belajar mengenai tulusnya arti memaafkan. aku belajar mengenai arti ada dan tiada. juga aku belajar mengenai arti simpati mengenai orang lain. aku belajar mengenai tulusnya berbuat. Satu demi satu aku baru mulai mengerti, satu dan lain hal mengenai wanita. Di antara perbedaan 6 jam yang sungguh sulit untuk dijalani, aku percaya wanitalah yang akan memahat pribadi kita, watak untuk menjadi lebih baik.. Dimanapun diri ini melangkah kupercaya jejak langkahnya selalu ada dalam doa dan cita. Dan jawaban akan pertanyaan diatas adalah ….Seringkali diri ini bertanya sampai kapan kita harus mengikuti jejak langkah yang ada di dunia ini. Apakah ada saatnya kita membuat jejak langkah sendiri bagi orang lain ? Untuk menjadi diri sendiri ? Wanita terbaikku berbicara “kamu harus bisa menjadi diri sendiri, karena kamu adalah kamu dan bukan orang lain, kita hanya ada satu, hidup ini hanya satu kali. Jalanilah sepenuh hati.” Aku selalu bersyukur bisa mempunyai orang yang mendukung setiap langkah yang direncanakan dengan tulus.
Hidup memang tidak pernah tergesa – gesa, Namun sekarang saatnya aku ini berlari dengan kencang …
Hidup memang tidak pernah tergesa – gesa, Namun sekarang saatnya aku ini berlari dengan kencang …
This scheme used city beautiful model, axial avenue, and civic grandeur as principal. I was interested on pedestrian pocket and Howard Ebenezer’s garden city idea to generate new replicable model for Indonesia’s cities. I believe that new generic solution should be invented for Indonesia sub urban area. I named it Agriculture Neighborhood to respect the Agriculture as genuine heart of Indonesia.
Agriculture neighborhood is defined as original model, well developed, mixed use based on context, agriculture on its heart. It is within an area within a quarter mile and walkable distance. It consists of housing, offices, retail, school, library, daycare, recreation, parks with station in 5 minutes walking distance and accommodates the car as well as transit. Car parking can be used for all housing and other functions. The housing types are standard low rise 4 levels with higher density and 2 level of town houses. In here, local inhabitant will be able to cultivate land, using crops to sustain the area as a part of one big city [Tangerang].
All of the houses are in the walking distance as one neighbourhood without gated community and solving security problem by maintaining sense of belonging and creating defensible space in the area.
The importance of agriculture neighbourhood is that it provides balanced live, growth in jobs, housing, and creating opportunities for using train as public transportation. Surely it will produce better environment towards sustainable cities.
this view look at the opportunities that can be developed in peri-urban area and shows public transport as one important solution on solving commuting problem, agriculture as the heart of neighbourhood, pedestrian walk in 5 minutes walking distance.
I showed this scheme to my professor in New South Wales University, Jon Lang. this is his comment, “Agriculture is one of the interesting part of this scheme, it’s not so dramatic but it is powerful, it was great exercise of you. By more doing design you’ll get more experience and confident in Urban Design, Congratulation Rich.
Memang benar keadaan disini memang luar biasa menariknya, untuk dipelajari, dan dipahami..
Sudah 6 bulan di sini, di kota yang baru, dimana matahari terkadang ada disini hanya untuk mengedipkan mata dan kemudian bersembunyi kembali. ½ tahun disini , setiap hari waktu berpacu dengan rutinitas yang lama – lama terlihat semakin nampak. Semua terasa begitu lambat dalam kenangan namun terlalu cepat ketika ada dalam langkah – langkah. Dimensi yang berbeda di kota yang berbeda. Cerita berbeda di tempat yang baru. Dimulai dengan saat – saat pertama datang dan ketidak tahuan kemana langkah ini mengarah.
Sudah 6 bulan di sini, di kota yang baru, dimana matahari terkadang ada disini hanya untuk mengedipkan mata dan kemudian bersembunyi kembali. ½ tahun disini , setiap hari waktu berpacu dengan rutinitas yang lama – lama terlihat semakin nampak. Semua terasa begitu lambat dalam kenangan namun terlalu cepat ketika ada dalam langkah – langkah. Dimensi yang berbeda di kota yang berbeda. Cerita berbeda di tempat yang baru. Dimulai dengan saat – saat pertama datang dan ketidak tahuan kemana langkah ini mengarah.
Ini seperti masa2 sebelum setengah tahun pertama. Ada suatu cerita ketika 7 bulan setengah yang lalu, aku ditanyakan oleh salah satu teman terbaikku. “Apa mimpimu kedepan teman ? “… Ku terdiam mengenai apa jawaban yang mungkin bisa dilontarkan untuk menjawab. Saat itu ku hanya bisa menjawab, “ku butuh hidup baik dan sederhana … tidak kekurangan apa pun, dan biarkan segalanya mengalir dengan usaha yang terbaik ”. Kemudian ia menjelaskan mengenai jalan hidupnya, bagaimana menetapkan tujuan, dan hal- hal yang dia lakukan untuk mencapai mimpinya, hal – hal yang teknis dan mendasar yang dipersiapkan. Sesuatu yang dipikirkan dan tidak hanya seperti kemana air mengalir. Kita semua butuh sebuah pencapaian, bukankah semua sama, kita butuh sesuatu yang nyata, bukan hanya angan – angan.. semua itu bisa digenggam teman.
Ini seperti masa2 sebelum setengah tahun pertama. Ada suatu cerita ketika 7 bulan setengah yang lalu, aku ditanyakan oleh salah satu teman terbaikku. “Apa mimpimu kedepan teman ? “… Ku terdiam mengenai apa jawaban yang mungkin bisa dilontarkan untuk menjawab. Saat itu ku hanya bisa menjawab, “ku butuh hidup baik dan sederhana … tidak kekurangan apa pun, dan biarkan segalanya mengalir dengan usaha yang terbaik ”. Kemudian ia menjelaskan mengenai jalan hidupnya, bagaimana menetapkan tujuan, dan hal- hal yang dia lakukan untuk mencapai mimpinya, hal – hal yang teknis dan mendasar yang dipersiapkan. Sesuatu yang dipikirkan dan tidak hanya seperti kemana air mengalir. Kita semua butuh sebuah pencapaian, bukankah semua sama, kita butuh sesuatu yang nyata, bukan hanya angan – angan.. semua itu bisa digenggam teman.
Suatu waktu disini dimulai dari kebimbangan yang ada ketika tiada siapa – siapa untuk mencari tempat tinggal, dan jalan yang sangat baik pun dibukakan, , membantu untuk melewati saat – saat yang sulit disini, dimana jarak tempuh dari tempat kerja hampir 2 jam perjalanan, pola makan yang belom sesuai, kantong yang mulai menipis, jam kerja yang semakin lama semakin tidak menentu. Ada juga saat – saat dimana sampai tidak ada baju lagi untuk dipakai, karena jarangnya pulang kerumah dan tiadanya waktu untuk sekedar mencuci, karena kesibukan kerja yang memang tidak bisa ditunda, seketika terkadang saat pulang kerumah , canda tawa dari anak2, sungguh menghibur. Thanks ya Mas Ari Mbak Lia, for your hospitality.
Disini iterasi design yang pernah dialami kembali terjadi, bahkan inilah ujian terbaik yang pernah dijalani.. berminggu2 tanpa henti, … sesekali kita menghirup nafas, seketika itu tarikan itu kembali muncul untuk kembali ke tekanan yang semakin lama semakin meninggi seperti menarik lagi untuk tenggelam ke dasar,… ada pelajaran baru disini, pengolahan berbagai macam diagram. Beberapa isu yang penting seperti isu2 yang sedang trend di dunia ini, green design, efficiency, monumentality… pengolahan diagram2, terkadang kita berbicara mengenai sistem yang kita sendiri tidak tahu dimana kita berpijak, ada dimana kita ?
dulu, seringnya berkata – kata tanpa mensistematiskan apa yang mau dipikirkan, dan disampaikan. Seolah- olah kita terlihat dalam kemauan bereksistensi saja. Berdiskusi dengan lulusan – lulusan arsitek dari tempat – tempat terbaik, seolah – olah kembali menampar, apakah benar cara – cara untuk berdesain yang selama ini diyakini. Penekanan pada diagram dan kejelasan bentuk benar2 nyata terlihat, berdasarkan keobjektifitasan. Pentingnya bagan dan matrix – matrix yang tidak hanya sebagai alat kosmetik belaka, itulah jiwa yang akan mengarahkan proses desain kearah yang lebih melesat jauh. Ya lompatan – lompatan design iterasi itu akan kembali ke pentingnya strukturisasi diagram dimana lompatan design yang lebih tinggi dan terarah. Tidak hanya seperti itu, namun bisa lebih tajam lagi.Ketika panah sudah ditarik dan dibidikkan dengan sekuat tenaga maka panahnya akan melesat jauh untuk menghujam dengan tajam di sasaran yang dicapai.
Dahulu prinsip arsitektur ada di alam khayalan dan perasaan, disini arsitektur adalah design, bisnis, dan subjektifitas dalam objektifitas Tarik satu garis lengkung mengarah ke atas dalam wajah, dan coba tersenyum..
Ada cerita dimana saat – saat kehilangan dompet, ya semua kartu – kartu yang penting ada disitu. Saat itu kudalam keterburu2an dalam perjalanan ke kantor. Kuterburu – buru turun dari bus, dan kemudian sesaat kemudian tersadar namun sudah terlambat. Telpon berdering di keesokan harinya dan itu dari perusahaan bus, mereka menemukan dompet itu, tidak kurang suatu apapun. Ketika seorang pegawai bank mendengarkan cerita yang baru saja terjadi, ia seketika berkata, di kota ini, ternyata banyak orang yang baik, di London hal seperti ini tidak pernah terjadi…. Saat sudah larut malam kuputuskan untuk pulang, di bus station, ada seorang ibu – ibu, ia berasal dari Jamaika. Seketika kita tenggelam dalam perbincangan yang menarik mengenai kejadian – kejadian yang ada di hari ini, dan betapa kita harus berhati – hati di kota ini , di akhir perbicangan itu, ibu tersebut berkata, tidak ada yang kebetulan di setiap saat dalam hidupmu, kita bertemu disini tidak karena kebetulan namun karena jalan yang diatur bagimu, OlehNya… “Rich aku dan kamu ada disini untuk sebuah tujuan, aku akan menjagamu. Dan kemudian, kita kemudian tertawa tergelak – gelak, di akhir perbincangan, ternyata kita baru menyadari bahwa rumahnya hanya berbeda 1 blok dari ku, sementara bus station kantor tempat kita bermula itu sekitar 1 jam dari sini, seakan – akan mendapatkan satu lagi teman baru. ya ku percaya atau tidak bahwa tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini , semua ini hadir untuk suatu tujuan tertentu. Kejadian ini mengingatkan bahwa ku selalu dalam lindunganNya.
Seperti salah satu perkataan teman terbaikku, semua akan indah pada waktunya… Kubaru menyadari akan arti 1 hari ke depan., … hanya 1 hari ke depan di masa lalu, hanya 1 hari kedepan dalam satu tahun ke depan, …
Seperti salah satu perkataan teman terbaikku, semua akan indah pada waktunya… Kubaru menyadari akan arti 1 hari ke depan., … hanya 1 hari ke depan di masa lalu, hanya 1 hari kedepan dalam satu tahun ke depan, …
Pernah suatu ketika seorang teman, bertanya tentang kebimbangan dalam dirinya untuk jalan hidup yang ia tempuh.. kuyakin bahwa sampai nanti kebimbangan demi kebimbangan selalu datang.. semua hanya menyisakan cara kita bersikap terhadap keadaan ini. Kurasakan bahwa tempat kita berada sekarang adalah angan – angan dari 1 hari kedepan dahulu . Itulah buah dari tindakan – tindakan kecil yang dilakukan dimana 1 hari ke depan dimulai dari pola pikir yang sangat sederhana. Keinginan untuk maju akan membuahkan kemajuan.. Keoptimisan tinggi. Optimis dalam pikiran dan tindakan. Di sini, kebiasaan berbagi yang tetap dilakukan di tengah keegoisan yang ada seakan menjadi langka, , …
Ada satu cerita ketika kita duduk2 di kantor, satu orang berasal dari Malaysia, satu orang dari Hongkong, Satu orang dari Spanyol, dan kita saling bercerita satu sama lain mengenai kampung halaman, dan membuka situs google earth, satu persatu menceritakan Negara asal kita. Orang Spanyol menceritakan mengenai bagaimana hangatnya pribadi orang2 di Negara asalnya, orang hongkong dan Malaysia pun menyambut dengan serentak menceritakan bagaimana lingkungan rumah tinggal mereka dan kondisi keluarga mereka sehari – hari , pikiran ini kembali menerawang, apa yang kucari di tempat asalku. Keluarga, teman – teman, satu persatu detik . menit , jam tidak akan pernah kembali. Dimana kita ada sekarang kuyakin kita semua sedang mengejar tujuan kita masing – masing.
Kuteringat perkataan seorang kawan “ Ingat teman hidup itu harus seperti rajawali, mengepakkan sayap, jangan lah menjadi seekor anak ayam , rajawali akan senang untuk tantangan, dan akan menjalani tantangan itu sendiri tanpa dipaksa. Ia akan senang akan badai yang ada di depannya, mengitarinya dan kemudian menembus badai itu.” Satu persatu rintangan yang dilompati untuk melewati area ketidaknyamanan akan mendatangkan beribu rintangan yang lebih tinggi… Kehangatan yang selama ini hilang, perlahan – lahan mulai Nampak kembali…Detak jantung yang semakin teratur menyesuaikan pikiran dengan keadaan yang ada, …. detak itu semakin cepat terkadang, … nafas itu semakin pelan terkadang.
Ku belajar dari teman terbaikku, untuk mengatur nafas itu mengatur derap hidup kita. Satu Hari ke depan, … berbuat yang terbaik untuk hal – hal yang kecil dalam hidup kita. Satu hari ke depan untuk selalu berpikir positif. Dan satu hari ke depan untuk selalu merenungkan diri dalam doa. Satu saat ini menyebabkan diri ini kembali terdiam,… untuk berpikir kembali..
Baru saja 7 hari kemarin, kita masuk ke tahun yang baru 2008, terkadang di detik – detik itu, waktu terasa sangat cepat terkadang, sangat lambat terkadang,…, Semoga tahun 2008 ini, semua keadaan akan semakin baik untuk kita semua, dimanapun kita berada… Sesungguhnya masih tidak percaya untuk ada di tempat seperti ini, sesekali terpenjam ketika dalam suatu siang duduk bersama teman – teman kantor, bercerita mengenai kisah kisah dimasa dahulu di pinggir sungai. Ada juga suatu sore ketika sedang berjalan – jalan di koridor kantor yang sering Nampak di sebuah buku di pojok perpustakaan dulu. Memang benar keadaan disini memang luar biasa menariknya, untuk dipelajari, dan dipahami..;)
“Hiduplah seperti pohon, tumbuh perlahan – lahan dan tidak tergesa – gesa” Tisna Sanjaya
Di hari – hari terakhir di Singapore, akhirnya ada kesempatan juga untuk Melihat Hongkong, berkesempatan juga jalan2 ke kota ini , bersama Iyok, Koes . Melihat, menyentuh, merasakan karya2 terbaik yang ada di sini. Thanks Arie, Dowel, Anis for your hospitality.
“Diri yang pemimpi “ saat menuju 2 tahunan kemarin. Banyak pelajaran yang terjadi, mengenai karir, hidup, cinta dan harapan. tiap2 peristiwa mempunyai arti tersendiri. Kembali ke perkataan pak Tisna untuk tetap “ hidup tidak tergesa – gesa“. Keinginan ada karena diri sendiri, tidak untuk dipaksakan dengan tergesa – gesa. Mimpi untuk lepas dari kemapanan yang sudah ada, mimpi untuk melawan arus dan mimpi untuk menjadi diri sendiri. Teringat buku yang dulu dibaca mengenai bagaimana menjalani hidup ini sebaik – baiknya jadilah ikan salmon yang sehat yang selalu menjadi arus bagi dirinya, dan lincah dalam melawan ataupun mengikuti arus”. Perjuangan pengambilan dan menjalani keputusan itu pun sangat sulit sekaligus. Akhirnya proses Resign selesai, sayap kembali terkepak, untuk berlari dan terbang. Keputusan untuk melepaskan apa yang dicintai dan kembali ke mimpi yang ada. 1 tahun yang terbaik di DP architect , 1 tahun yang terbaik di Urbane Indonesia. 3 Bulan yang terbaik untuk berhenti sesaat
Perjalanan pun tiba di angka 15 hari setelah waktu resign.Hari – hari tanpa pekerjaan tetap. Suatu waktu ku bertemu dengan orang2, disitu disimpulkan bahwa kenapa melepaskan pekerjaan tanpa mengetahui apa yang ada di depan kita, itu memang benar.. untuk apa, perkataan itu dipikirkan selama beberapa lama. Apa yang dikerjakan pada saat – saat tanpa pekerjaan seperti ini? Perhitungan matematis seperti gaji yang nol, dan defisit tabungan yang terus menerus. Ada kalanya ingin kembali ke saat – saat terdahulu, dimana semua masih terpegang dan hidup itu terasa sangat pasti. Bekerja itu seperti peningkatan intelegensia, ketika kita meningkatkan intelegensia terlalu berlebih, sekarang saatnya bagamaina situasi yang kosong mengingatkan untuk selalu mawas diri.
Suatu ketika, tertegun, saat itu jam 7 pagi di kamar, Jakarta, merenungi diri ini. :) mau kemana diri ini. Flashback pikiran, tiba2 terlihat keluarga, kehidupan , teman, kampus lagi. Terlalu banyak keraguan yang ada, semua harus dilepaskan perlahan – lahan untuk bisa melecut maju. Ya kenangan demi kenangan itu selalu ada, sejak pertama kali 6 tahun yang lalu memasuki dunia arsitektur, sampai sekarang. Flashback itu terasa begitu cepat. Aku merasa ini titik yang terbawah dimana memang tidak punya apa2 untuk diperjuangkan. Tanpa disadari ternyata ku percaya dengan kekuatan keinginan dan doa, begitu kita hidup dengan penuh tujuan 200 dari 100 persen , jalan akan terbuka. Dengan kekuatan doa, jalan yang itu akan selalu dibukakan. Tiada logika memang.
Ada beberapa cerita berharga dari sepanjang perjalanan transisi yang menarik ini :)
Ada suatu cerita, pada saat projek desain toko di Banjarmasin. Ku bertemu dengan om tua yang akan mengurus neon sign bersama ayah juga, mereka, orang2 dengan 40 tahun pengalaman berdua bercerita dan bercerita. Mereka berkata bahwa kita harus mensyukuri apa yang kita dapat, hidup untuk selalu puas akan hasil yang sudah diberikan, melihat apa yang dipunyai. Yang sulit itu apabila kita mau untuk mensyukuri apa adanya. Apabila kita ingin selalu ke atas, kemanakah ujungnya ? Ingat bahwa Di atas langit masih ada langit ? ada waktu juga sekonyong2 oma yang baru saja datang dari kota samarinda, di hari yang lain, memberikan wejangan, kamu sekarang sudah maunya apa ?
Kemudian, Suatu waktu diajak juga ke tempat ajeb2 yang eksotis penuh dengan wewangian rokok, lampu warna – warni dan desain lekuk2 yang sensual. Suara2 itu sungguh menghipnotis, ada kalanya 10 menit kita terdiam hanya untuk mendengar suara ajeb2 yang sebenarnya berorder jelas penuh dengan ketukan yang berdebam. Sejauh melihat aktifitas yang ada disana, mereka semua tertawa penuh makna, minum bersama penuh makna, terkadang meliuk – liukkan tubuhnya seraya mengangkat tangannya lurus keatas. Satu hal yang pasti mata – mata mereka adalah mata kesepian.
Suatu sore di kantor IAI perbincangan pun dimulai dengan salah satu arsitek senior, angkatan 64, nama beliau sering didengungkan ketika ada penjurian sayembara arsitektur, beliau bercerita mengenai bagaimana dahulu beliau berkarya hingga sekarang. Ku bertanya pula, “pak worth it ngga sih jadi arsitek “ hehe , beliau pun menjawab sambil menatap dengan pasti” veeeeeryyy, ini sebuah berkah bagi saya “. Sambil tersenyum .Kita kemudian ngobrol2 gimana kehidupan arsitek yang selalu penuh lembur dan jam malam2 memang sulit namun ya itulah arsitek. Beliau berpesan “masyarakat kita biasa hidup tidak jujur, disini, semua seperti berpura – pura, kita tidak bisa bangkit kalau kita tetap tidak jujur.. untuk menjadi arsitek kamu harus punya nama, untuk bisa berbuat “ Ketika penutupan perbincangan, ku bertanya,”masih lembur ngga pak dikantor ?” beliau pun menjawab, saya sudah 14 hari ngga pulang nih, ya gimana ya arsitek ya seperti ini, [waw] ketika sampai ke lobby Jakarta Design Center, beliau pun menepuk pundakku dan dijemput oleh sopir nya naik mobil slk sport compressor, terlihat beliau sangat menikmati hidupnya… sampai ketemu lagi ya pak!
apa yang kita pikirkan apa yang kita inginkan itulah yang kita tuju, memulai perjalanan, Berbicara melalui hati dengan usaha dan doa.
Mengenai hidup dan pencarian tujuan dalam hidup.. harga yang dibayar untuk sebuah impian itu mahal. Kehilangan kemapanan, kehilangan teman terbaik, kehilangan komitmen. Kehilangan dan kehilangan. Tidak semudah yang terbayangkan. Seorang teman yang sangat baik, pernah berkata untuk segala kemapanan yang telah dia raih, di berkata “ dibalik semua prestasi yang saya capai, saya berjuang keras dan mengorbankan banyak hal untuk itu, dan saya berhak untuk itu rich, ada nada kekecewaan di raut mukanya, seakan2 dunia ini tidak berpihak kepadanya..” salah Seorang teman lain yang sangat baik pernah menulis “Rich, remember to protect your dream and don’t let anyone take it away from you , not even yourself !“, setelah mimpi itu kita jalani, apa yang ada di ujungnya ? …cabang jalan yang penuh gegap gempita?… ataukah cabang jalan berbatu2 yang bahkan ada durinya?…. Kenapa selalu ada cabang2 jalan yang harus kita tempuh?…. aku bertanya, Kubersyukur karena ku masih bisa memilih cabang mana yang akan kupilih. Tetap berbuat dan Tetap berkaca..Kubersyukur untuk sadar bahwa semua pekerjaan itu harus bisa disyukuri. Ngeluangin waktu buat keluarga, dan Tuhan, disaat2 di seperti ini, rasanya seperti mendapat berkah yang tiada ternilai. I pray for You… impian sejak lama di Foster and Partners. Kesempatan itu datang. Ada medan yang baru di depan, menunggu untuk dijajaki. :)
Pada akhirnya teringat kembali pada satu titik perhentian di Hongkong yang membuat diri tertegun sampai sekarang, banyaknya unjuk rasa, bentrok antar keyakinan, protes dari pengikut dari salah satu sekte disana, benar2 membuat miris, suatu waktu internet pun dibuka utnuk memuaskan rasa penasaran, browsing – demi browsing dilakukan, “Organ Harvesting Camp ?”. Dunia ini sudah terbalik memang, penderitaan benar2 merinding. Kuatnya suatu keyakinan dan pertentangan paham dalam pikiran memang benar2 mengerikan. Batas antar benar dan salah sudah kosong. benar menjadi salah yang salah menjadi benar. Prinsip – isme yang menistakan kasih benar2 membuat tertegun.Ada suatu cerita ketika berjalan2 ke Bali di sebuah gudang , ada orang yang bernama pak Made, beliau menceritakan, ia bertemu dengan anand khrisna yang berkata “ jika ada sebuah hal yang membenarkan membunuh dan menyakiti sesama akan menerima kebahagiaan sejati, itu omong kosong, saya akan terima dicari2 untuk dibunuh untuk melawan hal itu “ tertegun memang, sudah bukan saatnya kita hidup di dalam dunia yang egosentris dan mementingkan diri sendiri. Dunia ini semakin lama akan semakin gila dengan tekanan dan pemikirannya yang sekuler. Untuk keyakinanku, kakakku pernah mengingatkan tentang perkataan seorang romo, Vertical itu bagaimana kita dengan yang diatas, hubungan dengan Tuhan itu sendiri. Horizontal itu bagaimana kamu berbuat terhadap sesama, siapapun dia, apapun keyakinannya, apapun penyakitnya, apapun keadaannya, berbuatlah untuk sesama. Kita hidup di dunia yang hampa akan kasih. Kita hidup untuk menyebarkan kasih… :) selesailah petualangan 3 bulan transisi kemarin, sekarang jam kembali berputar cepat setelah dibekukan Aura pulau Jawa dan Kalimantan yang sungguh menghipnotis…
Suatu waktu ku dalam liburan ke Bali dan Banjarmasin, berkeliling dari tempat satu ke tempat yang lain. Duduk berdiri dan duduk kemudian diam Hembusan nafas dari alam itu begitu terasa. Kita bernafas, alam pun bernafas, menciptakan ritme – ritme kehidupan Fibonacci yang lain. Ritme – ritme itu membuat monumentalisme tersendiri. Benar kata teman terbaikku, untuk pertama kalinya kulihat langit Bali itu begitu biru
I worked under my senior partners in Foster and Partners London, and his name is Gerard Evenden. I never imagined that I was accepted to work in London. At that time, I prepared my portfolio. I sent the portfolio to several studios. Many of them got rejected. I was anxious at that moment because I spent so much time preparing the portfolio. It’s six months in total. I printed 10 Copies in the Geylang area. It’s the place when there is one printing company that can print double-sided paper in outstanding quality. So far, I was proud of the portfolio because this portfolio has the theme of transformation. I have designed the cover, content, and story in the portfolio based on the timeline.
One morning check my email. I got the letter that I got the interview schedule. The interview was uncertain in how it’s going to conduct. I read in the letter the name Martin Castle. Yes, he is one of the associates in Foster and Partners. Then I went to the bookstore. I bought a book title “how to face interview in English.” The interview went well, and he asked me the last question. I answered, “How come that Foster and Partners is so big but still have a high-quality body of work? What is the secret of it? I want to learn.” He then told me that Foster and Partners is 1000 people more, and they are discussing each stage rigorously. The process will affect the result. He asked me, “How much do you want to get paid ?” I said, “it’s up to the standard; I don’t care; I just wanna learn in there.”
He then, continued “if you got accepted, what you Are going to do ?” I said I want to meet you in person and greet you; how grateful I am. He then laughs. And, my acceptance letter came two weeks after.
“Welcome to England – Working at Foster and Partners”
I did not know anyone in London. I tried to find a home, but I could not find any. Many people said in a digital forum that I should join PPI (Indonesian Student Union) in the United Kingdom. I tried to contact few people, like Indonesian architects in the UK, but nobody responded. Until I found out, a couple with two baby girls looking for a babysitter, and they have an empty room. Even though the location of Foster and Partners and Borehamwood, which is 1.5 hours from Battersea, it’s a precinct beside Thames River in south London. Their home was my best option. Then I flew to London after saying goodbye to few friends.
.
I arranged with Ka Ari and Ka Lia to meet me in Hendon station because they have a church meeting. The trip From the airport to Hendon took 45 minutes. I realized that London is so damn cold. I carried two huge bags on my hand and my back.
In the station, I found a phone Box. I called kak Ari, but no answer. The night was freezing, I did not use it, and I don’t wear any cold sweaters/jackets specialized for cold climates. “Realrich,” a guy shouted at me. I saw a man wore a black coat, “I am Ari, nice to meet you. Let’s go and meet our church group.”
I felt warm, and his smile made me feel welcome in this cold climate. I met few new friends on my first day in London. I had a decent dinner with simple food, chicken Soto (an Indonesian dish) Made by one of the group leaders. Suddenly I felt dizzy, and I remember that I had just spent 14 hours on the trip from Jakarta and had not had a good sleep. Kak Ari Patted my shoulder and said to me, “come on, Realrich, let’s go. You should have a rest.”
I looked at his family, and he has two baby girls. Shoot, I am officially baby sitter now.
“di Backstage ada semangat untuk salah, ada juga semangat untuk belajar, apalagi semangat untuk mencoba benar ,…terkadang mungkin kita lupa dengan ini.”
Suatu waktu di tanggal 22 Desember, melintas di kawasan Little india, Bugis, dalam perjalanan ke tekka mall. Opera Cina
Tidak terasa 1 tahun 3/4 bulan selepas bebasnya diri dari kukungan akademik untuk kembali masuk ke tantangan yang lebih bergolak. Tepat di angka 3/4 zona aman sudah mulai merasuk di diri, menenangkan hati, kenyamanan, rasa aman yang membuat kita bisa mulai berbuat, zona sekitar mulai masuk ‘tuk mendukung segala jalan, angka 1/4 adalah saat dimana diri masih tersesat dalam suasana, angka 1/2 adalah saat diri bebas dari ketersesatan dan kebingungan, angka 3/4 adalah saat diri mulai menjadi petunjuk bagi sekitar kita, hal ini kembali berulang kembali dalam kukungan tahun kedua,zona aman dan zona keadaan adalah 2 hal yang dominan di dalam angka 3/4. sekali lagi 3/4 itu datang di tahun kedua, di awal tahun 2007 ini …
Keadaan ini seperti perspektif 1 titik hilang,Dari Jauh untuk kearah satu titik fokus, melaju terus,dari besar ke kecil, kita diajak untuk melangkah terus meski tiada keinginan untuk melangkah, keadaan perspektif yang kita alami, mengajak untuk demikian, … suatu waktu adakalanya, disaat dorongan garis2 pengarah perspektif itu begitu menekan, kita harus berhenti , disaat itu, perspektif 2 titik muncul, kita melihat kekiri dan ke kanan, melihat ujung2 pandangan yang berbeda, garis – garis yang perspektif 2 titik, dimana kita mulai merasa empati dari sekitar yang menyebabkan 2 titik itu ada, untuk menoleh ke kiri dan ke kanan, mulai ada pertimbangan untuk melangkah. kemudian kita bisa berjalan lagi, tentu saja di perspektif 1 titik lagi… suatu waktu ada kalanya kita behenti kembali, ingin merasakan perspektif yang lebih dalam lagi, saat itu ada keinginan untuk melihat keatas dan ke bawah, untuk mulai berintrospeksi diri, saatnya perspektif 3 titik muncul, mulai merasakan ketinggian, posisi diri dimana kita berada, distorsi2 yang ada,di saat kita mau untuk berhenti dan berfikir, …
Perspektif 4 titik akan muncul apabila kita mau mereview kebelakang untuk mengingat dan belajar dari masa lalu, kurasa 4 dimensi itu mulai ada dalam diri kita, dimana kita bukan lagi merasakan bentuk dari perspektif itu sendiri, namun arti makna sudah merasuk dalam jiwa-jiwa yang terus bergerak dalam hidup kita.
Ada sebuah cerita, suatu waktu, ketika menunggu antrian makanan, tiba2 tersentak juga, melihat ada seorang ibu yang mengambil gerakan untuk tidak mau menunggu, serobot kiri dan kanan, memaksa tuk menggeleng2kan kepala, suatu waktu juga ada kejadian menunggu barang yang diinginkan selama 3 bulan ini, sampe ke depan toko, ternyata barang itu habis, setelah itu, dengan kekecewaan mengambil taxi untuk menuju orchad, dikala itu, cuaca hujan deras, terpaksa ditemani seorang teman sangat baik Menunggu di depan sebuah toko, tidak disangka disana apa yang diinginkan bisa kecapai, barang itu ada, hidup ini penuh dengan misteri, mungkin benar kalo segalanya akan berbalik kembali ke kita. Menunggu dan menunggu terkadang ini adalah pekerjaan yang paling tidak diharapkan dan ditunggu adalah sesuatu yang dinantikan. Suatu waktu ada juga akhirnya sampai juga di satu persimpangan hidup, dimana proses menunggu dan ditunggu itu ada, menunggu mengharapkan perasaan sabar, dan ditunggu melibatkan ketidaksabaran, ini masih menjadi suatu misteri, menunggu dan ditunggu, kebiasaan kita seharusnya lengkap untuk menunggu. Kesabaran itulah yang harusnya membuahkan kebenaran yang sepastinya. mungkin kita biasa ditunggu, sama seperti semua orang yang pada ingin hidup seenaknya, seperti juga dalam sebuah cerita selalu ada kata selesai, memulai dan kemudian bersambung, di satu saat menguasai segalanya, kehilangan segalanya dan memulai kembali yang baru. mungkin juga apabila kita sudah kehilangan sesatu yang menunggu kita, barulah kita sadar arti kehilangan…
akhir – akhir ini Kata buktikan seolah – olah sudah menjadi makanan yang tidak berujung, entah kenapa, rasa kenikmatan untuk pembuktian itu terletak pada proses, benar – benar menyenangkan, buktikan !pembuktian terhadap diri sendiri, kita seolah – olah terkukung dengan batasan2 mind set kita sendiri, saat kita melompat lagi, ada mind set lagi, melompat lagi kita mendapatkan mindset baru, pembuktian itu ada ketika kita berhasil melompati batasan mindset diri, memang tidak akan pernah habis, semua tergantung pada anda sendiri, apakah diri kita seorang petarung atau pencari keamanan.. pada saat kita berkata, rintangan ada di diri, saatnya menarik nafas dan merasakan kita pasti bisa. sekitar 1 minggu sebelum tulisan ini ada, mindset masih berbeda,. ketika itu kerinduan untuk berekspressi demikian adanya, rindu akan impian yang tidak mungkin, ingin membuat segala kemungkinan dari ketidakmungkinan. perbandingan diri kita yang sekarang dengan masa lalu itulah mind set kita. terkadang ku merasakan, bahwa kubutuh 1 1/4 tahun lagi untuk melengkapi segalanya, Project – project yang bergelimang untuk dihadapi, teman – teman yang senafas, semua itu seakan menjadi obat tersendiri bagi kukungan pekerjaan dan deadline yang terusmenerus. Di kala ini ku sadar, it is not bout your job dude, it is bout your life, cara kita mengerjakan sesuatu, berpikir terhadap sesuatu itu lah yang menempa. justru sekarang berbeda, ketika mengolah apa yang ada dan berhenti bermimpi itu membuat segalanya menjadi luar biasa,… menjadi begitu Rich, kaya bgt!… *tergelak-gelak
Ada juga, Suatu waktu di tanggal 22 Desember, melintas di kawasan Little india, Bugis, dalam perjalanan ke tekka mall, dalam kesendirian malam, terlihat satu panggung, disitu ada warna merah, dihias dengan rumbai2 emas, dan hijau tosca, merahnya pun merah menyala bak layaknya kertas ang pau, kemudian terdengar suara gong dipukul terus menerus dengan ritme suara yang konstan, sesaat juga terkadang terdengar suara gemerincing, dan suara biola yang digesek, dari jauh hanya nampak kelebat merah kuning dengan gerakan tari, ternyata itu adalah panggung tari, panggung teater cina. pengunjungnya tidak terlalu ramai, hanya orang2 yang sudah tua, menyimak bahasadengan alunan musik nan tinggi dan terkadang cukup untuk menusuk tajam telinga. kuamati gerakan tariannya, mimik muka orang2 tua yang menonton, orang2 tua disitu begitu menikmatinya. entah apa ceritanya, apa bahasanya, bergumam sejenak kemudian bersuara melengking nan tinggi, semua hingar bingar dan mereka para tua – tua yang menonton sungguh menikmati tari dan teater yang ada. Yang paling menarik justru ditemukan bukan di depan panggungnya, tapi di daerah belakang. Daerah belakang ini sungguh berbeda, lebih redup, remang2, suasana pun tampil dengan tidak dibuat – buat. Inilah dapur panggung sesungguhnya. Disini terlihat semangat untuk tampil, apalagi kemauan untuk tampil, ada di satu pojok canda tawa penari2 yang berbisik2 dengan pupur putih dan gincu merah, bertopi barongsai emas, jikalau kita melihat dari arah bawah, pandangan akan terbingkai oleh 1 orang penggesek biola dan 1 orang peniup trompet, vista terbentuk dibentuk tepat di tengah mereka, benar – benar , disini sungguh berbeda dengan suasana panggung, muram dan kotor namun penuh dengan semangat yang berapi – api. ada kalanya kesalahan kecil diperbuat oleh salah satu penari, dan yang lain pun tertawa kecil dengan gerakan menutup mulut, tentu saja di back stage. sesuatu yang salah pun bisa menjadi bahan kelucuan disini, Alhasil disini kita bisa belajar mengenai semangat di dalam backstage ini, elemen yang terpenting namun sering dilupakan, panggung seringkali menyilaukan dengan hingar bingarnya, merah kuningnya, namun terkadang, semangat backstage ini sendiri adalah jiwa dari panggung tersebut, semua ini sama seperti dunia kerja, maupun apapun yang ada di hidup kita, back stage itu hati, jiwa dan proses, dapur dari pikiran kita …panggung itu hanya pemanis dan pupur kiasan, yang terkadang menipu. di Backstage ada semangat untuk salah, ada juga semangat untuk belajar, apalagi semangat untuk mencoba benar ,…terkadang mungkin kita lupa dengan ini.
Semangat backstage inilah yang akan menjadi bahan pemikiran untuk kompetisi design yang akan datang, semangat untuk tampil, dalam ekspresi, dalam kebingungan ini, semoga 3 bulan ke depan, hidup sudah mulai menunjukkan kemanaarah seharusnya kita melangkah ,…
“Ketika ”berbeda dengan dimensi sebelum dan sesudah, ia ada di antara awang – awang masa kini dan masa lalu, “ketika” berbicara mengenai saat sesudah aksi diberikan, ketika, seperti pada suatu ketika,
Louis kahn dan Peter Zumthor lah inspirasi bulan ini.Adalah benar apabila semuanya ada dalam keteraturan sendiri, seperti, temukanlah aturan alam semesta maka kamu akan mengerti segalanya, mengenai keindahan bentuk dan proporsi terbaik.
Sulit untuk menyelami dimensi keindahan yang ada, yang kutahu hanya ada sedikit orang dari banyak orang yang mampu bergulat dengannya dan belajar darinya, semua akan kebingungan ketika berbicara tentang ruang dan keindahan, adalah baik untuk mencoba selesaikan semuanya perlahan – lahan dan tidak tergesa – gesa. Tenggelamlah dalam iterasi desain, dan rasakan jiwanya. meskipun gestalt dari setiap proporsi itu lah yang akan menentukan dari keindahan itu, kita membutuhkan sesuatu yang lain, jiwa harus dikeluarkan, tirai harus di dibuka, lewati batasannya, kuyakin bahwa kerja keras itulah yang menyebabkan jiwa itu mulai nampak nyata. Seringsekali kutanyakan masa – masa lalu kepada jiwa2 yang masih polos, jiwa kalian dimana , apa kemauanmu, karena seringkali karya terbaik akan muncul dari sentuhan personal manusiannya. It is about your soul, bukan tentang perhitungan AB AB. Karena kita hidup bukan dari perhitungan.
Suatu waktu ketika ku dalam liburan ke Jakarta, Kusadar ketika pada satu saat kuberpapasan dengan seorang tua renta, yang kepalanya hanya bisa tertunduk lesu tidak bertenaga, terkulai lemas tidak berdaya, seperti penyakit yang akan pasti menerpa,hingga mata ini mulai terpejam, kutanyakan pada diriku, dan kutanya lagi mengapa rentang waktu itu tidak pernah bisa direnggangkan, memang pada saatnya kata ketika itu akan datang, masa itu akan tiba, dimana semuanya akan renta. Bergantung hanya pada dirinya sendiri. Waktu kembali dan kata ketika mulai muncul. Suatu waktu juga Kuterhenyak sekali ketika tangan itu mulai membaca garis – garis tanganku, ia berkata, hati – hati akan penyakitmu, seakan – akan ganjalan besar yang tidak pernah kutakutkan, aku selalu berpikiran bahwa hidup ini terlalu sayang untuk disia – siakan, berbagi, menikmati, berekspresi, ku tidak peduli kurenggangkan badan ini, kutarik sampai ke batas maksimal,
Kuterkaget – kaget, melihat wajah yang lain yang terkejut, dan berkata kapan istirahat itu pernah kau pikirkan, kau hebat sekali, dibalik pujian itu kuserasa ditampar, batas memang harus selalu direnggangkan. sekarang ku sadar bahwa, tubuh harus dihargai, mencoba bertatap diri, dan menghargai diri, mulai dari diri sendiri dulu, baru ke sesama. Yah mari kita mulai program 3 bulan kedepan, 65 kg J Mungkin kali ini kuterlalu berlebihan dalam merenggangkan batasan diri, 2 sayembara besar dan pekerjaan kantor yang semakin menantang, tubuh ini hanya 1, jika selama ini selalu kurenggangkan batasan itu, baru kali inilah sadar, bahwa kita memang punya batasan.
Seringkali kita tidak sadar akan arti ketika, ‘ketika’ itu ada di dalam dimensi waktu yang selalu mengukung langkah dan jejak tangan kita. ‘Ketika’ berbicara mengenai waktu, dimana segala sesuatu tidak akan pernah diperkirakan, detik dan menit tidak akan pernah cukup. seperti waktu jeda yang sebentar di antara kesibukan yang merintang.., waktu pun tidakkan pernah cukup. Pada akhirnya seperti kata si bayi kentang, pada waktu kita mendaki gunung, pertama kali kita akan merasakan keengganan dan keluhan dalam memulai, setelah semuanya selesai kenangan itu akan terasa begitu indah, mengerjakan sesuatu dan memikul tanggung jawab itu seperti membangun sebuah dam, setiap pekerjaan itu selesai dam akan bertambah besar, terkadang air dari beban tanggung jawab itu meluap keluar, seketika itulah terjadi letupan – letupan=p, apabila dam itu tidak mampu menampung air lagi, ia akan hancur, saat itulah kita masuk ke rumah sakit :))
kuingin memperbesar damku hingga ke batas horizon, sehingga mampu kunikmati setiap kenangan yang ada, nanti.
Louis I. Kahn Conversation with Students Princeton press publication
In the realm of the incredible stands the marvel of the emergence of the column Out the wall grew the column. The wall did well for man. In its thickness and its strength, it protected him against destruction. But soon, the will to look out made man make a hole in the wall and the wall was very pained and said what are you doing to me?
I protected you I made you fell secure- and now you put a hole through me!” and man said “but I will look out, I see wonderful things and I want to look out. ‘And the wall still felt very sad. Later man didn’t just hack a hole through the wall but made a discerning opening, one trimmed with fine stone and he put a lintel over the opening and soon the wall felt pretty well The order o making wall brought about an order wall making which included the opening, then came the column which was an automatic kind of order making that which was opening and that which was not opening. A rhythm of openings was then decided by the wall itself which was the no longer wall, but a series of columns and openings. Such realizations come out of nothing in nature. They come out of a mysterious kind of sense that man has to express those wonders of the soul which demand expression
The reason for living is to express To express hate To express love To express integrity and ability.. All intangible things The mind is the soul. And the brain is the instrument from which we derive our singularity and from which we gather attitude. A story of Gogol could be a story of the mountain. The child and the serpent it could be chosen this way, nature doesn’t choose, it simply unravels its laws and everything is designed by the circumstantial interplay where man chooses art involves choice, and everything that man does, he does in art. In everything that nature makes Nature records how it was made In the rock is a record of the rock In man is a record of how he was made When we are conscious of this we have a sense of the laws of the universe. Some can reconstruct the laws of the universe from just knowing a blade of grass. Others have to learn many, many things before they can sense what is necessary to discover that order which is the universe. The inspiration to learn comes from the way we live; Through our conscious being we sense the role of nature that made us. Our institutions of learning stem from the inspiration to learn, which a sense of how we were made is. But the institutions of learning primarily have to do with expressing. Even the inspiration to live serves to learn to express. The institution of religion stems from the inspiration to question, which arises from how we were made.
I know no greater service an architect can make as a professional man than to sense that every building must serve an institution of man Whether the institution of government, Of home, of learning, Or of health, Or recreation
Suatu kalimat ‘ Belajar dari kekalahan, ..sama seperti permainan akan hidup …
Credit to : Liza Susanto, Budhi Hermawan
Ada menang ada juga kalah, mungkin saat2 mengalami kegagalan itulah justru saat yang terbaik, saat dimana kita bisa mensyukuri segalanya. sadar akan kesalahan. sama ketika kuterlempar dalam sinusoidal terbawah di tahun 2002, terimbas oleh cepatnya waktu kerjaan – kerjaan dan kegilaan yang mengalir di tingkat 3, akhirnya dapet nilai E untuk studio perancangan, akhirnya dikeplak juga buat sadar, syukur ada saat2 itu , lagi, masa menjadi gila, belajar untuk menahan diri. Setiap kita ada di bawah itulah biasanya kita bisa mengingat node hidup kita… seperti kita mengingat bahwa setiap 20 m harus ada node, setiap 8 meter harus ada gab … 20 meter dan 8 meter itulah saat terbawah kita.
dibalik itu,
juga akhirnya kalah juga di negeri ini, raffles hospital, hp dan tempat tidur jadi temen akrab selama 2 hari ini, terkapar di atas dunlopillo, terkapar dan terlentang bebas. Seperti sebuah permainan. Terjerumus dalam sbuah pertandingan bergrafik sinusoidal. Secepat secepatnya kamu ke atas, kamu pasti akan kebawah juga.
Hanya bedanya saat ini ku sedang di titik atas, kutenggelam dalam euforia kegembiraan , Berpacu dalam ide – ide dan pembaharuan untuk lingkungan yang lebih baik. Dimulai dari sms mendadak, Dapet juga juara 2 dari sayembara lampu kota, cukupppppp buat menggemukkan diri =p. Berkat liza dan budhi, satu dengan sukarela mewujudkan desain dengan intuisinya dari model yang rough, dan satu lagi untuk mewujudkan desain dari mulai desain presentasi urusan kecil2 sampai ke tangan panitia dengan selamat.Terima kasih ya
Thinking of the games we played. Remembered the good old days. Thinking of how we all cheated That way, we never got defeated.
Marbles, cans, slippers, balls. These things, we used them all. Seldom watched TV, seldom sat down. We ran and jumped, without a frown.
Now, we are supposed to know better. In arrogance, we think we are greater. I am reminding you how we can be wrong. Because back then, we were always strong.
Now we are puny, dependent and weak. Watching ourselves turn into freaks. This is not a pretty sight to behold. You must listen, you need to be told.
Let us go back to the games we played. Let us recover from what has been frayed. It is not too late for us to be free. We will see the sun again, this I decree.
The World is moving so fast, here, beginning all the learning Process with quoting from a pen’s pall that always starts all of the paragraph by word ‘hmmpff..
The Process to find the objectivity is already beginning. The fingers that always dance just stop to mesmerize. Right now, is it right path? And how to the life our life? Do we just have to start from the beginning? Until Now, I enjoy live, and questioning the entire question, now I think is the time to answer.
From this place I learn the best essential study that I haven’t got before. Just keep in mind that everything happened in your life will be your best thing you ever had. Prepare your sketch book. Learn again from beginning, after the very high speed in the last year. Completing the puzzle before the proficiency deadline occurs. Here I learn to do, have an initiative, get through the best life. Just today, with happily of finding euphoria, I have just found a new teacher, a place to learn for one year. We don’t have to start from beginning; we just go through the way and find the answer. I finally found that it’s very difficult to prevent the word ‘I, using word ‘I for the others, then everyone will smile to you.
In the loneliness in this new city, I enjoy the architecture steps that lay here, the light, the shadow, the form and the untaught of the dream architecture. Live your life lively, enjoy the life .I have got the inspiration from a book titled ‘1000 places to visit before you die’, I realize that the time is not long enough, to enjoy and learn, so ….what to do next
For this speed and speedy time, vanished with the cheering on 4 am, when the dream was starting to make its own ending title. The sound was from a little girl that always waked me up for one full week on the last week. The Girl is my niece, very cute. When I remember those sounds, its make me smile and breathe again facing the reality. That was really helpful; make my mind rest up although often hearted so loud in my ear.
The original poem (for the hispanoparlantes): Lo Fatal
How fortunate the tree that is scarcely aware,…
and more so the hard stone because it no longer feels,…
since there is no greater pain than the pain of living,…
nor deeper sorrow than conscious life. …
Being, and knowing nothing, and being without a true course,
and the fear of having been, and a future terror…
And the certain dread of being dead tomorrow, …
and suffering because of life, and because of shadow, and because of
what we don’t know and scarcely suspect, …
and the flesh that tempts with its fresh-picked bunches, …
and the tomb that awaits with its funeral bouquets,…
and not knowing where we are going,..
nor from where we have come….!
From this place I learn the best essential study that I haven’t got before. Just keep in mind that everything happened in your life will be your best thing you ever had. Prepare your sketch book. Learn again from beginning, after the very high speed in the last year. Completing the puzzle before the proficiency deadline occurs. Here I learn to do, have an initiative, get through the best life. Just today, with happily of finding euphoria, I have just found a new teacher, a place to learn for one year. We don’t have to start from beginning; we just go through the way and find the answer. I finally found that it’s very difficult to prevent the word ‘I, using word ‘I for the others, then everyone will smile to you. In the loneliness in this new city, I enjoy the architecture steps that lay here, the light, the shadow, the form and the untaught of the dream architecture. Live your life lively, enjoy the life .I have got the inspiration from a book titled ‘1000 places to visit before you die’, I realize that the time is not long enough, to enjoy and learn, so ….what to do next For this speed and speedy time, vanished with the cheering on 4 am, when the dream was starting to make its own ending title. The sound was from a little girl that always waked me up for one full week on the last week. The Girl is my niece, very cute. When I remember those sounds, its make me smile and breathe again facing the reality. That was really helpful; make my mind rest up although often hearted so loud in my ear. How fortunate the tree that is scarcely aware,… and more so the hard stone because it no longer feels,… since there is no greater pain than the pain of living,… nor deeper sorrow than conscious life. … Being, and knowing nothing, and being without a true course, and the fear of having been, and a future terror… And the certain dread of being dead tomorrow, … and suffering because of life, and because of shadow, and because of what we don’t know and scarcely suspect, … and the flesh that tempts with its fresh-picked bunches, … and the tomb that awaits with its funeral bouquets,… and not knowing where we are going,.. nor from where we have come….!
Jumat 030306, 12 bulan – Genap, Bandung, Indonesia
Dari pengalaman lama, ada sesuatu yang baru untuk dipelajari. Menanti untuk dimulai, dari pengalaman itu sudah berbuah kembali, namun untuk dipetik, masih harus terus berpikir apakah itu sudah pantas diambil. Ataukah memang aku masih harus terus memulai. Ada orang yang bilang ” begitu kita juga jatuh cinta pada sesuatu, justru kitaharus melepaskannya, hanya dengan sikap seperti itu kita akan terus meningkatkan diri. Seperti pada waktu masa mahasiswa dimana kegilaan beraktivitas masih menerpa, pada akhirnya waktu harus berjalan menyadarkan, tongkat estafet itu harus diberikan pada generasi berikutnya. Alasannya ada sesuatu yang lebih menantang untuk di hadapi bukan hanya dengan alasan masa – masanya sudah selesai.
kubersyukur bahwa kesadaran itu datang tepat pada waktunya.Kutetapkan hati bahwa masih terlalu dini untuk menetapkan pilihan hidup. Jalan ini ada di persimpangan. Aku percaya bahwa Inovasi diri dimulai dari diri dan ketetapan pilihan. ada sesuatu yang lebih menantang untuk di hadapi. Satu konsekuensi nya ” seperti Kata pak Tisna Sanjaya, jadilah pohon, tumbuh tidak tergesa – gesa. Tetap tumbuh dengan satu catatan : tidak tergesa – gesa. Filosofi pohon ini menarik untuk diterapkan.
Catatan dari arsitektur, ketika suatu waktu dimensi cahaya ke dalam bentuk dimulai dirasa, sesuatu yang baru ketika cahaya mulai masuk ke dalam bentuk, bayangan mulai menampakkan diri. Mulai ada proporsi, mulai ada bentuk, mulai ada kedalaman. Bayang – bayang yang mulai tercipta dari tekstur frontal di depan kita, mulai di bawah kita, mulai di atas kita. Mulai saling menimpa, menjadikan suatu alasan dari bentuk itu supaya ada.Pada akhirnya kita sendiri yang mereka bentuk itu sendiri supaya bayangan itu ada.Satu lagi kesalahan yang tidak akan terulang. Kesalahan mencipta bayangan yang tidak disengaja.
Dalam hati ku terus berharap Semoga 3 Bulan ke depan, Hidup akan semakin menantang untuk dihadapi …
“Dunia seakan – akan bergerak sangat cepat, deadline yang terus menerjang”
1 hari tiada terasa,Dead line dan deadline, hidup seorang arsitek. Mungkin inilah beda antara dunia kampus dengan dunia kerja yang dulu waktu masih di kuliah tingkat 1 masih ada di awang – awang. Keterkungkungan dalam dunia praktek arsitektur, 100 % rutinitas. idealisme harus sedikit diturunkan, menjadi seseorang yang belajar ternyata sangat menyenangkan, ya kerja lembur 1 malam 2 malam, 1 x 24 jam, menjadi seorang manusia pembelajar berarti mampu untuk belajar dari setiap momen, setiap kepahitan, kesulitan, mungkin ga akan mendapat apa2 dari kegampangan, justru tantangan itu yang bisa membuat kita jadi berkembang. no pain no gain . arsitek ya arsitek, memang akan selalu bergulat dengan deadline. berbeda dengan ketika jaman mahasiswa dulu,bolos 1 minggu, nyasar kemana, ya kerjaannya cuman di r. himpunan, maen2, begadang rapat2 sampai pagi , ngurusin urusan kgiatan yang ga beres2, perbaiki keadaan yang mujadul,kuliah nomor dwa, ampe ga kepikiran, mmhh.ya asiklah masa2 itu, belajar dari masa – masa itu, berasa dapet rejeki=p. mungkin sekarang udah lewat kali ya, junjung masa depan, atur idup lebih srius kita. arsitek ya arsitek. hidup dengan desain, ide – ide. Hidup dari kenikmatan berbuat. adakalanya ego harus diturunkan bwat merasakan diri, menggali kembali potensi diri. Belum saatnya ego tuk muncul, masih 8 bulan terlalu dini untuk nampak, baiklah ia menjadi bayang – bayang, samar – samar, dan kemudian mencoba belajar dari keadaan.
arsitek ya arsitek.. itu lho … manusia yang hidup dari belajar dan berbuat
At the elevator in the architecture department ITB, I met one guy wearing a nice suit. His looks were quite different than ordinary people at ITB. He was pretty neat, professional, and corporate looked with vest and suit. I managed to meet this man several times. I heard from my friends, “that is the new lecturer from Hong Kong, his name is Emil. The one who won Kota Baru Parahyangan Competition.” I hear his name because, in the second year, my three friends and I entered that competition and found out that we could not finish it because the scale was too big. Yes, I remember it now. He was the man who was then the leader of that team. He won several competitions in a row, and I heard that he worked in Hong Kong and traveled back and forth from Bandung to Hongkong a few times a month.
He was super busy.
I had to work at several jobs because I need to increase my saving and experience. Looking back two years before, I performed in my first design studio, second studio but not in my third studio. I was too busy with the student organization. It was an organization that seldom for somebody to be active. The organization is like a dark cave where swallowed people inside. It was filthy, filled with many seniors and not many young ones. So when I try to be active and fix that, it swallowed my time, my training to be a good student who performed in the third year. The result was, I was the only person that was failed that year. I cried, and my hope shattered. At that time, I was in Cigadung 24,
It was a small boarding house that I stayed. Asep came to me, and he heard that I failed in the design studio. We sat down and talked.
He said, “Realrich, failing is common. I know many successful people. There has been a failure in their life. But the key is they can recover and fight back. And, that is a big guy with a big heart.”
After hearing that from Asep, I feel that I need to learn architecture again. Luckily, people know me well because I like to help people, able to use rendering, drafting software. People like to work with me. So many people wanted to help me, train me, and open doors to learning so I can recover. I was busier than before, bus on fighting and recovering my learning curve. I worked studied in a multimedia lab, many design studios, working for competitions. I feel rebirth and glad that my third studio failed.
In my fourth year, I met mas, Emil. Because I failed in the third studio, I had to take a short semester course, and at that time, there were only. Two people in his team. Me and lady. Lady was my close friend. She. and her boyfriend were my closest ones in the student organization.
I remember mas Emil encouraged us with his story about his contemporary viewing architecture. Hi showed. Many buildings have a simple, spiritual form, integrate with materials, graphics. He introduced building designer by Herzog de Meuron, Rafel Moneo, Rem. Koolhas and many European masters.
He pushed us by raising the bars and telling us that “the world is advancing, they have their story, and where is your story ?” he teaches us to make. Simple transformation diagram using metaphors. He pushed with encouragement. I was very fortunate to have him teach me. He was one of the jewels in the architecture department in ITB. I remember I pushed the limit by making big models of the design. The model was so big that I had to Borrow My friend’s car.
In the final presentation, He complimented my work, congratulates me, and I feel great.
At that time, that. It was after the presentation. And Lady sat at floating stair in front of library and studio. Lady told me, “Realrich, I know you. You pushed the limit very far. I am happy. for you, I hope you can be an architect that can reach your dream.” I learn that to Improve, and I need encouragement. Mas Emil did that, Lady did that, Asep did that. I was fortunate to meet persons like them. Man can’t live alone. To transform, they need somebody to pull the triggers, and for me, encouragement is so damn important. It’s time for me to be grateful. That was in the fourth year. After that, I had to take my professional class, worked as an internship in a real studio. I was asleep for more than 10 hours after the jury with mas Emil.
Urbane Time
At that time I was working in mas Emil’s office. I look up to him, and mas Emil is Ridwan Kamil, now is the governor of West Java. He was the one who sparked my curiosity about architecture by enlightenment. I remember meeting him in my 4th year. He was the one who challenges me and appreciated my progress. He complimented the hard work and our recommendation based on his view on precedents. At that time, European and American architecture shows monolithic and banal platonic forms based on layered solid stories. That was the view brought by him—a story of form-making that Texas Ranger started and influenced him through his experience in SOM and HOK. Mas Emil also has a unique background. He is an urban designer, architect, and also activist. His office, Urbane in Sumur Bandung 20, has been memorable, and I remember the office with system and brotherhood. The system is on a partnership basis, associate, and junior designer. The organization is simple and changing over time.
Thank you mas Emil for the formative year of my learning curve by your encouragement.
Kawasan Cigondewah pada tahun 70 – an adalah kawasan yang sangat hijau, kemudian seiring dengan perkembangan Bandung, berubahnya mata pencaharian penduduk dari bertani kepada industri kain, pengrusakan alam mulai terjadi, limbah – limbah industri mulai meracuni alam. Cigondewah mulai tandus, air mulai sulit diperoleh, dan bau – bauan menyengat. Hal ini kemudian menjadi suatu hal yang biasa dalam keseharian penduduk Cigondewah. Berangkat dari masalah – masalah lingkungan ini, galeri ini melakukan eksperimentasi mengenai bagaimana sebuah galeri ini menjadi instalasi yang mampu mengurangi dampak lingkungan dengan keberadaan Tisna Sanjaya untuk meningkatkan kesadaran lingkungan.
Dilihat dari arah kota, galeri ini akan membuat kesan surprise, landsekapnya akan dilingkupi pepohonan. Dari komposisi bentuknya Galeri Seni Tisna Sanjaya menyiratkan Karya Instalasi dari Tisna Sanjaya, Special Prayer for the death. Bentuk dinding menerus yang membelah kawasan secara diagonal akan menyiratkan anjungan dari special prayer for the death, sehingga secara perspektif, bentuk perahu itu akan muncul dan semakin ke arah barat seakan – akan tenggelam ke dalam tanah.
Di dalamnya anak – anak memiliki ruang untuk bermain di taman, berpartisipasi dalam kegiatan – kegiatan seni, melukis di tempat – tempat yang disediakan. Pengunjung bebas untuk datang, minum kopi, ngobrol, berdiskusi masalah seni atau sosial. Di dalamnya para pengunjung juga bebas untuk berekspresi dan mengeluarkan pikiran dan ideologinya tanpa rasa ketakutan.
Sebelum saya menjalani Tugas Akhir di tingkat 4. Di Tingkat 3 saya pernah gagal dan mendapatkan nilai E karena fokus waktu saya pada waktu itu ada di kemahasiswaan. (lihat cerita ini : di gunadharma awal titikpertama).
Setelah itu saya belajar melalui magang, dan membantu di berbagai 3 biro berbeda, 2 laboratorium multimedia (ITB dan 3+) sembari melatih teknik penggambaran melalui saat – saat mentrace gambar dari buku – buku yang saya temukan di perpustakaan ITB. Saya belajar bahwa belajar arsitektur membutuhkan banyak waktu.
Di waktu saya dibimbing oleh Pak Baskoro Tedjo (lihat cerita : Meaning Giver), beliau tidak pernah mencoret sketsa di kertas gambar saya. Saya bingung, terkadang meminta arahan, tetapi beliau hanya mendorong untuk membuat opsi, sketsa, dan transformasi desain yang terkadang pertanyaan – pertanyaan yang diajukan membuat saya penasaran. Di dalam proses itu saya mendapatkan prinsip permutasi desain, dimana ada runtutan logika – logika yang saling di perbandingkan untuk mendapatkan solusi yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Disitu saya memproduksi 10 lembar gambar A 1 di kertas karkir, dua buah board 3 dimensi, dan 1 buah lukisan cat minyak, dengan maket.
Di waktu saya dibimbing oleh Pak Baskoro Tedjo, beliau tidak pernah mencoret sketsa di kertas gambar saya. Saya bingung, terkadang meminta arahan, tetapi beliau hanya mendorong untuk membuat opsi, sketsa, dan transformasi desain yang terkadang pertanyaan – pertanyaan yang diajukan membuat saya penasaran. Di dalam proses itu saya mendapatkan prinsip permutasi desain, dimana ada runtutan logika – logika yang saling di perbandingkan untuk mendapatkan solusi yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Disitu saya memproduksi 10 lembar gambar A 1 di kertas karkir, dua buah board 3 dimensi, dan 1 buah lukisan cat minyak, dengan maket.
Total ada 4 dosen yang menjadi penguji termasuk dosen saya sendiri Pak Baskoro Tedjo (lihat cerita : Meaning Giver). 3 dosen lain adalah Dewi Larasati, Adib Abadi, dan Ahmad Rida Soemardi yang baru pulang dari praktik di Yunani.
Saya sangat terkesan dengan suasana di sidang akhir, dimana ada perdebatan yang berkesan yang dimulai dari pertanyaan Pak Baskoro, “Kenapa bentuk diagonalnya diletakkan disitu, kenapa tidak kebalikannya ? apa dasar perancangan saudara.” Saya terdiam beberapa saat di waktu itu, dan dosen penguji lain, Bu Dewi Larasati tiba – tiba berbisik, “pintu masuk”.
Dari pertanyaan dan bisikan itu saya mendapatkan jawaban bahwa galeri ini dinikmati justru dari perspektif ketika seseorang memasuki pintu masuk, ia akan bisa melihat klimaks atau titik puncak dari perancangan yakni, instalasi seni Tisna Sanjaya. “Special Prayer of The Death”. Hal – hal tersebut tidak saya pernah duga, bagaimana bisa salah satu dosen penguji membisikkan sesuatu yang akhirnya menginspirasi untuk sebuah jawaban. Mungkin saja waktu itu Bu Dewi lupa, dan terlontar begitu saja, mungkin saja empati beliau terpantik, begitu melihat pertanyaan sulit yang diajukan pembimbing saya sendiri.
Setelah itu, Pak Adib Abadi pada waktu itu mendadak maju ke depan dan mengukur dan menghitung jumlah tangga, saya tidak pernah menyangka di Tugas Akhir hal tersebut penting. Penyadaran itu membuat saya bertanya – tanya bahwa detail itu begitu penting. “sampai dihitung jumlah anak tangganya ?” Namun hal tersebut bisa dijawab dengan baik, saya juga membantu beliau menghitung, intinya saya tidak menutup – nutupi hal apapun, semua informasi tersedia di gambar.
Pada akhirnya Ahmad Rida Soemardi kemudian bertanya “Apakah saudara puas melihat hasil saudara sendiri, apa perasaan kamu ?”
Saya menjawab, bahwa saya terus mengerjakan ini sepenuh hati, dengan semua daya sehingga bisa sampai sejauh ini, sehingga tidak pernah berpikir tentang hasil yang memuaskan. Yang terpenting adalah apa penilaian dosen – dosen sehingga saya bisa menjadi orang yang lebih baik.
Kemudian, Pak Ahmad Rida Soemardi berdiri dan bertepuk tangan. 3 dosen lainnya juga berdiri dan bertepuk tangan.
Saya tertegun, terharu, dan meneteskan air mata, baru kali itu saya terharu karena apresiasi mereka yang saya anggap sebelumnya sebagai tantangan, padahal merekalah yang mendukung saya dari belakang, meskipun kadang saya tidak menyadarinya.
1 jam kemudian, di satu ruangan ada seluruh dosen – dosen arsitektur ITB. Kami dibacakan status kami, ada yang lulus langsung, lulus bersyarat dengan perbaikan, dan ada yang tidak lulus.
Kami duduk berbanjar, dalam format saling berhadapan dan mengelilingi, ada sekitar 40 orang di dalam satu ruangan pada saat itu, termasuk dosen – dosen.
Pak Ridwan Kamil (lihat cerita lain : “Ridwan Kamil – Professional Professor“) adalah salah satu dosen yang pernah membimbing saya di tingkat sebelumnya, ia duduk di depan saya. Pada waktu menunggu, saya mendapatkan sms dari beliau, beliau mungkin melihat panel – panel kami yang dipajang di depan ruang sidang dan ingin memberikan pendapat karena saya masih sering bertukar pesan terkadang karena ada pekerjaan yang mungkin bisa saya bantu.
sms beliau masuk.
“Realrich mau tidak kamu kerja bareng saya di Urbane.”
Saya berpikir, bagaimana bisa saya lulus saja belum. Saya mikir ini Mas Emil becanda deh, dia duduk di depan saya pada waktu itu, tapi ia tetap menatap ke depan sambil melihat hpnya. Saya bingung kok ada pesan seperti itu.
Akhirnya pengumuman itu dibacakan dan saya lulus. Sesaat acara itu ditutup oleh kepala jurusan pada waktu itu, bu Himasari Hanan, mendadak Pak Ridwan Kamil berbalik
Ia berkata, sembari tersenyum “Bagaimana apakah tawaran saya diterima, sudah ada jawaban ?”
saya terkesima, sungguh epik dan kehormatan luar biasa.
Tugas Akhir adalah saat yang paling berkesan karena hal ini adalah rekonsiliasi dari kegagalan saya sendiri di tingkat 3, mendapatkan nilai E dan mendapatkan pelajaran mengenai transformasi dari kerja keras, dan membiarkan orang lain mengisi transformasi tersebut dengan tantangan – tantangan, sampai saya merubah tampilan, baju yang saya pakai supaya lebih formal setiap harinya supaya ada kedisiplinan, dan titik fokus dalam membuat karya arsitektur.
Harapan saya supaya umpan balik, proses, dan hal yang indah yang saya dapatkan bisa dibagikan dan dialami oleh adik – adik mahasiswa.
Saya adalah orang yang berusaha menjadi kakak yang bisa membantu adik – adik saya untuk menjalani proses kelahiran mereka. Terkadang saya mengalami gelap gulita di dalam transformasi saya sendiri. Dengan berdialog dengan masa lalu dan adik – adik saya, suasana menjadi damai. Konstruksi dialog, rekonsiliasi, dan kecerdasan transformatif adalah hal – hal yang saya cintai dan saya perjuangkan melalui arsitektur.
English :
The Cigondewah area in the 70s was very green. Along with the development of Bandung, the people’s livelihood changed from farming to the cloth industry, and natural destruction began to occur, industrial wastes began to poison nature. Cigondewah is becoming barren, water is getting hard to come by, and the smell is pungent. This situation later became a common thing in the daily life of the residents of Cigondewah. Departing from these environmental problems, this gallery conducts experiments on how a gallery can become an installation that can reduce environmental impacts with the presence of Tisna Sanjaya to increase ecological awareness.
From its composition, the Tisna Sanjaya Art Gallery implies Tisna Sanjaya’s installation, Special Prayer for the death. Viewed from the direction of the city, this gallery will make a stunning impression, and trees will surround the landscape. The continuous wall shape that divides the area diagonally will imply a platform of Special Prayer for The Death. From perspective, the boat’s shape will appear and move towards the west as if sinking into the ground.
Children have space to play in the garden, participate in art activities, paint in the areas provided. Visitors are free to come, have coffee, chat, discuss artistic or social issues. In it, visitors are also free to express and express their thoughts and ideologies without fear.
Before I took my Final Project at level 4, at Level 3, I had failed and got an E because my focus at that time was on student affairs. After that, I studied through internships and helped in 3 different bureaus and two multimedia laboratories (ITB and 3+) while practicing drawing techniques by tracing pictures from drawing books I found in the ITB library. I learned that studying architecture takes a lot of time.
When Mr. Baskoro Tedjo mentored me, he never crossed out the sketches on my drawing paper. I was confused, sometimes asking for directions, but he only encouraged me to make options, sketches, and design transformations which sometimes the questions asked intrigued me. In the process, I found the principle of permutation of design, where there is a sequence of logic. The logic is compared to each other to get a solution that I never imagined before.
In the final jury, I produced ten sheets of A1 drawings on tracing paper, two 3-dimensional boards, and one oil painting, with mockups.
I was very impressed with the atmosphere at the final session, where there was an impressive debate starting with Mr. Baskoro’s question, “Why is the diagonal shape placed there, why not the other way around? What is the basis for your design.” I was silent for a while at that time, and another examiner, Mrs. Dewi Larasati, suddenly whispered, “Entrance.”
From those questions and whispers, I got the answer that this gallery is enjoyed from the perspective that when someone enters the entrance, they will see the climax or the culmination of the design, namely, Tisna Sanjaya’s art installation. “Special Prayers of the Death”.
I never expected these things. How can one of the examiners whisper something that finally inspires an answer? Maybe at that time, Mrs. Dewi forgot and just threw it out; perhaps her empathy was sparked when she saw the difficult question asked by my supervisor.
After that, Mr. Adib Abadi suddenly came forward and measured and counted the number of stairs, and I never thought that in the Final Project, this would be important. That realization made me wonder how important those details are. “Until the number of steps is counted?” I answered all the questions. I also helped him calculate; I don’t cover up anything. All information is available in the picture.
In the end, Ahmad Rida Soemardi then asked, “Are you satisfied with your own results, how do you feel?”
I replied that I was working on this with all my heart and hard work to get this far. I never think about a satisfactory result. The most important thing is what the lecturers evaluate to become a better person.
Then, Pak Ahmad Rida Soemardi stood up and clapped. The other three lecturers also stood up and applauded.
I was stunned, moved, and shed tears, and this was the first time my heart was touched because of their appreciation, which I considered before as a challenge, even though they were the ones who supported me from behind, even though sometimes I didn’t realize it.
One hour later, there were all ITB architecture lecturers in one room. We were read out on our status, some passed straight away, passed conditionally with improvements, and some did not pass.
We sat in rows, facing each other and around each other; there were about 40 people in one room at that time, including the lecturers.
The Final Project was my most memorable moment because it reconciled my failure at level 3. I got an E in my third grade and learned about transformation from hard work and letting others fill that transformation with challenges until I changed my appearance and clothes. I used to be more formal every day so that there is discipline and a focal point in doing architectural works.
I hope that the feedback, process, and wonderful things I get can be shared and experienced by younger students.
I am a person who tries to be a big brother who can help my younger siblings to go through the process of their birth. Sometimes I experience complete darkness in my transformation. The atmosphere became peaceful by dialogue with the past and the younger students. Dialogue construction, reconciliation, and transformative intelligence are things I love and strive for through architecture.
I met Baskoro Tedjo, one of the initiators of Arsitek Muda Indonesia. His work in Selasar Sunaryo was one that is a substantial body of work. He taught me to use simple planar/mass to define space, bring solid void to the area. He has sensitive personalization on things he admires. And from now on, I can assure myself to personalize architecture, and there are parameters such as mass, planar shapes, void, light, and simplicity. It’s another way of mind. Meeting with both two inspiring people is a memorable time. He is a lecturer, architect, and singer. I look at him, and sometimes I wonder where he got the inspiration. I learn that he has a heart like a child; his view is full of curiosity. And I feel great assisting him in projects. Indah Widiastuti introduced the term phronesis Omah Library session. Phronesis is a term of doing, as An architect’s way is to compose form—Baskoro Tedjo in Indah’s perception representing this mode of philosophy.
His look was excellent when I was a student. We collaborated in many music venues, he was the singer, and I was the pianist. His voice is like Barry Manilow. He was a social guy. Sometimes he would be in a stage like sabuga stage (if you can imagine the
Scale, Sabuga can hold 3000 people per show.” Looking at him sing kroncong, Jazz, Pop, showing that music and architecture could have relations.
He was my mentor when I did my final project titled Tisna Sanjaya art gallery. I did many iterations in plans and composition to show the possibility based on voids, linear circulation, programs, and the last is the story. What is the story? The question that I remember that he mentioned in the discussions was, “where is the climax point for the visitor. What do they see ?” Three weeks before the submission, I prepared the schematic, principal section, and illustration to tell the story.
.
I came to visit his project Selasar Sunaryo, a gallery that Sunaryo owned. Baskoro Tedjo designed that project, and it inspired me that the axis could be meaningful. The beginning is the tradition, half of Julang Ngapak as exhibition space. Open spaces broke the massing, and the bridge linked the corridors. I got the feeling that the project is played form by intuitive and technical. It has a poetic quality. Baskoro Tedjo, the architect, and Selasar Sunaryo, the building are inspiring.
I was his assistant when I was a student. We worked for a house for the competition, the cultural center at Kota Baru Parahyangan. One afternoon, he asked me when we had lunch at his home, “Hey, Realrich, is there something you like ?” Then I told him
About the experience of me passing informal
Bookseller at art school. I passed that bookseller several times because there was one book that I like. I stop and open the book several times when I passed the seller.”
After lunch and I went home, and the day after, he texted me and met me in the architecture gallery ITB, and he passed an envelope of money. He said, “it’s for you. You can buy it now and learn from the book.”
I kept that book until now, and it’s the first architectural book that I bought because I love to. That sparks of giving becoming inspirations.
“Pak, si *** susah diatur, anaknya keras kepala, kordinasi pekerjaan tidak jalan ditangan dia, bapak tidak tau sih bagaimana kerja bersama dia.” Celoteh satu mahasiswa tempat diri ini mengajar kepada satu dosennya, teman sejawat saya. Diri ini tersenyum sesembari menimpali celotehan anak tersebut.
Seraya menarik nafas panjang, pikiran ini terbawa dan teringat celotehan yang sama mungkin 10 tahun yang lalu di saat saya masih menjadi mahasiswa, celotehan yang selalu sama, setiap tahun berulang selama 5 tahun diri ini ada di kampus gajah. Ya, pada waktu itu diri ini sangat menikmati berkerja bersama demi sebuah idealisme komunal yang kadang kala diri ini sulit mengerti apa ujungnya. Paragrafnya sama, cerita yang ditulis sama, hanya tempatnya berbeda, diri ini rasa ini kejadian berulang yang selalu terjadi di dunia kemahasiswaan. Pada waktu itu untuk menjadi anggota himpunan kita harus melewati orientasi mahasiwa yang lamanya kira – kira hampir satu tahun atau dua semester ajaran.
Saya kemudian teringat tepatnya di bulan Agustus, diri ini bertemu sekumpulan senior berjas biru, mengenakan emblem gajah duduk dengan tulisan Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma Institut Teknologi Bandung [IMAG ITB] . Hari itu siang terang, kita dikumpulkan berbaris sejumlah total delapan puluh empat orang satu angkatan. Saya kemudian berpikir ini awal yang manis di kampus Gajah di kota bandung yang relatif dingin untuk saya yang matanya sipit yang lahir di surabaya yang dikenal panas kotanya dan perangainya.
Setelah menjadi anggota himpunan, angkatan kami dicap angkatan gagal dengan adanya pro kontra dengan sistem kaderisasi kekerasan dan non kekerasan. Karena ini, satu persatu teman mahasiswa menghilang untuk sibuk di kegiatan akademis, kira – kira dalam kepanitiaan tinggal tersisa 10 orang, tidak lebih. Saya pribadi waktu itu selalu bertugas sebagai anggota tim logistik, job desknya adalah angkut – angkut. Seringkali setelah acara wisuda selesai, semua pulang, dan hanya tertinggal 3 orang untuk membereskan berpuluh – puluh kursi yang jumlahnya cukup banyak, panel – panel yang cukup berat mungkin sejumlah beberapa puluh papan triplek, dan dilanjutkan dengan membereskan ruang himpunan yang hancur lebur berantakan seusai acara.
Ada cerita lagi pada waktu itu selepas pelantikan anggota baru, membuat acara sosial. Acaranya waktu itu adalah mengajar panti asuhan bala keselamatan di jalan padjajaran, Salvation army. Ada kira – kira hampir 9 orang yang ikut serta meski pada akhirnya hanya tersisa 3 orang ditambah satu orang lagi dari jurusan lain. Ya diri ini menjadi sadar memang di saat – saat terakhir itulah memang orang akan semakin sedikit dan komitmen kita pun diuji. Namun ada hal baik yang didapat, pada waktu itu kegiatan kami menjadi cukup terkenal karena militansinya dan semangatnya, kita mengajar 2 kali satu minggu disela – sela liburan semester pendek.
Karena kami menjadi dikenal, kami pun mengenal senior – senior kami. Diri ini ingat berkenalan satu senior yang kemampuan teknis komputernya terbaik satu himpunan, setiap kali bertemu, kita bertukar senyum, lain kali ketemu diajarkan kemampuan teknis komputer secara langsung hanya karena dia tahu mengenai kegiatan bakti sosial tersebut. Kali lain bertemu senior yang lain yang mengajarkan manual rendering, dan kali lain bertemu senior –senior lain untuk mengajak bersosialisasi dengan band – band atau sekedar nongkrong main capsa, sampai diri ini ingat,… waktu itu kuliah nomor ke sekian, himpunanlah yang nomor satu. Kedekatan dengan senior, teman – teman seangkatan dan junior menjadi nomor satu. Proyek – proyek berdatangan kalau tidak salah puncak kegilaan ini membuat 7 proyek simultan bersamaan yang berjalan bersamaan dengan semester ganjil pada waktu itu. Ada proyek rendering, drafting, buat maket, magang di konsultan grafis, konsultan rendering, dan konsultan arsitek. Pada waktu itu saya sehari – hari bangun jam 7 pagi, kuliah sampai jam 12 siang , kerja di laboratorium sampai jam 6 malam kemudian, makan malam, kerja proyek dengan senior, dan jam satu pagi sudah ditunggu untuk mulai berkerja di konsultan rendering berkerja sampai jam 3 malam. Work aholic orang – orang menjuluk… Badan ini kurus sekali, diri ini ingat berat diri ini hanya 55 kilogram untuk tinggi badan 175 cm. Uang yang didapat lumayan bisa untuk dibagikan ke junior dan ada yang bisa dibelikan alat – alat gambar atau buku arsitektur . Buku yang dibelikan dari hasil magang dengan pak Baskoro Tedjo pun masih ada sampai sekarang.
Sebagai tim di saat – saat terakhir, “logistik” Di tahun kedua diri ini naik pangkat namun yang dilakukannya tetap sama. Di tahun ketiga diri ini naik pangkat lagi , namun pada akhirnya pekerjaan tetap sama. Menjadi anggota konseptor di awal kepanitiaan dan menjadi tim saat – saat terakhir di seluruh kepanitiaan, angkut – angkut, beres – beres, bersih – bersih. saya berpikir, ada apa dengan yang namanya ikatan, semua tempat menjanjikan kita bersama sebagai keluarga, saling bantu membantu, namun apa ini yang dinamakan ikatan. Selalu ada di saat – saat terakhir menjadi sebuah kebiasaan dalam kepanitiaan kemahasiswaan IMA G, hanya karena tidak ada orang yang mau. Kegiatan IMA Gunadharma pun sedang padat – padatnya, dan seperti biasa saat – saat terakhir orang pun hilang. Hilang di saat Ujian tengah semester, hilang di saat ujian akhir semester, hilang di saat pengumpulan tugas, proyeksi mimpi yang ditanamkan pengurus – pengurus pun hilang ditelan beban akademis, yang tersisa disaat – saat terakhir orang pun tidak terlalu banyak. Akumulasi dari itu saya mendapatkan nilai E untuk perancangan. Satu nilai yang terendah dalam satu angkatan.
Ada satu cerita bahwa diri ini punya obsesi untuk membuat merenovasi ruang himpunan dengan mengecatnya. Pada hari pertama hari kamis waktu itu orang yang terkumpul untuk mengerok cat ruang himpunan ada 30 orang, hari jumat terkumpul 10 orang, dan hari sabtu tidak ada orang. Diri ini menunggu jam 8 pagi, waktu yang menunjukkan bahwa seharusnya ada yang datang untuk membantu. Diri ini punya beberapa KP dilantai dan dua kaleng cat dari pak Suryamanto, dosen teknik bangunan arsitektur ITB. Diri ini menarik nafas untuk kemudian secara apatis, menjadi tim di saat – saat terakhir, mengecat ruang himpunan, dimulai dari mengeroknya, ada satu orang yang datang kemudian, namanya adi indra pada waktu itu, ia datang namun pergi, ia ingin mengumpulkan sampah satu itb untuk menjaga kebersihan kampus, pribadi yang menginspirasi.
Singkat kata diri ini mulai mengecat dengan roll satu persatu satu bidang, kemudian ada satu dosen, namanya pak eko purwono, dia pernah menjadi dosen pembimbing saya pada waktu tingkat dua.
“Rich, kamu ngapain ?”
“ngecat ruang himpunan pak”
“temen – temen kamu kemana ?”
diri ini diam.
“ngga worth it rich kamu ada di himpunan”’
beliau nadanya meninggi,
“iya pak”
saya pun melanjutkan kegiatan cat mengecat tanpa memikirkan perkataan beliau lebih lanjut. Hanya saja diri ini tersenyum setelah itu, saya kenal lebih dekat dengan beliau, dan beliau suatu saat menawarkan proyek. Dari situ satu dosen ke dosen yang lain menawarkan proyek, dan meminta jadi asisten mereka. saya bersyukur, satu titik peristiwa mengantarkan ke peristiwa lain. O iya kejadian ini terjadi setelah diri ini mendapatkan nilai E untuk studio perancangan. Dari situ diri ini belajar merancang dari orang – orang terbaik bukan dari dunia akademis saja, pak baskoro, pak hanson, pak eko purwono, pak agus, pak suryamanto, pak ridwan kamil, pak hidayat amir. Mereka mengajarkan semua ilmu mereka dengan hati. Dari situ tertanam pondasi yang sangat baik dalam memahami fungsi ruang, sekuensial, pemaknaan bentuk, dan metode pencarian bentuk. Saya mengerti bahwa merancang bisa dipelajari, dan itu bermulai dari masalah – masalah di himpunan. Kita tidak bisa mengatur apa intensi orang lain, tapi kita bisa berkaca pada diri sendiri.
Mengingat pengalaman di ruang himpunan yang kecil mungil itu dengan segala suka duka nya, menjanjikan pengalaman termanis bersama teman – teman, senior dan junior yang terbawa sampai sekarang. Segala pengalaman yang membuat kita bercucur air mata berubah menjadi jenaka, dan manis segala pengalaman manis teringat semakin manis.
Pengalaman berarsitektur, berinteraksi dengan manusia, pembentukan karakter yang membawa diri ini berarsitektur semuanya, dimanapun, kapanpun, mengajarkan hal yang sama sama. Pengalaman menjadi anggota tim panitia yang tinggal sampai saat – saat terakhir seperti di himpunan dan pada waktu kita berkerja itu sama, dari bekerja di Bandung sama, dari berkerja di Singapura sama keadaannya, dari berkerja di Inggris juga sama, dari Australia apalagi, dari Korea sama juga, dari Jepang sama juga, dan akhirnya berlabuh kembali di DOT Workshop selalu sama, memiliki bara api semangat sangat menyenangkan. teman – teman yang menginspirasi senior – senior diatas, junior – junior dibawah, ataupun teman – teman seangkatan yang menginspirasi.
Saya kembali teringat kira – kira di tingkat tiga hanya setelah mendapat nilai E, dan menegaskan komitmen ke himpunan dengan menuntaskan kepanitiaan kaderisasi, satu teman terbaik menuliskan di buku agenda, namanya xenia, wanita ini adalah ketua tim materi yang mengketuai tim materi untuk merumuskan kaderisasi 2002, dan saya masih mengingatnya sampai sekarang, ia menulis dengan huruf italic miring
“reach the sky, coz eve if you fall down you will be still among the stars.”
Saya tentunya berhutang banyak sekali pada IMA G dan kangen sekali untuk kembali hanya untuk merasakan aura kemahasiswaan yang ada didalamnya.., mengingat kan saya pribadi untuk selalu melakukan refleksi, perjalanan hidup… dan kembali berintrospeksi. sama seperti ajakan untuk menghadiri pelantikan kemarin membuat saya kembali teringat kenangan di kampus dulu.
“Batik is a the process of writing a picture or decoration on any media by using the wax as a medium to coloring” (International Batik Convention in Yogyakarta,1997).
RAW won 1st prize of Kampung Batik National Design Competition. This competition was held by the local government of Semarang to proposed a new design and idea of the “Kampung Batik”. Kampung Batik is located at North Semarang city near the Old Colonial city of Semarang. It expected to become the center of batik , as well as a new tourist destination in Semarang city.
Therefore, in designing the “kampung batik”, the design focus on the process, stitching layer upon layer, combining the past and the future, making a harmonious design within cultures, people and the environment meet.
There are several issues during designing this Kampung Batik, they are the complexticity of the residential, lack of open space, and ownership of the building there. The realization of the design is expected to be inexpensive and can benefit all parties.
The design is divided into two phases, where at the first phase, the design propose minimal intervention to a few buildings and the neighborhoods, while continuing to raise funds. The second phase, the proposal offers new identity with the replacement of some buildings, building facades and the addition of a large canopy that stands out for the village. We also made some events proposal to maintain the continuity of the Kampung Batik.
Principal : Realrich Sjarief
Collaborator : Randy abimanyu, David Sampurna, Morian Suspriatnadi, Andhang Trihamdani, Suryanaga, Maria Pardede, Indra DN, Mukhammad Ilham
Pada tahun 1932 Alvaar aalto membuat kursi Paimio yang terinspirasi dari bentuk alam yang organik. Pada waktu masa 1920 penggunaan material besi yang dilengkungkan pada desain furniture banyak dilakukan oleh desainer bauhaus [salah satunya marcel breuer]. Teknologi kayu dilengkungkan yang digabungkan dengan unsur fungsional. Usaha untuk menanggapi alam kemudian dipecahkan dalam permasalahan fungsional seperti kenyamanan dan estetika menjadi salah satu pemikiran dalam karya ini.
Desain kursi ini memiliki 2 nama Cendana atau Sliced wood [kayu yang terpotong] yang terinspirasi dari bentuk organik dan citra natural dari bebatuan [sesuatu yang kokoh, berdasar, dan dingin). Dimana kayu memiliki sifat yang hangat sehingga memberikan kenyamanan. Hal ini kemudian diterjemahkan ke dalam lapisan kayu yang disusun secara horisontal dengan celah 30 mm untuk memunculkan siluet yang organik dengan kemudahan sistem konstruksi kayu.Jarak – jarak antar kayu memungkinkan untuk membuat siluet berdasarkan posisi duduk dan kenyamanan, dalam hal ini yang dipakai parameter kursi adalah jenis bentuk sofa. Tiap – tiap lapisan terbuat dari lapisan triplek meranti dengan kulit jati 3 mm difinish bulat di tepian.
Sliced Wood #2
Sliced Wood #1
Sliced Wood #5
Designed by Realrich Sjarief for Biennale Desain dan Kriya 2013 di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta.
Diri ini merenung mengenai satu kata ” terkenal”, mbak Vivi, Avianti Armand, menulis satu tulisan disini. Kata “terkenal” adalah satu kata yang wajar, kalau seseorang tidak dikenal, maka ia tidak bisa mendapatkan penghidupan, seperti seorang arsitek yang semakin dikenal karena mungkin kapabilitasnya untuk menghasilkan bangunan yang disukai orang yang menunjuknya sebagai arsitek, sama seperti dokter yang semakin dikenal karena mungkin kapabilitasnya untuk mengobati penyakit sehingga banyak orang datang untuk diobati penyakitnya. Di tulisan mbak avianti sepertinya ada kerisauan dengan fenomena cepatnya informasi,atau popularitas sesaat dalam arsitektur, memang suatu alasan yang benar adanya dalam proses berarsitektur yang lebih baik. ini cerita lebih detail ,
ia menulis lebih lanjut :
“Yang jelas, “sindrom terkenal” itu juga mewabah di sini. Terus terang, saya sedih melihat kecenderungan arsitek-arsitek muda tanah air, mangga-mangga mengkal dan umbi-umbi pejal yang belum siap panen, buru-buru ingin jadi terkenal, sehingga rela membayar untuk dibuatkan buku tentang biro atau konsultannya. Padahal, kalau menilik karya-karyanya, saya percaya mereka masih harus menempuh perjalanan yang lebih jauh. Akhirnya kita melihat buku itu sebagai alat marketing belaka. Publikasi harusnya punya bobot berita, bukan sekedar alat pencitraan dan propaganda. Sindrom yang sama, saya duga, juga jadi bensin luar biasa yang mendorong arsitek-arsitek kita untuk berpameran ke luar negri. Dengan mengundang diri sendiri, dengan biaya sendiri, dengan tenaga sendiri. Saya sampai heran luar biasa. Saya tanya buat apa? Jawabannya: untuk menunjukkan pada dunia kondisi arsitektur di Indonesia. Saya tanya lagi, buat apa? Untuk membuka hubungan lintas negara dengan arsitek-arsitek manca negara. Saya tanya lagi, buat apa? Ternyata jawabannya berhenti di situ.” [Avianti]
Ada beberapa 3 hal penting menurut diri ini yang perlu direnungi, mungkin penulis merasa banyak buku – buku arsitektur yang tidak sesuai dengan ekspetasi beliau, mungkin juga penulis mengkritisi mengenai pameran tanpa agenda yang di bawah ekspektasi beliau yang dicetuskan beberapa saat yang lalu. Mungkin penulis hanya berharap mengenai muatan yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas informasi terhadap karya arsitektur yang ada. Saya pikir tulisan ini akan membuat satu refleksi untuk berbuat yang lebih baik dalam meningkatkan standar kualitas meski ranah itu adalah subjektifitas orang per orang. Dimana Karya arsitektur memiliki perenungan yang panjang, dan proses yang panjang, yakni 1 tahun sampai karya tersebut selesai kemudian mulai ditempati, 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, 20 tahun, syukur apabila karya arsitektur dianggap begitu baiknya sampai dipertahankan di dalam era yang berubah, ia kemudian menjadi penanda jamannya dan kemudian memiliki pembuktiannya. Oleh karena itu, menjadi arsitek yang baik, membutuhkan kesabaran untuk menghadapi dunia. Saya pikir tulisan ini seakan – akan menantikan keseimbangan yang wajar dimana definisi terkenal didudukkan sewajarnya, berbicara mengenai karya yang terbukti nyaman, terbukti indah, dan publik pun menanti dalam alegori desain yang ada, dalam pembuktian rentang waktu yang tidak sebentar. Oleh karena itu memang diperlukan suatu kesabaran dalam berkarya untuk selalu berbuat yang terbaik hari demi harinya.
World Wildlife Fund for nature (WWF) Indonesia has long been recognized as an international non-governmental organization working on issues regarding the conservation, research and restoration of the environment. The station for Orang Utan Research facility provides the research lab for preserving habitat of orang Utan. It design responds to rational for specific research, encouraging intercommunication and providing flexible, light filled working spaces in which research teams can expand and contact with ease.
The area is 12 hours drive continues by 1.5 hours transport by long boat, in total almost 900 km distance from Pontianak, the nearest city. Thedesign synthesized called for close proximity between laboratories, core support areas, offices, and Bedroom. Two organic wings and one ore frame a linear configuration formed by repetition of triangular shape which we called a practical form which is easy to construct and cheap on the budget wise. This is a philosophy beyond the functionalism which synthesized wood as the only sustainable material which has to be used.
Looking at the extinction of orang utan species, Together with the implementation of this station for research these buildings in the initial proposal hopefully will bring beautiful impact on the architecture of research facilities around the world. Not only have they set new technical standards but they represent an exciting new research environment to live with.
Principal : Realrich Sjarief
Collaborator : David Sampurna, Indra Dwinugraha, Silvanus Prima, Andhang Trihamdhani, Bayu Prayudhi, Morian Saspriatnadi, Anastasia Widyaningsih
This project is located in University of Indonesia area, Depok. The programming of the function keeps high constraint of the building’s density for 8 storey height. The problems then synthesized the solution to have a place to be social. DOT Workshop proposed the hexagon form which then responds to the activity of the people using the place, a function that is encouraging 2 ways of learning, for the students and for the lecturer. The hexagon proves to be aesthetically challenging, efficient in plan, and could be built module by module.
The design proposed a unique atrium proposing a concept of vertical neighborhood which encourages interaction between people, remembering this is an education facility, and this place should be a place for people learning from people, people sharing for people, and people keep relationship with people. The terracing balconies extruded from the façade creates self-shaded device which the combination creates roof garden that is the place for people for enjoying fresh air.
The concept of allowing the fresh air to circulate divided by 2 concepts, the first one is creating cross air circulation through the opening of the roof garden and the second, is allowing air stacking system by introducing chimney at the top floor.
The façade designed carefully by studying what does work for preventing direct sunlight. The solution is specifically located by open the wall to the certain size horizontally then the expression is purely functional and beautifully crafted by nature. Thank you for Andhang as a leader for team. It is such fantastic work.
Principal : Realrich Sjarief
Collaborator : Andhang Trihamdhani, Indra DN, Bayu Prayudhi, Silvanus Prima, MorianSaspriatnadi, David Sampurna, Anastasia Widyaningsih.
Dunia di ITB itu berbeda dengan dunia SMA saya yang homogen. Dunia SMA saya dimana saya dibesarkan di lingkungan gereja katolik, dan daerah Jakarta Barat. Sebagian kawan – kawan saya tinggal di daerah yang sama, dengan radius sampai 5 kilometer.
Saya suka duduk – duduk di sepulang sekolah di tukang gorengan yang kurang populer. Ada dua tukang gorengan, yang satu kurang populer karena tempatnya di dekat SMP yang lebih populer lokasinya lebih strategis, dengan dengan toko minuman. Saya menghabiskan waktu setengah jam setiap pulang sekolah untuk bertegur sapa, menanyakan keseharian tukang gorengan tersebut. Sampai – sampai satu saat saya melihat sepatu tukang ini robek, saya melihat di rumah saya banyak sepatu, dan mengambil sepatu tersebut untuk diberikan ke tukang ini.
Terkadang saya diberikan bonus gorengan, beli 5 gratis 1. Apa yang saya alami di sekolah, tukang ini mengetahuinya, karena beliau ini teman cerita saya. Mulai dari saya kehilangan uang, kisah cinta, atau ketika ujian saya mendapat nilai jelek. Dengan dekat dengan tukang gorengan, saya juga jadi mengetahui jenis – jenis pisang yang dia pakai untuk membuat pisang goreng. Ternyata ada lebih dari 5 jenis pisang. Pisang – pisang tersebut tidak selamanya ada di pasaran, karena ia mencari yang harganya tidak mahal dan juga berkualitas bagus. Dari situ saya belajar dari tukang gorengan yang memberikan pengetahuan yang praktis, bagus sekaligus tidak mahal dengan logika mendasar.
Di ITB saya menghadapi begitu banyak wajah dan latar belakang yang heterogen. Kawan – kawan baru saya ada dari seluruh penjuru Indonesia. Dalam satu bulan saya sudah ketemu kawan – kawan dari Kudus, Papua, Jember, Bandung, Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, dan banyak lagi. Mereka pintar – pintar dan juga bisa berargumen juga punya kegiatan unik – unik dari orator sampai hobi mengumpulkan sampah. Di ITB juga tersedia kelompok minat ataupun unit budaya yang begitu banyak. Uniknya, setiap kelompok memiliki ruang kerja, ruang himpunan. Saya merasa diterima di semua kalangan, di kelompok tersebut. Saya terlibat di Unit Tennis, Unit Tennis Meja, Unit Aikido, Unit Keluarga Mahasiswa Katolik, Unit Badminton, dan Ikatan Mahasiswa Gunadarma, ibaratnya semua yang ada raketnya + keagamaan + organisasi arsitektur.
Uniknya ITB, dengan begitu banyaknya keberagaman, tetep memiliki suasana informal di dalam kemahasiswaan. Ada perasaan bangga menjadi mahasiswa, dengan teriakan – teriakan yel – yel yang ads di sabtu minggu. Sudah biasa kita melihat hari sabtu minggu ada saja orang berkumpul untuk berkegiatan. Mereka menggunakan jaket dengan warna beda – beda. Misalnya farmasi warnanya kuning, geodesi warnanya oranye, Teknik Mesin warnanya biru dongker. Dan arsitek warnanya biru tua. Saya belajar dan menyadari bahwa Indonesia itu begitu kaya.
Setiap hari saya habiskan untuk bermain – main di kampus, saya jarang pulang ke kos – kosan dan juga jarang pulang ke Jakarta. Saya mendapatkan dunia yang lebih luas dibandingkan dunia SMA saya. Sejenak rasa kangen saya terhadap dunia SMA terobati.
Ternyata ada ya kumpulan manusia absurd yang lebih besar dan beragam, dunia ini warna – warni ternyata dengan begitu banyaknya bendera yang berkibaran.
Cibubur Mall Extension and Hotel Development
Features : 2 levels of integrated pedestrian walk and Hotel development consists of 120 luxury rooms with double loaded corridor which offers architecturally balanced between open air pedestrian walk and undulating surface of facade.
Conceptual design of RAW (Former DOT) In collaboration with Andy Prasetyo Architect
Status : Built
Appointment: 2011
Construction Start: 2012
Completion: 2012
Umumnya setiap orang ingin memiliki rumah yang ideal dan nyaman menurut versinya sendiri. Tiap – tiap orang dilahirkan dengan latar belakang yang berbeda – beda, ada yang berasal dari keluarga yang memiliki satu budaya tradisional yang kental, atau keluarga yang memiliki budaya yang bermacam – macam seiring dengan perjalanan keluarga tersebut ke banyak tempat dengan budaya baru. Dari latar belakang ini kita bisa mengenal, mengerti, kemudian memahami nilai yang dianut oleh orang per orang, dimana setiap orang dilahirkan untuk menjadi seseorang unik. Seorang anak kecil mungkin akan menggambar rumah dengan jendela yang kotak, atap yang miring dengan pintu di depannya, mungkin ia akan menambahkan matahari dan awan di atasnya. Rumah adalah cerminan dari hati dan impian seseorang yang dibentuk dari saat ia anak – anak. Menurut Robert Forest salah seorang penyair yang saya kagumi,’Home is the place where, when you have to go there they have to take you in. Paragraf permulaan ini adalah tulisan untuk mengenal siapa klien kita, yaitu orang – orang dengan pribadi yang unik di tengah jalinan budaya yang ada.
Red house adalah satu rumah yang didesain William Morris (1834-96). Dimana ada satu keinginan untuk mendesain ruang yang ideal dimana orang – orang bisa berbicara di pojok – pojoknya dan orang – orang lain bisa makan di pojok lainnya, tidur di pojok lainnya dan kemudian berkerja di pojok lainnya. bentuk konstruksinya ditampilkan begitu jujurnya sehingga menginspirasi banyak arsitek setelahnya dengan kejujuran bentuk konstruksi sebagai intensi utamanya.Louis Mies Van De Rohe, Philip Jonshon, ataupun Norman Foster menjadi beberapa arsitek yang mengikuti Intensi William Morris dalam pengolahan bentuk – bentuknya. Dalam perjalanan karirnya, seorang arsitek hidup dengan melayani kliennya dan mencoret garis dengan pengalaman hidupnya, ia tidak hidup sendirian.
Apabila satu desain bangunan menyebabkan pemilik rumah sakit – sakitan karena udara yang lembab akibat dari ruangan tidak mendapatkan sinar matahari,dan ada ventilasi dimana terjadi ketidak nyamanan karena ketidak sesuaian dengan kebutuhan pemilik. Saya pikir itulah satu kesalahan. arsitek itu sebuah profesi yang melayani, profesi yang melayani masyarakat sebaik – baiknya. Mendesain denah untuk mendapatkan cahaya langsung yang memiliki intensitas cukup namun tidak panas, dengan pertimbangan mengenai sudut datangnya sinar matahari, dengan pertimbangan mengenai bagaimana bentuk bangunan yang inovatif terhadapnya. Angin pun memiliki peranan penting dalam sirkulasi udara silang yang sehat di iklim tropis, kita pun membutuhkan udara segar untuk hidup, sirkulasi udara silang mutlak sangat dibutuhkan, ditambah dengan usaha untuk memenuhi aktifitas pemilik rumah dari aktifitas menjemur baju, aktifitas relaksasi, aktifitas melakukan hobbynya. Aktifitas itu tumbuh menjadi arsitektur ditengah – tengah tarikan peraturan bangunan yang ada.
Le corbusier ataupun para pendeta arsitektur tradisional sudah mengajarkan banyak dengan 5 prinsip , bangunan melayang di atas tanah [pilotis], denah yang fleksibel terhadap perkembangan jaman, tampak yang fleksibel [bebas dari elemen struktur], pandangan untuk menikmati alam, atap yang mengkompensasi area hijau yang diambil lahan. Saya melihat kita hanya perlu berkerja sama dengan alam dengan teknik, teori, keahlian kita dalam desain bangunan.
Sekarang ini trend fungsionalitas, satu paham yang oleh banyak orang di sebut minimalis menjamur, sebagai alat untuk berjualan, sebagai satu pendekatan desain yang disukai. Sebagai salah satu paham desain, ada yang menyukai ada juga yang tidak. Salah satunya adalah orang di depan saya, yang mengajak saya berdiskusi pada waktu itu, ia adalah seorang mahasiswa,
“Jadi desain yang minimalis itu tidak apa – apa ya pak ?” tanya satu orang adik pada waktu itu.
“tidak apa – apa” saya jawab. Diri ini berpikir, minimal adalah sekecil mungkin, mungkin yang dimaksud adalah satu dorongan untuk mengefisienkan desain bangunan karena tuntutan dari naiknya harga lahan, mengecilnya plot bangunan, dan semakin kompetitifnya iklim di dunia kerja mengakibatkan dorongan ekonomi pada proses arsitek dengan klien oleh karena itu hal ini bisa terjadi.lalu “apakah itu salah ?”
“Memang semua itu harus maksimalis ?” saya balik bertanya. Mungkin apa yang dibicarakannya menyangkut satu style yang diambil dari pergerakan international style, desain schroeder house dari Gerrit Rietveld yang berkembang terus di seluruh dunia, tidak hanya di Indonesia. Tidak hanya arsitek yang melihat ini, klien kita pun melihat. lalu apa ?
Tidaklah perlu kita mengeneralisasi apa itu arsitektur minimalis, maksimalis, dekonstruksi, neo modernism, post modernism, yang saya tahu hanyalah arsitektur yang baik yang dimulai dari coretan garis oleh arsitek berdasarkan kebutuhan klien. Yang kita perlukan adalah satu pemikiran yang mendalam selain provokasi like or dislike, yaitu analisa mengenai kebutuhan manusia dan pemecahan kebutuhan – kebutuhan tersebut yang merupakan solusi dari praktek arsitektur. Ini yang saya sebut arsitektur yang responsif dengan segala sikapnya untuk menghargai alam, menjaga manusia dari ketidaknyamanan, sekaligus mendekatkan manusia untuk menjejak lekat dengan bumi.
Kembali Satu saat yang lalu dimana saya bertanya kepada satu orang di depan saya“apa kemauan klien anda ?” tanya diri ini, kemudian mungkin pemuda didepan saya ini bingung tidak menjawab seakan – akan kita hanya berpraktek tanpa klien. Arsitek adalah seorang pendeta, ahli dalam seni, konstruksi bangunan, ya kita kan punya klien, perlunya kita berkomunikasi dengan klien kita, berdiskusi, berkerja bersama – sama, sentuhan anda dibalik keinginan klien menghasilkan karya yang kalau ada di Indonesia, jadilah ia Arsitektur Indonesia. Coretan – coretan desain yang dicoretkan arsitek berdasarkan kebutuhan seseorang bukan hanya berkerja sendirian akan mewarnai satu karya arsitektur, dengan intensi coretan desain yang seresponsif mungkin menurut saya akan menjanjikan satu kebolehan kita, dan daya tawar kita kepada pengguna jasa kita.
Yang terjadi pada akhirnya, kepercayaan itu akan muncul dan anda akan dinilai oleh orang lain bukan hanya oleh diri sendiri, oleh karena itu buka mata hati, telinga, dan intuisi, di setiap goresan pena Arsitek, selalu ada tanggung jawab.
Tulisan ini dipublikasikan dalam majalah Baccarat Indonesia edisi January – February 2014
Tulisan ini dipublikasikan untuk Baccarat Indonesia edisi pertama November 2013
Satu saat saya ingat beberapa tahun lalu saya berjalan – jalan ke satu rumah tinggal milik kenalan saya, dulunya dinding itu penuh dengan pot – pot tanaman yang ditempel di dinding setinggi 6 meter, pot – pot itu disusun selang seling menyerupai pola bata, dengan teknologi penyiram air berupa selang – selang kecil yang melilit pot – pot tersebut, bahan pot tanaman itu sendiri terdiri dari kayu yang disebut kayu bengkirai dari Kalimantan, atau sering disebut kayu damar laut dari Sumatra, kayu itu termasuk kayu golongan kayu keras. Namun Sekarang pot – pot itu hilang, kayunya pun sudah berubah warna, dinding yang yang tadinya rimbun penuh pohon, kini hilang tanpa bekas. katanya sulit untuk merawatnya meski sudah didesain dengan teknologi penyiraman yang baik.
Peter Blanc, seorang arsitek lansekap dari perancis dikenal sebagai desainer yang memainkan elemen tanaman yang disusun vertical atau dalam bahasa perancis disebut mur vegetal. Ia dikenal di tahun 2009 sebagai salah satu orang yang memodernisasi tanaman vertical, sehingga mendapatkan gelar satu dari 50 inovasi terbaik di dunia keluaran dari Time Magazine. Ia berpendapat Desain yang hijau itu tidak hanya berhenti dari penampakannya saja yang hijau dengan tren vertical garden, satu museum di kota Madrid yang bernama Musee Du Quai Branly hasil dari kolaborasi desain dengan arsitek Jean Nouvel menjadi salah satu icon keberhasilannya, bagaimana kita mengapresiasi alam dengan dinding vertical garden menciptakan efek visual yang menarik mata. Lebih lanjut lagi Peter, menarik esensi dari vertical garden melalui pemilihan tanaman – tanaman yang sesuai dengan lokasi, dan iklim, sehingga tanaman tersebut bisa hidup secara natural, tidak hanya manis dipandang mata namun mudah dalam perawatannya.
Kembali ke kenalan saya, setelah saya lihat – lihat, memang dinding yang tingginya 6 m itu merepotkan karena membutuhkan usaha ekstra untuk merawatnya, ditambah lagi kesibukan kenalan saya ini yang merupakan seorang pengusaha, Mungkin pada waktu dinding itu didesain sedang ada tren / lifestyle / design style untuk menutupi wajah dinding dengan tanaman. Namun setelah saya lihat lebih lanjut memang, tanaman yang dipakai yaitu srigading adalah tanaman yang membutuhkan cahaya matahari langsung sedangkan tempatnya adalah cenderung tertutup di void bangunan dimana di atasnya terdapat skylight kaca, juga ditambah lagi kenalan saya itu yang memang tidak bisa merawat tanaman dan ia tidak mencintai tanaman, namun ia ingin dilihat sebagai pencinta tanaman, seseorang yang mengikuti trend. Kita perlu bertanya jujur, apakah kita benar – benar membutuhkan itu ? kalau seorang pencinta taman akan berkata lain. Saya berpikir memang desain itu sesuai dengan individu – individunya, sejujur apa kita dalam menginginkan sesuatu.
Konsep Desain yang hijau / green adalah desain yang bisa hidup senatural mungkin, ia berbicara menurut fungsinya yang sejujur-jujurnya, menurut saya desain pun demikian, ia pun harus peka terhadap esensi dasar bahwa segala sesuatu pada dasarnya harus berjalan secara natural. Satu arsitek dari Australia, Glenn Murcutt , ia memulis bahwa arsitek hanya membuat sebuah wadah, dengan alam sebagai inspirasinya, matahari, aliran udara segar, dan keinginan manusia untuk selaras dengan alam. Saya pikir begitupun dalam rumah tinggal. Sebagai manusia kita perlu bernafas, pentingnya sirkulasi udara yang masuk ke bangunan upaya udara tidak lembab, saya sendiri pernah mendesain satu rumah dengan satu cerobong angin di tengah rumah itu, tempat dimana udara segar bisa masuk secara terus menerus 24 jam. Semuanya dimulai dari kebutuhan dasar yang memang dibutuhkan oleh manusia yakni kita sendiri.
Kayu jati yang terbaik adalah kayu jati yang tua, berumur panjang, bukan jati muda hasil dari hutan produksi. Dari situ jati tua dihargai karena urat kayunya yang indah, kekerasanya dan ketahannya terhadap waktu, juga warnanya yang muda, urat kayunya mengalir seperti air. Dari situlah kita tahu bahwa kayu jati itu adalah kayu yang mahal dan memiliki nilai seni tinggi dengan alam sebagai pembentuknya. Hidup pun begitu, Tisna Sanjaya, memberikan pesan supaya hiduplah seperti pohon, jangan hidup tergesa – gesa. Ini mungkin salah satu pemikiran yang membuat kita perlu merenung sejenak untuk kemudian menjalani hidup kita sehari – hari dan senatural mungkin.
2004, Sekolah Menengah Umum Katolik Sang Timur – Jakarta
Waktu saya masih belajar di sekolah menengah atas saya memiliki guru les fisika yang sama dengan Laurensia, namanya pak Harry. Saya ingat pada waktu saya suka sekali bermain tenis meja setiap dua minggu satu kali saya menghabiskan waktu untuk pulang lebih sore. Terkadang, saya terlambat mengikuti les tersebut ataupun malah saya absen mengikuti kelas tersebut. Akibatnya Laurensia harus mengikuti tes tersebut selama hampir empat jam. Ia masih terkadang mengingat hal tersebut. Meski demikian, saya tidak terlalu ambil pusing dengan les tersebut asal saya masih bisa bermain tennis meja sampai – sampai saya seringkali di rumah main tennis meja dengan guru fisika tersebut, dan menunda belajar di hari itu.
Kami berdua ada di kelas yang sama, 3 IPA1. Di waktu itu Laurensia memiliki pasangan dan saya adalah orang yang cukup bebas berteman dengan banyak orang yang tidak memiliki kecenderungan pada satu golongan apapun dalam pertemanan. Dan saya tidak memiliki pasangan pada saat itu. Saya punya kebiasaan untuk datang terlambat dan pulang terlambat. Hal itu saya lakukan karena saya senang untuk memaksimalkan waktu, entah itu untuk berdoa dulu di pagi hari, bersosialisasi, ataupun sekedar rileks di luar pelataran sekolah. Suster kami, suster josephine sampai bilang
“kamu sudah tau datang terlambat masih sempat – sempatnya ke gereja, kalau kamu mau ke gereja datang lebih pagi.”
Pada waktu itu murid – murid yang terlambat mendapatkan tugas untuk lari mengelilingi lapangan sesuai berapa menit dia terlambat, satu menit untuk satu kali keliling lapangan. Setelah itu kami ditugaskan untuk menyiram tanaman dan menjaga perpustakaan. Saya tidak pernah keberatan untuk menjalani hukuman seperti itu. Pada waktu itu saya pulang pergi naik motor tornado hitam, warisan dari kakak saya. Motor itu sudah di tune – up sampai konsumsi bahan bakarnya boros sekali. Terkadang saya lupa isi bensin, ya jadinya motornya mogok. Di luar semua hal tersebut, saya bisa membuktikan bahwa saya berprestasi dan menjadi satu – satunya anak yang mendapatkan nilai 100 untuk pra ebta di matematika dan 95 untuk fisika. Tapi saya tidak pernah ambil pusing untuk menjadikan nilai menjadi tujuan utama, setiap malam jam 7-9 malam saya akan mengurung diri di kamar dan berlatih entah itu hapalan, ataupun eksakta. Sisanya saya akan bermain – main seperti biasa.
Kelas tiga IPA satu adalah kelas yang cukup unik karena ia berisi anak anak yang kutubuku tidak memiliki hubungan sosial yang luas terkadang ada yang Introvert telepon lebih lebih simple nya kumpulan anak anak yang tidak populer. Namun pada waktu itu banyak ide brilian muncul dari ketidak populeran, terkadang ide – ide absurdpun muncul. Salah satunya ide foto kelas, anak pria memakai rok dan anak wanita memakai celana. Hal yang membuat heboh satu sekolah karena belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut membuat wali kelas kami Bu Meka marah besar. Akhirnya kami harus take ulang, pada waktu itu kami juga marah, karena itu foto ulang dilakukan dengan tema yang kami usulkan yaitu narapidana.
Ini dia wali kelas kami, namanya Dra. Meka Dewi Implasia.
3 IPA 1, kumpulan yang saya sebut “Geek | Non Mainstream High School Group”, Kelas tiga IPA satu adalah kelas yang cukup unik karena ia berisi anak anak yang kutubuku tidak memiliki hubungan sosial yang luas terkadang ada yang Introvert telepon lebih lebih simple nya kumpulan anak anak yang tidak populer. Namun pada waktu itu banyak ide brilian muncul dari ketidak populeran, terkadang ide – ide absurdpun muncul. Salah satunya ide foto kelas, anak pria memakai rok dan anak wanita memakai celana. Hal yang membuat heboh satu sekolah karena belum pernah dilakukan sebelumnya.
Begitupun dengan balada monyet, drama musikal yang kami buat secara instan dengan perlengkapan seadanya. juga menuai gelak tawa dengan penuh keanehan. Ternyata kumpulan orang – orang aneh bisa membuat keributan.
Hidung sapi itu terbuat dari kotak obat ibu saya, dan tanduknya dibuat kawan saya dari bola sepak yang dibelah dua. Saya sibuk di belakang, mengatur suara, musik, dan hanya berperan sebagai awan ketika kera sakit membutuhkan awan tersebut untuk ke tempat – tempat yang ia tuju.
Kadang – kadang kami pergi ke pantai atau ke gunung, bermain sepak bola ataupun nonton ataupun makan bersama.
Hal – hal yang terjadi di kelas ini berlangsung secara spontan yang kadang – kadang cukup absurd juga, mungkin karena kami di cap dan memiliki karakter gerombolan orang – orang aneh. Jadinya kami tidak terbeban dengan tekanan sosial untuk memiliki stereotipe kelompok tertentu.
Sampai saatnya kami semua lulus dan saya mengambil ujian di universitas negeri. Laurensia sendiri diterima di Trisakti mengambil kedokteran gigi dan saya diterima di ITB dalam jurusan Teknik Arsitektur Bandung. Otomatis saya tidak bertemu lagi dengan Laurensia.
Kami menjalani kehidupan masing – masing. Saya kehilangan kenangan akan kelas 3 IPA 1, sekumpulan orang aneh dan kenangan saya untuk menjadi tidak sempurna dan bermain – main setiap harinya.
” The world would never amount to a hill of beans if people didn’t use their imaginations to think of the impossible.”- Pete Seeger. Tulisan ini untuk membagikan pada dunia, mengenai nafas kesedihan ataupun nafas kebahagiaan, hal – hal yang terduga dan yangtidak terduga, yang membuat hidup seperti mengumpulkan koleksi kupu – kupu. Tentunya yang terbaik yang diambil untuk direnungi kembali untuk apa kita disini.
25 July 2012
Ini acara Summer Workshop yang baru dilakukan di RAW yang diisi oleh Ivan Nasution dari CSAC National University of Singapore dan Rizki Supratman [OMA].
Ini detailnya :
Almost always the men who achieve these fundamental inventions of a new paradigm have been either very young or very new to the field whose paradigm they change. — Thomas S. Kuhn
Dalam sejarah arsitektur, keragaman paradigma dalam desain adalah salah satu cara untuk melihat keragaman dalam berarsitektur. Dimana kita menjadi manusia yang lekat dengan tradisi berpikir, berargumentasi, pemilihan keputusan desain berdasarkan pertimbangan – pertimbangan empiris dan rasional yang matang. Proses untuk mencipta ini yang kemudian menjadi penting, karena adanya kekreatifan dalam proses mendesain. Proses dimana kita bisa mendapatkan pelajaran yang lebih baik, sehingga untuk pada saatnya mendesain nanti bisa memberikan desain yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Proses berpikir ini yang kita coba gali dari dua orang dari generasi muda, Ivan Nasution dan Rizki Supratman. Ivan yang berkerja di NUS [National University of Singapore] dan Rizki yang berkerja sebagai di OMA [Office for Metropolitan Architecture] satu biro yang didirikan oleh Rem Koolhas. Sharing pengalaman dari kedua orang ini diharapkan bisa membawa dialog yang akan membawa peserta untuk memahami dunia arsitektur lebih dalam dalam lingkup teori dan praktik.
02 February 2014 I’ve just got a wonderful quote about facing our life with smile and planning ”
Whatever happened in the past is over. Do not dwell on past mistakes. There’s no point crying over spilt milk. Everybody makes mistakes. It’s what you learn from the mistakes, and promising yourself not to repeat those mistakes that matters. When you miss opportunities, don’t dwell on it, as there are always new opportunities on the horizon.
Being able to smile when being slightly misunderstood is good upbringing. When you’re wronged and you smile with calmness, it is generosity. When you’re being taken advantage of and you can smile, you’re being open-minded. When you are helpless and you can do a philosophical smile, you’re in a calm state. When you’re in distress and you can laugh out loud, you’re being generous. When you’re looked down and you can calmly smile, you’re being confident. When you’re being jilted in relationships and you can smile it off, you’re being suave.”
30 Januari 2014 Satu adik saya memberikan gambar dan memberikan sebuah buku. Ia menggambar muka ini di atas kertas, saya tersenyum melihatnya, mirip gambarnya dengan alis yang tebal, rambut yang pendek, kacamata, hidung, mulut. Ia orang yang pendiam, jarang berbicara lantang. Namun ia selalu berusaha menemukan hal yang terbaik dalam setiap momentum hidupnya untuk menjadi orang yang lebih baik. Baru senin kemarin diri ini mengumumkan bahwa sudah tidak ada acara perpisahan lagi karena sejujurnya, diri ini sudah tidak sanggup untuk bersedih setiap ada yang keluar dari kantor untuk bersekolah ataupun melanjutkan petualangannya di dunia ini. Bagi saya, semua yang berkerja bersama adalah keluarga saya sendiri, siapapun dia, apapun latar belakangnya.
ia menulis pesan yang membuat diri ini larut dalam kesedihan, membuat diri ini menyadari kembali rantai waktu bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan.
Dear Kak Rich,
It’s probably one of the hardest phase of my life. I’m no bragging about it. But truly, leaving this office and it’s beautiful people is a hard choice to do. Thank you for this awesome 2 years. I’ll always remember all the things i’ve learnt from you, mas beng, kak yudith, putri, and each person in this place.
You have travelled to many places, learned from many people, and in the end you found you own happiness with RAW and your love of your life, kak yudith . And my time is coming to take another journey like you’ve done before in order to learn life one step further.
Thank you for being such an inspirational boss and heartwarming person. Wish you and your family all the best thing in life could offer.
Regards,
Raras.
Tetesan air mata mengalir, kesedihan datang tak disangka – sangka, Saya akan kehilangan, kehilangan pribadinya, kehilangan kehadirannya, kehilangan keceriaannya, namun saya yakin awan kebahagiaan akan muncul dimana masa depan yang cerah untuk adik saya ini akan selalu saya doakan, semua akan berjalan lebih baik. Setiap rentang waktu memiliki catatan perjalanannya sendiri. Orang pergi, dan kemudian orang datang, meninggalkan memorinya, catatannya, saat-saatnya sendiri. Tidak banyak orang yang bisa meninggalkan kenangan yang dalam di rentang waktu perjalanannya, namun adik saya ini sungguh memberikan kenangan yang manis dalam perjalanannya, dan saya benar – benar bersyukur untuk itu, dan semoga kita bisa bertemu lagi, dalam rantai waktu ketika yang ada. Terima kasih Raras.
Apriani Kurnia Sarashayu
20 Desember 2013 “Sliced Wood – Cendana” dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia. Diri ini mendesain satu furniture untuk pameran biennale desain dan kriya 2013 satu acara di Galeri Nasional, terima kasih tim Design Perfection Workshop untuk kerja kerasnya [ini cerita lebih lanjut]
Ini pengumuman nya dari publisher Imaji : untuk pertama kalinya karya 14 industri kreatif dan kriya diadakan bersama dalam satu ajang pameran Biennale Desain Kriya Indonesia (BDKI) . Lebih dari 67 karya individu dan karya kolaborasi terkurasi akan hadir di dalam acara besar ini. Diharapkan acara ini memberi kontribusi positif terhadap dunia desain dan kriya Indoesia.
Exhibition: 20 Desember 2013 s.d 19 Januari 2014 @ Galeri Nasional Indonesia.
Sliced Wood #1
Sliced Wood #2
Sliced Wood #5
15 Desember 2013 salah satu pembimbing diri ini, meninggal dunia, namanya Ahmad Rida Soemardi. Pak Tata adalah satu figur yang dekat dengan diri ini di masa – masa kuliah dan masa – masa diri ini menempuh pendidikan master di Sydney. Ia orang yang sangat hangat, periang, dan dikenal akan kepakarannya dalam studi urban desain. Dalam disertasinya di University of New South Wales, ia masih menyempatkan waktu untuk diri ini, saya seperti mendapatkan satu pembimbing tambahan selain Jon dan James di tahun 2009. Ia menjadi penyeimbang di antara intelektual Jon yang rasional dan James yang puitis. Pak Tata orang yang menjembatani pengertian antara keduanya. Mungkin ia menjadi penyeimbang akan dua dunia yang diri ini hadapi di tahun itu. Beliau selalu menyempatkan waktu untuk membahas, berdiskusi mengenai topik bahasan yang seru mengenai urban desain ataupun mengenai wisata kuliner dimana beliau memang doyan makan. Tidak dipungkiri bahwa diri ini mendapatkan satu role model yang menyeimbangkan dunia. Mungkin Pak Tata tidak bermaksud menyeimbangkan, namun memang karena pembawaannya, namun menjadi penyeimbang dunia harus mampu untuk bisa mendengarkan, dan dari dia saya mendapatkan satu contoh terbaik untuk bisa berkaca, bercermin dalam kehidupan sehari – hari. Saya kangen sekali dengan beliau, orang baik seperti beliau selalu mendapat tempat di hati murid – muridnya yang beruntung mendapatkan bimbingan beliau, salah satunya saya. terima kasih Pak Tata. God Bless you.
9 Desember 2013 Minggu kemarin, diri ini ke gereja untuk beribadah minggu bersama Laurensia. Pada waktu itu ibadah sedang memasuki doa Syukur Agung kemudian mendadak lampu mati, yang tersisa hanyalah lilin yang menerangi romo, menerangi putera altar, dan romo berbicara tanpa pengeras suara. Semuanya hening, dalam keheningan itulah, suasana khusyuk terasa dalam, dan diri ini menemukan kedamaian, Tuhan seakan – akan berbicara. Kesederhanaan itu indah, terasa dalam, kedamaian seutuhnya. Sama seperti kehidupan, indah dan terasa dalam untuk menjadi manusia yang utuh dalam hening. Apa yang terlihat dalam kehidupan terkadang hanyalah kulit dan pupur muka saja, ekspresi yang jujur, makna yang dalam, akan membuat kita merefleksikan diri menjadi manusia seutuhnya.
8 Desember 2013 Diri ini merenung mengenai satu kata ” terkenal”, mbak Vivi, Avianti Armand, menulis satu tulisan disini. Kata “terkenal” adalah satu kata yang wajar, kalau seseorang tidak dikenal, maka ia tidak bisa mendapatkan penghidupan, seperti seorang arsitek yang semakin dikenal karena mungkin kapabilitasnya untuk menghasilkan bangunan yang disukai orang yang menunjuknya sebagai arsitek, sama seperti dokter yang semakin dikenal karena mungkin kapabilitasnya untuk mengobati penyakit sehingga banyak orang datang untuk diobati penyakitnya. Di tulisan mbak avianti sepertinya ada kerisauan dengan fenomena cepatnya informasi,atau popularitas sesaat dalam arsitektur, memang suatu alasan yang benar adanya dalam proses berarsitektur yang lebih baik. ini cerita lebih detail ,
ia menulis lebih lanjut :
“Yang jelas, “sindrom terkenal” itu juga mewabah di sini. Terus terang, saya sedih melihat kecenderungan arsitek-arsitek muda tanah air, mangga-mangga mengkal dan umbi-umbi pejal yang belum siap panen, buru-buru ingin jadi terkenal, sehingga rela membayar untuk dibuatkan buku tentang biro atau konsultannya. Padahal, kalau menilik karya-karyanya, saya percaya mereka masih harus menempuh perjalanan yang lebih jauh. Akhirnya kita melihat buku itu sebagai alat marketing belaka. Publikasi harusnya punya bobot berita, bukan sekedar alat pencitraan dan propaganda. Sindrom yang sama, saya duga, juga jadi bensin luar biasa yang mendorong arsitek-arsitek kita untuk berpameran ke luar negri. Dengan mengundang diri sendiri, dengan biaya sendiri, dengan tenaga sendiri. Saya sampai heran luar biasa. Saya tanya buat apa? Jawabannya: untuk menunjukkan pada dunia kondisi arsitektur di Indonesia. Saya tanya lagi, buat apa? Untuk membuka hubungan lintas negara dengan arsitek-arsitek manca negara. Saya tanya lagi, buat apa? Ternyata jawabannya berhenti di situ.” [Avianti]
Ada beberapa 3 hal penting menurut diri ini yang perlu direnungi, mungkin penulis merasa banyak buku – buku arsitektur yang tidak sesuai dengan ekspetasi beliau, mungkin juga penulis mengkritisi mengenai pameran tanpa agenda yang di bawah ekspektasi beliau yang dicetuskan beberapa saat yang lalu. Mungkin penulis hanya berharap mengenai muatan yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas informasi terhadap karya arsitektur yang ada. Saya pikir tulisan ini akan membuat satu refleksi untuk berbuat yang lebih baik dalam meningkatkan standar kualitas meski ranah itu adalah subjektifitas orang per orang. Dimana Karya arsitektur memiliki perenungan yang panjang, dan proses yang panjang, yakni 1 tahun sampai karya tersebut selesai kemudian mulai ditempati, 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, 20 tahun, syukur apabila karya arsitektur dianggap begitu baiknya sampai dipertahankan di dalam era yang berubah, ia kemudian menjadi penanda jamannya dan kemudian memiliki pembuktiannya. Oleh karena itu, menjadi arsitek yang baik, membutuhkan kesabaran untuk menghadapi dunia. Saya pikir tulisan ini seakan – akan menantikan keseimbangan yang wajar dimana definisi terkenal didudukkan sewajarnya, berbicara mengenai karya yang terbukti nyaman, terbukti indah, dan publik pun menanti dalam alegori desain yang ada, dalam pembuktian rentang waktu yang tidak sebentar. Oleh karena itu memang diperlukan suatu kesabaran dalam berkarya untuk selalu berbuat yang terbaik hari demi harinya.
6 Desember 2013 Buku Houses by indonesian Architect sudah terbit. Terima kasih Pak Sonny, Mbak Imel dan tim sudah membantu arsitektur kita untuk lebih dikenal ke masyarakat.
2 Desember 2013 Tidak terasa sudah bulan Desember. Diri ini bersyukur Murakabi sudah selesai 50%. ini cerita perenungan tentang Murakabi, satu rumah yang belum selesai, mungkin akan tumbuh seiringnya waktu dalam keindahan proses iterasi desain arsitektur.
23 November 2013 Hari ini hampir seluruh waktu dihabiskan untuk melihat museum Purnabakti Pertiwi di daerah TMII, beberapa hari yang lalu diri ini dihubungi satu teman lama untuk datang ke tempat ini hari sabtu ini, untuk membantu mendesain di lokasi ini, bagaimana mengaktifkan museum dengan program – program baru yang kreatif sehingga bisa mendukung operasional dari museum yang tinggi. Melihat potensi yang ada, bukaan solid void, keindahan struktur, kemudahan akses, pola – pola abstraksi lansekap yang tidak terdesain sekarang menjadi penting, bagaimana hubungan antara fungsi atraksi yang baru dengan yang lama akan menjadi salah satu hal utama. Kita harus berbicara mengenai masa depan, bagaimana citra yang baru terbentuk dengan bisnis komersial yang masuk akal untuk merawat museum itu sendiri. Puisi dengan masa lalu menuju masa depan menjadi hal yang terutama. Daerah ini memiliki luas 20 ha dimana bangunan yang baru akan menghidupi bangunan lama, pembicaraan jenis – jenis anchor menjadi penting, salah satu fungsi dimungkinkan adanya universitas media, studio film, pusat ilmu pengetahuan, pedestrian mall, dan renovasi museum purna bakti pertiwi.
“The whole is greater than the sum of the parts.”
Buku Indonesia House akan dilaunching oleh tim mbak Imelda Akmal awal bulan depan. Diri ini bersyukur, Bare Minimalist diliput di buku tersebut, terima kasih untuk kesempatannya dan kerja kerasnya dalam publikasi mbak Imelda dan tim. Sementara itu Rumah milik dari keluarga Frans Wiriawan sudah hampir memasuki pengecoran lantai ke tiga, bulan ini dan bulan depan adalah hari yang menentukan untuk proyek ini karena pekerjaan struktur sudah selesai dilakukan, dan eksperimen finishing arsitektur akan dilakukan. Beberapa pekerjaan rumah tinggal lainnya yang sedang dikonstruksi sedang menunjukkan citranya, satu di kebayoran, tiga di alam sutera, dua di meruya. Setiap karya arsitektur itu berbeda – beda dengan klien – klien yang berbeda – beda, dengan pendekatan yang berbeda – beda dalam setiap citranya, citra yang merunduk ke tanah untuk melihat langit yang biru, selaras dengan alam.
18 November 2013 Senin sudah memulai minggu ini dengan rutinitasnya, minggu ini akan cukup padat dengan design development yang terjadi untuk proyek – proyek . Selasa dan kamis besok adalah hari yang menentukan untuk presentasi Galeri Nasional ke pejabat – pejabat tinggi pemerintah, ini adalah satu skema yang dimenangkan dari kompetisi kira – kira 2 bulan yang lalu,Galeri Nasional sudah hampir selesai perencanaannya, puji Tuhan semua lancar tanpa kendala.
Perspektif Mata Burung
Galeri Nasional Indonesia#1
Galeri Nasional Indonesia#2
Galeri Nasional Indonesia#6
Konsep dari Galeri Nasional ini terinspirasikan dari kesederhanaan bumi, dan birunya langit dimana keselarasan akan menjadi titik tertinggi dalam pencapaian manusia..[ini cerita lebih detail] , Thank you my dream team for best work, Septrio Effendi, Christiandy Pradangga, Donald Aditya, Tatyana Kusumo, Apriani Sarashayu, Maria Vania, Muhammad Iqbal Zuchri, Mukhammad Ilham, Miftahuddin Nurdayat and for the interns as well, Devina, Okta, Galih, Nidya, Richard.
15 November 2013 Hari ini, diri ini rapat mengenai 5 proyek yang berbeda, diri ini sendiri letih, untungnya besok sudah hari sabtu, bisa beristirahat. Perancangan hotel adalah mengenai hospitality design. Bisnis atau fungsi komersial yang menggantungkan dirinya terhadap bagaimana melayani tamu yang akan menginap sebaik mungkin. Berapa fasilitas yang didapatkan oleh 1 kamar / 1 bay akan menjadi kunci utama yang juga berkaitan dengan jumlah total kamar yang ada. Chemistry antara owner dan operator memiliki peranan yang sangat penting dalam mewujudkan feasibility study, setelah itu arsitek memiliki tanggung jawab untuk membuat desain se-kreatif mungkin yang tentunya harus feasible dalam pembangunannya. Kepekaan untuk mengerti tipologi ini menjadi penting. Minggu depan akan menjadi hari yang penting supaya desain – desain bisa selesai tepat pada waktunya. 14 November 2013 Mengenai urban design paradigm, diri ini berpikir mengenai garden city, Ebenezer Howard, mengenai keputusannya dalam membuat kota satelite yang banyak diperbincangkan bahwa tindakan tersebut sendiri adalah mendukung sprawling. Dalam satu sisi realitanya, itu benar adanya yang terjadi, namun dalam sisi lain, manifestor kota satelite adalah satu upaya untuk mengurai kepadatan, ketidakteraturan yang ada untuk kemudian kembali lagi memperbaiki struktur yang lama. 10 November 2013 Kantor baru direnovasi lagi, semoga semua lancar, anak – anak bisa semakin betah di kantor, seperti keluarga saya sendiri.
wherever you go, go with all your heart. Confucius
2013 RAW #3
Best Office in the World
7 November 2013 Rumah keluarga pak Misnu sudah mulai berdiri , diri ini sendiri baru menyisihkan untuk membeli atap foil dari bahan recycle, mengganti atap polycarbonate yang ada. Rumah ini saya namakan Murakabi, bukan dari bahasa Jepang tapi dari bahasa sansekerta yang artinya bermanfaat untuk semua. Rumah , dimana seluruh bentuknya mengadopsi dari bentuk stream line horizontal, dengan modul 1.2 m x 2.4 m, rumah ini berisi 3 buah kamar tidur dengan dapur, dilengkapi dengan warung di depannya untuk melayani kebutuhan sehari – hari dari warga sekitar. Ini baru 50 persen selesai. harus berusaha keras dalam supaya rumah ini cepat selesai. Belajar dari romo, mungkin bisa jadi tumbuh perlahan – lahan menjadikan rumahnya nampak cantik dan penuh ledakan ide, emosi.
Never think you have seen the last of anything – Eudora Welty.
Murakabi#1
Murakabi#2
Murakabi#3
Murakabi#4
Murakabi#5
Murakabi#6
Murakabi#7
3 November 2013 Beberapa hari ini, diri ini pergi ke Yogyakarta. Yogyakarta memang satu kota yang romantis, dengan usahanya untuk menjaga budaya tetap ada. Diri ini dan beberapa adik2 pergi ke rumah Romo Mangunwijaya, dari situ diri ini melihat jejak – jejak kehidupan romo yang hidup selibat, hidup dari keterbatasan yang ada, dengan teknik konstruksi yang menggabungkan keterbatasan material dan kekreatifan dalam menggubah bentuk. Workshop diletakkan di lantai dasar, dengan rumah di sisi depan, sirkulasi dibuat tidak langsung, melihat dari samping, dengan tektonika bata , sambungan kayu yang diperlihatkan. Dari sini saya pikir sebenarnya, apa yang dibuat ini lahir, dan tumbuh secara perlahan, beliau menambahkan setiap fungsi satu demi satu yang kemudian fungsi privat terhubung dengan fungsi sekolah, interlocking dengan ada nya jembatan yang menghubungkan dua buah massa, beberapa eksperimen yang gagal juga terlihat di sambungan pintu jendela dengan sambungan engsel lantai atas – bawah, yang memang jauh dari kesan selesai. Saya melihat sehari – hari nya beliau muncul sebagai individu yang spontan, kreatif, dan meledak – ledak dalam setiap pojok rumahnya, mengingatkan saya meski dalam skala yang berbeda dengan figur Enric Miralles seorang arsitek spanyol yang berpuisi dalam setiap gubahan bentuknya. Dari sini saya belajar mengenai kekreatifan beliau dalam setiap detail yang muncul dalam pergulatan sehari – hari, ledakan jejak – jejak arsitekturnya.
Pictures of the trip
Traditional Shop, Kota Gede
Kota Gede, Pemakaman Raja
Charlie’s Angels
Ruang doa romo
Tampak depan
Sambungan kayu
Laurensia di Asrama Romo
nako dari papan kayu
Detail anyaman pintu garasi
ruang keluarga
Enric Miralles Work
1 November 2013 Hari ini diri ini mengganti nama firma arsitektur dari DOT Workshop menjadi RAW [Real Architecture Workshop] selepas 3 tahun diri ini kembali ke Jakarta dan berpraktek. DOT Workshop akan memfokuskan ke kolaborasi antar pembangun dan tukang, sebagai pembangun yang melakukan eksperimen terbaik demi satu karya bangunan yang lebih baik daripada masa lalu. Dimana Real Architecture Workshop, memiliki fokus pada inovasi arsitektur, redefinisi program, teknologi detail arsitektur, integrasi dengan struktur dan utilitas, dan bentuk yang tropis, dan se kreatif mungkin. Sementara itu proyek – proyek terus berjalan, beberapa proyek yang sedang berjalan termasuk perancangan beberapa hotel di jalan Matraman, Cempaka Putih, Cemara, Kemang, Bogor, Bandung, beberapa perancangan rumah tinggal milik keluarga Syadli dan Farhad di Cipayung. Ada juga perancangan rumah – rumah cluster Accola milik pak Sidharta. 23 Oktober 2013 Jurusan Arsitektur Binus membuat satu acara yaitu Urban Play Ground. Di dalam acara ini, diri ini sendiri merenung, mengenai hakikat playground, satu tempat untuk bisa mengekspresikan diri. Bahwa di kota ini memang perlu ada tempat – tempat aktualisasi diri, bermain – main, melihat alam, mungkin sudah saatnya Jakarta memiliki waduk – waduk yang indah, pedestrian yang nyaman tempat bertemu orang – orang baru, bersosialisasi. Namun saya pikir desain berbasiskan riset, beberapa saat yang lalu, diri ini mendapatkan buku berjudul greening Singapore, berisi tata cara untuk merawat taman yang ada di singapore lengkap dengan jarak pohon, jenis pohon. Disini Singapore sudah melakukan riset yang panjang dan buku ini hanya sebagian kecil dari riset mengenai urban desain yang ada di dalamnya. Made in Jakarta mungkin bisa memulainya, satu riset panjang mengenai Jakarta yang mendukung kebutuhan siapapun yang membutuhkan. 27 September 2013 Hari ini dir ini bertemu dengan kawan lama, namanya Gunawan Tanuwidjaja. Dia mengundang untuk memberikan seminar di ITS. Saya dan Gunawan berteman baik, dulu ia yang mengajarkan bagaimana harus mencari ilmu sebaik mungkin melalui kelompok minat digital library, yang pekerjaannya menscan buku – buku untuk kemudian di bahas bersama, saling berbagi mengenai satu topik arsitektur. Diri ini bilang ke anak mahasiswanya, bahwa pak Gunawan adalah teman baik , dan teman baik sulit didapat. Pekerjaan boleh datang dan pergi, ilmu selalu bertambah namun kenangan tetap ada. Diri ini berbicara singkat saja mengenai design paradigm, kutub – kutub pemikiran yang berbeda dalam desain, dan arsitek bertanggung jawab atas coretan garis yang mewarnai kutub pemikiran tersebut. Pak Gunawan sekarang aktif mengajar di Petra, mengajarkan mengenai studio perancangan, dan pemahaman mengenai arsitektur yang merespons kaum diffable. Energinya yang tinggi, mewarnai arsitektur Petra sekarang. Diri ini percaya beliau akan mewarnai dunia arsitektur di Surabaya. Pak Gunawan, terima kasih atas undangannya ke Surabaya. 26 September 2013 Pagi ini Diri ini diundang ke ITS untuk acara yang diselenggarakan yaitu, lomba tugas akhir nasional, saya bertemu satu kehangatan disini, bertemu dengan Pak Agung, Pak Paulus, Pak Defry, Pak Josef, dan kawan kawan yang lain, celotehan, senda guraunya mewarnai pembukaan hari ini, selebihnya hari berlangsung sangat cepat dari diskusi didapatkan juara pertama dari ITS, Rizky, juara kedua dan ketiga dari universitas Tarumanagara, dan Bina Nusantara. Semoga acara seperti ini bisa terus berlangsung, dan tahun depan yang mendaftar lebih banyak lagi. Malam itu juga diri ini bertemu dengan beberapa mahasiswa dari ITS, mereka adalah orang – orang yang ingin belajar lebih. Beberapa dari mereka adalah mahasiswa perantau. Diri ini sendiri bertemu dengan salah seorang dari mereka pagi ini di bandara, diri ini ingat, perut ini lapar sekali, capai sekali juga, kemarin baru lembur sampai pagi bersama – sama dengan adik – adik di kantor untuk menyelesaikan beberapa perkerjaan yang harus diselesaikan. Baru tadi malam bertemu dengan beberapa anak ITS di zanggrandi, satu tempat yang romatis, tempat yang sudah banyak berubah, dengan kota yang sudah berubah sangat, ke arah yang sangat baik. Bravo bu Risma. Pak dulu waktu jadi mahasiswa bagaimana ?, ya seperti kalian, jarang tidur, belajar arsitektur dengan baik, baca buku, berteman dengan banyak orang. Pikiran ini menerawang, teringat 8 tahun yang lalu diri ini sendiri juga masih mahasiswa. Pada waktu itu diri ini sendiri sering berada di kegiatan kampus, dan tenggelam di kegiatan kampus. Dari situ bertemu satu teman yang adalah ketua himpunan pada waktu itu. Dari situ juga, Kegiatan belajar untuk ikut rapat – rapat yang menyita waktu dan tenaga pun dilakukan, demi belajar bagaimana berhubungan dengan orang. Malam itu, dalam keyakinan, orang – orang di depan ini, adalah mahasiswa mahasiswi yang terbaik , ada satu orang ketua himpunan, ada pengurus – pengurus, mereka orang – orang yang meluangkan waktunya untuk mengenal diri ini dan istri lebih dekat lagi. Oleh karena itu kita bisa bertemu. Kepercayaan ini menjadi begitu tingginya bahwa setiap orang itu unik oleh karena itu setiap mahasiswa berkembang menurut caranya sendiri.Belajar dalam arsitektur itu seperti belajar dalam berkehidupan.
Pak Agung dan Para Juara
Beserta anak – anak arsitektur ITS, photo by Annisa Diah Astarini
25 September 2013 Today is my second marriage anniversary with my lovely wife, Laurensia. ^^ diri ini dan istri saya sudah seperti perangko, kemana bersama – sama, berpikir bersama – sama, kadang – kadang ia menemani untuk hari – hari minggu sabtu berdiskusi dengan klien, begitu juga diri ini yang biasa duduk di ruang tunggu pasien kalau ia sedang melakukan konsultasi gigi. Rasa semakin jatuh cinta dengan Laurensia makin nampak terbayang setiap harinya, ketika uban ini juga makin banyak di umur 31 tahun, ketika perut menjadi buncit, ketika, ritual setiap hari nya itu ada untuk makan pagi, makan siang, makan malam bersama. Ini semua seakan – akan mengajarkan ke kita berdua, mengenai indahnya hidup.
Me and Laurensia #1
Me and Laurensia #2
Me and Laurensia #3
5 September 2013 I just came back from working trip to Belitung. I worked one resort here, The building is fantastic, the owner, the builders has pushed the limit of the construction difficulties. I was thinking that I’m just a musical player who played with instruments of nature. I hear the voice of the nature, the beauty of construction here gathered by local labour. The resort complex was aimed to finish on this December. 2 September 2013 I just came back from Jogjakarta, city with spirit of java. I met old friend from Palembang who studied on Urban Design, Rizka Drastiani, I asked her to show me, Kali Code’s development, an urban development and bits of architecture piece by Romo Mangunwijaya. 1 September 2013 I met few students at UNS, sharing about architecture. 30 August 2013 I’m going to Solo for UPH’s student workshop of PA 3. The workshop is placed at rumah rempah, which is a workshop owned by Paulus Mintarga 26 August 2013 12 August 2013 I’m flying to Singapore tomorrow. 8 August 2013 Happy Lid to all my brother, sister, hope you all have great time in this public holiday. I’m so happy with this break, because I can relax and enjoy the holiday for 2 weeks with my family. I gave my staffs few days off, they have worked very hard for me, it’s worth to enjoy life at least once a year. By the way I’m not going anywhere, I am staying in my lovely house, spending time with my family. I might plan for next holiday trip. I have two options in my mind, I was thinking to go to Bangladesh to see my lovely friend, Omar. I have another promise to fullfil to this person, I think I’m bad at fulfilling my promise. Another one, I might go to Singapore, for short trip. I’m planning to see what’s my friends are up to. Hopefully they are doing great ! 7 August 2013 I met Ditri, new reporter who got my number from Sunthy. She asked how do you know Sunthy, I was wondering, I don’t know either, the thing that I know, we still connected in our own way. We discussed much in Slipi few months ago. Ditri is interesting person, she is landscape designer who loves to write. She has her own story about connecting the network of in her view, connecting people by what they can do with what they have for the society. It will be in her new magazine. I remember what she said at the end, “Realrich, Honesty in good deed can be seen by looking at the people eyes.” and the, I smile with that phrase from her. It ends our chat in one coffee corner at Plaza Senayan, afterwards I went back to watch movie with Laurensia. Nice to meet you Ditri. 6 August 2013 I was wondering while I was walking in my neighborhood, there are several renovation of old buildings, new buildings which make me contemplated about my practice, about how far should I go to determine one form to another form, how far should I challenge the brief. Starting from building philosophy is always my favorite intention. I don’t quite like what happens in my neighborhood. It’s not questioning about what the function and form should be. They called their style minimalistic, from my opinion, it’s not what Mies intends to, or Pawson, or Ando, which they try to expose themselves to such philosophy, a philosophy of living less, minimalistic, or silence in spirituality, feeling to get enough. Then my eyes, my head wonder about the tiny bit, about the gutter that is not planned within, about the leaking which might happens, about the cracking in joint between concrete and brick exposed by sunlight which might be a problem of leaking tested by time. I just feel it isn’t right way to do architecture here they are heading to. It’s about thick lipstick sometimes misinterpretation, another generalization about minimalist architecture, it’s never about form, it’s about philosophy. 4 July 2013 Contemplating about the core of architecture movement, I love what Robert Venturi believes. In the 1966, there is publication under the title “Complexity and Contradiction in Architecture” he stated :
Architects can no longer afford to be intimidated by the puritanically moral language of the orthodox. Modern Architecture. I like lements which are hybrid rather than “pure”, compromising rather than “clean,” distorted rather than “straightforward,” ambiguous rather “articulated” perverse as well as impersonal, boring as well as “interesting,” conventional rather than “designed,” accommodating rather than excluding redundant rather than simple, vestigial as well as innovating, inconsistent and equivocal rather than direct and clear. I am for messy vitality over obvious unity. I include the non sequitur and proclaim the duality.
This believe is wonderful, opposed to Corbusier’s rational believes, which It expressed by some of his buildings. The article that he wrote, about a man with a donkey thought should explains this contradiction very well. 1 August 2013 I met my great uncle, he was the one who encourage me to open the firm. He hired me as well to design his own building, his office and his house. He said “Design building for me, a building which I could admire, live in, work in, and it should be actually works as I live with my activity within.” I love nature, I was thinking to use some of the metaphors for this design. I remember about Alvar Aalto a man who embraced modernism early in his career then moved on to develop a personal idiom.Idiom that acknowledged modern culture and technology but remained firmly grounded in the Nordic context. He has designed wonderful sanatorium, furniture, which reflects the form of nature which is organic. 17 June 2013 Today I’m very tired of finding new place for our small workshop. I kept looking for these few days from one to another place. Laurensia and me went to river side of Daan Mogot, place where stock piles of garbage dumped there. We found one place of storage for workshop there. But there are problems such as flooding, smell, but the space is spacious. I’m also looking for one house for my driver, he has a dream for having his own place of living, a small, but decent one. I found a small piece of land, only 80 sqm, gladly he like it. The thesis then come in my head about the affordable house for every people especially, which is cost less but very decent one. Vo Trong Nghia has tried designing low cost house, but I think the passive design is not addressed perfectly, It’s still hot during the day time which show the temperature is quite high even though he is using bamboos louver as sun shading. 8 June 2013 I remember one day that was bitter like Gibran’s symphony,
Kamboja tree at Bali – “Nature in Harmony”
“Only yesterday I was no different than them, yet I was saved. I am explaining to you the way of life of a people who say every sort of wicked thing about me because I sacrificed their friendship to gain my own soul. I left the dark paths of their duplicity and turned my eyes toward the light where there is salvation, truth, and justice. They have exiled me now from their society, yet I am content. Mankind only exiles the one whose large spirit rebels against injustice and tyranny. He who does not prefer exile to servility is not free in the true and necessary sense of freedom.” Kahlil Gibran
4 June 2013
Traditional House at Tenganan
I raised concern in our life, our man made culture. That sometime we see the opportunity as wild, to maximize the profit of each moment. I wonder then, what purpose of life then ? If we can’t share our life to the one who needs it. I believe, each day will pass by, and the kindness of everyday life in wherever you are should be seen as kindness serendipity. By the way I just came back from overseeing work at Kerobokan, Bali. I can see why we say Bali as Island of God. It’s kindness, the architecture marvels to respect nature, man live under nature. While the people probably try to respect nature as its best with it’s people. The irrigation system might show us example of its living system.
“Subak is a traditional ecologically sustainable irrigation system that binds Balinese agrarian society together within the village’s Bale Banjar community center and Balinese temples. The water managements is under the authority of the priests in water temples without forget about Tri Hita Karana Phylosophy which is relationship between humans the earth and the gods; an ancient method followed in India by rishi’s of Hindu Religion in India.” wiki
I also visited Tirta Gangga, such a wonderful landscape beauty because of it’s natural water flow, its ambiance of tranquility, we can sense such spirituality which connect from our heart to nature. The brief history said that this one hectare complex was built in 1946 by the late king of Karangsem. There are many beautiful statues, carvings, path walk, fountain. ” Tirta Gangga literally means water from the Ganges and it is a site of some reverence for the Hindu Balinese. Strictly, the name refers to the water palace built here in 1948 by the Raja of Karangasem, Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem. It is, however, widely used to refer to the general area which includes the water palace and the lush rural areas around.” Wiki.
I felt the coldness of the water, the freshness that it brings. Its one way to respect our nature. I think this journey to east of Bali is worth to bring such spirituality to our mind heart and body.
Tenganan #1
Me and Laurensia #3
Tirta Gangga #1
Frangipani #1
3 June 2013 I heard Raras’s father got heart attack, hope and pray the best for her father :(. That what I affraid might happen to my parent as well. We as human being connected by love with our parent and family. The good news is I heard that her father is recovering. :) 22 May 2013 I’m off today from office, spending time with my wife. The best wife in the world. I remember Robin Sharma wrote that most people don’t discover what’s most important in life until they are too old to do anything about it. They spend many of their best years pursuing things that matter little in the end. While society invites us to fill our lives with material objects, the best part of us knows that the more basic pleasures are the ones that enrich and sustain us. I believe that no matter how easy or hard our current conditions, we all have a wealth of simple blessings around us. As we do, our happiness grows. Our gratitude expands. And each day becomes a breathtaking gift. 21 May 2013 Tomorrow my wife is having birthday :). I can’t wait to spend my time with her. So I will be off tomorrow. 17 May 2013 Today is saturday, I went to Bidadari Island with some of the students for sharing experience. #1 It was sharing about my life experience in uni, my working experience, moment of learning, toughness of working time of 3500 hours per year when I worked with past colleagues working for Norman Foster, Wu Tzu Chiang, and Mas Emil, and other prominent mentors. This experience I must say, was very important experience to shape my way of thinking in my practice now. It is all about knowledge development, but despite that thing, secondly,I shared about the relationship between people to people, encouragement, good relationship which I mean real relationship, take and give to be true family with everyone even with stranger. The third thing is, I shared about the person that we have to face turbulent times, depends on, In my case, that person is my lovely wife. She came with me to the talk and everywhere I go. In this life there is always be turbulent times, thousand of times of sadness and happiness, be prepared, and enjoy your time ya :) Tuhan terima kasih atas hari ini, semoga minggu depan, hidup akan semakin baik untuk dijalani, penuh suka cita. :)
Photograph by Firine Eika, Candid by her, thank you :)
…
16 May 2013 I fixed my lovely bicycle in local workshop. He has a name, his name is Seagram, not Seagull. :) I used it when I was in Uni, 10 years ago.
Seagram not Seagull
“Life is like riding a bicycle: you don’t fall off unless you stop pedaling.” – Claude Pepper
… 13 May 2013 Evan, my student, reminded me about talk at Bidadari. I look forward for the event on 18th to 20th May, 12 May 2013 I was thinking about the design of the cities, I think there are 3 main typical functions of urban spaces, network, square, and core. One masterplan is a way to organise to enhance a good behavior for its people with different culture, climate setting. To create one masterplan we need to understand theory, history, philosophy, culture, environment, aesthetics, typologies while exclude one item which is politics. One book by Alexander Cuthbert, Designing Cities, should explain all of these item with writing from, Manuel Castells, Christian Norberg-Schulz, Peter Newman, Jon Lang, Aldo Rossi, etc 11 May 2013 I’m doing landscape design for my brother and sister’s house, my mother’s house. To learn about art of gardening, I was thinking to learn from the best gardeners and nursery centre,eventhough my aunt taught me about lot of things, the functionality of shrubs and trees. Asihara, Ching also wrote several well thoughtfull books about art of gardening, landscaping. 9 May 2013 Last week, my former colleague, Scott Valentine came to Jakarta, It’s been 8 years, I haven’t seen him, he is working with WATG, one prominent hospitality architecture firm. Hopefully he was happy during the trip. He had seen my working space, meeting with my staffs inside the workshop place where I did experiment in Architecture, and I invited him to see our workshop, place where I tried to get sense of perfection done in such limited resources.
Scott ““This is the office” I’m told, “now look up – and back there” My first shock is how many people they have packed into a tiny space, then I look up, I look behind me. there’s people everywhere! A single long desk space packed with computers, workers and files adorns the side wall. Then above another level of staff. 12 staff in a 10m x 3m room!”here is his story, you can click this link . Scott’s Writing,
My Seat – Light up
… 8 May 2013 Our way is not soft grass, it’s a mountain path with lots of rocks. But it goes upwards, forward, toward the sun. Ruth Westheimer, b. 1928 I believe that we do not move through our days alone or apart from the world around us. And so we must always be aware of the things and the people we allow into our live. I think It’s a mark of wisdom,tons of blessings to choose to spend time in those places that inspire and energize you and associate with those people who elevate and uplift you. Whether in our work or within our personal lives, these most positive friends and peers will inspire us to be our greatest selves and to lead our largest lives. 7 May 2013 Dear God, thank you for your kindness to my family, my friends, and me. Hope you will always be with us, to show compassion, love, and sincerity. Give us strength, and let my loved people see this as a love message to show your love. Thank you so much. 1 May 2013 I was thinking to continue the renovation my driver’s house. I was thinking to use all of the recycle material, the left over small pieces marble as wall and floor. Bu the composition of the planes should be very clear composition bringing sense of privacy and functionality of wall as building structure,because the space is quite limited and the structure used is existing structure. 21 April 2013 Dear my loved one, I would like to say, Thank you for your love, precious passion you have been giving to our family. This society has become a messy place to be. People value their things more than they value their relationships. We seem to be more interested in stroking our egos than in the much richer pursuit of reaching our ideals. It’s just so sad, it’s become more popular to be popular than to be ethical, brave, and kind. I’m so happy and showing honor having you in my life. I hope that we can life our life freatly, my wife. Dream boldly. Live beautifully. And to our last breath, Love to the fullest. 16 April 2013 2 days ago i went to Bandung for visitting two architects, seeing their works on their house, Pak Apep and Mas Deddy, I was very happy because of their response and willingness to share their work to me and my students of Thinking Drawing Class. 7 April 2013 I remember one house that is on the hill that I always think of, I made a model from cardboard for contemplating the composition. It’s made from composition of planes. One house that I love is Falling water (1935-9). Arguably Wright’s masterpiece, achieves such a unity with landscape, its forest and hill. Its tiered horizontal concrete slabs dramatically cantilevered over a waterfall – at one an abstraction of its setting and an integral part of it. It is also showed in wright other’s work, Taliesin was built from local stone combined with concrete made out of local aggregate, so the structure appeared to grow out of its rocky desert setting. 6 April 2013 I remember, my first date with Laurensia. She is the my love one, time flies so fast, it’s been 5 years now. hugs ! :)
2009 – Last Date before flying to England
30 March 2013,
“Among his various possible beings each man always finds one which is his genuine and authentic being.The voice which calls him to that authentic being is what we call”vocation.” But the majority of men devote themeselves to silencing that voice of the vocation and refusing to hear it. They manage to make a noise within themselves…to distract their own attention in order not to hear it; and they defraud themselves bysubtituting for their genuine selves a false course of life.” Jose Ortega Gasset
I spent my time today with my wife, so happy for our moment together :) 29 March 2013 Yesterday, Laurensia, my family, and me went for mass to celebrate Holy Thursday. In this mass, there is Pedilavium (washing of the feet), traces of which are found in the most ancient
rites. We learn that Jesus washed our feet with his hand, so we have to wash other’s feet by our hand. It’s showing true compassion to help, serve each other. I met one person he is looking for job. I was thinking to open door for him, his eyes showing a sincerely, a way of showing respect for others. I want to look after more people as much as me and Laurensia can. By doing that this world should be one better place, at least in our world.
28 March 2013 I was wondering about the relationship between object and its relationship in architecture.The object itself in the need to connect to the outside world, therefore context comes in. That’s why architecture and outside world is somehow connected, bringing outside in whatever it is, the surrounding, the nature is very important. I think Shigeru Uchida agreed with me, he wrote
“there are two directions for design themes,. They are the way to grasp a “thing” or “object” as a subject and the way to consider a “relationship as precedent.” … a major theme is how to create a relationship between each of these things that has its own individual meaning. Moreover, on top of these relationships, each of their parts also comes into existence.
Sketch for Jong’s House
The challenge in architecture is the relationship to what ? the relationship itself is a predicate not a subject, it’s a process on connecting the tissue of each part which is solving the problem and creating wonderful design. 27 March 2013 I’m thinking about the new bioclimatic form about roofs. The roof is one of the most beautiful part of architecture, it’s a crown,resembling human attributes. It’s the head. The question, how can you design new touch about it. What is new then, according to its beauty, function, logical structural question. Can it be lighter ? Roofs are the building element that are subject to greatest changes in temperature, and therefore the greatest expansion and contraction. Different types of roofs were thus created, with different thicknesses and materials according to the characteristics of each place. The construction aspect of roofs is undoubtedly significant for their design and maintenance. A roof is considered to be flat when the pitch is no more than 5 %. A roof with a pitch of 5 – 15 % is considered a low pitch roof, and one with a pitch higher that 15% is considered to be a pitched roof, I think the choice of one type of roof or another depends fundamentally on the communication between architect and client, on answering the client’s needs and foreseen the innovation in the roof design technology. It’s added by carlos broto that it’s depends also to the climatic conditions and on resources available. It must be conceived constructively, rationalised and adapted to the variable conditions of its environment. 26 March 2013 Today I met my old friend, he is now working in a prestigious company in Indonesia. It’s very unpredictable to meet him again, I was thinking about the click moment, Frans Johansson, said :
“”The world has never behaved in a predictable fashion, and that has never been truer than it is today. But this means that anyone of us has the opportunity to change world in the most unexpected of ways.An opportunity can present itself in the blink of an eye. It can happen when you least expect it. It can hapen in an instant , when the various pathways of our lives come together in surprising ways and connect.”
I never expect to meet him to talk about many opportunities, but that’s click moment, always surprises us. It’s happened to you as well, :) it’s about opportunity to getting know each other. 24 March 2013 I remember my daughter, Cherry, I feel so sad :(
23th March 2013 I’m so Gratefull today, many good things happened :) Right now I’m thinking about one school of construction mastery, It’s one school I named, “Design Perfection Workshop”. It’s one place to train skill for new apprentice in stone masonry, blacksmith, and carpentry. This school allows us to train the craftsmanship.The intention is to find new way of construction, of perfecting the old one, both of them are needed. I’ve got my intention, there are two spots needs to be perfected one is the improvement of understanding art in architecture, and construction in architecture. Both of them accumulates to be one master piece of architecture. That’s why I was thinking what we could do for striving such mastery.
Spending Time with Fadi and Gamma
16th March 2013 Finaly I met Fadi Raditya and Gamma Sinta Rini during our trip to Bandung, Fadi and Gamma have established their own architecture firm titled farad studio. hope the best for them. 13th March 2013 I’m at Pontianak, it’s about one masterplan nearby Ambawang River. I was thinking that this project needs to be green in landscape, full of park where old and young meet up. The street is going to be great !, I was thinking the ROW doesn’t need to be 12 m, but it can be smaller, 8 m is sufficient with no gate. In design of the masterplan, the framework is very important. It’s about combining the whole thinking of beauty of the nature and uniqueness of each typology, understanding the commercial force is also important factor. 12th March 2013 I was thinking in the office, I put all of my energy to understand force of nature, and brought it to the architecture scheme. The architecture scheme needs to say it’s a damn good design, depends on each circumstances. I want it to be extremely meaningfull. Each project has each story.
10 th March2013 I read one book “New Regionalism in Bali Architecture by Popo Danes published by IMAJI Publishings, in overall I love this book not only because of many breathtaking and beautiful pictures but it shows a clarity in showing plan,elevation and section. The description in the project, explained very well although it can be more detailed. It’s started briefly from what client asked Popo Danes in brief and what His intention in answering the brief. I like Popo Danes,his lovable gesture of what I called synthesis of neo traditional movement is evolving so we can look at the picture, many details resemble traditional usage of material, joining technique. I can say he is one great empirist ! :) I would love to see him in person
6th March 2013 Akanaka is nearly finished. I’m expecting all the things about design is on place. I was thinking about this project which has rational of functionality, the communal space arrangement, the lightwell between rooms, and the exercise of aesthetic and economical aspect of detail design.
20 th February 2013, My mom is having birthday today. I pray for her health and happiness. She has been sick for several days, few days ago my family and me taking her to emergency room because of her fever. I hope she will recover as soon as possible. I’m designing several houses now, I think every houses need not to be same, there are such principles, but it will always better than before, also the detail. In our act, excellence is not an act but a habit. Keep the spirit ya ;) Architecture is a lifelong commitment The principles of workmanship to unifiy art and architecture came from very long time ago. It’s the need of perfection of architecture mastery. It was found by one of my mentor, Walter Gropius. He is Well known because of his rationality in the design during form follow function movement. In 1913, Gropius published an article about “The Development of Industrial Buildings,” which included about a dozen photographs of factories and grain elevators in North America. A very influential text, this article had a strong influence on other European modernists, including Le Corbusier and Erich Mendelsohn, both of whom reprinted Gropius’s grain elevator pictures between 1920 and 1930. [Wikipedia]
The Bauhaus school was founded by Walter Gropius in Weimar. In spite of its name, and the fact that its founder was an architect; the Bauhaus did not have an architecture department during the first years of its existence. Nonetheless it was founded with the idea of creating a “total” work of art in which all arts, including architecture, would eventually be brought together. The Bauhaus style became one of the most influential currents in Modernist architecture and modern design.[1] The Bauhaus had a profound influence upon subsequent developments in art, architecture, graphic design, interior design, industrial design, and typography. Wikipedia.com
My thought for Akanaka Logo [simple, crisp, beautiful]19th February 2013, Lobang Kayu, one of our project will be on Archinesia next edition, thank you IAAW for such publication. Also I designed this logo for one of design built. I love for the simplicity, but we need to add more options to see where it might go. I need to send this to Denny and Edhie, to get their approval for the design.
18th February 2013, I really love to use concrete. I love the texture of the material, the simplicity, boldness and heaviness of the original fingerprints that it brought. The character is different than steel, It’s heavy. The challenges is always how to enlighten this kind of material. Ando Tadao has been developing the mastery of the concrete with the general contractor to get the surface smooth and done in such panel integrated with the structure itself. Today I spent several hours at Oemah Demang, I need to do last add for lighting design and several transition details from bare concrete, gutter, L steel, and coral. I think that the details make the architecture function as a whole.
17th February 2013, Today is Sunday, Laurensia and me enjoy Bandung so much. I spent quite a while to plant pine trees along the edge at the home for cherry. We talk to the local workers, village people to help us taking care of the baby trees. Hear the voices of the nature
“There is always Music amongst the trees in the Garden, but our hearts must be very quiet to hear it.”
me and laurensia seeing the trees
Minnie Aumonier 16th February 2013, I woke up very early in the morning, . I remember that today Laurensia and me will have our time in Bandung, such lovely city. Before we go I need to go to Kemang Timur for supervise Oemah Demang design. I was wondering about the lighting of this home. I think the best place to find lighting fixture is in Bandung, it’s not expensive, and the design is good. So I made a preparation to set up several points for outdoor lighting on site with workers.
13th February 2013, I got interviewed by Dwell design, thanks to tya, and mbak Sunthy for the hospitality. It’s about Bare minimalist design for Charles Wiriawan. We invented wind chimney, cross air circulation, and sunshade fixtures together with combined by lightness of the concrete and living canopy to soften it’s expression. I called this paradigm, Bioclimatic Design. I think it’s about innovation of understanding climate in architecture. It’s holistic approach to design. I remember Alexandros N. Tombazis wrote
“…You should approach design in a holistic way, drawing strength and inspiration from all the elements of which it is composed, for example: history, culture, social considerations, symbolism, beauty, function, technique, place, sustanaibility and energy considerations, climate. the law of physics and time-cost benefit… do not frown on these issues. They all count and are important, of course not always to the same degree in all projects. On the other hand though, and this is the difficult part of it, if you take everything into consideration but lack that extra flair, the end result will probably not be much than mediocre, a watered – downsoup.”
Bare Minimalist #2
I think to decide which one is more important that other, we need to sense it. Each project is definitely unique, and we need design of architect’s eyes to bring the brilliant scheme.
10th February 2013, I just back from Belitung doing site supervise Arum Dalu resort. several Villa detail design is done on spot. Today is Chinese New Year. I got package from Surya, celebration card and photo journal. I hope the best for him for his career. I’m really happy to see all of my staffs going forward and do their best. 8 th February 2013, I did several on spot design. The Arum dalu starting to have its own beauty. I believe this resort will be one world class resort with the passion of the owner, the beauty of the nature, and the architecture that inspire and enhance the beauty of it. I was thinking that the detail need to be function, timeless, and aesthetically beauty. I did survery with people, we found kaolin coral which has spark and translucency like onyx but it’s beautiful, rare in pure white colour. I was thinking to have special custom shower fixture designed, it’s using pvc pipe covered with 80 mm blanger plank.
Detail of Arum Dalu Resort – Project
Detail of Arum Dalu Resort – Concrete Prefab by Agus Suparmono
Detail of Arum Dalu Resort – Detail – Project
Ship cotter pin
7 th February 2013, I look at the ship construction in Belitung, how the joint unified using traditional wood cotter pin. They also can bend the wood using warmth of fire. It’s one of the local traditional carpentry. I was thinking about bent wood, and remember my master alvar aalto do the same thing but it’s in the different way for his furniture design. arm chair 406 in 1939. Check this. 5th February 2013, Encouragement. One word that makes human stronger. I find this word hard to swallow in this world today. It’s really important to put trust on whoever help you regarding to everything. I’m planning to do last revision Oemah Demang Design revised done in today. It’s about the lightness of hand railing, the honesty of its construction and its efficiency to reduce building cost. I was thinking that stainless steel fitting that allowing 3 cm gab might do better than putting the panel directly to steel stick.
1st February 2013 It’s already new month. I’m very happy to see my wife recovered from our loss. Yesterday I did lecture for Architecture department of University Indonesia. I shared one butterfly collection, from my side of view to make our fantasy come true in architecture. There are several components, thoughts needed such as context, creativity, initiatives, and trust. Creativity is basically trying to solve problem with new paradigm, fresh look with one full learning design iteration. It’s never ending qualitative process. Fantasy is all about people. It’s one enterprise that brings people together around some marvelous dream that inspires people and contribute rich value to those they serve. With all the technology, disruption, competition in the world today, a lot of us have forgotten that the whole game is about relationships – and human connections plus context plus initiatives.
31 January 2013 It’s the end of the month. Today, I will be pretty busy, I’m planning to go on site for site inspection, together with UPH’s thinking working drawing class, meanwhile in the afternoon I will do lecture for University Indonesia students. I just can’t wait for the lecture. Meanwhile I remember today is Saturday, time for relax and have fun with family. 30 January 2013 It’s 5.30 am in the morning. I’ve got wonderful quote from Lao Tzu, it’s about how to carve our mastery and passion.
The master of art of living makes little distinction between his work and his play. His labor and his leisurer, his mind and his body, his education and his recreation, his love and his religion. he simply pursues his vision of excellence in whatever he does, leaving others ti decide whether he is working or playing. To him, he is always doing both. Lao Tzu
The wisdom of this reflected in the observation that hard work plays huge part in making you successful. And, the truth is, we simply tend to work harder at things we’re passionate about. Today I have trip for our upcoming project, It’s eco boutique hotel. Many people ask what is eco project. The simple one coined started by professor from Harvard, Ian Mcharg, in his book “Design with Nature”,
he popularized a system of analyzing the layers of a site in order to compile a complete understanding of the qualitative attributes of a place. McHarg gave every qualitative aspect of the site a layer, such as the history, hydrology, topography, vegetation, etc. This system became the foundation of today’s Geographic Information Systems (GIS), a ubiquitous tool used in the practice of ecological landscape design. [wiki]
I think this approach need to respond to passive , active, several analysis needed. The idea is to conclude harmony man with nature. I call this building bioclimatic building. 28 January 2013 Today is Monday. It’s 5 a.m. It’s the starting of the week. I will do lecture coming Saturday about architecture theme – reviving the dead at University of Indonesia. consider its definition
re·vive (r-vv)
v.re·vived, re·viv·ing, re·vives
v.tr.
1. To bring back to life or consciousness; resuscitate.
2. To impart new health, vigor, or spirit to.
3. To restore to use, currency, activity, or notice.
4. To restore the validity or effectiveness of.
5. To renew in the mind; recall.
6. To present (an old play, for example) again.
v.intr.
1. To return to life or consciousness.
2. To regain health, vigor, or good spirits.
3. To return to use, currency, or notice.
4. To return to validity, effectiveness, or operative condition.
To return death to life, a condition before. If the site is blank canvas then how to bring it back to life. Actually it’s basic need of what every scheme needs, it’s the duty of the architect when human and nature at its centre. The combination of both is needed, human and nature. To think about this we need to think critical about the context, about the city, about the action to bring back the spirit of environment [genius loci]. It’s all about good architecture and it needs to be responsive. 26 January 2013 It’s 4.30 am in the morning. I’m still refining few projects so far, I’m doing I walk for Citraland. For the few days workshop, I still don’t get the form that I want, my staffs in the office have been working hard for this, now it is my turn. I get this wonderful quote from Martin Luther King Jr. about the job that we do every that whatever our position is. He said
If a man is called to be street sweeper, he should sweep streets as Michaelangelo painted or Beethoven composed music, or Shakespeare poetry. He sould sweep streets so well that all hosts of heaven and earth will pause to say “Here lived a great street sweeper who did his job well.”
Nevertheless Because today is Saturday, I will have time with my family. :) 25 January 2013 Laurensia is recovering from the surgery, thank you for Dr. Cindy. We lost our baby, 2 months. I just hope Laurensia recover like normal quickly and we can have our time together. My tears dropped, I am very sad, but life must go on, we have to walk this life again, with what we have, living life that matters. 20 January 2013 it’s 6.a.m in the morning. Today is Sunday. Deep inside my heart cries of the news.
19 January 2013 I hope the sadness in our family because of the pain of the losing our hope does not happen. I remember story from Tuesday with Moorie, He said, when sadness happened, feel it greatly, deep inside your heart, dive with it, and then get over it. It’s done.
18 January 2013 my office is closed today. I spent time by reading books, one book is about the story of my most favorite American architect, Frank Lloyd by Bruce brooks, and it’s about the finding of prairie house. He wrote in the March 1908 issue of architectural record,
“The prairie has a beauty of its own and we should recognize and accentuate this natural beauty, its quiet level. Hence, gentle sloping roofs, low proportions, quiet skylines, suppressed heavyset chimneys, and sheltering overhangs, low terraces and out reaching walls sequestering private gardens.
Designing one house in every part of the world is unique by its context. In Indonesia, we are known for its monsoon climate, we need to accommodate air stacking effect and cross air ventilation to add fresh air which accumulate in such humid climate that we have. I think it takes time to evolve to redefine. Wright takes 7 years to redefine and invent his planning. I learn about open plan, the need of creating series of activity in house design, place where people see each other, talk with each other, because of the culture of the people, Asian culture. But William Morris has done in his design, red house. So, what could we offer, I believe in fantasy, in one dream, that house need to be warm, expressed by its beauty of unpredictable forces such as each context, and its client. In order to get inspiration, ask nature what it offers, by its impression and its character. We hear the sound, breath fresh air, and the imagination will come after. And I’m also reading another book by Frans Johansson aout the click moment. I will share the click moment in the next post ya :). I hope the flooding is over soon, and Jakarta will be normal.
17 January 2013 The city of Jakarta get flooded badly, I think the government should consider the development of the infrastructure. I think there are many best practice to follow from Tokyo, London, Denmark, Rome about the importance of the quality of living. Every people should read jane jacobs, Lang about theory of great city. I agree with what Jacobs wrote,
It is so easy to blame the decay of cities on traffic … or imigrants… or the whimsies of the middle class. The decay of cities goes deeper and is more complicated. It goes right down to what we think we want, and to our ignorance about how cities work. The forms in which money is used for city building – or with held from use – are powerful instruments of city decline today. The forms in which money is used must be converted to instruments of regeneration – from instruments buying violent cataclysms to instruments buying continual, gradual, complex, and gentler change.
My Birthday
My Dream Team
16 January 2013 I am 31 years old today :) Jakarta is flooded today. My employees did surprise, I’m so amazed, so we had a photo session at the front of our office. I do believe the office has best camaraderie that we have cultivate the relationship so far, it can’t be measured by looking at it, but it spread among us. The flooding is getting better, Laurensia and me went to nearby shopping mall to buy a celebration ice cream for my birthday. I’m so gratefull with this life, air that we breath, family that I love so much, and friends who are beside us in matter of sadness and happiness.
Life is a song – sing it. Life is a game – play it. Life is a challenge – meet it. Life is a dream – realize it. Life is a sacrifice – offer it. Life is love – enjoy it. Sai Baba
Thank you God, Thank you my wife, thank you my family, thank you friends, thank you life for everything.
Birthday with My Wife
15 January 2013 I’m refining design for cluster of townhouse at Margasatwa, the idea come up to get a concept of sustainable living, which mean dan we need to rethink about the opening, the planning configuration while the bussiness model need to be considered as well, because many sustainable scheme does not go forward because the treatment is considerably expensive.
14 January 2013 I just came back from Makassar, finding that Jakarta is in Heavy rain, hopefully the city is not flooded this time.
13 January 2013 It’s sunday, I’m going to Makassar for one eco resort, one friend asked me to help him to do his project. I was thinking to meet old friend at Makassar, she moved to Makassar few years ago, I can’t wait to hear her story. My Father is having his birthday today, I pray for his health and happiness.
9 January 2013 Love … it surrounds every being and extends slowly to embrace all that shall be, Khalil Gibran. It’s 4.30 am in the morning, I will go to Oemah Demang just make sure all of the design set up in place.
8 January It’s serene and tranquil today. I remember about Black Swan, Yevghenia, she spent few years, writing her book without comprimising to the outer world, it’s a path of perfection. In order to get perfection we need to set back from our daily routines, and ask ourself, what’s worth, what’s needed, it’s a point of redefining premise of understanding other people, our surrounding. That’s a perfection of what I think worth for. 7 January It’s 5 a.m. in the morning,
One key to success is to have lunch at the time of day most peoplehave breakfast. ~Robert Braul
today I will wrap design one house at valley for our client at Bandung, and another one in Alam Sutera. I have to make the dream crystalized.
House in its definition from merriam webster dictionary is a building that serves as living quarters for one or a few families
but I think it’s more than that definition above, I remember that in house design, Gaston Bachelard’s La Poetiques de l’espace (‘The poetics of Space; 1958) explores the psyhic nature of the house, from the attic where though are kept corresponding to the superego, to the basement where things are buried and forgotten. Houses house not only poeple and their belongings, they also contain memory and meaning. It’s deep in its philosophy and design concept.
6 January It’s 5 a.m. in the morning, I’m still refining lobby and gazebo for Arum Dalu till the precise detail and composition, the result before was still not in my expectation eventhough I know we have done our very best last week. In order to be the best, I think it’s the price of the process, the testing gets under way. I will do this until 7 a.m. and will start travel this universe of life with my wife, the best wife in the world. :) And you people don’t forget to relax ya, today is Sunday. I will pray for such blessing, and gratefullness to God for what’s good and bad been happening :)
5 January Heard about the smart tunnel proposed by Jokowi and Ahok, Very gratefull to hear it because it’s vital point to manage waste in the city, even though London needed four decade at least to build the tunnel, it’s no point to delay it. It’s about creating more healthy city. Heard very sad news about my mentor, my friend about what’s happening in his office. It’s story where corruption happens, and trust, distrust. It shouldn’t be like that, the pure intention is that office is for work, loving our working world, trying to be more capable and more capable and wake up peeps, there is ethics above innovation, and great works :). Please respect others, if we do that , at the end all story is happy ending.
2nd January 2012, I can’t wait for the starting day of daily activities, :) I will have one meeting today, hopefully the meeting will run smooth. I need to make sure the dream of the projects realized. It’s about one ecoresort in Makassar. I met Edhie, Pak Singgih, all of the head builders to coordinate, make sure the design is deliver on spot. it’s part of working the design.
1st January 2012, Happy New Year :) I hope 2013 would be the best year of celebrating the warmth of love, the pursue of happiness to be celebrated with your loved one. I have been reading few books like the leader who had no title by Robin Sharma, It’s wonderfull book, it’s one modern fable who told me about real success in business and in life, it’s also international best seller after Gladwell’s books.
31 December 2012, During my short holiday to Japan, My secretary has prepared all of the gift for my friends and relative, but it’s not enough. I haveto add more cookies for the gift, I’m gratefull that all of the preparation is finished, Laurensia helped me to wrap up the gift and preparing the gift.
30 December 2012, I can’t wait for the end of the year :) I woke up arround 4.30 a.m. I need to do refinement of work of me and my dream team, it’s about detail of floating stair using cable. It needs to be light and the transition of material to be applied smooth and gentle, and it needs to be sophisticatedly beautifull. I’m writing new article for one architecture magazine. It’s about the timeless way idea of design, one article inspired from Christopher Alexander, James Weirick, and Jon Lang. My wonderfull professor. 1 more day to end of this year.
29 December 2012, I woke up very early this morning, arround 5 a.m. preparing few materials for meeting today at Kemang for Oemah Demang. I was thinking to start a walk arround my neighbourhood for a while, to have such Healthy body is one of our best thing that we ever had, I’ve just turned 30, and will be 31, better enjoy the ride. The time is ticking :). I spent whole day, working on site in Kemang, I need to do refinement on the detail design. This building need to be awesome. I love to work on site, doing the workshop with the builder, it’s not about making the aesthetic, it’s about opening our architect’s eyes, to the detail of the construction, the labour who made it, the beauty of understanding of art making, understanding the logic of the function, and spontanious beauty came up from the numerous workshop. It’s beauty hardwork designed by me and my dream team, along with all the builders and designers inside. I met Laurensia quite late today, because the work today. But when we find ourself tired working, meeting our loved one is always so sweet and memorable just heard love words from her made just enough to close my day.
28 December 2012, The design time is just never stop :) We just get commision from one of our client to design few villas in their projects, also we have one project almost finished in Kemang, my best friend Edhie and Denny, they are the clients. I don’t want to dissapoint them so tommorow I’m going to arrange full meeting with the builder, and project manager on spot just to see one and each detail design to be built correctly and perfectly. This tim I’m adoring the texture of terra cotta for the project. I’m eager to try this material for our project. Meanwhile, we’ve just already finished design for Arum Dalu resort in Belitung, Hope that the client like it. Today, I’m refining the scheme, the design, angle, finishes, and the presentation.
27 December 2012, I just back from our trip to Japan just to relax, it’s ben such wonderfull trip. We met Fitra, Ditto, Renzo [their son] our best friends in Tokyo, while we spent a while in Tokyo, Hakone, Shirakawago, Kyoto. This trip is our baby moon trip,
Babymoon has several meanings. The original meaning is a period of time that parents spend bonding with a recently born baby. More recently the term has come to be used to describe a vacation taken by a couple that is expecting a baby in order to allow the couple to enjoy a final trip together before the many sleepless nights that usually accompany a newborn baby. Babymoons usually take place at a resort that offers appropriate services like prenatal massage.[wikipedia] Babymoon can also be used for a trip taken by a couple even before they get pregnant. As long as the trip is intended to be a final romantic fling before venturing into parenthood, the term babymoon applies.
7 August 2012 I’m very tired now, I still haven’t got any long night sleep. We are having rush dateline to design one 200 ha masterplan, I think the masterplan needs big Gesture for conceptual, i was thinking for the function like circus, one non stop looping main spine with layer of lakeside, commercial, and residential at more private precinct.
6 August 2012 Today is the first day of workshop studio at UPH, I saw students, their freshness on their spirit. Mean while right now is 17.30, i still have several hours before meeting with one contractor to discuss one of the design. I just asked of our staff to send me the drawing. I need to revise some of the design to make more spacious space. Then we are having our office in one cafe, I was thinking, the speed, the time is always so valuable. I hope that I can rest a bit, since this 2 weeks we have been in tough dateline from one project to another projects. Just to share one good news that one of our work “the bare minimalist residence” is in IAI Awards nomination. I’m feeling really happy and thankful for all of the effort we have done, whatever it takes, small effort counts to the project.
5 August 2012 Laurensia and me just got back from meeting, time is 22.30 now, We had such long run meeting since 12 am this afternoon. It’s sunday today, even though it’s weekend day, I still have 2 meetings and 1 site supervision to follow through today. Laurensia had accompanied me for meeting for 10 hours so far. I felt really exhausted, need to take a rest.
taken from a foreword of Time Territory Book, February 2010 [Realrich Sjarief MUDD 15 2009 Surabaya, Indonesia [edited by Li jou oi]
I completed a bachelors degree in architecture at the Institute Technology of Bandung Indonesia (ITB) in 2005. Over the last four years, I have been involved in major projects throughout Abu Dhabi, Indonesia, Malaysia, Singapore, the Philippines and Vietnam. I spent a year with Urbane Indonesia, Bandung, followed by a year with DP architects in Singapore, and finally moved to London to work for Norman Foster in Foster and Partners. I was fortunate to be involved in several projects such as Plot – L11, a commercial building at the first zero-carbon, zero-waste Masdar City in Abu Dhabi and the YTL Headquarters in Malaysia. Pursuing architecture has been a wise decision – I continue to gain and learn so much from other team members through architecture explorations and discussions. I find it immensely rewarding to be able to constantly meet new clients and provide them with my design services. I thoroughly enjoy the design process and as a result, have won several design awards as of 2008. Life is a journey of learning.
In 2008, I was looking for a university that offered the best urban design program in terms of lecturers and course work. The University of New South Wales came in as my first choice and I enrolled in the Master of Urban Development and Design starting in 2009. The courses have broadened my knowledge to a level I have never experienced before, and I have thoroughly enjoyed the process of learning. Our professors, Professor James Weirick and Emeritus Professor Jon Lang encourage us to establish a strong theoretical framework in design. I believe the influence of this on our careers will be profound and far-reaching. My first semester started with the Introductory Studio with Emeritus Professor Lang which laid the theoretical foundation of urban design. This was followed by our second project, the Incheon Urban Design Competition conducted by Professor Weirick. Driven by Professor Weirick’s extensive knowledge and enthusiasm, our team pushed the envelope of design and was rewarded the bronze prize, from over 1,000 international entrants. The second semester studio conducted by Adjunct Professor Nigel Dickson introduced analysis and synthesis in the professional urban design practice such as market forces, land and building considerations, structure plans, the need to respond to the city’s vision and work flow in urban design to stitch conceptual and detailed master plans.
My most rewarding experience was the international studio led by Professor Weirick. We travelled to Nagoya and immersed ourselves in the Japanese culture through various discussions with other students and through community consultation. Special thanks go to Professor Endoh of the Urban Renewal of Nishiki 2 District Project and Jun Sakaguchi, director of PTW Architects who helped facilitate this studio. The Japanese experience was further enhanced by subsequent travels to both urban and traditional areas in Nagoya, Tokyo, Shirakawa, Mount Gifu and Kyoto. My journey with the MUDD program has brought forward the greatest achievement of my year, being awarded first prize in the design competition for the Vocational Program building complex of the University of Indonesia, scheduled for construction in 2010. I have now set up an architecture office in Indonesia and intend to continue running it with an urban design practice. As the Spanish novelist, George Santanaya, has said “The wisest mind has something yet to learn”.
This MUDD program for me was the beginning of something unseen but memorable. To Professor Weirick and Emeritus Professor Lang, thank you very much for the valuable experience, and ’Salute’!
Sydney Harbour
Art Gallery of New South Wales – My Favorite Museum
“The wisest mind has something yet to learn ” – George Santanaya, Spanish Poet, born in Madrid 1883-1952
Hari ini 11 Desember 2009, saya terharu sekali dengan tulisan Ade Tinamei, saya memanggilnya mbak ade. Dia menceritakan kisah dari seorang anak untuk bapaknya, sebuah cerita yang personal dan sangat sederhana, namun sungguh melandasi apa yang saya anggap sangat penting untuk menjalani hidup setelah perjalanan dari beberapa negara di dunia. Perjalanan demi ilmu untuk selalu belajar seumur hidup.
Tribute for Ardi (dibuat sang Anak, dibaca sang Ibu, dipersembahkan bagi sang Bapak)
Today at 4:06am [11 Desember 2009 -ed]
Selamat malam.Sebelumnya terima kasih karena saya diminta dan diberi kesempatan mengisi sambutan dengan topik “Tribute untuk Pak Ardi”. Saya lebih suka menyampaikan pembukaan ini dengan bahasa cerita. Bukan bahasa pidato.Karena saya lebih sering melihat bapak bercerita, ketimbang berpidato atau menggurui dalam kuliah-kuliahnya.
Pertama, bagi saya Pak Ardi adalah pribadi yang kaya dan paradoks.Kaya, karena hingga kini kita tidak akan henti dapat menemukan hal-hal baru dari kehidupan Bapak. Tidak pernah habis.Paradoks, karena kita selalu dapat melihat dua sisi kehidupan Bapak. Bahkan saya yakin pada acara ini, saya mengajak untuk menemukan kekayaan baru dan berbagai paradoks dari diri Bapak.
Ke-2, bagi saya Pak Ardi adalah pribadi yang cuek.Cuek pada penampilan dirinya sendiri, sisiran rambutnya, dan bajunya. Tapi Bapak tidak pernah cuek pada kemajuan pendidikan. Untuk kemajuan arsitektur UGM. Untuk kemajuan Kota Yogya yang bahkan bukan kota kelahirannya atau kota tempat ia dibesarkan.
Ke-3, Pak Ardi adalah pribadi yang sederhana.Sederhana pada pemikirannya atau pembawaannya.Tapi tidaklah sederhana untuk perjuangannya.Tidak sederhana atas keyakinannya.Keyakinan bahwa pada umumnya semua orang dilahirkan adalah orang baik.
Bapak yakin pada dasarnya semua orang selalu beritikad untuk menjadi lebih baik. Bapak sangat yakin itu.
Ke-4, Pak Ardi adalah pribadi yang easy-going. Tidak ribet dalam menilai sesuatu dan membawa diri dalam komunitas baru.
Pandai berkawan.Tapi Bapak tidak selalu easy-going dalam menilai kepandaian murid-muridnya.Bapak selalu ngotot memperjuangkan apa yang benar, dan apa yang baik.Ngotot memperjuangkan generasi muda untuk berkarya.Yang menurut Bapak baik bukan bagi diri Bapak, melainkan untuk kepentingan murid tersebut atau komunitas secara luas.
Ke-5, Pak Ardi adalah pribadi yang romantis.Romantis pada keluarganya, tanamannya, dan rumahnya.Tapi Bapak memilih pragmatis apa adanya pada hal-hal lain.Pragmatis pada kompromi keadaan yang tengah terjadi.Ketimbang meromantiskan masa lalu dan tradisi, terkadang Bapak memilih untuk merasionalisasikannya pada setting masa kini. Mendengar berbagai pihak. Merangkul berbagai keluh kesah. Dan hidup berkompromi dari hasil keputusan bersama.
Ke-6. Tapi memang Pak Ardi pribadi yang pelupa.Pelupa pada tanggal-tanggal penting, pelupa letak dompet dan kacamatanya, bahkan terkadang pelupa menjemput saya yang telah menunggu lama di bioskop di masa muda kami dulu. Tapi satu hal yang saya tahu, Bapak tidak pernah lupa akan kodrat dirinya. Sebagai pengajar, sebagai arsitek, sebagai anggota masyarakat dusunnya. Juga sebagai pribadi manusia khalifah di dunia. Pribadi yang dianugerahkan amanah ILMU untuk memajukan individu-individu lain. Menyiarkannya dalam pengajaran yang terkadang terlupakan jadwalnya. Hanya lupa jadwal, bukan melupakan niatnya.
Maka di kesempatan sekarang ini, ijinkan saya menyampaikan salah satu pesan Bapak.
Bahwa hidup harus dimaknai.
Yang digali tanpa henti
Oleh ketekunan kita.
Dan kesabaran kita.
Bahwa hidup harus diwarnai.
Yang dicoreti dari berbagai pengalaman yang dijalani.
Oleh semangat kita.
Dan antusiasme kita.
Bahwa hidup haruslah belajar.
Yang ditimba dari apapun di penggal kehidupan kita.
Tak hanya di ruang kelas.
Tapi juga yang terhampar di sekitar kita.
Karena bagi Bapak, hidup adalah pencarian karunia Tuhan terbesar, yaitu ILMU.
Semoga kita bisa selalu menggali ILMU di dunia selama hayat dikandung badan.
Seperti Pak Ardi Pardiman.
Amin.
(disampaikan pada acara Pembukaan IAI Yogya)
Ade Tinamei, Executive Director & Senior Urban Designer at Center for Urban Design Studies (PSUD) and Part-Time Lecturer at ITB.
The meaning from ministry of Public Works (PU) symbol translated into the most primitive stability form “triangle” as a thesis and the inverted triangle form as antithesis to show the dynamic of this form.
In designing process, PU symbol become the main form that applied into all aspect in the design, not only the form of the gate but also the paving of the pedestrian.
This competition was held by ministry of Public Works (PU) to collect fresh idea for new improvement in future ministry of Public Works office area. There are several issues that considered in this competition, they are the gate character that can united with all building in the site and green design.
As the green design aspect we design main gate which have function as water collector and energy generator. For the pedestrian area we design shelter and public furniture which also based on PU symbol form. This pedestrian is designed with nodes which can accommodate event and activities around ministry of Public Works (PU) not only regular activities like jogging and biking but also annual event like bazar and festival.
Principal : Realrich Sjarief
Collaborator : Maria Pardede, Randy abimanyu, David Sampurna, Morian Suspriatnadi, Andhang Trihamdani, Suryanaga, Indra DN, Mukhammad Ilham, Septrio Effendy, Gavin Gunawan
Just after the Olympics, Iron demand, steel output and oil imports all continued to increase at double digit annual rates. 1 million people are moving from the countryside to the cities each month, the oil prices which rose to almost 10 percent since 2008 which have led to shortages of fuel and electricity, and China stock markets have crashed over the past year. Shanghai stock exchange fell 53 percent at the end of 2008. Unsold automobile inventories rose 50 percent to a four year high in June 2008. Foster (2008:55).
1)introduction to Beijing
The writing begins with the introduction of the Beijing old city planning, development reality behind Olympic 2008, and situation after that. To describe Beijing in simple word is not easy. It has an amazing fabric, planning hierarchy principle based on class hierarchy principle. Rose also stated the city is practically a diagram of imperial china’s coherent and comprehensive idea statement… it is a succession of concentric quadrangles. Rose (2008:8). It’s a well integrated city with grid planning and courtyard housing which was built in 3 different dynasties. The mountain Area southwest of Beijing was the home of Peking man some 500,000 years ago. In the 11th century B.C. became Jicheng (the city of Ji). It was the capital of the state of Yan of the Warring States period (475-221 B.C.). The city grew and in the mid 12th century. The Jin Dynasty made it its capital calling it Zhong Du (central capital). A century later it was made the Yuan dynasty capital of Kublai Khan, who named it Dadu (Great Capital). In the early 15th century the Ming dynasty rebuilt the city and named it Beijing (northern capital). Yongqing (1980:4).
Wu in his book Rehabilitating the old city of Beijing explained that Beijing is different than most of its predecessors, which perished at the end of the dynasties in which they were created, Beijing evolved through the last three dynasties of the Yuan, Ming, and Qing. It has become the ultimate example of ancient Chinese city planning. Liangyong (1999:3). Paris as a comparison with Beijing in figure 1 on the page 2 can be seen as a small portion of Beijing. While from 800 until 1800 Beijing hasn’t grown so drastically. Wu stated that Beijing was the largest city in the world in the period between AD 1450 and 1899 in terms of population size (except during the period between AD1650 and 1700, when Constantinople overtook it by a small margin. Liangyong (1999:4) It shows that Beijing has a rich and complex urban growth that is been existed for 2000 years.
In 1978, London times correspondent David Bonavia pictured Beijing as a monotonous socialist city, lacking in vice and urban life. Twenty-six years later, Chinese blues singer and writer Liu Sola pints the chaotic landscape of an alienated megalopolis… in the swirl of global consumerism. Broudehoux (2008:1). In 2008 when the Olympic was happening in Beijing, it consist of not only a city staging but it was a country staging to the world to show the world that China showing it’s economic power through Olympic in Beijing. The city has been going into huge changes in the Mao era and its progression on 1990s and The Olympics undoubtedly was a catalyst of urban growth in Beijing.
The structure of the writing is:
1)Introduction
2)Urban landscape developed pursuing Olympic 2008
3)Urban landscape After Olympic 2008
4)Conclusion
In This essay, the scope and time line is limited to before and after 2008. Chapter 1 is the introduction about Beijing. Chapter two is the chapter of to seek an answer about the image construction in Beijing pursuing Olympic 2008, and how the government role and commercial role take in charge of inventing architecture as agent of change of reshaping new image of Beijing. Chapter 3 seeks for current condition to know about recent situation. It is the chapter to understand the current Beijing’s economic situation and what is happening on government’s strategy on reshaping urban landscape. Statistics and literature study will be chosen as methods for achieving data. These 2 chapters develop specific points which provide the foundations upon which the hypothesis conclude. Chapter 4 is the conclusion which demonstrates summaries of the essay and provides the answer of the hypothesis above.
2) Urban landscape developed pursuing Olympic 2008
Rose as stated in the book called Solutions for a modern City, Arup in Beijing that Beijing is’ the greatest single work of man on the face of the earth”. The city is practically a diagram of imperial china’s coherent and comprehensive idea statement… it is a succession of concentric quadrangles. The basic unit of Beijing was the siheyuan, a four sided single storey residence for an extended family with an open courtyard at its centre… were packed neatly in a grid of streets aligned to the points of the compass… Forbidden city follows the same rules as the domestic architecture: courtyards within courtyards…’ Rose. S. (2008:8). It also has the orientation from north to south from the Gate of Eternal stability to the south, passing Tiananmen Square through centre of the Forbidden City, and beyond it to ceremonial bell and drum towers, in the north of the city. See figure 2
Figure 2 Arup’s project in Beijing (2008:9)
In 2008, Arup as a international engineering firm has been closely involved in many of the iconic and monumental projects commissioned to support the Olympics, the project consists of The national Aquatics centre, ‘Birds nest’ The Beijing National Stadium, The fencing hall/ National convention center, Beijing Capital International Airport’s new terminal 3, the new headquarters of China Central Television (CCTV) which is a triumphal arch and 70 storey skyscraper… the client called for an iconic building and this one characteristically mixes its understated metaphors,…’ Jencks, C (2007:60), others are China World Trade Center Phase 3 (tallest building in Beijing), Beijing South rail station (starting point for high speed rail services to the regions of Tianjing and Shang Hai), Beijing Parkview Green (largest sustainable architecture projects), Nokia china’s new headquarters (also known as the Nokia green building).Arup (2008:62-63).
The number of the projects is more than 9 that consisting multi billion projects. The number depict a reality at time of pursuing 2008 that it deals with a buildings, a public realm, and undoubtedly money. The 9 projects that are mentioned above is just a small portion of what’s really happening in Beijing.
Olympic as a catalyst of city’s growth in Beijing is not a new story, It happened in several cities and countries such as ‘… Rome, host of the 1960 Olympiad, where highway, airport, and urban landscape improvements were implemented in advance of the event…1964 Summer Olympic Games, Tokyo built two new underground rail lines, expanded its metropolitan highway network,… public housing, sewer infrastructure, and harbor facilities. Munich’s Olympic Village was designed to be a community for moderate-and low income residents after the games, and hosting the ill fated 1962 Games was the impetus for restoring the historic city center… Campanella (2008:125)
Beijing has been in a phase to exploit its material fabric of the city through architecture and urbanism. One of the official concepts of the Beijing organizing committee of the Olympic Games underscores the concept of showing china’s economic advancement through a high tech Olympics showcase. BOCOG stated the mission of Beijing Olympics that : ‘The Beijing 2008 Olympic Games Sponsorship Program shall abide by the Olympic Charter and adhere to the Olympic Ideals and the three concepts of ‘Green Olympic Games, High-tech Olympic Games and People’s Olympic Games’; assist in the promotion of the Olympic Movement, the promotion of the Olympic image and brand awareness of the Beijing Games and COC in and outside China; ensure financial sufficiency and stability, and reliable technical and service support for the staging and operation of the Beijing 2008 Olympic Games; provide a unique Olympic marketing platform for both Chinese and foreign enterprises and encourage the broad participation of Chinese business entities to enhance their corporate image and brand awareness through their Olympic association, and provide quality services to sponsors and maximize the return on their investments while helping them forge long-term partnerships with the Olympic Movement in China.’ BOCOG (2009)
The government highlighted several keywords: green, high tech, and people. For a month in 2008 a city of 15 million permanent residents and 4 million from elsewhere in the country will receive more than 2.5 million visitors, including 17,600 athletes and officials and at least as many members of the press, Marving (2008:233). By 2008, there will be a total of 800 hotels with 1300000 rooms compared to 458 hotels with 84812 rooms in 2005 (Owen 2005, 13-14). 31 sport venues are mandated for Beijing and six more for the host cities of Qing Dao, Hong Kong, Tianjin, Shanghai, Shenyan, and Qinhuang Dao. 16 of this are completely new; all but three will be upgraded. Marving (2008:233).
The strategy of urbanism consist developing transportation, open space, and quality of the environment. The public transportation was improved, older buses and taxis have been replaced with new ones that run on compressed natural gas (CNG) or comply with the municipal vehicle emissions standards, enforced in the recent years by the city of Beijing. ‘Out of total operating fleet of 60,000 taxis and 19000 buses, more that 47,000 old taxis and 7,000 old diesel buses had been replaced or refitted by the end of 2006. New buses powered by compressed natural gas (CNG) were introduced to replace old buses: 2,795 CND buses are now running in Beijing.’UNEP (2007: 18). It also consist a transportation projects such as Tibet-Qinghay railway (The world’s highest) and the three gorges dam (the world’s largest). Marvin (2008:230).
Green space is also developed, ‘green coverage in Beijing, and has expanded to more that 50 percent of the city’s area. Beijing has created three different ecological zones in the mountain, plains and urban area to create a green shelter for the city. At the end of 2006, the three ecological zones were nearly completed, including a total of 20 natural reserves to protect forests, wild plants and animals, wetlands, and geological formations. ‘ UNEP (2007:20)
Beijing was doing well based on the assessment from UNEP Report in setting the environmental goals. During the candidature phase in 2000, Beijing set ambitious environmental goals to show the world its commitment to sustainable development. Beijing’s municipal Government and government of China outlined 20 key projects to improve Beijing’s environment, and an overall investment of US$ 6.6 million in 2003-2007 under the Beijing sustainable development plan. The project areas range from addressing air and water quality and waste management to including environmental considerations in new infrastructure development. According to official data, 4.13 million tons water were produced in 2006 in the eight central districts, while the overall processing capacity was close to 3.98 million tons water, giving a processing rate to 96.5 percent , UNEP(2007:14,20)
Nevertheless the extinction of China’s dolphin also known as Baiji which usually lives in Yang Tze River underlined that at some points this development has a significant effect to the environment. The dolphin’s population had plummeted from about 400 in the late 1980s to less than 100 in the mid-1990s.The last search for the animal, in 1997, yielded 13 sightings. But none has seen them since 2004, Lovgren (2009). This extinction of the Baiji resulted from heavy pollution that happened in the yang Tze River.
Additionally, there are thousands of major commercial and government projects in China. It has the same completion day which is August 2008. With so many big projects ending at that month it may cause a down turn to global economy as the demand of construction will suddenly falls.
3) Urban Landscape after Olympic 2008
Beijing has already achieved many of its bid commitments, for example on waste water treatment, water source protection and waster management, and appears to be well on the way of fulfilling all of them. In UNEP’s view, this is an achievement in itself, especially considering that the organizing committee of the previous Olympic summer games failed to follow up their environmental promises. UNEP (2007:20)
Beijing has used the Olympic Games for a catalyst of the economy growth to show the power of China. It does come to the nationalism to the heart of the people if we come back to the previous mission of Beijing Olympic Games that has 3 mission: green, high tech, and people. The number of the statistic is worrying. To talk about the people, Yuann and inch underlined that China exports just about anything and everything, from products to outsourced services, therefore it can be said to drive the economy forward. It also becomes basic of the fundamental of the economic driver. The fundamental are the three primary growth drivers – trade, investment, and consumption. Yuann and Inch (2008:69). The first that has to be concerned by the government is the exports. China is heavily depends on the West market, but since the economic crisis hit in the middle of 2009. The numbers of the trade, investment, and consumption started to decline. Demand from Western economies is the slow but steady appreciation of the Yuan and China’s own efforts to raise interest rates and stem shipments of resource-intensive products like aluminum and steel have hit exporters. Looking at the figure 3.
Figure 3 Trade plunge in China’s economy Source from Chinability 2003
The foreign trade continued to drop sharply with a slight decrease of trade surplus. The total value of imports and exports for the first half was US$ 946.1 billion, down by 23.5 percent year-on-year. The value of exports was US$ 521.5 billion, down by 21.8 percent, and the value of imports was US$ 424.6 billion, down 25.4 percent. The trade surplus was US$ 96.9 billion, a decrease of US$ 2.1 billion over the same period last year.
Figure 4 Price of Oil International Energy Agency (2009:42)
The second is energy prices. China’s oil imports as a proportion of its overall import bill rose to almost 12 percent in the spring from around 8 percent at the start of 2008. China’s predicament is made worse by an unholy mess of price caps and subsidies in its domestic energy markets, which have led to shortages of fuel and electricity. EIA (2009)
Just after the Olympics, Iron demand, steel output and oil imports all continued to increase at double digit annual rates. 1 million people are moving from the countryside to the cities each month, see figure 5. The oil prices which rose to almost 10 percent since 2008 which have led to shortages of fuel and electricity, and China stock markets have crashed over the past year. Shanghai stock exchange fell 53 percent at the end of 2008. Unsold automobile inventories rose 50 percent to a four year high in June 2008. Nevertheless China’s government are dealing a dilemma of focusing on fighting inflation which was running over 7 percent in June 2008 or they look forward to stimulate a slowing economy. Foster (2008:55).
The consistency of the government was trialed by the down turn in global financial crisis to maintain a good economic growth. The economic growth is what Chinese government offer to make euphoria of good life. Broudehoux stated that current approaches to city marketing and urban image construction in Beijing are highly unsustainable and may actually be counter productive, she then made a basic proposition that there are a clash between two visions of the city: the abstract space imagined by state and its planners, and the lived space experience on a daily basis by the masses. Broudehoux (2008: 244-245).
The number of vacant space started to soar, 500 million square feet of commercial real estate has been developed in Beijing since 2006, an amount larger than all of the office space in Manhattan. In 2009,100 million square feet of office space is vacant — a 14-year supply if it filled up at the same rate as in the best years, 2004 through 2006, when about 7 million square feet a year was leased in Beijing. Demick (2009) Government is also spending money to the maintenance of the parks, According to a latest survey by the Horizon Group, one of China’s leading strategic researches and consultancy, China has invested about 150 billion Yuan (US$ 22 billion) in 2,500 theme parks across the country. 70 percent of them are not doing well now, and only 10 percent have paid back their initial investments.China daily(September 2009).
Conclusion
In reality, it’s true that urban image construction was instrumental in fostering urban growth. The urban image construction also carries positive long term effects as a vehicle for important transformations in Chinese society. It could act as a catalyst in promoting potential social change by provoking the creation of an urban public sphere.
I started my hypothesis from asking a simple question. Does Beijing need to slow down ? To answer this question is complex. China depends heavily on its exports. let me illustrate with a simple example. The immigration is about 1 million per month. People also need housing and job. The global crisis happened and the demand of the exports declining and there has been a down turn to China economic growth. Can Beijing slow down if the dream of the people is coming to Beijing to have a better life? If Beijing slows down would it show to the people that Beijing is declining? The government just doesn’t’ have any choice to slow down. One of the ways is to reduce the dependence to the exports. Another way is to reduce the migration to Beijing to slow down the urban growth of Beijing. The development always has positive and negative impacts. Nevertheless as Olympic is a catalyst of the urban development, it will increase the speed, scale, spectacle, sprawl, segregation, and on a final, hopeful note – sustainability Campanella (2008:281). I will end this essay with a picture of an old man sitting under a pine tree drawn by Ma Yuan consist of symbol of longetivity. Olympic is one of the miles stone that in the part of symbol longetivity for Beijing.
Paper in University Of New South Wales 2009, by author
Bilblio graphy
image 1 source from g’heyde’s photostream
Arup, 2008, ‘Solutions for a modern city Arup in Beijing’, Black dog, Italy, pp 62,63
BOCOG.2007. Beijing 2008 Olympic Marketing Plan Overview. The official Web Site of Beijing Olympic Games – Beijing 2008, One World one Dream, Updated August 24,2008 . Available at http://en.beijing2008.cn/bocog/sponsors/n214077622.shtml (accessed September 25, 2009).
Broudehoux,A.M. 2004,’The making and Selling of Post-Mao Beijing’,Routledge, London,pp 1, pp 244-245
Campanella, T. J.2008,’The concrete dragon : China’s urban revolution and what it means for the world’, Princeton Architectural Press , New York, pp 125,pp281
Chinadaily, 70 percent of theme parks in the red ,last updated: 2009-08-10 16:32, Available at http://www.chinadaily.com.cn/china/2009-08/10/content_8550933.htm
(accessed September 25, 2009).
Demick, B. Beijing’s Olympic building boom becomes a bust Last updated February 22, 2009 available at http://articles.latimes.com/2009/feb/22/world/fg-beijing-bust22
(accessed September 25, 2009).
Foster, K. 2008,’ A shared dilemma for Beijing and beltway policy makers,’ American Metal Market, Vol 117 issue 9, pp.55
IEA(International Energy Agency) Key status 2009, page 42, Available at http://www.iea.org/textbase/nppdf/free/2009/key_stats_2009.pdf
(accessed September 25, 2009).
Jencks,C. 2007, ‘Critical Modernism’, Wiley-Academy, Great Britain, pp 60
Lovgren,S.’ China’s Rare River Dolphin Now Extinct’ for National Geographic News
Last updated December 14, 2006 available at http://news.nationalgeographic.com/news/2006/12/061214-dolphin-extinct.html
(accessed September 25, 2009).
Marving,C. 2008,’All Under Heaven Megaspace in Beijing’, in Price,M.E., Dayan,D.2008,”Owning the Olympics’,Michiga press, Michigan, pp 230, 233
Rose, S.’ Solutions for a modern city’ in Arup, 2008, Solutions for a modern city Arup in Beijing’, Black dog, Italy, pp 8, 9
Liangyong, W. 1999, ‘Rehabilitating the old city of Beijing: a project in the Ju’er Hutong neighbourhood’, UBC Press, Vancouver, pp3,4
UNEP (United Nations Programmes )environmental assessment report 2008, updated September 2008. pp 14, 20 Available at http://www.unep.org/Documents. Multilingual/Default.asp? DocumentID=519&ArticleID=5687&l=en (accessed September 20,2009)
Yuann, J.K., Inch,J., ‘Supertrends of Future China’, World Publishing, Singapore, pp 69
Yongqing, Z. 1980, ‘fifteen cities in China’, China reconstructs, Beijing, pp 4
When things in your life seem almost too much to handle, When 24 hours in a day is not enough. Remember this story about the mayonnaise jar and 2 cups of coffee.
A professor stood before his philosophy class and had some items in front of him. When the class began, wordlessly, he picked up a very large and empty mayonnaise jar and proceeded to fill it with golf balls. He then asked the students, if the jar was full. They agreed that it was.
The professor then picked up a box of pebbles and poured them into the jar. He shook the jar lightly. The pebbles rolled into the open areas between the golf balls. He then asked the students again if the jar was full.. They agreed it was.
The professor next picked up a box of sand and poured it into the jar. Of course, the sand filled up everything else. He asked once more if the jar was full. The students responded with an unanimous ‘yes.’
The professor then produced two cups of coffee from under the table and poured the entire contents into the jar, effectively filling the empty space between the sand. The students laughed.
‘Now,’ said the professor, as the laughter subsided, ‘I want you to recognize that this jar represents your life. The golf balls are the important things – God, family, children, health, friends, and favorite passions – Things that if everything else was lost and only they remained. Your life would still be full. The pebbles are the other things that matter like your job, house, and car. The sand is everything else — The small stuff.
‘If you put the sand into the jar first,’ he continued, ‘there is no room for the pebbles or the golf balls.
If you spend all your time and energy on the small stuff, you will never have room for the things that are important to you.
So… Pay attention to the things that are critical to your happiness. Play with your children. Take time to get medical checkups. Take your partner out to dinner.
The same goes for life.
There will always be time to clean the house and fix the disposal.’Take care of the golf balls first — The things that really matter.Set your priorities. The rest is just sand.’
One of the students raised her hand and inquired what the coffee represented. The professor smiled. ‘I’m glad you asked’.
It just goes to show you that no matter how full your life may seem, there’s always room for a couple of cups of coffee with a friend.’
“and this inspiring story made me start my Mayonaisse Jar”
“There is a garden in every childhood, an enchanted place where colors are brighter, the air softer, and the morning more fragrant than ever.” ~ Elizabeth Lawrence
The Daffodil Principle by Jaroldeen Edwards
Several times my daughter had telephoned to say, “Mother, you must come to see the daffodils before they are over.” I wanted to go, but it was a two-hour drive from Laguna to Lake Arrowhead “I will come next Tuesday”, I promised a little reluctantly on her third call. Next Tuesday dawned cold and rainy. Still, I had promised, and reluctantly I drove there. When I finally walked into Carolyn’s house I was welcomed by the joyful sounds of happy children. I delightedly hugged and greeted my grandchildren. “Forget the daffodils, Carolyn! The road is invisible in these clouds and fog, and there is nothing in the world except you and the children that I want to see badly enough to drive another inch!” My daughter smiled calmly and said, “We drive in this all the time, Mother.” “Well, you won’t get me back on the road until it clears, and then I’m heading for home!” I assured her. “But first we’re going to see the daffodils. It’s just a few blocks,” Carolyn said. “I’ll drive. I’m used to this.” “Carolyn,” I said sternly, “Please turn around.” “It’s all right, Mother, I promise. You will never forgive yourself if you miss this experience.”
After about twenty minutes, we turned onto a small gravel road and I saw a small church. On the far side of the church, I saw a hand lettered sign with an arrow that read, “Daffodil Garden .” We got out of the car, each took a child’s hand, and I followed Carolyn down the path. Then, as we turned a corner, I looked up and gasped. Before me lay the most glorious sight.
It looked as though someone had taken a great vat of gold and poured it over the mountain and its surrounding slopes. The flowers were planted in majestic, swirling patterns, great ribbons and swaths of deep orange, creamy white, lemon yellow, salmon pink, and saffron and butter yellow. Each different colored variety was planted in large groups so that it swirled and flowed like its own river with its own unique hue. There were five acres of flowers. “Who did this?” I asked Carolyn. “Just one woman,”
Carolyn answered. “She lives on the property. That’s her home.” Carolyn pointed to a well-kept A-frame house, small and modestly sitting in the midst of all that glory. We walked up to the house. On the patio, we saw a poster. “Answers to the Questions I Know You Are Asking”, was the headline. The first answer was a simple one. “50,000 bulbs,” it read. The second answer was, “One at a time, by one woman. Two hands, two feet, and one brain.” The third answer was, “Began in 1958.”
For me, that moment was a life-changing experience. I thought of this woman whom I had never met, who, more than forty years before, had begun, one bulb at a time, to bring her vision of beauty and joy to an obscure mountaintop. Planting one bulb at a time, year after year, this unknown woman had forever changed the world in which she lived. One day at a time, she had created something of extraordinary magnificence, beauty, and inspiration. The principle her daffodil garden taught is one of the greatest principles of celebration. That is, learning to move toward our goals and desires one step at a time – often just one baby-step at time – and learning to love the doing, learning to use the accumulation of time.
When we multiply tiny pieces of time with small increments of daily effort, we too will find we can accomplish magnificent things. We can change the world . “It makes me sad in a way,” I admitted to Carolyn. “What might I have accomplished if I had thought of a wonderful goal thirty-five or forty years ago and had worked away at it ‘one bulb at a time’ through all those years?
Just think what I might have been able to achieve!” My daughter summed up the message of the day in her usual direct way. “Start tomorrow,” she said. She was right. It’s so pointless to think of the lost hours of yesterdays. The way to make learning a lesson of celebration instead of a cause for regret is to only ask, “How can I put this to use today?”
Use the Daffodil Principle.
S t o p w a i t i n g …..
Dance like you have all of the time with you, * hold your breath and stay focussed
The beginning of knowledge is the discovery of something we do not understand, Frank Herbert
This writing is the result of my experience in urban design studio of University of New South Wales. This section is made in the purpose of sharing urban design and to show clearly what we’ve learn t so far. It explains urban design in term of ‘what and ‘how, generally it is also about what urban design is, and how to implement urban design. We in UNSW, are taught that we have to know what we are talking about, to be thoughtful urban designer.
Design Learning
“We must think 50 years ahead and design backwards” Raghavendra Rathore
Just definitions either prevent or put an end to a dispute, Nathaniel Emmons
Sketch of Las Ramblas by the author for Urban Design Studio of The university of New South Wales
Experiencing Urban Design
What is urban design? I remember the time when I was still an undergraduate student of Institute Technology of Bandung. I knew that if people talked about city, they must talk about urban design. My personal experience began at the time when Professor Mohammad Danisworo was talking about urban design of Jakarta and then first I know it must be something about city, he said that urban design is generally a link between architecture and urban planning. While in the book, Urban Design A typology of Procedures and Products, Professor Jon Lang argued that there was confusion about the definition of what urban design is. Some people called Urban Design a discipline and the he called urban design a process. I was taught by Professor Jon Lang that we should be clear about what we are talking so I’ll start with definitions that came up from time to time.
Urban Design by Lewis Wirth
Lewis Wirth first wrote urban design in his paper ‘Urbanism as a way of life’ in 1938
Urban Design by Alexander Cuthbert
Alexander Cuthbert wrote in his book The form of the cities that
Urban Design is a discipline where, almost without exception, its major’ theorists’ have failed to engage with any substantial origins in the cognate disciples of economics , social and political science, psychology , geography or the humanities’
He later explained that there are papers which called definitions of urban design by Alan Rowley 1994 and one which titled the same by David Gosling’s 1984, Which argue that is urban design a discipline.
Cuthbert stated:
In his paper, Gosling has adopted a wholly architectural perspective, as if only architects had any right to define the discipline. While it may seem unfair to critise this paper, now twenty years old, it remains significant precisely because it represents the most powerful and enduring ideologies still dominating the field of urban design.
Urban Design by Llewellyn-Davies
There was definition from Llewellyn-davies which was:
Urban design draws together many strands of place-making, environmental responsibility, social equity and economic viability; for example – into the creation of places of beauty and identity. Urban design is derived from but transcends related matters such as planning and transportation policy, architectural design, development economics, landscape and engineering. It draws these and other strands together. In summary, urban design is about creating vision and the deploying of the skills and resources to realize that vision (Llewellyn-davies; 2000:12)
Urban Design by Jon Lang
Jon Lang made a clear definition of urban design in his book, he stated almost all definitions of urban design state that it has something to do with the public realm (or the public domain or with public space) and the elements that define it. (Lang, 2005:6)
The broad goal of urban design is to provide opportunities, behavioural and aesthetic, for all the citizens and visitors to a city or one of its precincts. (Lang, 2005:20)
“You can only become truly accomplished at something you love. Don’t make money your goal. Instead, pursue the things you love doing, and then do them so well that people can’t take their eyes of you.” – Maya Angelou
Susan showed how we can reach our dream that if you wanna do it, you can. I still remember when last time I watched Les Miserables musical performance in London. It was such great performance with love, honesty, and honour. This song is extra ordinary and touched every body.
Her voice is amazing. Her genuinity is the most amazing..
“Les Miserables”
There was a time, when n were kind And their voices were soft And their words were inviting There was a time, when love was blind And the world was a song And the song was exciting There was a time it all went wrong
I dreamed a dream in time gone by When hope was high and life worth living I dreamed that love would never die I dreamed that God would be forgiving
Then I was young and unafraid And dreams were made and used and wasted There was no ransom to be paid No song unsung, no wine untasted
But the tigers come at night With their voices soft as thunder As they turn your hope apart As they turn your dreams to shame
He slept a summer by my side He filled my dreams with endless wonder He took my childhood in his stride But he was gone when autumn came
And still I dream he’d come to me That we would live the years together But there are dreams that cannot be And there are storms we cannot weather
I had a dream my life would be So different from the hell I’m living So different now from what it seemed Now life has killed the dream I dreamed